Anda di halaman 1dari 29

EVALUASI HASIL

BELAJAR DAN
PENGEMBANGAN
INSTRUMEN

Auliya Rahmah (1910120120014)


Nurul Hasanah (1910120120002)
Dosen Pengampu : Dr. H. Rusmansyah, M.Pd

Universitas Lambung Mangkurat


KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat


yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah
Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga penulis đapat menyelesaikan makalah dengan judul "Pengukuran Ranah
Kognitif, Efektif, dan Psikomotorik". Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Dr. H. Rusmansyah, M.Pd yang telah memberikan đukungan, kasih dan
kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini
bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik
lagi.Namun selalu ada yang kurang Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar E-Modul ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata pemilis berharap agar makalah
ini bermanfaat bagaimana semestinya pembaca.

Banjarmasin, 8 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................……………………………………………………………………1
Daftar Isi ................................................…………………………………………………………………………2
A.Pendahuluan...........................................…………………………………………………………………….3
B.Pembahasan ..........................................………………………………………………………………………4
1) Dimensi Pengetahuan Taksonomi Revis........................................…………….4
2) Pengukuran Ranah Kognitif .............................…………………………….…….…7
4) Pengukuran Ranah Afektif ..................…………………………………………………………10
5) Pengukuran Ranah Psikomotorik..................................………………………………15
C.Rangkuman.............................................…………………………………………………………
D.Refleksi................................................…………………………………………………………
E.Evaluasi Kompetisi Materi.............................…………………………………………………………
F.Glosarium..............................................………………………………………………………
1
Pendahuluan
Auliya Rahmah dan Nurul Hasanah

1. Latar Belakang

Penilaian otentik perlu dilakukan terhadapa keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari
siswa melalui kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah
yang perlu dinilai meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif (Diknas. 1995). Dalam
membuat instrumen penilaian perlu dipertimbangkan ranah atau domain pembelajaran, apakah
untuk meningkatkan kemampuan mental otak, akal (kemampuan berpikir intellectus), atau untuk
meningkatkan kemampuan bersikap (values), berperilaku, berakhlak, atau untuk meningkatkan
kemampuan kinerja atau skill.
Benyamin S. Bloom dan kawan-kawannya mengembangkan suatu metode
pengklasifikasian tujuan pendidikan yang disebut dengan taksonomi (taxonomy). Mereka
berpendapat bahwa taksonomi tujuan pembelajaran harus senantiasa mengacu kepada tiga proses
berpikir (kognitif), ranah nilai atau sikap (afektif), dan ranah keterampilan (psikomotor).

Apa itu ranah kognitif,afektif dan psikomotorik?

Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan


mental (otak), bloom mengelompokkan ranah kognitif ke dalam
enam kategori dari yang sederhana sampai kepada yang paling
kompleks dan disumsikan bersifat hirarkis, yang berarti tujuan pada level yang paling
tertinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level yang rendah telah dikuasai (Sudijono,
1996).
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap adalah
salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku
(Asrul. 2014).
Ranah psikomotorik adalah ranah yang menitik beratkan kepada kemampuan
fisik dan kerja otot (Bloom. 1979). Dalam pengembangannyapun mata pelajaran yang
berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan
dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik dan keterampilan tangan

10 SISTEM
KOLOID
2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengukuran ranah kognitit?


2. Bagaimanakah pengukuran ranah afektit?
3. Bagaimanakah pengukuran ranah psikomotorik?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengukuran ranah kognitif.


2. Untuk mengetahui pengukuran ranah afektif.
3. Untuk mengetahui pengukuran ranah psikomotorik

11 SISTEM
KOLOID
2
Pembahasan
1. Dimensi Pengetahuan Taksonomi Revisi

Dalam dimensi ini akan dipaparkan empat jenis kategori pengetahuan. Tiga jenis pertama
dalam taksonomi revisi ini mencakup semua jenis pengetahuan yang terdapat dalam taksonomi
Bloom, namun mengganti sebagian nama jenisnya dan mengubah sebagian subjenisnya ke dalam
kategorikategori yang lebih umum. Sementara kategori keempat, yaitu
pengetahuan metakognitif dan subjenisnya semuanya baru.

a. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para pakar dalam
menjelaskan, memahami dan secara sistematis menata disiplin ilmu mereka. Pengetahuan faktual
berisikan elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan mempelajari suatu
disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terbagi
menjadi dua subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang terminologi dan (2) pengetahuan tentang detail-
detail dan elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan tentang terminologi melingkupi pengetahuan
tentang label dan simbol verbal dan nonverbal (kata, angka, tanda, gambar). Setiap materi kajian
mempunyai banyak label dan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang merujuk pada
maknamakna tertentu. Label dan simbol ini merupakan bahasa dasar dalam suatu disiplin ilmu,
Contoh-contoh penggunaan pengetahuan terminologi antara lain pengetahuan tentang alfabet.
pengetahuan tentang angka-angka Romawi, pengetahuan tentang kosakata dalam bahasa Indonesia,
dan pengetahuan tentang simbol-simbol pada peta
Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik merupakan pengetahuan
tentang peristiwa, lokasi. orang, tanggal. sumber informasi, dan semacamnya. Pengetahuan ini
meliputi semua informasi yang mendetail dan spesifik, seperti tanggal terjadinya

12 SISTEM
KOLOID
sebuah peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik adalah fakta-fakta yang dapat disendirikan sebagai
elemen-elemen yang terpisah dan berdiri sendiri. Setiap bidang kajian mengandung peristiwa,
lokasi, orang, tanggal, dan detail-detail lain yang mempresentasikan pengetahuan penting tentang
bidang itu. Contoh pengetahuan tentang detail-detail dan elemenelemen yang spesifik antara lain
pengetahuan tentang nama orang, tempat, dan peristiwa dalam proklamasi, pengetahuan tentang
produk utama dan produk ekspor Indonesia.

b. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori klasifikasi, dan


hubungan antara dua atau lebih kategori pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.
Pengetahuan konseptual meliputi skema, model, mental, dan teori yang mempresentasikan
pengetahuan manusia tentang bagaimana suatu materi kajian ditata dan distrukturkan, bagaimana
bagian-bagian informasi saling berkaitan secara sistematis, dan bagaimana bagian-bagian ini
berfungsi bersama.
Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang klasifikasi
dan kategori; (2) pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi dan (3) pengetahuan tentang teori,
model, dan struktur. Klasifikasi dan kategori merupakan landasan bagi prinsip dan generalisasi.
Prinsip dan generalisasi menjadi dasar hagi teori, model dan struktur.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori meliputi kelas, kategori, divisi, dan susunan
yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki serangkaian kategori
yang digunakan untuk menemukan dan mengkaji elemen-elemen baru. Klasifikasi dan kategori
menciptakan hubungan-hubungan, dicontohkan misalnya: ketika peserta didik menganalisis
sebuah cerita dengan kategori pokok berupa alur, tokoh, dan setting. Dalam hal alur sebagai
pengetahuan tentang kategori adalah apa yang menjadikan alur tersebut disebut dengan alur yang
berarti alur sebagai kategori adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh semua alur.
Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Prinsip dan generalisasi
merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk mengkaji
masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Prinsip dan generalisasi merangkum banyak fakta
dan peristiwa yang spesifik, mendeskripsikan proses dan interelasi di antara detail-detail fakta dan
peristiwa. dan menggambarkan proses dan interelasi di antara klasifikasi dan kategori. Contoh
tentang pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi antara lain pengetahuan tentang generalisasi-

13 SISTEM
KOLOID
generalisasi dalam kebudayaan-kebudayaan suku Jawa, pengetahuan tentang hukum-hukum
geometri dasar.
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup pengetahuan tentang berbagai
paradigma, epistemologi, teori, model yang digunakan dalam disiplin-disiplin ilmu untuk
mendeskripsikan, memahami, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Contoh pengetahuan
tentang teori, model, dan struktur antara lain pengetahuan tentang interelasi antara prinsip-prinsip
dalam penjumlahan sebagai dasar bagi teori-teori matematika, pengetahuan tentang struktur inti
pemerintahan kota setempat.

c. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Pengetahuan


ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan, algoritma. teknik, dan metode, yang semuanya
disebut dengan prosedur (Alexander, dkk., 1991; Anderson, 1983, de Jong dan Ferguson-Hessler.
1996: Dochy dan Alexander, 1995). Pengetahuan prosedural berkaitan dengan pertanyaan
"bagaimana". Pengetahuan prosedural ini terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan
tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma (2) pengetahuan tentang teknik dan
metode dalam bidang tertentu; dan (3) pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan hartis
menggunakan prosedur yang tepat.
Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma. pengetahuan ini
misalnya cara menjumlahkan 2 dan 2 (algoritma) adalah pengetahuan prosedural: jawabannya 4
merupakan pengetahuan faktual. Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu,
pengetahuan ini adalah bagaimana cara berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah, bukan hasil
penyelesaian masalah atau hasil pemikirannya. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan
kapan harus menggunakan prosedur yang tepat, pengetahuan ini dapat kita contohkan antara lain
pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan jenis esai apa yang harus ditulis (misalnya:
eksposisi persuasi), pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan metode apa
dalam menyelesaikan persamaanpersamaan aljabar.

d. Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam taksonomi revisi. Pencantuman


pengetahuan metakognitif dalam kategori dimensi pengetahuan dilandasi oleh hasil penelitian-

14 SISTEM
KOLOID
penelitian terbaru tentang peran penting pengetahuan siswa mengenai kognisi mereka sendiri dan
kontrol mereka atas kognisi itu dalam aktivitas belajar (Bransford, dkk. 1999; Sternberg. 1985,
Zimmerman dan Schunk, 1998). Salah satu ciri belajar dan penelitian tentang pembelajaran yang
berkembang adalah menekankan pada metode untuk membuat siswa semakin menyadari dan
bertanggung jawab atas pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri. Pengetahuan metakognitif
terbagi menjadi tiga subjenis yaitu:
(1) pengetahuan strategis:
(2) pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual dan
kondisional dan
(3) pengetahuan diri
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi belajar dan berpikir
serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang berbagai
strategi yang dapat digunakan siswa untuk menghafal materi pelajaran, mencari makna teks, atau
memahami apa yang mereka dengar dari pelajaran di kelas atau yang dibaca dalam buku dan
bahan ajar lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
pengulangan, elaborasi, dan organisasi.
Strategi pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilah-istilah untuk
memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi menggunakan berbagai teknik, yakni:
merangkum, memparafrase, dan memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi pengorganisasian
adalah membuat garis besar materi pelajaran, membuat pemetaan konsep, dan membuat catatan.
Pengetahuan tentang tugastugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional.
Menurut Flavell (1979) pengetahuan metakognitif mencakup pengetahuan bahwa berbagai tugas
kognitif itu sulit dan memerlukan sistem kognitif dan strategi-strategi kognitif. Selain mengetahui
strategi belajar dan berpikir, juga memerlukan pengetahuan kondisional yaitu siswa harus tahu
kapan dan mengapa menggunakan strategistrategi tersebut dengan tepat (Paris, dkk., 1983).
Flavel (1979) mengemukakan bahwa selain pengetahuan tentang beragam strategi dan
tugas kognitif, pengetahuan diri juga merupakan komponen yang penting dalam metakognitif.
Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang kekuatan, kelemahan, minat, bakat, motivasi
dalam kaitannya dengan kognisi dan belajar
Berkenaan dengan pengukuran terhadap ranah kognitif ini banyak dijumpai, dan hampir
sebagian besar contoh-contoh yang dikemukakan dalam buku ini adalah berkenaan dengan hal itu.
Berbeda halnya dengan tanah afektif seperti yang akan dibahas berikut ini, yang bentuk
pertanyaannya berbeda dengan ranah kognitif. Untuk mengukur kognitif dapat dilakukan dengan

15 SISTEM
KOLOID
tes, yaitu: tes lisan di kelas, pilihan berganda, uraian obyektif, uraian non obyektif, jawaban
singkat. menjodohkan, unjuk karya dan portofolio (Marpadi, 2004).
Nah, dari materi yang di paparkan di atas taksonomi tujuan pembelajaran harus senantiasa
mengacu kepada tiga proses yaitu:

2. Pengukuran Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan mental (otak). bloom
mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana sampai kepada yang
paling kompleks dan disumsikan bersifat hirarkis, yang berarti tujuan pada level yang paling
tertinggi dapat dicapai
apabila tujuan pada level yang rendah telah dikuasai (Sudjiono. 1996:49-
50). Tingkat kompetensi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui perubahan taksonomi dari kata benda (dalam
taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat agar sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan
dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Kategori pengetahuan dalam
taksonomi Bloom berubah menjadi mengingat. Bentuk kata kerja mengingat mendeskripsikan
tindakan yang tersirat dalam kategori pengetahuan aslinya: tindakan pertama yang dilakukan oleh
siswa dalam belajar pengetahuan adalah mengingatnya. Kategori pemahaman menjadi
memahami. Pemahaman merupakan tingkat memahami yang paling rendah. Pemahaman terbatas
pada hanya memahami tentang apa yang sedang dikomunikasikan tanpa menghubungkannya
dengan materi lain. Perubahan dari pemahaman menjadi memahami karena dalam pemilihan
nama-nama kategori. mempertimbangkan keluasan pemakaian istilah tersebut oleh banyak guru.

16 SISTEM
KOLOID
Kategori aplikasi menjadi mengaplikasikan. Dalam kategori ini hanya terjadi perubahan
dari kata benda menjadi kata kerja. Kategori analisis menjadi menganalisis. Dalam kategori ini
hanya terjadi perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Kategori sintesis menjadi mencipta.
Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah kesatuan yang koheren
dan fungsional yang akhimya dapat menghasilkan sebuah produk baru yang belum pernah ada
sebelumnya. Sintesis hanya terbatas pada memadukan elemen-elemen dan bagianbagian untuk
membentuk satu kesatuan dengan melibatkan proses mengolah potongan-potongan, bagian-
bagian, elemen-elemen dan mengatur serta memadukan sedemikian rupa sehingga membentuk
sebuah pola atau struktur yang sebelumnya tidak jelas. Kategori evaluasi menjadi mengevaluasi.
Dalam kategori ini hanya terjadi perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Perubahan
pengetahuan dalam taksonomi Bloom menjadi dimensi tersendiri yaitu dimensi pengetahuan
dalam taksonomi revisi. Pengetahuan tetap dipertahankan dalam taksonomi revisi namun berubah
menjadi dimensi tersendiri karena diasumsikan bahwa setiap kategori-kategori dalam taksonomi
membutuhkan penge sebagai apa yang harus dipelajari oleh siswa. Taksonomi revisi memiliki
dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif proses. Interelasi antara proses
kognitif dan pengetahuan disebut dengan Tabel Taksonomi.
Konsep-konsep pembelajaran yang berkembang terfokus pada prosesproses aktif, kognitif
dan konstruktif dalam pembelajaran yang bermakna. Pembelajar diasumsikan sebagai pelaku yang
aktif dalam aktivitas belajar, mereka memilih informasi yang akan mereka pelajari, dan
mengonstruksi makna berdasarkan informasi. Ini merupakan perubahan dari pandangan pasif
tentang pembelajaran ko pandangan kognitif dan konstruktif yang menekankan apa yang siswa
ketahui (pengetahuan) dan bagaimana mereka berpikir (proses kognitif) tentang apa yang mereka
ketahui ketika aktif dalam pembelajaran. Dimensi proses kognitif berisikan enam kategori yaitu:
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Dimensi
pengetahuan berisikan empat kategori yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.
Urutan sintesis dan evaluasi ditukar. Taksonomi revisi mengubah urutan dua kategori
proses kognitif dengan menempatkan mencipta sebagai kategori yang paling kompleks. Kategori-
kategori pada taksonomi Bloom disusun menjadi sebuah hierarki kumulatif yang berarti
penguasaan kategori yang lebih kompleks mensyaratkan penguasaan semua kategori di bawahnya
yang kurang kompleks. Penelitian-penelitian kemudian memberikan bukti-bukti empiris bahwa
hierarki kumulatif hanya berlaku pada tiga kategori tengahnya yakni pemahaman, aplikasi, dan
analisis, tetapi tidak pada dua kategori terakhir (Sintesis dan evaluasi). Penelitian membuktikan
sintesis merupakan kategori yang lebih kompleks daripada evaluasi.

17 SISTEM
KOLOID
Sehingga Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson
dan Krathwohl (2001:66-88) yakni: mengingat (remember), memahami/
mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze),
mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

a. Mengingat (Remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan
yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan.
Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna
(meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi
mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan
mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya
tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses
kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

b. Memahami/mengerti (Understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai


sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan
muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari
kategori pengetahuan tertentu.
Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian
ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan
dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.

18 SISTEM
KOLOID
Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek
yang diperbandingkan

c. Menerapkan (Apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu


prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan
berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi
kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan implementing).
Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah
dan melaksanakan percobaan di mana siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu
menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui
prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan permasalahan maka siswa diperbolehkan
melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah ditetapkan.
Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk
hal-hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini
maka siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru
menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan
erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan.
Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu
permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan
teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian
berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga
siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang
tepat untuk menyelesaikan permasalahan.

d. Menganalisis (analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap


bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiaptiap bagian tersebut dan mencari tahu
bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis
merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-

19 SISTEM
KOLOID
sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan
baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung
lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan.
Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan
pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan
mengorganisasikan (Organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan
permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi
permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu
hal ditemukan dan diciptakan Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil
komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan
hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang
sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus
dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan
permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi
yang telah diberikan.

e. Mengevaluasi (evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan
standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi
dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini
dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu
diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir
semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan
siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh
siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan
dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang
dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (Critiquing). Mengecek mengarah
pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau
produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka
mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik.
Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan

20 SISTEM
KOLOID
standar eksternal Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian
dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian
menggunakan standar ini.

f. Menciptakan (create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-


sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu
produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda
dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada
pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun
tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini
mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh
semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada
dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan
informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan
menghasilkan sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing).
Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan
alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen
yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi
pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual. pengetahuan
prosedural, dan pengetahuan metakognisi.

2. Pengukuran Ranah Kognitif

21 SISTEM
KOLOID
3
Pembuatan dan pemurnian koloid

A. Pembuatan koloid

Adapun cara pembuatan koloid adalah sebagai berikut:

1. Cara Kondensasi

Cara kondensasi merupakan cara untuk membentuk koloid melalui proses


penggumpalan partikel larutan agar menjadi partikel koloid. Penggumpalan tersebut
bisa dilakukan dengan metode berikut.

Reaksi pengendapan

Reaksi pengendapan dilakukan dengan cara mencampurkan larutan elektrolit


agar dihasilkan endapan, contohnya sebagai berikut.

Reaksi hidrolisis

22 SISTEM
KOLOID
Reaksi hidrolisis dilakukan dengan cara mencampurkan suatu zat dengan air,
contohnya sebagai berikut.

23 SISTEM
KOLOID
Reaksi redoks

Sistem koloid juga dapat dibentuk dari reaksi redoks, contohnya sebagai berikut:

Reaksi pergeseran

Contoh reaksi pergeseran bisa Quipperian lihat pada proses pembuatan sol
As2S3. Sol As2S3 dibuat dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan
H3AsO3 encer pada suhu tertentu. Adapun contoh reaksinya adalah sebagai
berikut

Reaksi penggantian pelarut

Pembuatan koloid jenis ini bisa Quipperian lihat pada pembuatan gel kalsium
asetat di mana larutan kalsium asetat harus ditambahkan alkohol 96% agar
terbentuk gel kalsium asetat.

2.Cara Dispersi

Cara dispersi kebalikan dari kondensasi, yaitu dilakukan dengan memperkecil


partikel suspensi agar menjadi partikel koloid. Cara dispersi ini bisa dilakukan
dengan beberapa metode berikut.

Cara mekanik

Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan menggunakan penggilingan atau


penggerusan partikel suspensi. Dengan demikian, akan dihasilkan partikel yang
lebih kecil dan lembut. Contoh pembuatan partikel koloid dengan cara mekanik
adalah sebagai berikut.
1) Gumpalan tawas yang sudah digiling akan membentuk koloid saat dicampurkan
dengan air.

24 SISTEM
KOLOID
2) Karbon dihaluskan dengan penggiling koloid agar dihasilkan tinta.
3) Belerang dan gula dihaluskan dalam penggiling koloid, sehingga dihasilkan sol
belerang.

Cara peptisasi

Koloid bisa dibentuk melalui proses peptisasi, yaitu dengan menambahkan ion
sejenis, sehingga partikel endapan akan mengalami pemecahan oleh zat kimia.
Adapun contoh peptisasi adalah sebagai berikut.
1) Sol Fe(OH)3dipeptisasi oleh FeCl3.
2) Sol NiS dipeptisasi oleh H2S.
3) Karet dipeptisasi oleh bensin.

Cara busur bredia/bredig

Cara busur bredia dilakukan dengan mencelupkan dua kawat logam yang dialiri
arus listrik ke dalam air. Dengan demikian, kawat tersebut akan membentuk
partikel koloid berupa debu di dalam air.

Cara ultrasonik

Pada prinsipnya, cara ini hampir sama dengan cara mekanik, hanya saja proses
penghancuran partikel besarnya menggunakan gelombang ultrasonik.

B. Pemurnian Koloid
Suatu koloid biasanya mengandung senyawa atau ion lain yang juga larut
didalamnya. Senyawa atau ion ini bersifat mengganggu kestabilan koloid. Untuk
itu senyawa ini perlu dipisahkan dari sistem koloid dengan tiga cara yaitu dialisis,
elektroosmosis dan elektroforesis.

Dialisis

Partikel koloid yang berukuran cukup besar biasanya tidak dapat melewati
membran semi permeabel sedangkan ion yang larut dalam koloid bisa melewatinya
karena ukurannya yang kecil. Nah proses pemisahan partikel koloid dengan
menggunakan membran semi permeabel ini yang disebut dengan dialysis.

25 SISTEM
KOLOID
Proses dialisis untuk membuang ion penggangu dalam koloid

Jika selang yang terbuat dari selaput semipermeabel dimasukkan ke dalam koloid
dan dialiri air terus menerus, maka ion-ion dalam koloid bisa masuk ke dalam
selang dan terbawa keluar oleh air. Partikel koloid yang tertinggal lama-kelamaan
akan semakin murni.
Selain itu kita juga bisa meletakkan suatu koloid yang bercampur io-ion ini dalam
kantong semipermeabel, kemudian dicelupkan ke dalam air. Ion-ionnya juga akan
keluar dari kantong dan masuk ke dalam air. Jika airnya terus diganti setelah
beberapa saat, maka koloidnya juga akan semakin murni.

Tahukah Kamu?

Proses alami dialisis juga terjadi dalam tubuh kita. Ginjal memiliki membarn
semi permeabel yang bisa dilewati oleh molekul-molekul kecil seperti yang
terkandung dalam urin. Sedangkan darah yang merupakan koloid tidak dapat
melaluinya. Akhinya darah dapat terpisah dari urin, kemudian dibuang keluar
tubuh.Jika seseorang mengalami gagal ginjal, artinya ginjalnya tidak dapat
menyaring darah dan urine maka untuk bertahan hidup ia harus melakukan
proses dialisis dengan bantuan alat. Alat dialisis yangada di rumah sakit
erjanya mirip dengan ginjal sehingga urine dan darah tetap bisa dipisahkan.
Tetapi tentu pengobatan ini sangat mahal bukan!

26 SISTEM
KOLOID
Elektroosmosis
Berbeda dengan dialisis, elektroosmosis adalah proses pemurnian koloid dengan
cara memaksa ion-ion yang larut didalamnya keluar melalui mebran
semipermeabel. Pengeluaran ion-ion ini dilakukan dengan bantuan energi listrik.
Prinsipnya adalah menarik ion-ion menggunakan elektroda + dan – sehingga koloid
benar-benar bersih. Proses ini tentu juga berlangsung lebih cepat.

Elektroforesis
Metode ini digunakan untuk memisahkan campuran dua atau lebih koloid yang
bermuatan. Prinsipnya adalah dengan mengalirkan arus listrik pada dua buah
elektroda (+ dan -) sehingga koloid yang bermuatan positif akan berkumpul
disekitar elektroda negatif dan begitu juga sebalikknya. Dengan cara ini,
komponen koloid dalam campuran dapat dipisahkan.
Kalau campurannya mengandung dua koloid yang muatannya sama, maka ia
dipisahkan berdasarkan kecepatan difusinya. Koloid satu mungkin mungkin lebih
dahulu mencapai elektroda sementara yang lain lambat. Dengan begitu maka
koloid tersebut dapat terpisah.

Penstabilan Koloid
Partikel koloid kadang mempunyai daya tarik yang kuat sesamanya, sehingga
membentuk gumpalan yang akhirnya mengendap. Koloid seperti ini tidak bersifat
stabil dan jika digunakan tentu ketidakstabilan ini dapat menjadi suatu masalah.
Misalnya, es krim itu jika tidak ditambahkan koloid pelindung maka dalam
beberapa waktu saja ia kan segera meleleh. Koloid pelindung adalah salah satu
cara menstabilkan koloid.

27 SISTEM
KOLOID
4
Sifat-Sifat Koloid dan penerapannnya
dalam kehidupan sehari-hari
Koloid memiliki sifat yang bemacam-macam, antara lain: gerak brown,efek
tyndal,elektroforesis,koagulasi,dan adsorbs.

1). Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.


Ketika berkas cahaya diarahkan ke larutan, cahaya tersebut akan diteruskan
sehingga kita tidak bisa melihatnya. Kenapa? Hal ini dikarenakan larutan bersifat
homogen.

Ilustrasi Efek Tyndall

Contoh Efek Tyndall

Contoh Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari yaitu saat di


bioskop. Sorot lampu proyektor akan tampak jelas ketika ada asap
rokok yang melewatinya, sehingga gambar film yang ada di layar
menjadi tidak jelas. Hal ini karena adanya hamburan cahaya oleh
partikel-partikel asap rokok yang menyebabkan daya tembus lampu
proyektor menjadi berkurang.

28 SISTEM
KOLOID
2). Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan atau gerak zig zag
partikel koloid. Gerakan ini terjadi karena benturan tidak teratur antara partikel
koloid terdispersi dan medium pendispersi. Benturan ini mengakibakan partikel
koloid bergetar dengan arah tidak beraturan dan jarak yang pendek. Gerak zig
zag akibat benturan dari partikel pendispersi menyebabkan sistem koloid tetap
stabil, tetap homogen, dan tidak mengendap.

Ilustrasi Gerak Brown

3). Adsorpsi

Adsorpsi merupakan peristiwa menempelnya muatan di permukaan parikel-


partikel koloid. Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan partikel koloid untuk
menarik (ditempeli) oleh partikel-partikel kecil. Kemampuan untuk menarik ini
disebabkan adanya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi. Alhasil, ketika
ada partikel kecil yang menempel ke koloid, partikel itu akan cenderung tidak
mudah lepas (tetap menempel). Zat-zat teradsorpsi dapat terikat kuat
membentuk lapisan yang tebalnya tidak lebih dari satu atau dua lapisan partikel.
Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya.
Ketika partikel koloid menyerap ion bermuatan, ion-ion tersebut akan menempel
pada permukaannya dan partikel koloid tersebut menjadi bermuatan.

29 SISTEM
KOLOID
Contoh Adsorpsi

Contoh Adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari yaitu saat Adsorben


misalnya pada pemutihan gula, penyembuhan sakit perut dengan serbuk norit,
menghilangkan bau badan dengan tawas, proses pemurnian gula pasir dan enjernihan
air dengan menambahkan tawas.

4). Koagulasi

Koagulasi adalah peristiwa terjadinya pengendapan pada koloid.


Penggumpalan partikel terjadi karena adanya kerusakan stabilitas sistem koloid
atau karena penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan sehingga
membentuk partikel yang lebih besar. Koagulasi dapat dipengaruhi oleh pemanasan,
pendinginan, penambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda
muatan, dan elektroforesis.

Ilustrasi sifat koagulasi

Contoh Koagulasi

Contoh koagulasi koloid dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada


penggumpalan susu yang basi dan telur yang direbus hingga membeku.

30 SISTEM
KOLOID
5). Elektroforesis

Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid
bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut
elektroforesis. Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan
partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid
bermuatan negatif, jika partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti
koloid bermuatan positif.

Ilustrasi Sifat Elektroforesis

Contoh elektroforesis

Contoh elektroforesis dalam kehidupan sehari-hari yaitu


pada peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian
dalam identifikasi/tes DNA pada jenazah korban pembunuhan/
jenazah tak dikenal.

31 SISTEM
KOLOID
RANGKUMAN

1. Sistem koloid adalah suatu campuran zat yang


terdiri dari fase terdispersi dan medium
pendispersi dimana partikel-partikel fase
terdispersi berukuran koloid tersebar merata
(homogen) dalam medium pendispersinya.
2. Perbedaan sistem koloid dengan larutan sejati
dan suspensi meliputi perbedaan jumlah fase,
distribusi partikel, ukuran koloid, penyaringan
dan kestabilan.
3. Sifat-sifat karakteristik sol meliputi: efek
Tyndall, gerak Brown, daya adsorpsi, bermuatan
listrik, koagulasi dan koloid pelindung.
4. Koloid sol dapat dibuat dengan 2 metode yaitu
metode kondensasi dan metode dispersi.
5. Beberapa metode pemurnian yang dapat
digunakan untuk menghilangkan partikel-partikel
zat telarut yang tidak diinginkan adalah dialisis,
elektrodialisis dan menggunakan penyaring ultra.

32 SISTEM
KOLOID
Evaluasi Polapedia
PILIHAN GANDA

Berilah tanda (X) pada jawaban yang menurut anda paling benar!

1. Buih dalam system dispresi adalah…


a. Zat pada terdispresi dalam zat cair
b. Zat cair terdispresi dalam gas
c. Gas terdispresi dalam zat padat
d. Gas terdispresi dalam zat cair
e. Zat cair terdispersi dalam zat cair

2. Proses dialysis terjadi karena…


a. Partikel koloid tidak dapat menembus selaput semipermeable
b. Partikel koloid dapat bermuatan listrik
c. Partikel-partikel koloid bergerak lurus
d. Adanya aliran air melalui dinding semipermeable
e. Muatan listrik tidak dapat menembus dinding semipermeable

3. Sistem koloid dibawah ini yang medium pendispersinya padat adalah…


a. Asap
b. Kabut
c. Batu apung
d. Susu
e. Lem kanji

4. Pembuatan koloid di bawah ini yang termasuk pembuatan cara dispersi adalah…
a. Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2S3
b. Sol belerang dibuat dengan mengalirkan gas H 2S ke dalam larutan SO2
c. Sol AgCl dapat dibuat dengan merea- ksikan perak nitrat encer dengan larut-
an HCI
d. Sol emas dapat dibuat dengan melom- patkan bunga api listrik dari elektrode
Au dalam air
e. Sol Fe(OH)3 dibuat dengan menam- bahkan larutan FeCl3 jenuh ke dalam air
mendidih

5. Penerapan sifat-sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari:


1) Pembentukan delta di muara sungai

33 SISTEM
KOLOID
2) Proses cuci darah
3) Penggumpalan lateks
4) Penggunaan norit untuk obat sakit perut
5) Sorot lampu bioskop pada udara berasap

Contoh penerapan sifat koloid yang merupakan sifat koagulasi adalah nomor…

a. 1) dan 2)
b. 1) dan 3)
c. 2) dan 3)
d. 2) dan 4)
e. 4) dan 5)

6. Beberapa sifat koloid:


1. Elektroforesis
2. Efek Tyndall
3. Adsorbsi
4. Koagulasi
5. Dialysis

Pengobatan diare dengan norit dan proses cuci darah merupakan contoh
penerapan sifat koloid nomor…

a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 3 dan 4
d. 3 dan 5
e. 4 dan 5

7. Sifat koloid dapat diterapkan dalam ke- hidupan sehari-hari antara lain:
(1) Sorot lampu bioskop;
(2) Pembuatan obat norit;
(3) Penggumpalan karet dalam lateks;
(4) Proses cuci darah;
(5) Pembentukan delta di muara sungai.
Contoh penerapan sifat adsorbsi adalah…
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5

34 SISTEM
KOLOID
8. Gerak Brown terjadi karena…
a. Gaya gravitasi
b. Tolak- menolak antara partikel koloid yang bermuatan sama
c. Tarik-menarik antara partikel koloid yang berbeda muatan
d. Tumbukan antara partikel koloid
e. Tumbukan molekul medium dengan partikel koloid

9. Kabut adalah system koloid dari…


a. Gas dalam zat cair
b. Zat cair dalam gas
c. Gas dalam gas
d. Gas dalam zat padat
e. Zat cair dalam zat cair

10. Pasangan koloid yang proses pembuatannya tergolong proses pembuatan gel
adalah...
a. Agar-agar dan kanji
b. Gelatin dan selai
c. Sabun dan gelatin
d. Sabun dan susu
e. Kanji dan sabun

ESSAY

Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat!

1. Apakah tanah merupakan sistem koloid? Berikan alasannya!


2. Mengapa koloid mampu menghamburkan cahaya ( efek tyndall )sedangkan larutan
tidak demikian?
3. Apa fungsi koloid pelindung? Berikan contohnya!
4. Salah satu penerapan sifat dialisa adalah proses hemodialisis. Berikan penjelasan
mengenai hemodialisis!
5. Jelaskan sistem koloid yang terdapat dalam Cat!

35 SISTEM
KOLOID

Anda mungkin juga menyukai