Anda di halaman 1dari 21

KOMUNIKASI KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan


Dosen Pengampu : Ramly Abudi., S.Psi., M.Kes.

Disusun Oleh :

Safira Ristia Wahyu Ningrum


1411421171

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS OLAHRADA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021

KOMUNIKASI KESEHATAN
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI KESEHATAN
Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang
atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa
gerakan, tindakan atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain,
dan pihak lain merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang memberikan
stimulus.
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang
memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara
kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Fokus utama dalam komunikasi
kesehatan adalah terjadinya transaksi yang secara spesifik berhubungan dengan isu-isu
kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut. Transaksi yang
berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dengan pasien dan antara pasien
dengan keluarga pasien merupakan perhatian utama dalam komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruh secara positif
perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai
prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi
massa. Selain itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari
bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi
kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat
keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan (Rahmadiana,2012).
Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi
kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan
yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas individu dalam suatu
komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari
konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar individu/kelompok
terhadap isu-isu kesehatan.
B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOMUNIKASI KESEHATAN
1. Usaha Awal Komunikasi Kesehatan
Kesehatan pada zaman dahulu tidak menjadi hal yang begitu penting. Kebanyakan
orang tidak mementingkan masalah kesehatan, sehingga kehadiran dokter yang sangat
sedikit karena masyarakat tidak begitu memerlukan dokter sehingga hal-hal seperti
komunikasi kesehatan tentunya tidak menjadi permasalahan yang penting untuk
dibahas atau dipelajari. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dilandasi
dengan paradigma yang menyatakan bahwa penyakit seseorang sama saja dengan
penyakit orang lain. Maksud dari paradigma ini yaitu bahwa penyakit sama saja, maka
cara penanganannya dengan orang lain sama, sehingga menyebabkan metode, alat-alat,
dan komunikasi kesehatan yang ada sangat minim dan terbatas. Isu kesehatan
kemudian mulai menjadi perhatian penting setelah terjadinya perang dunia ke-2 atau
pada abad ke-20 dimana kesehatan sudah menjadi obsesi bagi masyarakat Amerika
serikat
2. Faktor yang Mempengaruhi Evolusi Komunikasi Kesehatan
Munculnya teori tentang kuman juga mencetuskan munculnya metode metode
penyembuhan Allophatic / pengobatan konvensional. Pada zaman ini perkembangan
dunia medis cukup baik dimana sistem tubuh, organ hingga struktur sel sudah mulai
menjadi perhatian di kalangan dokter juga masyarakat. tahun 1960-1970 menjadi tahun
keemasan obat-obatan, di tahun ini juga sudah terjadi komunikasi antara praktisi
kesehatan dengan pasien minim dan cenderung ilmiah. Praktisi kesehatan pada zaman
ini tidak memahami keseluruhan kondisi pasien dan hanya menulusuri penyakit saja
karena bertujuan untuk tidak mencampurkan urusan pribadi terhadap proses medis.
Hal ini kemudian menjadi penurunan kualitas komunikasi kesehatan, praktisi
kesehatan kemudian enggan untuk melakukan penjelasan kepada pasiennya, karena
khawatir pertanyaan dari pasien akan mematahkan diagnose, sehingga pada zaman ini
kualitas interaksi antara pasien dan dokter menurun.
3. Menumbuhkan Perhatian Terhadap Pencegahan
Tren baru kemudian muncul pada akhir abad 20. Tren tersebut adalah kesadaran akan
pencegahan lebih baik dari mengobati. Paham ini menjelaskan bahwa pencegahan akan
lebih baik daripada perawatan yang memakan waktu dan biaya. Penelitian tentang cara
pencegahan penyakit mulai banyak dilakukan serta munculnya generasi baru yang
mulai pro aktif mengetahui pemasalahan kesehatan lebih daripada generasi
sebelumnya.
4. Munculnya Paham konsumerisme
Pada akhir tahun 1970-antimbul reaksi terhadap hubungan dokter-pasien yang
sebelumnya, sehingga dicetuskan gerakan pendidikan pasien. Gerakan ini kemudian
memunculkan konsep konsumerisme di kalangan institusi di luar kesehatan. gerakan
ini meningkatkan pengetahuan tentang sifat sistem layanan kesehatan dan keefektifan
sistem tersebut, serta juga menimbulkan kritikan terhadap sistem layanan dari
masyarakat. gerakan pendidikan pasien ini juga menunjukkan bahwa ternyata para
pasien yang tidak mengetahui kondisi kesehatan dan penyakitnya, sehingga
menyebabkan pasien tidak dapat berkonstribusi terhadap kondisi kesehatannya
sendiri.akhirnya diketahui bahwa penyebab kegagalan ini adalah dari dokter itu sendiri
yang menghambat komunikasi bahkan mengaburkan pemahaman pasien tentang
kondisi kesehatan. para praktisi dan dokter membantah hal ini terjadi karena mereka
merasa bahwa pasien tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang kondisi
kesehatan mereka.
5. Diskriminasi dalam Kesehatan
Pada tahap ini marak terjadi diskriminasi di Amerika, diskriminasi seperti pekerjaan,
pendidikan, perumahan dan kesehatan anak-anak. Hal ini juga mempengaruhi bidang
kesehatan dan komunikasi kesehatan. karena dokter lebih cenderung membahas
tentang masalah kesehatan kepada kalangan atas atau berpendidikan tinggi yang
mereka nilai dapat mengerti bahasa medis yang biasa mereka gunakan bahka
masyarakat miskin menerima perlakuan yang berbeda dari para praktisi kesehatan
6. Konstribusi Pemasaran Terhadap Komunikasi Kesehatan
Teknik pemasaran memiliki hubungan yang saling membutuhkan dengan komunikasi
kesehatan. salah satu contributor utama komunikasi kesehatan formal yaitu adanya
pemasaran yang masuk ke dalam sistem perawatan kesehatan. komunikasi kesehatan
juga secara tidak langsung merupakan suatu teknik pemasaran. Adanya pemasaran di
bidang kesehatan juga mempengaruhi pemasaran sosial yang secara tidak langsung
berpengaruh kepada masyarakat. misalnya, masyarakat semakin tertarik dan peduli
terhadap riset-riset tentang kesehatan sehingga kepedulian tersebut diwujudnyatakan
dengan keikutsertaan masyarakat untuk memahami komunikasi kesehatan.
7. Perkembangan Komunikasi Kesehatan
Kegiatan pemasaran sudah semakin meningkat, pemasaran dilakukan seperti jasa
kesehatan, obat-obatan dan perawatan. Rumah sakit besar banyak memiliki praktisi
pemasaran yang bertugas mempromosikan perkembangan-perkembangan baru di
dalam institusi kepada para media. Perkembangan komunikasi kesehatan sekarang
sudah berkembang pesat, biasanya terdapat organisasi penyedia yang memiliki
kepentingan khusus yang menyediakan forum untuk mengembangkan materi-materi
tentang kesehatan kepada masyarakat. misalnya, seminar kesehatan yang biasanya
banyak diadakan oleh banyak perguruan tinggi, pertemuan khusus dengan calon tenaga
kerja atau karyawan membahas tentang kesehatan dan keselamatan diri saat bekerja,
hal ini merupakan contoh komunikasi kesehatan. komunikasi kesehatan yang dulunya
dianggap tabu sekarang semakin dibuka kepada seluruh masyarakat seluruh golongan.
C. RUANG LINGKUP KOMUNIKASI KESEHATAN
1. Pencegahan
Pencegahan penyakit merupakan upaya atau usaha yang paling mudah, biaya murah
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Upaya pencegahan dilakukan sebelum
datangnya masa sakit. Upaya Pencegahan penyakit (preventif) yang dapat dilakukan
adalah:
 Penyediaan makanan sehat (cukup kualitas dan kuantitas)
 Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan
 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
 Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian
 Memberikan perlindungan khusus terhadap kesehatan
2. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya
dan masyarakat. Macam-macam rehabilitasi ada 4 yaitu:
a. Rehabilitasi fisik.Dilakukan agar penderita mendapatkan perbaikan fisik seperti
menggunakan kaki buatan/palsu.
b. Rehabilitasi mental. Dilakukan agar penderita dapat menyesuaikan diri dalam
hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan. Seperti: terjadi cacat badan
akan menimbulkann gangguan mental. Bekas penderita perlu mendapatkan
bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke masyarakat.
c. Rehabilitasi secara vokasional. Dilakukan agar penderita menempati suatu
pekerjaan/jabatan sesuai dengan kapasitas kerja yg maksimal dgn kemampuan dan
ketidak mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthetis/estetis. Dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan,
meskipun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya tidak dapat dikembalikan.
Seperti mata palsu
3. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan (health promotion) Berasal dari kata health promotion atau tepatnya
promotion of health Dalam five levels of prevention (H.R. Leavell dan E.G. Clark
menyatakan promotion of health adalah tingkat pencegahan yang pertama yang terdiri
dari:
a. Promotion of health
Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan, misalnya dalam
peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan dan sebagainya.
Seperti penyediaan air rumah yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah,
kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex education, persiapan
memasuki kehidupan pranikah dan persiapan menopause. Usaha pemeliharaan
kesehatan pada umumnya.
b. Specific protection
Perlindungan khsusus yang dimaksud dalam tahapan ini adalah perlindungan yang
diberikan kepada orang-orang atau kelompok yang beresiko terkena suatu penyakit
tertentu. Perlindungan tersebut dimaksudkan agar kelompok yang beresiko
tersebut dapat bertahan dari serangan penyakit yang menincarnya. Perlindungan
khusus ini disebut kekebalan buatan, contohnya imunisasi, vaksinasi, isolasi
penderitaan penyakit menular, dan pencegahan terjadinya kecelakaan baik di
tempat umum maupun tempat kerja.
c. Early diagnosis and promt treatment
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat dapat mengurangi biaya
pengobatan dan dapat mencegah kecacatan yang mungkin timbul jika suatu
penyakit dibiarkan tanpa tindakan kuratif
d. Limitation of disability
Melanjutkan pengobatan sampai tuntas. Dengan kata lain, mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan
yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan
cacat. Pada tahap ini disebut juga pengobatan yang sempurna karena kecacatannya
yang ditakutkan terjadi disebabkan pengobatan kepada penderita yang tidak
sempurna.
e. Rehabilitation
Rehabilitasi merupakan tahapan yang sifatnya pemulihan. Ditujukan pada
kelompok masyarakat yang dalam masa penyembuhan sehingga diharapkan agar
benar-benar pulih dari sakit sehingga dapat beraktivitas dengan normal kembali.
D. TUJUAN KOMUNIKASI KESEHATAN
Tujuan utama dari komunikasi kesehatan ini adalah untuk perubahan prilaku kesehatan
pada sasaran kearah yang lebih kondusif sehingga dimungkinkan terjadinya peningkatan
status kesehatan sebagai dampak (impact) dari program komunikasi kesehatan.
1. Tujuan Strategis
Pada umumnya program-program yang berkaitan dengan komunikasi kesehatan yang
dirancang dalam bentuk paket acara atau modul dapat berfungsi untuk:
 Relay information, yakni meneruskan informasi kesehatan dari suatu dari suatu
sumber kepada pihak lain secara berangkai (hunting).
 Enable informed decision making, ialah memberikan informasi akurat untuk
memungkinkan pengambilan keputusan.
 Promote peer information exchange and emotional support, yakni mendukung
pertukaran pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi
kesehatan.
 Promote healthy behavior, informasi untuk memperkenalkan hidup sehat.
 Promote self care, yakni memperkenalkan pemeliharaan diri sendiri.
 Manage demand for health services, ialah untuk memenuhi permintaan layanan
kesehatan.
2. Tujuan Praktis
Menurut Taibi Kahler dalam Liliweri (2009:53-54) menyatakan bahwa sebenarnya
secara praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan itu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan agar dapat :
a. Meningkatkan pengetahuan yang mencakup :
 Prinsip-prinsip dan proses komunikasi manusia.
 Menjadi komunikator (yang memiliki etos, patos, logos, kredibilitas dan lain-
lain).
 Menyusun pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi kesehatann.
 Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
 Menentukan segmen komunikasi yang sesuai dengan konteks komunikasi
kesehatan.
 Mengelola umpan balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai dengan
kehendak komunikator dan komunikan.
 Mengelola hambatan-hambatan dalam komunikasi kesehatan.
 Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.
 Prinsip-prinsip riset
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi efektif.
c. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi, seperti:
 Berkomunikasi yang menyenangkan, empati.
 Berkomunikasi dengan kepercayaan pada diri.
 Menciptakan kepercayaan publik dan pemberdayaan publik.
 Membuat pertukaran gagasan dan informasi makin menyenangkan.
 Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik.
E. MANFAAT KOMUNIKASI KESEHATAN
1. Memahami interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu.
2. Meningkatkan kesadaran kita tentang isu kesehatan.
3. Melakukan strategi intervensi pada tingkat komunitas.
4. Menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan antar etnik atau ras dalam suatu
masyarakat.
5. Menampilkan ilustrasi ketrampilan, menggambarkan berbagai jenis keterampilan
untuk memelihara kesehatan, pencegahan, advokasi atau sistem layanan kesehatan
kepada masyarakat.
6. Menjawab permintaan terhadap layanan kesehatan (mengetahui dan melakukan
analisis kebutuhan).
7. Memperkuat infrastruktur kesehatan masyarakat di masa yang akan datang bagi hasil
yang memuaskan masyarakat umum.
8. Membarui peranan para profesional di bidang kesehatan, misalnya meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan para petugas medis, memperkuat infrastruktur
kesehatan, membangun kemitraan, mengembangkan akuntabilitas, dan
mengembangkan pembuktian atas layanan
F. PERAN PENTING KOMUNIKASI KESEHATAN DI BIDANG KESEHATAN
Komunikasi kesehatan menjadi semakin popular dalam upaya promosi kesehatan selama
20 tahun terakhir. Contoh komunikasi kesehatan memegang peran penting dalam
pemenuhan 219 dari 300 tujuan khusus dalam healthy people 2010. Apabila digunaka
secara tepat, komunikasi kesehatan dapat mempengaruhi sikap, persepsi, kesadaran,
pengetahuan, dan norma sosial yang semuanya berperan sebagai precursor pada perubahan
perilaku. Komunikasi kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku karena
didasarkan pada psikologi sosial, pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan
pemasaran untuk mengembangkan dan menyampaikan promosi kesehatan dan pesan
pencegahan-pencegahan.
Komunikasi kesehatan meningkatkan kesadaran individu tentang isu-isu kesehatan,
masalah kesehatan, resiko kesehatan serta solusi kesehatan. Peningkatan kesadaran
individu akan hal-hal tersebut ini berdampak pada keluarga serta lingkungan komunitas
individu. Contohnya bila dalam sebuah keluarga ada anggota keluarga yang menderita
sakit diabetes (=isu kesehatan dan masalah kesehatan). Sebagai seorang penderita, ia harus
memperhatikan dengan baik asupan makanannya sehari-hari. Pola makan nya harus dijaga
dengan baik. Pengaturan pola makan yang sesuai juga harus dipahami oleh anggota
keluarganya yang lain. Bila, misalnya penyakit diabetes yang diderita anggota keluarga ini
menjadi semakin parah (kronis) dan ia harus menjalani amputasi (=resiko kesehatan), tentu
akan muncul reaksi emosional (seperti denial). Reaksi emosional ini akan diikuti oleh
reaksi yang kurang nyaman secara psikologis (misal mudah marah dan tersinggung).
Ketidaknyamanan ini akan berpengaruh pada bentuk komunikasi yang terjadi ditengah-
tengah keluarga (antar anggota keluarga saling berbicara dalam kemarahan). Oleh karena
itu, seandainya isu kesehatan, masalah kesehatan dan segala resiko kesehatan yang
berkaitan dengan penyakit diabetes ini dikomunikasikan dengan baik, maka
ketidaknyamanan psikologis dan emosional tidak akan terjadi. Antara anggota keluara
yang sakit dengan anggota keluarga lainnya akan menemukan solusi kesehatan yang tepat
sehubungan dengan kasus kesehatan ini ataupun kasus kesehatan lain, seperti kasus
kesehatan penyakit genetik.
Ada interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu. Individu berada dalam situasi
biologis, psikologis dan sosial kemasyarakatan. Ketiga faktor tersebut berpengaruh
terhadap status kesehatan seorang individu. Melalui komunikasi kesehatan, kita
mempelajari timbal balik antara ketiga faktor tersebut. Pemahaman ini penting agar
kedepannya dapat dikembangkan intervensi program kesehatan yang bertujuan untuk
mengubah perilaku individu menjadi lebih sehat .
Jadi komunikasi kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam bidang kesehatan
karena komunikasi dalam kesehatan merupakan kunci pencapaian peningkatan taraf atau
tingkat kesehatan masyarakat. komunikasi kesehatan merupakan sesuatu yang penting
untuk setiap individu dan menjadi bagian yang penting dari aspek kesehatan dan
kesejahteraan psikologis karena komunikasi kesehatan mencangkup upaya pencegahan
penyakit, promosi kesehatan serta peningkatan kualitas hidup.
G. DAMPAK KOMUNIKASI KESEHATAN PADA PEMBANGUNAN KESEHATAN
Dampak komunikasi kesehatan dalam pembangunan kesehatan, yaitu:
1. Komunikasi kesehatan merujuk pada bidang-bidang seperti program-program
kesehatan nasional dan dunia, promosi kesehatan, dan rencana kesehatan publik
sehingga secara tidak langsung komunikasi kesehatan ini berperan dalam proses
pembangunan kesehatan.
2. Komunikasi kesehatan mampu menumbuhkan aspirasi masyarakat dari segala bidang
kehidupannya sehingga hal ini dapat memperlancar proses pembangunan kesehatan.
3. Komunikasi kesehatan beroperasi pada level atau konteks komunikasi antarpersonal,
kelompok, organisasi, publik, dan komunikasi massa sehingga proses pembangunan
kesehatan dapat dijalankan secara merata.
4. Komunikasi kesehatan mencakup variasi interaksi dalam kerja kesehatan misalnya
komunikasi dengan pasien di klinik, self help groups, mallings, hotlines, dan kampanye
media massa, di mana hal ini akan lebih mudah dalam m nyusun rencana pembangunan
kesehatan yang lebih baik sesuai dengan permasalahan kesehatan yang dialami oleh
suatu masyarakat.
5. Komunikasi kesehatan merupakan pendekatan yang menekankan usaha mengubah
perilaku audiens agar mereka tanggap terhadap masalah tertentu dalam satuan waktu
tertentu yang nantinya hal ini dapat berpengaruh pada proses pembangunan kesehatan
6. Komunikasi kesehatan merupakan pemanfaatan media dan teknologi komunikasi dan
teknologi informasi dalam penyebarluasan informasi kesehatan sehingga dapat
memudahkan rencana pembangunan kesehatan.
H. KOMPONEN KOMUNIKASI KESEHATAN
1. Komunikator
Adalah pihak yang menyampaikan atau mengirim pesan kepada penerima sumber bisa
terdiri satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi
atau lembaga. Syarat untuk menjadi komunikator yang mampu beretorika harus
melalui 3 tahap yaitu: 1) Etos, adalah karakter seorang komunikator yang dicirikan
oleh intelegence, karakter, dan goodwill; 2) Patos, berkaitan dengan emosi, bagaimana
seorang komunikator mampu menampilkan daya tarik emosional melalui: making a
calming-anger, love-hate, fearconfidence, shame-shamelessness, indignation-envy,
admiration-envy; dan 3) Logos, berkaitan dengan kekuatan komunikator secara intelek
(cerdik maupun pandai) mengatakan sesuatu secara rasional dan argumentatif. Logos
meliputi invention, arrangement, style, memory, dan delivery
2. Komunikan
Adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh komunikator. Penerima
bisa terdiri atas satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.
istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, dalam bahasa Inggris disebut audience
atau receiver. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi karena dialah
yang menjadi sasaran dari komunikasi. Mengetahui dan memahami karakteristik
penerima berarti suatu peluang untuk mencapai keberhasilan komunikasi.
3. Pesan
Adalah pernyataan yang disampaikan kepada penerima. Bentuk pernyataan bisa verbal
maupun non verbal yang bisa dimengerti oleh penerima. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda
4. Media
Adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator kepada
penerima. Dalam komunikasi antar pribadi panca indera dianggap sebagai media
komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat,
telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antar pribadi. Dalam
komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara komunikator
dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orangdapat melihat, membaca dan
mendeñgarnya. Media dalam komunikasi massa adalah 1) media cetak contohnya surat
kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk; 2)
media elektronik contohnya radio, film, televisi, video recording, komputer, electronic
board, audio cassette
5. Efek
Adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dandilakukan oleh penerima
sebelum dan sesudah menenima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan,
sikap dan tingkah laku seseorang. Pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau
penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan. Pengaruh biasa disebut dengan dampak atau akibat
6. Umpan Balik
Adalah tanggapan yang diberikan oleh penerima sebagai akibat penerimaan pesan. Ada
juga yang beranggapan bahwa umpan balik adalah efek atau pengaruh.
7. Lingkungan
Adalah situasi yang mempengaruhi jalannya komunikasi. Lingkungan dapat diartikan
dalam bentuk lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan
dimensi waktu. Sebuah pesan tidak dapat dikirim jika terhambat oleh kendala fisik
yang menyebabkan informasi tidak bisa diterima Contoh:
 Lingkungan fisik: letak geografis tempat yang jauh di pegunungan atau daerah
terpencil
 lingkungan psikologis: masyarakat yang masih trauma akibat bencana yang baru
menimpanya
 Lingkungan sosial budaya menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan
politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi misalnya kesamaan
bahasa kepercayaan, adat istiadat dan status sosial.
I. ALAT BANTU/MEDIA KOMUNIKASI KESEHATAN
Media dalam komunikasi kesehatan adalah sarana untuk menampilkan pesan informasi
yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang aMkhirnya dapat merubah perilaku sasaran kea rah positif terhadap
kesehatan. daya persuasi atau pengaruh suatu pesan sangat tergantung pada media apa
yang dipilih komunikator untuk memindahkan pesan atau informasi kesehatan. ada
beragam media yang dapat digunakan
 Klasifikasi Media Komunikasi Kesehatan
1. Beradasarkan Jenisnya :
a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti tape recorder.
b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam
wujud visual, seperti tv, layar plasma, dll.
c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke
dalam dua jenis, yaitu: Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual
diam, seperti film sound slide dan Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat
menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete
dan VCD.
2. Berdasarkan Fungsinya
a. Media cetak
Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Pada
umumnya terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna.
Contohnya poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker, dan
pamflet. Fungsi utamanya adalah memberi informasi dan menghibur. Kelebihan
yang dimiliki media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya
tidak terlalu tinggi, tidak perlu energi listrik, dapat dibawa, mempermudah
pemahaman, dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya tidak dapat
menstimulasi efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media elektronik aitu suatu media bergerak, dinamis, dapat dilihat, didengar, dan
dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contohnya televisi,
radio, film, kaset, CD, VCD, DVD, slide show, CD interaktif, dan lain-lain.
Kelebihan media elektronik antara lain sudah dikenal masyarakat, melibatkan
semua pancaindra, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan
gambar, adanya tatap muka, penyajian dapat dikendalikan, janagkauan relatif lebih
besar/luas, serta dapat diulang-ulang jika digunakan sebagai alat diskusi.
Kelemahannya yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, memerlukan energi listrik,
diperlukan alat canggih dalam proses produksi, perlu persiapan matang, peralatan
yang selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan, dan perlu
keterampilan dalam pengoprasian.
c. Media luar ruang / media papan (billboard)
Media luar ruang yaitu suatu media yang penyampaian pesannya di luar ruang
secara umum melalui media cetak dan elektronik secara statis. Contohnya papan
reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar, dan lain-lain. Kelebihan media
luar ruang diantaranya sebagai informasi umum dan hiburan, melibatkan semua
pancaindra, lebih menarik karena ada suara dan gambar, adanya tatap muka,
penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih luas. Kelemahannya yaitu
biaya lebih tinggi, sedikit rumit, ada yang memerlukan listrik atau alat canggih,
perlu kesiapan yang matang, peralatan yang selalu berkembang dan berubah, perlu
keterampilan penyimpanan.
 Macam/Jenis Media Komunikasi Kesehatan
Alat-Alat peraga komunikasi kesehatan terdiri dari :
a. Benda asli
Benda asli adalah benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun mati. Jenis ini
merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah dan cepat dikenal serta
mempunyai bentuk atau ukuran yang tepat. Kelemahan alat peraga ini tidak selalu
mudah dibawa kemana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam alat
peraga, antara lain benda sesungguhnya (tinja dikebun, lalat di atas tinja, dan lain-
lain), spesimen (benda yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol pengawet,
dan lain-lain), sampel (contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti
oralit, dan lain-lain).
b. Benda tiruan
Benda tiruan memiliki ukuran yang berbeda dengan benda sesungguhnya. Benda
tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan
karena benda asli mungkin digunakan (misal, ukuran benda asli yang terlalu besar,
terlalu berat, dan lain-lain). Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam
bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik, dan lain-lain.
c. Gambar atau media grafis
Grafis secara umum diartikan sebagai gambar. Media grafis adalah penyajian
visual (menekankan persepsi indra penglihatan) dengan penyajian dua dimensi.
Media grafis tidak termasuk media elektronik. Termasuk dalam media grafis
antara lain, poster, leaflet, reklame, billboard, spanduk, gambar karikatur, lukisan,
dan lain-lain.
 Tujuan Media Komunikasi Kesehatan
a. Mengajarkan Aketrampilan dalam membaca dan menulis berbagai hal dalam
kesehatan
b. Meningkatkan aspirasi di bidang kesehatan
c. Menyebarluaskan informasi di bidang kesehatan
d. Sumberdaya pengetahuan dalam kesehatan
e. Berpartisipasi dalam keputusan yang berkaitan dengan kesehatan
f. Membentuk perilaku hidup sehat dari statis ke dinamis.
 Memilih Media dalam Komunikasi Kesehatan
Memilih media sebagai saluran menyampaikan pesan kesehatan dipengaruhi metode
yang digunakan. Beberapa metode Komunikasi kesehatan dikenal antara lain metode
Komunikasi perorangan, kelompok dan massa. Metode Komunikasi perorangan dapat
berupa bimbingan dan penyuluhan (konseling) serta wawancara. Metode Komunikasi
kelompok dapat dilakukan dengan ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat,
metode bola salju, permainan peran dan permainan simulasi. Metode Komunikasi
massa umumnya bersifat tidak langsung (satu arah) seperti ceramah umum, pidato di
media massa, simulasi, sinetron, tulisan di media massa, spanduk, poster, dan lain-
lain .Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran. Media yang dipilih
harus memberikan dampak yang luas. Setiap media akan memberikan peranan yang
berbeda. Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan
meningkatkan cakupan, frekuensi, dan efektivitas pesan .
Media yang digunakan dilihat dari situasi dan kondisi, jika akan melakukan
komunikasi kesehatan di daerah pedesaan yang belum terjamah oleh teknologi
modern dan listrik yang belum menjangkau seluruh daerah pelosok, maka media yang
baik digunakan adalah media Cetak Contohnya poster, leaflet, brosur, majalah, surat
kabar, lembar balik, stiker, dan pamphlet, ataupun media gambar/media grafis yang
tentunya dibarengi dengan komunikasi antarpribadi dan kelompok agar pesan yang di
sampaikan dapat dipahami dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Sebaliknya jika
pesan kesehatan ingin di ketahui oleh masyarakat luas, serempak ingin diketahui oleh
seluruh masyarakat dimanapun berada, memberikan dampak yang luas, maka media
yang digunakan adalah media massa atau media elektronik yang cakupannya lebih
luas, bisa langsung diterima oleh masyarakat luas dimanapun berada dan menghemat
biaya dalam penggunaannya.
J. JENIS KOMUNIKASI KESEHATAN
1. Komunikasi Kesehatan Intrapersonal
Komunikasi kesehatan intrapersonal mengkaji mental internal dan proses psikologis
yang berpengaruh pada kesehatan, seperti kepercayaan, sikap, dan nilai kesehatan.
dalam area studi komunikasi kesehatan, pendekatan dari psikolog sering dimanfaatkan
untuk mengkaji bagaimana komunikator kesehatan memproses informasi,
menciptakan makna, dan membuat pesan. Perspektif intrapersonal dalam komunikasi
kesehatan memberikan pandangan yang unik menegenai orientasi, harapan dan
predisposisi personal yang berbeda, yang memberikan orientasi kepada komunikator
kesehatan untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
2. Komunikasi Kesehatan Interpersonal
Komunikasi kesehatan interpersonal mengkaji relasi yang berpengaruh pada
kesehatan, berfokus pada studi tentang bagaimana penyedia pelayanan kesehatan dan
konsumen yang bersifat tatap muka dalam edukasi kesehatan, interaksi terapeutik dan
pertukaran informasi yang relevan dalam kesehatan yang bersifat interpersonal.
3. Komunikasi Kesehatan Kelompok
Komunikasi kesehatan kelompok m empelajari tentang peranan perfoma komunikasi
dalam koordinasi yang saling terkait di antara anggota kelompok. Para anggota
kelompok akan berbagi informasi kesehatan yang relevan dalam rangka membuat
keputusan yang tepat. Kemajuan teknologi mendorong beragam perdebatan baru
tentang isu-isu yang berkisar pada persoalan etis, seperti pelayanan kesehatan, akses
terhadap pelayanan kesehatan, dan pelayanan konsumen. Isu-isu mendorong perlunya
keberadaan komite etik dalam pelayanan kesehatan. kompleksitas isu dalam persoalan
etis menjadi tantangan yang harus dipecahkan dalam komunikasi kesehatan kelompok
yang melibatkan individu-individu yang memiliki kompetensi dan integritas di bidang
etis. Opini-opini yang berbeda juga harus mampu diatasi oleh anggota kelompok .
anggota kelompok harus bersedia menerima keputusan kelompok daripada
pendapatnya sendiri. Anggota kelompok harus mampu membagi informasi dengan
baik, sehingga kerjasama dalam kelompok terkelola dengan baik.
4. Komunikasi Kesehatan Organisasi
Pelayanan kesehatan modern menuntut keberadaan lembaga kesehatan yang
dijalankan dengan prinsip-prinsip organisasi modern melalui pengelolaan manajemen
modern. Dalam pengelolaan organisasi kesehatan, komunikasi antar individu dan unit
di dalam organisasi menjadi penting. Selain komunikasi di dalam organisasi,
organisasi juga perlu berkomunikasi dengan organisasi lain karena organisasi tidak
bisa berdiri sendiri. Pengelolaan manajemen komunikasi organisasi, baik internal
maupun eksternal, menjadi penting agar pelayanan kesehatan dapat terus dilakukan
secara prima. Untuk mengelola manajemen komunikasi , setiap organisasi kesehatan
bisa menuyusun SOP. Ketika ada SOP yang sudah baku, siapa pun individu yang
berada dalam organisasi akan mudah melakukan komunikasi.
5. Komunikasi Kesehatan Bermedia
Dalam relasi kesehatan dengan media massa, penting untuk menguasai karakteristik
masing-masing media. Penting juga bagi institusi kesehatan membina hubungan baik
dengan institusi media. Pemberitaan yang positif di media massa mengenai aktivitas
institusi kesehatan merupakan tujuan program kehumasan institusi kesehatan. kegiatan
ini bisa dilakukan dengan kegiatan rilis pers, konferensi press, dan tur media.
K. KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM KESEHARIAN
1. Komunikasi Kesehatan dengan pasien/penderita
Komunikasi kesehatan dengan pasien atau penderita meliputi informasi yang berkaitan
dengan kondisi kesehatan individu, informasi bagaimana memaksimalkan perawatan
dan bagaimana pemberian terapi. Komunikasi kesehatan pada pasien/penderita lebih
bersifat terapeutik yang artinya memfasilitasi proses penyembuhan. Komunikasi
kesehatan terapeutik ini dapat diberikan oleh pihak keluarga, ahli medis dan orang-
orang yang berada disekitar pasien/penderita dengan memperhatikan beberapa prinsip
dalam komunikasi terapetuik itu sendiri. Komunikasi kesehatan terapeutik memiliki
tujuan untuk membantu pasien mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
membantu pasien mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
diperlukan oleh pasien dan mengurangi keraguan pasien dan membantu pasien
mengambil tindakan yang efektif
Komunikasi antara pasien dengan praktisi medis merupakan bagian utama dalam
pelayanan kesehatan. Komunikasi efektif merupakan sesuatu yang sangat esensial,
agar para praktisi medis memahami permasalahan yang dihadapi pasien dan juga
memahami persepsi pasien atas permasalahan tersebut dan bisa menjelasan pada
pasien bagaimana efek jangka panjang sebuah penyakit dan bagaimana menangani
penyakit yang diderita saat ini juga memerlukan komunikasi yang efektif. Kegagalan
dalam menyampaikan informasi secara efektif mendatangkan efek seperti
ketidakpahaman pasien atas hasil pemeriksaan medis yang baru saja dijalani,
kegagalan untuk menentramkan kembali diri sendiri (failed reassurance),
ketidakpatuhan pada saran medis serta masa rawat inap yang lebih lama. Permasalahan
dalam proses komunikasi yang sering terjadi antara pasien-ahli kesehatan adalah
banyaknya penggunaan kosa kata yang terlalu kompleks dan penggunaan istilah-istilah
medis yang seringkali tidak dipahami oleh pasien. Oleh karena itu jika komunikasi
antara ahli kesehatan dengan pasien dilihat sebagai interaksi antara dua individual,
maka menjadi suatu hal yang penting bahwa kedua belah pihak berbicara dalam
"bahasa" yang sama, memiliki keyakinan yang sama (misal keyakinan bahwa penyakit
pasien bisa disembuhkan) dan sama-sama menyepakati konten pembicaraan dalam
konsultasi dan kedua belah pihak memahami hasil akhir tahapan konsultasi.
2. Komunikasi Kesehatan dengan Pihak Keluarga
Komunikasi kesehatan dengan pihak keluarga juga harus diperhatikan. Jika ada
anggota keluarga yang menderita sakit dan harus menjalani serangkaian terapi dan
pengobatan, keseluruhan proses ini harus diketahui dan dipahami oleh pihak keluarga.
Karena yang seringkali terjadi, setiap kali anggota keluarga akan menjalani terapi
muncul reaksi emosional dan psikologis tertentu. Jika pihak keluarga tidak
memberikan penjelasan informasi yang tepat tentang rangkaian terapi pengobatan
yang harus dijalani, besar kemungkinan anggota keluarga yang sakit ini menolak untuk
menjalani terapi yang harus dilalui. Menolak dan menghindar dari terapi karena merasa
takut dan cemas. Partisipasi keluarga merupakan sesuatu yang penting bila di
dalamnya ada anggota keluarga yang menderita sakit. Memastikan bahwa semua
anggota keluarga, termasuk anak-anak, telah memahami informasi dan isu-isu
kesehatan yang terjadi pada anggota keluarganya yang sakit, termasuk bagaimana cara
menangani si sakit, dan kemungkinan reaksi yang muncul pada si sakit akan
memperkecil kemungkinan terjadinya ketidaktahuan (mengenai cara merawat dan
menangani si sakit) dan miskomunikasi antar anggota keluarga
3. Komunikasi Kesehatan dengan Masyarakat
Komunikasi kesehatan untuk masyarakat lebih mengarah pada bentuk promosi
kesehatan. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran komunitas masyarakat
dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja.
Promosi kesehatan merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perbaikan berupa perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat maupun lingkungan
organisasi. Untuk dapat mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi
yang baik strategi ini diperlukan dalam mewujudkan promosi kesehatan, dan tercermin
dalam tiga langkah :
 Advokasi. Merupakan kegiatan memberikan bantuan informasi kesehatan kepada
masyarakat melalui pihak pembuat keputusan dan penentu kebijakan dalam
bidang kesehatan.
 Dukungan sosial. Promosi kesehatan akan mudah dilakukan bila mendapat
dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan masyarakat
antara lain dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) dan unsur formal
(petugas kesehatan, pejabat pemerintah).
 Pemberdayaan masyarakat (empowerment community). Pemberdayaan
masyarakat dibutuhkan supaya masyarakat memperoleh kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Upaya ini antara lain dapat dilakukan
melalui penyuluhan kesehatan.
L. PROGRAM KOMUNIKASI KESEHATAN
Program komunikasi kesehatan (Health Communication for Child Survival) berlangsung
pada tahun 1978-1995 yang menerapkan kerangka kerja pemasaran sosial untuk mencapai
perubahan perilaku, menggambarkan hubungan dari berbagai bidang seperti pemasaran,
komunikasi, analisis perilaku, pendidikan nonformal, dan antropologi kesehatan.
Pendampingan teknis dilakukan dalam penerapan metode ini di lebih dari 40 negara
dengan pembiayaan USAID dan dukungan dari berbagai badan internasional, regional,
LSM maupun lembaga swasta seperti WHO, UNICEF, SEAMEO, Save The Children dan
lain-lain. Metode komunikasi kesehatan ini dikembangkan sebagai suatu kumpulan
langkah praktis dan alat uji lapangan yang dapat digunakan oleh para praktisi kesehatan
dan komunikasi sosial di negara berkembang. Mulanya metode ini merupakan suatu alat
yang dikembangkan untuk membantu petugas dalam penyusunan strategi komunikasi
kesehatan dan mengorganisasikan pelaksanaan rencana komunikasi kesehatan yang sudah
dibuat. Program komunikasi kesehatan terdiri dari lima langkah, yakni :
1. Assesment (Pengkajian)
Assesment (pengkajian) adalah langkah awal dari program komunikasi kesehatan.
Tahap ini merupakan bagian terpenting dari seluruh program komunikasi kesehatan di
mana kunci keberhasilan program terletak pada sejauh mana tahap ini dirancang. Pada
tahap ini yang dilakukan adalah menganalisis situasi masalah kesehatan dan profil
audiens. Upaya sistematis harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang
hendak ditanggulangi dengan mengumpulkan data dasar, membuat rumusan masalah,
mencari akar masalah, dan prioritas masalah. Berdasarkan rumusan ini kemudian
disusun bentuk-bentuk perilaku baru yang akan dikomunikasikan kepada kelompok
sasaran
2. Plan (Perencanaan )
Setelah tahap assesment telah dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun
tujuan, mendesain pesan, dan memilih media. Tentunya kegiatan–kegiatan ini
disesuaikan dengan hasil analisis masalah dan karakteristik audiens yang sebelumnya
telah dilakukan. Pesan (message) adalah formulasi ide atau konsep yang disampaikan
oleh komunikator kepada audiens. Pesan disusun berdasarkan tujuan yang telah dibuat
dan diharapkan dapat menarik perhatian, menimbulkan rasa percaya, dan merangsang
kelompok sasaran untuk mengadopsinya. Media adalah alat atau sarana yang digunaan
oleh komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens. Dalam
memilih media harus didasarkan pada hasil riset untuk memperoleh informasi
mengenai hal-hal berikut: a) Biaya, b) Jangkauan, c) Pengaruh media terhadap
kelompok sasaran. Hasil pengembangan pesan dan media ini berikutnya akan
diujicobakan sebelum tahap pelaksanaan penyajian pesan (deliver message).
3. Pre-test
Pre-test adalah pengujian bahan draft atau konsep dan pesan kepada perwakilan target
audiens sebelum bahan tersebut diproduksi dalam bentuk final. Adapun bahan-bahan
kominikasi yang sebaiknya diuji coba adalah media, saluran komunikasi, konsep,
produk dan ideide produk, kemasan, simbol, dan slogan. Tahap pre-test atau uji coba
bertujuan untuk menghindari kesalahan dan meyakinkan bahwa materi dan media yang
telah dikembangkan dapat menarik perhatian dan diterima kelompok sasaran. Tahapan
ini dibutuhkan untuk mencari kelemahan yang mungkin ada dan atau menemukan
sebab kegagalan dalam suatu program komunikasi kesehatan. Dengan melakukan
tahap uji coba, maka akan diperoleh umpan balik (feedback) dari masyarakat sehingga
mendorong terjadinya inovasi dan kesempatan dalam memperbaiki pesan atau
pemilihan media yang kurang sesuai. Dengan demikian diharapkan dapat
menghasilkan bahan komunikasi yang maksimal dan berkualitas.
4. Deliver Message
Bahan komunikasi yang telah diperbaiki berdasarkan hasil uji coba kemudian
didistribusikan kepada audiens. Dalam metodologi healthcom, hasil pembelajaran di
lapangan menunjukkan bahwa informasi yang dikomunikasikan melalui media massa
perlu dimantapkan melalui komunikasi interpersonal yang sifatnya lebih persuasif
sehingga mendorong sasaran untuk menerima perilaku baru. Oleh karena itu, pada fase
setelah pre-test, dilakukan uji coba materi komunikasi dan sebelum penyampaian
pesan secara lebih luas, pelatihan menjadi kegiatan yang menjembatani proses
keduanya.
5. Monitor (evaluasi)
Kegiatan monitoring merupakan kajian menyeluruh, kegiatan supervisi, serta
pemanfaatan hasil temuan untuk meningkatkan implementasi program. Tahap
monitoring atau pemantauan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
kekurangan atau kesalahan yang mungkin terjadi dalam tahap komunikasi
kesehatan.Informasi hasil pemantuan sebaiknya dapat diperoleh tepat waktu agar
perbaikan dapat dilakukan sesegera mungkin sementara program komunikasi
kesehatan terus berlangsung. Komponen yang dipantau pada pelaksanaan monitoring
adalah logistik, interim effect (pengetahuan, reaksi), perubahan perilaku, dan
peningkatan status kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Ekawati,Ni Komang.(2016).Komunikasi Kesehatan.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/748a76eee13f6446e
defe59c4a0ed5e8.pdf.Diakses Tanggal 5 November 2021.

Harahap,Reni Agustina.,dan Fauzi Eka Putra.(2020).Buku Ajar Komunikasi


Kesehatan.Jakarta Timur : Prenadamedia Group

Junaedi,Fajar., dan Filosa Gita Sukmono.(2018).Komunikasi Kesehatan : Sebuah


Pengantar Komperehensif.Jakarta Timur : Prenadamedia Group

Rahmadiana,Metta.(2012).Komunikasi Kesehatan : Sebuah Tinjauan.Jurnal


Psikogenesis, Vol 1, No.1 : 88-94. Fakultas Psikologi Universitas Yarsi

Veranita,Mira.(2010).Komunikasi Kesehatan : Modul Perkuliahan.


https://id.scribd.com/doc/255378977/Modul-Komunikasi-Kesehatan.Diakses
Tanggal 5 November 2021.

Yuzar,Yessi., dan Widdefrita.(2019).Modul Komunikasi Kesehatan (Teori dan


Praktik).
http://repository.uinsu.ac.id/8240/1/Buku%20Ajar%20Komunilasi%20Keseh
atan-ok.pdf.Diakses tanggal 5 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai