Anda di halaman 1dari 34

ENDOKRINOLOGI PLASENTA

Ana Kurniati, S.ST., M.Keb


• Plasenta adalah organ endokrin yang unik dan merupakan
organ endokrin terbesar pada manusia yang menghasilkan
berbagai macam hormon steroid, peptida,faktor-faktor
pertumbuhan dan sitokin.

ENDOKRINOLOGI PLASENTA
• Villi korialis primer terususun oleh sel-sel sitotrofoblas
yang proliferatif di lapisan dalam dan sel-sel
sinsiotrofoblas di lapisan luar.
• Sel-sel mesenkim yang berasal dari mesenkim
ekstraembrional akan menginvasi villi korialis primer
sehingga terbentuk viili koriales sekunder, sedangkan
villi koriales tersier terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya pembuluh darah-pembuluh darah janin.
• Sinsiotrofoblas umumnya berperanan dalam pembentukan
hormon steroid, neurohormon/neuropeptida, sitokin, faktor
pertumbuhan dan pituitary-like hormones, sedangkan
sitotrofoblas lebih berperanan dalam sekresi faktor-faktor
pertumbuhan.
• Prekursor berasal dari adrenal janin dan maternal untuk sekresi
estrogen serta kolesterol maternal untuk sekresi progesteron
1. PROGESTERON
• Produksi steroid selama kehamilan merupakan hasil dari
‘kerjasama’ antara maternal, plasenta dan janin.
• Saat tidak terjadi konsepsi, korpus luteum menghasilkan
progesteron dalam kurun waktu kurang lebih 14 hari
sebelum akhirnya mengalami regresi.

SINTESIS HORMON
STEROID
• Jika terjadi konsepsi, umur korpus luteum diperpanjang akibat
pengaruh dari hormon hCG sehingga tetap mampu
menghasilkan progesteron sampai usia kehamilan 10 minggu.
• Pada masa awal kehamilan (6-7 minggu) progesteron dari
korpus luteum ini sangat diperlukan untuk mempertahankan
kehamilan
• Sintesis progesteron plasenta sangat tergantung dari hubungan
antara maternal dan plasenta tetapi sama sekali tidak
tergantung prekursor dari janin.
• Sumber utama sintesis progesteron adalah kolesterol LDL
(low-density lipoprotein).
• Kolesterol LDL ini masuk ke dalam sitoplasma sel-sel
trofoblas dengan cara endositosis setelah sebelumnya berikatan
dengan reseptor membran sel yang spesifik
• Sebagian besar (90%) progesteron yang dihasilkan akan
disekresikan ke dalam sirkulasi maternal tetapi kadar dalam
sirkulasi maternal ini lebih rendah bila dibanding dengan kadar
progesteron plasma janin.
• Saat usia kehamilan a term, plasenta menghasilkan progesteron
― 210 mg / hari.
• Kadar progesteron plasma maternal meningkat secara linier
dari 40 ng / ml (trimester I) sampai lebih dari 175 ng / mL
(trimester III).
• Progesteron mempunyai beberapa fungsi fisiologis selama
kehamilan.
• Fungsi utama adalah mempersiapkan endometrium untuk
implantasi dan mempertahankan kehamilan.
• Mekanisme kerja progesteron adalah berikatan dengan reseptor
spesifik yang kemudian berinteraksi dengan DNA genom.
• Reseptor-reseptor ini telah dikenali dan ditemukan pada inti
dan sitoplasma sel sinsisiotrofoblas dan sitotrofoblas serta sel-
sel endotel desidua pada awal kehamilan.
• Fungsi progesteron yang lain adalah terhadap otot polos yaitu
terutama mempertahankan keadaan tenang (quiescence) uterus
dengan cara mempertahankan keadaan afinitas yang tinggi dari
reseptor β2-adrenergik miometrium sehingga produksi cAMP
meningkat dan menghambat fosforilase miosin.
• Progesteron juga berpengaruh pada muskuler tuba seperti
halnya berpengaruh pada motilitas gastrointestinal, disamping
itu juga berpengaruh terhadap otot polos arterioler sehingga
kapasitas vaskuler meningkat dan tahanan perifer menurun.
• Progesteron plasenta juga berperan selaku substrat bagi
produksi glukokortikoid dan mineralokortikoid oleh adrenal
janin .
• Pengukuran kadar progesteron untuk menilai keadaan janin
secara klinik umumnya tidak begitu bermanfaat.
• Pada kematian janin dalam rahim, kelainan kongenital
(anensefal) dan defisiensi sulfatase plasenta, kadar progesteron
tidak berubah sama sekali,
• namun demikian pengukuran kadar progesteron dapat
digunakan sebagai prediktor yang reliabel untuk menentukan
viabililitas kehamilan bila terjadi ancaman abortus pada usia
kehamilan ≤ 77 hari.
2. Estrogen
• Janin dan plasenta terlibat dalam sintesis estron, estradiol dan
estriol.
• Estrogen yang dihasilkan oleh plasenta sebagian besar berasal
dari konversi prekursor androgen maternal maupun adrenal
janin.
• Plasenta pada kehamilan a term mensekresi baik estron,
estradiol dan estriol ke dalam sirkulasi maternal dan janin.
• Total blood production rate estradiol ― 10 sampai 25 mg / hari
sedangkan estriol 40 sampai 50 mg / hari.
• Estron sebagian besar dalam bentuk sulfat
• Disfungsi atau tidak berfungsinya adrenal janin maka
menyebabkan pembentukan estriol akan terganggu.
• Sebagai contoh pada kelainan janin berupa anensefal yang
sering disertai dengan tidak terbentuknya korteks adrenal akan
menyebabkan penurunan prekursor androgen adrenal janin
sehingga produksi estriol plasenta juga akan menurun.
• Dalam hubungannya dengan kehamilan, estrogen berfungsi
untuk meningkatkan sintesis progesteron melalui peningkatan
uptake LDL dan aktifitas sinsisiotrofoblas.
• Estrogen juga berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler
maternal  menyebabkan vasodilatasi sirkulasi uteroplasenter,
stimulasi sistem renin angiotensin- aldosteron dan
(kemungkinan) neovaskularisasi plasenta.
• Estrogen juga meningkatkan kontraktilitas uterus dan
mempunyai efek mitogenik terhadap pertumbuhan dan
perkembangan glandula mammae.
• Dahulu pengukuran kadar estriol umumnya digunakan untuk
memonitor kesejahteraan janin tetapi saat ini sudah jarang atau
tidak dilakukan lagi dikarenakan rentang nilai normal yang
lebar serta kadarnya bervariasi tergantung dari usia kehamilan
sehingga interpretasi hasil pengukuran menjadi sulit.
• Terlebih lagi disamping dipengaruhi oleh keadaan janin seperti
yang telah disebutkan di atas, kadar estriol juga dipengaruhi
oleh penggunaan obat-obatan
1. Human chorionic gonadotropin
(hCG)
• Plasenta merupakan tempat utama sintesis dan sekresi hCG.
• Sama dengan gonadotropin yang lain, hCG adalah suatu
glikoprotein dan mempunyai berat molekul 39.000 dalton,
terdiri atas 2 sub unit α dan β yang masing-masing tidak
mempunyai aktifitas biologik kecuali bila dikombinasikan.
• hCG-α hampir mirip dengan LH-α dan FSH-α
• Tiga puluh persen komponen hCG adalah karbohidrat.

SINTESIS HORMON
POLIPEPTIDA
• Sinsiotrofoblas dapat diumpamakan sebagai hipofisis yang
mensekresi hCG, hPL dan ACTH sedangkan sitotrofoblas
bertindak sebagai hipotalamus yang mensekresi GnRH dan
CRH (corticotropine releasing hormone).
• hCG Mulai dapat dideteksi 1 hari setelah implantasi.
• Sekresi hormon ini akan memperpanjang hidup korpus luteum
dan menstimulasi produksi progesteron.
• Keadaan ini terus dipertahankan sampai ― usia kehamilan 11
minggu saat plasenta sudah mampu mensintesis progesteron.
• Fungsi hCG yang lain diantaranya adalah merangsang proses
diferensiasi sitotrofoblas menjadi sinsisiotrofoblas, stimulasi
produksi testosteron testis janin dan diduga juga mempunyai
efek immunosupresif selama kehamilan.
• Secara klinik, pengukuran kadar hCG umumnya digunakan
untuk menunjang diagnosis kehamilan, evaluasi setelah terapi
penyakit trofoblas dan evaluasi abnormalitas kehamilan
(misal : kehamilan ektopik).
• Kadar hCG yang lebih tinggi dari pada kadar normal pada
trimester ke dua sering kali dihubungkan dengan trisomi 21,
trisomi 13, trisomi 20, sindroma Turner dan Klinefelter,
sebaliknya kadar yang lebih rendah sering ditemukan pada
janin dengan trisomi 18.
• Atas dasar ini pulalah hCG digunakan sebagai salah satu cara
skrining adanya aneuploidi pada janin.
2. Human placental lactogen (hPL)
• hPL disintesis di sinsiotrofoblas dan dapat dideteksi mulai hari
ke 12 setelah fertilisasi atau segera setelah implantasi.
• Kadar hPL dalam plasma maternal meningkat seiring dengan
peningkatan berat plasenta dan berat badan janin.
• Peningkatan ini mulai tampak sejak usia kehamilan 5 minggu
dan mencapai puncaknya pada 4 minggu terakhir kehamilan (―
35 minggu) yaitu dari 0.3 μg/mL pada trimester pertama sampai
5.4 μg/mL pada trimester ke tiga. Selama 24 jam, kurang lebih
300 μg hPL diekskresikan lewat urin.
• Pada plasenta sendiri didapatkan 10 sampai 20 mg/100 g berat
plasenta. hPL juga dapat dideteksi dalam sirkulasi janin tetapi
dengan kadar yang rendah (15.5 ng/mL dalam darah tali pusat)
dan dalam cairan amnion (0.5 ng/mL pada kehamilan a term).
• Efek utama hPL adalah terhadap insulin dan metabolisme
glukosa tetapi bagaimana mekanisme kerjanya sampai
sekarang belum diketahui dengan jelas.
• Pemberian hPL terbukti dapat meningkatkan kadar asam lemak
bebas, menurunkan sensitivitas terhadap insulin, meningkatkan
kadar insulin dalam sirkulasi dan menurunkan toleransi
glukosa.
• Efek hPL terhadap lipolisis dan glucose-sparing terutama pada
wanita hamil yang sedang berpuasa menunjukkan bahwa hPL
mempunyai efek proteksi / melindungi janin.
• Keadaan puasa akan merangsang sekresi hPL sehingga
penggunaan glukose oleh ibu akan menurun hal ini akan
menjamin tercukupinya sumber energi bagi janin.
• Pengukuran kadar hPL sangat jarang digunakan untuk
kepentingan evaluasi abnormalitas kehamilan.
• Umumnya disepakati bahwa kadar hPL < 4 μg/mL pada usia
kehamilan lebih dari 30 minggu merupakan batas bahwa janin
dalam keadaan bahaya (fetal danger zone).
• Pada plasenta yang besar seperi misalnya pada kehamilan ganda
dan kehamilan dengan diabetes melitus, akan didapatkan kadar
hPL yang lebih tinggi
• Sebaliknya kadar hPL yang rendah ditemukan pada
pertumbuhan janin terhambat, preeklampsia dan neoplasma
trofoblas.
• Pada kasus abortus imminens, kadar hPL yang rendah
menunjukkan bahwa kehamilan sulit untuk dapat terus
dipertahankan.
A. HORMON-HORMON PROTEIN
1. Chorionoic adrenocorticotropin
(CACTH)
• Protein yang mirip dengan ACTH telah pernah berhasil diidentifikasi pada plasenta
yang kemudian disebut dengan Chorionoic adrenocorticotropin (CACTH).
• Peranan fisiologis dari CACTH ini sampai sekarang belum jelas. ACTH dalam
kehamilan kadarnya lebih rendah dari pada laki-laki atau wanita yang tidak hamil
tetapi kadarnya meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
• Plasenta menghasilkan ACTH yang kemudian disekresikan ke dalam sirkulasi
maternal dan janin tetapi ACTH dari maternal tidak masuk ke dalam sirkulasi
janin.

HORMON-HORMON PLASENTA LAIN


2. Chorionic thyrotropin (CT)
• Terdapat bukti bahwa plasenta menghasilkan hormon
Chorionic thyrotropin (CT) tetapi sama seperti CACTH,
fungsinya dalam kehamilan juga belum jelas diketahui.
3. Relaxin
• Adanya relaxin dalam korpus luteum, desidua dan plasenta
telah lama diketahui.
• Relaxin mempunyai struktur kimia yang mirip dengan insulin
dan nerve growth factor.
• Hormon ini bekerja pada miometrium untuk merangsang
adenylyl cyclase dan juga menyebabkan relaksasi uterus.
• Mekanisme sintesis dan kerjanya secara rinci sampai sekarang
masih dalam proses penelitian.
4. Parathyroid hormone-related
protein (PTH-rP)
• Parathyroid hormone-related protein (PTH-rP) telah dapat
diidentifikasi pada jaringan normal orang dewasa khususnya
pada organ reproduksi baik laki-laki maupun wanita (uterus,
korpus luteum dan payudara).
• Hal ini menunjukkan bahwa pada orang dewasa PTH-rP tidak
dihasilkan oleh kelenjar paratiroid.
• Beberapa organ janin juga menghasilkan PTH-rP diantaranya
kelenjar paratiroid, ginjal dan plasenta.
5. Growth hormone-variant (hGH-V)
• Growth hormone-variant (hGH-V) disintesis oleh plasenta,
kemungkinan dalam sinsisium.
• hGH-V dapat diukur kadarnya dalam sirkulasi maternal mulai
pada usia kehamilan 21 – 26 minggu, kadarnya terus
meningkat sampai usia kehamilan 36 minggu.
• Sekresi hGH-V oleh trofoblas dipengaruhi oleh glukosa
sedangkan aktifitas biologisnya sama dengan hPL.
1. Neuropeptide-Y (NPY)
• Neuropeptide-Y (NPY) adalah hormon yang secara luas
ditemukan di otak.
• NPY juga ditemukan pada saraf-saraf simpatik yang mensarafi
sistem kardiovaskuler, respirasi, gastrointestinal dan
urogenital.
• NPY juga dapat ditemukan pada plasenta, khususnya
sitotrofoblas.
• Pada beberapa percobaan menunjukkan bahwa pemberian NPY
pada sel-sel plasenta akan menyebabkan pengeluaran
corticotropin releasing hormone (CRH).

HORMON-HORMON PEPTIDA
2. Inhibin dan Activin
• Inhibin merupakan hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh
testis, sel-sel granulosa ovarium dan korpus luteum yang
berperan dalam menghambat pengeluaran FSH oleh hipofisis.
• Plasenta menghasilkan sub unit α, βA dan βB inhibin dengan
kadar puncak saat kehamilan a term.
• Inhibin yang dihasilkan plasenta ini bersama-sama dengan
hormon seks steroid yang meningkat selama kehamilan akan
menghambat sekresi FSH sehingga ovulasi tidak terjadi.
• Selain itu, inhibin juga berperanan dalam sintesis dan sekresi
hCG oleh plasenta.
1. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
• Banyak bukti yang menunjukkan bahwa GnRH juga
ditemukan pada plasenta dan menariknya
imunoreaktivitas terhadap GnRH ini hanya ditemukan
pada sitotrofoblas.
• Disebutkan bahwa GnRH korionik ini berperan sebagai
hCG-releasing hormone.

C. HYPOTHALAMIC-LIKE
RELEASING HORMONE
2. Corticotropin releasing hormone (CRH)
• Gen CRH yang ditemukan pada hipotalamus ternyata juga
ditemukan pada trofoblas, amnion, korion dan desidua, tetapi
fungsi dari CRH yang dihasilkan oleh plasenta ini sampai
sekarang belum diketahui dengan jelas.
• Bukti yang menunjukkan bahwa hanya sedikit CRH plasental
yang masuk ke dalam sirkulasi janin menimbulkan dugaan
kurangnya peran CRH plasental terhadap steroidogenesis
adrenal janin.
• Peran CRH plasental yang lain diduga berhubungan dengan
relaksasi otot polos (baik miometrium maupun pembuluh
darah), immunosupresi dan merangsang pembentukan
prostaglandin palsenta.
3. Thyrotropin-releasing hormone (cTRH)
dan Growth hormone- releasing hormone
(GHRH).
• Baik cTRH dan GHRH (yang juga dikenal sebagai
somatocrinin) dapat dideteksi pada plasenta tetapi bagaimana
sintesis dan aktifitas biologis keduanya sampai saat ini belum
diketahui.
•Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai