Anda di halaman 1dari 19

Tugas

“ HAK ASASI MANUSIA”

OLEH :

Miranti Mamile 18010888


Naris Safitri P. 18010791
Friska Palamani 1801095
Arselia Rumambi 1801093
Chrisdiyanti M. 1801079
Nurwahida A. Haris 1801077
Dahlia Mangantar 1801086
Wandi Fataruba 1801081

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatakan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahamat dan hidayahNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Hak Asasi Manusia di Indonesia”
dengan tepat waktu.

Makalah ini kami susun tidak hanya sekedar untuk melengkapi


tugas mata kuliah namun juga untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi semua kalangan.

Dalam pembuatan makalah ini kami mengucapkan terima kasih


kepada dosen kami yang telah membagi ilmunya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna sehingga


kami sangat mengharap kritik dan saran demi perbaikan makalah –
makalah yang akan datang.

Manado, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang.............................................................................1

I.2 Tujuan Pelaksanaan.....................................................................2

I.3 Rumusan Masalah........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Sejarah HAM di Indonesia...........................................................3

II.2 Hubungan HAM dan Pancasila...................................................5

II.3 Hak dan Kewajiban Warganegara..............................................8

II.4 Contoh Pelanggaran HAM..........................................................13

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan.................................................................................15

III.2 Saran..........................................................................................15
...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati
dianugrahi hak dasar yang disebut hak asasi, tanpa perbedaan antara
satu dengan lainnya. Sejak lahir pun manusia yang menjadi warga dari
suatu Negara secara otomatis telah memiliki hak asasi.
Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara,
dalam mengembangkan diri, berperan dan memberikan sumbangan bagi
kesejahteran hidup manusia, ditentukan oleh pandangan hidup dan
kepribadian bangsa.
Pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai
kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, menempatkan manusia pada
keluhuran harkat dan martabat makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan
kesadaran mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi dan juga
makhluk sosial, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945.
Bangsa Indonesia menghormati setiap upaya suatu bangsa untuk
menjabarkan dan mengatur hak asasi manusia sesuai dengan sistem nilai
dan pandangan hidup masing-masing. Bangsa Indonesia menjunjung
tinggi dan menerapkan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa.

1
I.2 Tujuan Pelaksanaan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. Menambah pengetahuan kepada masyarakat pada umumnya dan
kepada mahasiswa tentang sejarah HAM di Indonesia.
2. Mengetahui hubungan antara HAM dengan Pancasila.
3. Mengetahui contoh-contoh pelanggaran HAM

I.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah HAM di Indonesia?
2. Adakah hubungan antara HAM dengan Pancasila ?
3. Apa saja contoh-contoh pelanggaran HAM ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Sejarah HAM di Indonesia


Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang
sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar
HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration
of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik
Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal
30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1.
Dalam teori perjanjian bernegara, adanya Pactum Unionis dan
Pactum Subjectionis. Pactum Subjectionis adalah perjanjian antara
individu-individu atau kelompok-kelompok masyarakat membentuik suatu
negara, sedangkan pactum unionis adalah perjanjian antara warga negara
dengan penguasa yang dipiliah di antara warga negara tersebut (Pactum
Unionis). Thomas Hobbes mengakui adanya Pactum Subjectionis saja.
John Lock mengakui adanya Pactum Unionis dan Pactum Subjectionis
dan JJ Roessaeu mengakui adanya Pactum Unionis. Ke-tiga paham ini
berpenbdapat demikian. Namun pada intinya teori perjanjian ini meng-
amanahkan adanya perlindungan Hak Asasi Warga Negara yang harus
dijamin oleh penguasa, bentuk jaminan itu mustilah tertuang dalam
konstitusi (Perjanjian Bernegara).
Sepanjang sejarah kehidupan manusia ternyata tidak semua orang
memiliki penghargaan yang sama terhadap sesamanya. Ini yang menjadi
latar belakang perlunya penegakan hak asasi manusia. Manusia dengan
teganya merusak, mengganggu, mencelakakan, dan membunuh manusia
lainnya. Bangsa yang satu dengan semena-mena menguasai dan
menjajah bangsa lain. Untuk melindungi harkat dan martabat
kemanusiaan yang sebenarnya sama antarumat manusia, hak asasi
manusia dibutuhkan.

3
Berikut sejarah penegakan HAM di Indonesia.
1. Pada Masa Prakemerdekaan
Pemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada
abad ke-19. Orang Indonesia pertama yang secara jelas
mengungkapkan pemikiran mengenai HAM adalah Raden Ajeng
Kartini. Pemikiran itu diungkapkan dalam surat-surat yang ditulisnya
40 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan.
2. Pada Masa Kemerdekaan
 Pada masa orde lama
Gagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang
dalam sidang BPUPKI. Tokoh yang gigih membela agar HAM diatur
secara luas dalam UUD 1945 dalam sidang itu adalah Mohammad
Hatta dan Mohammad Sukiman. Tetapi, upaya mereka kurang
berhasil. Hanya sedikit nilai-nilai HAM yang diatur dalam UUD 1945.
Sementara itu, secara menyeluruh HAM diatur dalam Konstitusi RIS
dan UUDS 1950.
 Pada masa orde baru
Pelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya.
Ini terjadi terutama karena HAM dianggap sebagai paham liberal
(Barat) yang bertentangan dengan budaya timur dan Pancasila.
Karena itu, HAM hanya diakui secara sangat minimal. Komisi Hak
Asasi Manusia dibentuk pada tahun 1993. Namun, komisi tersebut
tidak dapat berfungsi dengan baik karena kondisi politik. Berbagai
pelanggaran HAM terus terjadi, bahkan disinyalir terjadi pula berbagai
pelanggaran HAM berat. Hal itu akhirnya mendorong munculnya
gerakan reformasi untuk mengakhiri kekuasaan orde baru.
3. Pada Masa Reformasi
Masalah penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah
menjadi tekad dan komitmen yang kuat dari segenap komponen
bangsa terutama pada era reformasi sekarang ini. Kemajuan itu
ditandai dengan membaiknya iklim kebebasan dan lahirnya berbagai

4
dokumen HAM yang lebih baik. Dokumen itu meliputi UUD 1945 hasil
amendemen, Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia, UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU
No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

II.2 Hubungan HAM dan Pancasila


Sebagai Dasar Negara Pancasila sangat menghargai Hak Asasi
Manusia (HAM). Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan
dalam pembukaan UUD 1945 dan terperinci di dalam batang tubuh UUD
1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional dan fundamental
tentang dasar filsafat negara Republik Indonesia. Perumusan ayat ke 1
pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala
bangsa didunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
HAM juga terdapat di dalam Pembukaan konstitusi kita yang
pernah berlaku. Namun, pelaksanaan HAM tetap berlandaskan nilai-nilai
Pancasila. Misalkan bagaimana kedudukan individu dalam sistem
demokrasi? Demokrasi kita tetap berlandaskan kolektivisme, bukan
pertentangan individu dan “social orde” seperti demokrasi liberal dan hak-
hak lain berlandaskan kondisi masyarakat asli Indonesia. Hubungan
antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk
memeluk agama , melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan
agama. Sila tersebut mengamanatkan bahwa setiap warga negara
bebas untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing – masing.
Hal ini selaras dengan Deklarasi Universal tentang HAM pasal 2
dimana terdapat perlindungan HAM (Setiap orang berhak atas semua

5
hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini
dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan
lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran
ataupun kedudukan lain. Selanjutnya, tidak akan diadakan
pembedaan atas dasar kedudukan politik, hukum atau kedudukan
internasional dari negara atau daerah dari mana seseorang berasal,
baik dari negara yang merdeka, yang berbentuk wilayah-wilayah
perwalian, jajahan atau yang berada di bawah batasan kedaulatan
yang lain).
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap
warga negara pada kedudukan yang sama dalam hukum serta serta
memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan
dan perlindungan undang-undang. Sila Kedua, mengamanatkan
adanya persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam
Deklarasi HAM PBB yang melarang adanya diskriminasi. Pasal 7
(Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan
hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas
perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang
bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang
mengarah pada diskriminasi semacam ini).
3. Sila Persatuan Indonesia
Sila ini mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga
Negara dengan semangat rela berkorban dan menempatkan
kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi atau
golongan, hal ini sesuai dengan Prinsip HAM dimana hendaknya
sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat
persaudaraan. Pasal 1 (Semua orang dilahirkan merdeka dan
mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal

6
dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan).
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan dicerminkan dalam kehidupan
pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.
Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat
yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi
yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat. Inti dari sila ini
adalah musyawarah dan mufakat dalam setiap penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan sehingga setiap orang tidak dibenarkan
untuk mengambil tindakan sendiri, atas inisiatif sendiri yang dapat
mengganggu kebebasan orang lain. Hal ini sesuai pula dengan
Deklarasi HAM.
5. Sila Keadalian Bagi seluruh Rakyat Indonesia
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik
perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta
memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat. Asas
keadilan dalam HAM tercermin dalam sila ini, dimana keadilan disini
ditujukan bagi kepentingan umum tidak ada pembedaan atau
diskriminasi antar individu. (DP, berbagai sumber)

II.3 Hak dan Kewajiban Warganegara


Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui
oleh UU sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini
akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau
(khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai
penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang
unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun

7
dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh
negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang
bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12
tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU
ini, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah :
1. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi
WNI
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan
ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan
ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal
sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
5. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang
WNI
6. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui
oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu
dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
8. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada
waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui
10. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah
dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya.
11. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan
ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut

8
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan.
12. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi :
1. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18
tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegaraan asing.
2. Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah
sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan.
3. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh
kewarganegaraan Indonesia
4. Anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara
sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.
Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang
termasuk dalam situasi sebagai berikut:
1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau
ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia.
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang
diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai
anak oleh warga negara Indonesia
Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di
atas, dimungkinkan pula perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia
melalui proses pewarganegaraan. Warga negara asing yang kawin secara
sah dengan warga negara Indonesia dan telah tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia sedikitnya lima tahun berturut-turut atau sepuluh tahun
tidak berturut-turut dapat menyampaikan pernyataan menjadi warga

9
negara di hadapan pejabat yang berwenang, asalkan tidak mengakibatkan
kewarganegaraan ganda.
Berbeda dari UU Kewarganegaraan terdahulu, UU
Kewarganegaraan tahun 2006 memperbolehkan dwikewarganegaraan
secara terbatas, yaitu untuk anak yang berusia sampai 18 tahun dan
belum kawin sampai usia tersebut. Pengaturan lebih lanjut mengenai hal
ini dicantumkan pada Peraturan Pemerintah no. 2 tahun 2007.
Dari UU ini terlihat bahwa secara prinsip Republik Indonesia
menganut asas kewarganegaraan ius sanguinis, ditambah dengan ius soli
terbatas (lihat poin 8-10) dan kewarganegaraan ganda terbatas (poin 11).

Asas-asas Kewarganegaraan yaitu :


1. Ius Soli
Ius Soli atau jus soli (bahasa Latin untuk "hak untuk wilayah") adalah
hak mendapatkan kewarganegaraan yang dapat diperoleh bagi
individu berdasarkan tempat lahir di wilayah dari suatu negara.
Ius soli umum di negara-negara di Amerika dan di tempat lain yang
ingin mengembangkan dan meningkatkan penduduk mereka.
Beberapa negara yang menerapkan ius soli adalah
a. Argentina
b. Brasil
c. Jamaika
d. Kanada
e. Meksiko
f. Amerika Serikat
2. Ius Sanguinis
Ius Sanguinis atau jus sanguinis (bahasa Latin untuk "hak untuk
darah") adalah hak kewarganegaraan yang diperoleh seseorang
(individu) berdasarkan kewarganegaraan ayah atau ibu biologisnya.
Kebanyakan bangsa yang memiliki sejarah panjang menerapkan asas
ini, seperti negara-negara di Eropa dan Asia Timur.

10
Dalam Hubungan anatar Negara seseorang dapat pindah tempat
dan beardomisili di Negara lain. Apabila seseorang atau keluarga yang
bertempat tinggal di negeri lain melahirkan anak, maka status
kewarganegaraan anak ini tergantung Negara tempat kelahirannya dan
yang berlaku di Negara orang tuanya. Perbedaan asas yang dianut oleh
Negara yang lain, misalnya Negara A menganut asas ius sanguinis
sedangkan Negara B menganut asas ius soli, hal ini dapat menimbulkan
status bipatride atau apatride pada anak tersebut.
 Apatride adalah tanpa kewarganegaraan yang timbul apabila
penurut peraturan kewarganegaraan, seseorang tidak diakui sebagai
warga Negara dari Negara manapun.
Misalnya Agus dan ira adalah suami istri yang berstatus Negara B
yang berasal dari ius soli. Mereka berdomisili di Negara A yang
berasas ius sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka Budi, menurut
Negara A, Budi tidak diakui sebagai warga negaranya, karena
orangtuanya bukan warga negaranya. Begitupula menurut Negara B,
Budi tidak diakui sebagai warga negaranya, karena lahir di wilayah
Negara lain. Dengan demikian Budi tiak mempunyai
kewarganegaraan atau apatride.
 Bipatride adalah dwi kewarganegaraan, yang timbul apabila
penurut peraturan dari dua Negara terkait seorang dianggap sebagai
warga Negara kedua Negara itu.
Misalnya Adi dan Ani adalah suami isteri yang berstatus warga
Negara A, namun mereka berdomisili di Negara B. Negara A
menganut asas ius sanguinis dan Negara B menganut asas ius soli.
Kemudian lahirlah anak mereka, Dani. Menurut Negara A yang
menganut asas ius sanguinis, Dani adalah warga Negaranya karena
mengikuti kewarganegaraan orang tuanya. Menurut Negara B yang
menganut asas ius soli, Dani juga warga Negaranya, karena tempat

11
kelahirannya adalah di Negara B. dengan demikian Dani mempunyai
status dua kewarganegaraan atau bipatride.

Hak dan Kewajiban Warganegara menurut UUD 1945


Pasal-pasal UUd 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban
warganegara mencakup pasal-pasal 27 ,28, 29, 30, 31, 33, dan 34.
a. Pasal 27 ayat (1) menetapkan hak warganegara yang sama dalam
hukum dan pemerintahan, serta kewajiban untuk menjunjung
hukum dan pemerintahan.
b. Pasal 27 ayat (2) menetapkan hak warganegara atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
c. Pasal 27 ayat (3) dalam Perubahan Kedua UUD 1945 menetapkan
hak dan kewajiban warganegara untuk ikut serta dalam upaya
pembelaan Negara.
d. Pasal 28 menetapkan hak kemerdekaan warganegara untuk
berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan.
e. Pasal 29 ayat (2) menyebutkan adanya hak kemerdekaan untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut
agamanya.
f. Pasal 30 ayat (1) dalam Perubahan Kedua UUD 1945
menyebutkan hak dan kewajiban warganegara untuk ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.
g. Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa tiap-tiap warganegara
berhak mendapat pengajaran.

II.4 Contoh Pelanggaran HAM


Kasus-Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud
dengan pelanggaran hak asasi manusia setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak

12
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan
hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku.Hampir dapat dipastikan dalam kehidupan sehari-hari dapat
ditemukan pelanggaran hak asasi manusia, baik di Indonesia maupun di
belahan dunia lain. Pelanggaran itu, bisa dilakukan oleh pemerintah
maupun masyarakat, baik secara perorangan ataupun kelompok. Kasus
pelanggaran HAM ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
 Pembunuhan masal (genisida).
 Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan.
 Penyiksaan.
 Penghilangan orang secara paksa.
 Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis
b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
 Pemukulan
 Penganiayaan
 Pencemaran nama baik
 Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
 Menghilangkan nyawa orang lain
Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan
berbuat baik, dan keinginan berbuat jahat. Keinginan berbuat jahat itulah
yang menimbulkan dampak pada pelanggaran hak asasi manusia, seperti
membunuh, merampas harta milik orang lain, menjarah dan lain-lain.
Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara
aparat pemerintah dengan masyarakat dan antar warga masyarakat.
Namun, yang sering terjadi adalah antara aparat pemerintah dengan
masyarakat. Apabila dilihat dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia,

13
ada beberapa peristiiwa besar pelanggaran hak asasi manusia yang
terjadi dan mendapat perhatian yang tinggi dari pemerintah dan
masyarakat Indonesia, seperti :
a. Kasus Tanjung Priok (1984)
Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga
sekitar yang berawal dari masalah SARA dan unsur politis. Dalam
peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran HAM dimana terdapat rarusan
korban meninggal dunia akibat kekerasan dan penembakan.
b. Kasus Ambon (1999)
Peristiwa yang terjadi di Ambon ni berawal dari masalah sepele yang
merambat kemasala SARA, sehingga dinamakan perang saudara dimana
telah terjadi penganiayaan dan pembunuhan yang memakan banyak
korban.

14
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Hak Asasi Manusia atau sering disebut dengan HAM adalah hak
yang sudah dimiliki manusia sejak masih dalam kandungan yang bersifat
kodrati sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia
tidak dapat direbut atau diirampas oleh siapapun. Setiap manusia atau
individu mempunyai hak yang sama, tidak ada yang dibeda-bedakan.
Selain itu manusia juga sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri tetapi hidup dalam sebuah kelompok. Sebagai makhluk social,
selain mempunyai hak asasi juga mempunyai kewajiban sebagai
warganegara, maka sudah seharusnya dipatuhi dan dijalankan.

III.2 Saran
Sebaiknya setiap manusia itu harus menghormati, menghargai hak
asasi oranglain karena hak mereka itu sama, bukan saling menyalahkan
karena sebuah perbedaan. Dan kewajiban sebagai warganegara
hendaknya dijalankan tidak hanya menuntut hak saja tapi melalaikan
kewajiban karena itu merugikan oranglain, padahal manusia itu makhlukk
social yang tidak bisa hidup sendiri.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, dan Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan


Kewarganegaraan.Yogyakarta: Paradigma.

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adne4112/w3_5_5_4.htm (diakses
tanggal 05 Oktober 2014)

http://yogifatori.wordpress.com/2011/10/13/pengertian-apatride-bipatride-
dan-multipatride/ (diakses tanggal 05 Oktober 2014)

http://id.wikipedia.org/wiki (diakses tanggal 05 Oktober 2014)

http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-memayungi-hak-asasi-
manusia-ham/ (diakses tanggal 05 Oktober 2014)

http://www.zonasiswa.com/2014/07/sejarah-hak-asasi-manusia-ham.html
(diakses tanggal 05 Oktober 2014)

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah HAM
    Makalah HAM
    Dokumen19 halaman
    Makalah HAM
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Nasionalisme
    Makalah Nasionalisme
    Dokumen10 halaman
    Makalah Nasionalisme
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Hakekat Bangsa Dan Negara PP
    Hakekat Bangsa Dan Negara PP
    Dokumen24 halaman
    Hakekat Bangsa Dan Negara PP
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Akhlak Dalam Keluarga
    Akhlak Dalam Keluarga
    Dokumen11 halaman
    Akhlak Dalam Keluarga
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Sistem Operasi.
    Sistem Operasi.
    Dokumen10 halaman
    Sistem Operasi.
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen7 halaman
    Bab Ii
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • (Pert 1) Ruang Lingkup Biologi
    (Pert 1) Ruang Lingkup Biologi
    Dokumen10 halaman
    (Pert 1) Ruang Lingkup Biologi
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Jan Tung
    Jan Tung
    Dokumen3 halaman
    Jan Tung
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • ABDOMEN
    ABDOMEN
    Dokumen11 halaman
    ABDOMEN
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Analisa Jurnal
    Analisa Jurnal
    Dokumen9 halaman
    Analisa Jurnal
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Tugas Jurnal Hestinola Teapon
    Tugas Jurnal Hestinola Teapon
    Dokumen13 halaman
    Tugas Jurnal Hestinola Teapon
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Aborsi
    Aborsi
    Dokumen9 halaman
    Aborsi
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Saluran Pencernaan 1234
    Saluran Pencernaan 1234
    Dokumen14 halaman
    Saluran Pencernaan 1234
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • KomUnikasi Nonverbal
    KomUnikasi Nonverbal
    Dokumen8 halaman
    KomUnikasi Nonverbal
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar e
    Kata Pengantar e
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar e
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Setelah Lahir
    Setelah Lahir
    Dokumen8 halaman
    Setelah Lahir
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Tinea Versicolor
    Tinea Versicolor
    Dokumen9 halaman
    Tinea Versicolor
    Desi Yani
    Belum ada peringkat
  • Sirosis Hepatis
    Sirosis Hepatis
    Dokumen15 halaman
    Sirosis Hepatis
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Saluran Pencernaan 1234
    Saluran Pencernaan 1234
    Dokumen14 halaman
    Saluran Pencernaan 1234
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Setelah Lahir
    Setelah Lahir
    Dokumen8 halaman
    Setelah Lahir
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • RESUME Sistem Endokrin
    RESUME Sistem Endokrin
    Dokumen11 halaman
    RESUME Sistem Endokrin
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Tahap Persiapan
    Tahap Persiapan
    Dokumen12 halaman
    Tahap Persiapan
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Tahap Persiapan
    Tahap Persiapan
    Dokumen12 halaman
    Tahap Persiapan
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Pada Abdomen
    Penyakit Pada Abdomen
    Dokumen17 halaman
    Penyakit Pada Abdomen
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Sumarwan Soleman (1801036) Tumor Otak
    Sumarwan Soleman (1801036) Tumor Otak
    Dokumen53 halaman
    Sumarwan Soleman (1801036) Tumor Otak
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Saluran Pencernaan
    Pengertian Saluran Pencernaan
    Dokumen10 halaman
    Pengertian Saluran Pencernaan
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Nonverbal
    Nonverbal
    Dokumen16 halaman
    Nonverbal
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat
  • Vena Cava Anterior
    Vena Cava Anterior
    Dokumen12 halaman
    Vena Cava Anterior
    N. Safitri .Pattinasarani
    Belum ada peringkat