Anda di halaman 1dari 141

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN

R
Nomor 28 P/HUM/2021

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
MAHKAMAH AGUNG
Memeriksa dan mengadili perkara permohonan keberatan hak uji materiil
terhadap Pasal 34 A ayat (1) huruf (a) dan b, Pasal 34A ayat (3), dan

do
gu Pasal 43 A ayat (1) huruf (a), Pasal 43A ayat (3) Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

In
A
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999, Tentang Syarat dan Tata cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, pada tingkat pertama
ah

lik
dan terakhir telah memutuskan sebagai berikut, dalam perkara:
1. SUBOWO, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal Kampung
Jaringao Jaha, Desa Pangumbahan RT 002/RW 001, Kecamatan
am

ub
Ciracap, Kabupaten Sukabumi–Jabar. Sekarang menjalani pidana
penjara di Lapas Klas I-A Sukamiskin Bandung Jalan AH Nasution
ep
k

Nomor 114 Bandung, pekerjaan Mantan Kades;


2. ACEP DERMAWANTO, kewarganegaraan Indonesia, tempat
ah

R
tinggal Dusun Tiga Wage, Desa Kahiyangan RT 003/RW 005,

si
Kecamatan Pancalang, Kabupaten Kuningan–Jabar. Sekarang

ne
ng

menjalani pidana penjara di Lapas Klas I-A Sukamiskin Bandung


Jalan AH Nasution Nomor 114 Bandung, pekerjaan Mantan Kepala
Desa;

do
gu

3. ENDANG SENJAYA, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal


Kampung Cibitung, Desa Ciroyom RT 009/RW 003, Kabupaten
In
A

Bandung Barat-Jabar. Sekarang menjalani pidana penjara di


Lapas Klas I-A Sukamiskin Bandung Jalan AH Nasution Nomor
ah

lik

114 Bandung, pekerjaan Mantan Kepala Desa;


4. ONANG SOBANDI, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal
Kampung Dermaga, RT 003/RW 005 Desa Neglasari, Kecamatan
m

ub

Bojongpicung, Kabupaten Cianjur–Jabar. Sekarang menjalani


ka

pidana penjara di Lapas Klas I-A Sukamiskin Bandung Jalan AH


ep

Nasution Nomor 114 Bandung, pekerjaan Mantan Kepala Desa;


ah

Halaman 1 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
5. UMARUDIN, kewarganegaraan Indonesia, tempat tinggal Dusun

si
Cimara RT 001/RW 003, Desa Cimara, Kecamatan Cibeureum,
Kabupaten Kuningan–Jabar. Sekarang menjalani pidana penjara di

ne
ng
Lapas Klas I-A Sukamiskin Bandung Jalan AH Nasution Nomor
114 Bandung, pekerjaan Mantan Kepala Desa;

do
gu Selanjutnya memberi kuasa kepada Ervan Susilo Adi Mamonto, S.H.,
M.H., dan kawan-kawan, semuanya Advokat/Pengacara pada TKNP
Law Firm beralamat di Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa

In
A
Khusus Tanggal 1 Juni 2021;
Selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon;
ah

lik
melawan:
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, tempat kedudukan Jalan Medan
am

ub
Merdeka Utara, Jakarta Pusat;
Selanjutnya memberi kuasa kepada:
1. Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
ep
k

2. Jaksa Agung Republik Indonesia;


ah

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus dengan Hak Substitusi dari Menteri


R

si
Sekretaris Negara RI (penerima mandat Presiden RI) Tanggal 27 Juli
2021;

ne
ng

Selanjutnya Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik


Indonesia berkedudukan di Jalan H.R Rasuna Said Kav. 6–7

do
gu

Kuningan, Jakarta Selatan, dalam hal ini memberikan Kuasa


Substitusi tertanggal 28 Juli 2021 kepada Benny Riyanto dan kawan-
kawan, Kesemuanya adalah Penerima Kuasa Substitusi Menteri
In
A

Hukum dan Hak Asasi Manusia RI yang beralamat di Jalan H.R


Rasuna Said Kav. 6–7 Kuningan, Jakarta Selatan;
ah

lik

Sedangkan Jaksa Agung Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan


Sultan Hasanuddin Nomor 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dalam
m

ub

hal ini memberikan Kuasa Substitusi kepada Bambang Prisantoso,


S.H., MH dan kawan-kawan, Kesemuanya Jaksa Pengacara Negara
ka

pada Kejaksaan Agung Republik Indonesia beralamat Jalan Sultan


ep

Hasanuddin Nomor 1, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Berdasarkan


ah

Halaman 2 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Surat Kuasa Substitusi Nomor SK-69/A/JA/08/2021, tanggal 6

si
Agustus 2021;
Selanjutnya disebut sebagai Termohon;

ne
ng
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;

do
gu DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Para Pemohon dengan surat permohonannya
tertanggal 1 Juni 2021 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung

In
A
pada Tanggal 23 Juni 2021 dan diregister dengan Nomor 28 P/HUM/2021
telah mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil terhadap Pasal 34
ah

lik
A ayat (1) huruf (a) dan b, Pasal 34A ayat (3), dan Pasal 43 A ayat (1) huruf
(a), Pasal 43A ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012,
am

ub
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1999, Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan, dengan dalil-dalil yang pada pokoknya sebagai berikut:
ep
k

I. PENDAHULUAN
ah

Bahwa, Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD


R

si
RI Tahun 1945. Pancasila sebagai Dasar Negara/Ideologi Negara/Falsafah
Negara, sedangkan UUD RI Tahun 1945 sebagai Dasar Hukum Negara

ne
ng

Indonesia, merupakan Hukum Dasar dalam Peraturan Perundang-undangan;


Bahwa, Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia berdasarkan

do
gu

Peraturan Penjara (Gestichen Reglement stb.1917 Nomor 708) yang dibuat


oleh Pemerintahan Penjajahan Hindia Belanda sudah tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila dan UUD RI Tahun 1945. Sistem pemenjaraan pada
In
A

waktu itu menekankan pada unsur-unsur “Balas Dendam” dan “Penjeraan”


tidak sejalan dengan “Konsep Rehabilitasi dan Reintegrasi Sosial”, yang
ah

lik

diharapkan agar warga binaan pemasyarakatan menyadari kesalahannya,


tidak lagi melakukan pelanggaran pidana dan kembali menjadi masyarakat
m

ub

yang bertanggung jawab bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan


lingkungan;
ka

Bahwa, bertolak pada pemikiran tersebut Menteri Kehakiman RI


ep

Bapak Sahardjo, S.H., pada tanggal 5 Juli 1963 dalam Pidato


ah

Halaman 3 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Penganugerahan Gelar Doctor Honoris Causa di Universitas Indonesia

si
menyampaikan istilah “Pemasyarakatan”, oleh beliau “bahwa tujuan pidana
penjara adalah Pemasyarakatan”. Kemudian (dari pengakuan Doctor Honoris

ne
ng
Causa) pada tanggal 27 April 1964 dalam Konferensi Jawatan Kepenjaraan
yang dilaksanakan di Lembang Bandung “Istilah Pemasyarakatan” dibakukan

do
gu sebagai Pengganti Kepenjaraan. Selain itu “Pemasyarakatan” dinyatakan
sebagai “Sistem Pembinaan” terhadap para pelanggar hukum dan sebagai
perwujudan/pelaksanaan dari sila keadilan (Rasa Keadilan) yang bertujuan

In
A
untuk mencapai Reintegrasi Sosial atau pulihnya hubungan hidup, kehidupan
dan penghidupan warga binaan pemasyarakatan didalam masyarakat;
ah

lik
Bahwa, selanjutnya Prof. Dr. Sahardjo, S.H.. mencetuskan konsep
Prinsip-prinsip Pemasyarakatan sebagai pedoman Pembinaan dalam
am

ub
Pemsyarakatan, yang di kenal dengan istilah “10 Prinsip Pemasyarakatan”
yaitu sebagai berikut:
1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan
ep
k

peranannya sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna;


ah

2. Penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam negara;


R

si
Artinya tidak boleh ada penyiksaan kepada warga binaan
pemasyarakatan, baik berupa ucapan, tindakan, cara perawatan dan

ne
ng

penempatan;
3. Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat. Artinya

do
gu

supaya bertobat, mengenal norma-norma hidup dan kegiatan sosial yang


membutuhkan rasa hidup bermasyarakat;
4. Negara tidak berhak membuat warga binaan pemasyarakatan menjadi
In
A

lebih buruk atau jahat daripada sebelum dijatuhi pidana;


5. Selama dibatasi kemerdekaannya warga binaan pemasyarakatan tidak
ah

lik

boleh diasingkan dari masyarakat, perlu ada kontak dengan masyarakat,


berupa kunjungan (bertemu keluarga, sahabat, masyarakat). Ketentuan
m

ub

yang dibutuhkan dalam proses pemasyarakatan;


6. Pelajaran (Pembinaan) yang diberikan kepada warga binaan
ka

pemasyarakatan tidak boleh bersifat pengisi waktu, harus merupakan


ep

pelajaran yang integrative dengan potensi yang ada dalam masyarakat;


ah

Halaman 4 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
7. Pembinaan dan Bimbingan yang diberikan kepada warga binaan

si
pemasyarakatan harus berdasarkan kepada Pancasila;
8. Warga Binaan Pemasyarakatan harus diberikan Pembinaan atau

ne
ng
Pembimbingan ke jalan yang benar;
9. Pidana yang dijatuhkan pada warga binaan pemasyarakatan merupakan

do
gu pembatasan terhadap kemerdekannya dalam jangka waktu tertentu;
10. Untuk pembinaan dan bimbingan warga binaan pemasyarakatan
disediakan atau diberikan sarana yang diperlukan.

In
A
Bahwa, untuk mewujudkan sistem pemasyarakatan, dikeluarkanlah
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PK.04.10 Tahun 1990,
ah

lik
Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan. Selanjutnya dikeluarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, dan
am

ub
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan
Bimbingan warga binaan pemasyarakatan. Dalam sistem Pemasyarakatan
antara Pembinaan dengan Pengurangan Masa Pidana harus sejalan,
ep
k

dikarenakan Remisi/Pengurangan masa pidana itu juga merupakan salah


ah

satu sarana hukum yang penting dalam mewujudkan tujuan Sistem


R

si
Pemasyarakatan. Pemberian Remisi/Pengurangan masa pidana, harus
melalui pembinaan dan berkelakuan baik selama menjalani pidana. Hal ini

ne
ng

sejalan dengan sistem pemasyarakatan yang menekankan konsep


Rehabilitasi dan Reintegrasi Sosial berdasarkan Pancasila dan UUD-RI

do
gu

Tahun 1945;
Bahwa, perlu diketahui setelah kemerdekaan Republik Indonesia
perangkat aturan mengenai Pengurangan masa pidana (Remisi) mendahului
In
A

dari Perangkat aturan Pembinaan, yaitu didahului dengan terbitnya:


a) Keppres RI Serikat (RIS) Nomor 156 Tahun 1950, tanggal 19 April 1955
ah

lik

Tentang Pembebasan Hukuman untuk seluruhnya atau untuk sebagian


pada tanggal 17 Agustus;
m

ub

b) Keppres RI Nomor 120 Tahun 1955, tanggal 23 Juli 1955 Tentang


Pengurangan Hukuman Istimewa pada hari Dwi Dasa Warsa Proklamasi
ka

Kemerdekaan RI;
ep
ah

Halaman 5 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c) Keppres RI Nomor 5 Tahun 1987 Tentang Pengurangan Masa Menjalani

si
Pidana (Remisi);
d) Keppres RI Nomor 174 Thn 1999 Tentang Remisi (setelah berlakunya

ne
ng
Undang-Undang Nomor 12 Thn 1995 Tentang Pemasyarakatan);
Bahwa, berdasarkan Konstitusi Pancasila sebagai Ideologi Negara dan

do
gu UUD-RI Tahun 1945 sebagai Dasar Hukum Peraturan Perundang-undangan,
untuk mewujudkan prinsip-prinsip pemasyarakatan serta terciptanya sistem
pemasyarakatan, yang kemudian tertuang dalam perangkat aturan

In
A
pembinaan dan pemberian pengurangan hukuman (Remisi), hal ini menjadi
landasan lahirnya Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
ah

lik
Pemasyarakatan.
Bahwa, dengan lahir dan berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun
am

ub
1995 Tentang Pemasyarakatan, maka di dalam Negara hukum yang
menganut Sistem Peradilan Pidana (berdasarkan KUHAP) yang biasa
disebut dengan istilah Criminal Justice Sistem, hal mana sistem
ep
k

pemasyarakatan (Lembaga Pemasyarakatan) merupakan bagian akhir dari


ah

Penegakan Hukum.
R

si
Bahwa, sebagai acuan Operasional sistem Peradilan Pidana di
Indonesia bermuara pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang

ne
ng

Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang menganut konsep “Differensiasi


Fungsional” (fungsi yang berbeda-beda) diantara komponen/instansi

do
gu

penegak hukum, yaitu mulai dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga


pemasyarakatan. Tidak adanya intervensi Penegak Hukum tersebut pada
asasnya tidak boleh adanya lembaga/instansi yang bersifat “Extra Legal”,
In
A

karena akan menciptakan ketidakpastian hukum;


Bahwa, selanjutnya berdasarkan uraian fakta hukum keberadaan
ah

lik

berlakunya prinsip-prinsip pemasyarakatan dalam sistem pemasyarakatan


yang menjadi dasar lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
m

ub

Tentang Pemasyarakatan tersebut di atas, Para Pemohon akan


menguraikan alasan hukum yang menjadi dasar untuk membuktikan bahwa
ka

berlakunya PP Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua atas


ep

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara
ah

Halaman 6 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai pelaksana dari

si
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, secara
prosedural (proses kelahirannya) bertentangan dengan ketentuan peraturan

ne
ng
perundang-undangan, dan secara substansinya (materinya) bertentangan
dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi, menimbulkan

do
gu ketidak pastian hukum.
Bahwa, sebelum melanjutkan pada uraian permohonan beserta alasan-
alasannya, Pemohon lebih dahulu menguraikan tentang kewenangan

In
A
Mahkamah Agung dan kedudukan Hukum atau Legal Standing Para
Pemohon.
ah

lik
II. KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG
1. Bahwa, ketentuan Pasal 24A Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun
am

ub
1945 menyatakan bahwa Mahkamah Agung antara lain memiliki
kewenangan untuk “menguji peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang”;
ep
k

2. Bahwa, Pasal 20 ayat (2) huruf b Undang-Undang RI Nomor 48 Tahun


ah

2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Pasal 31A Undang-Undang


R

si
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, serta Pasal 1 angka

ne
ng

1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji


Materiil, menyatakan bahwa Mahkamah Agung RI berwenang untuk

do
“menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
gu

terhadap undang-undang”. Selanjutnya dalam Penjelasan atas Pasal


20 ayat (2) huruf b mengatakan “ketentuan ini mengatur hak uji
In
A

Mahkamah Agung RI terhadap peraturan perundang-undangan yang


lebih rendah dari undang-undang. Hak Uji dapat dilakukan terhadap
ah

lik

materi muatan ayat, pasal dan/atau bagian dari peraturan perundang-


undangan yang lebih tinggi maupun terhadap pembentukan peraturan
m

ub

perundang-undangan”.
Selanjutnya dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
ka

2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,


ep

menyatakan “Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di


ah

Halaman 7 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bawah Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang,

si
pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung”;
3. Bahwa, tatacara Pengujian Materi dan kewenangan Mahkamah Agung

ne
ng
secara jelas diatur dalam peraturan perundangan, diantaranya:
a) Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2004

do
gu Tentang Perubahan Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 1985
Tentang Mahkamah Agung RI, menyatakan bahwa “Mahkamah
Agung mempunyai wewenang menguji peraturan perundang-

In
A
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang”;
b) Pasal 31 ayat (2) menyatakan “Mahkamah Agung menyatakan
ah

lik
tidak sah peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
atas alasan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
am

ub
yang lebih tinggi atau pembentukkannya tidak memenuhi
ketetentuan yang berlaku”;
c) Pasal 31 ayat (3) menyatakan “Putusan mengenai tidak sahnya
ep
k

peraturan perudang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat


ah

(2) dapat diambil baik berhubungan dengan pemeriksaan tingkat


R

si
kasasi maupun berdasarkan permohonan langsung pada
Mahkamah Agung”;

ne
ng

d) Pasal 31A ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang


Perubahan Kedua Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang

do
Mahkamah Agung mengatakan bahwa “Permohonan pengujian
gu

peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap


undang-undang diajukan langsung oleh Para Pemohon atau
In
A

kuasanya kepada Mahkamah Agung dan dibuat secarfa tertulis


dalam bahasa Indonesia;
ah

lik

4. Bahwa, berdasarkan uraian dalam angka 1 sampai dengan 3 di atas,


maka Para Pemohon berkesimpulan bahwa Mahkamah Agung
m

ub

berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus Permohonan


Pengujian Peraturan Pemerintah atau Peraturan perundangan lainnya
ka

yang kedudukannanya di bawah Undang-Undang, baik dari segi formal


ep

(proses atau prosedur pembuatannya) yang bertentangan dengan


ah

Halaman 8 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
peraturan perundang-undangan, maupun materi atau substansinya

si
(konseideran, Batang tubuh dan penjelasannya) yang bertentangan
dengan Undang-Undang yang lebih tinggi;

ne
ng
5. Bahwa, peraturan perundang-undangan menurut Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

do
gu undangan adalah “peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang

In
A
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan”. Termasuk jenis
peraturan perundang-undangan antara lain peraturan pemerintah.
ah

lik
Adapun materi muatan peraturan pemerintah adalah berisi materi
untuk menjalankan undang-undang [Pasal 1 angka 2, Pasal 7 ayat (1)
am

ub
huruf d, dan Pasal 12];
6. Bahwa, yang menjadi objek pengujian peraturan perundang-undangan
dalam Permohonan ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun
ep
k

2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32


ah

Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
R

si
Binaan Pemasyarakatan. Konsiderans faktual peraturan tersebut
menegaskan bahwa Peraturan Pemerintah a quo merupakan

ne
ng

pelaksanaan ketentuan Pasal 14 ayat (2), Pasal 22 ayat (2), Pasal 29


ayat (2), dan Pasal 36 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995

do
gu

tentang Pemasyarakatan;
7. Bahwa, dengan demikian dapat dikatakan bahwa objek permohonan
merupakan (i) peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
In
A

mengikat secara umum; (ii) dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga


negara atau pejabat yang berwenang untuk itu; (iii) termasuk salah
ah

lik

satu jenis peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud


dalam undang-undang; dan (iv) materi muatannya berisi materi untuk
m

ub

menjalankan undang-undang;
8. Bahwa, berdasarkan uraian di atas, Objek Permohonan berupa
ka

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 merupakan peraturan


ep

perundang-undangan, dan hierarkinya berada di bawah undang-


ah

Halaman 9 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
undang, sehingga memenuhi syarat sebagai Objek Permohonan yang

si
menjadi wewenang Mahkamah Agung untuk mengujinya.
9. Bahwa, perlu dikemukakan pula, bahwa Objek Permohonan pernah

ne
ng
diajukan uji materiil kepada Mahkamah Agung, sebagaimana Putusan
Mahkamah Agung:

do
gu 1. Nomor 51 P/HUM/2013, tanggal 26 Nopember 2013, dengan
putusan menolak permohonan; (Bukti P 3.1)
2. Nomor 63P/HUM/2015, tanggal 2 Mei 2016. dengan putusan Nebis

In
A
and idem; (Bukti P 3.2)
3. Nomor 72 P/HUM/2015, tanggal 25 Februari 2016. Dengan putusan
ah

lik
Nebis and idem; (Bukti P 3.3)
4. Nomor 2 P/HUM/2019, tanggal 25 April 2019, dengan putusan
am

ub
Nebis in idem; (Bukti P 3.4)
10. Bahwa, meskipun Mahkamah Agung telah dilakukan pengujian, Para
Pemohon mengajukan Permohonan atas Objek Permohonan ini
ep
k

dengan alasan:
ah

Pertama, Permohonan ini diajukan berdasarkan alasan-alasan


R

si
legalitas yang sangat berbeda dengan alasan permohonan
sebagaimana dalam Putusan Nomor 51 P/HUM/2013, tanggal 26

ne
ng

Nopember 2013; Putusan Nomor 63P/HUM/2015, tanggal 2 Mei 2016;


Putusan Nomor 72 P/HUM/2015, tanggal 25 Februari 2015; dan

do
gu

Putusan Nomor 2 P/HUM/2019, tanggal 25 April 2019;


Kedua, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang
Hak Uji Materiil tidak mengatur tentang pengajuan kembali peraturan
In
A

perundang-undangan yang pernah diajukan permohonan uji materiil.


Pengaturan atas pengajuan kembali peraturan perundang-undangan
ah

lik

yang pernah diajukan permohonan uji materiil dapat ditemukan dalam


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
m

ub

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.


Pasal 60 Undang-Undang tersebut menyatakan:
ka

ep
ah

Halaman 10 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1) Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam

si
undang-undang yang telah diuji, tidak dapat dimohonkan pengujian
kembali;

ne
ng
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan jika materi muatan dalam UUD Negara RI Tahun

do
gu 1945 yang dijadikan dasar pengujian berbeda;
Ketiga, alasan permohonan ini selain alasan materiil (yaitu PP 99
Tahun 2012 bertentangan dengan Peraturan Perundangan yang lebih

In
A
tinggi), juga memuat alasan formil, yaitu bahwa proses pembentukan
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tidak sesuai dengan
ah

lik
ketentuan yang berlaku, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
am

ub
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung,
menyatakan “Mahkamah Agung menyatakan tidak sah peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang atas alasan
ep
k

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi


ah

atau pembentukkannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku”;


R

si
Keempat, secara mutatis mutandis Mahkamah Agung dapat
melakukan pengujian kembali atas suatu peraturan perundang-

ne
ng

undangan apabila syarat-syarat legalitas yang menjadi alasan


permohonan berbeda dari alasan permohonan sebelumnya,

do
gu

sebagaimana diuraikan berikut ini:


No Uraian Putusan Nomor 51 P/HUM/2013 Permohonan ini
Putusan Nomor 63 P/HUM/2015
In
A

Putusan Nomor 72 P/HUM/2015


Putusan Nomor 2 P/HUM/2019
1 Objek Permohonan Pasal 34A ayat (1) huruf a & b Konsideran, Pasal 34A
ah

lik

. PP 99/2012.Pasal 36 ayat 3 ayat (1) huruf a& b, ayat


huruf c,Pasal 43A ayat (1) (3), Pasal 43A ayat (1)
m

ub

huruf a & ayat (3) PP Nomor huruf a & ayat (3) PP


99 Tahun 2012 Nomor 99 Tahun 2012.
ka

2 Aspek Pengujian Pengujian materiil. Pengujian formil &


ep

materiil.
3 Alasan UU Nomor 12 Tahun 1995 1. Undang-Undang
ah

Halaman 11 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
. Permohonan UU Nomor 39 Tahun 1999 Nomor 12 Tahun1995

si
Undang-Undang Nomor 12 2. Undang-Undang
Tahun 2012 Nomor 8 Tahun 1981

ne
3. Undang-Undang

ng
Nomor 1 Tahun 1946
4. Undang-Undang

do
Nomor 5 Tahun 1997
gu 5. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001

In
A
6. Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2002
7. Undang-Undang
ah

lik
Nomor 16 Tahun 2004
8. Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002
am

ub
9. Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009
10. Undang-Undang
ep
k

Nomor 12 Tahun 2011


ah

11. Undang-Undang
R
Nomor 31 Tahun 2014

si
12. Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2018

ne
ng

13. PP Nomor 87 Tahun


2014

do
14. PP Nomor 68 Tahun
gu

2005
15. SEMA Nomor 04
In
Tahun 2011
A

11. Bahwa, alasan-alasan di atas telah menjadi pendirian Mahkamah


Agung yang diikuti oleh putusan-putusan berikutnya, antara lain dalam
ah

lik

Putusan Nomor 23 P/HUM/2018, tanggal 10 Desember 2018 (Bukti P


3.5), halmana objek permohonan pernah diuji dalam Putusan 28
m

ub

Nomor P/HUM/2015, tanggal 29 Desember 2015 (Bukti P 3.6).


Kemudian Putusan Nomor 54 P/HUM/2019, tanggal 10 Oktober 2019
ka

ep

(Bukti P 3.7), halmana objek permohonan pernah diuji dalam Putusan


Nomor 73 P/HUM/2018, tanggal 18 Desember 2018 (Bukti P 3.8);
ah

Halaman 12 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
12. Bahwa, berdasarkan seluruh uraian di atas, Mahkamah Agung

si
berwenang untuk memeriksa, dan memutus Permohonan ini.
III. KEDUDUKAN HUKUM PARA PEMOHON

ne
ng
1. Bahwa, dalam hukum acara perdata yang berlaku, dinyatakan hanya
orang yang mempunyai kepentingan hukum saja, yaitu orang yang

do
gu merasa hak-haknya dilanggar oleh orang lain, yang dapat mengajukan
gugatan (asas tiada gugatan tanpa kepentingan hukum atau zonder
belang geen rechttingen), artinya “hanya orang yang mempunyai

In
A
kepentingan hukum saja”, yaitu orang yang merasa hak-haknya
dilanggar oleh orang lain, yang dapat mengajukan gugatan, termasuk
ah

lik
juga permohonan;
2. Bahwa, Pasal 31A Ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009
am

ub
Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 Tentang Mahkamah Agung, menyebutkan Permohonan
pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
ep
k

terhadap undang-undang hanya dapat dilakukan oleh pihak yang


ah

menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan perundang-


R

si
undangan di bawah undang-undang yaitu:
a. Perseorangan Warga Negara Indonesia;

ne
ng

b. Kesatuan Masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan


sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara

do
gu

Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;


atau
c. Badan hukum publik atau badan hukum privat.
In
A

Selanjutnya dalam Penjelasannya ditentukan bahwa yang dimaksud


dengan “perorangan” adalah orang perseorangan atau kelompok orang
ah

lik

yang mempunyai kepentingan sama;


3. Bahwa, lebih lanjut Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah Agung
m

ub

Nomor 1 Tahun 2011 menentukan bahwa pemohon keberatan adalah


kelompok orang atau perorangan yang mengajukan keberatan kepada
ka

Mahkamah Agung atas berlakunya suatu peraturan perundang-


ep

undangan tingkat lebih rendah dari undang-undang;


ah

Halaman 13 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4. Bahwa, dengan demikian, Pemohon dalam pengujian peraturan

si
perundang-undangan di bawah undang-undang harus menjelaskan
dan membuktikan terlebih dahulu:

ne
ng
a. Kedudukannya sebagai Pemohon sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;

do
gu b. Kerugian hak yang diakibatkan oleh berlakunya peraturan
perundang-undangan yang dimohonkan.
5. Bahwa, Para Pemohon adalah Warga Binaan yang sedang menjalani

In
A
Pidana Penjara di Lapas Klas IA Sukamiskin Bandung, karena terbukti
bersalah melakukan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diatur dan
ah

lik
diancam pidana dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1971
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Undang Nomor 31
am

ub
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
ep
k

Korupsi;
ah

6. Bahwa, sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan yang sedang


R

si
menjalani Pidana (hukuman) Penjara sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,

ne
ng

Para Pemohon terikat dan berkepentingan langsung pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dan

do
gu

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan


Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang
Syarat dan Tatacara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
In
A

Pemasyarakatan;
7. Bahwa, dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun
ah

lik

2012, Para Pemohon selaku warga binaan Pemasyarakatan yang juga


warga Negara Republik Indonesia, merasa dirugikan hak-hak
m

ub

hukumnya;
8. Bahwa, untuk itu Para Pemohon bermaksud mengajukan Hak Uji
ka

Materiil kehadapan Yth. Bapak Ketua Mahkamah Agung RI, atas


ep

diundangkannya/diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 99


ah

Halaman 14 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah

si
Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tatacara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan, sebagai pelaksanaan dari Pasal 14

ne
ng
Angka (1) dan angka (2) Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995,
Tentang Pemasyarakatan telah bertentangan dengan:

do
gu a. Aturan Prosedural (Aturan hukum formal) dalam proses pembuatan
sampai dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 99
Tahun 2012, Tidak Memenuhi Ketentuan-Ketentuan Yang Berlaku,

In
A
diantaranya yaitu:
1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2005
ah

lik
TentangTata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-
Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan
am

ub
Pengganti Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah,
Rancangan Peraturan Presiden;
2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
ep
k

Peraturan Perundang-undangan;
ah

3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014


R

si
Tentang Peraturan Pelaksana Undang-undang Nomor 12 Tahun
2011, Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

ne
ng

4) Asas-asas Konstitusi yaitu:


a) Pancasila sebagai Dasar Negara Ideologi Negara Falsafah

do
gu

Negara;
b) UUD 1945 sebagai Dasar Hukum Tertinggi dalam Hierarki
Perundang-Undangan;
In
A

5) Prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan pemerintah yang baik,


yaitu transparansi (keterbukaan), partisipasi, akuntabilitas;
ah

lik

b. Undang-Undang yang lebih tinggi (Peraturan Perundang-undangan


yang lebih tinggi), selengkapnya akan diuraikan materi pokok pokok
m

ub

permohonan.
c. Bertentangan dengan Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum
ka

9. Bahwa, berdasarkan uraian di atas, kedudukan Para Pemohon


ep

sebagai warga negara Indonesia yang menjadi warga binaan yang


ah

Halaman 15 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sedang menjalani pidana penjara memenuhi kriteria Pemohon

si
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2009. Para Pemohon juga dirugikan oleh berlakunya

ne
ng
peraturan perundang-undangan yang dimohonkan pengujian; kerugian
tersebut bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-tidaknya

do
gu potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan
terjadi; terdapat hubungan sebab-akibat (causal verband) antara
kerugian dimaksud dan berlakunya peraturan perundang-undangan

In
A
yang dimohonkan pengujian; adanya kemungkinan bahwa dengan
dikabulkannya permohonan maka kerugian seperti yang didalilkan
ah

lik
tidak akan atau tidak lagi terjadi. Dengan demikian, Para Pemohon
memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan
am

ub
Permohonan ini;
IV. ALASAN DASAR PERMOHONAN UJI MATERI
Untuk mendukung kebenaran dalil dalil permohonan uji materiil ini,
ep
k

pemohonan melampirkan Pendapat ahli Hukum Tata Negara yang berbentuk


ah

Legal Opini (pendapat hukum) dari :


R

si
1. Prof. Dr. HM. Laica Marzuki, S.H. (Bukti P 5. 1)
2. Dr. Ridwan, S.H.. H.Hum. (Bukti P 5. 2)

ne
ng

Alasan Dasar Permohonan Para Pemohon mengajukan Uji Materiil terhadap


Peraturan Pemerintah RI Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua

do
gu

atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata
Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, sebagai Pelaksana
dari Pasal 14 angka (1), angka (2) Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995
In
A

Tentang Pemasyarakatan adalah sebagai berikut:


A. Proses pembuatan sampai dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah
ah

lik

RI Nomor 99 Tahun 2012, Tidak Memenuhi Ketentuan-Ketentuan Yang


Berlaku atau Bertentangan Dengan Aturan Prosedural (Aturan hukum
m

ub

formal).
1) Bahwa, Proses Pembentukan Peraturan Pemerintah RI Nomor 99
ka

Tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah


ep

Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan


ah

Halaman 16 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai Pelaksana dari Pasal 14

si
angka (1), angka (2) Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;

ne
ng
2) Bahwa, sistem Pemerintahan Negara yang dianut oleh Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah “negara hukum” yang

do
gu tegas diatur dalam pasal 1 ayat 3 dalam UUD 1945 (baik sebelum
Amandemen maupun setelah Amandemen). Sebagai konsekwensi
dari ketentuan tersebut, segala permasalahan yang terjadi termasuk

In
A
membuat rancangan suatu Peraturan Pemerintah sebagai Pelaksana
dari Undang-undang “harus sesuai dengan prosedur hukum, tidak
ah

lik
melanggar asas-asas Negara hukum yang baik yang bersandar pada
hukum positif;
am

ub
3) Bahwa, menurut Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
Jenis dan Hirarki peraturan perundang-undangan terdiri atas:
ep
k

1) UUD Negara RI Tahun 1945


ah

2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat


R

si
3) Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
4) Peraturan Pemerintah

ne
ng

5) Peraturan Presiden
6) Peraturan Daerah Provinsi

do
gu

7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota


4) Bahwa, sedangkan pengertian Peraturan Pemerintah sebagaimana
diatur dalam:
In
A

a) Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang menyatakan
ah

lik

bahwa “Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-


undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan
m

ub

Undang-Undang sebagaimana mestinya”;


b) Pasal 1 angka (4) Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2014
ka

Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12


ep

Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


ah

Halaman 17 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Undangan, yang merumuskan sebagai berikut “Peraturan

si
Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang di
tetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-undang

ne
ng
sebagaimana mestinya”;
5) Bahwa, Peraturan Pemerintah merupakan salah satu jenis Peraturan

do
gu Perundang-undangan, berdasarkan Pasal 1 angka (2) Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan juncto Pasal 1 ayat (1) merumuskan bahwa

In
A
“Peraturan Perundang-undangan adalah Peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
ah

lik
atau ditetapkan oleh lembaga Negara atau Pejabat yang berwenang
melalui Prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
am

ub
undangan”;
6) Bahwa, selanjutnya dalam Pasal 39 Peraturan Presiden RI Nomor 68
Tahun 2005 Tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-
ep
k

Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan


ah

Pemerintah Pengganti Undang-Undang dan Rancangan Peraturan


R

si
Presiden, ditentukan:
1) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah,

ne
ng

Pemrakarsa membentuk Panitia Antar departemen;


2) Tata cara pembentukan Panitia Antar departemen,

do
gu

pengharmonisasian, penyusunan, dan penyampaian Rancangan


Peraturan Pemerintah kepada Presiden berlaku mutatis mutandis
ketentuan Bab II;
In
A

7) Bahwa, pihak yang menyiapkan rancangan Peraturan Pemerintah


adalah pihak Kementrian dan/atau Lembaga Pemerintah Non
ah

lik

Departemen sesuai dengan bidang tugasnya. Hal ini sebagaimana


diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
m

ub

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;


8) Bahwa, selanjutnya tata cara Perencanaan Program Penyusunan
ka

Peraturan Pemerintah, Mentrinya menyiapkan program Penyusunan


ep

Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden


ah

Halaman 18 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

si
Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, yaitu sebagaimana diatur:

ne
ng
a) Pasal 27
1. Ayat (1) Menteri menyiapkan perencanaan program

do
gu penyusunan Peraturan Pemerintah;
2. Ayat (2) Perencanaan program penyusunan Peraturan
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

In
A
daftar judul dan pokok materi muatan Rancangan Peraturan
Pemerintah yang disusun berdasarkan hasil inventarisasi
ah

lik
pendelegasian Undang-Undang;
b) Pasal 28 “Menteri menyampaikan daftar perencanaan program
am

ub
penyusunan Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 kepada kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian”;
ep
k

c) Pasal 29
ah

1. Ayat (1) Menteri menyelenggarakan rapat koordinasi antar


R

si
kementerian dan/atau antarnonkementerian dalam jangka
waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal

ne
ng

daftar perencanaan program penyusunan Peraturan


Pemerintah disampaikan;

do
gu

2. Ayat (2) Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) diselenggarakan untuk finalisasi daftar perencanaan
program penyusunan Peraturan Pemerintah;
In
A

3. Ayat (3) Daftar perencanaan program penyusunan Peraturan


Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
ah

lik

dengan Keputusan Presiden;


d) Pasal 30
m

ub

3. Ayat (1) Dalam keadaan tertentu, Pemrakarsa dapat menyusun


Rancangan Peraturan Pemerintah di luar perencanaan
ka

program penyusunan Peraturan Pemerintah kepada Menteri;


ep
ah

Halaman 19 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4. Ayat (2) Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah

si
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kebutuhan
Undang-Undang atau putusan Mahkamah Agung;

ne
ng
5. Ayat (3) Dalam menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemrakarsa harus

do
gu terlebih dahulu mengajukan permohonan izin prakarsa kepada
Presiden;
6. Ayat (4) Permohonan izin prakarsa kepada Presiden disertai

In
A
penjelasan mengenai alasan perlunya disusun Peraturan
Pemerintah;
ah

lik
7. Ayat (5) Dalam hal Presiden memberikan izin prakarsa
penyusunan Peraturan Pemerintah di luar daftar perencanaan
am

ub
program penyusunan Peraturan Pemerintah, Pemrakarsa
melaporkan penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah
tersebut kepada Menteri;
ep
k

9) Bahwa, Pemrakarsa yang Membuat dan Menyusun Rancangan


ah

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan


R

si
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

ne
ng

Pemasyarakatan sebagai Pelaksana dari Pasal 14 angka (1), angka


(2) Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

do
Pemasyarakatan, ternyata “Tidak Mentaati Azas-Asas Hukum dan
gu

Ketentuan Hukum Yang Berlaku”, yaitu:


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
In
A

Peraturan Perundang-undangan;
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
ah

lik

Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun


2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perudang-undangan;
m

ub

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2005


Tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-undang,
ka

Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang,


ep
ah

Halaman 20 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan

si
Presiden;
10) Bahwa, peristiwa hukum atas kejadian tersebut, telah dibuktikan

ne
ng
dengan adanya Surat Pernyataan dari Bapak Sihabudin, Bc.Ip, S.H.,
selaku Mantan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementrian Hukum

do
gu dan HAM-Republik Indonesia. Sedangkan yang menjabat sebagai
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI adalah Bapak Amir
Syamsuddin dan sebagai Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi

In
A
Manusia RI adalah Bapak Denni Indrayana. Surat Pernyataan yang
dibuat dan ditandantani oleh Bapak Sihabudin, Bc.Ip, S.H. pada
ah

lik
tanggal 16 Nopember 2015, berbunyi sebagai berikut (Bukti P 4):
1. Bahwa benar saya pernah bertugas sebagai Direktur Jenderal
am

ub
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia sejak 23 September 2011 sampai
dengan 25 Januari 2013;
ep
k

2. Benar saat diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 99


ah

Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan


R

si
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, saya masih

ne
ng

menjabat sebagai Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementrian


Hukum dan Hak Asasi Manusia-Republik Indonesia;

do
gu

3. Sebagai Direktur Jenderal Pemasyarakatan yang bertanggung


jawab secara langsung atas pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia (PP) Nomor 99 Tahun 2012, Direktur Jenderal
In
A

Pemasyarakatan dan Unit Pelaksana Tekhnis Pemasyarakatan


sama sekali tidak pernah dilibatkan dalam proses penyusunan
ah

lik

hingga diterbitkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


(PP) Nomor 99 Tahun 2012;
m

ub

4. Bahwa Sebagai Direktur Jenderal Pemasyarakatan yang


bertanggung jawab secara langsung atas pelaksanaan Peraturan
ka

Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 99 Tahun 2012, saya


ep

melihat isi dari PP Nomor 99 Tahun 2012 tersebut banyak


ah

Halaman 21 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bertentangan dengan isi dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun

si
1995 Tentang Pemasyarakatan, terutama berkaitan dengan
pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan/Lapas yang berakibat

ne
ng
dapat memicu keresahan diantara warga binaan di Lapas/UPT
hingga pada akhirnya akan menimbulkan kerawanan pada

do
gu lingkungan Lapas/UPT di jajaran Pemasyarakatan;
5. Berdasarkan Ilmu serta pengalaman saya selama kurang lebih 40
tahun bertugas di Jajaran Pemasyarakatan Departemen Hukum

In
A
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, saya sangat
menyesalkan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun
ah

lik
2012 dan saya berharap agar segera mungkin untuk diperbaiki
atau dikeluarkan kembali Peraturan Pemerintah yang dapat
am

ub
memperbaiki sistem pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
yang sesuai dengan sistem Pemasyarakatan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan;
ep
k

11) Bahwa, dengan tidak dilibatkannya dan tidak adanya usulan-usulan


ah

dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan


R

si
HAM-RI sebagai ujung tombak di bidang Pemasyarakatan dan
Pejabat yang bertanggung langsung dalam bidang Pemasyarakatan,

ne
ng

dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah s/d


diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012,

do
gu

membuktikan bahwa pembuatan peraturan pemerintah dimaksud


“tidak Melalui Harmonisasi”, sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang telah diuraikan di atas, sehingga
In
A

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, terbukti menyalahi


Ketentuan hukum Formilnya”.
ah

lik

12) Bahwa, hal ini diperkuat pendapat dua ahli Hukum Tata Negara:
Prof. Dr. HM. Laica Marzuki, S.H., yang diajukan Para Pemohon Uji
m

ub

Materi bahwa, ”Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun


2012 yang dimohonkan Uji Materi bertentangan dengan Asas
ka

Ketertiban Hukum dan kepastian hukum, khususnya asas ketertiban


ep

hukum, sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, ayat (1) Undang-


ah

Halaman 22 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

si
Perundang-undangan. Hal dimaksud menghambat hak beracara yang
bersangkutan selaku Justitiabel (als rechtzoekend zijnde ).”

ne
ng
Dr. Ridwan, S.H.. H.Hum, yang diajukan Para Pemohon Uji Materi
bahwa:

do
gu 1. Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis itu penting dalam suatu
peraturan perundang-undangan, namun tidak semua peraturan
perundang-undangan itu harus memuat ketiga landasan tersebut.

In
A
Peraturan Pemerintah termasuk diantaranya (berdasarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
ah

lik
Peraturan Perundang-undangan);
Bahwa tidak dimasukkannya landasan filosofis, sosiologis, dan
am

ub
yuridis pada Konsiderans Peraturan Pemerintah, karena dua
alasan; Pertama, Peraturan Pemerintah itu merupakan peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk
ep
k

menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.


ah

Kewenangan ini ditentukan secara tegas dalam Pasal 5 ayat (2)


R

si
UUD Negara RI Tahun 1945 disebutkan, “Presiden menetapkan
Peraturan Pemerintah untuk menjalankan undang-undang

ne
ng

sebagaimana mestinya.” Bagir Manan mengatakan bahwa


“Apabila UUD 1945 menentukan suatu materi muatan diatur

do
gu

dengan bentuk peraturan perundang-undangan tertentu, maka


tidak boleh diatur dengan bentuk peraturan perundang-undangan
lain.” Terhadap ketentuan Pasal 5 ayat (2) UUD, Bagir Manan
In
A

mengatakan bahwa “Berdasarkan ketentuan ini Peraturan


Pemerintah dibuat oleh Presiden hanya untuk melaksanakan
ah

lik

undang-undang. Tidak akan ada Peraturan Pemerintah untuk


melaksanakan UUD 1945, Tap MPR, atau semata-mata
m

ub

didasarkan pada kewenangan mandiri (original power) Presiden


membentuk peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud
ka

dengan “melaksanakan undang-undang”, bahwa Peraturan


ep
ah

Halaman 23 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemerintah hanya berisi ketentuan lebih lanjut (rincian) dari

si
ketentuan-ketentuan yang telah terdapat dalam undang-undang;”
Kedua, Peraturan Pemerintah itu bukan merupakan instrumen

ne
ng
hukum mandiri, berbeda dengan Peraturan Presiden (Perpres)
yang dapat dikeluarkan Presiden baik atas dasar perintah undang-

do
gu undang ataupun tanpa perintah undang-undang, yakni atas dasar
kewenangan diskresi (discretionary power) yang melekat pada
Presiden. Presiden tidak dapat mengeluarkan Peraturan

In
A
Pemerintah tanpa perintah undang-undang. Peraturan Pemerintah
menjadi instrumen hukum yang tidak terpisahkan dari undang-
ah

lik
undang yang dilaksanakan. Sebagai instrumen hukum yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari undang-undang, landasan
am

ub
filosofis, sosiologis, dan yuridis itu merujuk pada landasan
filosofis, sosiologis, dan yuridis yang terdapat dalam undang-
undang yang dilaksanakan, sehingga tidak perlu lagi dimasukkan
ep
k

dalam Konsiderans Peraturan Pemerintah;


ah

2. Dengan membaca dan memerhatikan Konsiderans “menimbang”


R

si
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2012 ini tampak bahwa
Konsiderans ini secara substansi merupakan Konsiderans untuk

ne
ng

instrumen hukum setingkat undang-undang, sementara


Konsiderans “menimbang” Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995

do
gu

tentang Pemasyarakatan, yang beberapa ketentuan pasalnya


dilaksanakan dengan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2012,
tidaklah memuat Konsiderans seluas Konsiderans dalam
In
A

Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2012 ini.


3. Dengan demikian, eksistensi Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun
ah

lik

2012 mengandung cacat hukum (rechtsgebrek) yaitu memuat


Konsiderans yang menyimpangi Undang-Undang Nomor 12
m

ub

Tahun 2011. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun


2011, Konsiderans “menimbang” Peraturan Pemerintah itu cukup
ka

memuat satu pertimbangan yang berisi uraian ringkas mengenai


ep

perlunya melaksanakan ketentuan pasal atau beberapa pasal dari


ah

Halaman 24 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Undang-Undang yang memerintahkan pembentukan Peraturan

si
Pemerintah tersebut dengan menunjuk pasal atau beberapa pasal
dari Undang-Undang yang memerintahkan pembentukannya,

ne
ng
sementara Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2012 ini memuat
landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis, bahkan lebih luas

do
gu daripada landasan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor
12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
4. Meskipun pengenalan dan pemahaman terhadap asas-asas

In
A
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, beserta
penerapannya merupakan aspek penting dalam mengenali dan
ah

lik
menganalisis eksistensi dan keabsahan peraturan perundang-
undangan, namun dalam hal ini yang kiranya relevan untuk
am

ub
dikemukakan hanyalah bahwa Konsiderans “menimbang” itu
harus dirumuskan dan ditempatkan secara proporsional sesuai
dengan bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan. karena
ep
k

sebagaimana dikemukakan di atas bahwa Konsiderans itu tidak


ah

hanya sekedar dicantumkan sebagai alasan filosofis, sosiologis,


R

si
dan yuridis dikeluarkannya peraturan, tetapi harus tercermin
dalam batang tubuh atau pasal-pasal peraturan, sementara

ne
ng

batang tubuh dan materi muatan (onderwerp) itu harus sesuai


dengan bentuk atau jenis peraturannya.

do
gu

13) Bahwa, untuk itu Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012,


haruslah dinyatakan “tidak sah dan batalkan demi hukum”.
B. Materi Peraturan Pemerintah RI Nomor 99 Tahun 2012 (konsiderans,
In
A

Batang Tubuh dan Penjelasannya) Bertentangan Dengan Peraturan


Undang-Undang Yang Lebih Tinggi.
ah

lik

Peraturan Perundangan-undangan yang dibuat secara tertulis dan


sistimatis memuat materi materi pokok yang merupakan satu kesatuan
m

ub

yang tidak terpisah-pisahkan, yang satu dengan lainnya saling berkaitan


dan tidak bertentangan satu dengan yang lainya, yaitu konsiderans
ka

(pertimbangan filosofis dan yuridis), Batang Tubuh (Pasal-pasal dan ayat-


ep

ayat), serta Penjelasan dari Peraturan Perundangan-undangan itu sendiri.


ah

Halaman 25 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dengan demikian pembahasan apakah Peraturan Pemerintah Nomor 99

si
Tahun 2012 bertentangan dengan Undang-Undang yang Lebih Tinggi
,akan diuraikan secara sistimatis mulai dari konsiderans, Batang Tubuh

ne
ng
dan Penjelasannya.
1. Konsiderans Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012

do
gu Bertentangan Dengan Konsiderans Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 Tentang Pemasyarakatan;
1. Bahwa, peraturan perundangan termasuk Peraturan Pemerintah,

In
A
di dalamnya tersusun secara sistimatis yang terdiri dari
konsiderans, Batang Tubuh ( Pasal dan ayat) dan Penjelasannya;
ah

lik
2. Bahwa, disebutkan dalam konsiderans Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2012, yang intinya menentukan, sebagai berikut
am

ub
dalam kalimat “Menimbang”:
a. Bahwa tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor
narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan
ep
k

negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta


ah

kejahatan transnasional terorganisasi lainnya merupakan


R

si
kejahatan luar biasa karena mengakibatkan kerugian yang
besar bagi negara atau masyarakat atau korban yang banyak

ne
ng

atau menimbulkan kepanikan, kecemasan, atau ketakutan yang


luar biasa kepada masyarakat;

do
gu

b. Bahwa pemberian Remisi, Asimilasi, dan Pembebasan


Bersyarat bagi pelaku tindak pidana terorisme, narkotika dan
prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap
In
A

keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang


berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya perlu
ah

lik

diperketat syarat dan tata caranya untuk memenuhi rasa


keadilan masyarakat;
m

ub

c. Bahwa ketentuan mengenai syarat dan tata cara pemberian


Remisi, Asimilasi, dan Pembebasan Bersyarat yang diatur
ka

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang


ep

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan


ah

Halaman 26 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

si
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat

ne
ng
dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan, belum mencerminkan seutuhnya kepentingan

do
gu keamanan, ketertiban umum, dan rasa keadilan yang dirasakan
oleh masyarakat dewasa ini, sehingga perlu diubah;
3. Bahwa, dari ketentuan dalam Konsiderans Peraturan Pemerintah

In
A
Nomor 99 Tahun 2012, dalam kalimat Menimbang Poin a, dapat
disimpulkan adanya istilah kejahatan luar biasa (Extra Ordinary
ah

lik
Crime). Adapun yang dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa
dalam konsideranst Peraturan pemerintah ini adalah:
am

ub
a) Tindak pidana terorisme;
b) Tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika;
c) Tindak pidana psikotropika;
ep
k

d) Tindak pidana korupsi;


ah

e) Tindak pidana, kejahatan terhadap keamanan Negara;


R

si
f) Tindak pidana/kejahatan hak asasi manusia yang berat;
g) Serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya.

ne
ng

4. Bahwa, pengklasifikasian beberapa tindak pidana sebagaimana


tersebut di atas sebagai kejahatan luar biasa (Extra Ordinary

do
gu

Crime) dalam Konsiderans Peraturan Pemerintah tentunya harus


mendasarkan pada Undang-Undang yang secara hirarki lebih
tinggi dari Peraturan pemerintah tersebut, baik itu undang-undang
In
A

yang berkaitan secara langsung dengan Peraturan Pemerintah


tersebut, maupun undang-undang yang tidak berkaitan secara
ah

lik

langsung namun ada beberapa muatan materinya disinggung atau


diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut;
m

ub

5. Bahwa, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang


Pemasyarakatan yang berkaitan langsung dengan Peraturan
ka

Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, sebagai Peraturan


ep

Pelaksanaannya. Apabila kita simak kandungan Undang-Undang


ah

Halaman 27 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, mulai dari

si
konsiderans, batang tubuh yang memuat Pasal-Pasal dan ayat-
ayat serta penjelasannya, ternyata tidak ada satupun kata atau

ne
ng
kalimat yang berbunyi kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crime).
Bahkan tidak terdapat satu kata atau kalimat yang dapat dimaknai

do
gu atau diartikan sama dengan kata atau kalimat kejahatan luar biasa
(Extra Ordinary Crime).
6. Bahwa, Undang-Undang yang tidak berkaitan secara langsung

In
A
namun ada beberapa muatan materinya disinggung atau diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tersebut,
ah

lik
yaitu:
a) UU RI Nomor 16 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan
am

ub
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
Tentang Pemberantasan Terorisme menjadi Undang-Undang;
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
ep
k

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2


ah

Tahun 2002 Tentang Pemberlakuan Peraturan Pemerintah


R

si
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme; Undang-Undang

ne
ng

Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002

do
gu

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, menjadi


UU; Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang
In
A

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003


Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
ah

lik

Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang;
m

ub

b) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;


c) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika;
ka

ep
ah

Halaman 28 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001,

si
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

ne
ng
e) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999
Tentang Perubahan Kitab Undang-undang Hukum Pidana

do
gu Yang Berkaitan dengan Kejahatan Terhadap Keamanan
Negara;
f) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999

In
A
Tentang Hak Asasi Manusia; Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak
ah

lik
Asasi Manusia;
g) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009
am

ub
Tentang Pengesahan Protokol To Prevent Supppres And
Punish Trafficing In Persons, Especially Women And Children,
Supplementing The United Nations Convention Against
ep
k

Transnasional Organized Crime (Protokol Untuk Mencegak,


ah

Menindak, dan Menghukum Perdagangan Orang, Terutama


R

si
Perempuan Dan Anak-anak, Melengkapi Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana

ne
ng

Transnasional Yang Terorganisir);


7. Bahwa, setelah dikaji dengan seksama semua ketentuan dalam

do
gu

Undang-Undang (konsiderans, Batang tubuh yang terdiri dari


Pasal-pasal/ayat-ayat, dan penjelasannya) sebagai mana terurai
dalam Poin nomor 6 (huruf a, b, c, d, e, f, g ) tersebut di atas,
In
A

ternyata tidak ada satupun kata atau kalimat yang berbunyi


kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crime). Bahkan tidak terdapat
ah

lik

satu kata atau kalimat yang dapat dimaknai atau diartikan sama
dengan kata atau kalimat kejahatan luar biasa (Extra Ordinary
m

ub

Crime), sebagaimana dimaksud dalam konsideran Menimbang


huruf a, Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012;
ka

8. Bahwa, dengan demikian kalimat kejahatan luar biasa dalam


ep

Konsiderans Menimbang huruf a, Peraturan Pemerintah Nomor 99


ah

Halaman 29 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tahun 2012, adalah menciptakan Norma Baru (atau landasan

si
filosofis dan yuridis) yang menyimpang dan bertentangan dengan
Undang-Undang yang lebih tinggi. Baik bertentangan dengan

ne
ng
Undang-Undang Pokok yang dilaksanakan oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, maupun undang-undang

do
gu lainnya yang tidak berkaitan secara langsung, namun ada
beberapa muatan materinya disinggung atau diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 sebagaimana

In
A
disebut dalam Poin Nomor 6 di atas;
9. Bahwa, hal ini diperkuat pendapat ahli Hukum Tata Negara Prof.
ah

lik
Dr. HM. Laica Marzuki, S.H., yang diajukan Para Pemohon Uji
Materi bahwa, ”Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2012
am

ub
menggolongkan narapidana tertentu selaku pelaku kejahatan luar
biasa (extra ordinary crime), secara berbeda dengan narapidana
warga binaan pemasyarakatan lainnya. Hal tersebut melanggar
ep
k

norma aturan pokok, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995


ah

tentang Pemasyarakatan”;
R

si
10. Bahwa, selanjutnya ketentuan dalam Konsiderans Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, dalam kalimat Menimbang

ne
ng

Poin b, dapat disimpulkan adanya Penggolongan Pelaku Tindak


Pidana, yaitu:

do
gu

1) Pelaku tindak pidana terorisme,


2) Pelaku tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika,
3) Pelaku tindak pidana psikotropika,
In
A

4) Pelaku tindak pidana korupsi,


5) Pelaku tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara
ah

lik

dan;
6) Kejahatan hak asasi manusia yang berat.
m

ub

11. Bahwa, Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 (yang


terdiri dari Konsiderans (pertimbangan hukum), batang tubuh
ka

(pasal dan ayat-ayat) dan penjelasannya), adalah Pelaksanaan


ep

dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang


ah

Halaman 30 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemasyarakatan, dimana Lapas sebagai tempat untuk

si
melaksanakan Pembinaan “Narapidana, Anak Didik
Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan”, sehingga

ne
ng
konsiderans (pertimbangan hukum) Peraturan Pemerintah Nomor
99 Tahun 2012, tidak dibenarkan menggunakan istilah Pelaku

do
gu Tindak Pidana dan menggolongkan Pelaku Tindak Pidana. Pada
kalimat Frasa “Pelaku Tindak Pidana terorisme, narkotika,
precusor, psikotropika, korupsi ... dstnya”, bertentangan dengan

In
A
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka (5) yang menyatakan
ah

lik
“Warga Binaan Pemasyarakatan adalah Narapidana, Anak Didik
Pemasyarakatan dan klien Pemasyarakatan, dan Pasal 1 angka
am

ub
(7) yang menyatakan bahwa “Narapidana adalah terpidana yang
menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas”;
12. Bahwa, apabila dalam konsiderans (pertimbangan hukum)
ep
k

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 yang menciptakan


ah

dan merumuskan istilah Pelaku Tindak Pidana dan Penggolongan


R

si
Pelaku Tindak Pidana, seharusnya menurut hukum ketentuan
yang ada dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

ne
ng

Pemasyarakatan (konsiderans. Pasal 1 angka (5) juncto Pasal 1


angka (7) dan penjelasannya harus diubah terlebih dahulu.

do
gu

Sehingga materi muatan dalam pertimbangan hukum, pasal-pasal,


ayat-ayat, dan penjelasannya, dari Peraturan Pemerintah Nomor
99 Tahun 2012, tidak menciptakan Norma Baru yang berbeda,
In
A

tidak selaras, dan bahkan bertentangan dengan Undang-Undang


Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan;
ah

lik

13. Bahwa, pengertian Narapidana yang diatur dalam Pasal 1 angka


(7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
m

ub

Pemasyarakatan, yang menyatakan bahwa “Narapidana adalah


Terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS”.
ka

Sedangkan Penggolongan Narapidana sangat jelas diatur dalam


ep

Pasal 12 ayat (1), yang menyebutkan “Dalam rangka pembinaan


ah

Halaman 31 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
terhadap Narapidana di LAPAS dilakukan penggolongan atas

si
dasar: a. umur; b. jenis kelamin; c. lama pidana yang dijatuhkan; d.
jenis kejahatan; dan e. kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan

ne
ng
atau perkembangan pembinaan”;
14. Bahwa, jika dibandingkan Penggolongan (membeda-bedakan)

do
gu jenis Narapidana yang diatur dalam Pasal 1 angka (7) dan Pasal
12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan dengan jenis narapidana yang diatur dalam

In
A
Pasal 34 A Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, jelas
menunjukkan bahwa Pasal 34 A Peraturan Pemerintah Nomor 99
ah

lik
Tahun 2012 menciptakan Norma Baru yaitu adanya
“Penggolongan (membeda-bedakan) Narapidana berdasarkan
am

ub
jenis-jenis tindak pidana yang dilakukan”;
15. Bahwa, selanjutnya dalam Konsiderans (pertimbangan hukum)
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, dalam kalimat
ep
k

Menimbang huruf c, disebutkan:


ah

Bahwa ketentuan mengenai syarat dan tata cara pemberian


R

si
Remisi, Asimilasi, dan Pembebasan Bersyarat yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan

ne
ng

Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor

do
gu

28 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah


Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, belum mencerminkan
In
A

seutuhnya kepentingan keamanan, ketertiban umum, dan rasa


keadilan yang dirasakan oleh masyarakat dewasa ini, sehingga
ah

lik

perlu diubah;
16. Bahwa, perlu diketahui Konsiderans (pertimbangan) tersebut,
m

ub

adalah sebagai dasar filosofis dan yudiris dalam menetapkan


Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 sebagai
ka

Pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995


ep

Tentang Pemasyarakatan. Diketahui bahwa Undang-Undang


ah

Halaman 32 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan adalah

si
Perwujudan/Pelaksanaan/Pengejawantahan dari Prinsip-prinsip
Pemasyarakatan. Sedangkan prinsip-prinsip Pemasyarakatan

ne
ng
merupakan Perwujudan/Pelaksanaan/Pengejawantahan dari
Pancasila sebagai Dasar Negara/Ideologi Negara/Falsafah Bangsa

do
gu Indonesia dan UUD-RI Tahun 1945 merupakan Hukum Dasar
dalam Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian
Pemayarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan

In
A
Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem kelembagaan
dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem
ah

lik
Pemidanaan dalam Tata Peradilan Pidana (Pasal 1 angka (1)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
am

ub
Pemasyarakatan). Sedangkan sistem Pemasyarakatan yang
berdasarkan Pancasila dan UUD-RI Tahun 1945, dilaksanakan
secara terpadu antara Pembina dengan yang dibina dan
ep
k

masyarakat;
ah

17. Bahwa, berdasarkan uraian fakta hukum tersebut di atas maka


R

si
Konsiderans (pertimbangan) Peraturan Pemerintah Nomor 99
Tahun 2012, yang materi muatannya hanya pada kepentingan

ne
ng

keamanan, ketertiban umum, dan rasa keadilan yang di rasakan


masyarakat, tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan dan tujuan

do
gu

pemasyarakatan yang mengedepankan aspek treatment filosofi


(filosopi pembinaan) sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan.
In
A

Dengan demikian Konsiderans Peraturan Pemerintah Nomor 99


Tahun 2012, dapat disimpulkan sangat tendensius mengembalikan
ah

lik

pada sistem penjeraan, kepenjaraan dan pengetatan yang


berfilosofi pada Balas Dendam, khususnya terhadap Warga
m

ub

Binaan Pemasyarakatan yang berasal dari Tindak Pidana Korupsi,


terorisme, Narkoba dll. Sedangkan aspek Rasa Keadilan hanya
ka

diperuntukkan pada warga masyarakat saja, padahal diketahui


ep

dalam menjalankan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan


ah

Halaman 33 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pancasila, harus dilaksanakan secara terpadu antara Pembina,

si
Yang dibina, Masyarakat. Jadi Rasa Keadilan, harus dirasakan
pula oleh Warga Binaan Pemasyarakatan terutama untuk

ne
ng
mendapatkan Pembinaan dan mendapatkan Hak-hak lainnya;
18. Bahwa, dengan demikian telah terbukti materi Muatan dalam

do
gu Konsiderans (pertimbangan) Peraturan Pemerintah Nomor 99
Tahun 2012 tersebut tidak menyentuh Pembinaan, dengan
demikian materi muatannya Konsiderans (pertimbangan hukum)

In
A
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 bertentangan
dengan Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
ah

lik
Tentang Pemasyarakatan.
19. Bahwa, hal ini diperkuat pendapat dua ahli Hukum Tata Negara:
am

ub
Prof. Dr. HM. Laica Marzuki, S.H., yang diajukan Para Pemohon
Uji Materi bahwa,”Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2012
menggolongkan narapidana tertentu selaku pelaku kejahatan luar
ep
k

biasa (extra ordinary crime), secara berbeda dengan narapidana


ah

warga binaan pemasyarakatan lainnya.


R

si
Hal tersebut melanggar norma aturan pokok, Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Pasal 12 ayat

ne
ng

(1), angka (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang


Pemasyarakatan yang menyebutkan‘ Dalam rangka pembinaan

do
gu

terhadap narapidana di LAPAS dilakukan penggolongan atas


dasar : a. umur, b. jenis kelamin, c. lama pidana yang dijatuhkan,
d. jenis kejahatan, dan e. kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan
In
A

atau perkembangan pembinaan.’ Kriteria penggolongan


narapidana menurut Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012
ah

lik

merugikan incasu Para Pemohon Uji Materi karena dikaitkan


dengan hal persyaratan pemberian remisi dan pembebasan
m

ub

bersyarat yang onrechtmatig.


Dalam pada itu, pembuat Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun
ka

2012 telah secara onrechtmatig menyisipkan norma baru dalam


ep

dirinya, yang menyimpangi aturan pokok, Undang-Undang Nomor


ah

Halaman 34 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Pembuat Peraturan

si
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 telah mengambil alih
kewenangan pembuat Undang-Undang (= the law maker).

ne
ng
Dr. Ridwan, S.H.. H.Hum, yang diajukan Para Pemohon Uji Materi
bahwa,”sesuai dengan asas preferensi, “Lex superior derogat legi

do
gu inferiori” yaitu peraturan lebih tinggi mengesampingkan peraturan
yang lebih rendah, Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012
harus dikesampingkan, karena bukan saja menyimpangi Undang-

In
A
Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. tetapi juga melampaui Undang-undang
ah

lik
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.”
2. Ketentuan Pasal 34A ayat (1) huruf a, b, ayat (3) Yang Mengatur
am

ub
Pemberian Remisi dan Pasal 43A ayat (1) huruf a dan ayat (3) yang
Mengatur Pembebasan Bersayarat Dalam Peraturan Pemerintah Nomor
99 Tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
ep
k

Nomor 32 Tahun 1999, Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
ah

Warga Binaan Pemasyarakatan, Bertetangan Dengan Undang-undang


R

si
RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, khususnya
konsiderans, Pasal 14 ayat 1 huruf i, k, dan ayat (2) dan Undang-Undang

ne
ng

Lainnya.
1) Bahwa, Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, yang secara

do
gu

substansial yang merugikan Pemohan Uji Materi yaitu berkaitan


dengan Hak Warga Binaan yaitu Pemberian Remisi dan Pemberian
Pembebasan Bersyarat.
In
A

2) Bahwa, untuk Pemberian Remisi, secara kronologis diatur dalam


peraturan perundang-undangan, yaitu:
ah

lik

1. Keputusan Presiden (Kepres):


a) Keppres RI Serikat (RIS) Nomor 156 Thn 1950, tanggal 19 April
m

ub

1955 Tentang Pembebasan Hukuman untuk seluruhnya atau


untuk sebagian pada tanggal 17 Agustus;
ka

ep
ah

Halaman 35 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b) Keppres RI Nomor 120 Tahun 1955, tanggal 23 Juli 1955

si
Tentang Pengurangan Hukuman Istimewa pada hari Dwi Dasa
Warsa Proklamasi Kemerdekaan RI;

ne
ng
c) Keppres RI Nomor 5 Tahun 1987 Tentang Pengurangan Masa
Menjalani Pidana (Remisi);

do
gu d) Keppres RI Nomor 174 Thn 1999 Tentang Remisi (setelah
berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Thn 1995 Tentang
Pemasyarakatan;

In
A
2. Pasal 14 ayat (1) huruf i Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan, yang menyatakan sebagai berikut:
ah

lik
- Ayat ( 1) Narapidana berhak:
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau
am

ub
kepercayaannya;
b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun
jasmani;
ep
k

c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;


ah

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang


R

si
layak;
e. Menyampaikan keluhan;

ne
ng

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media


massa lainnya yang tidak dilarang;

do
gu

g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang


dilakukan;
h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau
In
A

orang tertentu lainnya;


i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);
ah

lik

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti


mengunjungi keluarga;
m

ub

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat;


l. Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan
ka

m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan


ep

perundang-undangan yang berlaku.


ah

Halaman 36 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Ayat ( 2) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara

si
pelaksanaan hak-hak Narapidana sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

ne
ng
3. Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 yang
berbunyi sebagai berikut:

do
gu 1) Setiap Narapidana dan Anak Pidana berhak mendapatkan
Remisi.
2) Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan

In
A
kepada Narapidana dan Anak Pidana yang telah memenuhi
syarat:
ah

lik
a. berkelakuan baik; dan
b. telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan
am

ub
3) Persyaratan berkelakuan baik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dibuktikan dengan:
a. tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu
ep
k

6 (enam) bulan terakhir, terhitung sebelum tanggal


ah

pemberian Remisi; dan


R

si
b. telah mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan
oleh LAPAS dengan predikat baik.

ne
ng

4. Pasal Pasal 34A ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, yang berbunyi sebagai

do
gu

berikut:
1) Pemberian Remisi bagi Narapidana yang dipidana karena
melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor
In
A

narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan


negara, kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta
ah

lik

kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, selain harus


memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
m

ub

juga harus memenuhi persyaratan:


a. Bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk
ka

membantu membongkar perkara tindak pidana yang


ep

dilakukannya;
ah

Halaman 37 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. Telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai

si
dengan putusan pengadilan untuk Narapidana yang
dipidana karena melakukan tindak pidana korupsi; dan

ne
ng
c. Telah mengikuti program deradikalisasi yang
diselenggarakan oleh LAPAS dan/atau Badan Nasional

do
gu Penanggulangan Terorisme, serta menyatakan ikrar:
1) kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
secara tertulis bagi Narapidana Warga Negara

In
A
Indonesia; atau
2) tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana
ah

lik
terorisme secara tertulis bagi Narapidana Warga Negara
Asing, yang dipidana karena melakukan tindak pidana
am

ub
terorisme.
2) Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika sebagaimana
ep
k

dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku terhadap Narapidana


ah

yang dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)


R

si
tahun;
3) Kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada

ne
ng

ayat (1) huruf a harus dinyatakan secara tertulis dan ditetapkan


oleh instansi penegak hukum sesuai dengan ketentuan

do
gu

peraturan perundang-undangan;
5. Bahwa, mengenai pemberian Pembebasan Bersyarat diatur dalam
peraturan perundang undangan, yang secara kronologis sebagai
In
A

berikut, yaitu:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana:
ah

lik

a. Pasal Pasal 15a KUHP menyatakan:


1) Pelepasan bersyarat di berikan dengan syarat umum
m

ub

bahwa terpidana tidak akan melakukan perbuatan


pidana dan perbuatan lain yang tidak baik;
ka

2) Selain itu, juga boleh ditambahkan syarat-syarat khusus


ep

mengenai kelakuan terpidana, asal saja tidak


ah

Halaman 38 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mengurangi kemerdekaan agama, dan kemerdekaan

si
politik baginya;
3) Yang diserahi mengawasi supaya syarat di penuhi ialah

ne
ng
pejabat tersebut dalam pasal 14d ayat (1);
4) Agar syarat-syarat dipenuhi dapat diadakan

do
gu pengawasan khusus, yang semata-mata harus bertujuan
memberi bantuan kepada terpidana;
5) Selama masa percobaan syarat-syarat dapat diubah

In
A
atau dihapus, atau dapat diadakan syarat-syarat khusus
baru; begitu juga dapat diadakan pengawasan khusus.
ah

lik
Dan pengawasan khusus itu dapat diserahkan kepada
orang lain dari pada orang yang semula diserahi;
am

ub
6) Orang yang mendapat pelepasan bersyarat diberi surat
pas, yang memuat syarat-syarat yang harus di
penuhinya. Jika hal-hal yang tersebut dalam ayat di atas
ep
k

dijalankan, maka orang itu diberi surat pas baru.


ah

b. Pasal 15b KUHP menyatakan:


R

si
1) Jika orang diberi pelepasan bersyarat selama masa
percobaan melakukan hal-hal yang melanggar syarat-

ne
ng

syarat tersebut dalam surat pasnya, maka pelepasan


dapat dicabut. Jika ada sangkaan keras bahwa hal-hal di

do
gu

atas dilakukan, Menteri kehakiman dapat menghentikan


pelepasan tersebut untuk sementara waktu;
2) Waktu selama terpidana di lepaskan bersyarat sampai
In
A

menjalani pidana lagi, tidak termasuk waktu pidananya;


3) Jika sudah ada tiga bulan setelah masa percobaan
ah

lik

habis, pelepasan bersyarat tidak dapat dicabut kembali


kecuali jika sebelum waktu tiga bulan lewat, terpidana di
m

ub

tuntut karena melakukan perbuatan pidana dalam masa


percobaan dan tuntutan berakhir dengan putusan pidana
ka

yang menjadi tetap. Dalam hal itu, karena melakukan


ep

perbuatan pidana tersebut, pelepasan bersyarat masih


ah

Halaman 39 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dapat dicabut dalam waktu tiga bulan setelah putusan

si
menjadi tetap, berdasarkan pertimbangan bahwa
terpidana melakukan juga perbuatan pidana selama

ne
ng
masa percobaan;
c. Pasal 16 KUHP menyatakan:

do
gu 1) Ketentuan pelepasan bersyarat ditetapkan oleh Menteri
kehakiman, atas usul atau setelah mendapat kabar dari
pengurus penjara tempat terpidana, dan setelah

In
A
mendapat keterangan dari jaksa tempat asal terpidana.
Sebelum menentukan, harus ditanya dahulu pendapat
ah

lik
dewan Reklasering pusat, yang tugasnya diatur oleh
Menteri kehakiman;
am

ub
2) Ketentuan mencabut pelepasan bersyarat, begitu juga
hal-hal yang tersebut dalam pasal 15a ayat (5), di
tetapkan oleh Menteri kehakiman atas usul atau setelah
ep
k

mendapat kabar dari Jaksa tempat asal terpidana.


ah

Sebelum memutus, harus ditanya dahulu pendapat


R

si
Dewan Reklasering Pusat.
2. Pasal 14 ayat (1) huruf k Undang-Undang Nomor 12 Tahun

ne
ng

1995 Tentang Pemasyarakatan, yang menyatakan sebagai


berikut:

do
gu

- Ayat (1) Narapidana berhak:


a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau
kepercayaannya;
In
A

b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun


jasmani;
ah

lik

c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;


d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang
m

ub

layak;
e. Menyampaikan keluhan;
ka

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media


ep

massa lainnya yang tidak dilarang


ah

Halaman 40 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang

si
dilakukan;
h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau

ne
ng
orang tertentu lainnya;
i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);

do
gu j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti
mengunjungi keluarga;
k. Mendapatkan pembebasan bersyarat;

In
A
l. Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan
m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan
ah

lik
perundang-undangan yang berlaku.
- Ayat (2) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara
am

ub
pelaksanaan hak-hak Narapidana sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah;
ep
k

3. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, sebagaimana


ah

dimaksud dalam:
R

si
a) Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
1) Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan

ne
ng

kecuali Anak Sipil, berhak mendapatkan Pembebasan


Bersyarat;

do
gu

2) Pembebasan Bersyarat sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diberikan dengan syarat:
a. Telah menjalani masa pidana paling singkat 2/3 (dua
In
A

per tiga) dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa


pidana tersebut paling sedikit 9 (sembilan) bulan;
ah

lik

b. Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana


paling singkat 9 (sembilan) bulan terakhir dihitung
m

ub

sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga) masa pidana;


c. Telah mengikuti program pembinaan dengan baik,
ka

tekun, dan bersemangat; dan


ep
ah

Halaman 41 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
d. masyarakat dapat menerima program kegiatan

si
pembinaan Narapidana.
3) Pembebasan Bersyarat bagi Anak Negara diberikan

ne
ng
setelah menjalani pembinaan paling sedikit 1 (satu)
tahun;

do
gu 4) Pemberian Pembebasan Bersyarat ditetapkan dengan
Keputusan Menteri;
5) Pembebasan Bersyarat dicabut jika Narapidana atau

In
A
Anak Didik Pemasyarakatan melanggar persyaratan
Pembebasan Bersyarat sebagaimana dimaksud pada
ah

lik
ayat (2);
6) Ketentuan mengenai pencabutan Pembebasan
am

ub
Bersyarat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur
dalam Peraturan Menteri.
b) Pasal 43A berbunyi sebagai berikut:
ep
k

1) Pemberian Pembebasan Bersyarat untuk Narapidana


ah

yang dipidana karena melakukan tindak pidana


R

si
terorisme, narkotika dan prekursor narkotika,
psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan

ne
ng

negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat,


serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya,

do
gu

selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) juga harus memenuhi
persyaratan:
In
A

a. Bersedia bekerja sama dengan penegak hukum


untuk membantu membongkar perkara tindak pidana
ah

lik

yang dilakukannya;
b. Telah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 (dua per
m

ub

tiga) masa pidana, dengan ketentuan 2/3 (dua per


tiga) masa pidana tersebut paling sedikit 9 (sembilan)
ka

bulan;
ep
ah

Halaman 42 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Telah menjalani Asimilasi paling sedikit 1/2 (satu per

si
dua) dari sisa masa pidana yang wajib dijalani; dan
d. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas

ne
ng
kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana dan
menyatakan ikrar:

do
gu 1) Kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia secara tertulis bagi Narapidana Warga
Negara Indonesia atau

In
A
2) Tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana
terorisme secara tertulis bagi Narapidana Warga
ah

lik
Negara Asing, yang dipidana karena melakukan
tindak pidana terorisme.
am

ub
2) Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak
pidana narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku
ep
k

terhadap Narapidana yang dipidana dengan pidana


ah

penjara paling singkat 5 (lima) tahun;


R

si
3) Kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a harus dinyatakan secara tertulis

ne
ng

oleh instansi penegak hukum sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

do
gu

c) Pasal 43B menyatakan:


1) Pembebasan Bersyarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43A ayat (1) diberikan oleh Menteri setelah
In
A

mendapatkan pertimbangan dari Direktur Jenderal


Pemasyarakatan;
ah

lik

2) Direktur Jenderal Pemasyarakatan dalam memberikan


pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
m

ub

wajib memperhatikan kepentingan keamanan, ketertiban


umum, dan rasa keadilan masyarakat;
ka

ep
ah

Halaman 43 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3) Direktur Jenderal Pemasyarakatan dalam memberikan

si
pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib meminta rekomendasi dari instansi terkait, yakni:

ne
ng
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme, dan/atau

do
gu Kejaksaan Agung dalam hal Narapidana dipidana
karena melakukan tindak pidana terorisme, kejahatan
terhadap keamanan negara, kejahatan hak asasi

In
A
manusia yang berat, dan/atau kejahatan
transnasional terorganisasi lainnya;
ah

lik
b. Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan
Narkotika Nasional, dan/atau Kejaksaan Agung
am

ub
dalam hal Narapidana dipidana karena melakukan
tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika,
psikotropika; dan
ep
k

c. Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan


ah

Agung, dan/atau Komisi Pemberantasan Korupsi


R

si
dalam hal Narapidana dipidana karena melakukan
tindak pidana korupsi.

ne
ng

4) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


disampaikan secara tertulis oleh instansi terkait dalam

do
gu

jangka waktu paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak


diterimanya permintaan rekomendasi dari Direktur
Jenderal Pemasyarakatan;
In
A

5) Dalam hal batas waktu sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) instansi terkait tidak menyampaikan
ah

lik

rekomendasi secara tertulis, Direktur Jenderal


Pemasyarakatan menyampaikan pertimbangan
m

ub

Pembebasan Bersyarat kepada Menteri;


6) Ketentuan mengenai tata cara pemberian Pembebasan
ka

Bersyarat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur


ep

dengan Peraturan Menteri.


ah

Halaman 44 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3) Bahwa, dari ketentuan Pasal 34A ayat (1) huruf a,

si
seseorang Narapidana (Terpidana kasus pidana terorisme,
narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi,

ne
ng
kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan hak asasi
manusia yang berat, serta kejahatan transnasional

do
gu terorganisasi lainnya), yang sedang menjalani hukuman di
Lembaga Pemasyarakatan, agar mendapatkan Remisi
disyaratkan harus bersedia bekerjasama dengan penegak

In
A
hukum. Menurut ketentuan Pasal 34A ayat (3), kesediaan
untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ah

lik
huruf a harus dinyatakan secara tertulis dan ditetapkan oleh
instansi penegak hukum sesuai dengan ketentuan
am

ub
peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dalam
Penjelasan Pasal 34A ayat (3) yang dimaksud dengan
Instansi Penegak Hukum (aparat penegak hukum) adalah
ep
k

instansi yang menangani kasus terkait, antara lain: a.


ah

Komisi Pemberantasan Korupsi; b. Kepolisian Negara


R

si
Republik Indonesia; c. Kejaksaan Republik Indonesia; d.
Badan Narkotika Nasional;

ne
ng

4) Bahwa, dengan demikian seorang Narapidana Kasus


Korupsi yang sedang menjalani hukuman di Lembaga

do
gu

Pemasyarakatan untuk mendapatkan Remisi harus terlebih


dahulu mendapatkan Surat Keterangan Bekerjasama dari
Penegak Hukum dalam bentuk tertulis;
In
A

5) Bahwa, dari ketentuan dalam Pasal 34A ayat (1) huruf a


dan Pasal 34A ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 99
ah

lik

Tahun 2012, yang memberi kewenangan Aparat Penegak


Hukum (Komisi Pemberantasn Korupsi, Kepolisian Republik
m

ub

Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia, Badan Narkotika


Nasional) untuk menerbitkan/membuat Surat Keterangan
ka

Kerjasama Dengan Aparat Penegak Hukum (Justice


ep

Collaborator), adalah membuat norma baru yang


ah

Halaman 45 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
beretentangan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor

si
12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, dan
bertentangan dengan Tugas dan Kewenangan dari masing-

ne
ng
masing Instansi Penegak Hukum, sebagaimana telah diatur
secara limitatif oleh Undang-Undang Pokok atau Induk dari

do
gu masing masing Lembaga Penegak hukum atau lembaga
lainnya;
6) Bahwa, terhadap ketentuan Pasal 14 ayat (1) huruf (i), (k)

In
A
dan ayat (2) Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, Mahkamah Konstitusi dalam
ah

lik
Putusanya Nomor 82/PUU-XV/2017, telah memberikan
penjelasan yang menyatakan dalam pertimbangan Putusan
am

ub
a quo . . . . bahwa:
“Dengan demikian jelas bahwa pembatasan dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang narapidana
ep
k

untuk memperoleh pembebasan bersyarat dan memperoleh


ah

remisi untuk narapidana tidaklah melanggar hak


R

si
narapidana. Namun dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa
penilaian atas syarat-syarat untuk memperoleh remisi dan

ne
ng

pembebasan bersyarat untuk narapidana dimulai sejak


narapidana yang bersangkutan memperoleh status sebagai

do
narapidana dan menjalani masa pidana”
gu

Pertimbangan Putusan a quo merupakan bagian tidak


terpisahkan dari ratio legis tentang Pasal 14 ayat (1) huruf
In
A

(i), (k) dan ayat (2) Undang-undang RI Nomor 12 Tahun


1995 tentang Pemasyarakatan yang mengandung arti
ah

lik

“bahwa penilaian layak atau tidaknya seseorang mendapat


remisi dan pembebasan bersyarat dilakukan setelah orang
m

ub

tersebut menjadi Narapidana dan sedang menjalani Pidana.


Dengan kata lain, penilaian tidak dapat dilakukan terhadap
ka

seseorang pada saat ia menjadi tersangka, terdakwa atau


ep

terpidana”;
ah

Halaman 46 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
7) Bahwa, pengertian “Tersangka, Terdakwa, Terpidana”

si
menurut Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 Tentang KUHAP yang menyebutkan:

ne
ng
a. Pasal 1 butir 14 KUHAP menyebutkan bahwa:
“Tersangka adalah seseorang yang karena

do
gu perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana”
Keberadan tersangka dalam Proses hukum ini adalah

In
A
pada saat dilakukan penyidikan oleh Penyidik.
ah

lik
b. Pasal 1 butir 15 KUHAP menyebutkan bahwa
:”Terdakwa adalah seorang yang dituntut, diperiksa
am

ub
dan diadili dalam sidang pengadilan”
Keberadaan Terdakwa dalam Proses hukum ini
adalah pada saat Pemeriksaan di Sidang
ep
k

Pengadilan.
ah

c. Pasal 1 butir 32 KUHAP menyebutkan bahwa:


R

si
”Terpidana adalah seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah

ne
ng

memperoleh kekuatan hukum tetap”.


8) Bahwa, definisi Terpidana dan Narapidana diatur dalam

do
gu

Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995 yang


menyebutkan:
a. Pasal 1 angka 6 “Terpidana adalah seseorang yang
In
A

dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah


memperoleh kekuatan hukum tetap”.
ah

lik

b. Pasal 1 angka 7 “Narapidana adalah Terpidana yang


menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS”.
m

ub

9) Bahwa, jika dipelajari dengan seksama ketentuan Pasal 1


butir 14, Pasal 1 butir 15, Pasal 1 butir 32 Kitab Undang-
ka

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Pasal 1 angka


ep

6, Pasal 1 angka 7 Undang-undang RI Nomor 12 Tahun


ah

Halaman 47 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1995 Tentang Pemasyarakatan, dihubungkan dengan

si
Putusan Mahkamah Konstistusi Nomor 82/PUU-XV/2017,
telah memeperjelas pengertian, terminologi dan kedudukan

ne
ng
“Tersangka, Terdakwa, Terpidana dan Narapidana”, serta
memperjelas proses dan posisi seseorang Narapidana

do
gu untuk mendapatkan hak-haknya (remisi, Asimilasi dan
Pembebasan Bersyarat), dimana dalam Putusan
Mahkamah Konstitusi dimaksud menegaskan bahwa

In
A
“penilaian atas syarat-syarat untuk memperoleh remisi dan
pembebasan bersyarat untuk narapidana dimulai sejak
ah

lik
narapidana yang bersangkutan memproleh status sebagai
narapidana dan menjalani masa pidana”.
am

ub
10) Bahwa, dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan
persyaratan dan penilaian atas syarat-syarat untuk
memperoleh remisi dan pembebasan bersyarat dilakukan
ep
k

oleh Lembaga Pemasyarakatan pada saat sesorang


ah

menjadi Narapidana yang sedang menjalani pidana


R

si
(hukuman) di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Atau
dengan kata lain, tidak dibenarkan persyaratan dan penilain

ne
ng

atas syarat-syarat untuk mendapatkan Remisi dan


Pembebasan Bersyarat pada saat seseorang yang

do
gu

berstatus sebagai Tersangka, Terdakwa, Terpidana,


dilakukan oleh lembaga/Aparat Penegak Hukum (Komisi
Pemberantasan Korupsi, Kejaksaan dan Kepolisian);
In
A

11) Bahwa, keberadaan Pasal 34A ayat (1) huruf a dan ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, tidak relevan
ah

lik

dan bertentangan dengan Pasal 14 ayat (1) huruf (i), dan


ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12
m

ub

Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, bahkan


bertentangan dengan Undang-Undang lainnya yang
ka

derajatnya lebih tinggi dari Peraturan Pemerintah Nomor 99


ep

Tahun 2012;
ah

Halaman 48 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Untuk lebih jelasnya perlu diuraikan atas hal-hal sebagai

si
berikut:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002

ne
ng
Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
1. Bahwa, Pasal 13 menyebutkan bahwa Tugas pokok

do
gu Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan

In
A
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat;
ah

lik
2. Bahwa, Pasal 14 ayat 1 huruf g, “Dalam melaksanakan
tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
am

ub
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas
“melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap
semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara
ep
k

pidana dan peraturan perundangan lainnya”;


ah

3. Bahwa, selanjutnya dalam Pasal 15 disebutkan:


R

si
1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14

ne
ng

Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum


berwenang:

do
gu

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;


b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga
masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban
In
A

umum;
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya
ah

lik

penyakit masyarakat;
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan
m

ub

perpecahan atau mengancam persatuan dan


kesatuan bangsa;
ka

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup


ep

kewenangan administratif kepolisian;


ah

Halaman 49 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai

si
bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka
pencegahan;

ne
ng
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta

do
gu memotret seseorang;
i. Mencari keterangan dan barang bukti;
j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal

In
A
Nasional;
k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat
ah

lik
keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat;
am

ub
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang
dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan
instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
ep
k

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk


ah

sementara waktu.
R

si
2) Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan lainnya berwenang:

ne
ng

a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan


keramaian umum dan kegiatan masyarakat

do
gu

lainnya;
b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi
kendaraan bermotor;
In
A

c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan


bermotor;
ah

lik

d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;


e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan
m

ub

senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;


f. Memberikan izin operasional dan melakukan
ka

pengawasan terhadap badan usaha di bidang


ep

jasa pengamanan;
ah

Halaman 50 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih

si
aparat kepolisian khusus dan petugas
pengamanan swakarsa dalam bidang teknis

ne
ng
kepolisian;
h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara

do
gu lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan
internasional;
i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian

In
A
terhadap orang asing yang berada di wilayah
Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;
ah

lik
j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam
organisasi kepolisian internasional;
am

ub
k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk
dalam lingkup tugas kepolisian.
3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana
ep
k

dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan d diatur lebih


ah

lanjut dengan Peraturan Pemerintah.


R

si
4. Bahwa, dari ketentuan dalam Pasal 13, Pasal 14 dan
Pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

ne
ng

Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia yang mengatur mengenai Tugas dan

do
gu

Wewenang Kepolisian, ternyata tidak ada satupun pasal


atau ayat yang memberi wewenang kepada Kepolisian
sebagi aparat penegak hukum untuk memberikan Surat
In
A

Keterangan Bekerjasama Dengan Penegak Hukum


(atau Justice Collaborators) bagi Pelaku Tindak Pidana,
ah

lik

Tersangka, Terdakwa, Terpidana atau Narapidana


kasus Korupsi, Narkotika, Terorisme dan lainnya,
m

ub

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34A ayat (1) huruf


a Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012.
ka

5. Bahwa, dengan demikian ketentuan Pasal 34A ayat (1)


ep

huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012


ah

Halaman 51 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(dan penjelasannya) yang memberikan kewenangan

si
kepada Kepolisian dalam memberikan Surat Keterangan
Bekerjasama Dengan Penegak Hukum (atau Justice

ne
ng
Collaborators) bagi Pelaku Tindak Pidana, Tersangka,
Terdakwa, Terpidana atau Narapidana kasus Korupsi,

do
gu Narkotika, Terorisme dan lainnya, telah memberikan
norma baru yang bertentangan dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

In
A
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004
ah

lik
Tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
1. Bahwa, ketentuan dalam Pasal 1 Undang-Undang ini
am

ub
yang dimaksud dengan:
1) Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk bertindak
ep
k

sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan


ah

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum


R

si
tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-
undang;

ne
ng

2) Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang


oleh Undang-Undang ini untuk melakukan

do
gu

penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.


3) Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk
melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang
In
A

berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur


dalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan
ah

lik

supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang


pengadilan.
m

ub

2. Bahwa, dalam Pasal 2 disebutkan:


1) Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya
ka

dalam Undang-Undang ini disebut kejaksaan adalah


ep

lembaga pemerintahan yang melaksanakan


ah

Halaman 52 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kekuasaan negara di bidang penuntutan serta

si
kewenangan lain berdasarkan undang-undang;
2) Kekuasaan negara sebagaimana dimaksud pada

ne
ng
ayat (1) dilaksanakan secara merdeka;
3) Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

do
gu adalah satu dan tidak terpisahkan.
3. Bahwa, dalam Pasal 30 (1) mengatur dengan jelas
Tugas dan wewenang kejaksaan di bidang pidana, yaitu:

In
A
a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan
ah

lik
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap;
am

ub
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
ep
k

d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana


ah

tertentu berdasarkan undang-undang;


R

si
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu
dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum

ne
ng

dilimpahkan ke pengadilan yang dalam


pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

do
gu

4. Bahwa, selanjutnya dalam Pasal 32 dijelaskan, bahwa


“di samping tugas dan wewenang tersebut dalam
Undang-Undang ini, kejaksaan dapat diserahi tugas dan
In
A

wewenang lain berdasarkan undang-undang”;


5. Bahwa, dari ketentuan dalam Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal
ah

lik

30 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia
m

ub

yang mengatur mengenai Tugas dan Wewenang


Kejaksaan, ternyata tidak ada satupun pasal atau ayat
ka

yang memberi wewenang kepada Kejaksaan sebagai


ep

aparat penegak hukum untuk memberikan Surat


ah

Halaman 53 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Keterangan Bekerjasama Dengan Penegak Hukum

si
(atau Justice Collaborators) bagi Pelaku Tindak Pidana,
Tersangka, Terdakwa, Terpidana atau Narapidana

ne
ng
kasus Korupsi, Narkotika, Terorisme dan lainnya,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34A ayat (1) huruf

do
gu a Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012;
6. Bahwa, apabila ada tugas dan kewenangan lain di luar
yang telah diatur dalam dalam Pasal 1, Pasal 2 dan

In
A
Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik
ah

lik
Indonesia, harusnya kewenangan dan tugas itu
diberikan atau diatur oleh Undang-Undang. Bukan diatur
am

ub
oleh Peraturan Pemerintah, seperti halnya Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012. Hal ini sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 32 Undang-Undang
ep
k

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang


ah

Kejaksaan Republik Indonesia, yang menyatakan,


R

si
bahwa “di samping tugas dan wewenang tersebut dalam
Undang-Undang ini, kejaksaan dapat diserahi tugas dan

ne
ng

wewenang lain berdasarkan undang-undang”;


7. Bahwa, dengan demikian ketentuan Pasal 34A ayat (1)

do
gu

huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012


(dan penjelasannya) yang memberikan kewenangan
kepada Kejaksaan dalam memberikan Surat Keterangan
In
A

Bekerjasama Dengan Penegak Hukum (atau Justice


Collaborators) bagi Pelaku Tindak Pidana, Tersangka,
ah

lik

Terdakwa, Terpidana atau Narapidana kasus Korupsi,


Narkotika, Terorisme dan lainnya, telah memberikan
m

ub

norma baru yang bertentangan dengan Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang
ka

Kejaksaan Republik Indonesia;


ep
ah

Halaman 54 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002

si
Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
juncto Undang Undang Republik Indonesia Nomor 19

ne
ng
Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

do
gu Pemberantasan Korupsi.
1) Bahwa, dalam Pasal 3, menyebutkan bahwa “Komisi
Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang

In
A
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat
independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan
ah

lik
manapun;
2) Bahwa, dalam Pasal 4 disebutkan, Komisi
am

ub
Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan tujuan
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi;
ep
k

3) Bahwa, dalam Pasal 5, disebutkan dalam menjalankan


ah

tugas dan wewenangnya, Komisi Pemberantasan


R

si
Korupsi berasaskan pada:
a. Kepastian hukum;

ne
ng

b. Keterbukaan;
c. Akuntabilitas;

do
gu

d. Kepentingan umum; dan


e. Proporsionalitas.
4) Bahwa, dalam Pasal 6 disebutkan, bahwa Komisi
In
A

Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:


a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang
ah

lik

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;


b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang
m

ub

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;


c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
ka

terhadap tindak pidana korupsi;


ep
ah

Halaman 55 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak

si
pidana korupsi; dan
e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan

ne
ng
pemerintahan negara.
5) Bahwa, dalam Pasal 12A disebutkan, dalam

do
gu melaksanakan tugas penuntutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf e, penuntut pada Komisi
Pemberantasan Korupsi melaksanakan koordinasi

In
A
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
ah

lik
6) Bahwa, dari ketentuan Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal
6, dan Pasal 12A Undang-Undang Republik Indonesia
am

ub
Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi juncto Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
ep
k

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002


ah

Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, sebagaimana


R

si
tersebut di atas, yang mengatur mengenai Tugas dan
Wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi, ternyata

ne
ng

tidak ada satupun pasal atau ayat yang memberi


wewenang kepada Komisi Pemberantasan Korupsi

do
gu

sebagi aparat penegak hukum untuk memberikan Surat


Keterangan Bekerjasama Dengan Penegak Hukum
(atau Justice Collaborators) bagi Pelaku Tindak Pidana,
In
A

Tersangka, Terdakwa, Terpidana atau Narapidana


kasus Korupsi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34A
ah

lik

ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun


2012;
m

ub

7) Bahwa, pengaturan selanjutnya secara tegas disebutkan


dalam Pasal Pasal 13:
ka

“Dalam melaksanakan tugas untuk melaksanakan


ep

penetapan hakim dan putusan pengadilan sebagaimana


ah

Halaman 56 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dimaksud dalam Pasal 6 huruf f, Komisi Pemberantasan

si
Korupsi berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapat dipertanggungiawabkan sesuai

ne
ng
dengan isi dari penetapan hakim atau putusan
pengadilan”.

do
gu Dari ketentuan ini lebih mempertegas bahwa Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam melakukan segala
tindakan hukum (termasuk memberi surat keterangan

In
A
Kerjasama bagi Tersangka, Terdakwa, Terpidana
ataupun Narapidana), harus sesuai dengan penetapan
ah

lik
hakim atau putusan Pengadilan.
8) Bahwa, dengan demikian ketentuan Pasal 34A ayat (1)
am

ub
huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012
(dan penjelasannya) yang memberikan kewenangan
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi dalam
ep
k

memberikan Surat Keterangan Bekerjasama Dengan


ah

Penegak Hukum (atau Justice Collaborators) bagi


R

si
Pelaku Tindak Pidana, Tersangka, Terdakwa, Terpidana
atau Narapidana kasus Korupsi, telah memberikan

ne
ng

norma baru yang bertentangan dengan Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

do
gu

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto


Undang Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
In
A

Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan


Korupsi;
ah

lik

9) Bahwa, pemberian kewenangan kepada Komisi


Pemberantasan Korupsi dalam membuat Surat
m

ub

Keterangan Bekerjasama Dengan Penegak Hukum


(atau Justice Collaborators) bagi Pelaku Tindak Pidana,
ka

Tersangka, Terdakwa, Terpidana atau Narapidana


ep

kasus Korupsi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34A


ah

Halaman 57 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun

si
2012 (dan penjelasannya) yang telah memberikan
norma baru tersebut, juga bertentangan dengan

ne
ng
ketentuan dalam Pasal 38 yang menyebutkan “Segala
kewenangan yang berkaitan dengan penyelidikan,

do
gu penyidikan, dan penuntutan yang diatur dalam undang-
undang yang mengatur mengenai hukum acara pidana
berlaku juga bagi penyelidik, penyidik dan penuntut

In
A
umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi, kecuali
ditentukan lain berdasarkan Undang-Undang ini”.
ah

lik
10) Bahwa, dari ketentuan Pasal 38 tersebut disimpulkan
bahwa apabila memberikan kewenangan kepada Komisi
am

ub
Pemberantasan Korupsi, haruslah dengan ketentuan
yang diatur dengan Undang-Undang, dan tidak cukup
dengan Peraturan Pemerintah, seperti halnya Peraturan
ep
k

Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012.


ah

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2014


R

si
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2006, Tentang Perlindungan

ne
ng

Saksi Dan Korban.


1) Bahwa, Undang-Undang LPSK (Lembaga Perlindungan

do
gu

Saksi dan Koban), adalah undang-undang yang


memberikan definisi secara yuridis normative tentang
istilah dan pengertian Saksi Pelaku Yang Bekerjasama
In
A

(Justice Collaborators) dan Pelapor Tindak Pidana


(Whistle Blower). Hal ini sebagaimana diatur dalam
ah

lik

beberapa pasal, yaitu:


a. Pasal 1 ayat (2) disebutkan, Saksi Pelaku adalah
m

ub

tersangka, terdakwa, atau terpidana yang bekerja


sama dengan penegak hukum untuk mengungkap
ka

suatu tindak pidana dalam kasus yang sama.


ep
ah

Halaman 58 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. Pasal 1 ayat (4) disebutkan, Pelapor adalah orang

si
yang memberikan laporan, informasi, atau
keterangan kepada penegak hukum mengenai tindak

ne
ng
pidana yang akan, sedang, atau telah terjadi.
2) Bahwa, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban

do
gu (LPSK) satu-satunya Lembaga Pemerintah yang
diberikan kewenangan oleh Undang-Undang untuk
memberikan perlindungan dan hak-hak bagi Saksi

In
A
Pelaku (Justice Collaborator) dan Pelapor/Korban
tentang suatu tindak pidana. Hal ini secara tegas diatur
ah

lik
dalam Pasal 1 ayat (5) yang menyebutkan “Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban yang selanjutnya
am

ub
disingkat LPSK adalah lembaga yang bertugas dan
berwenang untuk memberikan perlindungan dan hak-
hak lain kepada Saksi dan/atau Korban sebagaimana
ep
k

diatur dalam Undang-Undang ini;


ah

3) Bahwa, pemberian perlindungan dan hak hak lain


R

si
kepada Saksi Pelaku dan Pelapor secara rinci diatur
dalam Pasal 10A ayat:

ne
ng

1) Saksi Pelaku dapat diberikan penanganan secara


khusus dalam proses pemeriksaan dan penghargaan

do
gu

atas kesaksian yang diberikan.


2) Penanganan secara khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:
In
A

a. Pemisahan tempat penahanan atau tempat


menjalani pidana antara Saksi Pelaku dengan
ah

lik

tersangka, terdakwa, dan/atau narapidana yang


diungkap tindak pidananya;
m

ub

b. Pemisahan pemberkasan antara berkas Saksi


Pelaku dengan berkas tersangka dan terdakwa
ka

dalam proses penyidikan, dan penuntutan atas


ep

tindak pidana yang diungkapkannya; dan/atau


ah

Halaman 59 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Memberikan kesaksian di depan persidangan

si
tanpa berhadapan langsung dengan terdakwa
yang diungkap tindak pidananya.

ne
ng
3) Penghargaan atas kesaksian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:

do
gu a. Keringanan penjatuhan pidana; atau
b. Pembebasan bersyarat, remisi tambahan, dan
hak narapidana lain sesuai dengan ketentuan

In
A
peraturan perundang-undangan bagi Saksi
Pelaku yang berstatus narapidana.
ah

lik
4) Untuk memperoleh penghargaan berupa
keringanan penjatuhan pidana bagaimana
am

ub
dimaksud pada ayat (3) huruf a, LPSK memberikan
rekomendasi secara tertulis kepada penuntut
umum untuk dimuat dalam tuntutannya kepada
ep
k

hakim;
ah

5) Untuk memperoleh penghargaan berupa


R

si
pembebasan bersyarat, remisi tambahan, dan hak
narapidana lain sebagaimana dimaksud pada ayat

ne
ng

(3) huruf b, LPSK memberikan rekomendasi secara


tertulis kepada menteri yang menyelenggarakan

do
gu

urusan pemerintahan di bidang hukum;


4) Bahwa, pemberian hak-hak lain yang berupa
penghargaan sebagimana dimaksud dalam Pasal 10A
In
A

ayat (3) berupa “Keringanan penjatuhan pidana atau


pembebasan bersyarat, remisi tambahan, dan hak
ah

lik

narapidana lain sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan bagi Saksi Pelaku yang berstatus
m

ub

narapidana”;
5) Bahwa, prosedur untuk mendapatkan penghargaan
ka

berupa keringanan dalam penjatuhan pidana (hukuman),


ep

yaitu LPSK memberikan rekomendasi secara tertulis


ah

Halaman 60 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kepada Penuntut Umum (jaksa) untuk dimuat dalam

si
tuntutannya kepada hakim (sebagaimana diatur dalam
Pasal 10A ayat (4). Sedangkan untuk memperoleh

ne
ng
penghargaan berupa pembebasan bersyarat, remisi
tambahan, dan hak narapidana lain, LPSK memberikan

do
gu rekomendasi secara tertulis kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal

In
A
10A ayat (5);
6) Bahwa, dari ketentuan Pasal 1 ayat (2), Pasal 1 ayat (4),
ah

lik
Pasal 1 ayat (5) dan Pasal 10 A Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2014 Tentang
am

ub
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2006, Tentang Perlindungan Saksi Dan
Korban, disimpulkan sebagai berikut:
ep
k

a. Mengatur dan mendefinisikan pengertian Saksi


ah

Pelaku yang bekerjasama (justice Collaboratos),


R

si
Pelapor (Whistle Blower) dan Korban tindak pidana;
b. Memberikan kewenangan kepada Lembaga

ne
ng

Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk


memberikan perlindungan dan penghargaan kepada

do
gu

Saksi Pelaku, Pelapor dan Korban Tindak Pidana;


c. Membagi jenis penghargaan dan mengatur
mekanisme pemberian penghargaan yang akan
In
A

diberikan kepada Saksi Pelaku (yang bekerjasama).


Apabila penghargaan berupa keringanan hukuman,
ah

lik

maka LPSK Membuat rekomendasi kepada Penuntut


Umum (Jaksa KPK atau Kejaksaan) agar dimintakan
m

ub

dalam tuntutan kepada hakim yang memutus


Perkara. Jika Penghargaan berupa Pembebasan
ka

Bersyarat, Remisi Tambahan dan Narapidana


ep
ah

Halaman 61 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
lainnya, maka LPSK memberikan Rekomendasi yang

si
ditujukan kepada Kementrian Hukum dan HAM;
d. Menegaskan tidak ada lembaga lain (Kepolisian,

ne
ng
Kejaksaan, KPK dan BNN) yang diberikan
kewenangan atau membuat surat keterangan untuk

do
gu menentukan seseorang menjadi Saksi Pelaku yang
Bekerjasama (Justice Collaborators) dan Pelapor
(Whistle Blower) selain LPSK.

In
A
7) Bahwa, dari uraian tersebut di atas Poin sampai dengan
Poin 6, dengan demikian ketentuan Pasal 34A ayat (1)
ah

lik
huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012
(dan penjelasannya) yang memberikan kewenangan
am

ub
kepada aparat penegak hukum (Komisi Pemberantasan
Korupsi, Kejaksaan, Kepolisian dan Badan Narkotika
Nasional) dalam memberikan Surat Keterangan
ep
k

Bekerjasama Dengan Penegak Hukum bagi


ah

Saksi/Pelaku Tindak Pidana, Tersangka, Terdakwa,


R

si
Terpidana atau Narapidana kasus Narkotika, terorisme,
Korupsi, dan lainnya sebagai Justice Colaborator dan

ne
ng

atau (Whistle Blower), telah memberikan norma baru


yang bertentangan dengan Undang-Undang Republik

do
gu

Indonesia Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan


Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2006, Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban.
In
A

e. Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 04 Tahun 2011,


Tentang Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistle
ah

lik

Blower) Dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice


Collaborators) Di Dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu.
m

ub

1) Bahwa, Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)


Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2011Tentang
ka

Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistle Blower)


ep

Dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice


ah

Halaman 62 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Collaborators) Di Dalam Perkara Tindak Pidana

si
Tertentu, adalah ditujukan kepada Hakim (Ketua
Pengadilan Tinggi dan Ketua Pengadilan Negeri) seluruh

ne
ng
Indonesia untuk dijadiakn pedoman apabila mengadili
Perkara Tindak Pidana Tertentu.

do
gu 2) Bahwa, dalam Poin 1 SEMA Nomor 4 Tahun 2011,
disebutkan:
Tindak Pidana Tertentu yang bersifat Serius, seperti

In
A
tindak pidana korupsi. Terorisme, Narkotika, Pencucian
Uang, Perdagangan Orang, maupun tindak pidana
ah

lik
lainnya yang bersifat terorganisir, telah menimbulkan
ancaman yang serius terhadap stabilitas dan keamanan
am

ub
masyarakat sehingga meruntuhkan lembaga serta nilai-
nilai demokrasi, etika dan keadilan serta membahayakan
pembangunan berkelanjutan dan supremasi hukum;
ep
k

3) Bahwa, menurut ketentuan dalam Poin 6 SEMA Nomor


ah

4 Tahun 2011, Perlindungan terhadap Pelapor Tindak


R

si
Pidana (Whistle Blower) dan Saksi Pelaku Yang
Bekerjasama (Justice Collaborator) memang telah diatur

ne
ng

di dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 13 Tahun


2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban, adalah

do
gu

sebagai berikut:
ii. Saksi, Korban, dan pelapor tidak dapat dituntut
secara hukum baik pidana maupun perdata atas
In
A

laporan, kesaksian yang akan, sedang, atau telah


diberikannya;
ah

lik

iii. Seorang Saksi yang juga tersangka dalam kasus


yang sama tidak dapat dibebaskan dari tuntutan
m

ub

pidana apabila ia ternyata terbukti secara sah dan


meyakinkan bersalah, tetapi kesaksiannya dapat
ka

dijadikan pertimbangan hakim dalam meringankan


ep

pidana yang akan dijatuhkan.


ah

Halaman 63 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Akan tetapi disadari bahwa ketentuan tersebut di atas

si
masih perlu pedoman lebih lanjut dalam penerapannya.
4) Bahwa, selanjutnya pedoman yang harus ditaati dalam

ne
ng
penanganan kasus yang melibatkan Pelapor Tindak
Pidana (Whistle Blower) dan untuk menentukan sebagai

do
gu Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborator),
sebagaimana diatur dalam Poin 8 dan Poin 9 SEMA
Nomor 4 Tahun 2011, sebagi berikut:

In
A
1) Poin 8 menyatakan “Pedoman yang harus ditaati
dalam penanganan kasus yang melibatkan Pelapor
ah

lik
Tindak Pidana (Whistle Blower) adalah sebagai
berikut:
am

ub
a. Yang bersangkutan merupakan pihak yang
mengetahui dan melaporkan tindak pidana
tertentu sebagaimana dimaksud dalam SEMA ini
ep
k

dan bukan merupakan bagian dari pelaku


ah

kejahatan yang dilaporkannya.


R

si
b. Apabila Pelapor Tindak Pidana dilaporkan pula
oleh Terlapor, maka penanganan perkara atas

ne
ng

laporan yang disampaikan oleh Pelapor Tindak


Pidana didahulukan dibanding laporan dari

do
gu

Terlapor.
2) Poin 9 menyatakan “Pedoman untuk menentukan
seseorang sebagai Saksi Pelaku yang Bekerjasama
In
A

(Justice Collaborator) adalah sebagai berikut:


a. Yang bersangkutan merupakan salah satu pelaku
ah

lik

tindak pidana tertentu sebagaimana dimaksud


dalam SEMA ini, mengakui kejahatan yang
m

ub

dilakukannya, bukan pelaku utama dalam


kejahatan tersebut serta memberikan keterangan
ka

sebagai saksi dalam proses persidangan.


ep
ah

Halaman 64 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. Jaksa Penuntun Umum dalam tuntutannya

si
menyatakan bahwa yang bersangkutan telah
memberikan keterangan dan bukti-bukti yang

ne
ng
sangat signifikan sehingga penyidik dan/atau
Penuntut Umum dapat mengungkap tindak

do
gu pidana dimaksud secara efektif, mengungkap
pelaku-pelaku lainnya yang memiliki peran lebih
besar dan/atau mengembalikan asset-asset/hasil

In
A
suatu tindak pidana.
c. Atas bantuannya tersebut maka terhadap Saksi
ah

lik
Pelaku yang Bekerjasama sebagaimana tersebut
di atas, hakim dalam menentukan pidana yang
am

ub
akan dijatuhkan dapat mempertimbangkan hal-hal
penajtuhan pidana sebagai berikut:
i. Menjatuhkan pidana percobaan bersyarat
ep
k

khusus; dan atau


ah

ii. Menjatuhkan pidana berupa pidana penjara


R

si
yang paling ringan diantara terdakwa lainnya
yang terbukti bersalah dalam perkara

ne
ng

dimaksud.
Dalam pemberian perlakuan khusus dalam bentuk

do
gu

keringan pidana, hakim tetap wajib


mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat.
5) Bahwa, dari uraian sebagaimana dalam Poin 1, Poin 6,
In
A

Poin 8 dan Poin 9 SEMA Nomor 4 Tahun 2011 tersebut


di atas, dapat disimpulkan dan menegaskan bahwa
ah

lik

SEMA Nomor 4 Tahun 2011 adalah:


a. Menjabarkan ketentuan dalam Pasal 10 Undang-
m

ub

Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang


Perlindungan Saksi Dan Korban.
ka

ep
ah

Halaman 65 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. Memperjelas pengertian teantang Pelapor Tindak

si
Pidana (Whistle Blower) dan Saksi Pelaku yang
Bekerjasama (Justice Collaborator).

ne
ng
c. Memberikan pedoman tentang prosedur penetapan
seseorang sebagai Saksi Pelaku yang Bekerjasama

do
gu (Justice Collaborator)
d. Memberikan pedoman bagi hakim dalam memeriksa
dan mengadili perkara tindak pidana tertentu.

In
A
e. Memberikan kriteria dan pedoman bagi hakim untuk
menentukan status sessorang sebagai Saksi Pelaku
ah

lik
yang Bekerjasama (Justice Collaborator) dalam
memeriksa dan mengadili perkara tindak pidana
am

ub
tertentu.
f. Memberikan pedoman bagi hakim dalam
menjatuhkan pidana (hukuman) terhadap Saksi
ep
k

Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborator).


ah

6) Bahwa, dari uraian dalam nomor 1, 2, 3, 4 dam 5


R

si
tersebut di atas, disimpulkan bahwa SEMA Nomor 4
Tahun 2011, tidak memberikan kewenangan pada

ne
ng

Aparat Penegak Hukum/Instansi Penegak hukum


(Komisi Pemberantasan Korupsi, Kejaksaan, Kepolisian

do
gu

dan Badan Narkotika Nasional) untuk menetapkan


seseorang Tersangka, Terdakwa, Narapidana sebagai
Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborator).
In
A

Dan juga tidak memberikan Hak atau Kewenangan


dalam memberikan Surat Keterangan (tertulis) kepada
ah

lik

seseorang Tersangka, Terdakwa, Narapidana sebagai


Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborator).
m

ub

7) Bahwa, dari uraian nomor 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 tersebut di


atas, menujukkan bahwa ketentuan Pasal 34A ayat (1)
ka

huruf a dan penjelasannya Pasal 34A ayat (3) Peraturan


ep

Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, yang memberikan


ah

Halaman 66 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kewenangan pada Aparat Penegak Hukum/Instansi

si
Penegak hukum (Komisi Pemberantasan Korupsi,
Kejaksaan, Kepolisian dan Badan Narkotika Nasional)

ne
ng
untuk menetapkan seseorang Tersangka, Terdakwa,
Narapidana sebagai Saksi Pelaku yang Bekerjasama

do
gu (Justice Collaborator), dan memberikan Hak atau
Kewenangan dalam memberikan Surat Keterangan
(tertulis) kepada seseorang Tersangka, Terdakwa,

In
A
Narapidana sebagai Saksi Pelaku yang Bekerjasama
(Justice Collaborator). Telah membuat Norma Baru yang
ah

lik
bertentangan dengan Surat Edaran Mahkamah Agung
RI Nomor 04 Tahun 2011, Tentang Perlakuan Bagi
am

ub
Pelapor Tindak Pidana (Whistle Blower) Dan Saksi
Pelaku Yang Bekerjasama (Justice Collaborators) Di
Dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu.
ep
k

8) Bahwa, hal ini diperkuat pendapat dua ahli Hukum Tata


ah

Negara:
R

si
Prof. Dr. HM. Laica Marzuki, S.H., yang diajukan Para
Pemohon Uji Materi bahwa, ”Ketentuan Peraturan

ne
ng

Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 yang dimohonkan Uji


Materi secara onrechtmatig memberikan kewenangan

do
gu

(=bevoegdheden) prosedural kepada aparat Kepolisian,


Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Badan
Narkotika Nasional guna menerbitkan dan memberikan
In
A

Surat Keterangan Justice Collaborator atau Surat


Keterangan Bekerjasama dengan penegak hukum”.
ah

lik

Peraturan Pemerintah dibuat guna melaksanakan


undang-undang (=wet, gezets, droit). Peraturan
m

ub

Pemerintah tidak boleh melimpahkan kewenangan


(bevoegdheden) kepada aparat-aparat penegak hukum
ka

yang diatur secara khusus oleh undang-undang


ep

tersendiri.
ah

Halaman 67 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012

si
melaksanakan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, bukan melaksanakan

ne
ng
perundang-undangan lain.
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tidak

do
gu berwenang melimpahkan tugas dan wewenang kepada
Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi
dan Badan Narkotika Nasional diatur secara tersendiri,

In
A
antara lain berikut ini:
a. Kepolisian yang diatur dengan Undang-Undang
ah

lik
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia ( Pasal 13,
am

ub
Pasal 14 ayat 1 huruf g dan Pasal 15 );
b. Kejaksaan yang diatur dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang
ep
k

Kejaksaan Republik Indonesia ( Pasal 1, Pasal 2 dan


ah

Pasal 30 ayat (1) dan Pasal 32 );


R

si
c. Komisi Pemberantasan Korupsi yang diatur dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30

ne
ng

Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi juncto Undang-Undang Republik

do
gu

Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan


Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi ( Pasal 3,
In
A

Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 12A dan Pasal 13 ).


Dr. Ridwan, S.H., M.Hum yang diajukan Para Pemohon
ah

lik

Uji Materi bahwa:


1. Bahwa Peraturan Pemerintah sebagai salah satu
m

ub

jenis peraturan perundang-undangan, dan


sebagaimana telah dikemukakan di atas, Peraturan
ka

Pemerintah merupakan peraturan pelaksanaan dan


ep

bagian tidak terpisahkan dari undang-undang yang


ah

Halaman 68 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dilaksanakan, sehingga Konsiderans “menimbang”-

si
nya cukup menyebutkan pasal-pasal yang
memerintahkan pembentukan Peraturan Pemerintah.

ne
ng
Sebagaimana telah disebutkan pula bahwa
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 ini

do
gu memuat landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis,
bahkan lebih luas daripada landasan yang terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

In
A
tentang Pemasyarakatan, sehingga di dalam batang
tubuh atau pasal-pasalnya memuat norma-norma
ah

lik
baru khususnya yang terkait dengan ketentuan dan
syarat-syarat untuk pemberian remisi, asimilasi, dan
am

ub
pemberian pembebasan bersyarat, sebagaimana
tercantum dalam Pasal 34A, 34B, 34C, 36, 36A, dan
43A Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012.
ep
k

2. Dengan membaca Pasal 34A, 34B, 34C, 36, 36A,


ah

dan 43A Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun


R

si
2012 tampak muncul sejumlah norma baru. Secara
garis besar norma baru yang muncul dari pasal-pasal

ne
ng

tersebut adalah sebagai berikut:


a) Keharusan adanya kerja sama dengan penegak

do
gu

hukum;
b) Keharusan Menteri dan/atau pimpinan lembaga
terkait untuk memberikan pertimbangan tertulis;
In
A

c) Norma prosedural pemberian pertimbangan


tertulis;
ah

lik

d) Pemberian diskresi kepada Menteri dalam


pemberian remisi, sebagaimana tersirat pada
m

ub

penggunaan kata “dapat” dalam Pasal 34C ayat


(1);
ka

e) Pemberian kewenangan kepada Menteri untuk


ep

pencabutan keputusan asimilasi;


ah

Halaman 69 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
f) Keharusan Kepolisian Negara RI, Badan Nasional

si
Penanggulangan Terorisme untuk membuat
rekomendasi;

ne
ng
g) Norma prosedural pemberian rekomendasi.
3. Bahwa munculnya norma hukum baru tersebut

do
gu menimbulkan konskuensi-konsekuensi hukum;
Pertama, akan muncul tindakan-tindakan hukum
yang dilakukan oleh organ-organ pemerintah

In
A
(bestuursorganen) tanpa dasar undang-undang.
Padahal sebagaimana telah disebutkan 3.1. di atas,
ah

lik
setiap tindakan hukum organ pemerintah itu harus
berdasarkan undang-undang (wetmatigheid van
am

ub
bestuur). Tindakan hukum organ pemerintah tanpa
dasar kewenangan (onbevoegd) dari undang-undang
itu dikualifikasi sebagai tindakan yang tidak sah
ep
k

(onrechtmatig);
ah

Kedua, Hak narapidana untuk mendapatkan remisi,


R

si
asimilasi, dan pembebasan bersyarat itu telah
diberikan oleh undang-undang. Hak narapidana yang

ne
ng

diberikan oleh undang-undang itu tidak dapat dianulir


atau dibatalkan oleh instrumen hukum yang di bawah

do
gu

undang-undang. Menteri tidak berwenang


membatalkan hak yang sudah dijamin atau diberikan
oleh undang-undang;
In
A

Ketiga, Terjadinya tidakan hukum yang melampaui


wewenang. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995
ah

lik

tentang Pemasyarakatan tidak memberikan


kewenangan-kewenangan tersebut, sementara
m

ub

Peraturan PemerintahNomor 99 Tahun 2012 selaku


peraturan pelaksanaan dari undang-undang
ka

memberikan kewenangan-kewenangan tersebut.


ep
ah

Halaman 70 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4. Bahwa tindak pidana terorisme, narkotika dan

si
prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan
terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi

ne
ng
manusia yang berat, serta kejahatan transnasional
terorganisasi lainnya merupakan kejahatan luar biasa

do
gu yang mengakibatkan kerugian besar bagi negara
atau masyarakat, dan oleh karena itu pelakunya
harus diperketat untuk pemberian remisi, asimilasi,

In
A
dan pembebasan bersyarat, tentu sangat tepat dan
perlu dilakukan, namun harus menggunakan
ah

lik
instrumen hukum atau jenis hukum yang sesuai.
5. Bahwa dengan demikian, Peraturan Pemerintah
am

ub
Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tatacara Pelaksanaan Hak
ep
k

Warga Binaan Pemasyarakatan ini harus dikualifikasi


ah

sebagai peraturan perundang-undangan yang tidak


R

si
sah (onrechtmatig). Peraturan Pemerintah Nomor 99
Tahun 2012 bukan saja memuat Konsiderans dan

ne
ng

materi muatan yang seharusnya dimuat dalam


undang-undang, juga memuat norma-norma baru

do
gu

yang tidak ditemukan dasarnya dalam Undang


Undang Nomor 12 Tahun 1995 baik tersirat apalagi
tersurat.
In
A

6. Dengan demikian Peraturan Presiden Nomor 99


Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas
ah

lik

Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 1999 tentang


Syarat dan Tatacara Pelaksanaan Hak Warga
m

ub

Binaan Pemasyarakatan tidak dapat memuat


tambahan Konsiderans dan tambahan persyaratan
ka

tertentu untuk pemberian remisi, asimilasi, dan


ep

pembebasan bersyarat.
ah

Halaman 71 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2012 tentang

si
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor
32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tatacara

ne
ng
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
dikualifikasi sebagai peraturan perundang-undangan

do
gu yang tidak sah (onrechtmatig).
12) Bahwa, seorang narapidana korupsi yang menjalani hukumam
di Lapas, setelah mendapatkan surat Keretangan Bekerjasama

In
A
dengan dari Penegak Hukum, untuk mendapatkan remisi harus
terlebih dahulu membayar Denda dan atau Uang Pengganti.
ah

lik
Hal ini diatur dalam Pasal 34A ayat (2) huruf b, yang
menyatakan, “telah membayar lunas denda dan uang
am

ub
pengganti sesuai dengan putusan pengadilan untuk
Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana
korupsi”;
ep
k

13) Bahwa, ketentuan mengenai pidana (hukuman) pokok yang


ah

berupa pidana (denda) denda diatur dalam Pasal 10 KUHP


R

si
yang menyatakan bahwa pidana terdiri atas:
1) Pidana pokok yaitu:

ne
ng

a. Pidana mati,
b. Pidana penjara,

do
gu

c. Pidana kurungan,
d. Pidana denda,
e. Pidana tutupan.
In
A

2) Pidana tambahan yaitu :


a. Pencabutan beberapa hak tertentu,
ah

lik

b. Perampasan barang yang tertentu,


c. Pengumuman putusan hakim.
m

ub

14) Bahwa, pidana denda lebih lanjut diatur dalam Pasal 30 KUHP
yang berbunyi:
ka

1) ayat 1, Banyaknya denda sekurang-kurangnya dua puluh


ep

lima sen.
ah

Halaman 72 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2) ayat 2, Jika dijatuhkan hukuman denda, dan denda tidak

si
dibayar, maka diganti dengan hukuman kurungan.
3) ayat 3, Lamanya hukuman kurungan pengganti itu

ne
ng
sekurang-kurangnya satu hari dan selama-lamanya enam
bulan.

do
gu 4) ayat 4, Dalam keputusan hakim ditentukan, bahwa bagi
denda setengah rupiah atau kurang, lamanya hukuman
kurungan pengganti denda itu satu hari, bagi denda yang

In
A
lebih besar daripada itu, maka bagi tiap-tiap setengah
rupiah diganti tidak lebih daripada satu hari, dan bagi
ah

lik
sisanya yang tidak cukup setengah rupiah, lamanya pun
satu hari.
am

ub
5) ayat 5, Hukuman kurungan itu boleh dijatuhkan selama-
lamanya delapan bulan, dalam hal mana maksimum denda
itu dinaikkan, karena berapa kejahatan yang dilakukan,
ep
k

karena berulang melakukan kejahatan atau lantaran hal-hal


ah

yang ditentukan pada pasal 52.


R

si
6) ayat 6, Hukuman itu sekali-kali tidak boleh lebih dari
delapan bulan.

ne
ng

15) Bahwa, mengenai pidana (hukuman) denda untuk kasus tindak


pidana korupsi dijabarkan diatur lebih lanjut secara khusus

do
gu

dalam masing-masing pasal-pasal dari tindak pidana korupsi


dan Pasal 12 A Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, yang
menyatakan:
In
A

1) Ketentuan mengenai pidana penjara dan pidana denda


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7,
ah

lik

Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 tidak


berlaku bagi tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari
m

ub

Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).


2) Bagi pelaku tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari
ka

Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sebagaimana dimaksud


ep

dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama


ah

Halaman 73 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp

si
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
16) Bahwa, ketentuan mengenai hukuman tambahan berupa uang

ne
ng
pengganti untuk tindak pidana Korupsi telah diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001,

do
gu Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
sebagimana dinyatakan dalam Pasal 18 yang berbunyi sebagai

In
A
berikut:
1) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam
ah

lik
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sebagai pidana
tambahan adalah:
am

ub
a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang
tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang
digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana
ep
k

korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana


ah

tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang


R

si
yang menggantikan barang-barang tersebut;
b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-

ne
ng

banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh


dari tindak pidana korupsi;

do
gu

c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk


waktu paling lama 1 (satu) tahun;
d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau
In
A

penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan


tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh
ah

lik

Pemerintah kepada terpidana.


2) Jika terpidana tidak membayar uang pengganti
m

ub

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b paling lama


dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan
ka

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta


ep
ah

Halaman 74 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk

si
menutupi uang pengganti tersebut.
3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang

ne
ng
mencukupi untuk membayar uang pengganti sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan

do
gu pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman
maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-undang ini dan lamanya pidana tersebut

In
A
sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.
17) Bahwa, melihat ketentuan dalam Pasal 10 KUHP, Pasal 30
ah

lik
KUHP, Pasal 12A dan Pasal 18 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2001, sebagaimana terurai
am

ub
dalam poin nomor 8, 9, 10 dan 11 tersebut di atas telah
mengatur secara rinci mengenai pidana (hukuman) denda
dan Pidana (hukuman) Tambahan Uang Pengganti dalam
ep
k

kasus tindak pidana korupsi. Dengan demikian harus


ah

menjadi dasar Hukum bagi:


R

si
a) Jaksa (Penuntut Umum) dalam mengajukan tuntutannya
terhadap terdakwa tindak pidana korupsi, berkaitan

ne
ng

dengan besarnya denda dan atau besarnya Uang


Pengganti, termasuk lamanya hukuman subsidair

do
gu

(pidana kurungan).
b) Hakim mengadili dan memutus perkara tindak pidana
korupsi yang berkaitan dengan penjatuhan pidana
In
A

(hukuman) denda dan atau pidana tambahan berupa


uang pengganti, termasuk lamanya hukuman subsidair
ah

lik

(pidana kurungan).
c) Jaksa (eksekutor) yang bertugas sebagai aparat yang
m

ub

mengeksekusi putusan Hakim (Pengadilan).


18) Bahwa, berdasarkan ketentuan hukum sebagaimana
ka

tersebut di atas, sebagai contoh, maka Hakim dalam Amar


ep

Putusannya berbunyi sebagai berikut:


ah

Halaman 75 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
MENGADILI:

si
Menyatakan Terdakwa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi

ne
ng
sebagaimana dalam dakwaan alternatif pertama;
1) Menghukum Terdakwa atas karena itu dengan pidana

do
gu penjara selama 7 (tujuh) tahun, dan denda sebesar Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan
apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana

In
A
kurungan selama 3 (tiga) bulan;
2) Menghukum pula Terdakwa untuk membayar uang
ah

lik
pengganti sebesar 1 (satu) milyar, jika terpidana tidak
membayar uang pengganti, maka dalam jangka paling
am

ub
lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, maka harta bendanya disita dilelang untuk
ep
k

menutupi uang pengganti tersebut. Jika terpidana tidak


ah

mempunyai harta benda yang mencukupi untuk


R

si
membayar uang pengganti, maka digati dengan
dipidana/hukuman penjara selama 1 (satu) tahun;

ne
ng

3) Menghukum Terdakwa untuk dalam 5 (lima) tahun


dicabut hak politiknya untuk dipilih dan memilih dalam

do
gu

jabatan publik;
4) Menetapkan Terdakwa sebagai Terdakwa bekerja sama
(Justice Collaborator)
In
A

5) Menyatakan,…… dan seterusnya.


19) Bahwa, dari contoh amar putusan hakim sebagaimana
ah

lik

tersebut dalam Poin nomor 13 di atas, maka jika Terpidana


dijatuhi hukuman denda dan kemudian tidak membayar
m

ub

atau tidak mampu membayar denda, maka denda tersebut


diganti subsidair dengan hukuman kurungan selama 5
ka

(lima) bulan. Demikian juga jika terpidana dijatuhi Hukuman


ep

Tambahan berupa Uang Pengganti. Sedangkan apabila


ah

Halaman 76 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
terpidana tidak membayar atau tidak mampu membayar

si
uang pengganti, maka terlebih dahulu harta bendanya
disita, dan apabila tidak mencukupi, maka uang pengganti

ne
ng
diganti dengan subsidair berupa hukuman penjara satu (1)
tahun;

do
gu 20) Bahwa, Jaksa (Kejaksaan dan KPK) dalam melakukan
eksekusi terhadap Terpidana tidak boleh menyimpang dari
Putusan Pengadilan yang berdasarkan ketentuan undang-

In
A
undang. Demikian juga Lembaga Pemasyarakatan dalam
melakukan pembinaan Narapidana yang sedang menjalani
ah

lik
hukuman penjara di Lembaga Pemasyarakatan, juga tidak
boleh bertentangan dengan putusan Pengadilan;
am

ub
21) Jika seorang Terpidana/Narapidana Kasus Korupsi tidak
membayar denda maka secara otomatis hukuman denda itu
diganti subsidair berupa hukuman penjara. Demikian juga
ep
k

jika tidak membayar uang pengganti, maka harta bendanya


ah

disita, jika harta bendanya tidak mencukupi maka diganti


R

si
dengan hukuman penjara sebagai subsidair, sebagaimana
yang telah diputuskan oleh hakim dalam amar putusannya.

ne
ng

Jaksa (Kejaksaan/KPK) sebagai aparat eksekutor atas


Putusan Hakim dalam melakukan eksekusi tidak boleh

do
gu

menyimpang (mengurangi, menambah, merubah) dari


Keputusan Hakim;
22) Bahwa, apabila syarat untuk mendapatkan Remisi harus
In
A

terlebih dahulu membayar denda dan uang pengganti


(sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34A ayat (2) hurup b
ah

lik

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012), maka


seharusnya persyaratan ini juga dinyatakan oleh hakim
m

ub

dalam amar putusannya, sehingga Jaksa (Kejaksaan dan


KPK) sebagi eksekutor akan mengeksekusi sesuai dengan
ka

putusan Pengadilan (hakim);


ep
ah

Halaman 77 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
23) Bahwa, kalimat dalam Pasal 34A ayat (2) huruf b yang

si
menyatakan “telah membayar lunas denda dan uang
pengganti sesuai dengan putusan pengadilan untuk

ne
ng
Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana
korupsi”, bertentangan dengan ketentuan 10 KUHP, Pasal

do
gu 30 KUHP, Pasal 12A dan Pasal 18 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001, yang telah
mengatur secara limitatif tentang hukuman Pokok berupa

In
A
Denda dan Hukuman Tambahan berupa Uang Pengganti;
24) Bahwa, hal ini diperkuat pendapat ahli Hukum Tata Negara
ah

lik
Prof. Dr. HM. Laica Marzuki, S.H., yang diajukan Para
Pemohon Uji Materi bahwa,”pembuat Peraturan Pemerintah
am

ub
Nomor 99 Tahun 2012 telah secara onrechtmatig
menyisipkan norma baru dalam dirinya, yang menyimpangi
aturan pokok, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
ep
k

tentang Pemasyarakatan. Pembuat Peraturan Pemerintah


ah

Nomor 99 Tahun 2012 telah mengambil alih kewenangan


R

si
pembuat Undang-Undang (= the law maker).”
25) Bahwa, mengenai Pembebasan bersyarat sebagaimana

ne
ng

diatur dalam Pasal 15, Pasal 15a, Pasal 15b dan Pasal 16
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dapat

do
gu

disimpulkan sebagai berikut:


1) Pelepasan/Pembebasan Bersyarat diberikan kepada
Terpidana yang Menjalani pidana di dalam Lapas;
In
A

2) Pelepasan Bersyarat/Pembebasan Bersyarat diberikan


kepada Narapidana setelah menjalani sekurang-
ah

lik

kurangnya 2/3 dari masa lamanya pidana yang harus


dijalani;
m

ub

3) Pelepasan Bersyarat/Pembebasan Bersyarat diberikan


dengan syarat umum yaitu bahwa terpidana tidak akan
ka

melakukan perbuatan pidana dan perbuatan lain yang


ep

tidak baik. Dan juga ada syarat khusus mengenai


ah

Halaman 78 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kelakuan terpidana, akan tetapi tidak boleh mengurangi

si
kemerdekaan agama, dan kemerdekaan politiknya;
4) Dalam pemberian Pelepasan Bersyarat/Pembebasan

ne
ng
Bersyarat, tidak mencantumkan persyaratan adanya
Surat Keterangan Bekerjasama Dengan Aparat Penegak

do
gu Hukum;
5) Dalam pemberian Pelepasan Bersyarat/Pembebasan
Bersyarat, tidak mencatumkan persyaratan telah

In
A
membayar denda dan atau Uang Penggati.
26) Bahwa, induk peraturan hukum yang mengatur tenggang
ah

lik
Pembebasan Bersyarat/Pelepasan Bersyarat terhadap
Narapidana (termasuk Narapidana Kasus Korupsi) yaitu
am

ub
Pasal 15 , Pasal 15a, Pasal 15 b dan Pasal 16 KUHP
(Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), dan diatur lebih
lanjut secara selaras dan bersesuaian dalam Pasal 14 ayat
ep
k

(1) huruf k dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun


ah

1995 Tentang Pemasyarakatan. dalam Pasal 14 ayat (1)


R

si
huruf k dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 Tentang Pemasyarakatan, dikeluarkanlah peraturan

ne
ng

pemerintah yaitu:
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32

do
gu

Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara


Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28
In
A

Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan


Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan
ah

lik

Tatata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan


Pemasyarakatan;
m

ub

c. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang


Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
ka

32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara


ep

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.


ah

Halaman 79 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
27) Bahwa, setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah

si
Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang

ne
ng
Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan, sebagai Pelaksanaan dari Pengaturan

do
gu Pembebasan Bersyarat, maka pengaturan Pembebasan
Bersyarat telah keluar dari substansinya dan bertentangan
dengan Perturan induknya, yaitu Pasal 15, Pasal 15a,

In
A
Pasal 15 b dan Pasal 16 KUHP (Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana), dan Pasal 14 ayat (1) huruf k Undang-
ah

lik
Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
Hal ini setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor
am

ub
99 Tahun 2012, sebagimana disebut dalam Pasal 43A ayat
(1) huruf a, Pasal 43A ayat (3) dan Pasal 43B ayat (3) huruf
c, yang menyatakan:
ep
k

a) Pasal 43A ayat (1) huruf a, yang menyatakan:


ah

…..bersedia bekerja sama dengan penegak hukum


R

si
untuk membantu membongkar perkara tindak pidana
yang dilakukannya.

ne
ng

b) Pasal 43A ayat (3), yang menyatakan: ….Kesediaan


untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat

do
gu

(1) huruf a harus dinyatakan secara tertulis oleh instansi


penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
In
A

c) Pasal 43B ayat (3) huruf c, yang menyatakan: Direktur


Jenderal Pemasyarakatan dalam memberikan
ah

lik

pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


wajib meminta rekomendasi dari instansi terkait, yakni
m

ub

…..Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan


Agung, dan/atau Komisi Pemberantasan Korupsi dalam
ka

hal Narapidana dipidana karena melakukan tindak


ep

pidana korupsi.
ah

Halaman 80 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
28) Bahwa, dari ketentuan dalam Pasal 43A ayat (1) huruf a

si
dan Pasal 43A ayat (3) yang mewajibkan adanya kesediaan
bekerja sama dengan penegak hukum (Justice

ne
ng
Collaborator) dalam bentuk surat keterangan tertulis,
adalah sebuah Norma Baru yang bertentangan dengan

do
gu Pasal 15, Pasal 15a, Pasal 15 b dan Pasal 16 KUHP (Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana), dan Pasal 14 ayat (1)
huruf k Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

In
A
Pemasyarakatan. Dan adanya norma baru tidak dibenarkan
karena telah menyimpangi Undang-Undang Nomor 12
ah

lik
Tahun 2011, sebagaimana telah diuraikan di atas, yang
diperkuat pendapat dua ahli Hukum Tata Negara;
am

ub
29) Bahwa, ketentuan dalam Pasal 43A ayat (1) huruf a dan
Pasal 43A ayat (3) yang telah membuat Norma Baru yang
bertentangan dengan Pasal 15, Pasal 15a, Pasal 15 b dan
ep
k

Pasal 16 KUHP dan Pasal 14 ayat (1) huruf k Undang-


ah

Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan


R

si
ternyata juga bertentangan dengan Undang-undang lainnya
yaitu:

ne
ng

a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun


2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,

do
gu

yaitu khususnya Pasal 13, Pasal 14 ayat 1 huruf g dan


Pasal 15.
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
In
A

2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia, yaitu


khususnya Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 30 ayat (1) dan
ah

lik

Pasal 32.
c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
m

ub

2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi juncto Undang-Undang Republik Indonesia
ka

Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas


ep

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi


ah

Halaman 81 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 81
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemberantasan Korupsi, yaitu khususnya Pasal 3, Pasal

si
4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 12A dan Pasal 13.
d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun

ne
ng
2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006, Tentang

do
gu Perlindungan Saksi Dan Korban, yaitu khususnya Pasal
1 ayat (2), Pasal 1 ayat (4), Pasal 1 ayat (5) dan Pasal
10 A.

In
A
e) Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 04 Tahun
2011, Tentang Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana
ah

lik
(Whistle Blower) Dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama
(Justice Collaborators) Di Dalam Perkara Tindak Pidana
am

ub
Tertentu.
30) Bahwa, inti dari ketentuan Pasal 43A ayat (1) huruf a dan
Pasal 43A ayat (3) adalah terciptanya norma baru mengenai
ep
k

persyaratan kesediaan Bekerjasama dengan Penegak


ah

Hukum (Justice Collaborator), maka dalil-dalil uji materi


R

si
sebagai tersebut dalam dalil uji materi Nomor Romawi
IV.A.2 nomor 11 (halaman 28 sampai dengan halaman 42)

ne
ng

dianggap tertulis kembali dalam uraian Pembahasan Pasal


43A ayat (1) huruf a dan Pasal 43A ayat (3), dan

do
gu

merupakan satu kesatuan tak terpisahkan;


31) Bahwa, dari uraian Poin nomor 24 sampai dengan 29
tersebut di atas, disimpulkan bahwa ketentuan dalam Pasal
In
A

43A ayat (1) huruf a dan Pasal 43A ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 bertentangan dengan
ah

lik

peraturan Undang-undang yang lebih tinggi, dan sudah


selayaknya Mahkamah Agung RI menyatakan Pasal 43A
m

ub

ayat (1) huruf a dan Pasal 43A ayat (3) tidak berlaku dan
Batal demi hukum;
ka

32) Bahwa, hal ini sependapat dengan keterangan Ahli Hukum


ep

Tata Negara Prof. Dr. HM. Laica Marzuki, S.H., yang


ah

Halaman 82 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 82
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
diajukan Para Pemohon Uji Materi bahwa, ”Peraturan

si
Pemerintah Nomor 99 tahun 2012 merupakan aturan
Pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

ne
ng
tentang pemasyarakatan. Hal tersebut menyimpangi
adagium hukum: ‘Lex Superior derogat legi inferiori’ yang

do
gu bermakna ‘de hogere wet gaat voor de lagere wet.”
Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
menyampingkan peraturan perundang-undangan yang lebih

In
A
rendah Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 menyatakan,‘Peraturan Pemerintah adalah Peraturan
ah

lik
Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk
menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.’
am

ub
Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2012
yang dimohonkan Uji Materi tidak ternyata menjalankan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
ep
k

Pemasyarakatan karena secara onrechtmatig menyisipkan


ah

ketentuan pemberian remisi dan pembebasan bersyarat


R

si
yang disertai pembebanan persyaratan prosedural yang
sama sekali tidak diatur oleh aturan pokok, Undang-Undang

ne
ng

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.


Pembebanan Persyaratan Prosedural dimaksud

do
gu

diberlakukan bagi narapidana tertentu yang dipandang


sebagai pelaku kejahatan luar biasa (extra ordinary crime).
Pembuat Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2012 bagai
In
A

mengayun bendul lonceng terlalu jauh (‘the pendulum of the


clock has gone too far’), melintasi lingkup (materialsphere)
ah

lik

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang


Pemasyarakatan. Hal dimaksud menyebabkan hak
m

ub

konstitusional Para Pemohon Uji Materi selaku warga


binaan pemasyarakatan dirugikan sehubungan dengan
ka

pembebanan persyaratan prosedural dalam hal


ep

mendapatkan remisi dan/atau pembebasan bersyarat,


ah

Halaman 83 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 83
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dibanding para warga binaan pemasyarakatan lainnya.

si
Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 99 tahun 2012
yang dimohonkan uji materi telah secara salah membebani

ne
ng
persyaratan prosedural bagi narapidana yang dipandang
melakukan tindak pidana berat (extra ordinary crime) guna

do
gu mendapatkan remisi dan/atau pembebasan bersyarat. Hal
dimaksud berlebihan (overbodig), karena revisi dan/atau
pembebasan bersyarat merupakan hak narapidana yang

In
A
menjalani putusan peradilan yang berkekuatan hukum tetap
(inkracht van gewijsde). Remisi dan/atau pembebasan
ah

lik
bersyarat merupakan hak warga binaan pemasyarakatan di
LAPAS serta tidak mungkin diberikan kepada seseorang
am

ub
terdakwa yang masih beracara di peradilan. Manakala
seseorang telah bersedia menjadi Justice Collaborator,
pada tahapan mana status dimaksud berlangsung?, Kapan
ep
k

persyaratan prosedural dimaksud diajukan kepadanya?


ah

Bagaimana halnya manakala ybs tengah mengajukan


R

si
upaya hukum banding, kasasi atau peninjauan kembali?
Dalam pada itu, persyaratan Justice Collaborator tidak

ne
ng

mungkin ditempuh oleh incasu pelaku-pelaku tindak pidana


yang alleen dader, bukan pelaku mededaderschap, menurut

do
gu

Pasal 55, ayat (1), ke-1 KUHPidana. Hal dimaksud


menghambat hak beracara yang bersangkutan selaku
Justitiabel (als rechtzoekend zijnde). Remisi (=
In
A

pengurangan hukuman) dan pembebasan bersyarat bukan


bagian dari pemidanaan (penghukuman). Putusan peradilan
ah

lik

yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde)


merupakan het eind process bagi seseorang terhukum.
m

ub

Tidak bakal ada tambahan pemidanaan (penghukuman).


Adagium hukum berkata, ‘Lites finari oportet’, bermakna
ka

‘……aan processen moet een (tijdig) einde komen’. Hukum


ep

tidak mengenal dosa tak berampun. Tatkala Pasal 34A dan


ah

Halaman 84 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 84
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pasal 43A Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012

si
membebankan persyaratan prosedural bagi narapidana
tertentu maka sesungguhnya hal tersebut secara hukum

ne
ng
telah memberlakukan tambahan pemidanaan
(penghukuman) bagi sekelompok warga binaan

do
gu pemasyarakatan tertentu. Dalam Gestichen Reglement,
Staatsblad 1917 Nomor 708 sekalipun, pembebanan
prosedural sedemikian tidak pernah diberlakukan dalam hal

In
A
pemberian remisi dan pembebasan bersyarat bagi seorang
terhukum. Remisi dan pembebasan bersyarat bukan bagian
ah

lik
dari pemidanaan (penghukuman) tetapi merupakan Law
Reward berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam
am

ub
perundang-undangan. Pasal 14 ayat (1), huruf (i) dan huruf
(k) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakan memberlakukan hak narapidana guna
ep
k

mendapatkan pengurangan masa pidana dan pembebasan


ah

bersyarat tanpa disertai pembebanan prosedural yang


R

si
bersifat punishment.”
33) Bahwa, dengan demikian sudah selayaknya Mahkamah

ne
ng

Agung RI menyatakan Pasal 43A ayat (1) huruf a dan


Pasal 43A ayat (3) tidak berlaku dan Batal demi hukum.

do
gu

C. Materi Peraturan Pemerintah RI Nomor 99 Tahun 2012


(konsiderans, Batang Tubuh dan Penjelasannya) Menimbulkan
Ketidakpastian Hukum.
In
A

Dalam pembentukan aturan hukum, terbangun asas yang


utama agar tercipta suatu kejelasan terhadap peraturan hukum,
ah

lik

asas tersebut ialah kepastian hukum. Gagasan mengenai asas


kepastian hukum ini awalnya diperkenalkan oleh Gustav Radbruch
m

ub

dalam bukunya yang berjudul “einführung in die


rechtswissenschaften”. Radbruch menuliskan bahwa di dalam
ka

hukum terdapat 3 (tiga) nilai dasar, yakni: (1) Keadilan


ep
ah

Halaman 85 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 85
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(Gerechtigkeit); (2) Kemanfaatan (Zweckmassigkeit); dan (3)

si
Kepastian Hukum (Rechtssicherheit)
Di dalam suatu peraturan hukum, terkandung asas-asas

ne
ng
hukum yang menjadi dasar pembentuknya. Dikatakan oleh Satjipto
Rahardjo, bahwa asas hukum dapat diartikan sebagai “jantungnya”

do
gu perarturan hukum, sehingga untuk memahami suatu peraturan
hukum diperlukan adanya asas hukum. Dengan bahasa lain, Karl
Larenz dalam bukunya Methodenlehre der Rechtswissenschaft

In
A
menyampaikan bahwa asas hukum merupakan ukuran-ukuran
hukumethis yang memberikan arah kepada pembentukan hukum.
ah

lik
Oleh karena asas hukum mengandung tuntutan etis maka asas
hukum dapat dikatakan sebagai jembatan antara peraturan hukum
am

ub
dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakat;
Asas kepastian hukum merupakan suatu asas yang menurut
Gustav Radbruch termasuk kedalam nilai dasar hukum. Asas ini
ep
k

pada pokoknya mengharapkan dan mewajibkan hukum dibuat


ah

secara pasti dalam bentuk yang tertulis. Keberadaan asas ini


R

si
menjadi penting karena akan menjamin kejelasan dari suatu
produk hukum positif yang ada. Makna penting dari asas ini pun

ne
ng

memiliki suatu kesamaan (similarity) dengan gagasan utama yang


ada pada konstruksi penalaran positivisme hukum, yakni kejelasan

do
gu

(certainty);
Berkaitan dengan pendapat di atas, apakah Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 telah memenuhi asas-asas
In
A

tersebut, khususnya asas kepastian Hukum? Uraian di bawah ini


akan memperjelas keberadaan Peraturan Pemerintah Nomor 99
ah

lik

Tahun 2012;
1) Bahwa, norma baru yang tertuang dalam Pasal 34A ayat (1)
m

ub

huruf a, Pasal 34A ayat (3) dan Pasal 43A ayat (1) huruf a,
Pasal 43A ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun
ka

2012, yang berupa Surat Keterangan Bekerjasama (Justice


ep

Collaborator) dari Penegak Hukum, agar Warga Binaan


ah

Halaman 86 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 86
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemasyarakatan (Narapidana) kasus korupsi untuk

si
mendapatkan hak haknya berupa Remisi dan Pembebasan
Bersyarat, telah dijelaskan dalam uraian terdahulu sebagai

ne
ng
norma baru yang bertentangan dengan norma dalam Undang-
Undang yang lebih tinggi;

do
gu 2) Bahwa, Surat Keterangan Bekerjasama dengan Penegak
Hukum (Justice Collaborator) sebagimana dimaksud dalam
Pasal 34A ayat (1) huruf a, Pasal 34A ayat (3) dan Pasal 43A

In
A
ayat (1) huruf a, Pasal 43A ayat (3) Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2012, dalam praktek yang dialami oleh para
ah

lik
Pemohon sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan yang
berasal dari tindak pidana korupsi dapat dikelompokkan
am

ub
sebagai berikut:
1) Surat Keterangan Bekerjasama Dengan Penegak Hukum
yang Proses Penyidikan dan Penuntutannya dilakukan oleh
ep
k

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK);


ah

2) Surat Keterangan Bekerjasama Dengan Penegak Hukum


R

si
yang Proses Penyidikan dan Penuntutannya dilakukan oleh
Kejaksaan;

ne
ng

3) Surat Keterangan Bekerjsama Dengan Penegak Hukum


yang Proses Penyidikan dilakukan Oleh Kepolisian dan

do
gu

Penuntutannya dilakukan oleh Kejaksaan.


3) Bahwa, ketiga kelompok Surat Keterangan Kerjasama dari
Penengak hukum sebagaimana tersebut di atas, meskipun
In
A

dasar hukum kewenangan pembuatannya adalah Pasal 34A


ayat (1) huruf a, Pasal 34A ayat (3) dan Pasal 43A ayat (1)
ah

lik

huruf a, Pasal 43A ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 99


Tahun 2012, namun dalam prakteknya terdapat perbedaan
m

ub

yang sangat tajam, yaitu perbedaan mengenai:


a) Waktu pemberitaan atau penerbitannya
ka

b) Isi dan Bentuk (format) suratnya


ep

c) Pejabat yang berwenang mengelurkan surat dimaksud


ah

Halaman 87 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 87
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
d) Substansi nya.

si
4) Bahwa, waktu pemberian surat keterangan kerjasama aparat
penegak hukum yang dikeluarkan oleh Komisi Pemberantasan

ne
ng
Korupsi, dalam prakteknya terdapat dua jenis waktu pemberian,
yaitu yang pertama diberikan pada saat masih dalam proses

do
gu penyidikan dan proses penuntutan. Dalam Proses ini Pimpinan
KPK atau Deputi Penindakan (atas nama pimpinan KPK)
mengeluarkan Surat Keputusan yang menetapkan seseorang

In
A
Saksi Pelaku yang bekerjasama (Justice Collaborator). Surat
Keputusan (Surat Justice Collaborator) ini kemudian dibacakan
ah

lik
oleh Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam tuntutannya, disertai permohonan kepada Majelis Hakim
am

ub
agar seseorang Terdakwa ditetapkan sebagai Saksi Pelaku
yang Bekerjasama (Justice Collaborator). Dan meminta kepada
hakim untuk memberikan keringan hukuman kepada terdakwa.
ep
k

Apabila permohonan ini dikabulkan oleh hakim, maka hakim


ah

dalam putusannya akan menetapkan seseorang terdakwa


R

si
sebagai saksi Pelaku yang bekerjasama (Justice Collaborator)
dan memberikan keringanan hukuman. Namun apabila Hakim

ne
ng

menolak permohonan penetapan seseorang sebagai saksi


pelaku yang bekerjasama (Justice Collaborator), maka Hakim

do
gu

dalam putusannya menyatakan menolak permohonan dari


Jaksa Penuntut Umum tentang penetapan seseorang sebagai
Saksi Pelaku yang Bekerjasama, dan tentunya tidak akan
In
A

memberikan keringan hukuman. Jadi proses ini sebenarnya


menunjukkan bahwa pemberian status seseorang sebagai
ah

lik

Saksi Pelaku yang Bekerjasama adalah kewenangan Hakim


yang dinyatakan dalam Putusannya. Hal ini agak bersesuaian
m

ub

dengan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 04 Tahun


2011, Tentang Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistle
ka

Blower) Dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice


ep

Collaborators) Di Dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu.


ah

Halaman 88 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 88
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Sebagai contoh dikemukakan penerbitan beberapa Surat

si
Keterangan Sebagai Pelaku yang Bekerjasama dari Komisi
Pemberantasan Korupsi, yaitu:

ne
ng
1. Surat Keputusan Nomor 16 Tahun 2019 Dari Pimpinan
KPK Diberikan Kepada Eka Kamaludin, ditetapkan Sebagai

do
gu Justice Collaborator. (Bukti P 6. 1)
2. Surat Keputusan Nomor 336 Tahun 2019 Dari Pimpinan
KPK Diberikan Kepada Hendry Saputra, ditetapkan Sebagai

In
A
Justice Collaborator. (Bukti P 6. 2);
3. Surat Keputusan Nomor 192 Tahun 2018 Dari Pimpinan
ah

lik
KPK Diberikan Kepada Eka Wandoro Dahlan, ditetapkan
Sebagai Justice Collaborator. (Bukti P 6. 3)
am

ub
5) Bahwa, jenis yang kedua waktu pemberian Surat Keterangan
Bekerjasama Dengan Penegak Hukum (Justice Collaborator),
yaitu diberikan kepada seseorang yang telah selesai proses
ep
k

hukumnya, atau seseorang yang telah menjadi Terpidana dan


ah

telah mendapatkan putusan Pengadilan yang telah


R

si
memperoleh Kekuatan Hukum tetap (Inkraht), yang akan
dieksekusi di Lembaga Pemasyarakatan dan atau yang telah

ne
ng

dieksekusi di Lembaga Pemasyarakatan. Sebagai contoh


adalah sebagai berikut:

do
gu

1. Surat Nomor B/53761-IK05.04./550/472019, dari Biro


Hukum KPK, diberikan Kepada Sopar siburian, Sebagai
Saksi Pelaku Yang Bekerjasama. (Bukti P 6. 4)
In
A

2. Surat Nomor B/2673/HK.0604/55/05/2018, dari Biro Hukum


KPK, diberikan Kepada Eko Susilo Hadi, Sebagai Saksi
ah

lik

Pelaku Yang Bekerjasama. (Bukti P 6. 5)


3. Surat Nomor B/1311/HK.0604/55/03/2020 dari Biro Hukum
m

ub

KPK, diberikan Kepada Mulya Hajmi, Sebagai Saksi Pelaku


Yang Bekerjasama. (Bukti P 6. 6)
ka

ep
ah

Halaman 89 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 89
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4. Surat Nomor B. 361/0.2.10/Fu.1/02/2018, dari Kepala

si
Kejaksaan Negeri Bandung, diberikan Kepada Drs. H. Nadi
Sastrakusumah, sebagai Justice Collaborator. (Bukti P 6. 7)

ne
ng
5. Surat Nomor B. 772/0.2.10/Fu.1/04/2017, dari Kepala
Kejaksaan Negeri Bandung, diberikan Kepada Yanos

do
gu Septiadi, sebagai Justice Collaborator. (Bukti P 6. 8)
6. Surat Nomor B. 6030.0.2.14/Fu.1/03/2019, dari Kasi Pidsus
Kejaksaan Negeri Sukabumi, diberikan Kepada Muhamad

In
A
Nurdiyansyah, sebagai Justice Collaborator. (Bukti P 6. 0)
7. Surat Nomor B. 94/N.2.10/Ft.2/06/2016, dari Kasi Pidsus
ah

lik
Kejaksaan Negeri Medan diberikan kepada Cris Leo
Manggala sebagai Justice Collaborator. (Bukti P 6. 10)
am

ub
8. Surat Nomor B.3456/02.12/Fe.1/11/2018, dari Kepala
Kejaksaan Negeri Bogor, diberikan Kepada Rony Nasrun
Adnan, sebagai Justice Collaborator. (Bukti P 6. 11)
ep
k

9. Surat Nomor B.101/P.2.14.3/Fu.3/01/2020, dari Kasi Pidsus


ah

Kejaksaan Negeri Donggala, diberkan kepada Tawakal,


R

si
berupa Surat Kerjasama. (Bukti P 6. 12)
10. Putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor

ne
ng

146/Pid.Sus/TPK/2013/PN.Bdg, atas nama Terdakwa Dada


Rosada. Status Justice Collaborator disebutkan dalam

do
gu

pertimbangan hukum (halaman 773) Putusan Pengadilan


hal-hal yang meringankan. (Bukti P 6. 13)
6) Bahwa, jenis waktu pemberian Surat Keterangan Bekerjasama
In
A

dengan Penegak Hukum, setelah seseorang menjadi terpidana


yang akan atau telah dieksekusi lebih banyak dikeluarkan oleh
ah

lik

Penegak Hukum baik itu Komisi Pemberantasan Korupsi


maupun Kejaksaan. Bahkan dalam praktek sering terjadi pada
m

ub

seorang terdakwa yang tidak memperoleh Status Saksi Pelaku


yang Bekerjasama oleh Hakim dalam Keputusannya, tetapi
ka

oleh Komisi Pemberantasan Korupsi maupun Kejaksaan


ep

diberikan Surat Keterangan sebagai Saksi Pelaku yang


ah

Halaman 90 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 90
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bekerjasama, setelah seseorang menjadi Terpidana yang akan

si
atau telah dieksekusi di Lembaga Pemasyarakatan;
7) Bahwa, jenis waktu pembuatan atau pemberian setelah

ne
ng
seseorang menjadi terpidana yang akan atau telah dieksekusi
di Lapas, cara pengajuannya juga berbeda-beda. Ada yang

do
gu secara pribadi bersurat langsung kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi atau Kejaksaan untuk mendapatkan
Surat Keterangan Bekerjasama;

In
A
8) Bahwa, dari uraian Poin nomor 5 dn 6 terebut di atas,
menunjukkan bahwa waktu pembuatannya Surat Keterangan
ah

lik
Kerjasama Dengan Penegak Hukum ada yang masih dalam
proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
am

ub
Pengadilan. Format bentuk Suratnya juga berbeda beda, ada
yang berupa surat Keputusan dan yang berupa surat
Keterangan Biasa. Sedang Pejabat yang berwenang membuat
ep
k

dan menandatangani juga berbeda-beda, Kalau di Komisi


ah

Pemberantasan Korupsi ada surat Keputusan yang


R

si
Ditandatangani oleh Pimpinan KPK, ada yang ditandantangani
oleh Deputi Penindakan, dan ada yang ditandatangani oleh

ne
ng

Biro Hukum KPK. Sedangkan Surat Keterangan Kerjasama


yang dikeluarkan oleh Kejaksaan, pejabat yang

do
gu

menandatanginya juga berbeda-beda. Ada yang ditandatangani


Kajari, Kasi Pidsus dan lainnya;
9) Bahwa, substansi (isi) surat keterangan Sebagai Saksi Pelaku
In
A

Yang Bekerjasama (Justice Collaborator) yang dikeluarkan oleh


Penegak Hukum (KPK dan Kejaksaan) juga berbeda beda, dan
ah

lik

bahkan sangat tidak jelas sehingga menimbulkan penafsiran


yang beda-beda oleh Kementerian Hukum dan Ham. Di bawah
m

ub

ini dikemukakan contoh debagai berikut:


1) Surat Keterangan Sebagai Saksi Pelaku Yang Bekerjasama
ka

(Justice Collaborator) Bersyarat.


ep
ah

Halaman 91 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 91
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pengertian Bersyarat ini timbul dalam praktek yang dapat

si
dilihat dalam substansi Surat Keterangan Kerjasama,
dimana dalam surat keterangan itu disebutkan bahwa

ne
ng
“berlakunya surat keterangan bekerjasama apabila
terpidana telah membayar denda dan atau uang pengganti”.

do
gu Jika telah membayar denda dan atau uang pengganti maka
barulah Terpidana, Narapidana mendapatkan Hak-haknya
berupa Remisi, Asimilasi, Pelepasan Bersyarat dan hak

In
A
lainnya. Jadi meskipun seseorang Narapidana Kasus
Korupsi telah mendapatkan Surat Keterangan Sebagai
ah

lik
Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice Collaborator),
apabila tidak membayar denda dan atau uang pengganti
am

ub
maka Narapidana tersebut tidak mendapatkan Remisi,
Asiamilasi, Pembebasan Bersyarat dan hak lainnya.
Contoh nyata dialami oleh Sdr. Hendry Saputra yang
ep
k

ditetapkan Sebagai Justice Collaborator berdasarkan Surat


ah

Keputusan Nomor 336 Tahun 2019, yang ditandatangani


R

si
oleh Pimpinan KPK (Agus Raharjo), dalam dictum
Memutuskan nomor Kedua disebutkan Hendry Saputra

ne
ng

wajib melakukan hal-hal sebagai berikut:


a) Membantu KPK dalam membongkar dan menyelesaikan

do
gu

perkara tindak pidana korupsi dalam perkara a quo, baik


yang dilakukannya maupun yang dilakukan pihak lainnya
ditingkat penyidikan, penuntutan sampai pemeriksaan di
In
A

pengadilan;
b) Membayar denda dan atau kewajiban lainyya
ah

lik

berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan


hukum tetap (inkracht van gewijde) dalam perkara a quo.
m

ub

Selanjutnya dalam dictum Memutuskan nomor Ketiga:


“apabila Hendry Saputra tidak melaksanakan seluruh
ka

kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Diktum


ep

KEDUA, maka KPK akan mencabut penetapan Hendry


ah

Halaman 92 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 92
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Saputra sebagai Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice

si
Collaborator), dalam perkara a quo”;
Dalam perkembangan selanjutnya, meskipun Sdr. Hendri

ne
ng
Saputra telah mendapatkan Surat Keterangan Sebagai
Saksi Pelaku Yang Berjasama, namun karena tidak mampu

do
gu membayar denda, maka tidak diberikan hak Remisinya;
Sebagaimana telah diuraikan dalam dalil terdahulu,
menetapkan persyaratan keharusan membayar Denda dan

In
A
atau Uang Pengganti adalah beretentangan dengan
ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
ah

lik
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
Putusan Hakim yang diucapkan dalam Persidangan.
am

ub
2) Substansi Surat Keterangan Sebagai Saksi Pelaku Yang
Bekerjasama (Justice Collaborator) Menimbulkan Multitafsir.
(Bukti P 6. 5 & bukti P 6. 6)
ep
k

Surat Keterangan dari Komisi Pemberantasan Korupsi


ah

Nomor B/2673/HK.0604/55/05/2018, tertanggal 11 Mei 2018


R

si
yang ditandatangani oleh Kepala Biro Hukum (Sutadi) atas
nama Pimpinan Sekretaris Jendral yang ditujukan Kepada

ne
ng

Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IA Sukamiskin


Bandung, perihal Tanggapan dan Permohonan Keterangan

do
gu

Telah Bekerjasama Dengan Penegak Hukum atas nama


Sdr. Eko Susilo Hadi. Isi Surat dari Komisi Pemberantasan
Korupsi intinya sebagai berikut:
In
A

1. KPK tidak pernah menetapkan narapidana a.n. Eko


Susilo Hadi Bin Hadi Sucipto sebagai saksi pelaku yang
ah

lik

bekerjasama (justice collaborator) karena yang


bersangkutan tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
m

ub

dimaksud dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor


4 Tahun 2011 Tentang Perlakuan Bagi Pelapor TIndak
ka

Pidana (Whistle Blower) dan Saksi Pelaku Yang


ep

Bekerjasama (Justice Collaborator) di dalam perkara


ah

Halaman 93 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 93
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tindak Pidana Tertentu dan Peraturan Bersama Menteri

si
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jaksa Agung,
Kapolri, KPK dan Ketua LPSK Tahun 2011 Tentang

ne
ng
Perlindungan Bagi Pelapor, Saksi Pelapor dan Saksi
Pelaku yang bekerjasama, namun yang bersangkutan

do
gu telah kooperatif dan membantu penegak hukum dalam
mengungkap perkara lain yang jauh lebih besar;
2. Keterangan yang disampaikan dalam surat ini bersifat

In
A
final dan dapat dijadikan referensi bagi Direktur Jenderal
Pemasyarakatan, Kepala Kantor Wilayah Kementrian
ah

lik
Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat dan Kepala
Lembaga Pemasyarakatan Klas IA Sukamiskin Bandung
am

ub
terkait Permohonan Keterangan Telah Bekerjasama
dengan Penegak Hukum a.n Ekosusilo Hadi Bin Hadi
Sucipto untuk kepentingan pemberian remisi
ep
k

berdasarkan Pasal 34A Peraturan Pemerintah Nomor 99


ah

Tahun 2012 dan/atau untuk kepentingan pemberian


R

si
pembebasan bersyarat berdasarkan Pasal 43A
Peraturan Pemerindah Nomor 99 Tahun 2012, yang

ne
ng

akan disampaikan kepada KPK pada kesempatan


lainnya.

do
gu

Terhadap Surat dari KPK Nomor B/2673/HK.0604/55/


05/2018, tertanggal 11 Mei 2018, yang isinya tidak jelas dan
multitafsir ini, maka Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas
In
A

IA Sukamiskin Bandung meminta penjelasan dan


penegasan kepada KPK melalui Surat Nomor
ah

lik

W.11.PAS.PAS1.PK.01.01.02-5530, tertanggal 6 Agustus


2019. Atas permohonan penjelasan dari Kepala Lembaga
m

ub

Pemasyarakatan Klas IA Sukamiskin Bandung


sebagaimana tersebut di atas, maka Komisi Pemberatasan
ka

Korupsi melalui Surat Nomor B/7124/HK.06.04/55/08/2019


ep

tertanggal 22 Agustus 2019 yang ditandatangani oleh


ah

Halaman 94 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 94
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Sutadi Kepala Biro Hukum a.n Pimpinan Sekretaris Jendral.

si
Adapun isi surat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bahwa, Sdr. Eko Susilo Hadi Bin Hadi Sucipto telah

ne
ng
menunjukkan sikap kooperatif dan bekerjasama dengan
Penegak Hukum (KPK);

do
gu 2. Untuk selanjutnya KPK menyerahkan kepada Saudara
untuk mempertimbangkan surat KPK Nomor
B/2673/HK.0604/55/-05/2018, tertanggal 11 Mei 2018

In
A
dalam pemberian remisi berdasarkan Pasal 34A
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 dan/atau
ah

lik
untuk kepentingan pemberian pembebasan bersyarat
berdasarkan Pasal 43A Peraturan Pemerintah Nomor 99
am

ub
Tahun 2012.
Setelah mendapatkan penjelasan dari Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagaimana terurai di atas, maka
ep
k

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, memberikan


ah

hak Remisi dan Pembebasan Bersyarat kepada Sdr. Eko


R

si
Susilo Hadi.
Selanjutnya dikemukakan pula atas persoalan yang sama

ne
ng

namun dengan perlakuan yang berbeda, sebagaimana


dialami oleh Mulya Hajmi. Berdasarkan Surat Keterangan

do
gu

dari Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor


B/1311/HK.0604/55/03/2020 tertanggal 12 Maret 2020,
yang ditandatangi oleh Elfi Laila Lubis Plt. Kepala Biro
In
A

Hukum KPK, atas nama Pimpinan Sekretaris Jendral, yang


ditujukan Kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas
ah

lik

IA Sukamiskin Bandung, perihal Permohonan Menjadi


Justice Collaborator atas nama Mulya Hajmi. Isi Surat dari
m

ub

Komisi Pemberantasan Korupsi intinya sebagai berikut:


1. KPK tidak pernah menetapkan narapidana Mulya Hajmi
ka

sebagai saksi pelaku yang bekerjasama (justice


ep

collaborator)
ah

Halaman 95 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 95
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Karena yang bersangkutan tidak memenuhi persyaratan

si
sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Perlakuan Bagi

ne
ng
Pelapor TIndak Pidana (Whistle Blower) dan Saksi
Pelaku Yang Bekerjasama (Justice Collaborator) di

do
gu dalam perkara Tindak Pidana Tertentu dan Peraturan
Bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI,
Jaksa Agung, Kapolri, KPK dan Ketua LPSK Tahun

In
A
2011 Tentang Perlindungan Bagi Pelapor, Saksi Pelapor
dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama. namun yang
ah

lik
bersangkutan telah kooperatif dan membantu penegak
hukum dalam mengungkap perkara lain yang jauh lebih
am

ub
besar;
2. Keterangan yang disampaikan dalam surat ini bersifat
final dan dapat dijadikan referensi bagi Saudara/Direktur
ep
k

Jenderal Pemasyarakatan, Kepala Kantor Wiayah


ah

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Banten atas


R

si
permintaan pertimbangan tertulis terkait permohonan
Keterangan Telah Bekerjasama dengan Penegak

ne
ng

Hukum untuk kepentingan pemberian remisi


berdasarkan Pasal 34A Peraturan Pemerindah Nomor

do
gu

99 Tahun 2012 dan/atau untuk kepentingan pemberian


pembebasan bersyarat berdasarkan Pasal 43A
Peraturan Pemerindah Nomor 99 Tahun 2012, a.n
In
A

Mulya Hajmi.
Terhadap Surat dari KPK Nomor B/1311/HK.0604/55/
ah

lik

03/2020 tertanggal 12 Maret 2020, yang isinya tidak jelas


dan multitafsir ini, maka Kepala Lembaga
m

ub

Pemasyarakatan Klas IA Sukamiskin Bandung meminta


penjelasan dan penegasan kepada KPK melalui Surat
ka

Nomor W11.PAS.PAS.1.PK.01.01.02-6663 tanggal 25


ep

Agustus 2020, Perihal Keterangan Telah Bekerjasama


ah

Halaman 96 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 96
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dengan Penegak Hukum a.n dr. Mulya Hasjmi, Sp.B,

si
M.Kes Bin Ali Hajmi. Atas permohonan penjelasan dari
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IA Sukamiskin

ne
ng
Bandung sebagaimana tersebut di atas, maka Komisi
Pemberatasan Korupsi melalui Surat Nomor

do
gu B/4544/HK.06.04/55/09/2020 tertanggal 11 September
2020, yang ditandatangani oleh Ahhmad Burhanudin
Kepala Biro Hukum a.n Pimpinan Sekretaris Jendral

In
A
memberi balasan dan tanggapan, yang isi surat tersebut
adalah sebagai berikut:
ah

lik
Sehubungan dengan Surat Saudara Surat Nomor
W11.PAS.PAS.1.PK.01.01.02-6663 tertanggal 25 Agustus
am

ub
2020, Perihal Keterangan Telah Bekerjasama Dengan
Penegak Hukum a.n dr. Mulya Hajmi, Sp.B, M.Kes Bin Ali
Hajmi, bersama ini kami sampaikan bahwa KPK tidak
ep
k

pernah menetapkan warga binaan a.n. Mulya Hajmi


ah

sebagai saksi pelaku yang bekerjasama (justice


R

si
collaborator) karena yang bersangkutan tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran

ne
ng

Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011 Tentang


Perlakuan Bagi Pelapor TIndak Pidana (Whistle Blower)

do
gu

dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice


Collaborator) di dalam perkara Tindak Pidana Tertentu
dan Peraturan Bersama Menteri Hukum dan HAK ASASI
In
A

MANUSIA RI, Jaksa Agung, Kapolri, KPK dan Ketua


LPSK Tahun 2011 Tentang Perlindungan Bagi Pelapor,
ah

lik

Saksi Pelapor dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama;


Setelah mendapatkan jawaban dan penjelasan dari
m

ub

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana terurai di


atas, maka Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
ka

ep
ah

Halaman 97 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 97
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tidak memberikan hak Remisi dan Pembebsan Bersyarat

si
kepada Sdr. Mulya Hajmi.
3) Substansi Yang Berbeda atas Surat Keterangan Telah

ne
ng
Bekerjasama Dengan Penegak yang dibuat dan dikeluarkan
oleh Komisi Pemeberantasan Korupsi dengan Kejaksaan.

do
gu 10) Bahwa, dari uraian Poin Nomor 1 sampai dengan Poin Nomor 9 di
atas, terbukti bahwa materi muatan dan pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, khususnya Pasal 34A ayat (1)

In
A
huruf a, Pasal 34A ayat (3) dan Pasal 43A ayat (1) huruf a, Pasal
43A ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012,
ah

lik
beretentangan dengan ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Peraturan
am

ub
Perundang Undangan, khusunya Pasal 6 ayat (1) huruf I, yaitu
Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum. .
Hal ini diperkuat pendapat ahli Hukum Tata Negara Prof. Dr. HM.
ep
k

Laica Marzuki, S.H., yang diajukan Para Pemohon Uji Materi


ah

bahwa,”Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012


R

si
yang dimohonkan Uji Materi bertentangan dengan Asas Ketertiban
Hukum dan kepastian hukum, khususnya asas kepastian hukum

ne
ng

sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, ayat (1) Undang-Undang


Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

do
gu

Perundang-undangan. Hal dimaksud menghambat hak beracara


yang bersangkutan selaku Justitiabel (als rechtzoekend zijnde).”
V. Pendapat DPR RI mengenai keberadaan dan Pelaksanaan Peraturan
In
A

Pemerintah Nomor 99 tahun 2012, tentang perubahan kedua atas


peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1999 tentang syarat dan
ah

lik

tatacara pelaksaan hak warga binaan pemasyarakatan. (bukti P-7)


1. Bahwa, dalil-dalil permohonan Pemohon sebagaimana diuraikan
m

ub

secara panjang lebar dalam Poin Romawi IV tersebut di atas,


ternyata sejalan dan sepaham dengan pendapat DPR RI yang
ka

tertuang dalam Laporan Panitia Angket DPR RI yang melakukan


ep

penyelidikan pelaksanaan tugas dan kewenangan komisi


ah

Halaman 98 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 98
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pemberantasan korupsi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

si
30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;

ne
ng
2. Bahwa, pengertian Hak Angket DPR, adalah hak DPR untuk
melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-

do
gu undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting,
strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan

In
A
peraturan perundang-undangan;
3. Bahwa, dalam laporan Panitia Angket DPR RI yang disampaikan
ah

lik
dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-18 masa persidangan III tahun
sidang 2017-2018, tanggal 14 Pebruari 2018, dalam halaman 42-
am

ub
43, menyatakan sebagai berikut:
“Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
ep
k

1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga


ah

binaan Pemasyarakatan, yang mensyaratkan salah satu


R

si
persyaratan administrasi yaitu kesediaan Warga binaan sebagai
JC (Justice Collaborator). JC (Justice Collaborator) ditentukan

ne
ng

pada posisi penyidikan dan penuntutan, kemudian ada Peraturan


Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, yang menyatakan JC (Justice

do
gu

Collaborator) berlaku sampai di Lembaga Pemasyarakatan yang


seharusnya merupakan kewenangan Undang-Undang untuk
mengatur. Seluruh Warga binaan kompetensinya berada di bawah
In
A

Lembaga Pemasyarakatan, bukan di KPK.


Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, bertentangan
ah

lik

dengan sistim perundang-undangan maupun penerapan Criminal


Justice System. Hal itu yang dipangkas dengan cara
m

ub

memasukkannya ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun


2012. Bisa dilakukan review ke Mahkamah Agung karena
ka

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 bertentangan


ep
ah

Halaman 99 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 99
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

si
Tentang Pemasyarakatan (UU Pemasyarakatan).
Terjadi diskriminasi yang tidak memiliki landasan hukum dimana

ne
ng
warga binaan Tindak Pidana Korupsi mendapatkan perlakuan
yang berbeda dengan warga binaan umumnya dalam memperoleh

do
gu hak-haknya yaitu remisi, asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti
menjelang bebas, dan lain sebagainya. Kepada warga binaan
koruptor dipersyaratkan harus memiliki predikat JC (Justice

In
A
Collaborator) yang tidak memiliki landasan hukum.
4. Bahwa, dari laporan Panitia Angket DPR RI tersebut di atas makin
ah

lik
memperjelas dan mempertegas bahwa berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 secara yuridis formal dan
am

ub
material tidak layak dan tidak sah secara hukum, dan patut untuk
dibatalkan berlakunya.
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka selanjutnya Pemohon
ep
k

mohon kepada Ketua Mahkamah Agung berkenan memeriksa permohonan


ah

keberatan dan memutuskan sebagai berikut:


R

si
1) Menyatakan bahwa Para Pemohon mempunyai kedudukan hukum atau
“legal standing” mengajukan permohonan ini;

ne
ng

2) Mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya;


3) Menyatakan, bahwa proses dan prosedur pembuatan Peraturan

do
gu

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 tentang


Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
In
A

Pemasyarakatan, bertentangan dengan:


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
ah

lik

Peraturan Perundang-undangan;
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
m

ub

Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun


2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perudang-undangan
ka

(khususnya norma-norma pembentukan peraturan perundang


ep

undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7);


ah

Halaman 100 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 100
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2005

si
Tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,

ne
ng
Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan Presiden.
4) Menyatakan, bahwa norma konsiderans (pertimbangan), Peraturan

do
gu Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

In
A
Pemasyarakatan, bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (konsiderans, Pasal 1 angka 1,
ah

lik
Pasal 1 angka 2, Pasal 1 agka 5 Pasal 1 angka 7) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, dan bertentangan
am

ub
dengan Undang-Undang:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas
ep
k

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan


ah

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun


R

si
2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi
Undang-Undang;

ne
ng

2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;


3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika;

do
gu

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001, Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
In
A

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang


Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Yang Berkaitan
ah

lik

dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara;


6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
m

ub

Hak Asasi Manusia; Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26


Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia;
ka

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 Tentang


ep

Pengesahan Protokol To Prevent Supppres And Punish Trafficing In


ah

Halaman 101 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 101
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Persons, Especially Women And Children, Supplementing The United

si
Nations Convention Against Transnasional Organized Crime (Protokol
Untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum Perdagangan Orang,

ne
ng
Terutama Perempuan Dan Anak-anak, Melengkapi Konvensi
Perserikatan Bangsa-bangsa Menentang Tindak Pidana

do
gu Transnasional Yang Terorganisir);
5) Menyatakan bahwa norma Pasal 34 A ayat (1) huruf (a) dan b, Pasal
34A ayat (3), dan Pasal 43 A ayat (1) huruf (a), Paasal 43A ayat (3)

In
A
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
ah

lik
tentang Tata Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan, bertentangan dengan:
am

ub
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
(Pasal 14 ayat (1) huruf i dan k, Pasal 14 ayat (2), Pasal 1 angka 6,
Pasal 1 angka 7;
ep
k

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang


ah

Hukum Acara Pidana (KUHAP), (Pasal 1 butir 14, Pasal 1 butir 15,
R

si
Pasal 1 butir 32);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang Undang

ne
ng

Hukum Pidana (Pasal 10, Pasal 15, Pasal 15a, Pasal 15b, Pasal 16);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

do
gu

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Pasal 13, Pasal 14 ayat 1


huruf g dan Pasal 15);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang
In
A

Kejaksaan Republik Indonesia (Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 30 ayat (1)


dan Pasal 32);
ah

lik

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang


Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Undang Undang
m

ub

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan


Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
ka

Pemberantasan Korupsi (Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal


ep

12A dan Pasal 13);


ah

Halaman 102 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 102
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2014 Tentang

si
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2006, Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban, (Pasal 1 ayat

ne
ng
(2), Pasal 1 ayat (4), Pasal 1 ayat (5) dan Pasal 10 A);
8. Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 04 Tahun 2011, Tentang

do
gu Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistle blower) Dan Saksi
Pelaku Yang Bekerjasama (Justice Collaborators) Di Dalam Perkara
Tindak Pidana Tertentu.

In
A
6) Menyatakan, bahwa norma dalam konsiderans, Pasal 34 A ayat (1) huruf
(a) dan b, Pasal 34A ayat (3), dan Pasal 43 A ayat (1) huruf (a), Pasal
ah

lik
43A ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun
2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32
am

ub
Tahun 1999 tentang Tata Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan tidak mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat atau “tidak sah, batal demi hukum dan tidak berlaku umum”;
ep
k

7) Menyatakan, bahwa materi muatan dan pelaksanaan Peraturan


ah

Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, khususnya Pasal 34A ayat (1) huruf
R

si
a, Pasal 34A ayat (3) dan Pasal 43A ayat (1) huruf a, Pasal 43A ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, bertentangan dengan

ne
ng

ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012


Tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan, khususnya

do
gu

Pasal 6 ayat (1) huruf I, yaitu asas Ketertiban dan Kepastian Hukum, dan
Batal Demi Hukum;
8) Memerintahkan agar petikan putusan ini dimuat dalam Berita Negara
In
A

Republik Indonesia;
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil permohonannya,
ah

lik

Pemohon telah mengajukan surat-surat bukti berupa:


1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Subowo (Bukti P-1.1);
m

ub

2. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Acep Dermawanto (Bukti P-


1.2);
ka

3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Endang Senjaya (Bukti P-


ep

1.3);
ah

Halaman 103 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 103
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Onang Sobandi (Bukti P-

si
1.4);
5. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Umarudin (Bukti P-1.5);

ne
ng
6. Fotokopi Amar Putusan Pengadilan atas nama Subowo (Bukti P-2.1);
7. Fotokopi Amar Putusan Pengadilan atas nama Acep Dermawanto (Bukti

do
gu P-2.2);
8. Fotokopi Amar Putusan Pengadilan atas nama Endang Senjaya (Bukti P-
2.3);

In
A
9. Fotokopi Amar Putusan Pengadilan atas nama Onang Sobandi (Bukti P-
2.4);
ah

lik
10. Fotokopi Amar Putusan Pengadilan atas nama Umarudin (Bukti P-2.5);
11. Fotokopi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 51 P/HUM/2013, tanggal
am

ub
26 Nopember 2013, dengan putusan menolak permohonan. (Bukti P
3.1);
12. Fotokopi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 63 P/HUM/2015, tanggal
ep
k

2 Mei 2016. dengan putusan Nebis in idem (Bukti P 3.2);


ah

13. Fotokopi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 72 P/HUM/2015, tanggal


R

si
25 Februari 2016. Dengan putursan Nebis in idem (Bukti P 3.3);
14. Fotokopi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 2 P/HUM/2019, tanggal

ne
ng

25 April 2019, dengan putusan Nebis in idem (Bukti P 3.4);


15. Fotokopi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 23 P/HUM/2018, tanggal

do
gu

10 Desember 2018 (Bukti P 3.5);


16. Fotokopi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 28 P/HUM/2015, tanggal
29 Desember 2015 (Bukti P 3.6);
In
A

17. Fotokopi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 54 P/HUM/2019, tanggal


10 Oktober 2019 (Bukti P 3.7);
ah

lik

18. Fotokopi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 73 P/HUM/2018, tanggal


18 Desember 2018 (Bukti P 3.8);
m

ub

19. Fotokopi Surat Pernyataan yang dibuat dan ditandatangani oleh Bapak
Sihabudin, Bc.Ip, S.H. pada tanggal 16 Nopember 2015 (Bukti P 4);
ka

20. Fotokopi Keterangan Ahli Prof. Dr. H.M. Laica Marzuki, S.H. Mantan
ep

Hakim Agung dan Hakim Mahkamah Konstitusi (Bukti P 5. 1);


ah

Halaman 104 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 104
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
21. Fotokopi Keterangan Ahli Dr. Ridwan, S.H., H.Hum dosen Fakultas

si
Hukum Universitas Islam Indonesia (Bukti P 5. 2);
22. Fotokopi Surat Keputusan Nomor 16 Tahun 2019 Dari Pimpinan KPK

ne
ng
Diberikan Kepada Eka Kamaludin, ditetapkan Sebagai Justice
Collaborator (Bukti P 6. 1);

do
gu 23. Fotokopi Surat Keputusan Nomor 336 Tahun 2019 Dari Pimpinan KPK
Diberikan Kepada Hendry Saputra, ditetapkan Sebagai Justice
Collaborator (Bukti P 6. 2);

In
A
24. Fotokopi Surat Keputusan Nomor 192 Tahun 2018 Dari Pimpinan KPK
Diberikan Kepada Eka Wandoro Dahlan, ditetapkan Sebagai Justice
ah

lik
Collaborator (Bukti P 6. 3);
25. Surat Nomor B/53761-IK05.04./550/472019, dari Biro Hukum KPK,
am

ub
diberikan Kepada Sopar Siburian, Sebagai Saksi Pelaku Yang
Bekerjasama (Bukti P 6. 4);
26. Fotokopi Surat Nomor B/2673/HK.0604/55/05/2018, dari Biro Hukum
ep
k

KPK, diberikan Kepada Eko Susilo Hadi, Sebagai Saksi Pelaku Yang
ah

Bekerjasama (Bukti P 6. 5);


R

si
27. Fotokopi Surat Nomor B/1311/HK.0604/55/03/2020 dari Biro Hukum
KPK, diberikan Kepada Mulya Hajmi, Sebagai Saksi Pelaku Yang

ne
ng

Bekerjasama (Bukti P 6. 6);


28. Fotokopi Surat Nomor B. 361/0.2.10/Fu.1/02/2018, dari Kepala

do
gu

Kejaksaan Negeri Bandung, diberikan Kepada Drs. H.Nadi


Sastrakusumah, sebagai Justice Collaborator (Bukti P 6. 7);
29. Fotokopi Surat Nomor B. 772/0.2.10/Fu.1/04/2017, dari Kepala
In
A

Kejaksaan Negeri Bandung, diberikan Kepada Yanos Septiadi, sebagai


Justice Collaborator (Bukti P 6. 8);
ah

lik

30. Fotokopi Surat Nomor B. 6030.0.2.14/Fu.1/03/2019, dari Kasi Pidsus


Kejaksaan Negeri Sukabumi, diberikan Kepada Muhamad Nurdiansyah,
m

ub

sebagai Justice Collaborator (Bukti P 6. 9);


31. Fotokopi Surat Nomor B. 94/N.2.10/Ft.2/06/2016, dari Kasi Pidsus
ka

Kejaksaan Negeri Medan diberikan kepada Chris Leo Manggala sebagai


ep

Justice Collaborator (Bukti P 6. 10);


ah

Halaman 105 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 105
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
32. Fotokopi Surat Nomor B.3456/02.12/Fe.1/11/2018, dari Kepala

si
Kejaksaan Negeri Bogor, diberikan Kepada Rony Nasrun Adnan,
sebagai Justice Collaborator (Bukti P 6. 11);

ne
ng
33. Fotokopi Surat Nomor B.101/P.2.14.3/Fu.3/01/2020, dari Kasi Pidsus
Kejaksaan Negeri Donggala, diberikan kepada Tawakal, berupa Surat

do
gu Kerjasama (Bukti P 6. 12);
34. Fotokopi Putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor
146/Pid.Sus/TPK/2013/-PN.Bdg, atas nama Terdakwa Dada Rosada.

In
A
Status Justice Collaborator disebutkan dalam pertimbangan hukum
(halaman 773) Putusan Pengadilan hal-hal yang meringankan. (Bukti P
ah

lik
6. 13)
35. Fotokopi Laporan Panitia Angket Pelaksanaan dan Kewenangan DPR RI
am

ub
Mengenai Pelaksanaan Tugas dan Kewenangan Komisi Pemberantasan
Korupsi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Bukti P 7);
ep
k

Menimbang, bahwa permohonan keberatan hak uji materiil tersebut


ah

telah disampaikan kepada Termohon pada Tanggal 24 Juni 2021


R

si
berdasarkan Surat Panitera Muda Tata Usaha Negara Mahkamah Agung
Nomor 28/PER-PSG/VI/28 P/HUM/2021, Tanggal 24 Juni 2021;

ne
ng

Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut,


Termohon telah mengajukan jawaban tertulis pada Tanggal 3 Agustus 2021,

do
gu

yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:


Bahwa sebelum Termohon menguraikan jawaban, Termohon akan
menyampaikan fakta terkait tanggal penerimaan dari salinan surat
In
A

permohonan uji materiil dalam perkara a quo karena terkait dengan


ketentuan dalam Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2011
ah

lik

tentang Hak Uji Materiil (selanjutnya disebut “Perma Nomor 01/2011”).


Berdasarkan lembar disposisi tanggal 16 Juli 2021 dengan nomor register
m

ub

21N6-PDKJ0Q perihal surat masuk Kementerian Sekretariat Negara, Surat


Pemberitahuan dan Penyerahan Surat Permohonan Hak Uji Materiil Nomor
ka

28/PER-PSG/VI/28P/HUM/2021 tanggal 24 Juni 2021, serta salinan surat


ep

permohonan uji formil dan materiil dalam perkara a quo diterima oleh Menteri
ah

Halaman 106 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 106
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Hukum dan HAK ASASI MANUSIA dan Jaksa Agung tanggal 27 Juli 2021

si
dengan nomor surat R-138/M/D-1/HK.06.01/07/2021, berikut dengan Surat
Permohonan Penundaan Penyerahan Jawaban Termohon Perkara Nomor

ne
ng
28P/HUM/2021 nomor PPE.06.01-117 tanggal 28 Juli 2021, sehingga
memenuhi tenggat waktu 14 (empat belas hari) sebagaimana ketentuan

do
gu Pasal 3 angka (4) Perma Nomor 01/2011.
Adapun jawaban Termohon atas permohonan Uji Materiil dalam perkara a
quo adalah sebagai berikut:

In
A
I. POKOK PERMOHONAN PEMOHON
Uji materi Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, Tentang
ah

lik
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
am

ub
Pemasyarakatan (selanjutnya disebut PP Nomor 99/2012), oleh karena:
1. Proses dan prosedur pembuatan PP Nomor 99/2012 bertentangan
dengan:
ep
k

a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


ah

Peraturan Perundang-undangan;
R

si
b. Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang

ne
ng

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Pasal 5, Pasal 6,


dan Pasal 7);

do
gu

c. Peraturan Presiden RI Nomor 68 Tahun 2005 Tentang Tata Cara


Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Rancangan
In
A

Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan Presiden.


2. Norma konsiderans (pertimbangan) PP Nomor 99/2012 bertentangan
ah

lik

dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang


Pemasyarakatan (konsiderans, Pasal 1 angka 1, angka 2, angka 5
m

ub

dan angka 7) dan bertentangan dengan:


a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
ka

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan


ep

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun


ah

Halaman 107 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 107
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi

si
Undang-undang;
b. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;

ne
ng
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
d. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

do
gu Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
e. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab

In
A
Undang-Undang Hukum Pidana yang Berkaitan dengan
Kejahantan Negara;
ah

lik
f. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azazi
Manusia;
am

ub
g. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengesahan
Protocol to Prevent Suppers and Punish Trafficing in Persons,
Especially Women and Children, Supplementing the United
ep
k

Nations Convention Against Transnasional Organized Crime;


ah

3. Norma Pasal 34 A ayat (1) huruf a dan huruf b, Pasal 34A ayat (3),
R

si
dan Pasal 43 A ayat (1) huruf (a), Pasal 43 A ayat (3) PP Nomor
99/2012, bertentangan dengan:

ne
ng

a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan


(Pasal 14 ayat (1) huruf i dan huruf k, Pasal 14 ayat (2), Pasal 1

do
gu

angka 6, angka 7)
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP (Pasal 1
butir 14, butir 15 dan butir 32);
In
A

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP (Pasal 10,


Pasal 15, Pasal 15a, Pasal 15b dan Pasal 16);
ah

lik

d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia (Pasal 13, Pasal 14 ayat (1) huruf g dan Pasal
m

ub

15);
e. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
ka

Republik Indonesia (Pasal 1, Pasal 2, Pasal 30 ayat (1) dan Pasal


ep

32);
ah

Halaman 108 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 108
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
f. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi

si
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

ne
ng
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi (Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 12A dan Pasal

do
gu 13);
g. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan

In
A
Saksi dan Korban (Pasal 1 ayat (2), ayat (4), ayat (5) dan Pasal
10 A);
ah

lik
h. SEMA Nomor 04 Tahun 2011 tentang Perlakuan Bagi pelapor
Tindak Pidana (whistle blower) dan Saksi Pelaku yang
am

ub
Bekerjasama (justice collaborators) Didalam Perkara Tindak
Pidana Tertentu.
4. Materi dan pelaksanaan PP Nomor 99/2012 khususnya Pasal 34 A
ep
k

ayat (1) huruf (a) dan b, Pasal 34A ayat (3), dan Pasal 43 A ayat (1)
ah

huruf (a), Pasal 43 A ayat (3) bertentangan dengan ketentuan dalam


R

si
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan khususnya Pasal 6

ne
ng

ayat (1) huruf l, yaitu Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum.


Adapun bunyi ketentuan PP 99/2012 yang diuji sebagai berikut:

do
gu

Konsideran Menimbang
a. Bahwa tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika,
psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan
In
A

kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan


transnasional terorganisasi lainnya merupakan kejahatan luar biasa
ah

lik

karena mengakibatkan kerugian yang besar bagi negara atau


masyarakat atau korban yang banyak atau menimbulkan kepanikan,
m

ub

kecemasan, atau ketakutan yang luar biasa kepada masyarakat;


b. Bahwa pemberian Remisi, Asimilasi, dan Pembebasan Bersyarat
ka

bagi pelaku tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor


ep

narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan


ah

Halaman 109 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 109
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan

si
transnasional terorganisasi lainnya perlu diperketat syarat dan tata
caranya untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat;

ne
ng
c. Bahwa ketentuan mengenai syarat dan tata cara pemberian Remisi,
Asimilasi, dan Pembebasan Bersyarat yang diatur dalam Peraturan

do
gu Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang

In
A
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
ah

lik
Pemasyarakatan, belum mencerminkan seutuhnya kepentingan
keamanan, ketertiban umum, dan rasa keadilan yang dirasakan oleh
am

ub
masyarakat dewasa ini, sehingga perlu diubah;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
ep
k

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32


ah

Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
R

si
Binaan Pemasyarakatan;
Pasal 34A ayat (1) huruf a dan huruf b:

ne
ng

(1) Pemberian Remisi bagi Narapidana yang dipidana karena


melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor

do
gu

narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan


negara, kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan
transnasional terorganisasi lainnya, selain harus memenuhi
In
A

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 juga harus


memenuhi persyaratan:
ah

lik

a. Bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk


membantu membongkar perkara tindak pidana yang
m

ub

dilakukannya;
b. Telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai
ka

dengan putusan pengadilan untuk Narapidana yang dipidana


ep

karena melakukan tindak pidana korupsi;


ah

Halaman 110 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 110
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. …..

si
Pasal 34A ayat (3):
“Kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ne
ng
huruf a harus dinyatakan secara tertulis dan ditetapkan oleh instansi
penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

do
gu undangan.”
Pasal 43A ayat (1) huruf a:
(1) Pemberian Pembebasan Bersyarat untuk Narapidana yang

In
A
dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan
prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap
ah

lik
keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat,
serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, selain harus
am

ub
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
ayat (2) juga harus memenuhi persyaratan:
a. Bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk
ep
k

membantu membongkar perkara tindak pidana yang


ah

dilakukannya
R

si
Pasal 43 A ayat (3):
Kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ne
ng

huruf a harus dinyatakan secara tertulis oleh instansi penegak hukum


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

do
gu

II. Tentang Kedudukan Hukum (Legal Standing, Persona Standi In Judicio)


Para Pemohon
1. Bahwa para Pemohon adalah warga binaan yang sedang menjalani
In
A

Pidana Penjara di Lapas Klas IA Sukamiskin Bandung karena terbukti


bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dan
ah

lik

diancam pidana dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1971


tentang Pemberantasan Tindak Pidana Kourpsi juncto Undang-
m

ub

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
ka

tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang


ep

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;


ah

Halaman 111 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 111
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Bahwa sebagai warga binaan pemasyarakatan yang sedang

si
menjalani pidana (hukuman) penjara sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan

ne
ng
PP 99/2012 tentang Perubahan Kedua Atas PP Nomor 32 Tahun
1999 tentang Syarat dan Tatacara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

do
gu Pemasyarakatan. Dengan berlakunya PP 99/2012 para Pemohon
selaku warga binaan pemasyarakatan yang juga warga negara
Republik Indonesia merasa dirugikan hak-hak hukumnya;

In
A
3. Terhadap kedudukan hukum para Pemohon tersebut, Termohon
menyampaikan keterangan sebagai berikut;
ah

lik
1) Bahwa Pemohon dalam permohonannya tidak menguraikan
secara jelas tentang kerugian hak-hak hukum yang dimaksud atas
am

ub
berlakunya PP a quo;
2) Perlu Pemohon pahami bahwa ketentuan yang diuji dalam PP a
quo telah mengatur syarat dan tata cara bagi narapidana untuk
ep
k

mendapatkan remisi dan pembebasan bersyarat. Terhadap


ah

ketentuan tersebut memberi kesempatan bagi para Pemohon dan


R

si
narapidana lainnya untuk mendapatkan remisi dan pembebasan
bersyarat. Dimana persyaratan pemberian remisi dan pemberian

ne
ng

pembebasan bersyarat bagi pelaku tindak pidana terorisme,


narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan

do
gu

terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia


yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya,
yakni antara lain dengan memenuhi syarat bekerjasama dengan
In
A

aparat penegak hukum untuk membantu membongkar perkara


tindak pidana yang dilakukannya. Sehingga sepanjang Pemohon
ah

lik

dapat memenuhi persyaratan tersebut, dapat saja Pemohon


mendapatkan remisi dan pembebasan bersyarat;
m

ub

3) Bahwa PP a quo justru memberikan jaminan kepastian hukum


bagi Pemohon untuk bisa mendapatkan remisi dan pembebasan
ka

bersyarat, sepanjang Pemohon memenuhi semua persyaratan


ep
ah

Halaman 112 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 112
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan tata cara, sehingga tidak ada kerugian sama sekali bagi

si
Pemohon dengan berlakunya PP a quo.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dalil Pemohon atas potensi

ne
ng
kerugian yang dialaminya akibat ditetapkannya PP a quo adalah tidak
berdasar dan/atau keliru, sehingga Termohon berpendapat Pemohon

do
gu tidak memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) dan adalah
tepat jika Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Agung secara
bijaksana menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima

In
A
(niet ontvankelijke verklaard).
III. Permohonan Nebis In Idem
ah

lik
Sebelum Termohon menjawab dalil-dalil para Pemohon terkait
permohonan keberatan hak uji formil dan materiil terhadap PP 99/2012
am

ub
terhadap Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, Termohon menyatakan menolak seluruh dalil/alasan
Permohonan Pemohon, dengan uraian/argumentasi sebagai berikut:
ep
k

1. Bahwa ketentuan Pasal 34 A ayat (1) huruf (a) dan b, Pasal 34A
ah

ayat (3), dan Pasal 43 A ayat (1) huruf (a), Pasal 43 A ayat (3) PP
R

si
Nomor 99/2012 yang dimohonkan oleh Pemohon telah
dipertimbangan dan diputus oleh Mahkamah Agung dalam putusan

ne
ng

yang terdahulu sebagaimana yang telah disampaikan oleh pemohon


dalam permohonannya halaman 13 angka 9 yaitu dalam putusan:

do
gu

1. Nomor 51 P/HUM/2013 tanggal 26 November 2013, dengan


Putusan menolak permohonan;
2. Nomor 63 P/HUM/2015 tanggal 2 Mei 2016, dengan Putusan
In
A

Nebis in Idem;
3. Nomor 72 P/HUM/2015 tanggal 25 Februari 2016, dengan
ah

lik

Putusan Nebis in Idem;


4. Nomor 2 P/HUM/2019 tanggal 25 April 2019, dengan Putusan
m

ub

Nebis in Idem;
Terhadap objek permohonan uji materiil yang sama dengan perkara
ka

permohonan uji materiil yang telah diperiksa, diadili, dan diputus


ep

dalam beberapa putusan Mahkamah Agung tersebut sehingga


ah

Halaman 113 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 113
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
permohonan uji materi Pemohon sudah sepatutnya diputus nebis in

si
idem
2. Termohon akan mengutip pertimbangan hukum putusan Nomor 51

ne
ng
P/HUM/2013 tanggal 26 November 2013 halaman 42 s.d 46 yang
relevan dengan perkara a quo sehingga dapat dipertimbangkan

do
gu Majelis Hakim Agung yang memeriksa dan memutus permohonan
uji materi a quo, yakni:
“Menimbang, bahwa keberadaan Peraturan Pemerintah Nomor 99

In
A
Tahun 2012 merupakan perintah Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 yang secara khusus ditentukan dalam Pasal 14 ayat (1)
ah

lik
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 yang menentukan hak-hak
narapidana. Lebih dari itu, Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor
am

ub
12 Tahun 1995 menentukan bahwa, “ketentuan mengenai syarat-
syarat dan tata cara pelaksanaan hak-hak narapidana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
ep
k

Pemerintah”;
ah

Menimbang, bahwa tidak ternyata ada pertentangan antara


R

si
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 karena tujuan utama dari Peraturan

ne
ng

Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 adalah pembinaan narapidana.


Pembinaan yang berbeda terhadap narapidana, merupakan

do
gu

konsekuensi logis adanya perbedaan karakter jenis kejahatan yang


dilakukan narapidana, perbedaan sifat berbahayanya kejahatan
yang dilakukan dan akibat yan ditimbulkan oleh tindak pidana yang
In
A

dilakukan oleh masing-masing narapidana;


Menimbang, bahwa keberadaan Peraturan Pemerintah Nomor 99
ah

lik

Tahun 2012 memperketat syarat pemberian Remisi agar


pelaksanaannya mencerminkan nilai keadilan. Sehingga
m

ub

menunjukkan pembedaan antara pelaku tindak pidana yang biasa


atau ringan dengan tindak pidana yang menelan biaya yang tinggi
ka

secara sosial, ekonomi, dan politik yang harus ditanggung oleh


ep

Negara dan/atau rakyat Indonesia. Dengan demikian, perbedaan


ah

Halaman 114 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 114
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
perlakuan merupakan konsekuensi etis untuk memperlakukan

si
secara adil sesuai dengan dampak kerusakan moral, sosial,
ekonomi, keamanan, generasi muda, dan masa depan bangsa, dari

ne
ng
kejahatan yang dilakukan masing-masing narapidana;
Menimbang, bahwa postulat moral yang melatarbelakangi Undang-

do
gu Undang Terorisme Nomor 15 Tahun 2003, karena terorisme
merupakan kejahatan lintas Negara, terorganisasi bahkan
merupakan tindak pidana internasional yang mempunyai jaringan

In
A
luas, yang mengancam perdamaian dan keamanan nasional
maupun internasional; postulat moral Undang-Undang Nomor 35
ah

lik
Tahun 2009 karena tindak pidana Narkotika telah bersifat
transnasional yang dilakukan dengan menggunakan modus
am

ub
operandi yang tinggi, teknologi canggih, didukung oleh jaringan
organisasi yang luas, dan sudah banyak menimbulkan korban,
terutama dikalangan generasi muda bangsa yang sangat
ep
k

membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara;


ah

postulat moral Undang-Undang Pengadilan Hak Asasi Manusia


R

si
Nomor 26 Tahun 2000 menyebutkan bahwa untuk menyelesaikan
masalah pelanggaran hak asasi manusia yang berat dan

ne
ng

mengembalikan keamanan dan perdamaian di Indonesia; postulat


moral dikeluarkannya Undang-Undang Korupsi Undang-Undang

do
gu

Nomor 31 Tahun 1999 yang telah diperbarui dengan Undang-


Undang Nomor 20 Tahun 2001, karena korupsi di Indonesia telah
merampas hak-hak dasar sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia
In
A

dan berlangsung secara sistemik dan meluas sehingga menjadi


kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes);
ah

lik

Menimbang, bahwa konstruksi hipotesis yang tertuang dalam


rumusan pasal-pasal hukum pidana mengandung misi
m

ub

penanggulangan kejahatan, sehingga ada politik kriminal atau


strategi penanggulangan kejahatan dalam setiap Undang-Undang
ka

Pidana, seperti Undang-Undang Terorisme, Korupsi, Narkotika.


ep

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 justru


ah

Halaman 115 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 115
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
menunjukkan adanya konsistensi roh atau spirit penanggulangan

si
kejahatan berat atau yang bersifat Extra Ordinary Crimes, agar
kejahatan tersebut tidak sampai meruntuhkan tatanan sosial dalam

ne
ng
masyarakat bangsa Indonesia;
Menimbang, bahwa pasal-pasal yang dimohonkan adalah

do
gu merupakan syarat bagi para terpidana tertentu (tindak pidana
terorisme, narkotika dan prekusor narkotika, psikotropika, korupsi,
kejahatan terhadap Keamanan Negara, kejahatan Hak Asasi

In
A
Manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisir
lainnya), untuk mendapatkan pengurangan hukuman/remisi;
ah

lik
Menimbang, bahwa tindak pidana mempunyai kekhususan oleh
karena itu berbeda dengan tindak pidana biasa;
am

ub
Menimbang, bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012
adalah pelaksanaan dari pendelegasian yang diperintahkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, oleh karena itu dalam
ep
k

kasus ini tidak dapat dipertentangkan;


ah

Menimbang, bahwa pengetatan pemberian Remisi sebagaimana


R

si
yang diatur dalam pasal-pasal Peraturan Pemerintah Nomor 99
Tahun 2012 bukanlah yang baru, karena juga sudah pernah diatur

ne
ng

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 yang juga


mengatur tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 32

do
gu

Tahun 1999;
Menimbang, bahwa pada hakekatnya Peraturan Pemerintah Nomor
99 Tahun 2012 tentang Pengetatan pemberian remisi justru sesuai
In
A

dengan konsep restorative justice, oleh karena itu sama sekali tidak
bertentangan dengan Hak Asasi Manusia, dan tidak pula bersifat
ah

lik

diskriminatif;
Menimbang, bahwa tentang justice collaborator bagi seorang
m

ub

narapidana masih bisa mendapatkan reward berupa pembebasan


bersyarat;
ka

ep
ah

Halaman 116 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 116
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa ketentuan yang diatur didalam pasal-pasal

si
objek Hak Uji Materiil tersebut adalah derivasi (pengejawantahan)
berjenjang kebawah terhadap

ne
ng
norma-norma yang diatur dalam peraturan yang lebih tinggi
tingkatnya, dalam hal ini Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995

do
gu tentang Pemasyarakatan, khususnya Pasal 5 dan Pasal 14
menganut “asas persamaan perlakuan dan pelayanan, serta
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia”. Narapidana

In
A
berhak mendapat: Remisi, kesempatan berasimilasi termasuk cuti
mengunjungi keluarga, mendapatkan pembebasan bersyarat, cuti
ah

lik
menjelang bebas, dan lain-lain;
Menimbang, bahwa rejim Undang-Undang Pemasyarakatan adalah
am

ub
Rejim pelaksanaan pemidanaan dan pemasyarakatan/pembinaan.
In casu, objek Hak Uji Materiil ternyata tidak menghilangkan hak-hak
narapidana dalam rangka menjalani pidana yang dijatuhkan oleh
ep
k

Rejim Pengadilan, melainkan melaksanakan proses pelaksanaan


ah

pemidanaan tersebut secara efektif dan pembinaan yang tepat agar


R

si
tujuan pemidanaan tersebut dapat tercapai maksimal. Oleh sebab
itu, antara Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah objek Hak Uji

ne
ng

Materiil tidak terdapat “irrelevansi ideolistik Hukum” didalamnya, dan


tidak pula terdapat pelanggaran terhadap asas

do
“Kewerdaan/penjenjangan” peraturan perundang-undangan;
gu

Menimbang, bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012


tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995;
In
A

Menimbang, bahwa secara normatif, hak narapidana telah


ditentukan dalam Pasal 14 ayat (1) huruf i, j, k, dan l Undang-
ah

lik

Undang Nomor 12 Tahun 1995 yaitu berhak mendapatkan


pengurangan masa pidana (remisi), berhak mendapatkan
m

ub

kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga,


berhak mendapatkan pembebasan bersyarat, berhak mendapatkan
ka

cuti menjelang bebas;


ep
ah

Halaman 117 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 117
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa namun demikian, terhadap persyaratan dan tata

si
cara pelaksanaan hak narapidana tersebut tidak diatur dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, tetapi pengaturannya

ne
ng
didelegasikan kepada Peraturan Pemerintah sesuai ketentuan Pasal
14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995;

do
gu Menimbang, bahwa pada dasarnya keberadaan Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 bukanlah bertujuan untuk
menghilangkan hak-hak narapidana sebagaimana dimaksud dalam

In
A
Pasal 14 ayat (1) huruf i, j, k, dan l Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995, tetapi Peraturan Pemerintah dimaksud hanya
ah

lik
memberikan pengetatan pengaturan mengenai syarat-syarat dan
tata cara pemberian hak narapidana sebagaimana yang termuat
am

ub
dalam Pasal 34 A ayat (1) huruf a, b; Pasal 36 ayat (2) huruf c
angka 3; Pasal 43 A ayat (1) huruf a, b, c Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2012 yang ditujukan pada tindak pidana tertentu
ep
k

dalam penegakan hukum;


ah

Menimbang, bahwa selain dengan hal tersebut, Peraturan


R

si
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 juga tidak bertentangan dengan
ratio legis Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 dalam rangkaian

ne
ng

penegakan hukum, yang bertujuan agar warga binaan


pemasyarakatan menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan

do
gu

tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali


oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan, dapat hidup secara wajar sebagai warga negara
In
A

yang baik dan bertanggung jawab;


Menimbang, bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012
ah

lik

tidak bertentangan dengan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor


39 Tahun 1999;
m

ub

Menimbang, bahwa yang diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-


Undang Nomor 12 Tahun 1995 merupakan hak narapidana yang
ka

dalam batas-batas tertentu hak tersebut dapat dianggap sebagai


ep

pemberian bagi mereka yang menjalani hukuman, sehingga


ah

Halaman 118 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 118
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
narapidana dapat menjalani hukuman kurang dari putusan hakim.

si
Jika hak-hak tersebut tidak ada, maka narapidana harus menjalani
hukuman sesuai putusan hakim;

ne
ng
Menimbang, bahwa adanya pengaturan pengetatan pemberian hak
tersebut terhadap kejahatan tertentu yang memang menjadi prioritas

do
gu untuk diberantas adalah dapat diterima. Khusus terhadap pelaku
tindak pidana korupsi, sebenarnya merupakan pihak yang
berpotensi merusak kemungkinan warga negara untuk

In
A
mendapatkan segala macam jaminan hak ekonomi, sosial dan
budaya yang termuat dalam ketentuan Pasal 22 DUHAM. Hal
ah

lik
tersebut sudah menjadi masalah serius yang telah mengancam
stabilitas dan keamanan nasional dan internasional, melemahkan
am

ub
institusi dan nilai-nilai demokrasi dan keadilan serta membahayakan
pembangunan dan penegakan hukum;
Menimbang, bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012
ep
k

tidak bertentangan dengan Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang


ah

Nomor 12 Tahun 2011;


R

si
Menimbang, bahwa dalam pembentukan Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2012 telah mendasarkan pada Pasal 5 dan 6

ne
ng

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 karena keberadaan


Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 merupakan perintah

do
gu

Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 dan


dalam pembentukannya telah memenuhi asas-asas pembentukan
peraturan perundangundangan yang baik, yaitu: kejelasan tujuan,
In
A

kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, kesesuaian


antara jenis, hierarki dan materi muatan, dapat dilaksanakan,
ah

lik

kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan dan


keterbukaan;
m

ub

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan


tersebut terbukti bahwa Pasal 34 A ayat (1) huruf (a) dan (b) dan
ka

Pasal 36 ayat (2) huruf (c) angka 3, juncto Pasal 43 A ayat (1) huruf
ep

(a), (b), (c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99


ah

Halaman 119 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 119
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah

si
Nomor 32 Tahun 1999 tentang Tata Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan tidak

ne
ng
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu Pasal 5,
Pasal 14 ayat 1 huruf (i), (j), (k), dan (l) Undang-Undang RI Nomor

do
gu 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Pasal 3 ayat 2 Undang-
Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun

In
A
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
karenanya permohonan keberatan hak uji materiil dari Para
ah

lik
Pemohon harus ditolak, dan selanjutnya sebagai pihak yang kalah
Para Pemohon dihukum untuk membayar biaya perkara;”
am

ub
3. Objek perkara dalam permohonan uji materiil a quo memiliki
subtansi yang SAMA, dengan beberapa perkara uji materiil yang
telah diperiksa, diadili dan diputus oleh Majelis Hakim pada
ep
k

Mahkamah Agung RI yaitu Perkara Uji Materi Nomor


ah

51P/HUM/2013, 63P/HUM/2015, 72P/HUM/2015 dan 2P/HUM/2019


R

si
sehingga asas Nebis in Idem secara mutlak telah terpenuhi.
4. Untuk menghindari adanya pertentangan Putusan Hakim atas obyek

ne
ng

sengketa yang sama yang telah diperiksa dan diputus terdahulu


oleh Hakim lainnya, maka Majelis Hakim pada Mahkamah Agung RI

do
gu

dalam perkara uji materiil a quo sepatutnya menolak permohonan uji


materiil a quo, sehingga terhadap materi muatan ayat, pasal,
dan/atau bagian dalam peraturan yang telah diuji, tidak dapat
In
A

dimohonkan pengujian kembali, karena maksud dan tujuan


permohonan sesungguhnya telah terpenuhi dalam putusan tersebut,
ah

lik

dan pertimbangan dalam putusan tersebut juga berlaku terhadap


permohonan a quo. Oleh karena itu, demi hukum sepatutnya
m

ub

Mahkamah Agung untuk menolak mengujinya, dan permohonan


keberatan hak uji materiil dari Pemohon tersebut harus dinyatakan
ka

tidak dapat diterima.


ep

IV. Penjelasan Termohon Terhadap Dalil Yang Dimohonkan Oleh Pemohon


ah

Halaman 120 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 120
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
A. Penjelasan terhadap uji formil

si
Bahwa terhadap dalil Pemohon yang pada pokoknya menyatakan
bahwa proses dan prosedur pembuatan PP Nomor 99/2012

ne
ng
bertentangan dengan:
a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

do
gu Peraturan Perundang-undangan;
b. Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang

In
A
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Pasal 5, Pasal 6,
dan Pasal 7);
ah

lik
c. Peraturan Presiden RI Nomor 68 Tahun 2005 Tentang Tata Cara
Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan
am

ub
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan Presiden.
Termohon memberikan keterangan sebagai berikut:
ep
k

1. Sebelum menjawab dalil uji formil, Termohon lebih terdahulu


ah

memberikan pandangan secara hukum terhadap objek


R

si
permohonan diantaranya:
a. Bahwa para Pemohon dalam perkaranya telah mengajukan

ne
ng

pengujian secara formil dan materiil;


b. Para Pemohon yang menguji secara formil namun juga

do
gu

pengujian secara materiil maka secara hukum para pemohon


telah mengakui sah dan legalnya PP 99/2012 secara
keseluruhan termasuk ketentuan yang diuji yaitu Konsiderans,
In
A

Pasal 34 A ayat (1) huruf a dan huruf b, Pasal 34A ayat (3), dan
Pasal 43 A ayat (1) huruf (a), serta Pasal 43 A ayat (3) PP
ah

lik

99/2012 yang telah berlaku selama 9 (sembilan) tahun.


Dengan adanya fakta yang demikian, secara hukum permohonan
m

ub

uji formil para pemohon dapat dianggap sebagai permohonan yang


kabur dan tidak beralasan hukum. Berdasarkan hal tersebut
ka

adalah tepat jika Yang Mulia Hakim Mahkamah Agung untuk tidak
ep

menerima permohonan atau menolak uji formil para Pemohon.


ah

Halaman 121 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 121
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan bahwa PP 99/2012

si
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Termohon

ne
ng
memberi jawaban:
Bahwa PP 99/2012 merupakan perubahan kedua atas Peraturan

do
gu Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Secara
sosiologis perubahan PP 99/2012 adanya suatu keadaan untuk

In
A
memenuhi kebutuhan hukum, yang secara yuridis adanya
berbagai persoalan terkait Pelaksanaan Hak Warga Binaan dalam
ah

lik
Lembaga Pemasyarakatan yang jika tidak ditangani secara serius
dapat berdampak luas bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
am

ub
Permasalahan tersebut untuk menangani tindak pidana yang
sifatnya kejahatan luar biasa diantaranya kejahatan terorisme,
kejahatan narkotik, kejahatan prekusor, narkotika, psikotropika,
ep
k

kejahatan korupsi, kejahatan keamanan negara, dan kejahatan


ah

Hak Asasi Manusia. Perubahan Peraturan a quo dapat dibenarkan


R

si
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana

ne
ng

dalam ketentuan Pasal 10 ayat (1) huruf e yang menyatakan


bahwa peraturan perundang-undangan dapat dibentuk dalam

do
rangka “pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat”.
gu

Peraturan Pemerintah dalam ketentuan Pasal 1 angka 5


merupakan peraturan yang dibentuk untuk menjalankan undang-
In
A

undang sebagaimana mestinya. Frase “sebagaimana mestinya”


mengandung makna yang dinamis untuk dapat diatur sesuai
ah

lik

kondisi/ keadaan sehingga peraturan tersebut dapat mengikuti


perkembangan kehidupan suatu masyarakat bangsa dan negara.
m

ub

Sehingga secara teknis pembentukan peraturan perundang


undangan bahwa perubahan suatu peraturan dapat dilakukan
ka

kapan saja, atau berkali-kali dalam rangka mengikuti


ep

perkembangan zaman dalam memenuhi kebutuhan hukum.


ah

Halaman 122 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 122
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3. Terhadap dalil yang menyatakan PP 99/2012 bertentangan

si
dengan Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2014 Pasal 5,
Pasal 6 dan Pasal 7, Termohon memberikan jawaban:

ne
ng
Bahwa Perubahan Peraturan a quo dilandaskan atas ketentuan
Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 87 Tahun

do
gu 2014 yang menyatakan “Dalam keadaan tertentu, Pemrakarsa
dapat menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah di luar
perencanaan program penyusunan Peraturan Pemerintah kepada

In
A
Menteri. Dan ayat (2) “Penyusunan Rancangan Peraturan
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
ah

lik
kebutuhan Undang-Undang”. Dalil tersebut dapat dipahami bahwa
“dalam keadaan tertentu” dimuat dalam konsideran menimbang
am

ub
huruf a dalam rangka “mengatasi keadaan tertentu” yakni untuk
mengatasi menangani kejahatan yang sifatnya luar biasa,
sedangkan dalam “kebutuhan undang-undang” dapat diartikan
ep
k

sebagai kebutuhan hukum sebagaimana konsideran menimbang


ah

huruf b yakni untuk memperketat syarat dan tata cara pemberian


R

si
remisi, asimilasi dan pembebasan bersyarat bagi pelaku tindak
pidana terorisme, kejahatan narkotik, kejahatan prekusor

ne
ng

narkotika, psikotropika, kejahatan korupsi, kejahatan keamanan


negara dan kejahatan Hak Asasi Manusia;

do
gu

4. Terhadap dalil yang menyatakan PP 99/2012 bertentangan


dengan Peraturan Presiden RI Nomor 68 Tahun 2005, Termohon
memberikan jawaban:
In
A

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 39 ayat (1) Peraturan


Presiden RI Nomor 68 Tahun 2005, perubahan Peraturan a quo
ah

lik

telah melalui proses pembentukannya sesuai dengan prosedur


pembentukan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik
m

ub

dari penyusunan, pengharmonisasian, sampai dengan


pengundangan;
ka

5. Terhadap dalil Pemohon (Bukti P 4), Termohon memberikan


ep

jawaban:
ah

Halaman 123 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 123
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa sesuai kepatutan hukum surat pernyataan sebagaimana

si
yang didalilkan Pemohon (Bukti 4) tidak dapat dijadikan sebagai
dalil hukum dalam permohonan uji formil a quo dengan alasan

ne
ng
sebagai berikut:
1) Bahwa surat pernyataan tersebut dibuat pada tanggal 16

do
gu Nopember 2015;
2) Bahwa pihak yang memberi pernyataan (Bukti 4) telah selesai
menjabat pada tanggal 25 Januari 2013;

In
A
3) PP 99/2012 berlaku sejak tanggal 12 November 2012.
Berdasarkan peristiwa hukum tersebut Termohon berkeyakinan
ah

lik
bahwa (Bukti 4) tidak dapat dijadikan sebagai bukti hukum dengan
alasan:
am

ub
1) Bahwa pembuat pernyataan (Sihabudin, Bc.Ip, S.H.) dalam
membuat pernyataan sudah tidak memiliki kewenangan sebagai
Dirjen Pemasyarakatan pada saat itu;
ep
k

2) Pernyataan seorang pejabat dapat memiliki kekuatan hukum


ah

jika dibuat atas dasar kewenangan yang dimiliki;


R

si
3) Dengan dibuatnya pernyataan setelah pembuat pernyataan
(Sihabudin, Bc.Ip, S.H.) tidak lagi memiliki kewenangan secara

ne
ng

hukum (Bukti 4) tidak memiliki kekuatan hukum;


4) Sebagai pertimbangan dapat memiliki kekuatan hukum sebagai

do
gu

bukti hukum jika pembuat pernyataan (Sihabudin, Bc.Ip, S.H.)


menyatakan (Bukti 4) sebelum selesai menjabat atau dibuat
sebelum tanggal 25 Januari 2013, atau masih melekat dalam
In
A

jabatannya.
Berdasarkan hal tersebut Termohon berkeyakinan bahwa (Bukti 4)
ah

lik

merupakan bukti yang telah mengandung unsur daluarsa sebagai


bukti hukum yang secara hukum tidak dapat dijadikan sebagai
m

ub

pertimbangan hukum atau bukti hukum dan akan beralasan hukum


jika Yang mulia Hakim Mahkamah Agung menyatakan (Bukti 4)
ka

sebagai bukti yang cacat hukum.


ep
ah

Halaman 124 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 124
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Penjelasan terhadap uji materiil

si
a. Perlu ditegaskan bahwa tindak pidana yang disebut dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas

ne
ng
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata
Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan adalah tindak

do
gu pidana yang serius, yang berdampak luas bagi masyarakat, bangsa, dan
negara, menurut perspektif hukum Indonesia sehingga penanganannya
harus dilakukan dengan cara-cara khusus, bahkan luar biasa. Hal

In
A
tersebut diantaranya tergambar dari hal-hal sebagai berikut:
1) Tindak pidana dimaksud diatur dalam undang-undang khusus di luar
ah

lik
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Misalnya, Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20
am

ub
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak
ep
k

Pidana Terorisme;
ah

2) Memiliki hukum acara yang berbeda. Misalnya, Komisi


R

si
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) tidak mempunyai
kewenangan SP3;

ne
ng

3) Memiliki lembaga khusus dalam penegakan hukumnya, seperti KPK


untuk kasus korupsi, BNN untuk kasus narkotika, BNPT untuk kasus

do
gu

teroris.
b. Bahwa sebagai bentuk komitmen Indonesia untuk menanggulangi tindak
pidana tersebut, Indonesia menjadi negara yang meratifikasi beberapa
In
A

konvensi internasional, antara lain:


1) United Nations Convention Against Corruption (Konvensi PBB
ah

lik

Antikorupsi, UNCAC) 2003, yang telah diratifikasi melalui Undang-


Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations
m

ub

Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-


Bangsa Anti Korupsi, 2003);
ka

2) Konvensi Psikotropika 1971 (Convention on Psychotropic Substances


ep

1971), yang telah diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang


ah

Halaman 125 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 125
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Nomor 8 Tahun 1996 tentang Pengesahan Convention on

si
Psychotropic Substances 1971 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan

ne
ng
Psikotropika (United Nations Covention Against Illicit Traffic in
Narcotic Drugs and Psychotropic Substance), yang telah diratifikasi

do
gu Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang
Pengesahan United Nations Convention Against Illicit Traffic in
Narcotic Drugs and Psychotropic Substance, 1988 (Konvensi

In
A
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan Peredaran
Gelap Narkotika dan Psikotropika, 1988); dan
ah

lik
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
am

ub
1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengesahan International Convention for the Suppression of
ep
k

the Financing of Terrorism, 1999 (Konvensi Internasional


ah

Pemberantasan Pendanaan Terorisme, 1999).


R

si
c. Bahwa dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang

ne
ng

Tahun 2012-2025, pada bagian strategi penegakan hukum, telah


diamanatkan untuk melakukan pengetatan pemberian remisi kepada

do
gu

terpidana korupsi;
d. Bahwa terkait penegasan komitmen pemberantasan korupsi, narkotika,
terorisme, kejahatan hak asasi manusia yang berat, kejahatan terhadap
In
A

keamanan negara dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya,


lebih khusus lagi pengaturan terkait justice collaborator, dapat dijelaskan
ah

lik

sebagai berikut:
1) Bahwa guna mendukung pengungkapan tindak pidana, Mahkamah
m

ub

Agung pun telah memberikan dukungan dan pengakuan terhadap


eksistensi whistle blower dan justice collaborator melalui penerbitan
ka

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011 tentang


ep
ah

Halaman 126 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 126
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Perlakuan bagi Pelapor Tindak Pidana (whistle blower) dan Saksi

si
Pelaku yang Bekerja Sama (Justice Collaborator);
2) Bahwa selain di Mahkamah Agung, di lingkungan instansi penegak

ne
ng
hukum lainnya juga telah ditandatangani peraturan bersama tentang
perlindungan whistle blower dan justice collaborator yang

do
gu ditandatangani oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepala Kepolisian Republik
Indonesia, Jaksa Agung, dan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan

In
A
Korban;
3) Bahwa tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang bersifat luar
ah

lik
biasa sehingga perlu penanganan yang berbeda dengan tindak
pidana lain sebagaimana tercantum dalam:
am

ub
1) Konsideran menimbang huruf a Undang-Undang Nomor 20 tahun
2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
ep
k

menyatakan: “bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi


ah

secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi


R

si
juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak sosial dan hak
ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi

ne
ng

perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya


harus dilakukan secara luar biasa.”

do
gu

2) Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang


Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua
In
A

Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi


Pemberantasan Korupsi menyatakan:“…tindak pidana korupsi
ah

lik

yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran


terhadap hak sosial dan hak ekonomi masyarakat, dan karena itu
m

ub

semua maka tindak pidana korupsi tidak dapat lagi digolongkan


sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi kejahatan luar
ka

biasa. Begitupun dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat


ep

dilakukan secara biasa, tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa.”


ah

Halaman 127 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 127
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
e. Bahwa perlu Pemohon ketahui PP a quo merupakan aturan dalam rangka

si
melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (2), Pasal 22 ayat (2), Pasal 29
ayat (2), dan Pasal 36 ayat (2) UU 12 Tahun 1995 tentang

ne
ng
Pemasyarakatan:
a. Bahwa Pasal 14 ayat (2) berbunyi: “Ketentuan mengenai syarat-syarat

do
gu dan tata cara pelaksanaan hak-hak Narapidana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.”, yang mana pada ayat (1) nya huruf i mengatur

In
A
mengenai pengurangan masa pidana (remisi), dan huruf k mengatur
mengenai pembebasan bersyarat;
ah

lik
b. Bahwa jika mengikuti alur pemikiran Pemohon bahwa syarat dan tata
cara sebagaimana diatur dalam pasal yang diuji yakni Pasal 34A ayat
am

ub
(1) huruf a dan ayat (3), dan Pasal 43A ayat (1) huruf a dan ayat (3)
PP a quo, maka berarti semua syarat dan tata cara untuk
pelaksanaan hak-hak narapidana dalam PP a quo, adalah
ep
k

bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang


ah

Pemasyarakatan, mengingat tidak ada satu Pasal pun dalam UU


R

si
Pemasyarakatan yang mengatur mengenai syarat dan tata cara
pemberian remisi dan pembebasan bersyarat, karena sudah

ne
ng

didelegasikan secara tegas oleh UU kepada PP a quo;


c. Bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 itulah yang bahwa

do
menyatakan “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
gu

pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”, oleh karena itu


tanggung jawab akhir penyelenggaraan pemerintahan termasuk di
In
A

dalamnya upaya untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat melalui


pengetatan pemberian Remisi, Asimilasi, dan Pembebasan Bersyarat
ah

lik

bagi pelaku tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor


narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara
m

ub

dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan


transnasional terorganisasi lainnya sepanjang mampu memberikan
ka

kepastian hukum bagi Pemerintah, Badan/Lembaga, Pemerintah


ep

Daerah, serta masyarakat dalam rangka mencapai tujuan Negara


ah

Halaman 128 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 128
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Republik Indonesia sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan

si
UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

ne
ng
mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

do
gu keadilan sosial, maka hal tersebut merupakan pilihan hukum (legal
policy) dari Pemerintah dan pilihan kebijakan yang demikian
seharusnya tidaklah diuji sepanjang pilihan kebijakan tidak merupakan

In
A
hal yang melampaui kewenangan pembentuk Peraturan Pemerintah,
tidak merupakan penyalahgunaan kewenangan, serta tidak nyata-
ah

lik
nyata bertentangan dengan Undang-Undang dan Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka pilihan
am

ub
kebijakan demikian tidak dapat dibatalkan oleh Mahkamah Agung”.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya permohonan pengujian UU a quo
yang diajukan oleh Pemohon dinyatakan tidak dapat diterima (niet
ep
k

ontvankelijk verklaard);
ah

d. Bahwa dengan demikian adalah jelas dan terang benderang bahwa


R

si
PP a quo dibentuk dalam rangka melaksanakan amanat antara lain
Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

ne
ng

Pemasyarakatan dan tidak ada sama sekali melampaui batas delegasi


kewenangan dan pengaturan yang diberikan oleh UU a quo;

do
gu

e. Bahwa tujuan utama dari PP 99/2012 adalah pembinaan narapidana.


Keberadaan PP 99/2012 dengan memperketat syarat pemberian
remisi dan pembebasan bersyarat sebagai perwujudan pemenuhan
In
A

kepentingan keamanan, ketertiban umum, dan rasa keadilan bagi


masyarakat, yakni antara lain dengan memenuhi syarat bekerjasama
ah

lik

dengan aparat penegak hukum untuk membantu membongkar


perkara tindak pidana yang dilakukannya (justice collaborator).
m

ub

Adanya syarat tersebut sebagai bentuk pengetatan dalam pemberian


remisi dan pembebasan bersyarat sebagai konsekuensi logis karena
ka

adanya karakter jenis kejahatan yang dilakukan oleh narapidana


ep

korupsi, tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika,


ah

Halaman 129 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 129
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan

si
kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan
transnasional terorganisasi lainnya yang merupakan kejahatan luar

ne
ng
biasa karena mengakibatkan kerugian yang besar bagi negara atau
masyarakat atau korban yang banyak atau menimbulkan kepanikan,

do
gu kecemasan, atau ketakutan yang luar biasa kepada masyarakat
sehingga harus ditangani secara khusus, yang tentunya berbeda
dengan penanganan tindak pidana biasa.

In
A
Selain itu, terhadap syarat tambahan lainnya berupa “telah membayar
lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan
ah

lik
untuk narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana
korupsi”, hal tersebut disebabkan adanya unsur kerugian keuangan
am

ub
negara. Unsur tersebut memberi konsekuensi bahwa pemberantasan
tindak pidana korupsi tidak hanya bertujuan untuk memulihkan
keuangan negara akibat korupsi. Pada dasarnya pembayaran lunas
ep
k

denda dan uang pengganti merupakan bagian dari sistem penegakan


ah

hukum yang dilakukan oleh negara sebagai korban tindak pidana


R

si
korupsi untuk mencabut, merampas, menghilangkan hak atas aset
hasil korupsi dari pelaku tindak pidana korupsi.

ne
ng

f. Bahwa dengan adanya PP 99/2012 justru menunjukkan adanya


konsistensi roh atau spirit penanggulangan kejahatan berat atau yang

do
gu

bersifat Extra Ordinary Crimes, agar kejahatan tersebut tidak sampai


meruntuhkan tatanan sosial dalam masyarakat bangsa Indonesia.
Justru akan menimbulkan perasaan ketidakadilan di masyarakat jika
In
A

menyamakan persyaratan pemberian remisi antara Narapida yang


dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan
ah

lik

prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap


keamanan negara, kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta
m

ub

kejahatan transnasional terorganisasi lainnya dengan Narapidana


lainnya (tindak pidana biasa), sehingga dengan demikian pengaturan
ka

pengetatan pemberian remisi dan pembebasan bersyarat pada PP a


ep

quo adalah pengaturan yang logis dan tepat serta tidak diskriminasi
ah

Halaman 130 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 130
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mengingat pengaturan tersebut memberlakukan berbeda terhadap hal

si
yang memang berbeda;
g. Bahwa adanya syarat bersedia bekerjasama untuk membantu

ne
ng
membongkar tindak pidana yang dilakukannya yang ditetapkan oleh
instansi penegak hukum merupakan bagian perwujudan dari

do
gu Integrated criminal justice system yakni sistem peradilan pidana yang
mengatur bagaimana penegakan hukum pidana dijalankan. Sistem
tersebut mengatur bagaimana proses berjalannya suatu perkara mulai

In
A
dari penyelidikan sampai pemasyarakatan. Konsepsi Integrated
criminal justice system menghendaki adanya keterpaduan antar
ah

lik
komponen penegak hukum guna mencapai tujuan penegakan hukum.
Masing-masing komponen harus berangkat dari kebersamaan
am

ub
persepsi dalam melaksanakan tatanan operasional agar tercapai
tujuan bersama yaitu mewujudkan keadilan bagi masyarakat. Dengan
demikian diharapkan benturan kepentingan antar komponen dapat
ep
k

dihilangkan dan tiap-tiap komponen tidak bekerja secara terkotak-


ah

kotak, sehingga walaupun pemberian remisi dan pembebasan


R

si
bersyarat diberikan melalui Keputusan Menteri Hukum dan HAM,
namun tetap memperhatikan keterpaduan dengan aparat penegak

ne
ng

hukum lainnya;

Menimbang, bahwa Termohon sampai waktu yang telah ditentukan

do
gu

tidak mengajukan surat bukti;

PERTIMBANGAN HUKUM
In
A

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan keberatan hak


uji materiil dari Para Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;
ah

lik

Bahwa sebelum Mahkamah Agung mempertimbangkan pokok


permohonan yang diajukan Para Pemohon, terlebih dahulu akan
m

ub

mempertimbangkan apakah permohonan a quo memenuhi syarat formal


yaitu mengenai kewenangan Mahkamah Agung untuk menguji objek
ka

permohonan keberatan Hak Uji Materiil dan kedudukan hukum (legal


ep
ah

Halaman 131 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 131
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
standing) Pemohon untuk mengajukan permohonan keberatan hak uji

si
materiil;
Menimbang, bahwa kewenangan Mahkamah Agung untuk menguji

ne
ng
permohonan keberatan hak uji materiil didasarkan pada ketentuan Pasal 24A
UUD Negara RI Tahun 1945, Pasal 20 ayat (2) huruf b Undang-undang

do
gu Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 31A Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung serta Pasal 1 angka 1 Peraturan Mahkamah

In
A
Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, yang pada intinya
menentukan bahwa Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan
ah

lik
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi;
am

ub
Menimbang, bahwa peraturan perundang-undangan menurut
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum
ep
k

yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
ah

negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan


R

si
dalam peraturan perundang-undangan antara lain peraturan pemerintah.
Adapun materi muatan peraturan pemerintah adalah berisi materi untuk

ne
ng

menjalankan undang-undang (Pasal 1 angka 2, Pasal 7 ayat (1) huruf d dan


Pasal 12);

do
gu

Menimbang, bahwa yang menjadi objek permohonan keberatan hak


uji materiil Para Pemohon adalah Pasal 34 A ayat (1) huruf (a) dan b, Pasal
34A ayat (3), Pasal 43 A ayat (1) huruf (a) dan Pasal 43A ayat (3) Peraturan
In
A

Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas


Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999, Tentang Syarat dan Tata Cara
ah

lik

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan terhadap Undang-Undang


Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Bahwa objek permohonan
m

ub

merupakan (i) Peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum (ii) Dibentuk dan ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat
ka

yang berwenang untuk itu; (iii) Termasuk salah satu jenis peraturan
ep
ah

Halaman 132 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 132
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang; (iv)

si
Materi muatannya berisi materi untuk menjalankan undang-undang;
Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah Agung

ne
ng
berpendapat Objek Permohonan berupa Peraturan Pemerintah Nomor 99
Tahun 2012 Tentang perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor

do
gu 32 Tahun 1999 merupakan peraturan perundang-undangan dan hierarkinya
berada di bawah undang-undang sehingga memenuhi syarat sebagai objek
permohonan keberatan hak uji materiil yang menjadi wewenang Mahkamah

In
A
Agung untuk mengujinya;
Menimbang, bahwa sebelum Mahkamah Agung mempertimbangkan
ah

lik
tentang substansi permohonan yang diajukan Para Pemohon, maka terlebih
dahulu akan dipertimbangkan apakah permohonan a quo memenuhi
am

ub
persyaratan formal, yaitu apakah Para Pemohon mempunyai kepentingan
untuk mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil, sehingga Para
Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) dalam permohonan
ep
k

a quo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 A ayat (2) Undang-Undang


ah

Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang


R

si
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan Pasal 1 angka (4) dan
Pasal 2 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2011

ne
ng

tentang Hak Uji Materiil;


Menimbang, bahwa Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3

do
gu

Tahun 2009 menyatakan bahwa permohonan pengujian peraturan


perundang-undangan di bawah undang-undang hanya dapat dilakukan oleh
pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan
In
A

tersebut yaitu:
a. Perorangan warga negara Indonesia;
ah

lik

b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai


dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
m

ub

Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang; atau


c. Badan hukum publik atau badan hukum privat;
ka

ep
ah

Halaman 133 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 133
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dalam penjelasannya ditentukan bahwa yang dimaksud dengan

si
“perorangan” adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang
mempunyai kepentingan sama;

ne
ng
Bahwa lebih lanjut Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2011 menentukan bahwa pemohon keberatan adalah

do
gu kelompok orang atau perorangan yang mengajukan keberatan kepada
Mahkamah Agung atas berlakunya suatu peraturan perundang-undangan
tingkat lebih rendah dari undang-undang;

In
A
Bahwa dengan demikian, Para Pemohon dalam pengujian peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang harus menjelaskan dan
ah

lik
membuktikan terlebih dahulu:
a. Kedudukan sebagai Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal
am

ub
31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;
b. Kerugian hak yang diakibatkan oleh berlakunya peraturan perundang-
undangan yang dimohonkan pengujian;
ep
k

Menimbang, bahwa Para Pemohon adalah Subowo, Acep


ah

Dermawanto, Endang Senjaya, Onang Sobandi dan Umarudin dalam


R

si
kapasitasnya sebagai warga negara Indonesia yang saat ini menjadi warga
binaan yang sedang menjalani pidana karena kasus korupsi di penjara Lapas

ne
ng

Klas 1-A Sukamiskin Bandung;


Menimbang, bahwa dalam permohonannya, Para Pemohon telah

do
gu

mendalilkan bahwa Para Pemohon mempunyai kepentingan dengan alasan


sebagai berikut: kedudukan Para Pemohon sebagai warga negara Indonesia
yang menjadi warga binaan yang sedang menjalani pidana penjara
In
A

memenuhi kriteria Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A ayat


(2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009. Para Pemohon juga dirugikan
ah

lik

oleh berlakunya peraturan perundang-undangan yang dimohonkan


pengujiannya. Dengan demikian, Para Pemohon memiliki kedudukan hukum
m

ub

(legal standing) untuk mengajukan Permohonan ini; sehingga Para Pemohon


mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil kepada Mahkamah
ka

Agung agar Pasal 34 A ayat (1) huruf (a) dan b, Pasal 34A ayat (3), dan
ep

Pasal 43 A ayat (1) huruf (a), Pasal 43A ayat (3) Peraturan Peraturan
ah

Halaman 134 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 134
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua Atas

si
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999, Tentang Syarat dan Tata cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, yang menjadi obyek

ne
ng
permohonan a quo dinyatakan bertentangan dengan perundang-undangan
yang lebih tinggi yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

do
gu Pemasyarakatan;
Menimbang, bahwa Termohon dalam jawabannya tentang
Kedudukan Hukum (legal standing) Para Pemohon telah mendalilkan

In
A
sebagai berikut:
1. Bahwa Pemohon dalam permohonannya tidak menguraikan secara jelas
ah

lik
tentang kerugian hak-hak hukum yang dimaksud atas berlakunya
Peraturan Pemerintah a quo;
am

ub
2. Perlu Pemohon pahami bahwa ketentuan yang diuji dalam Peraturan
Pemerintah a quo telah mengatur syarat dan tata cara bagi narapidana
untuk mendapatkan remisi dan pembebasan bersyarat. Dimana
ep
k

persyaratan pemberian remisi dan pemberian kebebasan bersyarat bagi


ah

pelaku tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika,


R

si
psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan
kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional

ne
ng

terorganisasi lainnya, yakni antara lain dengan memenuhi syarat


kerjasama dengan aparat penegak hukum untuk membantu

do
gu

membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya. Sehingga


sepanjang Pemohon dapat memenuhi persyaratan tersebut, dapat saja
Pemohon mendapatkan remisi dan pembebasan bersyarat;
In
A

3. Bahwa Peraturan Pemerintah a quo justru memberikan jaminan


kepastian hukum bagi Pemohon untuk bisa mendapatkan remisi dan
ah

lik

pembebasan bersyarat, sepanjang Pemohon memenuhi semua


persyaratan dan tata cara, sehingga tidak ada kerugian sama sekali bagi
m

ub

Pemohon dengan berlakunya Peraturan Pemerintah a quo.


Menimbang, bahwa berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh
ka

Para Pemohon dalam menjelaskan kedudukan hukumnya tersebut di atas,


ep

menurut Majelis Hakim permasalahan yang sedang dialami Para Pemohon


ah

Halaman 135 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 135
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
adalah akibat adanya perlakuan yang berbeda dalam pemberian masa

si
pidana (remisi) sebagai hak warga binaan yang telah memenuhi syarat
sebagaimana ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 dan

ne
ng
penjelasannya, serta Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999,

do
gu Tentang Syarat dan Tata cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan. Para Pemohon merasa dirugikan atas aturan tersebut,
khususnya berkaitan dengan hak untuk mendapatkan perlakuan yang

In
A
sama dihadapan hukum (equality before the law). Bahwa kerugian Para
Pemohon bersifat aktual atau setidaknya bersifat potensial, spesifik dan
ah

lik
terdapat hubungan sebab akibat antara kerugian dimaksud dan berlakunya
norma peraturan yang dimohonkan pengujiannya.
am

ub
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal
standing) untuk bertindak sebagai Para Pemohon dalam permohonan a
ep
k

quo;
ah

Menimbang, bahwa oleh karena Mahkamah Agung berwenang


R

si
menguji permohonan keberatan hak uji materiil dan Para Pemohon memiliki
kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo

ne
ng

maka permohonan a quo secara formal dapat diterima;


Menimbang, bahwa selajutnya Mahkamah Agung

do
gu

mempertimbangkan pokok permohonan, yaitu Apakah ketentuan yang


dimohonkan uji materiil a quo bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi atau tidak;
In
A

Menimbang, bahwa pokok permohonan keberatan hak uji materiil


adalah pengujian Pasal 34A ayat (1) huruf a dan b, Pasal 34A ayat (3) dan
ah

lik

Pasal 43A ayat (1) huruf a, Pasal 43A ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor
99 Tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
m

ub

Nomor 32 Tahun 1999, Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan bertentangan atau tidak dengan peraturan
ka

perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu Undang-Undang Nomor 12


ep

Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;


ah

Halaman 136 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 136
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa untuk membuktian dalil-dalil permohonannya Para Pemohon

si
mengajukan alat bukti surat yang telah diberi tanda P.1 s.d P.7 dan 2 (dua)
orang ahli, Prof. Dr. HM. Laica Marzuki, SH dan Dr. Ridwan, SH., M.Hum

ne
ng
yang mengemukakan pendapatnya secara tertulis sebagaimana termuat
dalam bukti P 5.1 dan P 5.2;

do
gu Menimbang, bahwa berdasarkan posita dan petitum Permohonan,
Jawaban Termohon, bukti-bukti surat/tulisan dan keterangan ahli serta fakta
yang terungkap, Mahkamah Agung memberikan pertimbangan sebagai

In
A
berikut:
Menimbang, bahwa fungsi pemidanaan tidak lagi sekedar
ah

lik
memenjarakan para pelaku agar jera, akan tetapi usaha rehabilitasi dan
reintegrasi sosial yang sejalan dengan model restorative justice (model hukum
am

ub
yang memperbaiki);
Menimbang, bahwa Narapidana bukan saja objek melainkan juga subjek
yang tidak berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat
ep
k

melakukan kekhilafan yang dapat dikenakan pidana sehingga tidak harus


ah

diberantas namun yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang


R

si
menyebabkan narapidana berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum;
Menimbang, bahwa berdasarkan filosofi pemasyarakatan tersebut,

ne
ng

maka rumusan norma yang terdapat di dalam peraturan pelaksanaan Undang-


Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan sebagai aturan

do
gu

teknis pelaksana harus mempunyai semangat yang sebangun dengan filosofi


pemasyarakatan yang memperkuat rehabilitasi dan reintegrasi sosial serta
konsep restorative justice;
In
A

Menimbang, bahwa berkaitan dengan hal tersebut maka sejatinya hak


untuk mendapatkan remisi harus diberikan kepada warga binaan tanpa
ah

lik

terkecuali yang artinya berlaku sama bagi semua warga binaan untuk
mendapatkan hak-nya secara sama (equality before the law), kecuali dicabut
m

ub

berdasarkan putusan pengadilan;


Menimbang, bahwa persyaratan untuk mendapatkan remisi tidak boleh
ka

bersifat membeda-bedakan dan justru dapat menggeser konsep rehabilitasi


ep
ah

Halaman 137 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 137
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan reintegrasi sosial yang ditetapkan serta harus mempertimbangkan

si
dampak overcrowded di Lapas;
Menimbang, bahwa syarat-syarat tambahan diluar syarat pokok untuk

ne
ng
dapat diberikan remisi kepada narapidana, seharusnya lebih tepat
dikonstruksikan sebagai bentuk (reward) berupa pemberian hak remisi

do
gu tambahan diluar hak hukum yang telah diberikan sebab segala fakta hukum
yang terjadi di persidangan termasuk terdakwa yang tidak mau jujur mengakui
perbuatannya serta keterlibatan pihak lain telah dijadikan bahan pertimbangan

In
A
hakim dalam menjatuhkan putusan yang memberatkan hukuman pidana.
Sampai titik tersebut persidangan telah berakhir dan selanjutnya menjadi
ah

lik
kewenangan Lapas dalam memberikan pembinaan;
Menimbang, bahwa kewenangan untuk memberikan remisi adalah
am

ub
menjadi otoritas penuh lembaga pemasyarakatan yang dalam tugas
pembinaan terhadap warga binaannya tidak bisa diintervensi oleh Lembaga
lain apalagi bentuk campur tangan yang justru akan bertolak belakang dengan
ep
k

pembinaan warga binaan;


ah

Menimbang, bahwa Lapas dalam memberikan penilaian bagi setiap


R

si
narapidana untuk dapat diberikan remisi harus dimulai sejak yang
bersangkutan menyandang status warga binaan dan bukan masih dikaitkan

ne
ng

dengan hal-hal lain sebelumnya;


Menimbang, bahwa diberikannya remisi kepada warga binaan tetap

do
mempertahankan syarat Pasal 34A ayat (1) huruf b yaitu “telah membayar
gu

lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan untuk
Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana korupsi”;
In
A

Menimbang, bahwa diberikan remisi tersebut diberikan kepada warga


binaan yang selama menjalani masa pembinaan telah menunjukkan perilaku
ah

lik

yang sesuai dengan tujuan pembinaan di lembaga pemasyarakatan;


Menimbang, bahwa permohonan keberatan hak uji materiil patut untuk
m

ub

dikabulkan sebagian dan Pasal 34A ayat (1) huruf (a), Pasal 34A ayat (3),
dan Pasal 43 A ayat (1) huruf (a), Pasal 43A ayat (3) Peraturan Pemerintah
ka

Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan


ep

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara


ah

Halaman 138 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 138
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, bertentangan dengan

si
peraturan yang lebih tinggi yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan sehingga harus dibatalkan dan oleh karenanya

ne
ng
permohonan keberatan hak uji materiil dari Para Pemohon harus dikabulkan
sebagian dan peraturan yang menjadi objek dalam perkara uji materiil a quo

do
gu harus dibatalkan sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dan
mewajibkan Termohon untuk mencabutnya;
Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan tersebut

In
A
di atas, Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan Para Pemohon
hanya dapat dikabulkan sebagian dan sepanjang menyangkut tindak pidana
ah

lik
korupsi;
Menimbang, bahwa dengan dikabulkannya permohonan keberatan
am

ub
hak uji materiil dari Para Pemohon, maka Termohon dihukum untuk
membayar biaya perkara;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 31 A ayat (8)
ep
k

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 dan Pasal 8 ayat (1) Peraturan


ah

Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2011, Panitera Mahkamah Agung


R

si
mencantumkan petikan putusan ini dalam Berita Negara;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun

ne
ng

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun


1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan

do
gu

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Peraturan Mahkamah Agung


Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, serta peraturan perundang-
undangan lain yang terkait;
In
A

MENGADILI,
1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk sebagian;
ah

lik

2. Menyatakan:
a. Pasal 34 A ayat (1) huruf (a), Pasal 34A ayat (3), Pasal 43 A ayat (1)
m

ub

huruf (a) dan Pasal 43A ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 99
Tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
ka

Nomor 32 Tahun 1999, Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan


ep

Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, bertentangan dengan


ah

Halaman 139 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 139
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu Undang-

si
Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,
sepanjang tidak dimaknai Pemberian Remisi bagi Narapidana tidak

ne
ng
harus memenuhi persyaratan bekerjasama dengan penegak hukum
untuk membantu membongkar perkara tindak pidana yang

do
gu dilakukannya, bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan
tindak pidana korupsi;

In
b. Menyatakan Pasal 34 A ayat (1) huruf (a), Pasal 34A ayat (3), Pasal
A
43 A ayat (1) huruf (a) dan Pasal 43A ayat (3) Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
ah

lik
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999, Tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan tidak mempunyai
am

ub
kekuatan hukum mengikat;

c. Mewajibkan kepada Termohon: Presiden RI untuk mencabut Pasal


ep
34 A ayat (1) huruf (a), Pasal 34A ayat (3), Pasal 43 A ayat (1) huruf
k

(a), dan Pasal 43A ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun
ah

R
2012, Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor

si
32 Tahun 1999, Tentang Syarat dan Tata cara Pelaksanaan Hak

ne
ng

Warga Binaan Pemasyarakatan;

3. Menyatakan permohonan Para Pemohon ditolak untuk selebihnya;

do
4. Memerintahkan kepada Panitera Mahkamah Agung untuk mengirimkan
gu

petikan putusan ini kepada Percetakan Negara untuk dicantumkan


dalam Berita Negara;
In
A

5. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara sebesar


Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);
ah

lik

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim


m

ub

pada hari Kamis, tanggal 28 Oktober 2021, oleh Prof. Dr. H. Supandi, S.H.,
M.Hum., Ketua Muda Mahkamah Agung Urusan Lingkungan Peradilan Tata
ka

Usaha Negara yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua
ep

Majelis, bersama-sama dengan Dr. H. Yodi Martono Wahyunadi, S.H., M.H.,


ah

Halaman 140 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 140
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan Is Sudaryono, S.H., M.H. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan

si
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua
Majelis dengan dihadiri Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan Dewi Asimah,

ne
ng
S.H., MH Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh para pihak.

do
gu Anggota Majelis: Ketua Majelis,

In
A
ttd. ttd.
ah

lik
Dr. H. Yodi Martono Wahyunadi, S.H., M.H. Prof. Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum.
am

ttd.

ub
ep
k
ah

si
Is Sudaryono, S.H., M.H.

ne
ng

Panitera Pengganti,

do
gu

ttd.
In
A

Dewi Asimah, S.H., M.H.


Untuk Salinan
ah

lik

Biaya-biaya MAHKAMAH AGUNG – RI


a.n Panitera
1. M e t e r a i…… Rp 10.000,00 Panitera Muda Tata Usaha Negara
2. R e d a k s i…... Rp 10.000,00
m

ub

3.Administrasi…... Rp 980.000,00
Jumlah : Rp1.000.000,00
ka

ep

Simbar Kristianto, S.H


NIP. 19620202 198612 1 001
ah

Halaman 141 dari 141 halaman. Putusan Nomor 28 P/HUM/2021


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 141

Anda mungkin juga menyukai