Anda di halaman 1dari 7

LAB PERPAJAKAN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Dosen Pengampu

Dr. Lusy, M.S.A

DISUSUN OLEH :

Stephanie 18120014

Johana Raycia 18120029

Febe Carolyna 18120040

Agustina Wenny 18120052

Debora Shintya 18120055

Nurtilinda S 18120051

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KATOLIK DARMA CENDIKA

SURABAYA

2021
Visi, Misi danTujuan Program Studi Akuntansi

VISI
Menjadi program studi akuntansi yang inovatif, mandiri dan terkemuka di
Indonesia untuk menghasilkan tenaga professional dibidang Akuntansi Pajak
serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral danetika.

MISI
1. Menyelenggarakan sistem pendidikan akuntansi yang mendorong jiwa
kemandirian dan inovasi dengan penerapan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pembangunan.
2. Melaksanakan Proses Belajar Mengajar yang memadukan teori dan aplikasi
di bidang Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Pemeriksaan
Akuntan, Akuntansi Pajak, dan Sistem Informasi akuntansi.
3. Memperluas kerjasama dengan lingkungan bisnis, pemerintah, ikatan
alumni, dan program studi akuntansi perguruan tinggi lain di dalam maupun
luar negeri untuk menuju kemandirian penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran serta menggalakkan pengabdian kepada masyarakat.
4. Mengembangkan pendidikan moral dan etika dosen, mahasiswa., dan staf
program studi akuntansi.

TUJUAN
1. Menjadi pusat pendidikan tinggi yang menghasilkan tenaga profesional di
bidang Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Pemeriksaan Akuntan,
Akuntansi Pajak, dan Sistem Informasi akuntansi yang berjiwa wirausaha
serta menguasai teknologi informasi, mampu berkomunikasi internasional
dan beretika.
2. Menjadi agen pembangunan dan transformasi budaya yang produktif dan
beretika dalam menghadapi arus perubahan berdimensi global.
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Strata-1 yang bermutu dalam
prosesnya melalui pengembangan kurikulum yang andal, tenaga pengajar
dan staf profesional serta infrastruktur yang memenuhi standar mutu
pendidikan.
4. Menyelenggarakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pengertian
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan jenis pajak tidak langsung
untuk disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan merupakan penanggung
pajak (konsumen akhir). Prinsip dasarnya adalah suatu pajak yang harus
dikenakan pada setiap proses produksi dan distribusi, tetapi jumlah pajak yang
terutang dibebankan kepada konsumen akhir yang memakai produk tersebut.
Objek Pajak
Objek PPN dikenakan pada:

● Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di
dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
● Impor Barang Kena Pajak
● Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean
● Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
● Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa
Kena Pajak oleh Pemgusaha Kena Pajak (PKP

Tarif Pajak

Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang Dasar No. 42 tahun 2009


pasal 7:

1. Tariff PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah 10%


2. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 0% diterapkan atas:
● Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
● Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
● Ekspor Jasa Kena Pajak

3. Tarif Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi
paling rendah 5% dan paling tinggi sebesar 15% sebagaimana diatur oleh
Peraturan Pemerintah
Dasar Pengenaan Pajak PPN

Untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak


Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
digunakan nilai yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Untuk mengetahui
PPN dan/atau PPn BM yang terutang DPP tersebut dikalikan dengan tariff. Saat
ini tarif PPN 10% untuk ekspor BKP (termasuk ekspor BKP yang tergolong
mewah). JKP dan BKP tak berwujud tarifnya 0% sedangkan tariff PPn BM
ditetapkan 10% s/d 100% (pengenaannya diatur oleh menteri keuangan)

Berdasarkan UU PPN pasal 8A DPP terdiri dari;

1. Harga Jual
2. Penggantian
3. Nilai Impor
4. Nilai Ekspor
5. Nilai lain yang diatur oleh Menteri Keuangan

Perhitungan PPN

Cara menghitung PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan


Tarif Pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Atau PPN = Tarif PPN x Dasar
Pengenaan Pajak (DPP)

Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

Dengan menjadi PKP, pengusaha wajib memungut, menyetor dan


melaporkan PPN yang terutang. Batas waktu penyetoran dan pelaporan PPN oleh
PKP adalah tanggal di akhir bulan. Sesuai dengan ketentuan PMK
No.197/PMK.03/2013, suatu perusahaan atau pengusaha ditetapkan sebagai PKP
bila transaksi penjualannya melampaui jumlah Rp 4,8 miliar dalam setahun.
Sebaliknya jika tidak mencapai jumlah tersebut, maka dapat langsung mencabut
permohonan pengukuhan sebagai PKP. Dalam perhitungan PPN yang wajib
disetor oleh PKP, ada yang disebut dengan pajak keluaran dan pajak masukan.
● Pajak Masukan adalah pajak yang dikenakan ketika PKP melakukan
pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena pajak.
● Pajak Keluaran adalah pajak yang dikenakan ketika Pengusaha Kena Pajak
melakukan penjualan terhadap barang kena pajak atau jasa kena pajak.

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Sebelum menyetor ke kas negara, wajib pajak (WP) harus mengurangkan


pajak keluaran dengan pajak masukan yang data dikreditkan. Jika dalam suatu
masa pajak, pajak keluaran lebih besar daripada pajak masukan, maka selisihnya
merupakan PPN yang harus dibayar dan disetor oleh PKP ke kas negara.
Sebaliknya, apabila dalam masa pajak tersebut pajak masukan lebih besar dari
pajak keluaran, kelebihan pajak masukan dapat dikompensasikan ke masa pajak
berikutnya atau dimintakan restitusi.

Contoh Perhitungan:

PT. Dinamis menjual sebuah komputer dengan harga = Rp 12.000.000,- PPN =


Rp 1.200.000,-. Maka PPN sebesar Rp 1.200.000,- merupakan pajak keluaran
bagi PT. Dinamis.

Faktur Pajak

Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP).
Faktur pajak dibuat setiap:

1. Penyerahan BKP
2. Penyerahan JKP
3. Ekspor BKP tidak berwujud
4. Ekspor JKP
Sanksi

PKP dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% dari DPP apabila tidak


membuat Faktur Pajak, tidak mengisi Faktur Pajak secara lengkap, dan
melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan Faktur Pajak.

Anda mungkin juga menyukai