STAISMAN PANDEGLANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada tuhan yang maha kuasa, karena rahmat dan berkat-nya
penulis dapat menyelesaikan laporan studi lapang mata kuliah Ilmu Social Dasar yang
dilakukan di Pasar Pandeglang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan dan penulisan laporan ini masih jauh dari
kata kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran serta kritik dari semua pihak yang
sifatnya membangun demi kesempurnan yang akan datang.penulis berharap semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca laporan ini guna penelitian
selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah
masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah
pengemis atau pengamen jalanan, terutama di alun-alun dan pasar Pandeglang. Pengamen
jalanan timbul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini.
Karena dosen yang memberikan tugas tema bebas, saya memilih topik ”Kehidupan
pengamen.” Dalam menjalankan observasi dan wawancara untuk makalah ini, saya memilih
untuk berfokus pada pengamen jalanan.
Pengamen atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (bahasa Inggris: street singers
atau buskers), sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai musik
jalanan. Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara terminologi tidaklah
sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan masing-masing mempunyai disiplin
dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik
yang berkembang di dunia kesenian.
Anak adalah harapan masa depan suatu bangsa, tunas yang berpotensi membawa bangsa ini
ke arah yang lebih baik atau bisa juga lebih buruk. Maka dari itu, amat miris rasanya melihat
anak-anak yang hidup mengamen di jalanan, bukannya bersekolah. Rasanya lebih
menyedihkan daripada melihat orang dewasa yang melakukan pekerjaan serupa. Oleh karena
itu saya melakukan observasi dan wawancara terhadap salah satu pengamen.
Sebelum membahas permasalahan tersebut diatas maka saya memepunyai tujuan dalam
membuat makalah ini sebagai berikut :
2.2 Pembahasan
Seperti kita tahu bahwa salah satu rofesi yang paling favorit dijalankan oleh orang-orang
yang tidak memiliki pekerjaan tetap adalah menjadi pengamen baik secara sendiri-sendiri
maupun berkelompok. Mengamen tidak harus bernyanyi tetapi juga bisa hanya memainkan
alat musik atau hanya bertugas menarik uang receh dari pendengar ngamenan.
Pengamen ada di mana-mana mulai di perempatan jalan raya, di dalam bis kota, di rumah
makan, di ruko, di perumahan, di kampung, di pasar, dan lain sebagainya. Penampilan
pengamen pun macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa saja sampai penampilan
banci / bencong, anak punk, preman, pakaian muslim, pakaian pengemis, pakaian seksi nan
minim, dsb.
Pengamen terkadang sangat mengganggu ketenangan kita akan tetapi mau bagaimana lagi.
Jika mereka tidak mengamen mereka mau makan apa dan daripada mereka melakukan
kejahatan lebih baik mengamen secara baik-baik walawpun mengganggu.
1. Pengamen Baik
Pengamen yang baik adalah pengamen profesional yang memiliki kemampuan musikalitas
yang mampu menghibur sebagian besar pendengarnya. Para pendengar pun merasa terhibur
dengan ngamenan pengamen yang baik sehingga mereka tidak sungkan untuk memberi uang
receh maupun uang besar untuk pengamen jenis ini. Pengamen ini pun sopan dan tidak
memaksa dalam meminta uang.
Pengamen yang tidak baik yaitu merupakan pengamen yang permainan musiknya tidak enak
di dengar oleh para pendengarnya namun pengamen ini umumnya sopan dan tidak memaksa
para pendengar untuk memberikan sejumlah uang. Tetapi ada juga yang menyindir atau
mengeluh langsung ke pendengarnya jika tidak mendapatkan uang seperti yang diharapkan.
3. Pengamen Pengemis
Pengamen ini tidak memiliki musikalitas sama sekali dan permainan musik maupun vokal
pun ngawur seenak udel sendiri. Setelah mengamen mereka tetap menarik uang receh dari
para pendengarnya. Dibanding mengamen mereka lebih mirip pengemis karena hanya
bermodal dengakul dan nekat saja dalam mengamen serta hanya berbekal belas kasihan orang
lain dalam mencari uang.
Pengamen yang satu ini adalah pengamen yang lebih suka melakukan teror kepada para
pendengarnya sehingga para pendengar merasa lebih memberikan uang receh daripada
mereka diapa-apakan oleh pengamen tukang palak tersebut. Mereka tidak hanya menyanyi
tetapi kadang hanya membacakan puisi-puisi yang menebar teror dengan pembawaan yang
meneror kepada para pendengar. Pengamen jenis ini biasanya akan memaksa diberi uang dari
tiap pendengar dengan modal teror. Pengamen ini layak dilaporkan ke polisi dengan
perbuatan tidak menyenangkan di depan umum.
Pengamen jenis ini ada yang bagus tetapi ada juga yang sangat tidak enak untuk didengar.
Yang tidak enak didengar inilah yang lebih condong mengemis dari pada mengamen. Akan
tetapi bagaimanapun juga mereka hanya anak-anak bocah cilik yang menjadi korban situasi
dari orang-orang jahat dan tidak kreatif di sekitarnya. Pengamen anak ini biasa dipaksa
menjadi pengamen oleh orang tua, oleh preman, dsb namun juga ada yang atas kemauan
sendiri dengan berbagai motif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah saya melakukan pengamatan ke jalan ternyata banyak factor yang mempengaruhi
mereka sehingga mereka mengamen seperti berikut, factor ekonomi, karena hobbi, karena
ikut teman dan masih banyak lainnya
3.2 saran
Berhubung pengamen yang saya wawancarai pengamen yang masih di bawah umur jadi
sarannya agar orang tuanya lebih memperhatikan lagi apa saja yang dilakukan anaknya diluar
rumah.
Daftar Pustaka
Anarita, Popon, dkk, Baseline Survei untuk Program Dukungan dn Pemberdayaan Anak
Jalanan di Perkotaan (Bandung), Bandung: Akatiga-Pusat analisis sosial, 2001.
Goode, William J, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara, Cet IV, 1995.