Anda di halaman 1dari 116

SKRIPSI

UPAYA PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH


DI BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH PADANG
CABANG PASAR RAYA

Di ajukan untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar


Sarjana Ekonomi (SE) Strata satu perbankan Syariah
Fakultas Ilmu Sosial

OLEH :

ERMA KARLINA
NPM.160314016

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
TELUK KUANTAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,

serta kasih sayang-Nya sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan dengan judul

Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BMT At-Taqwa Muhammadiyah

Cabang Pasar Raya Padang ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

studi serta dalam ranka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu (S1) pada

Program Stidi Perbankan Syariah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Kuantan

Singingi.

Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda yang

tercinta yang telah memberikan segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian

moril maupun materil. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat,

Kesehatan, Karunia serta keberkahan di dunia dan akhirat atas budi baik yang telah

diberikan kepada penulis.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Nopriadi, S.K.M., M.Kes selaku Rektor Universitas Islam

Kuantan Singingi.

2. Ibu Rika Ramadhanti, S.IP., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Islam Kuantan Singingi.

3. Ibu Meri Yuliani, SE.Sy., ME.Sy selaku Ketua Program Studi

Perbankan Syariah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Kuantan


Singing dan Dosen Pembimbing I bagi penulis yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiranya untuk memberikan bimbingan dan arahan

dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Alek saputra, S.Sy, ME selaku Dosen Pembimbing II bagi

penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiranya untuk

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak/Ibu tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran sehingga

skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Seluruh pihak BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya

yang telah membantu dan mengizinkan penulis dalam melakukan

penelitian ini.

7. Segenap Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam

Kuantan Singingi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

pengalaman kepada penulis selama mengikuti perkuliahan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah tulus mendoakan,

memberi semangat dan selalu mendukung penulis baik dari segi moril

maupun materil. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

9. Kepada sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat dan

dukungan selama penyusunan skripsi ini.

10. Rekan-rekan seperjuangan (Seluruh Mahasiswa Perbankan Syariah)

yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.


Akhir kata penulis memanjatkan doa semoga kebaikan berupa

motivasi dan kontribusi yang telah diberikan semoga mendapat balasan

berupa pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari

bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan.

Krena itu, penulis memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi kesempurnaanya dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Teluk Kuantan, 1 juli 2021

Penulis

Erma Karlina
NPM. 160314016
ABSTRAK

UPAYA PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH


DI BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH PADANG CABANG PASAR
RAYA
Erma Karlina
Meri Yuliani, SE.Sy., ME.Sy
Alek saputra, S.Sy, ME

Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang diakibatkan oleh


nasabah yang tidak menempati jadwal pembayaran angsuran dan tidak
memenuhi persyaratan yang tertuang dalam akad. Menurut Bank
Indonesia dalam PBI No. 5/7/2003, penilaian dan klasifikasi kualitas
pembiayaan bermasalah dibagi kepada lima golongan yaitu lancar, kurang
lancar, diragukan, dan macet. BMT At-TAqwa Muhammadiyah Padang
memiliki produk Penghimpun Dana meliputi DEMUTA, mudharabah,
simpanan Pendidikan, simpanan haji, dan simpanan Qurban. Produk-
produk penyaluran dana meliputi murabahah, Bai’Bitsaman Ajil (BBA),
dan Qardhul Hasan.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif data yang digunakan berasal dari data primer dan
skunder.
Hasil penelitian ini menunjukkan bawa upaya awal yang dilakukan
BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya Dengan
menganalisis faktor faktor penyebab pembiayaan bermasalah.Terkait
dengan upaya penanganan pembiayaan bermasalah Ada beberapa usaha
Pihak BMT At-Taqwa Muhamadiyah Cabang Pasar Raya dalam
menangani pembiayaan bermasalah diantaranya:Rescheduling,
Restructuring.
Selanjutnya terkait dengan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di
BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya Apabila
permasalahan tidak bisa di tangani maka cara terakhir yang dilakukan
adalah dengan melakukan Penyitaan Jaminan (eksekusi) Mekanisme ini
dilakukan apabila nasabah benar-benar sudah tidak mampu lagi untuk
membayarkan kewajiban angsurannya biasanya jaminan telah diikat
secara formal melalui bantuan notaris dalam membuat aktanya.
Kata Kunci : Pembiayaan Bermasalah, BMT At-Taqwa Muhamadiyah
Cabang Pasar Raya
ABSTRACT

PROBLEM FINANCING HANDLING EFFORT


AT BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH PADANG MARKET BRANCH
Erma Karlina
Meri Yuliani, SE.Sy., ME.Sy
Alek saputra, S.Sy, ME

Non-performing financing is financing caused by customers who do not


occupy the installment payment schedule and do not meet the requirements
stated in the contract. According to Bank Indonesia in PBI No. 5/7/2003,
the assessment and classification of the quality of non-performing
financing is divided into five groups, namely current, substandard,
doubtful, and loss. BMT At-TAqwa Muhammadiyah Padang has
Fundraising products including DEMUTA, mudharabah, Education
savings, Hajj savings, and Qurban deposits. Fund distribution products
include murabahah, Bai'Bitsaman Ajil (BBA), and Qardhul Hasan.
This study uses a qualitative approach with descriptive methods the data
used are derived from primary and secondary data.
The results of this study indicate that the initial efforts made by BMT
At-Taqwa Muhammadiyah Padang, Pasar Raya Branch by analyzing the
factors causing problematic financing.
Related to efforts to handle non-performing financing There are several
efforts by BMT At-Taqwa Muhamadiyah Pasar Raya Branch in dealing
with non-performing financing including: Rescheduling, Restructuring.
Furthermore, it is related to the Problem Financing Settlement at BMT
At-Taqwa Muhammadiyah Padang Pasar Raya Branch. If the problem
cannot be handled, the last way to do it is to carry out a guarantee
confiscation (execution) and the process of bookkeeping write-off.

Keywords: Non-performing Financing, BMT At-Taqwa Muhamadiyah


Cabang Pasar Raya.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Permasalahan...................................................................................... 9
1.2.1 Identifikasi Masalah .................................................................. 9
1.2.2 Batasan Masalah ........................................................................ 10
1.2.3 Rumusan Masalah ..................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian .......................................... 10
1.3.1 Manfaat Teoritis........................................................................ 10
1.3.2 Manfaat Praktis ......................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Upaya .................................................................................................. 12
2.2 Penanganan......................................................................................... 12
2.3 Pembiayaan Bermasalah ..................................................................... 12
2.3.1 Pengertian Pembiayaan ............................................................. 12
2.3.2 Pembiayaan Bermasalah ........................................................... 31
2.3.3 Penanganan Pembiayaan Bermasalah....................................... 39
2.3.4 Pembiayaan dalam Perspektif Islam ......................................... 42
2.4 Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). ....................................................... 46
2.4.1 Pengertian BMT ........................................................................ 46
2.4.2 Asas dan prinsip BMT............................................................... 47
2.4.3 Fungsi BMT .............................................................................. 47
2.4.4 Tujuan BMT .............................................................................. 48
2.4.5 Pendiri BMT.............................................................................. 49
2.4.6 Permodalan BMT ...................................................................... 50
2.4.7 Sumber-Sumber keuangan BMT ............................................... 50
2.4.8 Baitul Maal Wat Tamwil di Indonesia ...................................... 53
2.4.9 Dasar Hukum BMT ................................................................... 54
2.5 Penelitian Relevan ............................................................................... 57
2.6 Definisi Operasional ............................................................................ 59
2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 60
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 61
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 61
3.3 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 61
3.3.1 Jenis Data .................................................................................... 61
3.3.2 Sumber Data ................................................................................ 62
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 63
3.5 Teknik Analisis Data .......................................................................... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Objek Penelitian .................................................................. 66
4.1.1 Sejarah dan Profil ........................................................................ 66
4.1.2 Produk BMT At Taqwa Muhammadiyah Padang ....................... 74
4.2 Penyajian dan Analisis Data ................................................................ 77
4.2.1 Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BMT At Taqwa
Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya.............................. 77
4.2.1.1 Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah ........................ 77
4.2.1.2 Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah .......... 82
4.2.2 Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT At Taqwa
Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya............................. 93
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 98
5.1 Saran ................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 jumlah Penyaluran Pembiayaan Pada BMT At-Taqwa Cabang

Pasar Raya .......................................................................................... 5

Tabel 1.2 Tingkat Kolektabilitas ........................................................................ 8

Tabel 2.3 Definisi Operasional .......................................................................... 59

Table 4.2 Kolektabilitas dalam Presentase ......................................................... 86


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka teori .................................................................................. 60

Gambar 2.2 Stuktur Organisasi BMT At-Taqwa Muhammadiyah ..................... 70


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Wawancara

Lampiran 2 : Surat Pernyataan Telah Melakukan Riset

Lampiran 3 : Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 : Foto-foto

Lampiran 5: Biodata
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.

Awal mula berdirinya bank-bank yang berprinsip Syariah dimulai

dari berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI), maka timbul peluang untuk

mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Opersionalisasi BMI kurang

menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha

untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah

dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasionalisasi di

daerah. Di samping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup

serba berkecukupan muncul ke khawatiran akan timbulnya pengikisan

akidah. Pengikisan akidah ini bukan hanya di pengaruhi dari aspek syiar islam

tetapi juga di pengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat. Sebagai mana

di riwayatkan dari Rasululllah saw, “ kefakiran itu mendekati kekufurn” maka

keberadaan BMT diharakan mampu mengatasi masalah ini lewat pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat. (Heri Sudarsono, 2013 :108).

Kegiatan atau aktifitas dalam hubungan antar manusia satu dengan yang

lain telah diatur dalam islam yaitu dalam fiqh muamalat. Dari sekian banyak

Lembaga keuangan syariah yang sudah berdiri terutama yang berlandaskan

Al-Qur’an dan Hadits, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan salah

satu bentuk lembaga keuangan Syariah non bank. Sebuah lembaga keuangan

Islam yang hadir di tengah-tengah carut marutnya perekonomian kapitalis


yang diterapkan di negeri ini, kini hadir dengan menawarkan sistem baru

sistem yang bebas dari riba, bebas dari praktek ketidakadilan,

mengedepankan amanah dan juga mengemban misi sosial. Beragamnya

praktek transaksi ekonomi yang dilakukan masyarakat modern, baik yang

terjadi antara sesama umat Islam maupun antara Islam dengan umat pemeluk

agama lain dalam bentuk dan pola yang sama sekali baru, yakni praktek

transaksi ekonomi yang sebelumnya tidak pernah dijumpai dalam tatanan

masyarakat tradisional kita, dalam perkembangannya telah berhasil

menempati ruang tersendiri dalam wacana hukum Islam kontemporer. .

(Ahmad Wardi Muslich, 2010 : 290).

Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, Yaitu baitul

maal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada Usaha-usaha

pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, Seperti : zakat, infaq dan

shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan

penyaluran dana komersial. . usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi mas

masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah. Secara kelembagaan BMT di

dampingi atau di dukung pusat inkubasi Bisnis Usaha kecil (PINBUK).

PINBUK sebagai lembaga primer karena mengemban misi yng lebih luas,

yakni menetaskan usaha kecil. Pada prakteeknya, PINBUK menetaskan

BMT, dan pada gilirannya BMT menetaskan usaha kecil. Peran umum BMT

yang di lakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang

berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip prinsip
syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan

syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masarakat kecil yang

serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT mempunyai tugas

penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan

masyarakat. (Heri Sudarsono, 2013 : 107)

BMT didirikan untuk memfalisitaskan masyarakat bawah yang tidak

terjangkau oleh bank, salah satu koperasi syariah yang membantu

kesejahteraan anggota dan masyarakat adalah BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya. Dalam kegiatan operasionalnya

melakukan proses penghimpunan dana melalui simpanan dan penyaluran

dana dalam bentuk pembiayaan. BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang

Pasar Raya merupakan salah satu lembaga keuangan mikro syariah berbasis

koperasi yang ada di indonesia khususnya di kota Padang-Sumatera Barat

yang didirikan pada 19 september 1996 yang berada di Jl. Bundo Kandung

No. 1 Padang, Kecamatan Padang Barat, sumatera Barat. BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya menempatkan dirinya dalam

posisi yang sangat strategis yaitu berhadapan langsung dengan pasar

tradisional terbesar yang menjadi pusat perdagangan utama di kota Padang.

Posisi strategis tersebut tidak hanya memiliki kewenangan dalam penarikan

dan pengelolaan dana masyarakat, tetapi dapat berperan dalam upaya

pengentasan kemiskinan melalui program kemitraan usaha. Kehadiran BMT

At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya ini adalah solusi bagi
kelompok ekonomi masyarakat yang membutuhkan dana bagi pengembangan

usahanya.

Sebagai Lembaga keuangan, BMT At-Taqwa Muhammadiyah tentu

menjalankan fungsi penghimpunan dan penyaluran dana. BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya melaksanakan fungsi penyaluran

dana anggota salah satunya dengan menggunakan akad Murabahah.

Pembiayaan merupakan penyediaan uang atau modal, yang diberikan

berdasarkan pesetujuan atau kesepakatan antara pihak BMT dengan nasabah

peminjam yang mewajibkan anggota peminjam untuk mengembalikan uang

atau modal tersebut setelah jangka waktu yang telah di tentukan. Berkaitan

dengan jenis pembiayaan, BMT at-taqwa Muammadiyah memiliki beberapa

produk pembiayaan yaitu Murabahah, Ba’i Bitsaman Ajil, Qardhul Hasan.

(Brosur, produk-produk BMT At-taqwa muhammadiyah Padang tahun

2019).

Dari sekian produk pembiayaan yang di tawarkan BMT At-Taqwa

muhammadiyah padang cabang pasar raya, timbullah minat nasabah untuk

melakukan pembiayaan.
Berdasarkan pengamatan berikut tabel perkembangan penyaluran

pembiayaan pada BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar

Raya dari tahun 2016-2020.

Tabel 1.1

Jumlah penyaluran pembiayaan pada BMT At-Taqwa Muhammadiyah

Cabang Pasar Raya.

N Tahun Jumlah Total

o minat

1 2016 258 Rp. 5.860.285.905

2 2017 268 Rp. 6.675.549.989

3 2018 267 Rp. 7.597.491.627

4 2019 241 Rp. 7.193.009.126

5 2020 234 Rp. 7.345.345.42

Sumber: BMT at-taqwa Muhammadiyah Cab Pasar Raya 2020

Jumlah penyaluran pembiayaaan dapat dilihat dari Tabel 1.1 diatas

dikukuhkan bahwa pada tahun 2016 jumlah penyaluran pembiayaan yaitu 258

dengan total Rp. 5.860.285.905, pada tahun 2017 jumlah penyaluran

pembiayaan sebanyak 268 dengan total Rp. 6.675.549.989, Pada tahun 2018

jumlah penyaluran pembiayaan sebanyak 267 dengan total Rp.7.597.491.627,

pada tahun 2019 jumlah penyaluran pembiayaan sebanyak 241 dengan total

Rp.7.193.009.126, pada tahun 2020 jumlah penyaluran pembiayaan sebanyak


234 dengan total Rp.7.345.345.42. total pembiayaan cukup tinggi yaitu

terdapat pada tahun 2018 dengan total Rp. 7.597.491.627. sedangkan jumlah

penyaluran pembiayaan terbanyak pada tahun 2017 dengan jumlah sebanyak

268, dengan total Rp. 6.675.549.989.

Transaksi keuangan antara pihak BMT dengan Nasabah tidak selalu

berjalan dengan lancar, melainkan dapat terjadi sengketa yang sebagian besar

disebabkan karena adanya pembiayaan bermasalah atau Nonperforming

Finace (NPF). Pembiayaan bermasalaah dapat dikaikan dengan bagaimana

usaha yang telah dibiayai oleh koperasi dapat dijalankan, apakah pengella

dana benar-benar menjalankan usahanya sesuai dengan yang disebutkan

dalam akad ataupun sipengeola dana tersebut mengingkarinya.

Dalam penyaluran dana, hasil yang memuaskan dari pemberian suatu

pembiayaan adalah di lunasinya kembali pembiayaan itu dalam skala waktu

yang telah di tentukan oleh perusahaan, serta tanpa menekannya untuk

menunaikan kewajiban sesuai dengan yang telah di sepakati . namun tidak

terlepas dari pada itu, resiko akan terjadinya pembiayaan yang bermasalah

mungkin saja terjadi. Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko

yang pasti di hadapi oleh setiap lembaga keuangan termasuk BMT itu sendiri.

Resiko ini sering disebut juga dengan resiko kredit ataupun resiko

pembiayaan. Resiko pembiayaan adalah resiko akibat kegagalan nasabah

dalam memenuhi kewajiban lembaga keuangan sesuai dengan perjanjian

yang telah di sepakati (prasetyoningrum, 2015: 46-47).


Pembiayaan bermasalah terjadi ketika BMT tidak memperoleh

kembali cicilan pokok dan margin dari pinjaman yang di berikannya.banyak

factor yang menyebabkan pembiayan bermasalah khususnya pada produk

pembiayaan murabahah di BMT AT-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang

Pasar Raya. Pembiayaan murabahah adalah transaksi penjualan barang

dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang

disepakati penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat

dilakukan secara tunai maupun kredit. Ada beberapa indicator yang

mmenyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah antara lain, kelemahan

dari mitra kerja yang dapat disebabkan oleh itikad atau kriteria mitra kerja

yang kurang baik, yaitu adanya ketidak jujuran mitra kerja dalam penggunaan

pembiayaan, dimana seharusnya untuk pembiayaan produktif menjadi

konsumtif, menurunnya usaha mitra kerja sehingga menurunnya kemapuan

untuk membayar angsuran, pengetahuan dan pengalaman yang kurang dari

mitra kerja dalam menjalankan usahanya, sehingga usahanya tidak berjalan

dengan lancar. Selanjutnya kelemahan dari Lembaga keuangan atau koperasi

dapat disebabkan oleh kekurang mampuan koperasi dalam pengelolaan kredit

sehingga terjadi kesalahan analisis dalam pemberian pembiayaan, kelemahan

dan kurang efektifnya koperasi dalam membina mitra kerja atau debiturnya.

(Bambang, 2013 :68-59).

Pembiayaan bermasalah dalam lembaga keuangan tidak dapat di

hindari, akan tetapi dapat di kelola dan di kendalikan. Oleh karena itu perlu

adanya serangkai prosedur dan metodologi yang dapat di gunakan untuk


mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang

timbul dari kegiatan usaha. Untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan

bermasalah maka manajemen BMT harus memiliki keahlian dan kopetensi

yang memadai sehingga berbagai resiko yang berpotensi muncul dapat di

antisipasi dari awal, dan dicari cara penangannannya secara lebih baik.

Sehingga potensi kerugian yang akan diderita dapat ditekan seminimal

mungkin (Karim,2010:225).

Berdasarkan data tingkat kolektabilitas pertahun yang dikeluarkan oleh

BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya, dapat dilihat

dari lancar, kurang lancar, diragukan, dan macetnya. Masih banyak dijumpai

pembiayaan bermasalah. Kolektabilitas merupakan klasifikasi status

pembayaran angsuran oleh debitur serta tingkat kemungkinan ditrimanya

Kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman

lainnya.

Tabel 1.2 Tingkat kolektabilitas di BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya

Sumber : BMT At-Taqwa Muhammadiyah padang Cabang Pasar Raya 2020.


Berdasarkan data tabel 2.2 tingkat kolektibilitas pada BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya dari tahun 2016 sampai tahun

2020 data lancar mengalami penurunan. Hal ini merupakan bentuk dari pihak

pengelola yang memiliki masalah dengan pembiayaan bermasalah. Pihak

pengelola juga berupaya meningkatkan pengawasan serta strategi

penanganan pembiayaan bermasalah sehingga tingkat pembiayaan

bermasalah dapat terminimalisir.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka diperoleh pokok

bahasan yang menarik pada BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang

Pasar Raya adalah tentang penanganan pembiayaan bermasalah. Sehingga

penulis mengambil judul tentang upaya penanganan pembiayaan bermasalah

di BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya.

1.2 Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menemukan

permasalahan yang akan di kembangkan, beberapa masalah tersebut

adalah :

a. Banyaknya nasabah yang terlambat membayar Angsuran pada saat

jatuh tempo di BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar

Raya.

b. Kurangnya kemampuan Account officer dalam menganalisis

permohonan pembiayaan di BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang

pasar Raya.
1.2.2 Batasan masalah

Guna mendapatkan hasil yang fokus dan jelas pada permasalahan

serta mencapai sasaran yang diinginkan, maka perlu dilakukan

pembatasan masalah yang ingin diteliti. Peneliti membatasi penelitian ini

pada upaya penanganan pembiayaan bermasalah pada BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya

1.2.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan maka di

peroleh rumusan masalah yang akan di teliti yaitu :

a. Bagaimana upaya penanganan pembiayaan bermasalah pada BMT At-

Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya?

b. Bagaimana Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan tersebut maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui upaya penanganan pembiayaan bermasalah di

BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya

b. Untuk mengetahui Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di

BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada prodi Perbankan


Syariah Fakultas Ilmu Sosial dan Sebagai wawasan tambahan bagi

peneliti mengenai penanganan pembiayaan bermasalah.

b. Bagi mahasiswa/i, yang sedang menekuni kuliah di jurusan

Perbankan Syariah dapat menjadi referensi pada penelitian

selanjutnya.

c. Bagi Lembaga keuangan (BMT At-Taqwa Muhammadiyah),

penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi BMT dalam merumuskan

kebijakan penanganan pembiayaan bermasalah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya

Upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan

sebagai usaha kegiatan kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk

mencapai tujuan. Upaya juga berati usaha akal, ihktiar untuk mecapai suatu

maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar. Upaya juga

diartikan sebagai bagian yang dimainkan oleh orang atau bagian dari tugas

utama yang harus dilaksanakan. Dari pengertian tersebut dapat diambil

garis besar bahwa upaya adalah sesuatu hal yang dilakukan seseorang

dalam mencapai suatu tujuan tertentu. (peter salim, 200: 1187).

2.2 Penanganan

Penanganan memiliki suatu arti yaitu penanganan dan berasal dari

kata dasar tangan. Penanganan memiliki arti yang menyatakan sebuah

Tindakan yang dilakukan dalam melakukan sesuatu. Penanganan juga dapat

berarti proses Tindakan atau cara menangani, mengurusi serta penyelesaian

suatu perkara yang dilakukan oleh pihak berwenang sehingga perkara yang

dihadapi dapat terkendali dan terselesaikan. (Moenir, 2005).

2.3 Pembiayaan Bermasalah

2.3.1 Pengertian Pembiayaan

menurut kamus pintar ekonomi syariah, pembiayaan diartikan sebagai

penyediaan dana atau tagihan yang di persamakan dengan itu berupa :

transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi


sewa-menyewa dalam bentuk ujarah atau sewa beli dalam bentk ijarah

muntahiyah bit tamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah,

Salam, dan istish’na, transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang

qordh, serta transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk

transaksi multi jasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank

syariah serta UUS dan Pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai atau

yang di beri fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan ijarah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. (binti,

2013:2).

Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana telah

diubah menjadi UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan dalam pasal 1

nomor (12), yaitu pembiayaan berdasarkan perinsip Syariah adalah

penyediaan uang ataupun tagihan yang di persamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakattan antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak yang di biayai untuk mengembalikan uang atau

tagihan tersebut dengan jangka waktu yang sudah di tentukan dengan

imbalan bagi hasil. Dan nomor 13 yaitu prinsip syariah adalah aturan

perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk

penyimpanan dana ataupun pembiayaan usaha lainnya yang sesuai dengan

prinsip syariah, antara lain pembiayaan dengan prinsip syariah bagi hasil

(mudharabah), pembiayaan dengan perinsip penyertaan modal

(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (

murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarakan prinsip sewa


murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan

kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank ole pihak lain (ijarah

wa iqtina).

1) Tujuan pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan di bedakan menjadi dua

kelompok yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan

pembiayaan untuk tingkat mikro (muhamad, 2005 : 17). Secara

makro pembiayaan bertujuan untuk :

 Peningkatan ekonomi umat yang artinya yaitu masyarakat yang

tidak dapat akses secara ekonomi , dengan adanya pembiayaan

mereka dapat melakukan akses ekonomi.

 Tersedianya dana bagi peninngkatan usaha, artinya yaitu untuk

pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana

ambahan ini dapat memperoleh melalui aktivitas pembiayaan.

Pihak yang kelebihan dana menyalurkan kepada pihak yang

kekurangan dana, sehingga dapat di gulirkan.

 Meningkatkan produktivitas, yang artinya adanya pembiayaan

memberikan peluang bagi masyarakat agar mampu meningkatkan

daya produksinya.

 Membuka lapangan kerja baru yang artinya dengan di bukanya

sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka

sektor usaha tersebut akan menerap tenaga kerja.


 Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha

produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan

memperolehpendapatan dari hasil usahanya.

Adapun secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk :

 Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka

memiliki tujuan tinggi, yaitu mengasilkan laba usaha. Setiap

pengusaha menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk

dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu adanya dana

yang cukup.

 Upaya meminimalkan resiko, yang artinya usaha yang di lakukan

agar mampu menghasilkan laba maksimal maka pengusaha harus

mmampu meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Risiko

kekurangan modal dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.

 Pendayagunaan sumber ekonomi, yang artinya sumber daya

ekonomi dapat di kembangkan dengan melakukan mixing antara

sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya

modal. Jika sumber daya alam dengan sumber daya manusia nya

ada , dan sumber daya modal tidak ada, maka di pastikan di

perlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan padaa

dasarnya sapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya

ekonomi.

 Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat

tentu ada pihak yanng kelebihan dana , sementara ada pihak yang
kekurangan dana. Kaitan dengan masalah dana , maka mekanisme

pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan

penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan (surplus)

kepada pihak yang kekurangan (minus) dana (muhammad, 2005 :

18).

Tujuan pembiayaan yang lain terdiri dari dua fungsi yang saling

berkaitan dari pembiayaan yaitu :

 Profitability yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan

berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari

usaha yang di kelola bersama oleh nasabah.

 Safety yakni keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan

harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat

benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti (rivai, 2008 : 6).

Dalam kaitan Profitabilas dan keamanan Bank, Bank syariah

cenderung memberikan pembiayaan kepada nasabah yang memiliki

tingkat kemampuan bayar, dan juga nasabah yang berpeluang

memberikan keuntungan terhadap bank. Kecuali dalam kondisi

tertentu, misalnya dalam rangka memaksimalkan dana yang terserap,

maka Bank syariah tidak terlalu berfikir untuk mendapatkan

keuntungan langsung yang besar dari masyarakat, melainkan

bagaimana volume pembiayaan yang besar. Dengan demikian

diharapkan oleh bank akan juga memberikan ' akumulasi keuntungan

yang besar terhadap Bank. Secara khusus, Bank juga memiliki tujuan
tertentu dalam proses pembiayaan. Dalam bukunya Muhammad

menyebutkan bahwa Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan bank

syariah adalah untuk memenuhi kebutuhan stakeholder, yakni:

1. Pemilik

pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana

yang ditanamkan pada bank.

2. Pegawai

Para pegawai berharap memperoleh kesejahteraan dari bank yang

dikelola.

3. Masyarakat

 Pemilik dana

Masyarakat pemilik dana mengharapkan dana yang

diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.

 Debitur yang bersangkutan Dengan adanya pembiayaan, para

debitur terbantu menjalankan usahanya di sektor produktif atau

terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya.

 Masyarakat konsumen

Masyarakat konsumen memperoleh barang-barang yang

dibutuhkan.

4. Pemerintah

Dengan penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam

pembiayaan pembangunan Negara, disamping itu akan


memperoeh pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan

yang diperoleh bank dan juga perusahaan-pemsahaan).

5. Bank

Dari penyaluran pembiayaan, bank dapat meneruskan dan

mengembangkan usahanya agar tetap bertahan dan meluas

jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang

dapat dilayaninya (muhammad, 2005 : 19).

2) Prinsip-prinsip pembiayaan

Sebelum suatu fasilitas pembiayaan diberikan maka bank harus

merasa yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan

kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian

pembiayaan sebelum pembiayaan tersebut disalurkan. Penilain

pembiayaan oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk

mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui

prosedur penilaian yang benar-benar dan sungguh-sungguh.

Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh

bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk

diberikan, adapun penjelasan prinsip-prinsi pembiayaan untuk

analisa dengan 5C +1S adalah sebagai berikut (kasmir, 2008:109) :

 Character

Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau

watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan benar-

benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat


dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si nasabah,

baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat

pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,

keadaan keluarga, hoby dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini

dapat dijadikan suatu ukuran tentang kemauan nasabah untuk

membayar.

 Capacity

Capital Capacity adalah analisis untuk mengetahui

kemampuan nasabah dalam membayar pembiayaan. Dari

penilaian ini telihat kemampuan nasabah dalam mengelola

bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang

pendidikan dan pengelamannya selama ini dalam mengelola

usahanya, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam

mengembalikan pembiayaan yang disalurkan.

 Capital

Capita adalah analisis Untuk melihat penggunaan modal

apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan

(neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan. Analisis capital

juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada

sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan untuk

membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri

dan berapa modal pinjaman.

 Condition
Yaitu Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang

dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik,

sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relatif

kecil.

 Colleteral

Yaitu Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah

baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya

melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus

diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi

suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat

dipergunakan secepat mungkin.

 Syariah

Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha

yang akan dibiayai benar-benar usaha yang tidak melanggar

syariah sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh

menyalahi hukum syariah islam dalam tindakannya yang

berhubungan dengan mudharabah”.

Selanjutnya penilaian suatu pembiayaan dapat pula dilakukan

dengan analisis 7P, antara lain:

 Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau

tingkahl lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu.

Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku


dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan

menyelesaikannya.

 Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi

tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal,

loyalitas serta karakternya. Nasabah yang digolongkan kedalam

golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbedadari

bank.

 Perpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam

mengambil pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang

diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan pembiayaan dapat

bermacam-macam sesuai kebutuhan.

 Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan

datang menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain

mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat

jika suatu fasilitas pembiayaan yang dibiayai tanpa mempunyai

prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

 Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah

mengembalikan pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber

mana saja dana untuk pengembalian pembiayaan. Semakin

banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik.

 Profitabilitas Untuk menganalisis bagaimana kemampuan

nasabah dalam mencari laba. Profitabilitas diukur dari periode ke


periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat,

apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

 Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar

pembiayaan yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan,

sehingga pembiayaan yang diberikan benar-benar aman.

Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan

barang orang.

3) Fungsi pembiayaan

Pembiayaan yang diselenggarakan oleh Bank syariah secara

umum berfungsi untuk:

1. Meningkatkan daya guna uang

Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro,

tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu

ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha

peningkatan produktivitas. Para pengusaha menikmati

pembiayaan dari bank untuk memperluas/memperbesar usahanya

baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk

usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha baru. Secara

mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha peningkatan

produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian dana yang

mengendap di bank (yang diperoleh dari para penyimpan uang)

tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang


bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha maupun

masyarakat.

2. Meningkatkan daya guna barang

 Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah

bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility bahan

tersebut meningkat. Contoh peningkatan utility kelapa menjadi

kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa.

 Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan

barang dari suatu tempat yang ke gunaannya kurang ke tempat

yang lebih bermanfaat.

3. Meningkatkan peredaran uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening Koran

pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan

sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel, promes dsb. Melalui

pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih

berkembang, karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan

berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif.

4. Menimbulkan kegairahan berusaha

Pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank kemudian

digunakan memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.

5. Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi

diarahkan pada usaha-usaha:

 Pengendalian inflasi

 Peningkatan ekspor

 Rehabilitasi prasarana

 Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat untuk menekan arus

inflasi dan untuk usaha pembangunan ekonomi maka

pembiayaan memegang peranan penting.

6. Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

Para usahawan memperoleh pembiayaan untuk meningkatkan

usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila

keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti

kata dikembalikan lagi ke dalam struktur permodalan, maka

peningkatan akan berlansung terus menerus. Dengan earings

(pendapatan) yang terus meningkat berarti pajak perusahaanpun

akan terus bertambah. Dilain pihak pembiayaan yang disalurkan

untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan

menghasilkan pertambahan devisa Negara. Di samping itu dengan

makin efektifnya kegiatan sewa sembada kebutuhan-kebutuhan

pokok, berarti akan dihemat devisa keuangan Negara, akan

diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan ataupun ke sektor-

sektor lain yang lebih berguna (muhammad, 2005:19)

4) Jenis-jenis pembiayaan
Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank islam

memiliki banyak jenis pembiayaan. Jenisjenis pembiayaan pada

dasarnya dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek,

diantaranya:

a) Pembiayaan menurut tujuan

Pembiayaan menurut tujuan dibedakan menjadi :

 Pembiayaan modal kerja,

yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan

modal dalam rangka pengembangan usaha

 Pembiayaan investasi,

yaitu pembiayaan yang dimaksudkan dalam rangka untuk

melakukan investasi atau pengembangan barang konsumtif.

b) Pembiayaan menurut jangka waktu

Pembiayaan menurut jangka waktu dibedakan menjadi:

 Pembiayaan jangka pendek, pembiayaan yang dilakukan

dengan waktu 1 bulan sampai 1 tahun

 Pembiayaan waktu menengah, pembiayan yang dilakukan

dengan waktu 1 tahun sampai 5 tahun

 Pembiayaan jangka panjang, pembiayaan yang dilakukan

dengan waktu lebih dari 5 tahun.

Jenis pembiayaan pada bank islam akan diwujudkan dalam

bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu: Menurut

jenis aktiva produktif


1. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil meliputi:

 Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari

pemilik dana (shahibul mal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk

melakukan usaha tertentu sesuai syariah, dengan pembagian hasil

usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati

sebelumnya

 Pembiayaan musyarakah

Pembiayaan musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari dua

atau lebih pemilik dana atau barang untuk menjalankan usaha tertentu

sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak

sesuai nisbah yang telah disepakati, sedangkan pembagian kerugian

berdasarkan proporsi modal masing-masing.

2. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang) meliputi:

 Pembiayaan Bai’ al-Murabahah

al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai al-murabahah,

penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan

menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Ketika

akad murabahah terjadi antara nasabah dengan baik, maka akan

menjadi kewajiban kepada kedua belah pihak untuk memenuhi dalam

mlaksanakan akad tersebut sesuai dengan kesepakatan bersama.

Hal tersebut dapat dilihat dalam Al-Quran surat al-Maidah : 1.


َ ‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ْاﻻَ ْن َع ِام ا ﱠِﻻ َما يُتْ ٰلى‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم‬
‫غي َْر‬ ْ ‫ٰيٓاَيﱡ َها الﱠ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْوفُ ْوا ِب ْالعُقُ ْو ۗ ِد ا ُ ِحلﱠ‬

‫ُم ِح ِلّى ال ﱠ‬
‫ص ْي ِد َوا َ ْنت ُ ْم ُح ُر ۗ ٌم ا ﱠِن ﱣ َ يَحْ ُك ُم َما ي ُِر ْي ُد‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji.


Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan
kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum
sesuai dengan yang Dia kehendaki. ,” (QS. Al-Maidah: 1).

 Pembiayaan Salam

Dalam pengertian yang sederhana, bai’ assalam berarti pembelian

barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran

dilakukan di muka.

 Pembiayaan ishtisna

Transaksi bai’ al-istishna’ merupakan kontrak penjualan antara

pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang

menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha

melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut

spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli

akhir.

3. Pembiayaan dengan prinsip sewa meliputi :

 Pembiayaan ijarah

Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu

tertentu melalui pembayaran sewa.

 Pembiayaan Ijarah muntahiya biltamlik/Wa Iqtina


Pembiayaan ijarah muntahiya biltamlik/wa iqtina adalah perjanjian sewa

menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan

barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.

4. Surat Berharga Syariah

Surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi

berdarsarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang

dan atau pasar modal antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana

syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah

5. Penyertaan modal

Penyertaan modal adalah penanaman dana bank syariah dalam

bentuk saham pada perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan

syariah, termasuk penanaman dana dalam bentuk surat utang konversi

(convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis

transaksi tertentu berdasarkam prinsip syariah yang berakibat bank

syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang

bergerak dalam bidang keuangan syariah.

6. Penyertaan modal sementara

Penyertaan modal sementara adalah penyertaan modal bank

Islam dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan atau

piutang (debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

bank Indonesia yang berlaku, termasuk dalam surat utang konvesi

(convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis


transaksi tertentu yang berakibat bank Islam memiliki atau akan

memiliki saham pada perusahaan nasabah.

7. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)

SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai

bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah

(muhammad, 2014 : 314)

Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan

adalah berbentuk pinjaman, yaitu :

 Pembiayaan Qardh atau Talangan

adalah penyediaan dana atau tagihan antara bank islam dengan

pembiayaan yang mewajibkan pihak peminjam melakukan

pembayaran sekaligus atau secara cicilan dengan jangka waktu

tertentu (Rivai Veithzal, 2010 : 689).

5) Proses pembiayaan

Proses pembiayaan di perbankan melaui tahapan-tahapan, yaitu:

1. Pengajuan pembiayaan oleh nasabah.

2. Investigasi, adalah kegiatan untuk mengenali permohonan

pembiayaan melalui beberapa sumber yaitu:

a. Pengeumpulan data melalui pemenuhan persyaratan oleh

pemohon berupa-berupa dokumen-dokumen yang mendukung

permohonan.

b. Menggali informasi dari pihak lain.


c. Menggali informasi lebih dalam melalui kunjungan langsung

kepada nasabah.

3. Analisis pembiayaan, adalah usaha berbentuk proposal yang dibuat

Account Officer (AO), berisikan analisis atas segala aspek mengenai

permohonan pembiayaan untuk dimintakan persetujuan dari komite

pembiayaan.

4. Pemutusan pembiayaan, adalah tahap diputuskannya persetujuan

suatu permohonan dari komite pembiayaan.

5. Dokumentasi, adalah tahap pemenuhan dokumen-dokumen terkait

pembiayaan secara menyeluruh untuk disimpan oleh bank di bawah

tanggung jawab bagian legal dan administrasi pembiayaan, yaitu

dokumen-dokumen.

6. Realisasi pembiayaan, adalah tahap pencairan pembiayaan setelah

seluruh persyaratan dipenuhi dan dokumen jaminan diserahkan

kepada bank.

7. Pelaksanaan kewajiban, adalah dimana pemohon pembiayaan telah

menjadi nasabah bank yang mempunyai kewajiban untuk membayar

angsuran atau bagi hasil sebagai konsekuensi atas pembiayaan yang

diterimanya. (Laksamana, 2009: 24).


2.3.2 Pembiayaan bermasalah

1) Pengertian

Secara umum pengertian pembiayaan bermasalah adalah

pembiayaan yang diakibatkan oleh nasabah yang tidak menempati

jadwal pembayaran angsuran dan tidak memenuhi persyaratan yang

tertuang dalam akad. Mahmoeddin (2001) mengemukakan pengertian

pembiayaan bermasalah lebih spesifik lagi, yaitu pembiayaan

bermasalah adalah pembiayaan kurang lancar, di mana nasabahnya tidak

memenuhi persyaratan yang telah dituangkan dalam akad, pembiayaan

yang tidak menempati jadwal angsuran, sehingga terjadinya

penunggakan, pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang tidak

menempati janji pembayaran, sehingga memerlukan tindakan hukum

untuk mena gihnya, kemudian Mahmoeddin juga menyimpulkan bahwa

pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang berpotensi untuk

merugikan bank sehingga berpengaruh terhadap kesehatan bank itu

sendiri. Selanjutnya Djamil (2014) menerangkan pembiayaan

bermasalah adalah pembiayaan yang kualitas pembayarannya berada

dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet. Menurut Bank

Indonesia dalam PBI No. 5/7/2003, penilaian dan klasifikasi kualitas

pembiayaan bermasalah dibagi kepada 4 golongan yaitu :

 Lancar

Apabila pembayaran angsuran tepat waktu, tidak ada

tunggakan, sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyapaikan


laporan keuangan secara teratur dan akurat, serta dokumentasi

perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.

 Kurang Lancar

Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok

dan atau margin yang telah melewati 90 hari sampai dengan 180

hari , penyampaian laporan keuangan tidak teratur dan meragukan,

dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikat

agunan kuat, terjadi pelanggaran terhadap persyaratan pokok

perjanjian piutang dan berupaya melakukan perpajangan piutang

untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.

 Diragukan

Apabila terjadi tunggakan pembayaran angsuran pokok atau

margin yang telah melewati 180 hari sampai dengan 270 hari.

Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan atau tidak dapat

di percaya, dokumetasi perjanjian piutang tidak lengkap dan

pengikat agunan lemah serta terjadi pelanggaran yang prinsipil

terhadap persyaratan pokok perjanjian piutang.

 Macet

Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan

margin yang telah melewati 270 hari, dan dokumentasi perjanjian

piutang atau pengikat agunan tidak ada. (faturrahman, 2014 : 69-71).

2) Indikasi Pembiayaan Bermasalah


pembiayaan bermasalah biasanya muncul secara bertahap dengan

didahului oleh beberapa gejala (red flags). Menurut Mahmoeddin (2001)

gejala-gejala tersebut berupa,

 Perilaku Rekening (Account Attitudes)

Perilaku rekening nasabah dapat memberikan indikasi

tentang gejala awal munculnya masalah, misalnya saldo rekening

sering mengalami overdraf, saldo giro rata-rata menurun, terjadi

penurunan saldo secara drastis, pembayaran pokok angsuran

tersendat-sendat, jadwal pencairan dana pembiayaan tidak sesuai

dengan akad pembiayaan, sering mengajukan permintaan penundaan

atau perpanjangan pembayaran, penyimpangan penggunaan

pembiayaan, mengajukan penambahan pembiayaan, dan mengajukan

penjadwalan ulang pembiayaan.

 Perilaku Laporan Keuangan (Financial Statement Attitudes)

Berdasarkan perilaku laporan keuangan, gejala pembiayaan

bermasalah dapat berupa penurunan likuiditas, penurunan perputaran

modal pembiayaan, peningkatan piutang, penurunan perputaran

persediaan, penurunan rasio aktiva lancar terhadap aktiva total,

penurunan aktiva tetap, penjualan meningkat namun laba menurun,

debt equity ratio meningkat, utang jangka panjang meningkat tajam,

muncul hutang dari bank lain, rasio keuntungan terhadap aset

menurun, laporan keuangan sering terlambat, laporan keuangan tidak

diaudit, persentase laba terhadap aktiva menurun, laporan keuangan


direkayasa, harga penjualan terlalu rendah dan berada di bawah titik

impas.

 Perilaku Kegiatan Bisnis (Business Activities Attitudes)

Dalam kategori ini, gejala pembiayaan bermasalah ditandai

dengan penurunan supply barang, hubungan dengan pelanggan

memburuk, harga jual terlampau rendah, kehilangan hak sebagai

distributor, kehilangan pelanggan utama, mulai terlibat spekulasi

bisnis, hubungan dengan bank semakin renggang, enggan

dikunjungi, keterlibatan dengan usaha lain, ada informasi negatif dari

pihak lain, ada klaim dari pihak ketiga, ada pemogokan buruh, nilai

agunan menurun, nasabah alih usaha pokok, mencari pinjaman baru.

 Perilaku Nasabah ( customer Attitudes)

Gejala pembiayaan bermasalah yang muncul dalam

kategori diantaranya: kesehatan nasabah memburuk, terjadi sengketa

rumah tangga, telepon dari bank sering tidak dijawab, nasabah

mempunyai kegiatan tertentu, dsb.

3) Surat Edaran dari Bank Indonesia

Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

18/16/PBI/2016 tentang Rasio Loan to Value untuk Kredit Properti,

Rasio Financing to Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka

untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 178, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5924), perlu diatur ketentuan


pelaksanaan mengenai rasio Loan to Value untuk Kredit Properti, rasio

Financing to Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk

Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor dalam Surat Edaran

Bank Indonesia sebagai berikut :

Ketentuan Umum

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang yang mengatur mengenai perbankan, termasuk kantor

cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, dan Bank

Umum Syariah serta Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan

syariah.

2. Kredit adalah kredit sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang

yang mengatur mengenai perbankan.

3. Pembiayaan adalah pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan syariah.

4. Properti adalah Rumah Tapak, Rumah Susun, dan Rumah Toko

atau Rumah Kantor.

5. Rumah Tapak adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat

tinggal yang merupakan kesatuan antara tanah dan bangunan

dengan bukti kepemilikan berupa surat keterangan, sertifikat, atau

akta yang dikeluarkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang.


6. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun

dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian yang

distrukturkan secara fungsional baik dalam arah horizontal maupun

vertikal dan merupakan satuan yang masing-masing dapat dimiliki

dan digunakan secara terpisah, antara lain griya tawang,

kondominium, apartemen, dan flat.

7. Rumah Toko atau Rumah Kantor adalah tanah berikut bangunan

yang izin pendiriannya sebagai rumah tinggal sekaligus untuk

tujuan komersial antara lain pertokoan, perkantoran, atau gudang.

8. Kredit Properti yang selanjutnya disingkat KP adalah kredit

konsumsi yang terdiri atas:

 Kredit yang diberikan Bank untuk pemilikan Rumah Tapak,

termasuk Kredit konsumsi beragun Rumah Tapak, yang

selanjutnya disebut KP Rumah Tapak

 Kredit yang diberikan Bank untuk pemilikan Rumah Susun,

termasuk Kredit konsumsi beragun Rumah Susun, yang

selanjutnya disebut KP Rusun; dan

 Kredit yang diberikan Bank untuk pemilikan Rumah Toko atau

Rumah Kantor, termasuk Kredit konsumsi beragun Rumah Toko

atau Rumah Kantor, yang selanjutnya disebut KP Ruko atau KP

Rukan.

9. Pembiayaan Properti yang selanjutnya disingkat PP adalah

Pembiayaan konsumsi yang terdiri atas:


 Pembiayaan yang diberikan Bank untuk pemilikan Rumah Tapak,

termasuk Pembiayaan konsumsi beragun Rumah Tapak, yang

selanjutnya disebut PP Rumah Tapak;

 Pembiayaan yang diberikan Bank untuk pemilikan Rumah Susun,

termasuk Pembiayaan konsumsi beragun Rumah Susun, yang

selanjutnya disebut PP Rusun; dan

 Pembiayaan yang diberikan Bank untuk pemilikan Rumah Toko

atau Rumah Kantor, termasuk Pembiayaan konsumsi beragun

Rumah Toko atau Rumah Kantor, yang selanjutnya disebut PP

Ruko atau PP Rukan

10. Akad Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan

menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli

membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang

disepakati.

11. Akad Istishna’ adalah akad pembiayaan barang dalam bentuk

pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan

persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli

(mustashni’) dan penjual atau pembuat (shani’).

12. Akad Musyarakah Mutanaqisah yang selanjutnya disebut Akad

MMQ adalah Pembiayaan musyarakah yang kepemilikan aset

(barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan

pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya.


13. Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik yang selanjutnya disebut Akad

IMBT adalah akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan

hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan

transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.

14. Akad Qardh adalah akad pinjaman dana kepada nasabah dengan

ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang

diterimanya pada waktu yang telah disepakati.

15. Rasio Loan to Value yang selanjutnya disebut Rasio LTV adalah

angka rasio antara nilai Kredit yang dapat diberikan oleh Bank

terhadap nilai agunan berupa Properti pada saat pemberian Kredit

berdasarkan hasil penilaian terkini.

16. Rasio Financing to Value yang selanjutnya disebut Rasio FTV

adalah angka rasio antara nilai Pembiayaan yang dapat diberikan

oleh Bank terhadap nilai agunan berupa Properti pada saat

pemberian Pembiayaan berdasarkan hasil penilaian terkini.

17. Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor yang selanjutnya

disebut KKB atau PKB adalah Kredit atau Pembiayaan yang

diberikan Bank untuk pembelian kendaraan bermotor.

18. Uang Muka adalah pembayaran di muka sebesar persentase tertentu

dari nilai pembelian Properti atau harga kendaraan bermotor yang

sumber dananya berasal dari debitur atau nasabah.

19. Laporan Bulanan Bank Umum yang selanjutnya disingkat LBU

adalah Laporan Bulanan Bank Umum sebagaimana dimaksud


dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai laporan

bulanan bank umum.

20. Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disingkat

LSMK BUS UUS adalah Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem

Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang

mengatur mengenai laporan stabilitas moneter dan sistem keuangan

bulanan bank umum syariah dan unit usaha syariah.

2.3.3 Penanganan Pembiayaan bermasalah

Dalam rangka menimalisir pembiayaan bermasalah, perlu diambil

langkah-langkah untuk penanganan pembiayaan tersebut berdasarkan

pada kelancaran pembayarannya., ada beberapa strategi yang dapat

dilakukan, yaitu: pertama, melanjutkan hubungan dengan nasabah.

Strategi ini dilakukan apabila nasabah dinilai kooperatif dan masih

memiliki prospek usaha, serta melakukan langkah-langkah restrukturisasi

(rescheduling, reconditioning atau restructuring). Dalam kondisi ini,

pihak bank akan menghubungi nasabah dan memberitahukan perihal

rencana strukturisasi atas pembiayaannya. Pihak bank akan melakukan

penghimpunan data dan informasi lengkap atas nasabah yang

pembiayaannya bermasalah. Kemudian dilakukan evaluasi/analisa

restrukturisasi berdasarkan strategi penyelamatan yang ditetapkan

melalui kesepakatan bersama. Kedua, memutuskan hubungan dengan


nasabah jika dinilai tidak lagi kooperatif dan/ atau sudah tidak memiliki

prospek usaha. Penyelesaian pembiayaan dilakukan melalui: penyerahan

agunan/ aset yang berupa eksekusi objek jaminan dan gugatan perdata.

Penyelesaian serupa juga disarankan oleh Wahyuni dan Werastuti (2013),

yaitu melalui tindakan penyelamatan berupa restrukturisasi pembiayaan

dalam rangka membantu nasabah untuk menyelesaikan kewajibannya,

melalui:

1. Penjadwalan kembali (Rescheduling).

yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah misalnya

angsuran pokok pinjaman (pokok kredit) yang semula di jadwalkan akan

selesai dalam waktu 4 tahundi ubah jadwalnya sedemikian rupa sehingga

pelunasan kredit akan memakan waktu 5 tahun. Hal tersebut di sesuaikan

dengan proyeksi aruskas (cash flow) yang bersumber dari kemampuan

usaha debitur yang sedang mengalami kesulitan. Kesepakatan bersama

atas perubahan jadwal baru bisa di bentuk:

 perubahan jadwal angsuran pertriwulan menjadi per smester atau

perubahan jadwal angsuran bulanan menjadi angsuran triwulan

sehingga seluru pelun asan pkok pinjaman menjadi lebih panjang

waktunya.

 Pengecilan besarnya angsuran pokok pinjaman dengan jangka

waktu angsuran yang sama sehingga pelunasan pokok pinjaman

secara keseluruhan menjadi lebih lama.

2. Persyaratan kembali (Reconditioning)


yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan,

antara lain perubahan jadwal jadwal pembayaran, jumlah angsuran,

jangka waktu dan pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa

kewajiban nasabah yang harus di bayarkan kepada bank.

3. Penataan kembali (restructuring).

Adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan

oleh bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari

pemberian kredit, antara lain meliputi :

 penambahan dana fasilitas pembiayaan bank

 konversi akad pembiayaan

 konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka

waktu menengah

 konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada

perusahaan nasabah.

Jika strategi di atas tidak berhasil, ada beberapa langkah penyelesaian yang

dapat ditempuh, yaitu:

 novasi, yaitu penghapusan perikatan lama dengan memunculkan

perikatan baru,

 kompensasi, yaitu pembelian barang agunan oleh bank yang

pembayarannya diperhitungkan sebagai pelunasan kewajiban/ hutang

nasabah, dan
 likuidasi, yaitu penjualan agunan yang hasilnya digunakan untuk

melunasi kewajiban nasabah kepada bank, baik dilakukan oleh

nasabah maupun bank.

 Eksekusi, jika semua usaha penyelamatan seperti diuraikan di atas

sudah dicoba, namun nasabah masih juga tidak mampu memenuhi

kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhirnya adalah bank

melakukan eksekusi melalui berbagai cara antara lain yaitu

menyerahkkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang

Negara) atau Menyrahkan perkara ke pengadilan negeri ( perkara

perdata). (Siti Saleh, 2018 : 3-4)

2.3.4 Pembiayaan dalam perspektif islam

Istilah arab yang sering digunakan untuk utang-piutang adalah al-

dain dan al-qord. Dalam pengertian yang umum utang piutang mencangkup

transaksi jual belidan sewa-menyewa yang di lakukan secara tidak tunai

(kontan). Transaksi seperti ini dalam fiqih dinamakan mudayanah atas

tadayun (Wahbah, 2011 : 373).

Sebagai sebuah transaksi yang bersifat khusus, istilah yang lazim

dalam fiqih untuk transaksi utang-piutang adaalah al-qord. Dengan

demikian cakup tadayun lebih luas dari pada al-qard. Al-Qord secara

bahasa (etimologi) berarti potongan, yaitu istilah yang di berikan untuk

sesuatu yang diberikan sebagai modal usaha. Sesuatu itu disebut dengan

qord sebab ketika orang memberikannya sebagai modal usaha, maka

sesuatu itu terputus atau terpotong Adapun al-qord secara istilah


(terminologis) para ulama berbeda pendapat sesuai dengan mazhabnya

masing-masing.

 Mazhab hanafi. Mereka berpendapat bahwa qord adalah sesuatu

yang diberikan sebagai modal untuk dijalankan dengan syarat

bahwa harta itu ketika dikembalikan kepada pemiliknya harus

semisal. Batasan semisal adalah asal jenisnya tidak jauh beda.

Kategori ini meliputi kesamaan untuk ditakar, ditimbang dan

dihitung jumlahnya.

 Mazhab Maliki. Mereka berpendapat bahwa qord adalah

penyerahan dari seseorang kepada pihak lain berupa sesuatu yang

bernilai kebendaan. Pemberian modal yang bagi pemberinya

berhak mengambil barang tersebut dari orang yang mendaapatkan.

Pengertian tersebut dapat dijelaskan lebih rinci sebagai :

1) Sesuatu itu bernilai kebendaan dan bukan hal remeh

2) Pemberian bersifat murni yang berarti seluruh keuntungan atau

manfaat dari modal itu kembali atau menjadi milik pihak yang

menjalani usaha

3) Tidak mengijinkan transaksi peminjam yang berarti penerima

modal tersebut tidak mempunyai kebebasan dan memanfaatkan

modal tersebut sebagai seorang peminjam

4) Barang pengganti tidak berbeda jenis dengan modal.

 Mazhab syafi’i mereka berpendapat bahwa qord adalah sesuatu

yang diberikan sebagaian pinjaman modal. Qord merupakan


pemberian pinjaman modal yang bersifat menjalankan

kebaikan/sosial. Qord bisa dipersamakan dengan transaksi salaf

yaitu pemilikan sesuatu untuk diberikan kembali dengan sesuatu

yang serupa menurut kebiasaan yang berlaku.

 Mazhab hambali, mereka berpendapat bahwa qord adalah

menyerahkan modal pinjaman kepada orang yang menggunakan

dan modal itu akan dikemballikan berupa barang penggantinya.

Dari beberapa pendapat tentang definisi qord diatas dapat di simpulkan

bahwa qord adalah suatu transaksi atau perikatan antara pihak kreditur

(pemberi pinjaman) dengan debitur (penerimaa pinjaman) berupa uang

atau barang yang merupakan suatu jenis pinjaman pendahuluan untuk

kepentingan peminjam dengan maksud akan mengembalikan yang

semisal sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. (ismail

Nawawi, 2012 : 178-179)

1) Dasar hukum qard

Terdapat beberapa dasar hukum qard

a. Ayat al-quran

Ayat alquran yang mendasari qard di antaranya :

Surat Al-Baqarah (2) : 245

ْ َ ‫ُض ِعفَهٗ لَهٗ ٓ ا‬


ُ ‫ض َعافًا َكثِي َْرةً َۗو ﱣ‬ ٰ ‫سنًا فَي‬ ً ‫ض ﱣ َ قَ ْر‬
َ ‫ضا َح‬ ْ ‫َم ْن ذَا الﱠ ِذ‬
ُ ‫ي يُ ْق ِر‬
ۖ ‫ي ْقبض ويب‬
َ‫ْصطُ َواِلَ ْي ِه تُ ْر َجعُ ْون‬
ُۣ َ َ ُ ِ َ
Artinya: Siapakah yang mau berbuat seperti orang yang meminjamkan
hartanya, lalu dia infakkan hartanya di jalan Allah dengan niat yang
baik dan hati yang tulus, supaya harta itu kembali kepadanya dengan
berlipat ganda. Sedangkan Allah dapat menyempitkan rezeki, kesehatan
dan lain-lain dan dapat melapangkan itu semua dengan kebijaksaan
dan keadilan-Nya. Dan hanya kepada Allah lah kamu akan
dikembalikan di akhirat, kemudian Dia akan memberi kalian balasan
yang setimpal dengan amal perbuatan kalian.

b. Hadist

‫ استلف النيب صلى هلﻼ عليه وسلم بكرا فجاءته إبل‬:‫عن أيب رافع قال‬

‫ إّن مل أجد يف اإلبل إال‬: ‫ فقلت‬، ‫فأمرن أن أقضي الرجل بكره‬


ّ ‫الصدقة‬

‫ أعطه إايه فإن من ْخي الناس أحسنهم قضاء‬: ‫مجال خيارا رابعيا فقال‬.

Artinya : Dari Abu Rafi’, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam pernah meminjam unta muda kepada seorang laki-laki, ketika
unta sedekah tiba, maka beliau pun memerintahkan Abu Rafi’ untuk
membayar unta muda yang dipinjamnya kepada laki-laki tersebut. Lalu
Abu Rafi’ kembali kepada Beliau sambil berkata, “Aku tidak
mendapatkan onta muda kecuali onta yang sudah dewasa.” Beliau
bersabda, “Berik anlah kepadanya, sebaik-baik manusia adalah
yang paling baik dalam membayar hutang.” (HR. Muslim)

c. Ijma’

Para ulama sepakat bahwa qord merupakan merupakan perbuatan

yang dibenarkan. Hal ini di dasari dengan tabiat manusia yang tidak bisa

hidup tanpa bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang memiliki

segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu pinjam meminjam

sudah menjadi suatu bagian dari kehidupan didunia ini islam adalah

agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.

d. Hikmah.

Hikmah adanya qard (pinjaman modal) adalah menghilangkan

kesusahan memberi bantuan bagi yang membutuhkan.


Dalam islam hubungan pnjam meminjam tidak dilarang bahkan

dianjurkan agar terjadi hubungan yang saling menguntungkan. Utang-

piutang merupakan bentuk muamalah yang bercorak ta’awun (pertolongan)

Kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya. ( Nurma Hanik, 2020 :

62-77).

2.4 Batul Maal Wat Tamwil (BMT).

2.4.1 Pengertian BMT

Baitul Maal Wat at Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri

Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang beroperasikan dengan

prinsip bagi hasil, menumbuh-kembangkan bisnis usaha mikro dalam

rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan

kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari

tokoh-tokoh mayarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem

ekonomi yang salam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian,

dan kesejahteraan. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) tersusun atas dua

kata golongan yang masing-masing mempunyai makna sendiri, yakni

Baitul Maal dan Baituttamwil. Baitul Maal adalah lembaga keuangan

yang berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya

menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq,

dan shodaqoh (ZIS), sesuai dengan ketentuan prinsip syariah.

Sedangkan baituttamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatan

utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan


dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah (ahmad, 2012 : 37-38).

2.4.2 Asas dan prinsip BMT

BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang salam,

yaitu penuh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan. Prinsip dasar

BMT yaitu:

 Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), Thayyiban (terindah),

Ahsanu’amala (memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-

nilai salam: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.

 Barokah, artinya berdayaguna, berhasil guna, adanya penguatan

jaringan, transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab

sepenuhnya kepada masyarakat.

 Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah)

 Demokratis, partisipatif, dan inklusif.

 Keadilan social dan kesetaraan jender, non-diskriminatif.

 Ramah lingkungan.

 Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya local, serta

keanekaragaman budaya.

 Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan

kemampuan diri dan lembaga masyarakat local.

2.4.3 Fungsi BMT

Fungsi BMT di masyarakat adalah untuk:


 Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus dan pengelola

menjadi lebih professional, salam (selamat, damai, dan sejahtera),

dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan

berusaha (beribadah) menghadapi tantangan hidup.

 Mengorganir dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki

oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan

di luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.

 Mengembangkan kesempatan kerja.

 Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar

produkproduk anggota.

 Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga

ekonomi dan social masyarakat banyak.

2.4.4 Tujuan Baitul Maal Wat Tamwil

Lembaga ekonomi mikro ini pada awal pendiriannya memfokuskan

diri untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan

anggota pada khusunya dan masyarakat pada umumnya melalui

pemberian pinjaman modal. Pemberian modal pinjaman sedapat

mungkin memandirikan ekonomi para peminjam. Dalam rangka

mencapai tujuan tersebut, BMT memainkan peran dan fungsinya dalam

beberapa hal:

1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan

mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota

muamalat dan daerah kerjanya.


2. Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan

islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam mengahadapi

persaingan global.

3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan anggota. Setelah itu BMT dapat

melakukan penggalangan dan mobilisasi atas potensi tersebut

sehingga mampu melahirkan nilai tambah kepada anggota dan

masyarakat sekitar.

4. Menjadi perentara keuangan antara agniyah sebagai shahibul maal

dengan dhu’afah sebagai mudharib, terutama untuk dana-dana sosial

seperti zakat, infaq, shadaqah, wakaf, hibah dan lain-lain. BMT dalam

fungsi ini bertindak sebagai amil yang bertugas untuk menerima dana

zakat, infaq, shadaqah, dan dana sosial lainnya dan untuk selanjutnya

akan disalurkan kembali kepada golongan-golongan yang

membutuhkannya (dhu’afah).

Menjadi perantara keuangan, antara pemilik dana, baik sebagai pemodal

maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha

produktif. (Ridwan, 2004 : 131).

2.4.5 Pendiri BMT

BMT dapat didirikan oleh:

 Sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang.

 Satu pendiri dengan yang lainnya tidak memiliki hubungan

keluarga.
 Sekurang-kurangnya 70% anggota pendiri bertempat tinggal

disekitar daerah kerja BMT.

 Pendiri dapat bertambah dalam tahun-tahun kemudian jika

disepakati oleh rapat para pendiri.

2.4.6 Permodalan BMT

Modal BMT, terdiri dari:

 Simpanan pokok (SP) yang ditentukan besarnya sama besar untuk

semua anggota.

 Simpanan pokok khusus (SPK) yaitu simpanan pokok yang khusus

diperuntukkan untuk mendapatkan sejumlah modal awal, sehingga

memungkinkan BMT melakukan persiapan-persiapan pendirian dan

memulai operasinya. Jumlahnya dapat berbeda antar anggota pendiri

(sumar’in, 2012 : 46-47).

2.4.7 Sumber – Sumber Keuangan BMT

Baitul maal pada masa ini berfungsi untuk memobilisasi berbagai

pendapatan umat yang berasal dari berbagai sumber. Irfan Mahmud

Ra’na (1992) mengemukakan beberapa sumber keuangan publik yang

dihimpun dalam Baitul Maal, yaitu : zakat dan shadaqah, jizya, kharaj,

ghanimah, fay’ dan al usyur (bea cukai) yang digunakan untuk berbagai

pembelanjaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

1. Zakat dan shadaqah

Zakat merupakan bagian yang tertentu dari harta yang telah

ditetapkan dari kaum muslimin, yang mana harta tersebut berpotensi


untuk bertambah, baik disebabkan oleh berkembang biak ataupun karena

hasil pengelolaan manusia. Zakat merupakan sumber utama dan

terpenting dari penerimaan negara, pada awal pemerintahan islam.

2. Jizyah (jaminan keamanan)

Jizyah adalah harta kekayaan yang harus dibayar oleh non-muslim

khususnya ahli kitab, untuk jaminan perlindungan jiwa, properti, ibadah,

dan tidak wajib militer. Dengan kata lain jizyah adalah biaya

perlindungan dan jaminan keamanan untuk dirinya serta mendapatkan

pelayanan yang diberikan daulah islamiah. Mereka mendapat konsesi

bahwa negara islam akan menjamin keamanan mereka secara pribadi dan

hak-hak milik mereka.

Jizyah diambil dari orang-orang kafir laki-laki, telah baligh dan

berakal sehat. Jizyah tidak wajib atas wanita, anak-anak dan orang gila.

Jizyah berhenti dipungut oleh orang kafir tersebut jika ia telah masuk

islam.

3. Kharaj

Adalah pajak tanah yang dipungut kepada non-muslim ketika khabar

ditaklukan. Kharaj adalah semacam pajak bumi dari tanah yang diperoleh

setelah peperangan kemudian menjadi miliki Baitul Maal. Pengelolaan

nya diserahkan kepada orang-orang muslim untuk diambil manfaatnya

dan untuk kemaslahatan umum.

Jumlah kharaj yang dikeluarkan adalah setengah dari hasil produksi,

kharaj jenis ini bersifat tetap. Selain itu terdapat kharaj proporsional
sebagai bagian dari total hasil produksi pertanian, seperti seperempat,

seperlima dan sebagainya.

4. Ghanimah

Pada awal kekuasaan islam, tanah juga dipertimbangkan sebagai

ghanimah yang penggunaanya juga dibagi antara para pengikut perang.

Kebijakan itu berubah setelah masa pemerintah khalifah Umar bin

Khatab. Tanah dibiarkan untuk dikuasai oleh pemilik sebelumnya yang

mau membayar pajak kepada negara. Ghanimah merupakan sumber

siknifikan selama periode terjadinya beberapa perang suci.

5. Fay’

Selain beberapa sumber yang telah dikemukakan diatas, sumber

keuangan publik lainnya berasal dari fay’. Pemasokan yang bersumber

dari fay’ agak berbeda dengan ghanimah.

Fay diperoleh dari barang yang dirampas dari orang-orang yang

tidak beriman yang takluk (menyerah) dalam perang. Fay’ menjadi salah

satu pos pemasukan atau sumber penerimaan dari negara islam dan

sumber pembiayaan negara.

6. Usyur

Usyur adalah retribusi atau bea cukai atas barang impor dikenakan

kepada semua pedagang dibayar hanya sekali dalam setahun dan hanya

berlaku bagi barang yang nilainya lebih dari dua ratus dirham.

Kebijakan tentang usyur ini sangat ketat pada masa khalifah Umar

Ia membolehkan p ara gubernur memungut bea cukai dari para pedagang


asing yang melewati negara islam dan tanah yang diduduki musuh. Bagi

orang-orang zimmi (orang non-muslim yang dilindungi) yang ingin

menggunakan jalur itu dikenakan lima persen sedangkan bagi pedagang

muslim dikenakan dua setengah persen). (Islahi, 1997 :56 – 58)

2.4.8 Baitul Maal Wat Tamwil di Indonesia

Keberadaan BMT sebagai salah satu lembaga keuangan syariah

mengalami dinamika yang bagus seiring denga dinamika dan

perkembangan lembaga ekonomi dan keuangan silam lainnya di tanah air.

Munculnya lembaga keuangan mikro seperti BMT merupakan slah satu

multiplier efec dari pertumbuhan dan perkembangan lembaga ekonomi

dan keuangan bank syariah. Lembaga ekonomi mikro ini lebih dekat

dengan kalangan masyarakat bawah (grasroot).

Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (PINBUK) mendefinisikan

BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu yang isi nya berintikan konsep Baitu

Maal Wat Tamwil (PINBUK, 2001 : 1) yang beranggotakan orang seorang

atau badan hukum berdasarkan prinsip syariah.

Baitul Maal Wat Tamwil adalah lembaga keuangan terpadu yang isinya

berintikan bayt al-maal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan

usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan

ekonomi pengusaha kecil dengan cara lain mendorong kegiatan menabung

dang menunjang kegiatan ekonomi nya. Selain itu Baitul Maal Wat Tamwil

juga bisa menerima titipan zakat, infaq, shadaqah serta menyalurkanya

sesuai dengan peraturan syariah dan amanahnya Berdasarkan pemahaman


diatas, BMT adalah suatu lembaga yang didalamnya mencakup dua jenis

kegiatan sekaligus yaitu, kegiatan mengumpulkan dana dari berbagai

sumber seperti : zakat, infaq dan shadaqah serta lainnya yang dibagikan atau

disalurkan kepada yang berhak dalam rangka mengatasi kemiskinan dan

dari kegiatan produktif dalam rangka nilai tambah baru dan mendorong

pertumbuhan ekonomi yang bersumber daya manusia. (Djazuli, 2002 :59)

Dasar Hukum

BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya merupakan

salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang berbadan hukum

koperasi dengan pola syariah. Adapun dasar pendirian BMT At-

Taqwa Muhammadiyah adalah:

1. Undang-Undang

 undang-undang RI No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian

 undang-undang RI No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah

 keputusan mentri koerasi RI No. 019/BH/MI/VII/1998 tanggal 24

juli 1998 tentang badan hukum koperasi.

 Akta Pendirian koperasi BMT At-Taqwa Muhammadiyah adalah

surat keputusan menteri koperasi No. 33/BH/KDK/310/IV/1999

 surat keputusan pengurus No.09/SK/II.2/AU/D/2012 tanggal 03

september 2012

2. Landasan Syariah

 Al-Qur’an surat Al-Jum’ah ayat 10


‫ض ِل ﱣ ِ‬ ‫ص ٰلوة ُ فَا ْنت َ ِش ُر ْوا فِى ْاﻻَ ْر ِ‬
‫ض َوا ْبتَغُ ْوا ِم ْن فَ ْ‬ ‫ت ال ﱠ‬ ‫فَ ِاذَا قُ ِ‬
‫ض َي ِ‬

‫َوا ْذكُ ُروا ﱣ َ َك ِثي ًْرا لﱠعَ ﱠل ُك ْم تُ ْف ِل ُح ْونَ‬

‫‪Yang artinya: “ Apabila sholat telah dilaksanakan, maka‬‬


‫‪bertebaranlah kamu di bumi carilah karunia Allah dan ingatlah‬‬
‫”‪Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.‬‬

‫‪ Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282‬‬


‫ٓ‬
‫ٰ ٓياَيﱡ َها الﱠ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اِذَا تَ َدا َي ْنت ُ ْم ِب َدي ٍْن ا ِٰلى ا َ َج ٍل ﱡم َ‬
‫سمى فَا ْكتُب ُْو ۗهُ َو ْل َي ْكتُبْ بﱠ ْي َن ُك ْم‬

‫علﱠ َمهُ ﱣ ُ فَ ْل َي ْكت ُ ۚبْ َو ْلي ُْم ِل ِل الﱠذ ْ‬


‫ِي‬ ‫كَات ِۢبٌ ِب ْال َع ْد ۖ ِل َو َﻻ َيأْ َ‬
‫ب كَاتِبٌ ا َ ْن ﱠي ْكت ُ َ‬
‫ب َك َما َ‬

‫ع َل ْي ِه ْال َح ﱡق‬ ‫شيْـ ۗا فَا ِْن َكانَ الﱠذ ْ‬


‫ِي َ‬ ‫َس ِم ْنهُ َ‬ ‫علَ ْي ِه ْال َح ﱡق َو ْليَت ﱠ ِ‬
‫ق ﱣ َ َربﱠهٗ َو َﻻ َي ْبخ ْ‬ ‫َ‬

‫ض ِع ْيفًا اَ ْو َﻻ يَ ْست َِط ْي ُع اَ ْن ي ِﱡم ﱠل ه َُو فَ ْلي ُْم ِل ْل َو ِليﱡهٗ بِ ْالعَ ْد ۗ ِل‬
‫س ِف ْي ًها اَ ْو َ‬
‫َ‬

‫ش ِه ْيدَي ِْن ِم ْن ِ ّر َجا ِل ُك ۚ ْم فَا ِْن لﱠ ْم َيكُ ْونَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ٌل ﱠو ْام َرا َ ٰت ِن‬
‫َوا ْستَ ْش ِهد ُْوا َ‬

‫َض ﱠل اِحْ ٰدى ُه َما فَتُذَ ِ ّك َر اِحْ ٰدى ُه َما ْاﻻُ ْخ ٰر ۗى َو َﻻ‬ ‫ش َه ۤدَ ِ‬
‫اء اَ ْن ت ِ‬ ‫ض ْونَ ِمنَ ال ﱡ‬
‫ِم ﱠم ْن ت َْر َ‬

‫ص ِغي ًْرا ا َ ْو َكبِي ًْرا ا ِٰلٓى‬


‫ش َه ۤدَا ُء اِذَا َما دُعُ ْوا ۗ َو َﻻ تَسْـ ُم ْٓوا ا َ ْن ت َ ْكتُب ُْوهُ َ‬ ‫يَأْ َ‬
‫ب ال ﱡ‬

‫ى اَ ﱠﻻ ت َْرت َاب ُْٓوا ا ﱠ ٓ‬


‫ِﻻ ا َ ْن ت َ ُك ْونَ‬ ‫ش َهادَةِ َواَ ْد ٰن ٓ‬ ‫اَ َج ِل ٖ ۗه ٰذ ِل ُك ْم اَ ْق َ‬
‫س ُ‬
‫ط ِع ْندَ ﱣ ِ َواَ ْق َو ُم ِلل ﱠ‬

‫علَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح ا َ ﱠﻻ ت َ ْكتُب ُْوه َۗا َوا َ ْش ِهد ُْٓوا‬ ‫اض َرة ً ت ُ ِدي ُْر ْونَ َها بَ ْينَ ُك ْم فَلَي َ‬
‫ْس َ‬ ‫ارةً َح ِ‬
‫تِ َج َ‬

‫س ْو ۢ ٌق بِ ُك ْم ۗ‬ ‫ض ۤا ﱠر كَاتِبٌ ﱠو َﻻ َ‬
‫ش ِه ْيدٌ ەۗ َوا ِْن ت َ ْفعَلُ ْوا فَ ِانﱠهٗ فُ ُ‬ ‫اِذَا تَبَايَ ْعت ُ ْم ۖ َو َﻻ يُ َ‬

‫ع ِل ْي ٌم‬ ‫َواتﱠقُوا ﱣ َ ۗ َويُعَ ِلّ ُم ُك ُم ﱣ ُ ۗ َو ﱣ ُ بِ ُك ِّل َ‬


‫ش ْيءٍ َ‬

‫‪Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu‬‬


‫‪melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah‬‬
‫‪kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara‬‬
‫‪kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak‬‬
‫‪untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan‬‬
‫‪kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah‬‬
‫‪orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa‬‬
‫‪kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit‬‬
‫‪pun daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang‬‬
akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan
sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar.
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara
kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh)
seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang
yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang
seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan
janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan
janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik
(utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan
kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan
ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis
dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan
bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran
kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

3 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI

 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No 4/DSN-MUI/IV/2000

tentang Murabahah.

 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000

tanggal 1 April 2000 Tentang Bai’ Bitsaman Ajil.

 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 13/DSN-MUI/IX/2000

tanggal 16 September 2000 Tentang uang muka dalam Bai’ Bitsaman

Ajil

 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000

tanggal 16 September 2000 Tentang diskon dalam Bai’ Bitsaman Ajil

 Nomor 17/DSN-MUI / IX/2000 tanggal 16 September 2000 Tentang

sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran.


 Nomor 23/DSN-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002 Tentang potongan

pelunasan dalam Bai’ Bitsaman Ajil.

3.1 Penelitian Relevan

1. Penelitian yang di lakukan oleh Aridho irmadhani ini dengan judul

Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada pembiayaan murabahah di BMT

nur Insan mandiri Baki Kabupaten sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetaui faktor-faktor terjadinya pembiayaan bermasalah pada

pembiayaan murabahah di BMT Nurul insan mandiri. Faktor faktor tersebut

adalah karena penghasilan nasabah tidak tetap, nasabah tidak memberitahu

penghasilan bersih setiap bulannya. Berdasarkan wawancara secara langsung

kepada nasabah bermasalah yaitu pendapatan yangg tidak menentu,

persaingan usaha yang semakin ramai dan pendapatan yang di dapat tidak

menutupi kebutuhan setiap bulannya. Penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data yaitu wawancara, dokumentasi serta observasi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu sama-sama meneliti

tentang pembiayaan bermasalah, sedangkan perbedaannya yaitu penelitian

ini meneliti tentang satu produk saja yaitu murabahah sedangkan penulis

tentang keseluruhan produk pembiayaan yang ada BMT yang akan di teliti.

(http://www.eprints.ums.ac.id, diakses 19 juni 2020).

2. Penelitian yang di lakukan oleh Arif Putra Alhafiz dengan judul manajemen

resiko Pembiayaan pada BMT At-Taqwa muhammadiyah Padang Cabang

Bandar Buat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan

manajemen resiko pembiayaan pada BMT At-Taqwa Muhamadiyah Cabang


bandar Buat. Hasil penelitiannya adalah proses pengukuran dan penilaian

resiko pembiayaan pada BMT AT-Taqwa muhammadiyah cabang bandar

buat dilakukan dengan melihat kondisi keuangan nasabah seperti pendapatan

dan pengeluaran perbulan guna mengetahui kemampuan bayar nasabah

terhadap pembiayaannya. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan

data yaitu wawancara dan doumentasi. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian si penulis ialah sama-sama meneliti tentang pembiayaan

sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini meneliti tentang manajemen

resiko pembiayaan sedangkan si penulis meneliti tentang upaya

penangananpembiayaanbermasalah.(http://www.repo.iainbatusangkar.ac.id,

diakses 19 juni 2020).


2.3 Definisi Operasional

Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah


yang peneliti maksud
dalam penelitian ini yaitu
pembiayaan yang di
akibatkan oleh nasabah
BMT At-Taqwa
muhammadiyah padang
cabang pasar raya yang
tidak menempati jadwal
angsuran dan tidak
memenuhi persyaratan
yang tertuan dalam akad.
Pembiayaan yang peneliti
maksud dalam penelitian
ini adalah penyedia uang
atau tagihan yang dapat di
persamakan itu oleh BMT
At-Taqwa
muhammadiyah padang
Cabang pasar raya buat
kepada nasabah dengan
akad murabahah, Ba’i
Bitsaman Ajil dan Qard.
2.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran

BMT At-Taqwa

Pembiayaan Bermasalah

faktor penyebab terjadinya pembiayaan


Bermasalah

Faktor Faktor
Eksternal Internal

Upaya Penanganan
Pembiayaan Bermasalah

Hasil Penelitian

Kesimpulan Dan saran

Sumber : Olahan Peneliti, 2021


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif data yang digunakan berasal dari data primer dan skunder. Data

primer diperoleh secara langsung dengan mewawancarai karyawan yang

menangani yang terkait dengan penelitian, yaitu acounting operasional yang

khusus menangani masalah pembiayaan bermasalah untuk data rekap

pertahun. Sedangkan data sekunder di peroleh dari dokumentasi dengan

mempelajari dari data tertulis dari BMT At-Taqwa Muhamadiyah Padang

Cabang Pasar Raya. Data tersebut kemudian di interprentasi dengan

memunculkan makna dari kasus pembiayaan bermasalah yang terjadi di BMT

At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya untuk mengkaji

relevansi antara kasus dengan tujuan penelitian. (Azwar, 1998 : 5)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di BMT At-Taqwa Muhammadiyah padang

Cabang Pasar Raya, di Jl. Bundo Kandung No. 1 Padang Kecamatan Padang

Barat, Sumatera Barat-29562.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data berupa data primer dan data sekunder yang di ambil pada

saat penelitian. sedangkan sumber data diperoleh berupa tabel dari pihak

BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya.


3.3.2 Sumber Data

Berdasarkan sudut pandang penelitian yang diungkapkan, peneliti

pada umu mnya mengumpulkan data primer dan data skunder. Adapun

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama melalui

prosedur dan tehnik pengambilan data yang dapat berupa interviu,

observasi maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus

dirancang sesuai dengan tujuannya (Azwar, 2010: 36). Data yang

dimaksud yaitu untuk mengetahui data mengenai pembiayaan

bermasalah di BMT At-Taqwa Cabang Pasar Raya, yang mana data ini

diperoleh sesuai dengan tehnik pengambilan data primer. Yang menjadi

sumber data dalam penelitian ini adalah kepala Cabang dan karyawan

BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya yaitu

Dian Eka Putri A.Md bagian Administrasi pembiayaan dan Fazat

Rafi’ah, SE selaku kepala cabang BMT At-Taqwa Muhammadiyah

Padang Cabang Pasar Raya.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari sumber yang tidak

langsung,biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi

(Azwar, 2010: 36).


3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan

langsung di lapangan atau lokasi penelitian sehingga kita dapat memperoleh

gambaran tentang kehidupan social yang sukar untuk mengetahui dengan

metode lainnya, Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dan

informasi, seperti: gambaran umum mengenai BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya dan produk-produknya.

(Sugiono, 2009 : 152)

2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan

tertentu Dipandang dari sudut bentuk pertanyaannya, wawancara dapat

dibedakan menjadi 2 yakni wawancara tertutup atau closed interview dan

wawancara terbuka atau open interview. Perbedaannya adalah apabila

jawaban yang dikehendaki terbatas maka wawancara tersebut tertutup,

sedangkan apabila jawaban yang dikehendaki tidak terbatas, maka

termasuk wawancara terbuka (Burhan bungun, 2008 : 100). Dalam

pengumpulan data di lapangan, penelitian ini peneliti menggunakan

wawancara secara terbuka yaitu langsung bertanya kepada Pimpinan


Cabang BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya dan

1 orang karyawan Bagian Administasi Pembiayaaan.

3. Dokumentasi

Merupakan salah satu metode pengumpulan data kualitatif

dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh

subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Istilah dokumenter

atau dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-

barang tertulis. Alat pengumpul datanya disebut form dokumentasi atau

form pencatatan dokumen, sedangkan sumber datanya berupa catatan

atau dokumen. Dokumentasi merupakan teknik penumpulan data yang

ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen dapat berupa catatan

pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan

kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto, dan lain sebagainya

(Sukandarrumid,2012:101). Dokumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah berupa arsip yang diperoleh dari BMT At-Taqwa

Muhammadiyah berupa tabel rekap pembiayaan bermasalah tahunan.

Selain itu juga dari buku-buku yang berkaitan dengan tema yang

dibahas pada penelitian ini mengenai pembiayaan b ermasalah.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yan g diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Dalam penelitian


ini penulis menggunakan analisis data yang bersifat kualitatif yaitu

cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif dimana apa yang

ditanyakan oleh responden secara tertulis atau secara lisan dan juga

perilakunya yang nyata di teliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang

utuh. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode kualitatiff yang

dapat diartikan sebagai prosedur penelitian yang yang menghasilkan

data deskritptif dengan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan prilaku yang diamati.

Analisis dalam bentuk ini lebih pada upaya penelitin untuk

menguraikan data secara sistematis, terpola sehingg menghasilkan

satupemahaman yang baik dan utuh. Dalam penelitian ini penulis

menganalisis tentang upaya dan cara penanganan pembiayaan

bermasalah di BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar

Raya.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskrisi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah dan Profil

BMT Taqwa Muhammadiyah Padang didirikan pada tangga l9

September 1996. BMT Taqwa Muhammadiyah mulai beroperasi dengan

modal awal sebesar Rp. 2.701.000,- (dua juta tujuh ratus satu ribu rupiah)

dengan fasilitas kantor di lingkungan Masjid Taqwa Muhammadiyah jalan

Bundo Kandung No.1 Padang dengan perlengkapan seadanya yang

dipersiapkan oleh badan pendiri yaitu Majelis Ekonomi Muhammadiyah

Sumatera Barat. Awal mula berdirinya BMT ini di prakarsai oleh Bapak Drs.

H. Moh Zen Gomo beserta 4 orang temannya. Pada saat itu ketentuan modal

awal untuk mendirikan BMT masih Rp.2.000.000-Rp.5.000.000. Untuk

mendirikan BMT dibutuhkan minimal 20 orang anggota pendiri, oleh karena

itu Pak Zen beserta teman-temannya mengumpulkan 15 orang yang bersedia

menjadi pendiri BMT. Kemudian para pemarakarsa membentuk Panitia

Penyiapan Pendirian BMT, lalu panitia yang telah dipilih mencari modal awal

untuk mendirikan BMT. Modal awal ini berasal dari perorangan, lembaga,

yayasan, BAZIS, Pemda atau sumber lainnya.

Dari 20 orang pendiri tadi maka dipilih sebanyak 5 orang yang akan

mewakili pendirian ke PINBUK. Kemudian panitia merekrut calon pengelola

dan mengikutkan pelatihan serta magang dengan menghubungi PINBUK, lalu

melaksanakan persiapan sarana kantor dan perangkat administrasi atau form –


form yang diperlukan, setelah semua nya selesai BMT mulai menjalankan

operasional bisnis BMT. Aset BMT Taqwa Muhammadiyah Rp.

30.945.317.083,- (Tiga Puluh Miliyar Sembilan Ratus Empat Puluh Lima Juta

Tiga Ratus Tujuh Belas Ribu Delapan Puluh Tiga Rupiah (Neraca BMT

Taqwa Muhammadiyah, per 31 Desember 2014).

Perkembangan BMT At-Taqwa sangat pesat yang mana saat ini

terdapat 1 kantor Pusat dan 7 kantor cabang koperasi Syariah BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Sumatera Barat diantaranya:

1. Kantor Pusat : Jl. By Pass KM 11 Sei Sapih Kuranji Padang Telp.

(0751) 495342

2. Kantor Cabang: Jl Bundo Kandung No 1 Padang Telp. (0751) 840664

3. Kantor Cabang: Pasar Bandar Buat Padang Telp. (0751) 777247

4. Kantor Cabang: Pasar Lubuk Buaya Padang Telp. (0751)7877421

5. Kantor Cabang: Pasar Siteba padang Telp.(0751) 7872022

6. Kantor Cabang: Simpang Alai Padang

7. Kantor Cabang: Pasar Belimbing Kuranji Padang

8. Kantor Cabang : Sei Rumbai, Kab Dhamasraya.


A. Alamat BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya

Nama Perusahaan : BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya

Alamat : Jl. Bundo Kandung No. 1 Padang

Kecamatan Padang Barat, Sumatera Barat- 29562

Telepon : (0751) 840664

B. Visi dan Misi BMT Taqwa Muhammadiyah Padang cab pasar raya

Setiap Lembaga Keuangan Bank Maupun Non Bank yang didirikan

pasti mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan

taraf hidup orang banyak, khususnya masyarakat daerah. Supaya menjadi

gerakan ekonomi rakyat serta ikut serta membangun tatanan perekonomian

nasional yang sesuai dengan prinsip-prinsip islam. Langkah yang diambil

pemerintah untuk membangun kembali sistem perbankan yang sehat dalam

rangka mendukung program pemulihan dan pemberdayaan ekonomi

nasional. Salah satu diantaranya yaitu mengembangkan sistem perbankan

syariah. Tujuan pengembangan perbankan syariah adalah untuk memenuhi

hal-hal berikut :

 Visi

Menjadi lembaga keuangan islam yang ikut menunjang dan

memajukan perekonomian ummat, sehingga menjadi lembaga yang

dapat dipercaya masyarakat dan tumbuh sebagai lembaga yang

menjawab tantangan perekonomian nasional khususnya ekonomi mikro

dalam mengentas kemiskinan.


 Misi

Mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhannya dan mendapatkan tambahan modal kerja usaha, dengan

landasan misi gerakan islam dan dakwah yang mempunyai maksud dan

tujuan untuk menegakan dan menjunjung tinggi agama islam serta

terwujud masyarakat islam yang sebenarnya yang berkeadilan dan

memproleh kesejahteraan. (Profil BMT Taqwa Muhammadiyah Padang,

Tahun 2008)

Berdasarkan visi dan misi tersebut, maka BMT Taqwa

Muhammadiyah Padang membantu masyarakat dalam membangun dan

mengembangkan potensi di bidang ekonomi. Sehingga pelaku usaha kecil

mikro mampu meningkatkan kualitas usahanya dan memperoleh

kesejahteraan keluarga dari hasil usaha yang dicapai, diantara tujuan yang

dijalankan tersebut sebagi berikut :

1. Meningkatkan dan mengembangkan ekonomi ummat, khususnya

masyarakat usaha kecil dan menengah.

2. Membebaskan ummat islam dari cengkraman rentenir dan dari pinjaman

bunga berbunga.

3. Meningkatkan produktivitas usaha dengan pemberian pembiayaan

kepada pengusaha kecil dan menengah yang membutuhkan dana.

4. Meningkatkan kuaitas dan kuantitas kegiat usaha disamping

meningkatkan penghasilan umat.


C. Struktur Organsasi BMT Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar

Raya Priode 2020-2024

1. Struktur Organisasi yang berlaku pada saat ini

Pengelola Cabang Pasar Raya

KEPALA CABANG:

Fazat Rafi’ah, SE

ADMINISTRASI TELLER:
PEMBIAYAAN:
DIANA EKA PUTRI RITA KASMAWARNI,
A.Md S.Psi.I

ACCOUNT OFFICER:
ACCOUNT OFFICER:
ASRIYAL A.Md
ARIF PUTRA SE

MARKETING: MARKETING: MARKETING:

TRIKSI FRISCILIA SE TIKA RAHMAYANI PUTRI SINTIA


SE SP.d
Kepala cabang : Fazat Rafi’ah, SE

Administrasi Pembiayaan : Diana Eka Putri, A, Md

Teler :Rita Kasmawarni, S,psi,I

Account ovicer : ASRIYAL A.Md

Account Ovicer : Arif Putra, SE

Marketing : Triksi Friscilia, SE

Marketing :Tika Rahmayani, SE

Marketing :Putri Sintia SP.d

2. Job deskripsi Organisasi

a. Manager

Manager mempunyai wewenang dalam membuat kebijakan umum

dan melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan sehunggasesuai

dengan tujuan lembaga, tugasnya adalah:

1) Manager berfungsi meluruskan strategi dan titik operational dalam

rangka melaksanakan keputusan pengurus dan keputusan

musyawarah tahunan.

2) Manager dapat mengusulkan pemberhentian atau pengangkatan

karyawan.

3) Manager juga melakukan fungsi control atau pengawasan terhadap

karyawan.

4) Tugas manajer juga melaporkan hasil kinerjanya kepada pengurus

dalam priode waktu tertentu, minimal 6 bulan sekali.


b. Administrasi Kredit atau Keuangan

Administrasi kredit mempunyai wewenang dalam

menangani administrasi keuangan, tugasnya adalah: menyediakan

berbagai kelengkapan untuk realisasi, informasi serta tentang kondisi

pembiayaan tersebut. Administrasi keredit juga mencatat angsuran yang

diberikan nasabah atau anggota dengan catatan BMT.

c. Account Officer

Tugas Account Officer adalah sebagai berikut:

1) Staf pembukuan sebaiknya diangkat dari mereka yang memahami

masalah akutansi keuangan syari’ah.

2) Staf pembukuan berfungsi membuat laporan keuangan yang minimal

meliputi: laporan neraca, laba rugi, perubahan modal dan arus kas.

3) Memberikan masukan kepada manager terutama yang berkaitan

dengan penafsiran atau laporan keuangan.

4) Memberikan perkembangan laporan arus kas, pembiayaan dan

penghimpunan dana pada setiap priode.

d. Staf Pembiayaan

Staf pembiayaan memiliki wewenang untuk melakukan kegiatan

pelayanann kepada peminjam serta melakukan pembinaan agar

pembiayaan ysng diberikan tidak macet. Adapun tugas stafpembiayaan

adalah sebagai berikut:

1) Memberikan informasi pembiayaan.

2) Memberikan formulir permohonan pembiayaan.


3) Melakukan proses terhadap permohonan pembiayaan.

4) Melakukan analisa pembiayaan.

5) Mengajukan persetujuan persyaratan.

6) Melakukan fungsi administrasi.

7) Melakukan pembinaan nasabah.

8) Membuat laporan perkembangan pembiayaan.

e. Marketing atau Pemasaran

Bagian marketing ini mempunyai tugas dan wewenang sebagai

berkut:

1) Marketing menjadi ujung tombak BMT dalam merebut pasar.

2) Marketing juga berfungsi dalam merencanakan system dan strategi

pemasaran, meliputi: segmentasi pasar, teknis operasional dan

pendampingan anggota atau nasabah.

3) Menjemput simpanan dan tabungan nasabah.

f. Teller atau Kasir

Teller bertugas sebagai penerima uang dan juru bayar, dengan tugas

sebagai berikut:

1) Kasir harus melakukan pembukuan dan penutupan kas setiap hari.

2) Kasir juga bertugas membuat, merencanakan kebutuhan kas harian,

mencatat semua transaksi kas serta menerapkan dalam catatan uang

keluar dan uang masuk.

3) Staf khusus pada kasir harus terpisah dengan bagian bagian

pembukuan.
4) Pada tahap awal stafkasir dapat berfungsi ganda yaitu sebagai fungsi

pelayanan nasabah atau anggota.

5) Kasir berkaitan langsung dengan masalah nasabah.

4.1.2 Produk BMT At-TAqwa Muhammadiyah Padang

a. Produk Penghimpun Dana.

1) DEMUTA

DEMUTA adalah simpanan berjangka yang ditunjukkan

kepada masyarakat muslim yang ingin menginvestasikan dananya

untuk meningkatkan perekonomian umat dengan system bagi hasil,

maka simpnan nasabah dikelola dengan syariat islam.

Jangka waktu DEMUTA mulai dari 1,3,6, dan 12 bulan,

besarnya nisbah yang diberikan tergantung dari jangka waktu titipan

tersebut dapat diinvestasikan. Saldo minimal untuk DEMUTA

sebesar Rp. 1.000.000,-. Penarikan demuta hanya dapat dilakukan

pada saat jatuh tempo.

Bagi hasil keuntungan yang menarik dibagian setiap bulan dan

ditransfer langsung kerekening tabungan. Keuntungan DEMUTA

adalalah:

1. Tidak terbebani biaya administrasi.

2. Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan.

3. Dengan menginvestasikan dana di BMT secara tidak langsung

telah membantu ekonomi umat menengah kebawah.

2) Simpanan Mudharabah
Suatu produk simpanan dimana BMT Taqwa Muhammadiyah

sebagai Mudharib diberikan hak oleh Shohibul maal (penyimpan)

untuk menginvestasikan atau memproduktifkan titipan tersebut,

dengan persyaratan awal sebesar Rp. 10.000.00,-.

3) Simpanan Pendidikan

Suatu produk simpanan dimana BMT Taqwa Muhammadiyah

sebagai penyimpan uang untuk keperluanpendidikan pada masa

tertentu. Penyetiran awal untuk pembukaan rekening sebesar

Rp.10.000,00,-. Atau dapat ditarik apabila dibutuhkan.

4) Simpanan Haji

Simpanan yang bertujuan untuk mewujudkan niat pergi

ketanah suci calon nasabah haji dengan penyetoran awal

Rp.10.000,00,-.

5) Simpanan Qurban

Suatu produk simpanan bagi nasabah yang mempunyai niat

untuk berkurban pada waktu yang akan datang, sehinggan dapat

mengmpulkan atau menitipkan uangnya sampai mencukupi untuk

mewujudkannya. Penyetoran awal untuk tabungan qurban sebesar

RP.10.000.00,-. Dan penyetoran selanjutnya minimal

Rp.10.000.00,-.

b. Produk-produk Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana yang ada di BMT Taqwa MUhammadiyah

Cabang Pasar Raya adalah:


1) Pembiayaan Murabahah

Murabahah dalam konsep perbankan syariah merupakan jual

beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang

disepakati. Dalam jual beli murabahah penjual atau bank harus

memberitahukan bahwa harga produk yang ia beli dan menentukan

suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Aplikasi

pembiayaan murabahah pada bank syariah maupun Baitul Mal Wa

Tamwil dapat digunakan untuk pembelian barang konsumsi

maupun barang dagangan (pembiayaan tambah modal) yang

pembayarannya dapat dilakukan secara tangguh (jatuh

tempo/angsuran).

a. Pembiayaan Bai’Bitsaman Ajil

Bai’Bitsaman Ajil (BBA) berasal dari kata ba’I yang artinya

jual beli atau sale,bitsaman yang artinya Harga atau Price, dan ajil

yang artinya cicilan atau differement. Bai’Bitsaman Ajil adalah jual

beli barang dengan pembayaran harga yang dicicil, yaitu lawan dari

jual beli tunai. Secara teknis fasilitas pembiayaan ini didasarkan

atas aktivitas membeli dan menjual. Aset yang diinginkan untuk

dibeli oleh nasabah, misalnya dibeli oleh bank, dan kemudian aset

tersebut dijual oleh bank kepada nasabah yang memesan aset itu

dilakukan dengan harga yang disepakati dimuka setelah bank dan

nasabah menentukan jangka waktu cicilan harga tersebut oleh

nasabah dan cara cicilan tersebut dilakukan. Harga jual BMT


kepada nasabah terdiri atas harga yang sesungguhnya ditambah

profit margin dari BMT. Keuntungan yang diperoleh BMT adalah

sah menurut syariah karena didasarkan pada suatu kontrak jual beli

bukan didasarkan pada suatu kontrak pinjaman. Cicilan bulanan

ditentukan berdasarkan harga jual, jangka waktu pembayaran

kembali, dan presentase keuntungan.

b. Pembiayaan Qardhal Hasan

Qardhul Hasan atau benevolent loan adalah suatu pinjaman

lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, dimana si

peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali

modal pinjaman.4 Pada dasarnya Qardhul Hasan merupakan

pinjaman sosial yang diberikan secara benevolent tanpa ada

pengenaan biaya apapun, kecuali pengembalian modal asalnya.

4.2 Penyajian data

4.2.1 Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya

4.2.1.1 Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah

BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar

Raya selain memiliki produk dalam bentuk tabungan juga

memiliki pemberian Pembiayaan kepada nasabah salah satu

pemberian pembiayaan tersebut adalah pembiayaan murabahah.

Pembiayaan Murabahah yang diberikan oleh BMT kePada

nasabah digunakan sebagai pemenuh modal usaha kerja,


maupun pembiayaan yang bersifat konsumtif seperti angsuran

rumah, kendaraan, serta untuk pembiayaan kebutuhan produktif

seperti mesin produksi, alat perkantoran dll.

Dalam mengajukan permohonan pembiayaan pada BMT

At-Taqwa Muhammadiyah, dimana seseorang pe mohon harus

mengikuti tahap-tahap yang harus dilalui sebelum suatu

pembiayaan diputus untuk dikucurkan. Tujuanya adalah untuk

mempermudah BMT dalam menilai suatu kelayakan suatu

permohonan pembiayaan. Adapun prosedur pembiayaan

murabahah pada BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang

Cabang Pasar Raya adalah sebagai berikut :

1. Pengajuan Permohonan Pembiayaan

Tahap awal proses pembiayaan pada BMT At-Taqwa

Muhammadiyah adalah nasabah mengajukan permohonan atau

proposal melalui aacount officer. Ini dilakukan setelah

persyaratan formal dipenuhi, seperti yang menyangkut legalitas

calon peminjam (KTP, KK, buku nikah, Poto copy agunan.

Periksa kelengkapan administrasi.

Tahap selanjutnya adalah pemohon harus mengisi formular

permohonan yang telah disediakan oleh pihak BMT serta

melampirkan syarat-syarat sebagai berikut :

a. Foto copy KTP

b. Foto copy KK
c. Foto copy surat nikah

d. Foto copy jaminan pembiayaan atau agunan berupa sertifikat

tanah rumah, BPKB kendaraan, rekening listrik, air, dan

telepon.

2. Survey langsung kelapangan atau lokasi

Survey dilakukan apabila nasabah telah melengkapi semua

persyaratan yang telah disediakan oleh pihak BMT dan juga

melengkapi semua administrasinya. Survey kepada nasabah

untuk melakukan pengecekan atas kebenaran data-data yang

telah diberikan pada saat wawancara awal, survey ini dapat

dilakukan lebih dari satu kali untuk menyakini data yang telah

diberikan nasabah. Survey dapat dilakukan terhadap nasabah

yang bersangkutan atau pihak lain. Survey ini dilakukan oleh

pihak BMT agar tahu apakah nasabah ini benar-benar

mempunyai usaha, yang harus di survey seperti :

a. Jenis Usaha

Apakah jenis usaha nasabah yang dibiayai adalah jenis usaha

tidak bertentangan dengan syariah islam.

b. Lokasi Usaha

Untuk melihat apakah nasabah ini benar-benar mempunyai

usaha dan untuk melihat pospek usaha nasabah dimasa yang

akan datang, harus dinilai apakah menguntungkan atau


sebaliknya, jika fasilitas pembiayaan yang dibiayai tanpa

pospek, maka akan berakibat bagi BMT dan nasabah itu sendiri.

c. Tempat Tinggal

Untuk memastikan apakah tempat tinggal nasabah sesuai

dengan data yang telah diberikan sebelumnya.

d. Agunan

Jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun benda

yang tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan

kepada BMT, guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah

penerima fasilitas dan sebagai pengikat perjanjian.

3. Account Officer membuat analisis pembiayaan

Setelah mendaparkan data-data yang dibutuhkan maka

account officer membandingkan mengevaluasi data hasil

pengecekan, wawancara dengan nasabah. Kegiatan ini

dilakukan bertujuan untuk dapat mengambil keputusan, apakah

permohonan tersebut layak atau tidak. Permohonan pembiayaan

akan memperhatikan beberapa prinsip utama melalui prinsip 5c

atau yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon

nasabah.

4. Bagian Account Officer mengajukan hasil analisa kepada

manajer setelah data dianalisis, bagian account officer

mengajukan hasil analisis kepada manajer untuk ditinjau


kembali apakah jumlah pembiayaan yang diajukan nasabah

layak diberikan atau tidak.

Apabila permohonan nasabah layak untuk dibiayai maka

petugas pembiayaan meminta nasabah untuk melanjutkan

proses pembiayaan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:

a. Membuat rekening tabungan

b. Calon nasabah harus ada rekening tabungan pada BMT dengan

cara membuka rekening tabungan terlebih dahulu

c. Memberikan jaminan kepada BMT

d. Persetujuan suami atau istri

Hal ini bertujuan apabila pada masa yang akan datang

terjadi pembiayaan bermasalah (macet) sehungga dalam

benarkan jaminan tidak terjadi sengketa antara pihak BMT

dengan suami atau istri dari nasabah.

5. Pengeluaran SP3 (Surat Persetujuan Permohonan Pembiayaan)

Surat persetujuan permohonan pembiayaan merupakan

surat pemberitahuan kepada nasabah yang menerangkan bahwa

permohonan pembiayaan yang diajukan oleh nasabah telah

disetujui oleh BMT, pembuatan SP3 dilakukan setelah

permohonan pembiayaan disetujui oleh komite pembiayaan dari

kantor pusat. Hal ini dilaksanakan apabila nasabah mengajukan

permohonan pembiayaan diatas Rp 5.000.000.00,- (lima juta


rupiah) namun apabila permohonan pembiayaan dibawah Rp

5.000.000.00,- tidak perlu persetujuan dari komite pembiayaan.

Permohonan nasabah yang telah disetujui oleh bagian

pembiayaan diteliti lebih lanjut dari segi adminitrasi. Pihak

BMT membuat akad pembiayaan dan dokumen-dokumen

lainnya yang berkaitan dengan akad pembiayaan.

6. Pengikatan (penandatangan akad)

Setelah usulan pembiayaan tersebut mendapat

persetujuan dari komite pembiayaan, tahap selanjutnya adalah

mempersiapkan pengikatan pembiayaan (akad pembiayaan).

Penandatanganan akad pembiayaan dengan materai 6000

dilakukan antara nasabah dengan manajer. Sebelum dilakukan

pengikatan semua dokumen asli dan dokumen jaminan telah

diterima oleh BMT.

7. Pihak BMT membuat slip realisasi pembiayaan dan

ditandatangani oleh nasabah.

8. Slip realisasi pembiayaan selanjutnya diserahkan kepada teller

untuk dicairkan.

4.2.1.2 Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah

Ada beberapa faktor penyebab teradinya pembiayaan

bermasalah yang dihadapi oleh pihak BMT yaitu disebabkan

oleh factor internal maupun eksternal, salah satu factor internal

yaitu diantaranya kurangnya kemapuan AO dalam menganalisis


permohonan pembiayaan, misalnya kesalahan dalam

menganalisis karakter calon nasabah. Hal ini disampaikan oleh

Fazat Rafi’ah selaku kepala Cabang BMT Cabang Pasar Raya.

Mengenai factor eksternal yang dihadapi oleh pihak BMT yang

menyebabkan pembiayaan bermasalah adalah :

a. Karakter nasabah yang tidak amanah

Pada dasarnya setiap pengajuan pembiayaan oleh nasabah,

akan dilakukan terlebih dulu survei yang cukup mengenai

karakter nasabah. Namun demikian, keakuratan daripada

survei ini pun tidak bisa 100%. Beberapa perilaku nasabah

yang dapat menyebabkan terjadinya pembiayaan

bermasalah yaitu sebagai berikut:

 Ketidakjujuran dalam menyampaikan kondisi dan

laporan keuangan

 Kabur / melarikan diri dari tempat tinggal saat ini

 Menunda-nunda pembayaran dengan berbagai macam

alasan

b. Usaha nasabah yang tidak lancar

Dalam hal ini biasanya adalah nasabah yang sebenarnya

mau membayar namun tidak mampu melunasi

pembiyaannya karena usaha yang dilakukannya

mengalami kegagalan/ tidak lancar apalagi di saat pandemi

seperti saat sekarang. Kegagalan ini bisa saja disebabkan


oleh ketidak mampuan nasabah dalam mengelola usahanya

dengan baik atau juga karena kalah persaingan dengan

pengusaha lain. Gagalnya usaha nasabah ini secara

otomatis akan menyebabkan nasabah tidak memiliki

pendapatan yang baik lagi sehingga mengurangi

kemampuannya untuk melunasi pembiayaan atau bahkan

tidak bisa sama sekali.

c. Pandemi Covid-19

Virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019)

dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir

Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan

telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia,

hanya dalam waktu beberapa bulan. Hal tersebut membuat

beberapa negara menerapkan kebijakan untuk

memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran

virus Corona. Di Indonesia sendiri, pemerintah menerapkan

kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat

(PPKM) untuk menekan penyebaran virus ini.

Dengan adanya pandemi ini maka meningkatnya NPF

atau pembiayaan bermasalah. Terjadinya pembiayaan

bermasalah ini disebabkan karena para pebisnisi termasuk

UMKM tidak bisa membayar angsuran ke pihak Perbankan. Hal

ini di akibatkan oleh pendapatan/penghasilannya menurun

drastis.

d. Nasabah meninggal dunia


Suatu kodrat manusia yang tak dapat dihindari yaitu mati

atau meninggal dunia, sesuai dengan firman Allah SWT

dalam Al-Quran yang artinya “setiap yang bernyawa pasti

akan mati”. Berdasarkan hukum yang berlaku, sebenarnya

jika seseorang yang berhutang meninggal dunia, maka

hutang tersebut adalah dilimpahkan kepada ahli warisnya.

Namun begitu ada kalanya si ahli waris tidak mau

mengakui hutang sejumlah yang diajukan oleh BMT, atau

bisa saja tidak mengakui sama sekali karena ia tidak

mengetahui tentang pembiayaan yang diajukan oleh

keluarganya tersebut. Hal inilah yang kemudian berpotensi

menimbulkan masalah dalam pembiyaan yang

dilakukan.(fazat Rafi’ah wawancara: kantor BMT At-

Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya-padang.

21.12.20).

Dari factor penyebab diatas, pihak BMT

seharusnya melakukan upaya upaya preventif dengan

melakukan analisis untuk setiap factor factor penyebab

diatas agar kemungkinan teraadinya pembiayaan

bermasalah dapat diperkecil.

Pembiayaan bermasalah ada memiliki 3 kategori yaitu

kurang lancer Diragukan, macet.


1. Kurang lancar yaitu Apabila terdapat tunggakan

pembayaran angsuran pokok atau margin yang telah

melewati 60 hari, dengan jangka waktu yang di berikan

yaitu selama 4 hari.

2. Diragukan yaitu Apabila terjadi tunggakan pembayaran

angsuran pokok atau margin yang telah melewati 90 hari

sampai dengan 120 hari pihak BMT juga memberikan

jangka waktu selama 4 hari.

3. Macet yaitu Apabila terdapat tunggakan pembayaran

angsuran pokok dan margin yang telah melewati 120 hari.

Untuk melihat lebih jelas kondisi pembiayan

bermasalah bisa dilihat pada tabel 4.2 , Berikut data tabel

kolektabilitas dalam presetase Berdasarkan penelitian awal

yang peneliti lakukan pada tanggal 21 desember 2020 pada

bagian Administrasi pembiayaan BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya dari tahun

2016-2020.

Tabel 4.2

Sumber: BMT At-Taqwa Muhamadiyah Cabang Pasar Raya 2020


Pada table 4.2 diketahui bahwa presentase pembiayaan

bermasalah yang terjadi pada tahun 2016 sebesar 44% bagi Bmt At-

Taqwa Muhamadiyah Padang Cabang Pasar Raya, jumlah tersebut

relative besar dan telah melebihi tingkat NPF yang telah di tetapkan oleh

bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Dengan presentase angka pembiayaan

bermasalah di BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya yang

melebihi data presentase yang telah di tetapkan oleh bank Indonesia

maka bisa di nilai terhadap Kesehatan BMT At-Taqwa Muhamadiyah

Cabang Pasar Raya kurang baik.

Berikut Teknik yang digunakan untuk menurunkan

NonPerforming Financing. Dari beberapa tingkatan yang telah

digolongkan tersebut bisa diselesaikan dengan cara yang berbeda

diantaranya :

1. Pembiayaan kurang lancar

Dalam kategori kurang lancar bisa diselesaikan dengan cara menagih

kepada nasabah yang bersangkutan sebelumnya bisa melalui telpon

ataupun surat pemberitahuan. Kategori kurang lancar ini apaabila

angsuran pokok atau margin tidak dibayar selama 60 hari sehingga

dalam kategori ini cukup mudah dalam menurunkan NPF misalnya:

Besar kewajiban angsuran perbulan :

Pokok: Rp. 100.000

Margin: Rp. 30.000

jumlah : Rp. 140.000


Nasabah telah menunggak angsuran selama 3 bulan sebagai berikut :

Pokok : Rp. 300.000

Margin : Rp. 90.000

jumlah : Rp. 390.000

Selanjutnya apabila nasabah keberatan membayar sebesar Rp.

390.000 karena tidak ada kemampuan / uang tidak tersedia, maka

apabila hanya memiliki kemampuan membayar pokok dan margin

sebesar Rp. 130.000 maka kolektibilitasnya menjadi lancar. Namun

sebaiknya nasabah bisa membayar lebih dari kewajiban angsuran

perbulannya (lebih dari Rp. 130.000).

2. Pembiayaan diragukan.

Pihak BMT bisa menyelesaikan pembiayaan diragukan ini dengan

mendatangi langsung nasabah yang bersangkutan , dalam hal ini pihak

nasabah dan BMT bisa melakukan perjanjian tertulis dimana nasabah

akan melunasi tunggakan kepada pihak BMT pada waktu yang telah

ditentukan.

Cara untuk kategori diragukan ini agar menjadi lancar Kembali dapat

dilakukan seperti Langkah penyelesaian kategori kurang lancar diatas.

Namun kelipatannya 2 kali lebih besar dari kewajiban angsuran dari

pembiayaan kurang lancar.

3. Pembiayaan Macet.
Apabila sudah mencapai kategori macet, hal ini perlu dilakukan

tindakan yang tegas, pada kasus ini pihak BMT bisa melakukan tin

dakan penyitaan harga pribadi nasabah sebesar pinjamannya pada

BMT. Dengan cara demikian maka BMT tidak akan dirugikan.

Ada beberapa usaha Pihak BMT At-Taqwa Muhamadiyah Cabang Pasar

Raya dalam menangani pembiayaan bermasalah diantaranya:

1) Rescheduling (penjadwalan kembali), merupakan upaya pihak BMT

At-Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya dalam upaya

penanganan pembiayaan bermasalah yang diberikan kepada nasabah,

cara ini dilakukan jika ternyata pihak nasabah tidak mampu untuk

memenuhi kewajibannya dalam membayar pembiayaan baik angsuran

pokok maupun marginnya. Proses rescedulling ini disesuaikan dengan

pendapatan hasil usaha nasabah yang sedang mengalami kesulitan.

Dalam melakukan rescedulling kepada nasabah yaitu dengan

penyelamatan pembiayaan yang hanya menyangkut perubahan jadwal

pembayaran pokok atau tunggakan pembayaran margin dengan cara

memperpanjang angka waktu pembayaran. Tindakan rescheduling ini

diberikan kepada nasabah yang kooperatif datang ke kantor untuk

menujukan itikad baiknya untuk melunasi kewaibannya. Proses

penjadwalan Kembali (rescheduling) tersebut bisa berbentuk:

 Perpanjangan waktu pembiayaan, dalam hal ini nasabah diberi

keringanan dalam masalah jangka waktu dari 1tahun menjadi 2 tahun


tujuannya agar nasabah mendapat keringanan dalam membayar

angsuran. Contohnya pembayaran 30 kali angsuran menjadi 40 kali.

 Memperpanjang jangka waktu angsuran, misalnya yang semula

angsuran di tetapkan 1 bulan sekali menjadi 2 bulan sekali.

(wawancara fazat rafi’ah, 21 desember 2020).

2) Restructuring ( memperbaharui persyaratan), Merupakan usaha dari

pihak BMT untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah dengan

cara mengubah Sebagian kondisi (persyaratan) yang semula

disepakati. Dalam perubahan kondisi persyaratan pembiayaan pihak

BMT At-Taqwa Muhammadiyah memperhatikan permasalahan yang

sedah dihadapi nasabah dalam menjalankan usahanya. Seperti pada

saat adanya kebakaran pada sebuah toko sembako yang

mengakibatkan usaha nasabah merugi. Perubahan persyaratan

meliputi yang dilakukan oleh pihak BMT At-Taqwa Muhammadiyah

Cabang Pasar Raya:

 Penundaan pembayaran Margin, dalam hal ini pihak BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Cabang Pasar Raya melakukan penundaan

pembayaran dimana margin tetap dihitung akan tetapi pembayaran

atau penagihan margin dilakukan setelah nasbah berkesanggupan

sedangkan pokok pinjam tetap harus dibayarkan seperti biasa.

 Penurunan margin, yaitu dalam hal ini nasabah masih membayar

angsuran pokok dengan margin setiap angsuran akan tetapi marginnya

sedikit diturunkan.
Proses dalam memperbaharui persyaratan (reconditioning) telah

ditetapkan pada nasabah yang diberikan kelonggaran dengan

menunda pembayaran margin atau bagihasilnya.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap pemberian pembiayaan di

perlukan adanya pertimbangan secara kehati-hatian agar kepercayaan

yang merupakan unsur utama dalam pembiayaan benar benar

terwujud sehingga pembiayaan yang diberikan dapat menangani

sasarannya dan terjaminnya pengembalian pembiayaan tersebut tepat

waktunya sesuai dengan akad perjanjian.

Berdasarkan wawancara dengan ibu fazat rafi’ah BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Cabang Pasar Raya selaku kepala cabang beliau

mengatakan bahwa selain menggunakan analisis 5C BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Cabang Pasar Raya mengidentifikasi dengan melihat

track record pembiayaan calo nasabah terlebih dahulu pada Lembaga

keuangan lain. ika diketahui calon nasabah tersebut mempunyai track

record yang buruk maka BMT menolak permohonan pembiayaan

calon nasabah tersebut karena hal ini beresiko timbulnya pembiayaan

bermasalah. (wawancara : fazat rafi’ah, 21 desember 2020)

Adapun yang harus di perhatikan agar tidak terjadinya pembiayaan

bermasalah, upaya-upaya BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang

Pasar Raya untuk mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah antara

lain :
4. Berhati-hati dalam memberikan pembiayaan dan teliti dalam

menganalisis pembiayaan. Berikut hal-hal yang perlu di perhatikan :

 Mengikuti prosedur pembiayaan dengan benar sesuai dengan SOP

(standar operating procedur) pembiayaan yang telah ditentukan oleh

BMT.

 Teliti dalam melengkapi dokumentasi sebelum pembiayaan

direalisasikan

 Di adakan survey terhadap nasabah dan usaha disesuaikan, hal ini

dilakukan untuk meyakinkan pihak Bmt bahwa calon nasabah layak

untuk diberikan fasilitas kredit

 Jumlah angsuran yang diberikan pada nasabah disesuaikan dengan

kesanggupan nasabah dalam melunasi angsurannya, hal ini dilakukan

agar nasabah tidak terbebani dalam melaksanakan kewajibannya

sehingga angsuran dapat dibayar tepat waktu

 Adanya jaminan pembiayaan, jaminan digunakan sebagai ikatan

antara BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya.

5. Pendekatan terhadap nasabah

Pendekatan yang dilakukan pihak BMT dapat dilakukan dengan

mendatangi nasabah pembiayaan yang mengalami penunggakan, hal

ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan apa yang dialami

nasabah sehingga terlambat membayar angsurannya. Permasalahan

yang dialami dibicarakan dan di diskusikan oleh nasabah dan pihak

Bmt untuk kemudian di cari solusi penyelesaiannya


6. Melakukan pengawasan terus-menerus

Pemberian pembiayaan memerlukan pengawasan secara ketat dan

terus-menerus. Tujuan utama pengawasan pembiayaan adalah untuk

mencegah timbulnya pembiayaan yang tidakk sehat, menurunnya

kualitas pembiayaan yang diberikan dan hal-hal lain yang dapat

merugikan pihak BMT. Pengawasan terhadap pembiayaan harus

waspada dengan selalu memantau setiaap per kembangan yang tidak

menguntungkan, pengawasan yang dilakukan sebagai berikut :

 Pengawasan terhadap setiap pemberian pembiayaan yang akan

diberikan, apakah sesuai dengan ketentuan pemberian pembiayaan

yang berlaku

 Mema ntau pelaksanaan dokumentasi dari administrasi pembiayaan

yang telah diberikan.

 Pemantauan terhadap perkembangan perkembangan kualitas

pembiayaan yang telah diberikan termasuk perkembangan kegiatan

usaha nasabah

 Untuk mendapatkan pembiayaan yang baik maka setiap

perkembangan dari nasabah harus dipantau secara terus menerus dan

jika menunjukan gejala yang kurang sehat maka nasabah tersebut

harus segera diklarifikasi dan diambil langka-langkah

penanganannya.

4.2.2 Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya


Dalam upaya penangaan pembiayaan bermasalah, BMT tidak luput

dari permasalahan atau hambatan yang dihadapi di lapangan. Beberapa

hambatan yang dilalui pihak BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang

Pasar Raya, walaupun pembiayaan telah ditata ulang dan diganti anggota

yang baru, namun proses pembayaran masih tetap terhambat, karakter

nasabah yang tidak memiliki itikad baik dan kooperatif, membuat proses

penyelesaian menjadi efesien, di karenakan perubahan susunan

pengurus, perubahan penanggung jawab pembiayaan membuat proses

penyelesaian mmenjadi lama. Apabila permasalahan tidak bisa di tangani

maka cara terakhir yang dilakukan BMT At-Taqwa Muhammadiyah

Padang Cabang Pasar Raya adalah :

1. Penyitaan Jaminan (eksekusi)

Mekanisme ini dilakukan apabila nasabah benar-benar sudah tidak

mampu lagi untuk membayarkan kewajiban angsurannya biasanya

jaminan telah diikat secara formal melalui bantuan notaris dalam

membuat aktanya. Proses penyitaan ini biasanya melalui persetujuan

pihak nasabah, kemudian dari hasil penjualan barang jaminan tersebut

digunakan untuk pelunasan angsuran pembiayaan. BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya melakukan prosedur

eksekusi aminan melalui beberapa tahap:

 Pihak BMT memberikan surat peringatan kepada nasabah

sampai 2kali sebagai upaya penyelesaian secara kekeluargaan.


 Setelah 2 kali surat peringatan dikeluarkan dan tidak ada

penyelesaian yang baik dari nasabahnya maka pihak BMT

melakukan penyitaan jaminan dengan memberikan surat

pernyataan persetujuan penjualan jaminan.

 Jika Surat pernyataan sudah disetujui maka pihak BMT berhak

melakukan penyitaan jaminan, selanjutnya dilakukan

penjualan barang jaminan, penjualan jaminan dengan sistim

perorangan untuk memperoleh harga jual tertinggi.

Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu fazat rafi’ah selaku kepala

cabang BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya dimana

beliau mengatakan bahwa “jika nasabah tidak sanggup membayar dan

meminta ke BMT untuk menjual jaminan tersebut maka BMT akan

membantu mencarikan pembeli dan menjualkan jaminan tersebut, dan

pinjaman dilunasi jika hasil penjualannya berlebih maka BMT Akan

memberikan kenasabah berupa sisa uangnya.”.

Proses eksekusi jaminan ini pernah dilakukan oleh pihak BMT At-

Taqwa Muhamadiyah Padang Cabang Pasar Raya pada tahun 2018,

proses tersebut dilakukan oleh pihak BMT karena nasabah yang

melakukan pembiayaan sudah tidak menyanggupi lagi untuk

mengangsur dan melunasi pembiayaannya, sehingga dengan kesepakatan

antara pihak BMT dengan pihak nasabah, maka jaminan yang

ditangguhkan dijual atau di lelang untuk menutupi tunggakannya..


Menurut peneliti upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah

khususnya pada produk Murabahah yang dilakukan oleh BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya sudah di jalani dengan baik,

dan sudah sesuai dengan teori yang ada. Dalam penyelesaian pembiayaan

bermasalah pada poin penyitaan jaminan juga dilakukan dengan cukup

baik oleh pihak BMT kepada naabah yang memang sudaah tidak

memiliki itikad yang baik , dan kepada nasabah yang prospek usahanya

tidak baik karena kesalahan nasabah itu sendiri, dalam penyitaan jaminan

tidak ada unsur pakasaan dari pihak BMT kepada nasabah, karena hal ini

sudah tercantuk dalam surat keterangan jaminan yang menyatakan pahwa

ppihak BMT At-Taqwa Muhammadiiyah Padang Cabang Pasar Raya

berhak atas pelelangan agunan yang telah dijaminkan, apabila terjadi

kemacetan atau permasalahan pada pembiayaan yang nasabah ajukan.

Cerminan dari penyelesaian pembiayaan bermasalah merupakan

implementasi dari landasan Syariah jika nasabah mengalami kesulitan

dalam pembayaran maka akan diberi kelonggaran dalam waktu

pembayaran bahkan di bebaskan Sebagian atau semua hutang-hutangnya

seperti firman allah SWT yang berbunyi :

َ‫صدﱠقُ ْوا َخي ٌْر لﱠ ُك ْم ا ِْن كُ ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬ َ ‫عس َْرةٍ فَن َِظ َرة ٌ ا ِٰلى َم ْي‬
َ َ‫س َرةٍ ۗ َواَ ْن ت‬ ُ ‫َوا ِْن َكانَ ذُ ْو‬

Artinya :
“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah
tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu
menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (Al-
Baqarah 2: 280).
Ayat diatas menjelaskan bahwa apabila nasabah mengalami kesulitan

dalam pembayaran maka lebih diberi kelonggaran hingga nasabah

berkesanggupan untuk membayarnya. Eksekusi atau penyitaan jaminan

merupakan upaya terakhir yang diambil oleh BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai Upaya Penanganan

Pembiayaan Bermasalah di BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar

Raya Dapat ditarikesimpulan sebagai berikut :

1. Ada beberapa usaha dalam menangani pembiayaan bermasalah yang dilakukan

BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya aya di di antaranya

adalah :

a) Rescheduling (penjadwalan kembali),

. Proses penjadwalan Kembali (rescheduling) tersebut bisa berbentuk:

 Perpanjangan waktu pembiayaan

 Memperpanjang jangka waktu angsuran, misalnya yang semula angsuran di

tetapkan 1 bulan sekali menjadi 2 bulan sekali

b) Restructuring ( memperbaharui persyaratan).

Perubahan persyaratan meliputi yang dilakukan oleh pihak BMT At-Taqwa

Muhammadiyah Cabang Pasar Raya:

 Penundaan pembayaran Margin

 Penurunan margin,

Proses dalam memperbaharui persyaratan (reconditioning) telah ditetapkan pada

nasabah yang diberikan kelonggaran dengan menunda pembayaran margin

atau bagihasilnya.
2. Apabila permasalahan tidak bisa di tangani Ada Langkah dalam Penyelesaian

Pembiayaan Bermasalah di BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang

Pasar Raya yaitu dengan melakukan Penyitaan Jaminan (eksekusi),

Mekanisme ini dilakukan apabila nasabah benar-benar sudah tidak mampu

lagi untuk membayarkan kewajiban angsurannya.

5.2 Saran

Setelah penulis mengetahui gejala yang menyebabkan pembiayaan

bermasalah dan upaya penanganan pembiayaan bermasalah di BMT at-taqwa

muhamadiyah, maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Diharapkan untuk pihak Lembaga keuangan BMT Dalam melaksanakan

tugasnya sebaiknya petugas menjalankan tugasnya dengan

mempertimbangkan prinsip 5c sebelum menyalurkan pembiayaan kepada

nasabah, khususnya yang harus lebih diperhatikan oleh pihak BMT At-

Taqwa Muhamadiyah Cabang Pasar Raya Padang adalah dalam

menganalisis aspek karakter dan kemampuan dari nasabah, mengingat dari

prinsip tersebut masih terjadi kesalahan dari pihak AO, Yang

mengakibatkan pembiyaan menjadi bermasalah. Sehingga diharapkan

dengan berpegang dengan prinsip-prinsip tersebut dapat lebih

meminimalisir pembiyaan bermasalah.

2. Selanjutnya Untuk akademik yang setelah ini melakukan penelitian tentang

pembiayaan, diharapkan adanya penelitian yang lebih lanjut, agar penelitian

ini dan selanjutnya dapat di jadikan referensi.


DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Ahmad Hasan Ridwan, 2012. Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung :
Pustaka setia.
Ahmad Wardi Muslich, 2010. Fiqh Muamalat, Jakarta : Amzah.
Al-Quran dan Terjemah
Azwar, Saifudin, 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Azwar ,Saifudin, 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offiset.
Binti Nur Asiyah, 2015. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta :
kalimedia.
Bambang Rianto Rustam, 2013. Manajemen Risiko Perbankan Syariah di
Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Bungin & Burhan, 2008. Analisa Data penelitian Kualitatif. Jakarta : prenada
Media Grup
Djazuli, Yadi Anwari, 2002. Lembaga Lembaga perekonomian Umat (Sebuah
pengenalan). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Fathurrohman, PuPuh. 2014. Strategi Belajar Mengajar : Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Pemahaman konsep Umum dan Islami.
Bandung : Redaksi Rafika Aditama.
Heri sudarsono, 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, edisi keempat.
yogyakarta: Ekonisia.
Islahi, 1997. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya : Bina Ilmu
Ismail Nawawi, 2012. Fikh Muamalah dan Kontenporer. Bogor : Ghalia Indonesia
Kasmir, 2009. Pengantar manajemen keuangan. Jakarta : kencana.
Karim, Adiwarman A, 2009. . Jakarta : PT Raja Grafindo persada.
Mahmoeddin. (2001). Melacak Pembiayaan Bermasalah. Jakarta : Iqtishadia
Volume 10 Nomor 1 2017.
Moenir, 2005. Manajemen pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Muhamad Syafii Antoni, 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema
Insani .
Muhammad, 2005. Manajemen pembiayaan Bank syariah. Yogyakarta: YKPN.
Muhammad, 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Rajawali Pers.
Muh. Ridwan, 2004. Manajemen Baitul maal Wa Tamwil (BMT). Yogyakarta : UII
Press.
Peter Salim dan Yeni Salim, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Modern English press.
Prasetyoningrum dan A. Kristin, 2015. Risiko Bank Syariah.Yogyakarta : pustaka
pelajar
Rivai, dan Veithsal. 2008. islamic Financial Management, Teori, konsep dan
aplikasi panduan praktis untuk lembaga keuangan, nasabah, praktisi dan
Mahasiswa. Jakarta : Rajawali Press.
Sugiyono, 2009. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sukandarrumidi, 2012. Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Sumar’in (2012), Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu
Wahbah az-Zuhaili, 2011. Fiqih Islam Wa Adilatuhu. Jakarta : Gema Insani.
Yusak, Laksamana. 2009. Panduan Account Officer Bank Syariah Memahami
Praktik Proses Pembiayaan di Bank Syariah. Jakarta : PT Gramedia
Jurnal :
Siti Saleha Madjid, 2018. Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Bank
Syariah,2 : 3-4.
Nurma Hanik, 2020. Perspektif Ekonomi Syariah dalam system Pembiayaan, 8 :
62-77
Wahyuni, K.T., dan Werastuti, D.N.S, 2013. Prosedur Penyelesaian Pembiayaan
Mikro Bermasalah Pada PT. Bank Syariah Mandiri KCP Buleleng, 2 : 175-
192.

Skripsi :
Arido Irmadhani, 2017. Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan
Murabahah di BMT Nur Insan Mandiri Baki Kabupaten Sukoharjo.
Surakarta : Program Sarjana Fakultas Agama islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta, (http://www.eprints.ums.ac.id, diakses 19 juni
2020)
Arif Putra Al Hafiz, 2018. Manajemen Resiko Pembiayaan pada BMT At-Taqwa
muhammadiyah cabang bandar buat. Padang : program sarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negri Batusangkar,
(http://www.repo.iainbatusangkar.ac.id, diakses 19 juni 2020)

Anda mungkin juga menyukai