Anda di halaman 1dari 9

Asuhan Keperawatan Pada An.

R
Dengan Difteri Laring
Dengan Keluhan Utama Ketidakefektifan Pola Nafas

Tika Nuryani1
1
Poltekkes Kemenkes Semarang
Jl Tirto Agung Pedalangan Banyumanik Semarang
Korespondensi : Tikahitocae.30@mail.com

INFO ARTIKEL :
Diterima Oktober 2018
Disetujui November 2018
Dipublikasikan Desember 2018

ABSTRACT
Background: Diphtheria is a serious infectious disease that attacks the upper respiratory
tract caused by the bacterium Corynebacterium diphtheria. Objective: To determine the
description of nursing care in patients with diphtheria which includes the assessment,
intervention, implementation, and evaluation of nursing. Method: This research method
is using a case study approach method which is to provide nursing care for diphtheria
patients. Results: After nursing care for 3 x 24 hours the problem of the ineffectiveness
of the breathing pattern has not been resolved while for the problem of nutritional needs
less than the body's needs have been resolved. Conclusions : Unresolved nursing
problems are the ineffectiveness of breathing patterns. So that requires further treatment.

Keywords: Diphtheria, bacteria Corynebacterium diphtheria, infectious diseases

ABSTRAK
Latar Belakang : Difteri merupakan penyakit menular yang serius yang menyerang
saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria.
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan difteri
yang meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Metode :
Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus yaitu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien difteri. Hasil : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi
sedangkan untuk masalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sudah teratasi
teratasi. Kesimpulan : Masalah keperawatan yang belum teratasi adalah ketidakefektifan
pola napas. Sehingga membutuhkan perawatan lebih lanjut.
Kata Kunci : Difteri, bakteri Corynebacterium diphtheria, penyakit menular

28
PENDAHULUAN media dan juga dapat menyebar ke paru-
Difteri merupakan penyakit paru menyebabkan pneumonia.
menular yang serius yang menyerang Pencegahan dengan melakukan
saluran pernapasan atas yang disebabkan imunisasi, pengobatan karier, dan
oleh bakteri Corynebacterium penggunaan APD. Penularan disebarkan
diphtheria, suatu bakteri Gram positif melalui droplet, kontak langsung dengan
fakultatif anaerob. Penyakit ini ditandai sekresi saluran napas penderita atau dari
dengan sakit tenggorokan, demam, penderita karier. Pada daerah endemis,
malaise dan pada pemeriksaan 3%-5% orang sehat bisa sebagai
ditemukan pseudomembran pada tonsil, pembawa kuman difteri toksigenik.
faring, dan / atau rongga hidung. Difteri Kuman C. diptheriae dapat bertahan
adalah penyakit yang ditularkan melalui hidup dalam debu atau udara luar sampai
kontak langsung atau droplet dari dengan 6 bulan.
penderita. Pemeriksaan khas Pada tahun 2014, jumlah kasus
menunjukkan pseudomembran tampak difteri 296 kasus dengan jumlah kasus
kotor dan berwarna putih keabuan yang meninggal 16 orang dengan CFR difteri
dapat menyebabkan penyumbatan 4%. Dari 22 provinsi yang melaporkan
karena peradangan tonsil dan meluas ke adanya kasus difteri, provinsi tertinggi
struktur yang berdekatan sehingga dapat terjadi di Provinsi Jawa Timur, yaitu 295
menyebabkan bull neck. Membran kasus yang berkonstribusi sebesar 74%.
mudah berdarah apabila dilakukan Dari total kasus tersebut, 37% tidak
pengangkatan. mendapatkan vaksin campak. Sementara
Diagnosis cepat harus segera pada tahun 2015 terdapat 252 kasus
dilakukan berdasarkan gejala klinis, difteri dengan 5 kasus meninggal
laboratorium (swab tenggorok, kultur, sehingga CFR 1,98% dan gambaran
atau PCR) untuk penanganan lebih awal. menurut umur terbanyak pada usia 5-9
Tata laksana terdiri dari penggunaan tahun dan 1-4 tahun.
antitoksin spesifik dan eliminasi
organisme penyebab. METODE PENELITIAN
Komplikasi dari difteri dapat Metode yang digunakan dalam
menyebabkan obstruksi jalan napas, studi kasus ini adalah metode deskriptif
miokarditis, paralisis otot palatum, otitis dengan pemaparan kasus dan

29
menggunakan pendekatan proses Kemudian setelah dilakukan
keperawatan dengan memfokuskan pada pemeriksaan fisik pada klien didapatkan
salah satu masalah penting dalam kasus hasil :
yang dipilih yaitu asuhan keperawatan 1. Keadaan umum : Klien
anak dengan diagnosa difteri laring yang terlihat lemah
dilakukan pada satu responden. 2. Tingkat kesadaran : Compos
mentis
HASIL 3. Tanda – tanda vital : Nadi =90,
Pengkajian kali/menit, Suhu = 38,4 OC, dan RR =
Klien bernama An. R, umur 4 28 kali/menit
tahun, jenis kelamin laki – laki. Untuk 4. Kepala : Rambut bersih, kulit
penanggungjawab klien bernama Ny. M, kepala bersih
umur 45 tahun, hubungan dengan klien 5. Mata : Konjungtiva merah muda,
adalah ibu kandung. Setelah dilakukan sklera putih, mata sembab
pengkajian didapatkan data umum 6. Hidung: Lubang hidung kotor,
sebagai berikut : tidak ada polip
1. Keluhan utama 7. Mulut : Membran mukosa
Ibu klien mengatakan anakanya lembab, mulut kotor, lidah putih, terdapat
mengeluh sesak napas sejak sehari yang membran putih pada langit – langit di
lalu. dekat faring.
2. Riwayat penyakit sekarang 8. Leher : Tidak terdapat
Klien datang ke RS dengan sesak napas pembesaran tiroid.
yang terjadi sejak sehari yang lalu 9. Telinga : Bersih
disertai dengan demam yang tidak terlalu 10. Kulit : Turgor kulit kembali
tinggi sudah 2 hari, rewel, dan tidak mau dalam 2 detik
makan. 11. Paru – paru : Hasil inspeksi dada
3. Riwayat penyakit dahulu simetris, palpasi vocal fremitus tidak
An. R pernah dirawat di RS 2 tahun yang terkaji, perkusi sonor, auskultasi bunyi
lalu dengan demam berdarah. Klien vesikuler dan tidak terdapat bunyi otot
tidak mempunyai penyakit keturunan. bantu pernapasan.
12. Jantung :Hasil inspeksi ictus
cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis

30
teraba, perkusi pekak, auskultasi bunyi kg setelah anak sakit BB klien turun kg
S1 dan S2 reguler dan tidak terdapat menjadi 15 kg. Turgor kulit kembali
bunyi tambahan. dalam 2 detik, mukosa bibir lembab,
13. Abdomen : Hail inspeksi perut anak tampak lemas. Diit selama di RS
datar dan tidak ada benjolan, auskultasi anak mendapatkan nasi, tetapi anak
bising usus 12 kali/menit, perkusi hanya makan 3 potong biscuit.
timpani, dan dipalpasi tidak ada massa 5. Pola eliminasi : Ibu klien
14. Ekstremitas : Tangan dan kaki mengatakan sebelum sakit anak BAK 4
bisa digerakkan, tidak terdapat edema – 5 kali/hari, warna kuning jernih
pada ekstremitas, tangan kiri terpasang kemudian BAB 1 kali/hari konsistensi
infuse. lembek dan berwarna kuning kehijauan.
Sedangkan saat klien sakit BAK 1
Hasil pengkajian pola fungsional : kali/hari dan belum BAB sama sekali.
1. Pola persepsi terhadap kesehatan 6. Pola konsep diri: Ibu klien
: Ibu klien mengatakan setiap anaknya mengatakan sebelum sakit anak ceria
sakit selalu diperiksakan oleh dan sering bermain dengan temannya
keluarganya namun saat anak sakit anak rewel.
2. Pola aktivitas dan latihan : 7. Pola kognitif dan perceptual :
sebelum sakit aktivitas anak seperti tidak ada gangguan dalam
mandi, makan, toileting sebagian di pembicararaan, penglihatan,
bantu orang tua. Anak aktif dalam pendengaran dan status mental.
bermain dengan temannya. Dan saat 8. Pola peran dan hubungan : anak
sakit aktivitas anak dibantu oleh selalu mendapat dukungan dari keluarga.
keluarga dengan skala ketergantungan 2. 9. Pola koping dan toleransi stress :
3. Pola istirahat dan tidur : sebelum ketika anak kesakitan selalu menangis.
sakit: anak selalu tidur nyenyak malam 10. Pola seksualitas : anak berjenis
hari ± 9 – 10 jam, anak terbiasa tidur kelamin laki – laki.
siang. Dan saat dirawat di RS anak tidak 11. Pola nilai dan kepercayaan : anak
bisa tidur dan selalu terbangun karena beragam islam.
sesak nafas.
4. Pola nutrisi : Ibu klien mengatakan
BB sebelum sakit adalah 17

31
Setelah dilakukan pengkajian Hari ke – 1
didapatkan pula analisa data sebagai Memonitor pola napas klien
berikut : yang meliputi irama pernapasan,
Ds : Ibu klien mengatakan anaknya penggunaan otot-otot bantu napas, suara
mengeluh sesak napas sejak satu hari napas, dan frekuensi napas kemudian
yang lalu. mengauskultasi suara paru klien untuk
DO : Tampak lemah, RR = 28 kali/menit, mengetahui ada tidaknya obstruksi jalan
S = 38,4 OC, N = 90 kali/ menit. napas. Irama napas klien regular, napas
cepat dan dalam, tidak ada suara bantu
Diagnosa Keperawatan otot pernapasan, RR=28 kali/menit, dan
Rumusan prioritas diagnosa untuk An. R tidak ada suara napas tambahan.
adalah ketidakefektifan pola napas. Untuk mengurangi sesak napas pada
klien, diberikan terapi O2 dengan nassal
Intervensi Keperawatan canul 3 liter/ menit, ibu klien mengatakan
Rencana keperawatan untuk mengatasi anaknya mengeluh sesak napas.
masalah keperawatan ketidakefektifan
pola napas pada An. R adalah : Hari ke - 2
1. Monitor pola napas Dilakukan tindakan keperawatan
yang meliputi irama pernapasan, pengaturan posisi semi fowler pada klien
penggunaan otot-otot bantu napas, suara untuk meningkatkan pengisian pada
napas, dan frekuensi napas. segmen paru sehingga ventilasi
2. Auskultasi suara nafas, catat maksimal. An. R bersedia dilakukan
adanya suara nafas tambahan pengaturan posisi, klien tampak lebih
3. Atur posisi tidur pasien tenang.
4. Berikan terapi oksigen Kolaborasi pemberian terapi O2 dengan
nassal canul 3 liter/ menit pada klien, ibu
Implementasi Keperawatan klien mengatakan sesak napas pada
Tindakan keperawatan yang dilakukan anaknya sedikit berkurang, RR = 27
pada An. R selama 3 hari perawatan kali/menit.
berturut – turut di rumah sakit yaitu :

32
Hari ke – 3 PEMBAHASAN
Mempertahankan posisi tidur Pengkajian
pasien. Klien terbaring diatas tempat Pembahasan mengenai pengkajian yang
tidur dengan posisi semifowler dan klien dilakukan pada keluarga An. R
tampak nyaman. didapatkan data bahwa An. R mengeluh
Mempertahankan pemberian terapi O2 sesak nafas sejak satu hari yang lalu. RR
dengan nassal canul 3 liter/ menit, ibu = 28 kali/menit, S = 38,4 OC, N = 90 kali/
klien mengatakan anaknya masih menit. Menurut Anik Maryunani (2010)
mengeluh sesak napas. Difteri adalah radang tenggorokan yang
sangat berbahaya karena menimbulkan
Evaluasi Keperawatan tenggorokan tersumbat. Difteri laring
S = Ibu klien mengatakan anak masih biasanya sering disertai dengan gejala
sesak napas. sumbatan jalan nafas.
O = Anak masih terpasang O2 , RR : 26
kali/menit, posisi anak semifowler, Perumusan Masalah
auskultasi napas tidak terdapat bunyi Berdasarkan data fokus dalam
napas tambahan, anak terlihat tidak pengkajian maka masalah keperawatan
rewel berdasarkan NANDA 2015 – 2017 pada
A = Masalah keperawatan An. R adalah ketidakefektifan pola napas
ketidakefektifan pola napas belum berhubungan dengan gangguan
teratasi neuromuscular.
P = Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 Alasan ketidakefektifan pola
1. Monitor pola napas napas menjadi prioritas diagnosa karena
yang meliputi irama pernapasan, apabila terjadi penyumbatan jalan napas
penggunaan otot-otot bantu napas, suara maka otomatis penderita difteri akan
napas, dan frekuensi napas. mengalami kesulitan dalam bernafas
2. Auskultasi suara nafas, catat sehingga jika tidak segera ditangani bisa
adanya suara nafas tambahan mengakibatkan penderita gagal
3. Atur posisi tidur pasien mendapatkan suplai oksigen yang
4. Berikan terapi oksigen mengakibatkan kematian pada sel – sel
tubuh terutama otak, jantung, paru, serta
organ vital.

33
P = Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
Perencanaan Keperawatan 1. Monitor pola napas yang meliputi irama
Untuk mengatasi masalah pernapasan, penggunaan otot-otot bantu
keperawatan ketidakefektifan pola napas napas, suara napas, dan frekuensi napas.
maka disusunlah beberapa rencana 2. Auskultasi suara nafas, catat adanya
keperawatan antara lain monitor pola suara nafas tambahan
napas, auskultasi suara nafas, atur posisi 3. Atur posisi tidur pasien
tidur pasien, dan kolaborasi pemberian 4. Berikan terapi oksigen
oksigen.

Implementasi Keperawatan KESIMPULAN


Masalah keperawatan dengan Simpulan dari hasil asuhan
ketidakefektifan pola napas pada An. R keperawatan yang telah dilakukan pada
belum teratasi namun pasien telah An. R menunjukkan bahwa mampu
mendapat tindakan terapi yaitu diatur menjawab tujuan yaitu mendeskripsikan
posisi tidurnya untuk memaksimalkan hasil pengkajian, merumuskan diagnosa
ventilasi dan pemberian oksigen keperawatan, tindakan keperawatan,
sebanyak 3 liter/menit. melaksanakan tindakan keperawatan,
dan mengevaluasi hasil dari tindakan
Evaluasi keperawatan.
Telah dilakukan evaluasi pada Hasil dari pengkajian
keluarga klien dan klien dengan hasil : menunjukan An. R mengeluh sesak
S = Ibu klien mengatakan anak masih nafas.
sesak napas. Masalah keperawatan ada An. R muncul
O = Anak masih terpasang O2 , RR : 26 dengan masalah keperawatan
kali/menit, posisi anak semifowler, ketidakefektifan pola napas
auskultasi napas tidak terdapat bunyi berhubungan dengan gangguan
napas tambahan, anak terlihat tidak neuromuscular.
rewel Rencana asuhan keperawatan
A = Masalah keperawatan pada An. R difokuskan pada terapi
ketidakefektifan pola napas belum pemberian oksigen dan pengaturan
teratasi

34
posisi, hal ini bertujuan untuk dan berkolaborasi dengan tim medis yang
mengurangi keluhan sesak nafas. lain.
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai 2. Bagi Pembaca
dengan rencana keperawatan, pada An. Pembaca disarankan banyak mencari
R yaitu Memonitor pola napas yang informasi tentang penyakit yang dialami,
meliputi irama pernapasan, penggunaan harus menjaga pola hidup sehat dengan
otot-otot bantu napas, suara napas, dan makan makanan sehat sesuai kebutuhan,
frekuensi napas. Mengauskultasi suara melakukan olah raga yang teratur, selalu
nafas, catat adanya suara nafas memeriksakan keadaan kesehatan ke
tambahan. Mengatur posisi tidur pasien, pusat pelayanan kesehatan terdekat
serta memberikan terapi oksigen. Hasil seperti puskesmas yang teratur untuk
evaluasi menunjukan bahwa An. R mengetahui status kesehatan.
masih mengeluh sesak nafas.
DAFTAR PUSTAKA
UCAPAN TERIMA KASIH
Arifin I, Prasasti C. Faktor Yang
Untuk terselenggaranya
Berhubungan Dengan Kasus
penelitian ini kami mengucapkan terima
Difteri Anak Di Puskesmas
kasih kepada Poltekkes Kemenkes
Bangkalan Tahun
Semarang dan Keluarga yang bersedia
2016. Jurnal Berkalam
menjadi responden dalam penelitian ini. Epidemologi
2017;26-36.
SARAN
Berdasarkan asuhan keperawatan Bulechek,Gloria.dkk.2013.Nursing
yang telah dilakukan pada An. R dan Outcome Classification.Edisi
kesimpulan yang telah disusun seperti 5: Elsevier.
diatas, maka penulis memberikan saran-
saran sebagai berikut : Hartoyo, E. (2018). Difteri pada Anak.
1. Bagi Perawat Sari Pediatri, 19(5), 301–306.
Sebagai perawat harus memberikan
pelayanan yang baik kepada pasien, Herdman, T.Heather. Nanda
melakukan semua implementasi sesuai International Inc.diagnosis
dengan apa yang sudah direncanakan keperawatan : definisi & klasifikasi
2015-2017. Edisi 10. Jakarta : EGC.

35
Morhead, Sue.dkk.2013.Nursing
Interventions Classification.Edisi
6 : Elsevier.

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu


Kesehatan Anak Dalam
Kebidanan. Jakarta: CV. Info
Trans Media.

Rahman, F. S., Hargono, A., &


Susilastuti, F. (2016).
Penyelidikan Epidemiologi KLB
Difteri di Kecamatan Geneng dan
Karang Jati Kabupaten Ngawi
Tahun 2015. Jurnal Wiyata, 3,
199–213.

Saifudin, N., Wahyuni, C. U., & Martini,


S. (2017). Faktor Risiko Kejadian
Difteri Di Kabupaten Blitar
Tahun 2015. Jurnal Wiyata
Penelitian Sains Dan Kesehatan,
3(1),61–66.

36

Anda mungkin juga menyukai