Anda di halaman 1dari 5

Nama : Arel ananda

Kelas : Teknik sipil-1

Nim : 21101154330005

Matkul : Bahasa Indonesia

1.Perbedaan karya ilmiah dan non ilmiah yaitu:

Karya ilmiah : bersifat objektif dan faktual berdasarkan fakta yang ada.

Sedangkan karya non ilmiah : bersifat subjekti dan fiktif atau berdasarkan imajinasi

2.

1. Ilmu dan asumsi filosofis

Barbara Engler dalam buku Personality Theories: An Ingroduction (1985) mengatakan bahwa ilmu
berakar pada asumsi filosofis. Artinya, setiap orang atau sekelompok yang mengembangkan ilmu mau
tak mau memiliki asumsi filosofis tentang realita yang menjadi objek ilmunya. Mengapa demikian?
Setiap orang yang mengembangkan ilmu mesti memiliki asumsi-asumsi dasar dan universal tentang
realitas ilmunya.

Asumsi filosofis selalu mengarah pada realitas yang tidak tidak kasat mata. Artinya realitas universal ini
tidak dialami dengan “mata kepala,” tetapi dengan “mata hati”. Sebagai contoh, “Semua orang ingin
menjadi baik.” Dengan mata kepala kita mungkin dapat mengobservasi bahwa ada sejumlah orang yang
tidak baik. Namun, mata hati kita mengatakan bahwa semua orang pada dasarnya baik.
Berikutnya, asumsi filosofis itu merujuk pada realitas universal. Isi asumsi tersebut mencakup “semua”
secara universal. Sebagai contoh, keinginan untuk menjadi baik itu dimiliki oleh semua orang. Dalam
berefleksi tentang suatu realitas, kita memperlakukan pengecualian dengan cara agak berbeda. Sebagai
contoh, Adolf Hitler. Kita boleh membuktikan bahwa ia orang jahat. Namun, ia hanya ‘tampak’, tapi
pada dasarnya sebagai manusia ia itu baik. Kita memanfaatkan kemampuan intuitif yang saya istilahkan
proses abstraksi.

Juga, asumsi filosofis itu biasanya menyatakan suatu kebenaran secara implisit bukan eksplisit.
Pernyataan eksplisit adalah pernyataan yang secara gamblang dan memenuhi semua kriteria tentang
kebenaran. Namun, pernyataan semacam itu tidak mungkin beraplikasi secara universal. Itulah suatu
kebenaran itu hanya dinyatakan secara implisit.

2. Paradigma sebagai dasar ilmu

Menurut Thomas Kuhn dalam The Structure of Scientific Revolutions (1962) setiap ilmu mendasarkan
diri pada suatu paradigma sebagai model atau konsep yang mendasari ilmu tersebut dan yang diyakini
oleh setiap anggota komunitas ilmiah. Konsep dasar yang mengilhami setiap kegiatan ilmiah ini
dipelahari dan diteliti terus-menurus melalui pendidikan. Melalui pendidikan studi tentang paradigma
menghasilkan berbagai pernyataan ilmiah yang lebih dikenal sebagai teori-teori. Jadi, teori sebenarnya
merupakan penjabaran serta penjelasan tentang paradigma ilmu bersangkutan.

Paradigma tersebut terus-menerus dipelajari, diteliti dan menghasilkan berbagai teori melalui alat ilmiah
yang disebut metode penelitian. Keseluruhan proses mempelajari paradigma inilah yang disebut
kegiatan ilmiah.
Jadi, ilmu itu muncul sebagai cara untuk menggali berbagai informasi tentang satu aspek hidup/dunia
ini, seperti psikologi. Filsafat membantu mengembangkan cara/metode guna memahami dunia ini.
Itulah yang disebut paradigma.

3. Metode ilmiah

Metode ilmiah merupakan cara untuk menggali informasi tentang hidup dan dunia ini. Metode ini
berawal dari suatu teori atau pernyataan ilmiah. Teori itu sendiri merupakan seperangkat konsep
abstrak (bagian dari paradigma) yang kita rumuskan berdasarkan sekelompok fakta atau peristiwa
dengan tujuan untuk menjelaskan fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa tersebut. Sebagai contoh, dalam
paradigma health psychology (psikologi tentang orang-orang sehat) kita mengandaikan bahwa setiap
orang berjuang untuk menjadi superior (Psikologi Individual/Adlerian).

Kemudian, teori tersebut (yang dianggap sebagai hipotesis) diobservasi dan diukur. Keseluruhan proses
ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah. Lalu, kesadaran itu dirumuskan menjadi suatu
hipotesis yang disebut simpulan sementara. Sebaiknya, kita menentukan suatu prediksi tentang
hipotesis tersebut. Sesuai contoh sebelumnya, kita bisa menyimpulkan sementara bahwa “Memang
benar bahwa setiap orang berusaha untuk menjadi superior”.

Lalu, kita mesti mengumpulkan data sebanyak dan seakurat mungkin guna mengetes kebenaran dari
simpulan sementara itu. Berdasarkan data-data tersebut, kita kemudian menarik simpulan.
4. Hasil penelitian dan media massa

Perkembangan dan kemajuan setiap ilmu itu tidak hanya bergantung pada penelitian. Penyebarluasan
hasil penelitian justru merupakan kegiatan penting guna memperkenalkan kepada anggota komunitas
ilmiah bersangkutan serta pembaca lainnya tentang perkembangan dan kemajuan tersebut. Lagi pula,
perkembangan dan kemajuan yang dipaparkan melalui media massa merupakan layanan dari ilmu
bersangkutan kepada masyarakat. Masyarakat diperkaya dengan informasi-informasi baru.

Itulah sebabnya kita menyebut hasil penelitian yang disebarluaskan kepada banyak orang itu sebagai
karya ilmiah populer. Populer berasal dari kata bahasa Latin populus yang berarti bangsa atau orang
banyak. Upaya ini hanya bisa dilakukan dengan bantuan komunikasi massa dengan alat yang disebut
media massa. Ada beberapa bentuk media massa. Contoh media cetak adalah koran, majalah, jurnal.
Contoh media elektronik adalah radio dan televisi.

Hasil penelitian ilmiah dapat kita sebarluaskan melalui media masa dalam bentuk fitur dan opini. Di sini,
yang saya maksudkan dengan karya ilmiah populer adalah opini seperti artikel-artikel yang dimuat
Kompas pada halaman 4 dan 5. Hampir semua koran mempunyai halaman opini.

5. Populer dan nilai tambah

Sebelum menjelaskan petunjuk praktis penulisan opini, saya ingin menjelaskan arti populer dan
kemanusiaan. Populer itu bukan hanya berarti bahwa tulisan kita itu dibaca oleh banyak orang,
melainkan juga berarti bahwa tulisan kita itu disukai. Tulisan kita itu disukai jika tulisan itu berkaitan
dengan daya tarik yang disebut human interest. Kita mesti menulis sesuatu yang berkaitan dengan hidup
manusia itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai