Anda di halaman 1dari 55

KOLABORASI PENANGANAN

KASUS KEHAMILAN

dr. Ide Pustaka Setiawan, M.Sc, Sp.OG


@dr.idepustaka.spog Pustaka Dokter Ide
OUTLINE
1. Kolaborasi penanganan kasus kehamilan dengan:
• HIV
• Sifilis
• Hepatisis

2. Kolaborasi penanganan kasus infeksi nifas:


• Mengenali tanda infeksi nifas
• Persiapan pra rujukan kasus infeksi nifas
HIV
Definisi
• HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah retrovirus yang menginfeksi
sistem imunitas seluler (CD4), mengakibatkan kehancuran ataupun gangguan
fungsi sistem imun. Jika kerusakan fungsi imunitas seluler berlanjut, akan
menimbulkan berbagai infeksi ataupun gejala sindrom Acquired
ImmunoDeficiency Syndrome (AIDS).

• AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu


sekumpulan gejala yang didapatkan dari penurunan kekebalan tubuh akibat
kerusakan sistem imun oleh infeksi virus HIV.
• The Joint United Nations Programme on HIV/ AIDS (UNAIDS)
melaporkan pada akhir tahun 2016 terdapat 36,7 juta orang di
dunia hidup dengan infeksi HIV, 2,1 juta di antaranya berusia
kurang dari 15 tahun. Diperkirakan 1,8 juta orang baru
terinfeksi HIV setiap tahunnya dan 1,4 juta wanita hamil dengan
infeksi HIV setiap tahun

• Pada tahun 2015 diperkirakan terdapat 613.435 Orang yang


Hidup dengan HIV (ODHIV) di Indonesia
Patofisiology
Cara Penularan
Kontak dengan penderita HIV positif
1. Melalui hubungan seksual
2. Transmisi horizontal (kontak langsung dengan darah/produk darah/jarum
suntik)
a. Tranfusi darah/produk darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik pada para
pecandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
Tanda dan Gejala Klinis
• Masa inkubasi dari paparan menuju penyakit klinis rata-
rata tiga hingga enam minggu
• Infeksi HIV akut mirip dengan sindrom infeksi virus lain
dan biasanya bertahan kurang dari 10 hari
• Gejala umum adalah demam, lemas, kemerahan di kulit,
pusing, limfadenopati, faringitis, mialgia, mual, dan diare
• Setelah gejala mereda, tingkat viremia biasanya akan
menurun
Manifestasi Klinis (HIV AIDS)
Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV

Asimptomat Simptomatik, Pada umumnya lemah, Pada umumnya sangat lemah ,


aktivitas ditempat tidur aktifitas ditempat tidur lebih dari 50%
ik, aktifitas aktifitas normal : • HIV wasting syndrome seperti yang
kurang dari 50 %
normal : didefinisikan oleh CDC
• BB menurun <10
• BB saluran nafas bagian • Pneumonia Pneumocystis carinii
kg • Toksoplasmosis otak
• Asimptom atas, seperti sinusitis
• Diare kriptosporidiosis lebih dari 1
atik • Kelainan kulit dan bakterialis bakterialis
bulan
• Limfadeni mukosa yang • Diare kronis yang • Kriptokokosis ekstrapulmonal
pati ringan seperti, berlangsung lebih dari 1 • Retinitis virus sitomegalo
• Herpes simplek mukokutan > 1
generalis dermatitis bulan
bulan
ata seboroik, prurigo, • Demam berkepanjangan • Leukoensefalopati multifocal
onikomikosis, lebih dari 1 bulan progesif
• Mikosis diseminata seperti
ulkus oral yang
• Kandidiasis orofaringeal histoplaosis
rekuren, dan • Kandidiasis di esophagus, trakea,
kheilitis angularis • Oral hairy leukoplakia bronkus, dan paru
• Mikobakteriosis atipikal diseminata
• TB paru dalam tahun
• Herpes zoster • Septismia salmonellosis nontifoid
terakhir • Tuberculosis di luar paru
dalam 5 tahun
• Limfoma
Penularan Dari Ibu ke Bayi
Faktor Virus Faktor bayi Faktor ibu (kehamilan dan persalinan)
• Karakteristik • Prematuritas • Antepartum:
virus • BBLR/Nutrisi Fetus  Viral load dari ibu
• Infeksifitas virus • Fungsi pencernaan  Beratnya keadaan infeksi pada ibu
• Respon imun  Ibu yang menderita penyakit
neonatus infeksi lain
 Ibu yang mempunyai kebiasaan
yang tidak baik

• Intrapartum:
 Kadar maternal HIV-1 cerviko
vaginal
 Proses persalinan bayi
 Ibu yang menderita penyakit
infeksi lain
Pencegahan Mother to child transmission (MTCT) :

Pencegahan MTCT dapat dicapai apabila:


1. Terdeteksi dini
2. Terkendali (ibu melakukan perilaku hidup sehat, ibu mendapat ARV
profilaksis teratur, ANC teratur, dan petugas kesehatan menerapkan
pencegahan infeksi sesuai kewaspadaan standar)
3. Pemilihan rute persalinan yang aman (tergantung viral load)
4. Pemberian PASI (susu formula) yang memenuhi syarat
5. Pemantauan ketat tumbuh-kembang bayi dan balita dari ibu HIV
positif
6. Dukungan tulus dan perhatian berkesinambungan kepada ibu, bayi,
dan keluarganya.
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
SIFILIS
Definisi
• Sifilis merupakan penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri Treponema pallidum, merupakan penyakit kronis dan bersifat
sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh.
Terdapat masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan
kepada bayi di dalam kandungan

• Ttiponema pallidum adalah organisme yang memiliki metabolisme yang


lambat. Namun pada populasi ibu hamil yang terinfeksi sifilis, bila tidak
diobati dengan adekuat, akan menyebabkan 67% kehamilan berakhir
dengan abortus, lahir mati, atau infeksi neonatus (sifilis kongenital).
Gejala Klinis
• Awal penyakit sifilis dapat berupa makula kecil, yang kemudian menjadi
papul dan mengalami ulserasi. Ulkus biasanya tunggal, tidak nyeri, dasar
bersih dan relatif tidak memiiki pembuluh darah, meskipun kadang dapat
multipel. Dapat terjadi limfadenopati inguinal bilateral
• Pada pria, lesi umumnya ditemukan di sulkus koronal pada glan penis atau
batang penis
• Pada wanita lesi ditemukan pada vulva, dinding vagina, atau pada servik
• Lesi ekstragenital jarang terjadi. Apabila tidak diobati, ulkus akan
menghilang secara spontan dalam waktu 3-8 minggu tanpa meninggalkan
bekas luka
Sifilis dibedakan menjadi dua :
1. Sifilis kongenital : ditularkan dari ibu ke janin selama dalam kandungan
2. Sifilis yang didapat / acquired : ditularkan melalui hubungan seks atau
jarum suntik dan produk darah yang tercemar
Sifilis Kongenital Sifilis acquired
Sifilis kongenital ditularkan dari ibu ke Sifilis dini mudah menular dan merespon pengobatan
janin di dalam rahim. dengan baik
1. Sifilis kongenital dini : Dalam dua 1. Sifilis stadium primer
tahun pertama kehidupan bayi 2. Sifilis stadium sekunder
2. Sifilis kongenital lanjut : Berlanjut 3. Sifilis laten dini (diderita selama kurang dari 1
sampai setelah usia 2 tahun tahun)
Sifilis Lanjut
1. Sifilis laten lanjut (telah diderita selama lebih dari 1
tahun)
2. Sifilis tersier: gumma, neurosifilis, dan sifilis
kardiovaskular.
Tanda dan Gejala
Stadium Manisfestasi Klinis Durasi

Primer Ulkus/luka/tukak, biasanya soliter, tidak nyeri, batasnya tegas, 3 minggu


ada indurasi dengan pembesaran kelenjar getah bening regional
(limfadenopati)
Sekunder Bercak merah polimorfik biasanya di telapak tangan dan telapak 2-3 minggu
khaki, lesi kulit papuloskuamosa dan mukosa, demam, malaise,
limfadenopati generalisata, kondiloma lata, patchy alopecia,
meningitis, uveitis, retinitis
Laten Asimtomatik Dini<1 tahun;
lanjut .2 tahun
Tersier
Gumma Destruksi jaringan di organ dan lokasi yang terinfeksi 1 - 46 tahun

Sifilis Kardiovaskuler Aneurisma aorta, regurgitasi aorta, stenosis osteum 10 - 30 tahun

Neurosifilis Bervariasi dari asimtomatis sampai nyeri kepala, vertigo, >2 tahun - 20 tahun
perubahan kepribadian, demensia, ataksia,pupil Argyll Robertson
Komplikasi
Pada Janin dan bayi Komplikasi Pada Ibu
- Kematian janin (IUFD) - Kerusakan pada otak dan
- Partus immaturus jantung
- Partus prematur - Menimbulkan Kelainan dan
- Kelainan pada tulang, gigi, plasenta lebih besar, pucat,
penglihatan, pendengaran kabu-abuan dan licin
- Gangguan mental dan tumbuh - Kehamilan <6 minggu dapat
kembang anak mengakibatkan kematian janin,
kehamilan lanjut dengan
prematur dan mengakibatkan
cacat
Cara penularan
• Sexually transmised
diseases (STD)
• Non-sexually
• Transplasental dari ibu
yang menderita sifilis ke
janin yang dikandungnya
• Transfusi
Pencegahan
• Tidak berganti-ganti
pasangan
• Protective sex
• Menghindari
penggunaan jarum
suntik yang tidak steril
dan transfusi darah
yang terinfeksi
Terapi Klinis
Stadium Terapi Alternatif jika alergi penisilin
Hamil Tidak Hamil
Sifilis primer dan Benzathine Doksisiklin 100 Eritromisin 500
sekunder benzylpenicillin 2,4 juta mg per oral, 2kali mg per oral,4 kali
IU, injeksi IM dosis /hari selama 30 /hari selama 14
tunggal hari hari

Sifilis laten Benzathine Doksisiklin100 Eritromisin 500


benzylpenicillin 2,4 juta mg per oral, 2 kali mg per oral,4 kali
IU, injeksi IM, satu /hari minimal 30 /hari minimal 30
kali/minggu selama hari hari
3 minggu berturut turu ATAU
Seftriakson 1 gr,
injeksi IM 1 kali
/hari selama
10 hari
HEPATITIS
Definisi
• Hepatitis adalah peradangan pada
sel-sel hati yang bisa disebabkan
oleh infeksi (virus, bakteri, parasit),
obat-obatan (termasuk obat
tradisional), konsumsi alkohol, lemak
yang berlebih dan penyakit autoimun
• Hampir 2 miliar orang telah terinfeksi
VHB (Virus Hepatitis B) dan lebih dari
240 juta merupakan penderita VHB
kronis
• Indonesia merupakan salah satu
negara di Asia tenggara yang
menduduki salah satu negara dengan
endemisitas hepatitis menengah ke
tinggi
Tanda dan Gejala
Gejala VHB diantaranya :
• Demam
• Kelelahan yang ekstrem
berminggu-minggu atau
berbulan-bulan
• Hilang nafsu makan
• Mual, muntah
• Sakit persendian
• Bagian tubuh menjadi kuning
Penularan Infeksi VHB
Kelompok yang beresiko tinggi tertular VHB diantaranya :
1. Bayi dari ibu penderita hepatitis B
2. Bekerja dengan darah dan produk darah (kecelakaan jarum
suntik)
3. Pengguna jarum suntik tidak steril/bergantian (Penasun)
4. Pengguna tato, tindik, pisau cukur, jarum perawatan
wajah, menicure/pedicure tidak steril
5. Pengguna sikat gigi bergantian dengan penderita
6. Pasangan homosex
7. Sering berganti – ganti pasangan
Pegaruh Infeksi VHB Pada Kehamilan
• Sirosis hepatis dapat menyebabkan infertilitas karena disfungsi hipotalamus
dan hipofisis.
• Tanpa immunoprophylaxis, 40% bayi yang lahir dari ibu terinfeksi VHB di
Amerika Serikat menjadi infeksi VHB kronik dan 1 dari 4 bayi tersebut
meninggal akibat penyakit hepar kronik.
• Risiko pada ibu hamil adalah ruptur varises esofagus dan menyebabkan
perdarahan (20–25%), khususnya pada trimester kedua, jaundice dan ruptur
aneurisma limpa.
• Berdasarkan studi retrospektif pada 400 ibu dengan sirosis VHB, dijumpai
15% serangan berat saat hamil, 1,8% kematian maternal, dan 5,2%
kematian fetus. Mengingat prognosis jangka panjang yang buruk, pada ibu
hamil dengan hepatitis B kronik disarankan menjalani transplantasi hepar,
aborsi, dan sterilisasi
Pencegahan Infeksi VHB
• Deteksi dini (pemeriksaan labolatorium cek darah)
• Penggunaan lamivudine, tenofovir atau telbivudine setelah kehamilan
28-32 minggu mampu meminimalkan infeksi rahim dan mencegah VHB
neonatal
• Semua bayi baru lahir yang telah diberikan Lamivudine dan tenofovir
mampu mengurangi transmisi vertikal dengan Lamivudine 0% dan
tenofovir 2% dibandingkan dengan tidak ada antivirus kemungkinan
transmisi 20%
• Terapi antivirus
Penatalaksanaan Infeksi HBV
• Skrining HB pada wanita hamil
• Nilai HBsAg dan antibodi harus diperiksa pada pemeriksaan prenatal
• Apabila HBsAg dan anti-HBsAg negatif, vaksin VHB dapat diberikan pada
pasien risiko tinggi. Jika hasil pemeriksaan HBsAg positif, maka harus
dilakukan pemeriksaan VHB DNA kuantitatif pada minggu ke-28
• Merujuk pasien jika titer virus >20.000 IU/mL, ALT > 19 IU/mL, atau HbeAg
positif
• Apabila DNA VHB lebih dari 1 juta kopi (200.000 IU/mL), terapi antiviral
direkomendasikan pada usia kehamilan 28 – 32 minggu
• Apabila titer virus <200.000 IU/mL, terapi antiviral dapat diberikan jika
memiliki gejala hepatitis B virus aktif dan sirosis.
KOLABORASI PENANGANAN
KASUS INFEKSI NIFAS
dr. Ide Pustaka Setiawan, M.Sc, Sp.OG
Pengertian Nifas
• Periode masa postpartum (puerperium) adalah periode waktu selama 6
minggu setelah persalinan.
• Postpartum atau masa postpartum adalah masa sesudahnya persalinan
terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat
kandungan ke keadaan sebelum hamil dan lamanya mas postpartum kurang
lebih 6 minggu.
• Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama
2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24
jam pertama. Insiden infeksi nifas terjadi 1-3%. Infeksi jalan lahir 25-55%
dari semua kasus infeksi.
Patofisiologi
• Patofisiologi terjadinya infeksi nifas
dimulai dari tempat perlukaan bekas
implantasi plasenta, Tempat ini
menjadi area yang baik sebagai tempat
tumbuhnya bakteri
• Tempat implantasi plasenta merupakan
sebuah luka dengan diameter 4 cm,
permukaan tidak rata, berbenjol-benjol
karena banyaknya vena yang ditutupi
oleh trombus. Selain itu, kuman dapat
masuk melalui servik, vulva, vagina dan
perineum
Infeksi nifas dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut :
1. Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan
dalam berulang-ulang
2. Alat-alat tidak steril/ suci hama
3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang
terkontaminasi.
4. Infeksi nosokomial dari fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Infeksi yang terjadi saat intrapartum
6. Ketuban pecah dini.
Penyebab Infeksi Nifas
• Masuknya bakteri ke dalam organ reproduksi, baik bakteri yang masuk dari
dalam tubuh ibu sendiri, dari jalan lahir maupun bakteri dari luar yang
sering menyebabkan infeksi.
• Berdasarkan masuknya bakteri ke dalam organ kandungan, infeksi nifas
terbagi menjadi:
1. Ektogen (infeksi dari luar tubuh)
2. Autogen (infeksi dari tempat lain di dalam tubuh)
3. Endogen (infeksi dari jalan lahir sendiri)
Lanjutan..
Selain itu, etiologi secara langsung infeksi nifas dapat disebabkan oleh:
1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic : penyebab infeksi yang paling
berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang
tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain)
2. Staphylococcus Aerus : penyebab infeksi sedang. Sering ditemukan di
rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak sehat
3. Escheria Coli : menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan
endometrium. Bakteri ini merupakan penyebab dari infeksi traktus
urinarius.
4. Clostridium Welchii : Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis, persalinan yang tidak aman dan bersih.
Faktor Predisposisi
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan, preeklampsi/eklampsi, malnutrisi, anemia, infeksi lain
(pneumonia, penyakit jantung, dan sebagainya)
2. Persalinan dengan masalah partus lama dengan ketuban pecah dini,
korioamnionitis, persalinan traumatik, proses pencegahan infeksi yang
kurang baik dan manipulasi yang berlebihan saat pertolongan persalinan,
misalnya manipulasi pada vulva, vagina dan perineum
3. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah dalam
rongga rahim
5. Episiotomi atau laserasi jalan lahir.
Tanda Infeksi Nifas
• Demam
• Nnyeri di daerah infeksi
• Warna kemerahan
• Fungsi organ terganggu
Gambaran klinis infeksi nifas :
1. Infeksi lokal Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia
bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu badan meningkat
2. Infeksi umum Ibu tampak sakit dan lemah, suhu badan meningkat,
tekanan darah menurun, nadi meningkat, pernafasan meningkat dan
sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma, gangguan
involusi uteri, lokia berbau, bernanah dan kotor.
Penyebaran infeksi nifas :
• Vulvitis : Vulvitis pada ibu postpartum terjadi pada bekas sayatan
episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan
bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan nanah.
• Vaginitis : Vaginitis pada ibu postpartum terjadi secara langsung
pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak
dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari
daerah ulkus
• Servisitis : Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik. Luka serviks
yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum
dapat menyebabkan infeksi yang menyebar ke parametrium
• Endometritis : Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan
bersifat naik turun. Kuman–kuman memasuki endometrium
(biasanya pada luka implantasi plasenta) dalam waktu singkat dan
menyebar ke seluruh endometrium.
Lanjutan…
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah :
• Septikemia : di mana kuman-kuman atau toksinnya langsung
masuk ke dalam peredaran darah (hematogen) dan
menyebabkan infeksi
• Piemia : dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah
perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil yang
dibawa ke peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses
pada organ-organ yang diserangnya
• Tromboflebitis : Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis
pelvica dan tromboflebitis femoralis
• Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe
 Peritonitis : menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis)
 Parametritis (sellulitis pelvica)
• Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium
 Salfingitis
 ooforitis
Pencegahan Infeksi Selama Nifas
• Perawatan luka postpartum dengan teknik aseptik dan antiseptik
• Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus
suci hama
• Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya dirawat dalam ruangan
khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat
• Membatasi tamu yang berkunjung
• Mobilisasi dini (early ambulation)
Persiapan Rujukan
Dalam prosedur merujuk dan
menerima rujukan prinsip yang harus
diperhatikan adalah :
1. Mencegah 3 terlambat (3T)
2. Rujukan yang terencana
3. Upayakan pasien dalam keadaan
yang stabil
4. Perujuk yang berkompeten
5. Ada komunikasi awal
6. Rujuk dengan ambulance yang
dilengkapi dengan alat medis
dan obat-obatan
Penatalaksanaan Rujukan
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
2. Menentukan tempat tujuan rujukan
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
4. Mengirimkan informasi ke tempat rujukan
5. Persiapan penderita (perbaiki KU, beri infus, obat-obatan, surat rujukan
dan pendamping)
6. Pengiriman penderita tindak lanjut penderita
7. Tindak lanjut penderita (persiapan yang harus diperhaatikan dalam
merujuk yaitu bidan, alat, keluarga, surat, obat, kendaraan da uang)
Referensi
• Hartanto, Marianto (2019). Infeksi Human Immunodeciency Virus (HIV) dalam Kehamilan. CDK-
276/ vol. 46 no. 5 th. Jakarta: Universitas Katolik Atma Jaya
• Ruiter A, Taylor GP, Clayden P, Dhar J, Gandhi K. British HIV association guidelines for the
management of HIV infection in pregnant women. HIV medicine. 2014;15(Suppl. 4):1–77
• Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Kajian epidemiologi HIV [Internet].
Indonesia: Kementerian Kesehatan Indonesia; 2017 Feb
• Murtiastuti D. Sifilis. Dalam : Barakbah J, Lumintang H, Marthodiharjo R. Editor. Buku Ajar
Infeksi Menular Seksual. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press. 2008. 145-148
• Dewi, H., Dyah, I., & R, K. (2017). Buku Ajar Ilmu Obstetri dan Ginekologi. Semarang :
Universitas Muhammadiyah Semarang
• Geovani, V. M. (2016). Infeksi Sifilis pada Kehamilan. J Majority, 9(3), 34–50.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Pedoman tata laksana sifilis untuk
pengendalian sifilis di layanan kesehatan dasar. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan, 1
• Anandah, H. P., Faridah, I., & Ismiyati. (2019). Transmission of Hepatitis B virus in Pregnant
Women. Seminar Nasional Kesehatan “Internalisasi Respectful Maternity Care Dalam Pelayanan
Kesehatan Ibu Dan Anak,” (April), 89–94.
• Gozali, A. P. (2020). Diagnosis , Tatalaksana , dan Pencegahan Hepatitis B dalam Kehamilan. CDK
Journal, 47(5), 354–358
• Petunjuk teknis sistem rujukan pelayanan kesehatan provinsi nusa tenggara barat
TERIMA KASIH
@dr.idepustaka.spog

Anda mungkin juga menyukai