Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengumuman Dividen

Pengertian dividen menurut Sulindawati et al. (2017:127), dividen ialah

pembagian keuntungan yang dibagikan oleh perusahaan berasal dari laba

perusahaan tersebut. Dividen dibagikan kepada mereka yang telah resmi menjadi

pemiliki saham suatu perusahaan pada waktu yang sudah ditentukan. Menurut

Musthafa (2017:141), menjelaskan dividen merupakan keuntungan yang diterima

perusahaan yang kemudian dibagikan kepada pemegang saham.

Keuntungan tersebut tidak dibagikan kepada pemegang saham namun

diinvestasikan kembali ke perusahaaan maka disebut dengan laba ditahan.

Dividen adalah bentuk pembagian keuntungan kepada investor atas modal yang

sudah mereka berikan. Keuntungan tersebut dibagikan oleh emiten yang berasal

dari laba perusahaan.

1. Jenis – jenis dividen

Menurut Tatang (2013:21), dividen dibagi menjadi beberapa jenis yaitu

dividen saham, dividen tunai, dan dividen likuidasi sebagai berikut :

a. Dividen saham

Dividen saham secara ekonomis dapat menambah besaran saham yang

beredar di pasar, tetapi tidak menambah jumlah dana pada modal saham, dividen

saham ini biasanya menyebabkan turunnya harga saham.


b. Dividen tunai

Dividen tunai merupakan pembagian dividen dalam bentuk tunai yang

ditentukan oleh manajemen perusahaan dengan kurun waktu yang sudah

ditentukan.

c. Dividen likuidasi

Dividen likuidasi ini merupakan pembagian dividen yang dibayarkan

menggunakan kelebihan laba suatu perusahaan. dividen ini dipandang sebagai

layanan pendapatan internal.

2. Kebijakan dividen

Dividen diartikan sebagai presentase laba yang dibagikan pada pemegang

saham dalam bentuk dividen, penjagaan stabilitas dividen dalam masa ke masa,

pembagian dividen saham dan pembelian kembali saham. Menurut Musthafa

(2017:141), mengatakan bahwa kebijakan dividen ialah keputusan emiten yang

berhubungan dengan keuntungan perusahaan apakah akan dibagikan dalam

bentuk dividen sebagai hak dari para pemegang saham atau ditahan dalam bentuk

laba ditahan atau diinvestasikan kembali.

Pengukuran kebijakan dividen Menurut Purwanto (2017:25-28) ada

beberapa antara lain :

a. Dividen per share

Dividen per share (dividen per lembar saham) merupakan ukuran yang

digunakan untuk menghitung seberapa besar pembagian dividen yang

dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar. Dividen per
share ini biasanya untuk mengetahui jumlah dividen apabila dihubungkan dengan

saham.

1. Dividend yield

Dividend yield biasa disebut dengan imbal hasil dividen merupakan

perbandingan dividen terhadap harga saham. Dividen ini berasumsi bahwa

kenaikan harga saham tidak ada dan merupakan rasio yang penting bagi para

investor yang mengarah pada keuntungan regular.

2. Dividend payout ratio

Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibagikan

dengan laba bersih perusahaan.

2.1.2 Earning per share

Earning per share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk

pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap

lembar saham yang dimiliki (Fahmi, 2016:83). earning per share (EPS)

merupakan salah satu komponen yang diperhatikan dalam analisis perusahaan.

Informasi earning per share suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih

perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan.

earning per share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan

(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham. Pada

umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang

saham sangat tertarik pada earning per share (EPS), karena hal ini
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa

dan menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan.

Kenaikan earning per share berarti perusahaan sedang dalam tahap

pertumbuhan atau kondisi keuangannya sedang mengalami peningkatan dalam

penjualan dan laba, atau dengan kata lain semakin besar earning per share

menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih

setiap lembar saham. Maksimalisasi laba (profit maximization) sering dipandang

sebagai tujuan yang tepat bagi sebuah perusahaan. Sebenarnya memiliki

kelemahan karena dengan hanya menerbitkan saham dan menggunakan hasilnya

untuk berinvestasi dalam sekuritas yang tidak berisiko laba dapat meningkat. Hal

tersebut bagi kebanyakan perusahaan mengakibatkan jatuhnya laba per saham

(earning per share), sehingga ukuran yang lebih tepat adalah memaksimalkan

earning per share.

Darmadji dan Fakhruddin (2016:198) menjelaskan bahwa earning per

share (EPS) merupakan salah satu jenis rasio keuangan dimana rasio ini

menunjukkan bagian laba untuk setiap saham yang beredar. earning per share

menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar

saham yang ada di pasaran. Semakin tinggi nilai earning per share tentu saja

menggembirakan pemegang saham karena makin besar laba yang 19 disediakan

untuk pemegang saham dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang

diterima pemegang saham juga akan meningkat.

Tandelilin (2016:198) menjelaskan bahwa EPS (earning per share)

merupakan laba bersih dari perusahaan yang siap dibagikan kepada para
pemegang saham yang di bagi dengan jumlah lembar saham perusahaan yang

beredar di pasaran. earning per share yang tinggi merupakan daya tarik bagi

investor. Semakin tinggi earning per share, maka kemampuan perusahaan untuk

memberikan pendapatan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi earning per share

Darmadji dan Fakhruddin (2016:198) menjelaskan bahwa earning per

share diperoleh dengan membagi laba bersih yang didapatkan oleh perusahaan

terhadap seluruh jumlah saham yang beredar. Hal ini menunjukkan profitablitas

sangat mempengaruhi earning per share perusahaan. Semakin besar profitabilitas

yang dihasilkan perusahaan maka semakin besar lama perusahaan sehingga

earning per share perusahaan juga meningkat.

Darmadji & Fakhruddin (2016:198) juga menjelaskan bahwa pinjaman

(leverage) yang dilakukan perusahaan pada dasarnya akan menambah aset yang

dapat digunakan sebagai tambahan modal untuk menghasilkan profitabilitas

perusahaan yang akan meningkatkan earning per share perusahaan walaupun hal

ini cukup beresiko bagi perusahaan tidak disukai investor. Darmadji dan

Fakhruddin (2016:198) kembali menjelaskan bahwa semakin besar aset

perusahaan (ukuran perusahaan) maka semakin besar pula kemungkinan

profitabilitas meningkat dan menambah nilai earning per share perusahaan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi earning per share (EPS).


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi earning per share adalah :

1. Penggunaan hutang

Dalam menggunakan sumber dana untuk menjalankan perusahaan,

manajemen dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perusahaan dalam

struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham perusahaannya.

Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per

lembar saham (EPS) dan karena itu juga mengakibatkan harga saham.

2. Tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT)

Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen pun dihadapkan pada

beberapa alternatif sumber pendanaan, apakah dengan modal sendiri atau

pinjaman (modal asing). Penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat laba

bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang mempengaruhi

besarnya laba per lembar saham.

3. Faktor penyebab kenaikan earning per share, yaitu:

a. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

b. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

c. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan

jumlah lembar saham biasa yang beredar.

d. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar

daripada persentase penurunan laba bersih.

4. Faktor penyebab penurunan earning per share, yaitu:

a. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik

b. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
c. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.

d. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada persentase penurunan

jumlah lembar saham biasa yang beredar.

Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar

daripada persentase kenaikan laba bersih.

2.1.3 Net Profit Margin

Menurut Calvin (2018:12) menyatakan bahwa net profit margin

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih terhadap

penjualan bersih. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih setelah

setelah pajak dan bunga terhadap penjualan bersih. Menurut Lulita (2019:22)

menyatakan bahwa net profit margin merupakan penjualan setelah dikurangi

dengan seluruh biaya termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan.

Rasio tersebut menunjukkan pendapat bersih perusahaan atas penjualan.

Djannah (2017:7) menyatakan bahwa net profit margin merupakan ukuran

keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah pajak dengan penjualan.

Sriwidodo (2017:123) menyatakan bahwa net profit margin merupakan rasio yang

digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

pendapatan bersihnya terhadap penjualan bersih. Rasio ini dapat dihitung dengan

membagi antara pendapatan dengan penjualan bersih perusahaan.

Net profit margin yang besar menunjukan bahwa laba bersih yang

diperoleh perusahaan semakin besar. semakin besar rasio net profit margin berarti

perusahaan dapat meningkatkan penjualan sehingga laba yang diperoleh


meningkat. Berdasarkan devinisi diatas dapat disimpulkan bahwa net profit

margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya keuntungan

yang diperoleh perusahaan dengan melihat laba bersih dengan penjualan bersih.

Menurut Rani (2018:23) menyatakan bahwa manfaat dan tujuan seperti

berikut:

1. Bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba selama periode tertentu

2. Bertujuan untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan

tahun sekarang

3. Bertujuan untuk menilai pengembangan laba dari waktu ke waktu

4. Bertujuan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan

dihasilkan setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.

5. Bertujuan untuk mengukur margin laba bersih atas penjualan bersih

Menurut Ishan (2017:35) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi rasio net profit margin sebagai berikut:

1. Penjualan

2. Laba kotor

3. Laba sebelum pajak

4. Laba bersih

2.1.4 Harga Saham

Menurut Musdalifah Azis (2015:80), harga saham didefinisikan sebagai

berikut:
“Harga pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan

karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung

atau jika pasar ditutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya”.

Menurut Jogiyanto Hartono (2016) yang mana mengungkapkan harga

saham sebagai nilai saham, mejelasakan bahwa nilai (harga) saham terdiri dari

tiga nilai (harga) saham yang mana sebagai berikut:

1. Nilai buku (book value)

Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan

emiten. Yang mana nilai buku sendiri dipengaruhi oleh nilai-nlai lain seperti nilai

nominal (par value), agio saham (additional paid capital atau in excess of par

value), nilai modal yang disetor (paid in capital), dan laba yang ditahan (retained

earnings).

2. Nilai pasar (market value)

Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku

merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh 17 perusahaan, maka

nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang

ditentukan oleh pelaki pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan

penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.

3. Nilai Intrinsik (intrinsic value)

Nilai intrinsik (intrinsic value) atau nilai fundamental (fundamental value)

adalah nilai seharusnya dari suatu saham perusahaan atau nilai sebenarnya suatu

saham perusahaan.
Harga saham pada umumnya menunjukan harga yang tercipta dari

pergerakan pasar atau bursa, yang dimaksud dengan pergerakan pasar disini

adalah pergerakan yan dilakukan oleh penjual dan pembeli. Sehingga yang

dimaksud dengan harga saham adala harga pasar saham, kerena harga itu

merupakan perwujudan dari harga atau nilai sekarang (present value) yang

berlaku pada pasar saham.

Harga saham dapat mengalami perubahan karena adanya pengaruh dari

faktor-faktor lain.

1. Faktor yang bersifat fundamental. Faktor fundamental sendiri merupakan

faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perushaan dan faktor-faktor

lain yang mempengaruhinya diantaranya seperti:

a. Kemampuan manajemen dalam mengelolah kegiatan operasional

perusahaan.

b. Prospek bisnis perusahaan di masa akan datang.

c. Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan.

d. Perkembangan teknologi yang digunakan dalam kegiatan operasi

perusahaan.

e. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

2. Faktor yang bersifat teknis Faktor teknis menyajikan informasi yang

menggambarkan pasaran suatu efek, baik secarah indvidu maupun secarah

kelompok, yang mana sebagai berikut:

a. Perkembangan kurs.

b. Keadaan pasar modal.


c. Volume dan frekuansi transaksi suku bunga.

d. Kekuatan pasar mdal dalam mempengaruhi harga saham perushaan.

3. Faktor sosial politik Faktor sosial politik adalah faktor yang timbul dari

kegiatan sosial politik dalam suatu negara, yang mana sebagai beikut:

a. Tingkat inflasi yang terjadi.

b. Kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah.

c. Kondisi perekonomian.

d. Keadaan politik suatu negara.

2.2 Peneliti Terdahulu

2.2.1 Jurnal Penelitian

1. Alfiah dan Lestarinimgsih (Surabaya, 2017)

Jurnal penelitian pertama yaitu berjudul “pengaruh dividen per share,

earning per share, net profit margin, dan retrun on aset terhadap harga saham

perusahaan perbankan di BEI”. Obejk penelitian ini bertujuan untuk menguji

pengaruh karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan dividend per share,

earning per share, net profit margin dan return on assets terhadap harga saham

melalui laporan keuangan tahunan yang telah disusun oleh perusahaan perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini diperoleh

dengan menggunakan metode purposive sampling pada perusahaan perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan termasuk dalam golongan LQ45 tetap

periode 2009-2015 dan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka diperolah

sampel sebanyak 5 perusahaan perbankan. Metode analisis yang digunakan


adalah analisis regresi linier berganda dengan alat bantu aplikasi SPSS (stastistical

product and service solutions) 24.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

dividend per share dan return on assets berpengaruh terhadap harga saham.

Sedangkan dari empat variabel tersebut yang memiliki pengaruh dominan

terhadap harga saham adalah return on asset.

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Alfiah dan Lestarinimgsih dengan Peneliti

Sekarang

Persamaan Perbedaan

1. Variabel dividen per share, earning 1. Objek penelitian perusahaan

per share dan net profit margin sektor manufaktur

sebagai variabel independen (X).

2. Jenis penelitian kuantitatif

3. Variabel harga saham (Y). sebagai

variabel dependen

Sumber: diolah oleh Peneliti

2. Yermia Egam, et al. (Manado, 2017)

Jurnal penelitian kedua yaitu berjudul “ pengaruh Return On Aset

(ROA), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS) terhadap harga

saham perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45 di BEI periode 2013-

2015”. Objek penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana

pengaruh ROA, ROE, NPM, dan EPS terhadap harga saham perusahaan yang
tergabung dalam indeks LQ45 periode tahun 2013-2015. Populasi dalam

penelitian ini yakni perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45. Pengambilan

sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yang berjumlah 20 perusahaan.

Analisis data dilakukan dengan analisis regresi linear berganda. Hasil analisis

regresi linier berganda menunjukkan bahwa ROA (X1) dan ROE (X2) tidak

memiliki pengaruh terhadap harga saham (Y). NPM (X3) berpengaruh negatif

terhadap harga saha (Y). EPS (X4) berpengaruh positif terhadap harga saham (Y).

Berdasarkan hasil dari tabel koefisien determinasi, nilai adjusted R²adalah sebesar

0,840. Hal ini berarti kemampuan variabel independen yakni ROA, ROE, NPM,

dan EPS dalam menjelaskan variabel dependen yakni harga saham adalah sebesar

82,7% sedangkan 17,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

Tabel 2.2

Persamaan dan Perbedaan Egam, et al. dengan Peneliti sekarang

Persamaan Perbedaan

1. Net Profit Margin (NPM), 1. Objek penelitian yang digunakan

Earning Per Share (EPS), sebagai sub sektor manufaktur .

variable independen (X). 2. Variabel Return On Aset (ROA)

2. Harga saham sebagai variabel sebagai variabel independen (X).

dependen (Y).

3. Objek penelitian yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia

4. Jenis penelitian kuantitatif


Sumber: diolah oleh Peneliti.

3. Sulastri (Semarang, 2020)

Penelitian dengan judul “Pengaruh current ratio, total asset turnover, dan

net profit margin terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan logam yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Objek penelitian yang digunakan yaitu

perusahaan logam yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018.

Populasi dalam penelitian ini yaitu 15 perusahaan logam. Penelitian ini

menggunakan purposive sampling. Variabel penelitian ini meliputi current

ratio(X1), total asset turnover(X2), net profit margin(X3), pertumbuhan laba (Y).

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa current ratio tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang ada

nilai t hitung sebesar 0,442 dengan jumlah t tabel sebesar 1,684 (t hitung < t

tabel). Nilai signifikasinya sebesar 0,661 > 0,05. Total asset turnover berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung

sebesar 3,355 dengan t tabel sebesar 1,684 (t hitung > t tabel). Nilai signifikasinya

sebesar 0,002 < 0,05. Net profit margin berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

laba. Hal ini dibuktikan dengan t hitung sebesar 2,320 dengan t tabel sebesar

1,684 (t hitung > t tabel). Nilai signifikasinya sebesar 0,025 < 0,05.
Tabel 2.3

Persamaan dan Perbedaan Sulastri dengan Peneliti sekarang

Persamaan Perbedaan

1. Jenis penelitian kuantitatif 1. Objek penelitian yang digunakan

2. Objek penelitian yang terdaftar di yaitu perusahaan logam

Bursa Efek Indonesia 2. Variabel current ratio, total asset

3. Net profit margin sebagai variabel turnover sebagai variabel

independen independen.

Sumber: data diolah peneliti

4. Kartiko dan Rachmi (malang, 2021)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Net Profit Margin, Return On Asset,

Return On Equity, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Di Masa

Pandemi Covid-19 (Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Sektor Pertambangan

Di Bursa Efek Indonesia)”. Pandemi COVID-19 setidaknya memiliki dampak

dalam jangka pendek, menengah, dan panjang bagi industri sektor pertambangan.

Tekanan pada industri pertambangan disebabkan oleh kegiatan tambang dunia

yang mengalami gangguan permintaan dan penjualan bahan tambang selama

pandemi COVID-19. Akibat peristiwa tersebut mempengaruhi produksi

pertambangan dunia. Hal tersebut tentu akan memengaruhi harga saham

perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Asset
(ROA), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga

saham. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan

yang terdaftar di BEI periode 2020 sebanyak 49 perusahaan. Data yang dihimpun

berasal dari data laporan keuangan interim yang dipublikasi BEI setiap bulannya

dengan rentang Maret 2020 sampai dengan Desember 2020. Metode analisis yang

digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan bantuan software SPSS

23. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPM, ROA, ROE, dan EPS berpengaruh

signifikan terhadap harga saham.

Tabel 2.4

Persamaan dan Perbedaan Kartiko dan Rachmi dengan Peneliti sekarang

Persamaan Perbedaan

1. Jenis penelitian kuantitatif. 1. Objek penelitian yang digunakan

2. Objek penelitian yang terdaftar di yaitu perusahaan pertambangan.

Bursa Efek Indonesia. 2. Variabel Return On Asset, Return

3. Net Profit Margin, Earning Per On Equity sebagai variabel

Share sebagai variabel independen. independen.

Sumber: data diolah peneliti

5. Purba (Batam, 2019)

Penelitian dengan judul “pengaruh Earning per share, Dividen Per Share,

Financial Laverage terhadap harga saham pada perusahaan food and baverage

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Harga saham menggambarkan kinerja


perusahaan. Semakin baik kinerjanya perusahaan, semakin tinggi harga saham.

Perusahaan perlu mempertahankan kinerja perusahaan agar harga saham tidak

turun terus menerus setiap tahunnya. Satu cara untuk mengetahui bahwa

perusahaan memiliki kinerja perusahaan yang baik dengan membandingkan

kinerja perusahaan rasio keuangan dari tahun sebelumnya ke tahun berikutnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh EPS, DPS, dan financial

leverage terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018. Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 18 perusahaan makanan dan minuman dengan periode 2014-2018.

Sedangkan sampel yang dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan

jumlah 9 perusahaan selama 5 tahun mengolah data sebanyak 45 data. Data diuji

dengan menggunakan asumsi dasar, uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda

dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS, DPS, dan financial

leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Sedangkan secara parsial EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham, DPS

tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan financial leverage juga

tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.


Tabel 2.5

Persamaan dan Perbedaan Purba dengan Peneliti sekarang

Persamaan Perbedaan

1. Jenis penelitian kuantitatif. 1. Objek penelitian yang digunakan

2. Objek penelitian yang terdaftar di yaitu perusahaan food and baverage.

Bursa Efek Indonesia. 2. Variabel dividen per share dan

3. Earning Per Share sebagai variabel financial laverage sebagai variabel

independen. independen.

Sumber: data diolah peneliti

2.2.2 Skripsi

1. wahyuni (Makasar, 2020)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Dividen dan Earning Per Share Terhadap

Harga Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Index LQ45”. Laporan keuangan

merupakan salah satu sumber informasi yang sangat penting bagi investor untuk menilai

kinerja suatu perusahaan. Karena pengambilan keputusan investor di dasari dari laporan

keuangan perusahaan. Selain ikhtisar keuangan harga saham juga menjadi pertimbangan

bagi investor untuk berinvestasi terhadap suatu saham. Dalam Laporan Keuangan

terdapat beberapa rasio, diantaranya Dividen dan Earning Per Share. Penelitian ini

bertujuan untuk menguji pengaruh dividen dan earning per share terhadap harga saham

pada perusahaan yang terdaftar di index LQ45. Penelitian ini menggunakan analisis

regresi linear berganda dengan sampel sebanyak 23 perusahaan yang terdaftar di index

LQ45 periode 2015- 2019. Penelitian ini mengunnakan metode kuantitatif dan Alat
analisis yang digunakan adalah program SPSS versi 22. Hasil yang didapat dalam

penelitian ini adalah variabel dividen berpengaruh positif signifikan terhadap harga

saham , earning per share berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Wahyuni dengan Peneliti sekarang

Persamaan Perbedaan

1. Jenis penelitian kuantitatif. 1. Objek penelitian yang digunakan

2. Earning Per Share sebagai variabel yaitu perusahaan yang terdaftar di

independen. index LQ45.

2. Variabel dividen sebagai variabel

dependen.

Sumber: data diolah peneliti

2. Mirzaldi (Medan, 2020)

Penelitian ini judul “Analisi Earning Per share terhadap harga saham

dengan dividen yield sebagai variabel intervening pada perusahaan LQ45di bursa

efek indoensia”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Analisis

Earning Per Share terhadap Harga Saham dengan Dividend Yield sebagai

Variabel Intervening pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Tipe

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif, yaitu

untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah 22 perusahaan. Sesuai dengan hipotesis yang

telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini analisis data statistik diukur dengan
menggunakan software SmartPLS (Partial Least Square). Berdasarkan pengujian

yang telah dilakukan, uji signifikansi pengaruh langsung menunjukkan bahwa

variabel bebas (earning per share) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel terikat (harga saham), akan tetapi earning per share berpengaruh positif

terhadap dividend yield (variabel intervening) namun tidak signifikan dan variabel

intervening (dividend yield) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel

terikat (harga saham) dan variabel intervening (dividend yield) tidak signifikan

sebagai pemediasi hubungan antara earning per share terhadap harga saham.

Earning per share mampu memengaruhi dividend yield hanya sebesar 0,9%, lalu

earning per share dan dividend yield mampu memengaruhi harga saham sebesar

47,4%.

Tabel 2.2

Persamaan dan Perbedaan Mirzaldi dengan Peneliti Sekarang

Persamaan Perbedaan

1. Jenis penelitian kuantitatif. 1 Objek penelitian yang digunakan

2. Earning Per Share sebagai variabel yaitu perusahaan yang terdaftar di

independen. index LQ45.

2. Variabel dividen yield sebagai

variabel intervening.

Sumber: data diolah peneliti


2.3 Kerangka konseptual

Gambar 2.1

Kerangka konseptual

Pengumuman
Divididen
(X1)

Harga Saham
Earning Per Share
(X2) (Y)

Net Profit Margin


(X3)

Sumber: Diolah oleh Peneliti

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Harga Saham

Pengumuman dividen merupakan salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi investor untuk berinvestasi, hal ini merupakan kabar baik untuk

para investor karena perusahaan akan membagikan keuntungannya kepada

pemegang saham. Semakin besar perusahaan tersebut membagian dividen maka

perusahaan tersebut dapat dikategorikan perusahaan yang baik. Menurut Pribadi

(2018:1) menyatakan bahwa pengumuman dividen berpengaruh positif signifikan

terhadap harga saham.

H1: Pengumuman dividen berpengaruh terhadap harga saham.


2.4.2 Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham

Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan

pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan

pemegang saham meningkat dengan pengertian lain, bahwa tingkat pengembalian

yang tinggi. Menurut Aristya dan Suryana (2015), menyatakan bahwa tingkat

keuntungan yang dihasilkan per lembar saham yang dimiliki oleh investor akan

mempengaruhi penilaian investor terhadap suatu kinerja perusahaan emiten.

Semakin tinggi nilai earning per share maka investor menganggap prospek

perusahaan sangat baik untuk ke depannya sehingga mempengaruhi tingkat

permintaan terhadap saham perusahaan tersebut.

H2: Earning per share berpengaruh terhadap harga saham

2.4.3 Pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham

Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan melihat laba bersih

dengan penjualan bersih. Net profit margin yang besar menunjukan bahwa laba

bersih yang diperoleh perusahaan semakin besar. Laba bersih yang besar dapat

menarik investor menanamkan modal sehingga laba yang diperoleh lebih besar.

Menurut Safitri (2018:25) menunjukkan bahwa net profit margin berpengaruh

positif terhadap Harga saham.

H3: Net profit margin berpengaruh terhadap harga saham.

Anda mungkin juga menyukai