Anda di halaman 1dari 80

Modul Suplemen Advance Material

Bidang Studi Matematika


KB 1. PENGAYAAN MATERI ESENSIAL

DEWI ANGGREINI, S.E.I., M.SC.


PENGANTAR
Materi pengayaan ini atau materi yang setingkat lebih tinggi dari
materi modul esensial.

Menambah wawasan terkait dengan materi pada modul


pengayaan ini, saudara bisa melakukan eksplorasi melalui internet
(web, video pembelajaran, youtube dan sumber lainnya).
MATERI YANG DIPELAJARI
Saudara diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang terkait dengan:
1) Logika Fuzzy.
2) Geometri Fraktal.
3) Integral Tak Wajar.
4) Bilangan Kompleks.
5) Matriks Transformasi.
6. Distribusi Peluang.
Logika Fuzzy
Definisi
Logika Fuzzy adalah peningkatan dari logika Boolean yang mengenalkan konsep kebenaran sebagian. Di
mana logika klasik menyatakan bahwa segala hal dapat diekspresikan dalam istilah binary (0 atau 1, hitam
atau putih, ya atau tidak), logika fuzzy menggantikan kebenaran boolean dengan tingkat kebenaran.

Logika Fuzzy memungkinkan nilai keanggotaan antara 0 dan 1, tingkat keabuan dan juga hitam dan putih,
dan dalam bentuk linguistik, konsep tidak pasti seperti "sedikit", "lumayan", dan "sangat". Dia berhubungan
dengan set fuzzy dan teori kemungkinan. Dia diperkenalkan oleh Dr. Lotfi Zadeh dari Universitas
California, Berkeley pada 1965.
Himpunan Fuzzy
Pada himpunan tegas (crisp set), nilai keanggotaan suatu item x dalam suatu himpunan A (ditulis A[x]) memiliki 2 kemungkinan :
◦ Satu (1), artinya x adalah anggota A
◦ Nol (0), artinya x bukan anggota A

Contoh 1 :
Jika diketahui :
S={1,2,3,4,5,6} adalah semesta pembicaraan
A={1,2,3}
B={3,4,5}

maka :
◦ Nilai kaanggotaan 2 pada A, A[2] = 1, karena 2A
◦ Nilai kaanggotaan 4 pada A, A[4] = 0, karena 4 A
Himpunan Fuzzy(contd)
Contoh 2:
“Jika suhu lebih tinggi atau sama dengan 80 oF, maka suhu disebut panas, sebaliknya disebut tidak panas”
Kasus :
◦ Suhu = 100 oF, maka Panas
◦ Suhu = 80.1 oF, maka Panas
◦ Suhu = 79.9 oF, maka tidak panas
◦ Suhu = 50 oF, maka tidak panas

If Suhu ≥ 80 oF, disebut panas


If Suhu < 80 oF, disebut tidak panas

Fungsi keanggotaan dari himpunan tegas gagal membedakan antara anggota pada himpunan yang sama
Ada problem-problem yang terlalu kompleks untuk didefinisikan secara tepat
Himpunan Fuzzy(contd)
Contoh 3 :
Misal variable umur dibagi menjadi 3 katagori :
MUDA umur <35 tahun
PAROBAYA 35 ≤ umur ≤ 55 tahun
TUA umur > 55 tahun
Muda Parobaya Tua
1 1 1

[x] [x] [x]

0 0 35 55 0 55
35

Gambar 2a. Keanggotaan himpunan biasa (crisp) umur muda dan parobaya

◦ Apabila seseorang berusia 34 tahun, maka ia dikatakan MUDA


◦ Apabila seseorang berusia 35 tahun, maka ia dikatakan TIDAK MUDA
◦ Apabila seseorang berusia 35 tahun, maka ia dikatakan PAROBAYA
◦ Apabila seseorang berusia 35 tahun kurang 1 hari, maka ia dikatakan TIDAK PAROBAYA
◦ Apabila seseorang berusia 55 tahun, maka ia dikatakan TIDAK TUA
◦ Apabila seseorang berusia 55 tahun lebih ½ hari, maka ia dikatakan TUA
Himpunan Fuzzy(contd)
Dari sini bisa dikatakan bahwa pemakaian himpunan crisp untuk menyatakan umur sangat tidak adil, adanya
perubahan kecil saja pada suatu nilai mengakibatkan perbedaan katagori yang cukup signifikan
Himpunan fuzzy digunakan untuk mengantisipasi hal tersebut. Sesorang dapat masuk dalam 2 himpunan
yang berbeda. MUDA dan PAROBAYA, PAROBAYA dan TUA, dsb. Seberapa besar eksistensinya dapat
dilihat pada nilai/derajat keanggotaannya. Gambar berikut menunjukkan himpunan fuzzy untuk variabel
umur :

1 Muda Parobaya Tua


[x]

0,5
0,25

0 25 35 40 45 50 55 65
Gambar 2b. Himpunan Fuzzy untuk variable umur
FUNGSI KEANGGOTAAN HIMPUNAN FUZZY (MEMBERSHIP FUNCTION)

Adalah suatu fungsi (kurva) yang menunjukkan pemetaan


titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (derajat
keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1.
Ada beberapa fungsi yang bisa digunakan :
1. Linier
2. Segitiga
3. Trapesium
4. Sigmoid
5. Phi
Fungsi Keanggotaan: Fungsi Linier

1.0 1.0

 

0 a b 0 a b
Domain Domain

Linier Naik Linier Turun

[x]= 0; x  a [x]= (b-x)/(b-a); a  x  b


(x-a)/(b-a); a  x  b 0; x  b
1; x  b
Fungsi Keanggotaan: Segitiga

1.0

0 a b c
Segitiga
[x] = 0; x  a atau x  c
(x-a)/(b-a); a  x  b
(c-x)/(c-b); b  x  c
Fungsi Keanggotaan: Trapesium

1.0

0 a b c d
Trapesium
[x]= 0; x  a atau x  d
(x-a)/(b-a); a  x  b
1; b  x  c
(d-x)/(d-c); c  x  d
Fungsi Keanggotaan: Sigmoid

1.0

0 a b c
Sigmoid
[x;a,b,c]sigmoid = 0; x  a
2 ((x - a)/(c - a))2; a  x  b
1 - 2((c - x)/(c - a))2; b  x  c
1; x  c
Fungsi Keanggotaan: Phi

1.0

c-b c-b/2 c c+b/2 c+b


0
Phi

[x;a,b,c]phi = [x;c-b,c-b/2,c]sigmoid; x  c
[x;c,c+b/2,c+b]sigmoid; x > c
Operasi Logika (Operasi Himpunan Fuzzy)
Operasi logika adalah operasi yang mengkombinasikan dan
memodifikasi 2 atau lebih himpunan fuzzy.
Nilai keanggotaan baru hasil operasi dua himpunan disebut firing
strength atau  predikat, terdapat 3 operasi dasar pada
himpunan fuzzy :
◦ OR (Union)
◦ AND (Intersection)
◦ NOT (Complement)
OR (Union)

Fuzzy union (): union dari 2 himpunan adalah maksimum


dari tiap pasang elemen element pada kedua himpunan
Contoh:
◦ A = {1.0, 0.20, 0.75}
◦ B = {0.2, 0.45, 0.50}
◦ A  B = {MAX(1.0, 0.2), MAX(0.20, 0.45), MAX(0.75, 0.50)}
= {1.0, 0.45, 0.75}
OR (Union)
Misal nilai keanggotaan umur 27 pada himpunan muda adalah MUDA[27] = 0,6 dan
nilai keanggotaan 2 juta pada himpunan penghasilan TINGGI adalah
GAJITINGGI[2juta] = 0,8

maka  -predikat untuk usia MUDA atau berpenghasilan TINGGI adalah nilai
keanggotaan maksimum :
MUDA  GAJITINGGI
= max(MUDA[27], GAJITINGGI[2juta])
= max (0,6 ; 0,8)
= 0,8
AND (Intersection)
⚫Fuzzy intersection (): irisan dari 2 himpunan fuzzy adalah minimum dari tiap pasang elemen
pada kedua himpunan.
⚫contoh.
A  B = {MIN(1.0, 0.2), MIN(0.20, 0.45), MIN(0.75, 0.50)} = {0.2, 0.20, 0.50}
Misal nilai keanggotaan umur 27 pada himpunan muda adalah MUDA[27] = 0,6 dan nilai
keanggotaan 2 juta pada himpunan penghasilan TINGGI adalah GAJITINGGI[2juta] = 0,8
maka  -predikat untuk usia MUDA dan berpenghasilan TINGGI adalah nilai keanggotaan
minimun :
MUDAGAJITINGGI
= min( MUDA[27],  GAJITINGGI[2juta])
= min (0,6 ; 0,8)
= 0,6
NOT (Complement)

Komplemen dari variabel fuzzy dengan derajat keanggotaan=x adalah (1-x).


Komplemen ( _c): komplemen dari himpunan fuzzy terdisi dari semua komplemen elemen.
Contoh
◦ Ac = {1 – 1.0, 1 – 0.2, 1 – 0.75} = {0.0, 0.8, 0.25}
◦ Misal nilai keanggotaan umur 27 pada himpunan muda adalah MUDA[27]= 0,6 maka  -predikat
untuk usia TIDAK MUDA adalah :
MUDA’[27] = 1 - MUDA[27
= 1 - 0,6

= 0,4
Contoh

Nilai keanggotaan sebagai hasil dari operasi 2 himpunan: fire strength atau -
predikat
Misalkan nilai keanggotaan IP 3.2 pada himpunan
AND
IPtinggi adalah 0.7 dan nilai keanggotaan 8 semester
pada himpunan LulusCepat adalah 0.8 maka -predikat
AB [x] = min(A[x], B[x]) untuk IPtinggi dan LulusCepat:

IPtinggiLulusCepat = min(IPtinggi[3.2], LulusCepat[8])


= min(0.7,0.8) = 0.7
OR

AB [x] = max(A[x], B[x]) -predikat untuk IPtinggi atau LulusCepat:

IPtinggiLulusCepat = max(IPtinggi[3.2], LulusCepat[8])


= max(0.7,0.8) = 0.8
NOT (Complement)

A’[x] = 1 - A[x] -predikat untuk BUKAN IPtinggi :

IPtinggi‘ = 1 - IPtinggi[3.2] = 1 - 0.7 = 0.3


A B

AB AB A
A’
AB
AB
Penalaran monoton
(Aturan Fuzzy If Then)
Metode penalran secara monoton digunakan sebagai dasar untuk teknik implikasi fuzzy.
Meskipun penalaran ini sudah jarang sekali digunakan, namun kadang masih digunakan untuk
penskalaan fuzzy. Jika 2 variabel fuzzy direlasikan dengan implikasi sederhana sebagai berikut :

If x is A Then Y is B

atau y=f((x,A),B)

maka sistem fuzzy dapat berjalan tanpa harus melalui komposisi dan dekomposisi fuzzy. Nilai
output dapat diestimasi secara langsung dari nilai keanggotaan yang berhubungan dengan
antesendennya
FUNGSI IMPLIKASI
Bentuk umum aturan yang digunakan dalam fungsi implikasi :
IF x is A THEN y is B
dengan x dan y adalah skalar, A dan B adalah himpunan fuzzy.
Proposisi yang mengikuti IF disebut anteseden, sedangkan proposisi
yang mengikuti THEN disebut konsekuen.
Secara umum, ada dua fungsi
implikasi, yaitu :
1. Min (minimum), fungsi ini akan memotong output himpunan fuzzy
2. Dot (product), fungsi ini akan menskala output himpunan fuzzy
a. A2 B
A1 Aplikasi fungsi implikasi Min

X1 X2 Y

If X1 is A1 and X2 is A2 Then Y is B

A1 B
Aplikasi fungsi implikasi Dot
A2
b.

X1 X2 Y

If X1 is A1 and X2 is A2 Then Y is
B
Gambar 4. (a) Aplikasi fungsi implikasi menggunakan
operator min. (b) Aplikasi fungsi implikasi menggunakan
operator dot.
Geometri Fraktal
Geometri Fraktal
Pada modul geometri, yang meliputi geometri datar, geometri
ruang dan geometri transformasi. Semua materi yang ada pada
modul esensial geometri tersebut semua diberlakukan geometri
Euclides.

Permasalahannya, dalam kehidupan nyata sering ditemukan


permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dengan geometri
klasik/tradisonal (Geometri Euclides). Untuk mengatasi masalah
tersebut Anda akan dikenalkan dengan geometri fraktal.
PENGERTIAN FRAKTAL
Sebagai suatu himpunan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
(1) mempunyai struktur halus (fine structure), yakni terinci sampai skala yang sembarang
kecilnya,
(2) tidak terlalu teratur untuk dinyatakan dalam geometri tradisional,
(3) sering mempunyai bentuk yang berkesebangunan diri (self similarity),
(4) dimensi fraktal biasanya lebih besar daripada dimensi topologisnya, dan
(5) dalam banyak hal fraktal sering didefiniskan secara rekursif.
CONTOH BENTUK FRAKTAL
Integral Tak Wajar
Pendahuluan
Perhatikan Teorema 4.8 pada Modul 3 KB. 4 sebagai berikut.

“Jika fungsi 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏], maka 𝑓 terintegral secara Riemann
pada selang [𝑎, 𝑏].”

Bagaimana apabila
minimal salah satu Integral Tak Wajar
syarat tersebut tidak (Improper Integral)
terpenuhi?
Pengertian
𝑏
Integral ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬disebut integral tak wajar jika

1. 𝑎 = −∞ atau 𝑏 = ∞ atau keduanya


2. 𝑓 𝑥 tidak terbatas pada beberapa titik 𝑐 ∈ 𝑎, 𝑏 . Titik tersebut disebut singularitas
dari 𝑓 𝑥 .

Integral yang berkaitan dengan (1) dan (2) disebut integral tak wajar jenis pertama
dan kedua, sedangkan integral memenuhi kedua kondisi disebut integral jenis ketiga.
Contoh 1.

1. ‫׬‬0 cos 𝑥 2 𝑑𝑥 merupakan contoh integral tak wajar jenis pertama
3 𝑑𝑥
2. ‫׬‬0 𝑥−1
merupakan contoh integral tak wajar jenis kedua

2 𝑑𝑥
3. ‫׬‬−∞ 1−𝑥 2 merupakan contoh integral tak wajar jenis ketiga

𝜋 sin 𝑥 sin 𝑥
4. ‫׬‬0 𝑥
𝑑𝑥 bukan integral tak wajar karena lim+
𝑥
= 1.
𝑥→0
(a) Integral Tak Wajar Jenis Pertama
(a) Integral Tak Wajar Jenis Pertama
Integral tak wajar jenis pertama terjadi apabila selang yang diberikan tidak terbatas.
Ada tiga jenis selang yang berkaitan dengan integral tak wajar jenis pertama yaitu
[𝑎, ∞), −∞, 𝑏 , dan −∞, ∞ .
(a) Integral Tak Wajar Jenis Pertama
Definisi 1. (Wrede & Spiegel, 2002)
∞ 𝑥
(1) Jika 𝑓 terintegralkan pada selang 𝑎, ∞ maka ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 = lim ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑡 𝑑𝑡
𝑥→∞
𝑎 𝑎
(2) Jika 𝑓 terintegralkan pada selang −∞, 𝑎 maka ‫׬‬−∞ 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = lim ‫𝑓 ׬‬ 𝑡 𝑑𝑡
𝑥→−∞ 𝑥
(3) Jika 𝑓 terintegralkan pada selang −∞, ∞ maka
∞ 𝑎 ∞
න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
−∞ −∞ 𝑎
𝑎 𝑥
= lim න 𝑓 𝑡 𝑑𝑡 + lim න 𝑓 𝑡 𝑑𝑡
𝑥→−∞ 𝑥 𝑥→∞ 𝑎
Kekonvergenan Integral jenis pertama
Dari Definisi 1 (a), kita dapat mengubah bentuk
limit yang berkenaan yaitu apabila 𝑓 𝑥 terbatas
dan terintegralkan untuk setiap interval berhingga
𝑎, 𝑏 maka dapat didefinisikan

∞ 𝑏
න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = lim න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
𝑎 𝑏→∞ 𝑎

di mana 𝑏 adalah suatu bilangan real bernilai


positif.
Kekonvergenan Integral jenis pertama

‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 dikatakan konvergen atau divergen didasarkan dari eksistensi limit

pada sisi kanan (limitnya ada atau tidak). ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 dianalogikan sebagai deret
𝑏
tak hingga σ∞
𝑛=1 𝑢𝑛 dengan 𝑢𝑛 = 𝑓 𝑛 di mana ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬berkaitan dengan

jumlah parsial dari deret tak hingga tersebut.


Kekonvergenan Integral jenis pertama
Hal yang sama juga berlaku untuk
𝑏 𝑏
න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = lim න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
−∞ 𝑎→−∞ 𝑎

di mana 𝑏 adalah suatu bilangan real


𝑏
bernilai negatif. ‫׬‬−∞ 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 dikatakan
konvergen atau divergen didasarkan dari
eksistensi limit pada sisi kanan (limitnya
ada atau tidak).
Kekonvergenan Integral jenis pertama
Dengan mengikuti proses sebelumnya,
dapat didefinisikan
∞ 𝑐 ∞
න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 = න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
−∞ −∞ 𝑐

di mana 𝑐 adalah suatu bilangan real.


Kekonvergenan dari integral tersebut
mengikuti kekonvergenan integral tak
wajar pada sisi kanan persamaan tersebut.
Contoh 2.
∞ 𝑑𝑥 𝑏 𝑑𝑥 1 𝑏 1 1 1
1 ‫׬‬2 𝑥 2 = lim ‫׬‬ = lim − = lim − = .
𝑏→∞ 2 𝑥 2 𝑏→∞ 𝑥 2 𝑏→∞ 2 𝑏 2

∞ 𝑑𝑥 1
Jadi ‫׬‬2 konvergen ke .
𝑥2 2

𝑏 𝑏 𝑏
2 ‫׬‬−∞ cos 𝑥 𝑑𝑥 = lim ‫ ׬‬cos 𝑥 𝑑𝑥 = lim sin 𝑥 𝑎
𝑎→−∞ 𝑎 𝑎→−∞

= lim sin 𝑏 − sin 𝑎 = sin 𝑏 − lim sin 𝑎 .


𝑎→−∞ 𝑎→−∞

Jelas lim sin 𝑎 tidak ada karena nilainya berubah-ubah di antara −1 dan 1
𝑎→−∞
𝑏
sehingga berakibat ‫׬‬−∞ cos 𝑥 𝑑𝑥 divergen.
Integral tak wajar jenis pertama khusus
∞ −𝑡𝑥
1) Integral eksponensial atau geometrik berbentuk ‫𝑥𝑑 𝑒 𝑎׬‬ di mana 𝑡 adalah
suatu konstanta. Integral tersebut konvergen jika 𝑡 > 0 dan divergen jika 𝑡 ≤
0. Integran tersebut dapat dianalogikan dengan deret geometri dengan 𝑟 = 𝑒 −𝑡
dan diperoleh 𝑒 −𝑡𝑥 = 𝑟 𝑥 .
∞ 𝑑𝑥
2) Integral 𝑝 jenis pertama berbentuk ‫ 𝑝 𝑎׬‬di mana 𝑝 adalah suatu konstanta dan
𝑥
𝑎 > 0. Integral tersebut konvergen jika 𝑝 > 1 dan divergen jika 𝑝 ≤ 1.
Uji Konvergensi Integral Tak Wajar Jenis Pertama
1) Uji perbandingan (Comparison Test) utnuk integral dengan integran non
negative (≥ 0).
a. Konvergen.
Diberikan 𝑔 𝑥 ≥ 0 untuk setiap 𝑥 ≥ 𝑎.

Jika 0 ≤ 𝑓 𝑥 ≤ 𝑔 𝑥 untuk setiap 𝑥 ≥ 𝑎 dan ‫𝑔 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 konvergen

maka ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 juga konvergen.
b. Divergen
Diberikan 𝑔 𝑥 ≥ 0 untuk setiap 𝑥 ≥ 𝑎.

Jika 𝑓 𝑥 ≥ 𝑔 𝑥 untuk setiap 𝑥 ≥ 𝑎 dan ‫𝑔 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 divergen maka

‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 juga divergen.
Uji Konvergensi Integral Tak Wajar Jenis Pertama
2) Uji hasil bagi (Quotient test) untuk integral dengan integran non negatif.
a) Diberikan 𝑓 𝑥 ≥ 0 dan 𝑔 𝑥 ≥ 0 untuk setiap 𝑥 ≥ 𝑎.
𝑓 𝑥 ∞ ∞
Jika lim = 𝐴 ≠ 0 atau ∞ maka ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬dan ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑔 𝑎׬‬kedua-duanya
𝑥→∞ 𝑔 𝑥
konvergen atau kedua-duanya divergen.
∞ ∞
b) Jika 𝐴 = 0 pada (a) dan ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑔 𝑎׬‬konvergen maka ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬konvergen.
∞ ∞
c) Jika 𝐴 = ∞ pada (a) dan ‫𝑔 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 divergen maka ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 divergen.
Uji ini berkaitan dengan uji perbandingan dan sering kali merupakan cara alternatif yang
1
sangat berguna. Lebih khusus apabila 𝑔 𝑥 = 𝑝, kita akan memperoleh teorema terkait
𝑥
dengan integral 𝑝 sebagai berikut.
Uji Konvergensi Integral Tak Wajar Jenis Pertama
Teorema 1. (Wrede & Spiegel, 2002)

Misalkan lim 𝑥 𝑝 𝑓 𝑥 = 𝐴.
𝑥→∞

1) ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 konvergen jika 𝑝 > 1 dan 𝐴 berhingga.

2) ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬divergen jika 𝑝 ≤ 1 dan 𝐴 ≠ 0 (𝐴 mungkin tak hingga) .
Uji Konvergensi Integral Tak Wajar Jenis Pertama
3) Uji Deret untuk integral dengan integran non negatif.

‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 konvergen atau divergen sesuai dengan σ 𝑢𝑛 di mana 𝑢𝑛 = 𝑓 𝑛
konvergen atau divergen.
4) Konvergensi bersyarat dan mutlak.

‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 dikatakan konvergen mutlak (absolutely convergent) jika

‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 konvergen.
∞ ∞ ∞
Jika ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬konvergen tetapi ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬divergen maka ‫𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬
dikatakan konvergen bersyarat (conditionally convergent).
Uji Konvergensi Integral Tak Wajar Jenis Pertama
Teorema 2. (Wrede & Spiegel, 2002)
∞ ∞
Jika ‫𝑎׬‬ 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 konvergen maka ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 konvergen.
Contoh 3.
1 1
a) Dipunyai 𝑥 ≤ 𝑥 = 𝑒 −𝑥 untuk 𝑥 ≥ 0.
𝑒 +2 𝑒
∞ 𝑏
Jelas ‫׬‬0 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = lim ‫׬‬0 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = lim −𝑒 −𝑥 𝑏0 = lim 𝑒 −0 − 𝑒 −𝑏 = 𝑒 0 − lim 𝑒 −𝑏 = 1.
𝑏→∞ 𝑏→∞ 𝑏→∞ 𝑏→∞
∞ −𝑥
Jadi ‫׬‬0 𝑒 𝑑𝑥 konvergen ke 1.
∞ 1
Hal ini berakibat ‫׬‬0 𝑥 𝑑𝑥 juga konvergen.
𝑒 +2
1 1
b) Dipunyai > untuk 𝑥 ≥ 2.
ln 𝑥 𝑥
∞ 𝑑𝑥 𝑏 𝑑𝑥
Jelas ‫׬‬2 = lim ‫׬‬2 = lim ln 𝑥 𝑏2 = lim ln 𝑏 − ln 2 = lim ln 𝑏 − ln 2.
𝑥 𝑏→∞ 𝑥 𝑏→∞ 𝑏→∞ 𝑏→∞
Jelas lim ln 𝑏 = ∞.
𝑏→∞
∞ 𝑑𝑥
Jadi ‫׬‬2 𝑥 divergen.
∞ 𝑑𝑥
Hal ini berakibat ‫׬‬2 juga divergen.
ln 𝑥
Contoh 4.

∞ 𝑥 3 𝑑𝑥 𝑥3 1
(a)‫ 𝑎׬‬5𝑥 6 +37 konvergen karena lim 𝑥3. = .
𝑥→∞ 5𝑥 6 +37 5

∞ 𝑥𝑑𝑥 𝑥
(b)‫ 𝑎׬‬4 2 divergen karena lim 𝑥. = 1.
𝑥 +2𝑥 +3 𝑥→∞ 𝑥 4 +2𝑥 2 +3

Contoh 5.
∞ cos 𝑥
‫׬‬0 𝑥 2 +1 𝑑𝑥 konvergen mutlak karena

∞ cos 𝑥 ∞ 𝑑𝑥 ∞ 𝑑𝑥
‫׬‬0 𝑥 2 +1 𝑑𝑥 ≤ ‫׬‬0 𝑥 2 +1 dan ‫׬‬0 𝑥 2 +1 konvergen.
(b) Integral Tak Wajar Jenis Kedua
(b) Integral Tak Wajar Jenis Kedua
Jika 𝑓(𝑥) tak terbatas hanya di titik ujung
𝑥 = 𝑎 pada selang [𝑎, 𝑏] maka integral
tak wajar jenis kedua ini didefiniskan
𝑏 𝑏
‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 = lim+ ‫𝑎׬‬+𝜖 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
𝜖→0
Apabila limit sebelah kanan persamaan di
atas ada maka integral sebelah kiri
konvergen selain itu divergen.
(b) Integral Tak Wajar Jenis Kedua
Begitu juga jika 𝑓(𝑥) tak terbatas
hanya di titik ujung 𝑥 = 𝑏 pada
selang 𝑎, 𝑏 maka integral tak
wajar jenis kedua ini
didefinisikan
𝑏 𝑏−𝜖
‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 = lim+ ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥
𝜖→0
(b) Integral Tak Wajar Jenis Kedua
Integral jenis kedua ini juga meliputi kasus di mana 𝑓 𝑥 menjadi tidak terbatas di titik interior 𝑥 = 𝑐 ∈ 𝑎, 𝑏
dan didefinisikan
𝑏 𝑐−𝜖1 𝑏
‫ = 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬lim+ ‫𝑎׬‬ 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 + lim+ ‫𝑐׬‬+𝜖 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
𝜖1 →0 𝜖2 →0 2

Integral pada sebelah kiri persamaan di atas konvergen atau divergen didasarkan pada eksistensi limit pada
sebelah kanan persamaan di atas. Perluasan kasus ini dapat dilakukan apabila 𝑓 𝑥 tidak terbatas di dua atau
lebih titik pada selang 𝑎, 𝑏

𝑥=𝑐

𝑓
𝑐−𝜖1 𝑓 𝑏
න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 න 𝑓 𝑥 𝑑𝑥
𝑎 𝑐+𝜖2

𝑥=𝑎 𝑐 − 𝜖1
𝑐 + 𝜖2 𝑥=𝑏
(b) Integral Tak Wajar Jenis Kedua
Catatan:
Tak terbatas berbeda dengan tidak terdefinisi.
1 sin 𝑥 1 sin 𝑥
Sebagai contoh ‫׬‬0 𝑑𝑥 = lim ‫𝜖׬‬ 𝑑𝑥 adalah integral tertentu
𝑥 𝜖→0 𝑥
sin 𝑥
(proper integral) karena lim = 1 dan oleh sebab itu, integral
𝑥→0 𝑥
tersebut terbatas saat 𝑥 → 0 walaupun fungsi integran tidak terdefinisi
di 𝑥 = 0.
Integral Tak Wajar Jenis Kedua Khusus
𝑏 𝑑𝑥
1) ‫𝑎׬‬ 𝑥−𝑎 𝑝
konvergen jika 𝑝 < 1 dan divergen jika 𝑝 ≥ 1

𝑏 𝑑𝑥
2) ‫𝑏 𝑎׬‬−𝑥 𝑝 konvergen jika 𝑝 < 1 dan divergen jika 𝑝 ≥ 1

Integral ini disebut integral 𝑝 jenis kedua. Catatan ketika 𝑝 ≤ 0 integralnya


merupakan integral tertentu (proper).
Uji Konvergensi Integral Tak Wajar Jenis Kedua
1) Uji perbandingan untuk integral dengan integran non negatif.
a) Konvergen
𝑏
Diberikan 𝑔 𝑥 ≥ 0 untuk 𝑎 < 𝑥 ≤ 𝑏 dan ‫)𝑥(𝑔 𝑎׬‬ 𝑑𝑥 konvergen.
𝑏
Jika 0 ≤ 𝑓 𝑥 ≤ 𝑔 𝑥 untuk 𝑎 < 𝑥 ≤ 𝑏 maka ‫)𝑥(𝑓 𝑎׬‬ 𝑑𝑥 juga
konvergen.
b) Divergen
𝑏
Diberikan 𝑔 𝑥 ≥ 0 untuk 𝑎 < 𝑥 ≤ 𝑏 dan ‫ 𝑥𝑑 )𝑥(𝑔 𝑎׬‬divergen.
𝑏
Jika 𝑓 𝑥 ≥ 𝑔 𝑥 untuk 𝑎 < 𝑥 ≤ 𝑏 maka ‫)𝑥(𝑓 𝑎׬‬ 𝑑𝑥 juga divergen.
Contoh 6.
1 1
(a)Jelas 4 < untuk 𝑥 > 1.
𝑥 −1 𝑥−1
5 𝑑𝑥 1
Karena ‫׬‬1 konvergen (integral p dengan 𝑎 = 1 dan 𝑝 = ) maka
𝑥−1 2
5 𝑑𝑥
‫׬‬1 𝑥 4 −1 juga konvergen.
ln 𝑥 1
(a)Jelas > untuk 𝑥 > 3.
𝑥−3 4 𝑥−3 4
6 𝑑𝑥
Karena ‫׬‬3 divergen (integral p dengan 𝑎 = 3, 𝑝 = 4 ) maka
𝑥−3 4
6 ln 𝑥
‫׬‬3 𝑥−3 4 𝑑𝑥 juga divergen.
Uji Konvergensi Integral Tak Wajar Jenis Kedua
2) Uji hasil bagi (Quotient test) untuk integral dengan integran non negatif.
a) Diberikan 𝑓 𝑥 ≥ 0 dan 𝑔 𝑥 ≥ 0 untuk 𝑥 dengan 𝑎 < 𝑥 ≤ 𝑏.
𝑓 𝑥 𝑏 𝑏
Jika lim = 𝐴 ≠ 0 atau ∞ maka ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 dan ‫𝑔 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 kedua-
𝑥→𝑎 𝑔 𝑥
duanya konvergen atau kedua-duanya divergen.
𝑏 𝑏
b) Jika 𝐴 = 0 pada (a) dan ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑔 𝑎׬‬konvergen maka ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬konvergen.
𝑏 𝑏
c) Jika 𝐴 = ∞ pada (a) dan ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑔 𝑎׬‬divergen maka ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬divergen.
Uji ini berkaitan dengan uji perbandingan dan sering kali merupakan cara
1
alternatif yang sangat berguna, khususnya apabila 𝑔 𝑥 = 𝑝
(𝑥−𝑎)
Uji Konvergensi Integral Tak Wajar Jenis Kedua
Teorema 3. (Wrede & Spiegel, 2002)
Misalkan lim+ 𝑥 − 𝑎 𝑝 𝑓 𝑥 = 𝐴.
𝑥→𝑎
𝑏
1) ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬konvergen jika 𝑝 < 1 dan 𝐴 berhingga.
𝑏
2) ‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬divergen jika 𝑝 ≥ 1 dan 𝐴 ≠ 0 (𝐴 mungkin tak hingga) .

Teorema 4. (Wrede & Spiegel, 2002)


Misalkan lim− 𝑏 − 𝑥 𝑝 𝑓 𝑥 = 𝐵.
𝑥→𝑏
𝑏
‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬konvergen jika 𝑝 < 1 dan 𝐵 berhingga.
𝑏
‫ 𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬divergen jika 𝑝 ≥ 1 dan 𝐵 ≠ 0 (𝐴 mungkin tak hingga)
Uji Konvergensi Integral Tak Wajar Jenis Kedua
3) Konvergen bersyarat dan mutlak.
𝑏
‫𝑥𝑑 𝑥 𝑓 𝑎׬‬ dikatakan konvergen mutlak (absolutely convergent) jika
𝑏
‫𝑎׬‬ 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 konvergen.
𝑏 𝑏 𝑏
Jika ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 konvergen tetapi ‫𝑎׬‬ 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 divergen maka ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥
dikatakan konvergen bersyarat (conditionally convergent).

Teorema 5. (Wrede & Spiegel, 2002)


𝑏 𝑏
Jika ‫𝑎׬‬ 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 konvergen maka ‫𝑓 𝑎׬‬ 𝑥 𝑑𝑥 konvergen.
Contoh 7.
1
5 𝑑𝑥 1 𝑥−1 1
‫׬‬1 𝑥 4 −1 konvergen karena lim+ 𝑥 − 1 . 2 1 = lim+ = .
𝑥→1 𝑥→1 𝑥 4 −1 2
𝑥 4 −1 2

3 𝑑𝑥 𝑑𝑥 1
‫׬‬0 3−𝑥 𝑥 2 +1 divergen karena lim− 3 − 𝑥 . = .
𝑥→3 3−𝑥 𝑥 2 +1 10

Contoh 8.
sin 𝑥 1 4𝜋 𝑑𝑥
Karena 3 ≤ 3 dan ‫𝜋׬‬ 3 konvergen
𝑥−𝜋 𝑥−𝜋 𝑥−𝜋
1
(Integral p dengan 𝑎 = 𝜋, 𝑝 = )
3
4𝜋 sin 𝑥 4𝜋 sin 𝑥
maka berakibat ‫𝜋׬‬ 3 𝑑𝑥 konvergen sehingga ‫𝜋׬‬ 3 𝑑𝑥 konvergen
𝑥−𝜋 𝑥−𝜋
(mutlak)
(b) Integral Tak Wajar Jenis Ketiga
(c) Integral Tak Wajar Jenis Ketiga
Integral tak wajar jenis ketiga ini dapat dinyatakan menggunakan integral tak
wajar jenis pertama dan kedua. Kekonvergenan integral tak wajar jenis ketiga ini
mengikuti kekonvergenan integral tak wajar jenis pertama dan kedua
Bilangan Kompleks
Posisi Bilangan Kompleks
Bilangan
Kompleks

Bilangan Bilangan
Real Imajiner

Bilangan Bilangan
Irasional Rasional

Bilangan
Pecahan
Bulat

Bilangan Bilangan
Bulat Negatif Cacah

Nol Bilangan Asli


Definisi Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks ℂ adalah pasangan terurut dari bilangan real 𝑥, 𝑦 yang berbentuk 𝒙 + 𝒊𝒚, 𝒚 ≠ 𝟎

dengan 𝑥 dan 𝑦 bilangan real dan 𝑖 adalah bilangan imajiner, dan nilai 𝑖 2 = −1.

Jika 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦, 𝑧 ∊ ℂ, maka 𝑥 adalah real part dari 𝑧 dan 𝑦 adalah imaginary part dari 𝑧. Penulisannya
adalah sebagai berikut.

ℝ(𝑧) dan 𝐼(𝑧)

Dari bilangan kompleks 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦, jika 𝑥 = 0, maka 𝑧 dinamakan pure imaginary. Jika 𝑥 = 0 dan 𝑦 = 1,
maka 𝑧 = 𝑖, bilangan ini dinamakan imaginary unit.
Teorema-teorema
Teorema 1.1

Jika 𝑧1 dan 𝑧2 adalah suatu bilangan kompleks,

dengan 𝑧1 = 𝑥1 + 𝑦1 𝑖 dan 𝑧2 = 𝑥2 + 𝑦2 𝑖 maka berlaku

𝑧1 = 𝑧2 jika dan hanya jika 𝑥1 = 𝑥2 dan 𝑦1 = 𝑦2


Teorema-teorema
Teorema 1.2

Jika 𝑧1 dan 𝑧2 adalah suatu bilangan kompleks,

dengan 𝑧1 = 𝑥1 + 𝑦1 𝑖 dan 𝑧2 = 𝑥2 + 𝑦2 𝑖 maka

𝑧1 + 𝑧2 = (𝑥1 +𝑥2 ) + (𝑦1 + 𝑦2 )𝑖

𝑧1 . 𝑧2 = (𝑥1 𝑥2 − 𝑦1 𝑦2 ) + (𝑥1 𝑦2 + 𝑥2 𝑦1 )𝑖
Teorema-teorema
Teorema 1.3

Jika 𝑧1 dan 𝑧2 adalah suatu bilangan kompleks,

dengan 𝑧1 = 𝑥1 + 𝑦1 𝑖 dan 𝑧2 = 𝑥2 + 𝑦2 𝑖 maka

𝑧1 𝑥1 +𝑦1 𝑖 𝑥1 𝑥2 +𝑦1 𝑦2 + 𝑥2 𝑦1 −𝑥1 𝑦2 𝑖


= =
𝑧2 𝑥2 +𝑦2 𝑖 𝑥2 2 + 𝑦2 2
Definisi Conjugate Bilangan Kompleks

Jika 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦, 𝑧 ∊ ℂ, maka conjugate bilangan kompleks tersebut


adalah 𝑧ҧ = 𝑥 − 𝑖𝑦
Teorema-teorema
Teorema 1.4

Perkalian antara bilangan kompleks dengan conjugate-nya


menghasilkan bilangan real.
Sifat Operasi Bilangan Kompleks
Jika 𝑧1,𝑧2 dan 𝑧3 adalah suatu bilangan kompleks,

dengan 𝑧1 = 𝑥1 + 𝑦1 𝑖 dan 𝑧2 = 𝑥2 + 𝑦2 𝑖 maka berlaku

1. Sifat Komutatif pada penjumlahan dan perkalian

𝑧1 + 𝑧2 = 𝑧2 + 𝑧1

𝑧1 ∙ 𝑧2 = 𝑧2 ∙ 𝑧1

2. Sifat Assosiatif pada penjumlahan dan perkalian

𝑧1 + (𝑧2 + 𝑧3 ) = (𝑧1 +𝑧2 ) + 𝑧3

𝑧1 ∙ (𝑧2 ∙ 𝑧3 ) = (𝑧1 ∙ 𝑧2 ) ∙ 𝑧3
Sifat Operasi Bilangan Kompleks
3. Sifat Distributif kiri dan Kanan

𝑧1 ∙ (𝑧2 + 𝑧3 ) = (𝑧1 ∙ 𝑧2 ) + (𝑧1 ∙ 𝑧3 )

(𝑧1 ∙ 𝑧2 ) + 𝑧3 = (𝑧1 ∙ 𝑧3 ) + (𝑧2 ∙ 𝑧3 )

4. Identitas Penjumlahan

∀ (𝑧 = 𝑥 + 𝑦𝑖) ∊ ℂ, ∃ (𝑧0 = 0 + 0𝑖) ∊ ℂ, ∋ 𝑧 + 𝑧0 = 𝑥 + 𝑦𝑖 + 0 + 0𝑖 = 𝑥 + 𝑦𝑖 = 0 + 0𝑖 + 𝑥 + 𝑦𝑖 = 𝑧0 + 𝑧

𝑧0 = 0 + 0𝑖 disebut identitas penjumlahan pada bilangan kompleks.

5. Identitas Perkalian

∀ (𝑧 = 𝑥 + 𝑦𝑖) ∊ ℂ, ∃ 1 ∊ ℝ, ∋ 𝑧 ∙ 1 = 𝑥 + 𝑦𝑖 ∙ 1 = 𝑥 + 𝑦𝑖 = 1 ∙ 𝑥 + 𝑦𝑖 = 1 ∙ 𝑧

1 disebut identitas perkalian pada bilangan kompleks.


Sifat Operasi Bilangan Kompleks
6. Invers Penjumlahan

∀ 𝑧 = 𝑥 + 𝑦𝑖 ∊ ℂ, ∃ −𝑧 = −𝑥 − 𝑦𝑖 ∊ ℂ, ∋ 𝑧 + −𝑧 = 𝑥 + 𝑦𝑖 + −𝑥 − 𝑦𝑖 = 0 + 0𝑖 = 0 = (−𝑥 −
𝑦𝑖 ) + 𝑥 + 𝑦𝑖 = −𝑧 + 𝑧.

−𝑧 disebut invers penjumlahan dari 𝑧.

7. Invers Perkalian

𝑥 𝑦
∀ 𝑧 = 𝑥 + 𝑦𝑖 ∊ ℂ, ∃ 𝑧 −1 = − 𝑖 ∊ ℂ, ∋ 𝑧 ∙ 𝑧 −1 = 1 = 𝑧 −1 ∙ 𝑧 .
𝑥 2 +𝑦 2 𝑥 2 +𝑦 2

𝑧 −1 disebut invers perkalian dari 𝑧.


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai