Anda di halaman 1dari 3

KEPERAWATAN GERONTIK II

JURNAL NUTRISI 2
“Status Gizi Lansia Di Posbindu Puskesmas Caringin”

Oleh kelompok : 2

1. Ni Luh Putu Mia Puspawati (C1118047)


2. Ni Putu Leni Anggraeni (C1118048)
3. Ni Luh Nyoman Arya Triyani (C1118049)
4. Ni Kadek Rina Shinta Dewi (C1118050)
5. Ni Kadek Miantari (C1118051)
6. Anak Agung Istri Tirtawati (C1118052)
7. Ni Putu Ayu Melani (C1118053)
8. Ni Kadek Diah Intan Pramudya (C1118054)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
NAMA PENULIS JURNAL :

Citra Windani Mambang Sari, Clara Dwi Amri, Titin Sutini

PEMBAHASAN

Lansia merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap masalah gizi.
Lansia hendaknya menjaga status gizi pada kondisi optimal, sehingga dapat membantu
kondisi fisiknya dalam proses penyesuaian diri terhadap perubahan yang dialaminya

Populasi lansia diperkirakan akan terus meningkat secara global di seluruh dunia.
Pada tahun 2012, persentase lansia di Indonesia mencapai 7% dan akan terus meningkat
menjadi 11,34% pada tahun 2020. Berdasarkan World Health Organization (WHO), pada
tahun 2050 Indonesia diprediksi akan masuk dalam 10 besar negara dengan jumlah lansia
mencapai 10 juta (WHO, 2013).

Meningkatnya jumlah lansia dapat menimbulkan berbagai permasalahan yang


kompleks bagi lansia, keluarga, dan masyarakat, baik dari aspek biologis, mental, fisik
maupun sosial ekonomi. Salah satu masalah pada lansia dapat mempengaruhi asupan
makanan lansia yang akan mempengaruhi status gizi lansia (Kemenkes, 2016). Lansia
termasuk kelompok yang paling rentan terhadap masalah gizi. Masalah gizi yang terjadi
pada lansia dapat berupa gizi kurang (malnutrition) dan gizi lebih (obesitas). Prevalensi
gizi buruk cenderung meningkat pada kelompok usia lanjut sebesar 10-50%.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran status gizi lansia di Posbindu


Puskesmas Caringin. Penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat dalam mencegah
masalah gizi dan melakukan asuhan keperawatan mengenai masalah gizi pada lansia di
masyarakat.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan


cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di atas 60 tahun yang
mengikuti kegiatan Posbindu di Puskesmas CaringinBandung berdasarkan 182 data.
Puskesmas Caringin merupakan Puskesmas dengan lansia terbanyak di Kota Bandung.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling
dengan kriteria inklusi yaitu lansia mampu berkomunikasi dua arah dan tidak mengalami
kerusakan kognitif. Jumlah sampel yang diperoleh sesuai dengan kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah 125 responden.

DISKUSI KELOMPOK
Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Posbindu Caringin, hampir separuh
sampel berisiko gizi buruk, dan sisanya berada pada kategori normal. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Doumit (2014) yang menemukan bahwa
27,6% lansia memiliki status gizi dengan kategori risiko malnutrisi, dan 3,2% lansia
mengalami malnutrisi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Krzyminska et al
(2015) dengan hasil prevalensi 38,9% lansia berisiko malnutrisi, dan 7,5% lansia berisiko
malnutrisi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wijaya (2011) di Yogyakarta dengan
62 responden mendapatkan persentase gizi buruk 37,1%. Masalah gizi kurang pada lansia

Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Posbindu Caringin, hampir separuh


sampel berisiko gizi buruk, dan sisanya berada pada kategori normal. Masalah gizi
kurang pada lansia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Usia adalah faktor yang
mempengaruhi status gizi lansia. Bertambahnya usia akan menyebabkan beberapa
perubahan terutama fisiologis terutama fungsi pencernaan.

Adanya proses penyakit pada lansia akan mempengaruhi penyerapan zat gizi yang
terkandung dalam makanan yang dapat mempengaruhi status gizi lansia. Selain itu,
riwayat penyakit juga mempengaruhi asupan makanan lansia, hal ini disebabkan
pengaturan makanan yang lebih ketat. Beberapa lansia terlalu ketat dalam memilih
makanan, misalnya karena disuruh membatasi kolesterol, tidak berani makan telur sama
sekali. Sebagian besar lansia penderita diabetes mellitus mengatakan selalu membatasi
porsi makannya.

Hal ini karena semakin tua seseorang, semakin besar risiko gangguan kesehatan.
bertambahnya usia maka kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak semakin berkurang,
sedangkan kebutuhan protein, vitamin, dan mineral semakin meningkat sehingga lansia
yang semakin tua dapat memiliki risiko masalah gizi yang lebih besar. Selain itu, terdapat
perubahan fisiologis yang membuat lansia berisiko mengalami malnutrisi seperti kondisi
gigi, penurunan saliva, dan juga penurunan peristaltik usus yang menyebabkan lansia
berisiko mengalami malnutrisi.

Anda mungkin juga menyukai