NIM : 1902113134
Dalam studi evaluasi banyak ditemukan model-model evaluasi dengan format dan sistematika yang
berbeda. Kaufman dan Thomas dalam Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin AJ serta Zaenal Arifin (2009)
membedakan model evaluasi menjadi delapan yaitu:
Penjelasannya :
Konsep evaluasi model CIPP (Context, Input, Process, and Product) merupakan model evaluasi yang
dimana proses pelaksanaannya sesuai dengan dimensi sistem pendidikan yang mencakup konteks, input, proses, dan
produk.
1. Fixed vs Emergent Evaluation Design. Desain evaluasi yang tetap (fixed) ditentukan dan direncanakan
secara sistematik sebelum implementasi dikerjakan.
2. Formative vs Sumative Evaluation. Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat
membantu memperbaiki program.
3. Experimental and Quasi experimental Design vs Naural/Unotrusive. Beberapa evaluasi memakai
metodologi penelitian klasik. Dalam hal seperti ini subyek penelitian diacak, perlakuan diberikan dan
pengukuran dampak dilakukan. Tujuan dari penelitian untuk meni lai manfaat suatu program yang
dicobakan.
1. Evaluating Reaction. Mengevaluasi terhadap reaksi peserta training berarti mengukur kepuasan peserta
(customer satisfaction).
2. Evaluating Learning. Menurut Kirkpatrick “learning can be defined as the extend to which participans
change attitudes, improving knowledge, and/or increase skill asa result of attending the program”. Ada tiga
hal yang dapat instruktur ajarkan dalam program training, yaitu pengetahuan, sikap maupun ketrampilan.
3. Evaluating Behavior. Evaluasi pada level ke 3 (evaluasi tingkah laku) ini berbeda dengan evaluasi terhadap
sikap pada level ke 2. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi
pada saat kegiatan training dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku
difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja.
4. Evaluating Result. Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi
karena peserta telah mengikuti suatu program. Termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu program
training di antaranya adalah kenaikan produksi, peningkatan kualitas, penurunan biaya, penurunan
kuantitas terjadinya kecelakaan kerja, penurunan turnover dan kenaikan keuntungan
Model Alkin
Marvin Alkin dalam Zaenal Arifin (2009) menjelaskan “evaluasi adalah suatu proses untuk meyakinkan
keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi sehingga dapat
disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif”.
1. Sistem assessment, yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi dari suatu sistem.
2. Program planning, yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil
memenuhi kebutuhan program.
3. Program implementation, yaitu untuk menyiapkan informasi apakah suatu program sudah diperkenalkan
kepada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana yang direncanakan.
4. Program improvment, yaitu memberikan informasi tentang bagaimana suatu program dapat berfungsi,
bekerja atau berjalan.
5. Program certification, yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu program.
Tingkatan terbawah pada model evaluasi training Kirkpatrick ialah reaksi atau reaction. Pada
tingkatan pertama yaitu reaction, evaluasi dilakukan terhadap bagaimana partisipan training
memberikan umpan balik pada kegiatan tersebut. Setiap company yang mengadakan pelatihan
tentu berharap agar kegiatan tersebut memberikan pengaruh tersendiri bagi para pesertanya
(trainee).
Level ketiga dalam model evaluasi training Kirkpatrick adalah melakukan penilaian terhadap
sikap serta perilaku peserta. Disini tim yang diberikan mandat penanggung jawab pelatihan harus
menilai sejauh mana perkembangan sikap serta perilaku para audiens setelah mendapatkan
materi pembelajaran dalam training tersebut. Namun patut diperhatikan juga bahwa perubahan
sikap maupun perilaku juga dipengaruhi oleh bagaimana kondisi lingkungan dimana peserta
berada. Pada beberapa kasus ada kemungkinan perubahan perilaku maupun sikap tadi tidak
terdeteksi sehingga dianggap gagal. Padahal penyebab utamanya adalah karena kedua level
sebelumnya belum diaplikasikan secara tepat.
Tingkatan teratas pada model evaluasi training Kirkpatrick yaitu mengevaluasi secara
keseluruhan. Di tahap akhir ini tim evaluator dapat melakukan analisis serta pengukuran.
Pengukuran pada tingkat terakhir ini menggambarkan bahwa perusahaan akan menunjukkan
kinerja yang baik. Tidak hanya bagi perusahaan juga yang baik.
REFRENSI
https://www.psychologymania.com/2013/03/model-evaluasi-pelatihan.html
http://danicajohanna.blogspot.com/2013/03/model-evaluasi-pelatihan.html?m=1