Anda di halaman 1dari 238

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS

KOMUNIKASI VISUAL BERMUATAN LOKAL PADA


TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP
SUBTEMA AYO CINTAI LINGKUNGAN
UNTUK SD KELAS IV

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Lukman Primadi
NIM 12108241129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
NOVEMBER 2016

i
ii
iii
iv
MOTTO

“Memperlakukan alam dan segala isinya dengan baik adalah cara lain manusia

menghargai Tuhan.”

(Penulis)

v
PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT dan mengucap syukur atas karunia-Nya,

karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang telah menjadi sosok penyemangat, terimakasih atas

segala doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang belum sempat kubalas.

2. Almamater UNY.

3. Tanah Airku.

vi
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS
KOMUNIKASI VISUAL BERMUATAN LOKAL PADA
TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP
SUBTEMA AYO CINTAI LINGKUNGAN
UNTUK SD KELAS IV

Oleh
Lukman Primadi
NIM 12108241129

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar cetak


pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal yang layak
digunakan sebagai media pembelajaran pada Tema Peduli terhadap Makhluk
Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk kelas IV di SD Negeri 1 Srandakan,
Kabupaten Bantul.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and
development) dengan mengacu pada model 4-D yang dikembangkan oleh
Thiagarajan, Semmel, dan Semmel. Selanjutnya model tersebut diadaptasi
menjadi tahap pendefinisan (Define), perancangan (Design), dan pengembangan
(Develop). Bahan ajar yang dikembangkan divalidasi oleh satu orang ahli materi
dan satu orang ahli media. Sebelum dilakukan uji coba kepada siswa, bahan ajar
juga mendapatkan tanggapan dari guru selaku praktisi melalui angket respon guru.
Subjek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Srandakan,
Kabupaten Bantul. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
pedoman wawancara, pedoman observasi, dan angket. Teknik analisis data yaitu
deskriptif.
Hasil validasi dan review dari ahli materi dan media menyatakan bahwa
bahan ajar cetak yang dikembangkan dengan mengangkat muatan lokal berupa
materi tentang permasalahan lingkungan akibat fenomena alam abrasi di
Kabupaten Bantul yang dikemas berbasis komunikasi visual sudah layak
diujicobakan di lapangan. Hal tersebut dibuktikan dari hasil validasi ahli materi
pada aspek kelayakan isi dan bahasa mendapatkan skor rata-rata 4,05 dan 3,84
termasuk dalam kategori baik. Hasil validasi ahli media pada aspek kelayakan
kegrafikan dan penyajian mendapatkan skor rata-rata 4,06 dan 4,00 termasuk
dalam kategori baik. Hasil angket respon guru mendapatkan skor rata-rata 4,22
termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji coba kelompok kecil (terbatas)
mendapatkan skor rata-rata 4,16 termasuk dalam kategori baik. Hasil uji coba
lapangan (luas) mendapatkan skor rata-rata 4,44 termasuk dalam kategori sangat
baik.

Kata kunci: bahan ajar cetak, komunikasi visual, muatan lokal

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal

pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan

untuk SD Kelas IV” dengan baik.

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan izin kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang

memberikan kemudahan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan bimbingan

dan arahan.

5. Dosen Pembimbing serta ahli materi Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M.Pd. yang

memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Deni Hardianto, M.Pd. selaku ahli media yang telah memberikan

banyak masukan pada produk yang dikembangkan.

viii
7. Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru SD Negeri 1 Srandakan yang

telah memberi ijin, bimbingan dan masukan.

8. Seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Srandakan yang telah banyak membantu

selama penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki keterbatasan. Oleh

sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis

harapkan. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia

pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 7 November 2016

Penulis

ix
DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 12

C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 12

D. Rumusan Masalah .................................................................................. 13

E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 13

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ..................................................... 14

G. Manfaat Penelitian ................................................................................. 15

H. Definisi Istilah ........................................................................................ 16

x
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka Mengenai Bahan Ajar ................................................... 18

1. Pengertian Bahan Ajar ..................................................................... 18

2. Karakteristik Bahan Ajar .................................................................. 20

3. Jenis Bahan Ajar .............................................................................. 22

4. Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran .......................................... 24

5. Penyusunan Bahan Ajar ................................................................... 25

6. Aspek Kelayakan Bahan Ajar .......................................................... 29

B. Kajian Pustaka Mengenai Pembelajaran Tematik .................................. 30

1. Pengertian Pembelajaran Tematik .................................................... 30

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ................................................ 32

3. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar ......................................... 34

C. Kajian Pustaka Mengenai Komunikasi Visual ....................................... 36

1. Pengertian Komunikasi Visual ......................................................... 36

2. Unsur-Unsur Visual ......................................................................... 39

3. Prinsip-Prinsip Desain ...................................................................... 44

4. Jenis Media Grafis ............................................................................ 46

D. Kajian Pustaka Mengenai Muatan Lokal ............................................... 51

1. Pengertian Muatan Lokal ................................................................. 51

2. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal .................................................... 53

E. Desain Komunikasi Visual Bermuatan Lokal ........................................ 56

F. Materi Kelas IV SD pada Kurikulum 2013 ............................................ 57

G. Karakteristik Siswa SD Kelas IV ........................................................... 59

xi
H. Kajian tentang Hasil Penelitian yang Relevan ....................................... 62

I. Kerangka Pikir ....................................................................................... 64

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 65

B. Validasi dan Uji Coba Produk................................................................. 66

C. Subjek Penelitian .................................................................................... 68

D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ................................................ 68

E. Jenis Data ............................................................................................... 76

F. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 77

G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 85

B. Revisi Produk ......................................................................................... 114

C. Deskripsi Hasil Pengembangan Produk ................................................. 121

D. Pembahasan ............................................................................................ 124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 128

B. Saran ....................................................................................................... 128

C. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 130

LAMPIRAN ................................................................................................. 133

xii
DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Lembar Validasi Ahli Materi dan Ahli Media .......... 132

Lampiran 2. Surat Permohonan Judgement Instrumen ................................ 144

Lampiran 3. Surat Permohonan Nara Sumber Ahli ..................................... 145

Lampiran 4. Surat Pernyataan Validator Instrumen ..................................... 146

Lampiran 5. Surat Pernyataan Validator Materi .......................................... 148

Lampiran 6. Surat Pernyataan Validator Media ........................................... 149

Lampiran 7. Instrumen Penilaian Ahli Materi ............................................. 150

Lampiran 8. Instrumen Penilaian Ahli Media .............................................. 155

Lampiran 9. Instrumen Lembar Respon Guru ............................................. 161

Lampiran 10. Instrumen Lembar Respon Siswa .......................................... 165

Lampiran 11. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Pertama ............................ 167

Lampiran 12. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Kedua .............................. 173

Lampiran 13. Hasil Validasi Ahli Media Tahap Pertama ............................ 179

Lampiran 14. Hasil Validasi Ahli Media Tahap Kedua ............................... 187

Lampiran 15. Data Hasil Respon Guru Tahap Pertama ............................... 195

Lampiran 16. Data Hasil Respon Guru Tahap Kedua .................................. 200

Lampiran 17. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil (Terbatas) .................. 205

Lampiran 18. Data Hasil Uji Coba Lapangan (Luas) .................................. 206

Lampiran 19. Lembar Respon Siswa ........................................................... 207

Lampiran 20. Dokumentasi .......................................................................... 216

Lampiran 21. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ......................................... 219

xiii
Lampiran 22. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Bantul ....... 220

Lampiran 23. Surat Keterangan Penelitian .................................................. 221

xiv
DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Daftar Tema dan Subtema untuk Kelas IV SD ............................... 58

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Materi ........................... 81

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Media ........................... 81

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Respon untuk Guru ........................................ 82

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Respon untuk Siswa ....................................... 82

Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif .............................................................. 83

Tabel 7. Konversi Data Kuantitatif menjadi Data Kualitatif ........................ 84

Tabel 8. Kompetensi Inti .............................................................................. 88

Tabel 9. Pemetaan Kompetensi Dasar ......................................................... 89

Tabel 10. Indikator ....................................................................................... 90

Tabel 11. Rumusan Tujuan Pembelajaran ................................................... 91

Tabel 12. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Isi Tahap I ............ 96

Tabel 13. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Bahasa Tahap I ...... 97

Tabel 14. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Isi Tahap II ........... 98

Tabel 15. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Bahasa Tahap II ... 99

Tabel 16. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Kegrafikan Tahap I. 101

Tabel 17. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Penyajian Tahap I .. 102

Tabel 18. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Kegrafikan Tahap II 104

Tabel 19. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Penyajian Tahap II . 105

Tabel 20. Data Respon Guru Tahap Pertama ............................................... 107

Tabel 21. Data Respon Guru Tahap Kedua ................................................. 109

xv
Tabel 22. Data Respon Siswa Uji Coba Terbatas ........................................ 111

Tabel 23. Data Respon Siswa Uji Coba Lapangan ...................................... 113

Tabel 24. Saran Perbaikan Ahli Materi ........................................................ 114

Tabel 25. Saran Perbaikan Ahli Media ........................................................ 117

xvi
DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir ................................................................ 64

Gambar 2. Desain Validasi dan Uji Coba Produk ........................................ 68

Gambar 3. Desain Pengembangan Bahan Ajar yang Diadaptasi dari 4D….. 70

Gambar 4. Diagram Batang Penilaian Ahli Materi ...................................... 100

Gambar 5. Diagram Batang Penilaian Ahli Media ...................................... 106

Gambar 6. Diagram Batang Respon Guru ................................................... 110

Gambar 7. Perubahan Lokasi menjadi Lebih Spesifik ................................. 115

Gambar 8. Perubahan pada Gambar Penjelasan Percobaan ......................... 115

Gambar 9. Perubahan dan Penambahan Gambar ......................................... 116

Gambar 10. Penambahan Materi Jenis Penyu dan Glosarium ..................... 116

Gambar 11. Penambahan Sampul Dalam ..................................................... 117

Gambar 12. Perubahan pada Karakter Tokoh .............................................. 118

Gambar 13. Perubahan pada Kecerahan Gambar ........................................ 118

Gambar 14. Perubahan pada Daftar Isi ........................................................ 119

Gambar 15. Penambahan Caption pada Ilustrasi Gambar ........................... 119

Gambar 16. Penyesuaian KD dengan Edisi Revisi Terbaru ........................ 120

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses pendewasaan peserta didik

melalui pembelajaran secara sadar dan terencana untuk aktif mengoptimalkan

potensi yang ada pada diri peserta didik, sehingga terbentuk watak, karakter,

dan kepribadian sebagai manusia seutuhnya. Peserta didik diberikan

pengalaman untuk dapat mengembangkan kemampuannya selaras dengan

minat dan bakat yang mereka miliki. Sejalan dengan hal tersebut, mengacu

kepada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara (Dwi Siswoyo, 2011: 55).

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang turut menentukan

kemajuan, kualitas, serta kapasitas suatu bangsa dan negara dalam kaitannya

dengan kehidupan masyarakat global. Dalam pelaksanaannya di lapangan,

pendidikan tidak dapat lepas dan dipisahkan dari kurikulum karena keduanya

memiliki keterkaitan satu sama lain. Menurut Wina Sanjaya (2010: 10),

“Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan

pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di

masyarakat”. Dengan demikian, kurikulum memiliki fungsi sebagai sarana


1
dalam proses pencapaian tujuan pendidikan yakni untuk mempersiapkan

peserta didik hidup di dalam lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara.

Selaras dengan perkembangan dan kemajuan zaman yang senantiasa

berubah-ubah dari masa ke masa, kurikulum sebagai sarana pencapaian tujuan

pendidikan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan

tantangan zaman yang semakin kompleks. Oleh karena itu, di Indonesia

sempat beberapa kali mengalami perubahan kurikulum. Mulai dari kurikulum

awal yaitu Rentjana Pembelajaran 1947, CBSA, KBK, KTSP, kemudian

terakhir adalah Kurikulum 2013 yang dalam penerapannya masih menemui

banyak kendala sehingga harus dikembalikan lagi pada kurikulum sebelumnya

yaitu KTSP. Selanjutnya, pemerintah sebagai pemangku kebijakan akan

menerapkan Kurikulum 2013 secara bertahap sehingga dapat

diimplementasikan sempurna pada tahun ajaran 2019/2020 (Okezone.com).

Walaupun dirasakan belum matang, khususnya dalam pergantian dari KTSP

ke Kurikulum 2013, pada dasarnya pergantian kurikulum tersebut dilandaskan

pada tuntutan zaman yang dinamis serta isu-isu global yang tengah

berkembang di masyarakat. Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) pada awal tahun 2016 ini merupakan salah satu contoh tantangan yang

harus dihadapi Indonesia berkaitan dengan daya saing dan kesiapan dari

berbagai aspek kehidupan, seperti aspek sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan

dan teknologi, tidak terkecuali dalam aspek pendidikan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari laman Okezone.com

(30/11/2015) pada kolom “News / Kampus” CEO gurubicara.com, Namin AB

Ibnu Solihin mengemukakan bahwasanya berkenaan dengan Masyarakat


2
Ekonomi ASEAN (MEA), setidaknya masih ada empat permasalahan

pendidikan yang dihadapi Indonesia. Permasalahan pertama adalah kurikulum

yang masih memerlukan beberapa perbaikan. Permasalahan berikutnya adalah

guru yang berperan sebagai ujung tombak dalam pendidikan, akan tetapi

masih kurang mendapatkan pelatihan yang aplikatif dan berkualitas. Selain

itu, budaya literasi di kalangan guru masih sangat lemah. Sedangkan

permasalahan terakhir adalah buku pelajaran yang digunakan masih bersifat

lower order thinking skill (LOTS). “Misalnya, membahas tentang sunat. Buku

di Indonesia masih sekadar membahas apa itu sunat. Padahal kalau buku di

luar negeri sampai detail membahas siapa orang pertama yang disunat dan

sebagainya,” kata Namin saat dihubungi di Jakarta selaku pembicara dalam

acara Indonesia Youth Conference (IYC) 2015. Permasalahan-permasalahan

tersebut mengindikasikan bahwa perlu adanya suatu usaha perbaikan di

berbagai lini, mulai dari kurikulum, guru, sampai pada permasalahan bahan

ajar berupa buku pelajaran.

Pergantian acuan pendidikan dari KTSP ke Kurikulum 2013 tentunya

membutuhkan penyesuaian, salah satunya adalah pada bahan ajar yang

digunakan oleh sekolah. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik

diimplementasikan melalui interaksi belajar di kelas atau biasa disebut proses

pembelajaran. Buku pelajaran atau sering disebut dengan buku ajar merupakan

salah satu bentuk sumber belajar yang memiliki fungsi sebagai alat bantu dan

pendukung dalam proses pembelajaran, sehingga memiliki peranan yang tidak

kalah penting di samping tujuan, materi, metode, serta evaluasi pada sistem
3
proses pembelajaran. Oleh karena itu, penyesuaian terhadap bahan ajar yang

digunakan dalam proses pembelajaran perlu dilakukan supaya relevan dan

sejalan dengan realitas kehidupan serta permasalahan-permasalahan yang

sedang terjadi di lingkungan sekitar.

Buku ajar yang umumnya digunakan sebagai salah satu sumber belajar

utama siswa di sekolah pada kenyataannya masih memiliki beberapa

kelemahan dalam hal konten, isi, serta kemampuan dalam membangun

pengetahuan dan pengalaman belajar secara mandiri. Dengan kata lain, buku

ajar belum memberikan ruang yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi

fenomena maupun permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.

Akibatnya, siswa akan terhambat untuk mendapatkan sumber belajar yang

memadai untuk mendukung proses pembelajaran yang bermakna. Hal tersebut

tidak sejalan dengan pemaparan Muhammad Nuh (Imas Kurniasih, 2014: 7)

mengenai ciri kurikulum 2013 yang mendorong siswa untuk lebih memiliki

tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal maupun

antarpersonal, serta memiliki kemampuan untuk berfikir kritis melalui proses

pembelajaran.

Berkaitan dengan buku ajar, Putu Sukerni (2014: 387) dalam Jurnal

Pendidikan Nasional menyatakan permasalahan lain yang masih sering terjadi

di sekolah yang berkaitan dengan proses pembelajaran adalah: kajian materi

setiap buku ajar bervariasi, materi yang terdapat dalam buku ajar tidak sesuai

dengan karakteristik siswa. Karakteristik siswa usia sekolah dasar yang berada

dalam tahap perkembangan operasional konkrit menuntut adanya sebuah

sarana atau media yang dapat menyampaikan pesan dan informasi dengan
4
baik. Akan tetapi, sistem pengorganisasian dan penyampaian pesan atau isi

dalam buku ajar yang ada belum memiliki tatanan yang baik serta tampilannya

kurang menarik bagi siswa usia sekolah dasar. Dampaknya siswa menjadi

kurang tertarik untuk membaca buku pelajaran yang dari segi tampilan kurang

menarik dan lebih dominan berisi teks. Didasari oleh kondisi tersebut,

dipandang perlu adanya usaha perbaikan dalam proses penyampaian pesan

yang biasanya dilakukan dengan menggunakan simbol-simbol verbal berupa

rangkaian huruf yang membentuk tulisan serta pengkombinasian simbol visual

dalam bentuk ilustrasi, gambar, foto, desain grafis, diagram, warna, dan lain

sebagainya.

Penggunaan simbol-simbol visual menjadi penting karena memiliki

fungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau

menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan apabila

tidak digrafiskan (Arief S. Sadiman, 2008: 28). Untuk itu, diperlukan sebuah

alat yang difungsikan sebagai sarana penyampai pesan atau informasi.

Pengorganisasian dan pengolahan media visual sebagai proses penyampaian

informasi atau pesan kepada pihak lain yang berkaitan dengan indera

penglihatan inilah yang dikenal dengan istilah komunikasi visual (visual

communication).

Guru sebagai sebuah pekerjaan profesi menjadikan guru berada pada

garda terdepan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional. Hal tersebut

memberikan konsekuensi bahwa seorang guru dituntut untuk memiliki

kemampuan profesional. Melalui Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang

Standar Proses, pemerintah telah mengatur tentang prosedur perencanaan


5
proses pembelajaran yang mewajibkan setiap guru pada satuan pendidikan

untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Sumber belajar

merupakan salah satu aspek yang terdapat di dalam sebuah rencana

pelaksanaan pembelajaran yang tidak boleh luput dari perhatian guru. Menurut

Wina Sanjaya (2010: 206) seiring dengan kemajuan teknologi, peran dan

tugas guru sebagai sumber belajar kini bergeser menjadi peran sebagai

pengelola sumber belajar. Melalui pengelolaan sumber belajar yang baik dan

bervariasi diharapkan kualitas pembelajaran akan meningkat. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa guru diharapkan secara kreatif mampu

mengembangkan sumber belajar, salah satunya adalah dalam pengembangan

bahan ajar.

Pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh guru dapat dilakukan

dengan mempertimbangkan kebutuhan serta karakteristik siswa. Selain itu,

dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah sebagai konsekuensi dari sistem

pemerintahan desentralisasi yang dianut Negara Indonesia, sistem pendidikan

nasional didorong untuk menyelenggaraan pendidikan yang lebih demokratis,

memperhatikan keberagaman, memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta

didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat (Hasbullah, 2007:

1). Hal tersebut membuka peluang bagi guru sebagai salah satu bagian dari

lembaga pendidikan atau sekolah untuk ikut andil dalam mengembangkan

bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan daerah yang lebih bernuansa lokal

sebagai lingkungan terdekat siswa. Hal tersebut didasari oleh fakta bahwa

penggunaan bahan ajar berupa buku yang seragam selama ini kurang

memberikan tempat kepada konteks kelokalan dalam pembelajaran di sekolah.


6
Padahal, pembelajaran baru terjadi ketika siswa mampu memahami materi

pembelajaran dari sudut pandang budaya yang ada pada lingkungan mereka

sendiri, sehingga pengetahuan dan kearifan lokal berupa aktivitas penduduk

lokal, lingkungan, serta interaksi penduduk dengan lingkungan sekitarnya

perlu diintegrasikan dalam pendidikan formal, yaitu sekolah (Mukhyati, 2015:

152).

Buku ajar yang digunakan secara nasional memang telah dirancang

sesuai dengan standar isi menurut kurikulum yang sedang diberlakukan oleh

pemerintah. Diperlukan sebuah buku ajar pelengkap sebagai sarana untuk

mengakomodasi keberadaan konteks kelokalan dan budaya setempat yang

merupakan sebuah keniscayaan sehingga tidak dapat dikesampingkan begitu

saja. Namun demikian, bahan ajar harus tetap disesuaikan dengan latar

belakang sosial, budaya, tahap perkembangan, minat, serta potensi yang

dimiliki siswa. Guru sebagai seorang yang menguasai materi pelajaran,

memahami situasi lingkungan sekitar dan kemampuan peserta didik, serta

lebih mengerti peralatan atau perlengkapan yang diperlukan dalam

penyampaian suatu bahan pelajaran dapat menyusun bahan ajar sendiri seperti

modul, diktat, maupun buku ajar atau buku teks (Syaiful Sagala, 2009: 15).

Pengembangan materi bahan ajar yang memuat konteks kelokalan

harus mengacu pada karakteristik daerah yang bersangkutan, meliputi kondisi

tentang alam, potensi sumber daya alam, kondisi sosial, ekonomi, serta budaya

masyarakatnya. Kabupaten Bantul sendiri merupakan salah satu wilayah di

Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbatasan langsung dengan Samudera

Indonesia di sebelah selatan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari


7
dokumen Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul tahun 2014,

Kabupaten Bantul memiliki garis pantai sepanjang 17 kilometer meliputi tiga

wilayah kecamatan yaitu Srandakan, Sanden, dan Kretek. Disamping potensi

wisata bahari yang dimiliki, terdapat usaha pemanfaatan sumber daya alam

yang telah dikembangkan di daerah pesisir pantai, yaitu pemanfaatan energi

alternatif berupa pembangkit listrik tenaga kincir angin dan tenaga surya.

Selain beragam potensi sumber daya alam, Kabupaten Bantul juga

memiliki kawasan konservasi laut daerah berupa perlindungan terhadap penyu

di kawasan Patihan serta perlindungan terhadap perikanan laut di kawasan

Baros dan Parangtritis. Kawasan konservasi laut tersebut memiliki luas secara

keseluruhan yaitu 105 Ha. Khusus di kawasan Baros, terdapat pula kawasan

konservasi hutan mangrove atau pohon bakau seluas 6 Ha yang mulai

dikembangkan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang

ditimbulkan akibat pengikisan tanah areal pantai oleh air laut atau lebih

dikenal dengan istilah abrasi. Usaha tersebut cukup beralasan karena dari

kurun waktu tahun 2009 sampai 2013 saja telah terjadi sepuluh kejadian abrasi

di sepanjang kawasan pantai Kabupaten Bantul. Fenomena alam tersebut

berdampak pada perubahan lingkungan kawasan pantai. Kerusakan yang nyata

meliputi kerusakan sarana prasarana pariwisata pantai berupa los pasar, tempat

pelelangan ikan, bangunan rumah warga, maupun kerusakan ekosistem

lingkungan serta kerusakan lahan kawasan konservasi laut.

Perubahan lingkungan kawasan pantai selain diakibatkan oleh

fenomena alam juga disebabkan oleh maraknya pembangunan lahan tambak

buatan untuk komoditas udang. Aktivitas tersebut berdampak pada


8
berkurangnya lahan ekosistem pohon cemara udang yang digunakan sebagai

lahan penyangga kawasan pantai. Adanya hama penyakit yang melanda

tambak udang membuat satu persatu pengusaha tambak udang bangkrut dan

menutup usahanya. Akibatnya, bekas lahan tambak yang tidak digunakan lagi

sebagian besar hanya dibiarkan mengering tak terurus. Hal tersebut tentu saja

menambah luas lahan kritis dari lahan bekas tambak yang ditinggalkan.

Upaya pengolahan lahan bekas tambak untuk bisa ditanami kembali

membutuhkan waktu yang lama dan tidak mudah karena kualitas lahan

terlampau rusak akibat pengolahan tambak yang kurang ramah lingkungan.

Kerusakan lingkungan tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian bagi

seluruh warga, khususnya yang berada di lingkungan pesisir pantai termasuk

kalangan siswa. Kelestarian lingkungan dan kekayaan potensi alam perlu

untuk senantiasa dijaga agar keberlangsungan keseimbangan lingkungan tidak

terganggu. Oleh karena itu, konteks kelokalan berupa lingkungan sekitar

beserta permasalahan-permasalahan yang terjadi di kawasan pesisir pantai

perlu untuk diangkat dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu cara yang

dapat dilakukan adalah dengan mengintregasikannya ke dalam bahan ajar

supaya siswa lebih memahami kondisi yang nyata terjadi di lingkungan

terdekat mereka. Dengan demikian, sikap kepedulian siswa terhadap

kelestarian lingkungan dapat ditanamkan melalui upaya tersebut.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SD Negeri 1 Srandakan pada

Februari 2016, buku teks/ paket serta buku LKS masih dominan digunakan

oleh guru sebagai sumber belajar utama. Intensitas penggunaan bahan ajar

berupa buku teks/ paket ini tidak diimbangi dengan kualitas buku yang sesuai
9
dengan karakteristik siswa. Sebagian besar buku teks yang ada di sekolah

masih bersifat menjejali siswa dengan lebih banyak terfokus pada sajian

materi dan penyelesaian soal saja. Selain itu, bahasa yang digunakan kurang

komunikatif sehingga pesan dalam buku kurang dapat tersampaikan dengan

baik pada siswa.

Lebih lanjut, keberadaan konteks kelokalan belum banyak diangkat

dalam buku ajar karena memang buku yang tersedia dan digunakan dalam

pembelajaran umumnya berpaku pada standar isi dari kurikulum berskala

nasional. Di sisi lain, pengembangan bahan ajar yang mengangkat konteks

lokal masih tergolong rendah. Selanjutnya, apabila dilihat dari segi tampilan

atau perwajahan, buku ajar yang digunakan minim variasi dalam desain grafis,

tata letak, layout, serta pengilustrasian isi sehingga kurang menarik dan

kurang sesuai untuk siswa yang masih tergolong usia anak-anak. Padahal,

tampilan buku akan memberikan kesan pertama terhadap keseluruhan isi

buku. Siswa akan lebih tertarik pada bahan ajar yang memiliki banyak gambar

dan penggunaan teks yang tidak terlalu dominan. Hal tersebut berdasarkan

hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa SD Negeri 1

Srandakan.

Ketika dilakukan wawancara dengan guru kelas mengenai

pengembangan bahan ajar, selama ini guru belum terlalu banyak melakukan

pengembangan bahan ajar karena berbagai keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang dimiliki. Penguasaan guru akan pemanfaatan teknologi yang

sebenarnya dapat digunakan untuk mengembangkan bahan ajar masih kurang.

Di sisi lain, belum banyak pelatihan kepada guru yang aplikatif tentang
10
penggunaan dan pengembangan bahan ajar yang variatif. Beberapa faktor

tersebut yang menjadi kendala dan menghambat guru untuk dapat

mengembangkan sumber belajar berupa bahan ajar yang memadai dan

mengangkat konteks kelokalan untuk para siswanya.

Kondisi di atas mendorong peneliti melakukan penelitian

pengembangan bahan ajar yang menghasilkan produk berupa satu paket buku

pelengkap pembelajaran yang mengangkat konteks kelokalan pada tema

peduli terhadap lingkungan di kelas IV. Bahan ajar dikembangkan

menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa sebagai peserta

didik. Muatan konteks kelokalan berdasarkan kondisi serta permasalahan-

permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitar siswa diintegrasikan di dalam

bahan ajar. Bahan ajar dikemas menarik dengan bahasa yang komunikatif dan

memberikan tantangan serta merangsang rasa ingin tahu siswa dalam

mempelajari materi pembelajaran dengan pemberian kuis yang bervariasi,

teka-teki silang, rubrik serta artikel mengenai pengetahuan dan penjelasan

fakta-fakta yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di

lingkungan sekitar, tidak hanya sekedar pemberian informasi. Selain itu,

pemberian simbol-simbol grafis seperti ilustrasi, gambar, kartun, dan lain

sebagainya dikemas memperhatikan komposisi warna serta tata letak,

sehingga buku ajar akan terlihat lebih menarik bagi anak-anak. Judul dari

penelitian ini adalah “Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi

Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema

Ayo Cintai Lingkungan untuk SD Kelas IV”.

11
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah

yang muncul adalah sebagai berikut.

1. Masih terbatasnya guru yang secara mandiri melakukan pengembangan

bahan ajar cetak berbentuk buku ajar pelengkap sebagai pegangan siswa.

2. Buku yang digunakan siswa umumnya masih bersifat lower order thinking

skill, sehingga kedalaman materi yang diajarkan masih terkesan dangkal

serta masih menjejali siswa dengan materi berupa hafalan.

3. Sistem pengorganisasian dan penyampaian pesan/ isi dari buku ajar yang

ada belum memiliki tatanan yang baik serta tampilannya kurang menarik

bagi siswa usia sekolah dasar.

4. Masih terbatasnya ruang pengangkatan konteks kelokalan di kawasan

pesisir Kabupaten Bantul dalam bahan ajar khususnya buku ajar pelengkap

yang digunakan dalam pembelajaran siswa di sekolah sebagai upaya

penanaman sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka perlu diadakan pembatasan

masalah agar penelitian lebih fokus dan mendalam dalam menjawab

permasalahan yang ada. Dengan masih adanya kelemahan bahan ajar dari segi

desain grafis, penggunaan bahasa yang tidak komunikatif, serta terbatasnya

ruang pengangkatan konteks kelokalan dalam bahan ajar, peneliti akan

memfokuskan penelitian kepada penyusunan bahan ajar cetak berbentuk buku

ajar cetak tematik pelengkap tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema
12
Ayo Cintai Lingkungan untuk kelas IV SD. Pengembangan bahan ajar dengan

materi pembelajaran yang mengintegrasikan konteks kelokalan berupa kondisi

dan permasalahan lingkungan sekitar ke dalam pembelajaran. Bahan ajar

berupa buku ajar pelengkap tersebut diterapkan pada proses pembelajaran

kelas IV SD Negeri 1 Srandakan, Kabupaten Bantul.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah kelayakan produk bahan ajar cetak

pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal pada

tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk

SD kelas IV berdasarkan penilaian ahli/ validator dan praktisi?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah

menghasilkan produk bahan ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis

komunikasi visual bermuatan lokal pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup

subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD kelas IV yang mendapatkan

kriteria layak dengan kategori baik berdasarkan penilaian ahli/ validator dan

praktisi.

13
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini

adalah:

1. Bahan ajar cetak untuk kelas IV (empat) berbentuk buku ajar pelengkap

pembelajaran dengan tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo

Cintai Lingkungan.

2. Bahan ajar cetak untuk kelas IV (empat) berbentuk buku pelengkap

pembelajaran dengan ukuran kertas A4, bahan kertas untuk isi buku adalah

Art Paper 120 gram, serta untuk halaman sampul berbahan kertas Ivory

260 gram dan terdiri dari 30 halaman bolak-balik.

3. Bahan ajar disusun sesuai dengan standar isi Kurikulum 2013 terdiri peta

konsep, daftar isi, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, uraian materi

yang dilengkapi dengan soal-soal latihan berupa kuis yang bervariasi,

kegiatan sains, proyek sains, juga dilengkapi berbagai rubrik serta artikel

untuk menambah wawasan dan sumber pendukung.

4. Pengintegrasian muatan konteks kelokalan berupa kondisi serta

permasalahan yang terjadi di lingkungkan kawasan pantai Kabupaten

Bantul ke dalam pembelajaran sebagai upaya penanaman sikap kepedulian

terhadap kelestarian lingkungan dengan menekankan pada penggunaan

unsur-unsur dalam komunikasi visual berupa komik, gambar, kartun,

poster, foto, serta karikatur pada setiap kegiatan pembelajaran dengan

memperhatikan kesesuaian dan keterkaitannya dengan materi.

14
5. Memberikan variasi tugas yang menyenangkan yang berkaitan dengan

materi yang diajarkan, serta percobaan tentang fenomena-fenomena alam

yang berkaitan dengan tema.

G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari pengembangan bahan ajar berupa buku ajar cetak

pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal pada

tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk

SD kelas IV baik secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

rujukan referensi dan menambah wawasan guna pengembangan bahan ajar

berupa buku ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi

visual bermuatan lokal dalam pembelajaran, khususnya melalui jalur

pendidikan formal yaitu sekolah.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangsih terhadap berbagai pihak, antara lain kepada:

a. Bagi siswa, dapat menambah motivasi siswa untuk lebih giat belajar

dan meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui bahan ajar yang

komunikatif, menarik, merangsang rasa ingin tahu siswa, dan

menanamkan sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.

b. Bagi guru, dapat menambah wawasan serta merangsang kreativitas

guru dalam mengembangkan bahan ajar, khususnya dalam


15
pembelajaran yang mengangkat muatan konteks kelokalan dengan

memperhatikan kebutuhan, karakteristik, dan tahap perkembangan

siswa.

c. Bagi sekolah, dapat memberikan tambahan koleksi bahan ajar dengan

variasi yang berbeda, sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu

sebagai salah satu alternatif sumber belajar dalam proses pembelajaran

di dalam kelas maupun pembelajaran individu di perpustakaan.

d. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan rujukan dalam pengembangan

bahan ajar dengan bentuk produk yang berbeda dan materi

pembelajaran lain.

H. Definisi Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan penafsiran yang

berbeda, maka perlu diberikan penjelasan tentang arti beberapa istilah penting.

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi Visual

Komunikasi visual merupakan salah satu disiplin ilmu yang

berkaitan dengan pengorganisasian dan pengolahan media visual sebagai

proses penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain yang

berkaitan dengan indera penglihatan. Komunikasi visual bertujuan untuk

mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui

berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual

dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar

tatanan huruf serta komposisi warna serta tata letak (layout).


16
2. Muatan Lokal

Muatan lokal dalam kaitannya dengan kurikulum merupakan suatu

program pendidikan yang khas dan media penyampaiannya dikaitkan

dengan lingkungan alam serta lingkungan budaya serta kebutuhan daerah,

baik berupa lingkungan alam fisik maupun lingkungan masyarakat. Bahan

yang diajarkan ialah bahan yang diambil dari berbagai keadaan yang ada

di alam sekitar.

17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka Mengenai Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara

sistematis, sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa untuk

belajar. Paulina Panen (2001: 6) menyatakan bahwa bahan ajar adalah

bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang

digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pendapat senada

juga disampaikan oleh Andi Prastowo (2012: 17) bahwa bahan ajar dapat

diartikan sebagai segala bahan yang dapat berupa informasi, alat, maupun

teks yang disusun secara sistematis serta menampilkan secara utuh

kompetensi yang akan dikuasai siswa melalui proses pembelajaran dengan

tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Selanjutnya, bahan ajar disusun dengan mengacu pada kurikulum

yang digunakan sebagai sarana pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut

Sungkono (2003: 1) suatu bahan ajar memuat materi atau isi pelajaran

yang dapat berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah, atau teori yang

tercakup dalam mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmunya serta

informasi lainnya dalam pembelajaran. Oleh karena itu, suatu bahan ajar

memuat: Tujuan Pembelajaran Umum (TPU), Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK), kegiatan pembelajaran, materi pelajaran, latihan atau tugas,

evaluasi, dan umpan balik. Hal ini sejalan dengan pendapat Ika Lestari

(2013: 2) yang menyatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi


18
pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan tergantung

jenis pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka mencapai

kompetensi-kompetensi yang ditentukan. Khusus dalam Kurikulum 2013,

kompetensi-kompetensi tersebut tercermin dari Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kompetensi

yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa tersebut dapat diartikan

sebagai suatu tujuan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian,

melalui bahan ajar siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara

runtut dan sistematis. Selanjutnya, siswa dapat menguasai kompetensi

yang telah ditentukan dalam proses pembelajaran secara utuh dan terpadu.

Bahan ajar atau learning materials merupakan bahan pembelajaran

yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dengan

kata lain, bahan ajar lazimnya berisi tentang semua cakupan materi dari

semua mata pelajaran. Bahannya sendiri merupakan media atau sarana

yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, baik

berupa pesan yang sifatnya visual, audio, maupun pesan audio visual.

Secara umum, media atau sarana penyampaian pesan tersebut dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu bahan ajar yang tercetak (printed

materials) dan bahan ajar yang tidak tercetak (non-printed materials)

(Udin Syaefudin Sa’ud, 2009: 215).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis

menyimpulkan bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang berisi

materi pembelajaran, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang disusun

secara sistematis dan runtut untuk mencapai kompetensi yang diharapkan


19
sesuai dengan bidang studi tertentu. Penyusunan bahan ajar perlu mengacu

pada kurikulum yang digunakan supaya tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan tercapainya kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

Dengan demikian, melalui bahan ajar yang runtut dan terarah siswa dapat

lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru.

2. Karakteristik Bahan Ajar

Terdapat beragam bentuk buku yang digunakan oleh sekolah,

misalnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan ajar, dan

buku diktat. Segala bahan atau materi yang digunakan untuk menunjang

proses pembelajaran dapat disebut sebagai bahan ajar apabila memenuhi

beberapa karakteristik yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan

pedoman penulisan bahan ajar yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah (dalam Ika Lestari, 2013: 2-3), bahan

ajar memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Self instructional, yaitu bahan ajar dituntut untuk dapat membantu

siswa mampu belajar secara mandiri maupun dengan panduan guru.

Untuk itu, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas agar

siswa dapat mengetahui kompetensi apa saja yang harus dicapai pada

saat pembelajaran berlangsung.

b. Self contained, yaitu bahan ajar sebisa mungkin dapat memuat seluruh

materi pelajaran dari kompetensi yang dipelajari secara utuh.

c. Stand alone, dengan kata lain bahan ajar dapat berdiri sendiri, artinya

bahan ajar dikembangkan dengan tidak bergantung pada bahan ajar

20
lain atau pada saat penggunaanya tidak harus digunakan bersama-sama

dengan bahan ajar lain.

d. Adaptive, yaitu bahan ajar diharapkan memiliki daya adaptif yang

tinggi sehingga mampu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

e. User friendly, yaitu bahan ajar dapat digunakan dengan mudah serta

bersahabat dengan pemakainya.

Selanjutnya, berkaitan dengan pembelajaran tematik sebagai salah

satu ciri pengimplementasian Kurikulum 2013 khususnya di sekolah dasar,

bahan ajar yang digunakan harus didesain dan disusun sedemikian rupa

untuk mendukung proses pembelajaran. Menurut Andi Prastowo (2013:

313-314) bahan ajar tematik memiliki empat macam karakteristik sebagai

berikut.

a. Aktif, artinya bahan ajar memuat materi yang menekankan pada

pengalaman belajar serta mampu mendorong siswa untuk aktif baik

secara fisik maupun mental dalam proses pembelajaran.

b. Menarik atau menyenangkan, artinya bahan ajar bersifat merangsang,

menarik perhatian siswa, serta mendorong siswa untuk senantiasa

belajar melalui tantangan yang diberikan, sehingga siswa memicu

adrenalin serta keterlibatan siswa secara langsung.

c. Holistik, artinya bahan ajar memuat segala fenomena dari beberapa

bidang kajian sekaligus, tidak melalui sudut pandang yang terkotak-

kotak, sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu

fenomena dari berbagai sisi.


21
d. Autentik, artinya bahan ajar memberikan suatu pengalaman langsung

dan pengetahuan yang dapat diperoleh dari siswa sendiri. Selain itu,

bahan ajar memberikan informasi yang kontekstual dengan realitas

yang ada di sekitar siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Karakteristik menjadi sebuah identitas dan ciri yang melekat pada

sebuah bahan ajar. Hal tersebut akan membedakan bahan ajar yang satu

dengan bahan ajar yang lain yang disesuaikan dengan peruntukkannya.

Oleh karena itu, aspek-aspek yang menjadi ciri khas sebuah bahan ajar

harus ada dan dapat tercermin dari bahan ajar itu sendiri.

3. Jenis Bahan Ajar

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah diimplementasikan melalui

interaksi belajar yang melibatkan guru dan siswa baik di dalam maupun di

luar kelas. Selanjutnya, interaksi tersebut dapat disebut dengan proses

pembelajaran. Dalam kaitannya dengan penggunaan bahan ajar, guru dapat

berperan sebagai fasilitator, sumber tunggal, ataupun sebagai penyaji dari

bahan ajar yang dipilih dan dikembangkannya sendiri (Trianto, 2013:

235). Berkenaan dengan hal itu, saat ini tersedia berbagai jenis bahan ajar

yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran, baik bahan

ajar yang berbentuk media cetak maupun bahan ajar berbasis komputer.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

informasi, bentuk dan jenis bahan ajar telah berkembang menjadi lebih

variatif. Menurut Andi Prastowo (2013: 306), berdasarkan bentuk atau

teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat

macam, yaitu:
22
a. Bahan cetak (printed) merupakan segala bahan yang berisi sejumlah

materi pembelajaran yang disiapkan dalam kertas, dapat berupa buku,

modul, lembar kerja siswa, maket, brosur, serta wall chart.

b. Bahan ajar dengar (audio) dapat diartikan sebagai seperangkat bahan

ajar menggunakan sinyal suara secara langsung yang hanya dapat

didengar, sebagai contohnya adalah kaset, radio, piringan hitam, dan

compact audio disk.

c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu bahan ajar yang dapat

dilihat dan didengar melalui pengkombinasian antara sinyal audio dan

gambar bergerak, bahan ajar ini biasanya berupa video, film, dan

compact disk.

d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials) merupakan

kombinasi dari dua atau beberapa jenis media (multimedia) yang

dimanipulasikan atau diberi perlakuan khusus, sehingga dapat

menampilkan perintah tertentu, misalnya compact disk pembelajaran

interaktif, bahan ajar berbasis web, serta computer assisted instruction.

Dari berbagai jenis bahan ajar tersebut, bahan ajar jenis cetak

merupakan bahan ajar yang paling umum digunakan dalam kegiatan

belajar mengajar. Selain karena dalam pembuatannya tidak serumit bahan

ajar jenis lain, bahan ajar cetak cenderung memiliki harga yang lebih

murah dan terjangkau. Dari segi kemudahan penggunaannya, bahan ajar

cetak juga lebih mudah digunakan karena tidak membutuhkan perangkat-

perangkat pendukung lain layaknya bahan ajar berbasis multimedia

ataupun yang sifatnya audio visual. Disamping itu, tidak semua sekolah
23
memiliki fasilitas memadai yang dapat mendukung secara optimal

penggunaan bahan ajar berbasis multimedia, audio, maupun audio visual.

Dengan demikian, bahan ajar cetak sebagai bahan ajar yang pada

umumnya digunakan dalam pembelajaran perlu dioptimalkan dengan cara

dikemas secara lebih menarik dan bervariasi.

4. Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran

Terdapat beberapa alasan mengapa bahan ajar menjadi penting

pada proses pembelajaran. Keberadaan bahan ajar memiliki sejumlah

fungsi dalam proses pembelajaran. Andi Prastowo (2013: 299-300)

menyebutkan fungsi bahan ajar bagi guru sebagai berikut: (1) menghemat

waktu guru dalam mengajar, (2) mengubah peran guru dari seorang

pengajar menjadi fasilitator, (3) meningkatkan proses pembelajaran

menjadi lebih efektif dan interaktif, (4) pedoman bagi guru untuk

mengarahkan segala aktivitasnya dalam pembelajaran, (5) alat evaluasi

pencapaian hasil belajar. Adapun bagi siswa, bahan memiliki fungsi antara

lain sebagai berikut: (1) siswa dapat belajar mandiri tanpa harus ada guru

atau siswa yang lain, (2) siswa dapat belajar kapanpun dan dimanapun

yang ia kehendaki, (3) siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan

masing-masing terkait dengan tingkat kecepatan memahami suatu materi,

(4) siswa dapat belajar sesuai urutan yang ia kehendaki, (5) menjadi

pedoman bagi siswa untuk mengarahkan segala aktivitasnya dalam

pembelajaran.

Dengan melihat beberapa fungsi bahan ajar baik bagi guru sebagai

pendidik dan siswa bagi peserta didik, bahan ajar dapat menjadi alat untuk
24
mengoptimalkan proses pembelajaran menjadi efektif serta dapat

menghidupkan suasana belajar yang interaktif. Selain itu, dengan bahan

ajar proses pembelajaran akan lebih terarah sesuai dengan kompetensi

yang akan dicapai. Kemampuan siswa yang beragam dalam memahami

suatu materi dapat disiasati dengan adanya bahan ajar karena siswa dapat

menyesuaikan diri dalam belajar. Terkadang guru dalam menjelaskan

suatu materi terlalu cepat dan kurang jelas bagi sebagian siswa, dengan

adanya bahan ajar siswa dapat belajar secara mandiri untuk memahami

materi yang diajarkan guru. Sejumlah fungsi yang dimiliki oleh bahan ajar

tersebut akan terasa kebermanfaatannya apabila bahan ajar yang

digunakan memenuhi kriteria dan standar yang telah ditentukan. Dengan

terpenuhinya kriteria buku pelajaran yang memenuhi standar, fungsi dan

peran buku pelajaran sebagai bahan ajar akan benar-benar tampak dan

dapat dirasakan kebermanfaatanya.

5. Penyusunan Bahan Ajar

Sama halnya dengan bentuk bahan ajar yang beragam, dalam

penyusunan sebuah bahan ajar juga terdapat beberapa cara yang dapat

ditempuh. Dapat melalui cara yang sederhana maupun yang rumit, dari

yang hanya membutuhkan sedikit biaya sampai yang membutuhkan

banyak biaya. Adapun menurut Paulina Pannen (2001: 11-16), secara

umum penyusunan bahan ajar dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

a. Menulis sendiri (starting from scratch), merupakan sebuah cara

penyusunan bahan ajar dimana guru diasumsikan sebagai seorang

pakar yang dapat dipercaya, mempunyai kemampuan menulis, serta


25
mengerti kebutuhan siswa. Dengan beberapa asumsi tersebut, guru

dapat menulis sendiri bahan ajar yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran. Penulisan bahan ajar dengan cara ini dapat menekan

biaya pembuatan bahan ajar sehingga merupakan cara yang paling

ekonomis, namun beban guru menjadi cukup berat. Beratnya beban

yang diemban guru ini akan setimpal dengan manfaat yang diperoleh

guru, yaitu dapat menambah keterampilan guru dalam menulis bahan

ajar secara mandiri.

b. Pengemasan kembali informasi (information repackaging atau text

transformation), penyusunan bahan ajar yang tidak memposisikan guru

sebagai penulis bahan ajar sendiri dari awal (from nothing), akan tetapi

guru memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada

untuk dikemas kembali berdasarkan kebutuhan dan strategi yang

sesuai. Adanya proses penyesuaian atau penggubahan melalui

penambahan dan pengurangan konten dalam buku sumber ini tentu

membutuhkan ijin dari pengarang aslinya. Oleh karena itu, meskipun

beban guru tidak terlalu berat namun membutuhkan biaya yang lebih

mahal jika dibandingkan dengan penulisan dari awal.

c. Penataan informasi (compilation atau wrap around text), penyusunan

bahan ajar cara ini hampir mirip dengan proses pengemasan kembali

informasi. Perbedaannya adalah dalam proses penataan informasi ini

tidak mengubah sama sekali bahan yang diambil dari sumber-sumber

lain yang sudah ada. Dengan kata lain, bahan atau materi pelajaran

yang diambil dari buku, jurnal, artikel, dan sebagainya dikompilasikan


26
atau dikumpulkan dengan pemilahan terlebih dahulu, selanjutnya

disusun sesuai kompetensi yang akan dicapai.

Selanjutnya, terdapat berbagai pertimbangan dalam penyusunan

bahan ajar. Pada dasarnya pertimbangan dalam penyusunan bahan ajar

adalah dapat terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan atau

kompetensi yang telah ditentukan dalam pembelajaran. Menurut Imas

Kurniasih dan Berlin Sani (2014: 141-155) beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar adalah sebagai berikut.

a. Sesuai dengan tahapan saintifik yang mengacu pada Permendikbud

nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah. Dimana di dalamnya mengisyaratkan pembelajaran yang

sesuai dengan kaidah pendekatan ilmiah atau saintifik. Oleh karena itu,

bahan ajar disusun dengan memunculkan komponen-komponen

tahapan saintifik, yaitu: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

mengkomunikasikan.

b. Kompetensi-kompetensi yang akan dicapai diintegrasikan pada satu

unit melalui pengorganisasian Kompetensi Dasar pada setiap mata

pelajaran. Dengan demikian, konten setiap tema yang dibicarakan pada

setiap mata pelajaran menjadi lebih padat dan lebih sederhana karena

berada dalam satu unit.

c. Konten yang ada dalam bahan ajar menumbuhkan sikap positif, baik

berupa gambar, perkataan, atau kutipan yang bertujuan untuk menarik

perhatian siswa.Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah konten-

27
konten tersebut tidak menimbulkan interpretasi yang menyimpang,

berbau SARA atau diskriminasi terhadap subjek tertentu.

d. Menumbuhkan rasa ingin tahu dan keaktifan siswa, dapat dengan cara

menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang memancing daya imajinasi

ataupun dengan menunjukkan bahwa pengetahuan itu penting dan

menarik.

e. Keseimbangan antara tugas individu dan kelompok untuk

membiasakan siswa memiliki sikap tanggung jawab dengan kewajiban

masing-masing siswa. Selain itu, dapat mengajarkan siswa untuk

saling bertukar pendapat, belajar berinteraksi dalam menuntaskan

persoalan-persoalan yang tidak bisa diselesaikan sendiri.

f. Memiliki keluasan materi untuk mencapai kompetensi yang

dikehendaki, dapat dengan cara melibatkan orang tua, serta pemberian

tugas pengayaan dari berbagai sumber.

g. Reflektif dengan adanya penilaian diri oleh siswa.

h. Rencana aksi untuk mengaplikasikan apa yang telah didapat di kelas

melalui materi yang disampaikan. Selanjutnya dilaksanakan dalam

bentuk kegiatan atau sikap di lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat.

Berdasarkan uraian tentang penyusunan bahan ajar tersebut, bahan

ajar dapat disusun dengan beragam cara sesuai dengan kemampuan dan

kondisi yang dimiliki oleh guru. Bahan ajar disusun dengan mengacu pada

pencapaian tujuan pembelajaran serta disesuaikan dengan kebutuhan.

Selain itu, dalam penyusunan bahan ajar juga perlu memperhatikan


28
karakteristik siswa, baik dari segi tampilan, konten, serta cara

penyajiannya. Dengan demikian, bahan ajar yang disusun akan akan

berdampak positif bagi guru maupun siswa dalam proses pembelajaran.

6. Aspek Kelayakan Bahan Ajar

Berdasarkan observasi di lapangan, bahan ajar yang umumnya

yang digunakan oleh sekolah berbentuk bahan ajar cetak berupa buku

pelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Standar Nasional

Pendidikan (Urip Purwono, 2008) telah menentukan beberapa acuan dan

kriteria sebagai pedoman penyusunan bahan ajar buku pelajaran yang

memenuhi standar. Selanjutnya, BSNP merinci kompenen tersebut

menjadi empat instrumen penilaian, sebagaimana dijelaskan dalam rincian

berikut.

a. Kelayakan Isi

Komponen kelayakan isi ini diuraikan menjadi beberapa

subkomponen atau indikator berikut.

1) Kesesuaian materi dengan KI dan KD.

2) Keakuratan materi.

3) Kemutakhiran materi.

4) Mendorong keingintahuan.

b. Kebahasaan

Komponen kelayakan kebahasaan ini diuraikan menjadi

beberapa subkomponen atau indikator berikut.

1) Lugas.

2) Komunikatif.
29
3) Dialogis dan interaktif.

4) Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik.

5) Kesesuaian dengan kaidah bahasa.

6) Penggunaan istilah, simbol, atau ikon.

c. Penyajian

Komponen kelayakan penyajian ini diuraikan menjadi beberapa

subkomponen atau indikator berikut.

1) Teknik penyajian.

2) Pendukung penyajian.

3) Penyajian pembelajaran.

4) Koherensi dan keruntutan alur pikir.

d. Kegrafikan

1) Ukuran buku.

2) Desain sampul buku.

3) Desain isi buku.

B. Kajian Pustaka Mengenai Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang

dirancang dengan melibatkan tema-tema tertentu sebagai penghubung

antar mata pelajaran. Menurut Andi Prastowo (2013: 126) pembelajaran

tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang

melibatkan beberapa pelajaran baik yang serumpun maupun lintas rumpun

yang diikat dalam tema-tema tertentu. Dengan demikian, di dalam


30
pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi serta indikator dari satu

mata pelajaran maupun beberapa mata pelajaran dalam satu waktu.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Abdul Majid (2014: 87),

menurutnya pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang

berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau

dari beberapa mata pelajaran. Dengan kata lain, suatu tema dapat ditinjau

dari beberapa mata pelajaran atau bidang studi lain, sehingga pembelajaran

jenis ini menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum.

Sependapat dengan hal itu, Trianto (2011: 155) menyatakan bahwa

pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang

memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai kompetensi dari

satu atau beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran dapat

dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu penentuan berdasarkan

keterkaitan kompetensi, tema, dan masalah yang dihadapi. Lebih lanjut,

pemberian tema dimaksudkan untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu

kesatuan yang utuh sehingga siswa dapat mengenal berbagai konsep-

konsep dalam konten pembelajaran secara lebih mudah dan jelas.

Adapun menurut Rusman (2011: 254) pembelajaran tematik

merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang mana di dalam

sistem pembelajarannya memungkinkan siswa terlibat aktif baik secara

individual maupun kelompok menggali dan menemukan konsep serta

prinsip-prinsip keilmuan atau pengetahuan secara holistik, bermakna dan

otentik. Dengan demikian, konsep-konsep yang disampaikan melalui

proses pembelajaran tidak terkesan terpisah-pisah antara satu dengan yang


31
lainnya, sehingga akan memberikan pengalaman yang bermakna kepada

siswa.

Dari beragam pengertian di atas mengenai pembelajaran tematik,

maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan

pembelajaran yang dirancang dengan melibatkan secara aktif siswa untuk

menemukan konsep-konsep keilmuan secara utuh melalui penggunaan

tema sebagai sarana untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga

pembelajaran lebih bermakna. Kegiatan pembelajaran akan berlangsung

dengan bahasan konsep-konsep pokok pengetahuan dari berbagai mata

pelajaran yang berkaitan dengan tema yang diusung. Tema ditentukan

dengan mengacu pada dunia nyata dimana siswa dapat secara langsung

memahami suatu konsep melalui pengamatan langsung untuk kemudian

dihubungkan dengan konsep lain.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai salah satu model pembelajaran terpadu yang diterapkan

pada tingkat sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki beberapa

karakteristik. Karakteristik-karakteristik yang dimiliki menjadi suatu ciri

khas yang dapat membedakan dengan model pembelajaran yang lain.

Abdul Majid (2014: 89-90) menyebutkan beberapa kakteristik yang

dimiliki oleh pembelajaran tematik antara lain: (1) pembelajaran berpusat

pada siswa, (2) memberikan pengalaman langsung, (3) pemisahan mata

pelajaran yang tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai

mata pelajaran, (5) bersifat fleksibel atau luwes, serta (6) menggunakan

prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.


32
Adapun menurut Rusman (2011: 257-258), karakteristik

pembelajaran tematik dapat dilihat dari kelebihan yang dimilikinya apabila

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Karakteristik

pembelajaran tematik yang sekaligus menjadi keunggulannya yaitu: (1)

pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar, (2) aktivitas

pembelajaran mengacu pada minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan

belajar lebih bermakna dan memberi kesan bagi siswa, (4) membantu

dalam pengembangan keterampilan berpikir siswa, (5) menyajikan

informasi yang sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa,

dan (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Apabila merujuk pada pendapat Indrawati (dalam Trianto, 2013:

159-160), selain keenam karakteristik yang telah disebutkan di atas,

terdapat tiga karakteristik lain, yaitu: (1) meningkatkan kerjasama

antarguru; guru dengan siswa; siswa dengan siswa; guru atau siswa dengan

narasumber, apabila pembelajaran tematik didesain bersama sehingga

belajar lebih menyenangkan, (2) menyajikan beberapa keterampilan dalam

suatu proses pembelajaran, dan (3) memberikan hasil yang dapat

berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa pembelajaran tematik

menekankan pada peran siswa sebagai subjek yang sudah selayaknya lebih

aktif atau dominan dalam proses pembelajaran. Selain itu, pembelajaran

disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa serta memberikan

pengalaman langsung sehingga pembelajaran lebih bermakna. Sifatnya


33
yang fleksibel menjadikan bahan ajar yang digunakan dapat dikaitkan

dengan lingkungan dan kondisi sekitar siswa. Di samping itu, sekat-sekat

antara mata pelajaran tidak tampak karena pembelajaran difokuskan

kepada pembahasan tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan siswa.

3. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar

Pembelajaran tematik yang dilaksanakan di sekolah dasar

sebelumnya hanya dilaksanakan di kelas rendah saja, sedangkan untuk

kelas tinggi setiap mata pelajaran berdiri sendiri. Pemberlakuan kurikulum

2013 tiga tahun terakhir berimplikasi terhadap penggunaan model

pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Salah satu

ciri khas yang melekat pada proses pembelajarannya adalah dengan

adanya pengintegrasian berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran

ke dalam berbagai tema. Sebagaimana tercantum dalam salinan lampiran

Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses, bahwa

pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar disesuaikan dengan tingkat

perkembangan siswa.

Lebih lanjut, Abdul Majid (2014: 50) menjelaskan bahwa

pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi aspek

sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta

keterpaduan berbagai konsep dasar yang berkaitan satu sama lain. Tema

berperan dalam merajut makna berbagai konsep dasar sehingga siswa

tidak belajar konsep dasar yang terdapat dalam beberapa mata pelajaran

secara parsial atau terpisah-pisah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

34
bahwa proses pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada

siswa.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Andi Prastowo (2013: 223),

konsep dasar yang termuat dalam tiap-tiap mata pelajaran diikat oleh tema

yang diintegrasikan melalui pendekatan intradisipliner, multidisipliner,

interdisipliner, dan transdisipliner. Pendekatan intradisipliner ditandai

dengan adanya usaha dalam mengintegrasikan kompetensi sikap,

keterampilan, serta pengetahuan dalam satu kesatuan yang utuh pada

setiap mata pelajaran. Integrasi multidisipliner dan interdisipliner

dilakukan dengan merumuskan kompetensi dasar yang diikat oleh

kompetensi inti sebagai integrator horizontal antarmata pelajaran dalam

satu jenjang kelas. Selanjutnya, untuk integrasi transdisipliner dilakukan

dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran yang ada dengan

permasalahan yang dijumpai di lingkungan sekitar.

Sedangkan E. Mulyasa (2013: 170) lebih memandang bahwa

pengimplementasian pembelajaran tematik didasari oleh kurikulum yang

berbasis kompetensi dan karakter. Dengan demikian, pembelajaran

dirancang untuk mempersiapkan siswa memiliki sikap atau budi pekerti

yang baik serta keterampilan disamping aspek pengetahuan yang

sebelumnya lebih mendominasi. Kesemuanya itu dimaksudkan sebagai

bekal siswa untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.

Selanjutnya, menurut M. Jamroh Latief (2014: 100), pelaksanaan

pembelajaran tematik sebagai salah satu konsekuensi dari

pengimplementasian kurikulum 2013 di sekolah dasar membawa tema-


35
tema yang dekat dan berkaitan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar

siswa. Hal itu dapat dilihat dari tema yang dipilih khususnya pada kelas

rendah berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Oleh karena itu,

proses pembelajaran akan memberikan makna dan pengalaman langsung

karena dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat yang dimiliki

siswa. Harapannya, melalui pemberian pengalaman belajar yang demikian

itu dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah yang kelak mereka

akan hadapi di kemudian hari.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran tematik khususnya

yang dilaksanakan di jenjang sekolah dasar hendaknya dijalankan dengan

menyeimbangkan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill),

dan pengetahuan (knowledge). Di samping itu, penggunaan tema yang

dikaitkan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar siswa akan

memberikan makna karena siswa dihadapkan pada peristiwa atau keadaan

sebenarnya. Oleh sebab itu, pembelajaran yang berlangsung diharapkan

dapat menarik bagi siswa, menyenangkan, serta memberikan pengalaman

langsung kepada siswa.

C. Kajian Pustaka Mengenai Komunikasi Visual

1. Pengertian Komunikasi Visual

Komunikasi visual dapat diartikan sebagai salah satu bentuk atau

cara berkomunikasi melalui tanda visual yang dapat ditangkap oleh indera

penglihatan. Dalam bukunya, Adi Kusriyanto (2009: 10) mengemukakan

bahwa komunikasi visual adalah komunikasi menggunakan bahasa visual,


36
dimana unsur dasar bahasa visual sebagai kekuatan utama dalam

penyampaian pesan adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat

dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan kepada penerima

pesan yang dituju. Sependapat dengan hal itu, Lia Anggraini dan Kirana

Nathalia (2014: 14) menyatakan bahwa komunikasi visual adalah sebuah

rangkaian proses penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain

dengan menggunakan media yang hanya terbaca oleh indera penglihatan

atau mata. Dengan kata lain, sarana penyampaian informasi menggunakan

media yang bersifat kasat mata.

Informasi atau pesan yang disampaikan melalui komunikasi visual

akan sampai pada sasaran apabila dikemas melalui pengolahan elemen-

elemen visual atau grafis. Sumbo Tinarbuko (2015: 5) menyatakan bahwa

desain komunikasi visual sebagai salah satu bagian dari seni terap yang

mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif yang

diaplikasikan ke dalam berbagai media komunikasi visual. Penerapan

dalam media tersebut dilakukan dengan mengolah unsur-unsur visual yang

terdiri dari gambar atau ilustrasi, huruf, warna, komposisi, serta tata letak

atau layout. Semuanya itu dilakukan sebagai konsekuensi dari desain

komunikasi visual yang mengemban tugas menyampaikan pesan verbal

visual kepada target sasaran yang dituju. Oleh karena itu, keberadaanya

perlu dikemas seartistik dan semenarik mungkin serta dinyatakan dalam

bahasa sederhana dan komunikatif. Hal tersebut bertujuan supaya pesan

tersebut mudah dimengerti oleh komunikan tanpa ada kesalahan

interpretasi makna atas pesan yang disampaikan.


37
Penyebutan istilah desain komunikasi visual sering dikaitkan

dengan istilah desain grafis. Kedua istilah tersebut pada dasarnya memang

memiliki arti yang hampir sama. Menurut Daniel Surya (dalam Lia

Anggraini dan Kirana Nathalia, 2014: 5) desain grafis merupakan suatu

bentuk komunikasi visual dan seni yang mampu menyampaikan informasi

dan pesan kepada konsumen ataupun penikmat. Desain grafis mencakup

tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak di

dalamnya. Baik desain komunikasi visual maupun desain grafis

menyinggung mengenai penyampaian informasi kepada pihak lain

menggunakan media yang mengandung unsur-unsur visual atau grafis.

Lebih lanjut, apabila merujuk pada pendapat Rakhmat Supriyono

(2004: 56), penyebutan kedua istilah tersebut pada dasarnya bisa dikatakan

sama, hanya terdapat perbedaan pada ruang lingkupnya. Desain

komunikasi visual datang menggantikan istilah desain grafis disebabkan

oleh peran dan ruang lingkup komunikasi visual berkembang lebih luas.

Sependapat dengan hal itu, Sumbo Tinarbuko (2015: 5) mengemukakan

bahwa istilah desain komunikasi visual digunakan untuk memperbaharui

atau memperluas cakupan ilmu serta wilayah kerja desain grafis yang pada

mulanya diterapkan hanya pada media-media statis. Ruang lingkup serta

cakupan desain grafis pada saat ini berkembang luas sebagai akibat dari

perkembangan pada media digital berupa media interaktif dan multimedia.

Berdasarkan pada hal tersebut, istilah desain grafis berkembang menjadi

istilah desain komunikasi visual.

38
Dari beberapa pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa komunikasi visual merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi

melalui pengolahan unsur-unsur visual yang bersifat kasat mata sebagai

kekuatan utama dalam rangka penyampaian informasi atau pesan yang

efektif kepada penerima pesan. Unsur-unsur visual sebagai perwujudan

dan penggambaran pesan yang perlu diolah di dalamnya dapat berupa

garis, warna, bidang, tipografi, dan sebagainya. Pengolahan unsur-unsur

visual tersebut disusun dengan memperhatikan aspek tata letak dan

komposisi. Dengan demikian, tujuan utama komunikasi visual untuk

menyampaikan sebuah pesan kepada sasaran yang dituju tentu harus

menyesuaikan dengan karakteristik penerima pesan itu sendiri. Pada posisi

ini kreativitas penyampai pesan dibatasi oleh penerima pesan sebagai

sasaran yang dikehendaki. Penyampai pesan yang berperan sebagai

desainer komunikasi visual tidak dapat seenaknya sendiri menentukan

media, ukuran, bahan, serta teknik yang digunakan. Hal tersebut didasari

bahwa komunikasi visual mengedepankan pada penyampaian informasi

kepada subjek yang dituju melalui sebuah media, bukan hanya pada

pengekpresian ide melalui sebuah karya yang mengedepankan aspek seni

semata.

2. Unsur-Unsur Visual

Desain komunikasi visual sebagai seni dalam menyampaikan

informasi melalui bahasa visual mengunakan suatu media berupa desain.

Sebuah desain tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya unsur-unsur dasar

penyusunnya. Menurut Adi Kusriyanto (2009: 30-32) untuk mewujudkan


39
suatu tampilan visual sebuah desain, beberapa unsur yang diperlukan

adalah titik, garis, bidang, ruang, warna, dan tekstur. Hal senada

dikemukakan oleh Lia Anggraini dan Kirana Nathalia (2014: 32-40),

menurutnya dalam membuat suatu hasil karya dibutuhkan beberapa unsur

penyusun. Unsur tersebut sebenarnya sudah sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari, dimana pada setiap hasil karya desain dapat

dipastikan memiliki unsur-unsur seperti garis, bentuk, tekstur, kontras atau

gelap terang, ukuran, dan warna.

Merujuk pada pendapat Arsianti Latifah (2011: 27-29), unsur dasar

dalam desain komunikasi visual meliputi garis, bidang atau bentuk,

kontras nilai, warna, tekstur, serta tipografi. Unsur dasar tersebut

membentuk satu kesatuan yang menyusun sebuah karya visual atau media

visual/ grafis untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu pada sasaran

yang dituju. Dengan demikian, sebenarnya unsur-unsur dapat dilihat dari

sebuah media visual yang ada di dalam kehidupan sehari-hari, seperti

media periklanan, poster, bahkan rambu-rambu lalu lintas.

Apabila mengacu pada pendapat ketiga ahli tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa sebuah karya grafis/ visual tersusun dari beberapa

unsur dasar visual sebagai berikut.

a. Titik

Titik merupakan salah satu unsur visual yang wujudnya relatif

kecil, dengan kata lain dimensi memanjang dan melebarnya dianggap

tidak berarti. Biasanya, titik cenderung ditampilkan dalam bentuk

40
kelompok dengan variasi jumlah, susunan, dan kepadatan atau

kerapatan tertentu.

b. Garis

Garis dikenal sebagai goresan atau coretan, selain itu garis juga

menjadi batasan suatu bidang atau warna. Di samping itu, garis juga

dapat diartikan sebagai dua titik yang dihubungkan yang memiliki ciri

khas memiliki arah dan dimensi memanjang. Bentuknya dapat berupa

garis lurus (straight) maupun lengkung (curve). Susunan bentuk,

huruf, bahkan cahaya yang diletakkan secara beraturan dapat

membentuk sebuah garis. Dalam desain komunikasi visual, garis dapat

difungsikan sebagai sarana untuk memperjelas dan mempermudah

pembaca sebagai penerima pesan.

c. Bentuk

Bentuk adalah segala sesuatu yang memiliki diameter, tinggi,

dan lebar. Selain itu, bentuk merupakan gambaran umum sesuatu atau

formasi yang tertutup atau jalur yang tertutup. Bentuk-bentuk dasar

yang umumnya dikenal adalah bentuk lingkaran, persegi, segitiga,

lonjong, dan lain-lain. Pada dasarnya bentuk-bentuk tersebut terbentuk

salah satunya dengan cara melukiskan garis hingga membentuk

bentuk-bentuk tertentu, kemudian bentuk diisi dengan warna, nada,

atau tekstur, sehingga akan menggambarkan atau menampilkan

kualitasnya. Menurut sifatnya, bentuk dikategorikan menjadi tiga yaitu

bentuk geometris, bentuk natural, dan bentuk abstrak.

41
d. Kontras

Kontras merupakan warna yang berlawanan antara satu dengan

yang lainnya, terdapat perbedaan baik warna atau titik fokus. Kontras

digunakan untuk menggambarkan rentang kecerahan dan kegelapan

suatu elemen visual. Dengan mengatur komposisi gelap terang suatu

media visual, akan membantu nilai keterbacaan, fokus, dan titik berat

suatu desain sehingga dapat menonjolkan pesan atau informasi yang

disampaikan.

e. Warna

Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain media

visual/ grafis. Warna mampu berbicara sebagai warna itu sendiri,

warna sebagai representasi alam, warna sebagai lambang atau simbol,

dan warna sebagai ekspresi. Warna merupakan salah satu unsur visual

yang dapat menarik perhatian, meningkatkan suasana hati pembaca,

serta menggambarkan citra suatu objek tertentu.

Lebih lanjut, setiap warna memiliki karakter dengan sifat yang

berbeda (Lia Anggraini & Kirana Nathalia, 2014: 38). Sifat-sifat warna

tersebut sebagai berikut.

1) Merah: menyimbolkan agresivitas, keberanian, semangat, percaya

diri, gairah, kekuatan dan vitalitas.

2) Oranye: melambangkan sosialisasi, keceriaan, kehangatan, segar,

semangat, keseimbangan, dan energi.

42
3) Biru: tidak bisa lepas dari elemen langit, air, dan udara, berasosiasi

dengan alam, melambangkan keharmonisan, memberi kesan

lapang, kesetiaan, ketenangan, sensitif, kepercayaan.

4) Kuning: menyimbolkan warna persahabatan, optimis, santai,

gembira, harapan, toleran, menonjol dan eksentrik.

5) Hijau: melambangkan alam, kehidupan, dan simbol kesuburan,

sehat, natural.

6) Hitam: warna yang kuat dan penuh percaya diri, penuh

perlindungan, maskulin, elegan, dramatis, dan misterius.

f. Tekstur

Tekstur adalah tampilan permukaan atau corak dari suatu benda

yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Tekstur

dikategorikan menjadi dua, yaitu tekstur nyata (tactile) dan tekstur

semu/ ilusi (visual). Penggunaan tekstur pada desain media visual akan

menambah pengalaman dan menjadi nilai lebih daripada sekedar

estetik. Selain itu, tekstur banyak digunakan untuk mengatur

keseimbangan pada sebuah desain.

g. Tipografi

Tipografi adalah seni merancang, menyusun, dan mengatur tata

letak huruf dan jenis huruf dengan pengaturan penyebarannya pada

ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga

akan menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca

semaksimal mungkin.

43
3. Prinsip-Prinsip Desain

Sebuah pesan visual yang baik adalah apabila pesan yang

disampaikan dapat dipahami dan dimengerti oleh penerima pesan. Oleh

karena itu, pesan visual harus kreatif, asli, inovatif, komunikatif, efisien,

dan efektif, sekaligus indah secara estetis. Merujuk pada pendapat Lia

Anggraini dan Kirana Nathalia (2014: 41-46), dalam mendesain sebuah

pesan visual, seorang desainer harus memperhatikan beberapa prinsip

kerja desain yang harus diterapkan. Prinsip-prinsip desain yang dimaksud

adalah sebagai berikut.

a. Keseimbangan

Keseimbangan merupakan pembagian berat yang sama,

sehingga menimbulkan kesan seimbang secara visual. Suatu desain

dikatakan seimbang apabila obyek pada bagian kanan atau kiri, bagian

atas atau bawah terkesan sama berat. Hal itu perlu dilakukan agar

desain yang dibuat nyaman dipandang. Ada dua pendekatan untuk

menciptakan keseimbangan yaitu keseimbangan simetris atau formal

dan keseimbangan asimetris atau informal. Keseimbangan simetris/

formal artinya membagi sama berat antara kanan dan kiri, antara atas

dan bawah secara simetris atau setara. Sedangkan keseimbangan

asimetris/ informal adalah penyusunan unsur desain yang tidak sama

antara sisi kanan dengan kiri atau atas dengan bawah, namun tetap

terasa seimbang. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan

menggunakan bentuk atau warna yang berbeda.

44
b. Irama

Irama merupakan pengulangan gerak atau penyusunan bentuk

secara berulang-ulang. Dalam desain, irama dapat berupa repetisi yaitu

perulangan unsur visual yang dibuat secara berulang-ulang dan

konsisten. Selain itu, dapat berupa variasi yaitu perulangan unsur

visual disertai perubahan bentuk, ukuran, atau posisi.

c. Penekanan

Penekanan merupakan suatu prinsip dasar tata rupa yang

digunakan untuk membangun unsur-unsur visual sebagai pusat

perhatian. Hal itu bertujuan untuk menonjolkan salah satu unsur

sebagai pusat perhatian sehingga mencapai nilai yang artistik.

Informasi yang dianggap paling penting untuk disampaikan pada

penerima pesan harus ditonjolkan dengan mencolok melalui unsur

visual yang kuat. Terdapat beberapa cara untuk menonjolkan suatu

unsur visual dalam sebuah karya desain, yaitu dengan menggunakan

kontras, isolasi obyek, dan penempatan obyek.

d. Kesatuan

Prinsip kesatuan pada dasarnya merupakan sebuah prinsip

hubungan. Di mana apabila salah satu atau beberapa unsur visual

mempunyai hubungan baik dari segi warna, raut, maupun arah, maka

prinsip kesatuan tercapai. Dengan kata lain, merupakan prinsip

bagaimana mengatur dan mengorganisasi seluruh elemen dalam suatu

tampilan grafis dan membangun ikatan atau hubungan diantaranya.

45
Desain dikatakan menyatu apabila dipandang tampak harmonis serta

terdapat kesatuan antara tema, tipografi, dan ilustrasi/ foto.

4. Jenis Media Grafis

Media grafis atau media visual merupakan salah satu jenis media

yang lazim digunakan di Indonesia. Selain sederhana dan mudah baik

dalam pembuatan maupun penggunaannya, media grafis termasuk media

yang relatif murah apabila ditinjau dari segi biaya. Apabila mengacu pada

pendapat Eko Budi Prasetyo (2000: 47-79), terdapat banyak jenis media

grafis yang umum digunakan dalam kegiatan pembelajaran, beberapa

diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Gambar

Di antara media pendidikan, gambar merupakan media yang

paling umum dipakai. Sifat gambar yang konkret, dapat lebih

menunjukkan pokok masalah jika hanya dibandingkan dengan media

verbal semata. Selain itu, gambar dapat mengatasi batasan ruang dan

waktu, di mana tidak semua benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa

ke dalam kelas. Melalui media gambar, hal tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu, dunia pendidikan telah lama menyadari pentingnya peran

media gambar dalam mencapai tujuannya.

Berbagai peralatan untuk membuat sebuah gambar telah

dikenal sejak zaman dulu. Mulai dari yang sederhana berupa pewarna,

alat lukis, dan sebagainya. Bahkan seiring kemajuan teknologi, gambar

bisa di buat menggunakan program komputer. Program komputer yang

46
cukup popular dan familiar digunakan untuk keperluan tersebut adalah

Corel Draw.

b. Bagan

Bagan merupakan penyajian visual yang menggunakan titik,

garis, gambar atau simbol visual lain dengan sedikit keterangan, agar

siswa belajar lebih jelas menerima apa yang dikomunikasikan oleh

guru. Sering kali siswa bingung ketika dihadapkan pada data yang

banyak sekaligus. Oleh karena itu, penggunaan bagan dapat membantu

siswa untuk menerima pesan yang disajikan oleh guru secara bertahap.

c. Grafik

Grafik merupakan suatu jenis penyajian informasi yang bersifat

visual dengan menggunakan titik, garis, gambar, atau simbol grafis

lain untuk memvisualisasikan suatu data kuantitatif. Selain itu grafik

digunakan untuk menerangkan perkembangan atau perbandingan

sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan. Berbeda dengan

bagan, grafik disusun berdasarkan prinsip matematik dan

menggunakan data-data komparatif. Ada beberapa macam grafik yang

dapat digunakan, antara lain grafik garis (line graphs), grafik batang

(bar graphs), grafik lingkaran (pie graphs), dan grafik gambar

(pictorial graphs).

d. Diagram

Diagram juga merupakan salah satu penyajian secara visual

dengan menggunakan garis atau menggunakan gambar geometris

tertentu. Diagram menunjukkan hubungan yang ada antar


47
komponennya atau sifat-sifat proses yang ada di situ. Diagram

umumnya berisi petunjuk-petunjuk. Diagram menyederhanakan hal

yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.

e. Sketsa

Sketsa merupakan suatu gambar sederhana yang melukiskan

bagian-bagian pokok tanpa detailnya. Penggunaan sketsa dimaksudkan

untuk memperjelas pesan belajar dan menarik perhatian siswa,

sehingga dapat konsentrasi serta terlibat aktif dalam pembelajaran. Di

samping itu, penggunaan sketsa akan mengurangi pengalaman belajar

yang verbalistis.

f. Poster

Poster adalah suatu gambar yang cukup besar yang ditekankan

pada penyampaian pokok suatu ide pokok. Oleh karena itu, pesan yang

disampaikan akan cepat dipahami. Penggunaan warna dalam poster

adalah salah satu cara menambah daya tarik untuk menarik perhatian

sehingga fungsi poster akan semakin kuat. Selain untuk

menyampaikan kesan tertentu, poster mampu pula mempengaruhi dan

memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya, termasuk siswa.

g. Kartun dan Karikatur

Kartun merupakan gambar intepretatif yang menggunakan

simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan

ringkas. Kartun dapat berupa lukisan tentang seseorang, suatu

pemikiran atau peristiwa yang digambarkan secara lucu, menyindir

atau mengejek akan mudah menarik perhatian dan menimbulkan kesan


48
yang cukup kuat. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang

harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana.

Oleh karena itu, kartun yang sempurna sebenarnya tidak memerlukan

keterangan dengan menggunakan teks, sebab gambar yang dibuat

sudah menjadi simbol pesan itu sendiri.

h. Komik

Komik merupakan salah satu jenis media grafis yang berupa

gambar berseri. Pada awalnya komik hanya terbatas pada cerita lucu,

namun kemudian berkembang mencakup semua jenis cerita

bergambar. Komik dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk

mengkomunikasikan materi-materi pelajaran dengan cara yang

berbeda. Hal tersebut tentu saja perlu dilakukan dengan

memperhatikan berbagai pertimbangan-pertimbangan yang rasional.

Beberapa pertimbangan itu antara lain adalah dari segi aspek

kebermanfaatan atau keuntungan dan kerugian penggunaan komik,

keterkaitan dengan tujuan pembelajaran, serta kesesuaian dengan

karakteristik siswa.

i. Peta Datar (Dua Dimensi)

Peta merupakan penggambaran permukaan bumi yang

menyajikan informasi tentang lokasi, luas, jarak, keadaan, serta

informasi lainnya dengan menggunakan berbagai simbol visual. Peta

dapat berisi informasi dari berbagai bidang kehidupan seperti bidang

politik, sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya seringkali melibatkan

kajian mengenai peta. Peta dapat dikelompokkan menjadi beberapa


49
jenis, antara lain peta keadaan alam, peta politik, peta ekonomi, peta

ethnografi, serta peta sejarah.

j. Media Cetak

Seiring ditemukannya teknologi percetakan, berbagai jenis

media cetak menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kegiatan

pendidikan, khususnya pada proses pembelajaran. Jenis-jenis media

cetak yang sering digunakan dalam proses pembelajaran antara lain:

buku pelajaran, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedi, dan lain-lain.

Selain beberapa jenis media grafis yang telah dipaparkan di atas,

Arief S. Sadiman, dkk (2009: 48-49) dalam buku Media Pendidikan

menambahkan dua jenis media grafis, yaitu:

a. Papan Flanel

Papan flanel merupakan salah satu media grafis yang efektif

untuk menyajikan pesan-pesan tertentu pada siswa. Papan berlapis

kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis. Gambar-gambar yang

akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah, sehingga

dapat digunakan berkali-kali. Selain gambar, dapat pula dipakai untuk

menempelkan angka dan huruf sebagai pengenalan di kelas-kelas awal.

Penyajiannya yang praktis dan seketika membuat sajian lebih efisien

dan menarik perhatian siswa.

b. Papan Buletin

Papan buletin berbeda dengan papan flanel, di mana papan

buletin tidak dilapisi kain flanel melainkan langsung ditempel gambar,

tulisan, dan simbol visual lain. Papan buletin memiliki fungsi sebagai
50
media untuk menerangkan sesuatu serta memberitahukan kejadian

dalam waktu tertentu.

Pada penelitian pengembangan ini tidak semua jenis media grafis

dimasukkan dalam bahan ajar yang akan dikembangkan. Beberapa jenis

media ada yang akan digunakan dan tidak akan digunakan, sifatnya

fleksibel menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik bahan ajar itu sendiri.

Dikarenakan bahan ajar yang akan dikembangkan berupa media cetak atau

buku, maka jenis media grafis berupa papan flanel dan papan buletin tidak

dapat dimasukkan dalam bahan ajar.

D. Kajian Pustaka Mengenai Muatan Lokal

1. Pengertian Muatan Lokal

Penerapan sistem pemerintahan desentralisasi yang dianut oleh

Indonesia menjadi dasar pijakan pelaksanaan otonomi daerah. Salah satu

dampak dari kebijakan tersebut adalah adanya pengembangan kurikulum

muatan lokal disamping kurikulum yang bersifat nasional. Menurut E.

Mulyasa (2004: 40) adanya kurikulum muatan lokal dimaksudkan untuk

mengimbangi kelemahan pengembangan kurikulum nasional yang bersifat

umum dengan cakupan yang luas, sehingga konten lokal yang bersifat

regional atau kedaerahan kurang diangkat di dalamnya. Hal tersebut dapat

dimaklumi karena keberagaman yang dimiliki Indonesia begitu kaya, baik

dari keragaman lingkungan alam maupun lingkungan budaya

masyarakatnya.

51
Muatan lokal menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia tahun 1987 (Yufiarti, 1999: 2) adalah

program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan

lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, serta kebutuhan daerah dan

wajib dipelajari murid di daerah itu. Senada dengan pendapat tersebut,

Dakir (2010: 111) menyatakan bahwa muatan lokal merupakan sebuah

kurikulum yang disusun dengan mengacu pada keadaan masyarakat

setempat. Berbagai kondisi lingkungan sekitar berupa lingkungan alam

fisik dan lingkungan masyarakat menjadi bahan yang diajarkan dalam

program pendidikan muatan lokal.

Adapun menurut Soewardi (dalam Suharsimi Arikunto dan Asnah

Said, 2007: 1.10) muatan lokal pada intinya adalah program pendidikan

yang di dalamnya memuat materi pelajaran dan pengenalan berbagai hal

yang memperlihatkan ciri khas daerah tertentu. Tidak hanya terdiri dari

keterampilan dan kerajinan tradisional saja, akan tetapi juga berbagai

manifestasi kebudayaan daerah yang bersangkutan. Manifestasi

kebudayaan suatu daerah dapat meliputi bahasa daerah, tulisan daerah,

legenda, serta adat istiadat.

Selanjutnya, Zainal Arifin (2011: 205) mendefinisakan muatan

lokal secara umum dan secara khusus. Secara umum, muatan lokal

diartikan sebagai sebuah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan

sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah, keunggulan

daerah, kebutuhan daerah, dan lingkungan masing-masing serta cara yang


52
digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan secara khusus, muatan

lokal adalah program pendidikan dalam bentuk mata pelajaran yang isi dan

media pembelajarannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan

sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah yang wajib

dipelajari oleh siswa di daerah tersebut.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa muatan lokal merupakan program pendidikan yang memuat materi

pelajaran yang dikaitkan dengan keadaan lingkungan sekitar, baik

lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya masyarakat, serta

memperhatikan kebutuhan daerah. Berakar dari simpulan tersebut, selain

memuat pengenalan potensi serta ciri khas yang dimiliki suatu daerah,

permasalahan-permasalahan lingkungan yang terjadi di daerah tersebut

dapat diangkat dalam penyelenggaraan muatan lokal. Dengan demikian,

dampak kerusakan lingkungan akibat permasalahan-permasalahan

lingkungan yang terjadi dapat diminimalisir baik dengan langkah

penanggulangan maupun yang sifatnya pencegahan. Salah satu cara yang

dapat diupayakan adalah melalui penanaman kesadaran pada siswa untuk

mencintai lingkungan lewat proses pembelajaran yang dilaksanakan di

sekolah.

2. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa adanya kurikulum

muatan lokal adalah sebagai salah satu konsekuensi logis penerapan

otonomi dalam bidang pendidikan. Hal tersebut merupakan dampak dari


53
penyelenggaraan sistem pemerintahan desentralisasi yang dianut oleh

Indonesia. Oleh karena itu, selain diberlakukannya muatan kurikulum

nasional yang sifatnya menyeluruh, ada pula muatan yang disesuaikan

dengan kebutuhan dan keadaan daerah. Muatan kurikulum tersebut

selanjutnya yang dikenal dengan kurikulum muatan lokal.

Sama halnya dengan kurikulum yang sifatnya nasional, kurikulum

muatan lokal berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan

yang tentu tidak terlepas dari tujuan umum pendidikan nasional. Merujuk

pada pendapat Dakir (2010: 113-114), adanya pemberlakuan muatan lokal

dalam sistem pendidikan nasional memiliki tujuan agar siswa memiliki

beberapa kompetensi antara lain: (1) berbudi pekerti luhur, (2)

berkepribadian, (3) mandiri, (4) terampil, (5) beretos kerja, (6)

professional, (7) produktif, (8) sehat jasmani rohani, (9) cinta lingkungan,

(10) kesetiakawanan sosial, (11) kreatif dan inovatif, (12) mementingkan

pekerjaan yang praktis, dan (13) rasa cinta budaya dan tanah air.

Adapun menurut Suharsimi Arikunto dan Asnah Said (2007: 1.27-

1.28), muatan lokal diajarkan pada siswa memiliki tujuan secara umum

dan khusus. Secara umum tujuan pengajaran muatan lokal adalah untuk

memberikan bekal pengetahuan keterampilan, pembentukan dan perilaku

siswa. Harapannya, agar siswa memiliki wawasan yang luas, dan mantap

tentang keadaan lingkungan sekitarnya dan kebutuhan masyarakat.

Sedangkan secara khusus, pengajaran muatan lokal bertujuan antara lain

sebagai berikut.

54
a. Siswa lebih mengenal kondisi alam lingkungan sosial dan lingkungan

budaya yang terdapat di daerahnya.

b. Siswa dapat menerapkan kemampuan dan keterampilan yang

dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di

sekitarnya.

c. Siswa memiliki keterampilan khusus sehingga dapat menolong dirinya

sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

d. Siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di daerah untuk

peningkatan kualitas sumber daya manusia.

e. Siswa memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai

aturan yang berlaku di daerahnya serta melestarikan dan

mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka

menunjang pembangunan nasional.

Berdasarkan pemaparan mengenai tujuan pengajaran muatan lokal

di atas, terdapat beberapa tujuan yang terkandung di dalamnya. Idealnya

dalam pelaksanaan pembelajaran muatan lokal yang bertujuan

mengembangkan potensi siswa sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah,

peran Pemerintah Daerah seharusnya lebih besar jika dibandingkan dengan

Pemerintah Pusat. Hal tersebut karena pada dasarnya Pemerintah Daerah

akan lebih mengetahui keadaan lingkungan alam, sosial, dan budaya serta

kebutuhan daerah itu sendiri. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran

mutan lokal khususnya pada jenjang sekolah dasar akan berjalan sesuai

dengan apa yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Adapun

pengembangan muatan lokal dalam bahan ajar pada penelitian ini


55
menitikberatkan pada tujuan penanaman sikap cinta lingkungan. Hal

tersebut dirasa perlu untuk dilakukan karena memperhatikan keadaan dan

kebutuhan lingkungan sebagai dampak dari permasalahan lingkungan

yang terjadi. Dengan demikian, disamping sebagai langkah pencegahan,

diharapkan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan juga dapat

dikurangi dengan pemberian pengetahuan dan pemahaman tentang alam

sekitar melalui bahan ajar.

E. Desain Komunikasi Visual Bermuatan Lokal

Desain komunikasi visual dan muatan lokal sebelumnya telah

dijelaskan secara terpisah berdasarkan pengertian masing-masing. Menurut

kesimpulan yang diperoleh sebelumnya, muatan lokal merupakan program

pembelajaran yang memuat materi pelajaran yang memuat tentang keadaan

lingkungan sekitar, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya

masyarakat. Lingkungan alam di dalamnya memuat mengenai lingkungan

hidup, termasuk menyinggung konteks permasalahan lingkungan hidup yang

terjadi. Selain itu, berdasarkan pemaparan sebelumnya, didapatkan

kesimpulan bahwa komunikasi visual merupakan salah satu cara untuk

berkomunikasi melalui pengolahan unsur-unsur visual yang bersifat kasat

mata sebagai kekuatan utama dalam rangka penyampaian informasi atau pesan

yang efektif kepada penerima pesan.

Berkenaan dengan kedua pengertian tersebut, peneliti mencoba

menjelaskan hubungan diantara keduanya dengan menyebutkan istilah desain

komunikasi visual bermuatan lokal. Melalui suatu karya desain komunikasi


56
visual, muatan lokal khususnya berkenaan dengan pelestarian lingkungan

hidup menjadi perlu disampaikan kepada masyarakat secara umum. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Sumbo Tinarbuko (2015: 22) yang

menyatakan bahwa konsep dan karya desain komunikasi visual sebagai

sebuah ilmu pengetahuan senantiasa membawakan pesan etika dan moralitas

kehidupan manusia. Dengan demikian, desain komunikasi visual bermuatan

lokal pada dasarnya adalah suatu cara untuk menyampaikan pesan-pesan atau

informasi yang bersifat muatan lokal mengenai keadaan lingkungan sekitar

melalui pengolahan unsur-unsur visual yang bersifat kasat mata sebagai

kekuatan utamanya dalam membawakan pesan etika dan pesan moral dalam

kehidupan manusia. Berkaitan dengan siswa sekolah dasar yang dijadikan

sebagai subjek penerima pesan, penyampaian konten dan informasi muatan

lokal harus disesuaikan dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar supaya

pesan atau informasi dapat tersampaikan dengan baik.

F. Materi Kelas IV SD pada Kurikulum 2013

Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari kelas

I sampai kelas VI. Sedangkan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti dikecualikan tidak menggunakan pembelajaran tematik-terpadu

melainkan berdiri sendiri. Berdasarkan salinan lampiran Permendikbud nomor

67 tahun 2013 tentang kurikulum sekolah dasar, pembelajaran tematik terpadu

merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai

kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema pada semua
57
jenjang kelas. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta

didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian,

pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti

tercermin pada berbagai tema yang tersedia dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Daftar Tema dan Subtema untuk Kelas IV Sekolah Dasar


No. Tema Subtema
1. Indahnya Kebersamaan a. Keragaman Budaya Bangsaku
b. Kebersamaan dan Keberagaman
c. Bersyukur atas Keberagaman
2. Selalu Berhemat Energi a. Macam-Macam Sumber Energi
b. Pemanfaatan Energi
c. Gaya dan Gerak
3. Peduli terhadap Makhluk a. Hewan dan Tumbuhan di
Hidup Lingkungan Rumahku
b. Keberagaman Makhluk Hidup di
Lingkunganku
c. Ayo Cintai Lingkungan
4. Berbagai Pekerjaan a. Jenis-Jenis Pekerjaan
b. Barang dan Jasa
c. Pekerjaan Orangtuaku
5. Pahlawanku a. Perjuangan para Pahlawan
b. Pahlawanku Kebanggaanku
c. Sikap Kepahlawanan
6. Indahnya Negeriku a. Keanekaragaman Hewan dan
Tumbuhan
b. Keindahan Alam Negeriku
c. Indahnya Peninggalan Sejarah
7. Cita-Citaku a. Aku dan Cita-Citaku
b. Hebatnya Cita-Citaku
c. Giat Berusaha Meraih Cita-Cita
8. Tempat Tinggalku a. Lingkungan Tempat Tinggalku
b. Keunikan Daerah Tempat
Tinggalku
c. Aku Bangga dengan Daerah
Tempat Tinggalku
9. Makananku Sehat dan Bergizi a. Makananku Sehat dan Bergizi
b. Manfaat Makanan Sehat dan
Bergizi
c. Kebiasaan Makanku

58
Pada jenjang kelas I, II, dan III menggunakan pendekatan sains yang

menyebabkan semua mata pelajaran yang diajarkan akan diwarnai oleh mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam. Sedangkan

untuk kelas IV, V, dan VI, kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam masing-masing berdiri sendiri, sehingga

pendekatan integrasinya adalah multi-disipliner, walaupun pembelajarannya

tetap menggunakan tematik terpadu. Berkenaan dengan pengintegrasian

muatan lokal, dapat dilakukan dengan penerapan prinsip pengintegrasian

inter-disipliner muatan lokal pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan

Ilmu Pengetahuan Sosial.

G. Karakteristik Siswa SD Kelas IV

Siswa sekolah dasar dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah

dan masa kelas tinggi. Masa kelas rendah berlangsung antara usia 6 atau 7

tahun sampai dengan usia 9 atau 10 tahun yang biasanya duduk di kelas 1, 2,

dan 3. Sedangkan untuk masa kelas tinggi berlangsung antara usia 9 atau 10

tahun sampai dengan usia 12 atau 13 tahun yang biasanya duduk di kelas 4, 5,

dan 6. Adapun menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116-117), ciri khas masa

kelas tinggi sekolah dasar dalah sebagai berikut.

1. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.

2. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.

3. Timbul minat pada mata pelajaran tertentu.

4. Memandang nilai sebagai ukuran yang tepat dalam mengukur prestasi di

sekolah.
59
5. Suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup, utamanya dalam

bermain.

Menurut Piaget (Abdul Majid, 2014: 8-10) anak usia sekolah dasar

khususnya yang berada pada jenjang kelas 4 berada pada tahapan operasi

konkret pada tahap perkembangan intelektualnya. Pada rentang usia tersebut

anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) mulai

memandang dunia secara objektif, (2) mulai berpikir secara operasional, (3)

menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-

benda, (4) membentuk dan menghubungkan aturan-aturan yang ada, termasuk

menggunakan hubungan sebab-akibat, serta (5) memahai konsep substansi,

volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Berkenaan dengan tahapan berpikir tersebut, lebih lanjut Abdul Majid

(2014: 10) menyatakan bahwa kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar

memiliki tiga ciri, yaitu bersifat konkret, integratif, dan hierarkis. Konkret

artinya proses belajar beranjak dari hal-hal yang dapat dilihat, didengar,

dibaui, diraba dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai

sumber belajar. Bersifat integratif artinya anak memandang sesuatu yang

dipelajari sebagai suatu keutuhan, dengan kata lain mereka belum mampu

memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu. Sedangkan hierarkis

maksudnya cara belajar anak berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal

yang sederhana ke hal-hal yang lebih rumit/ kompleks.

Berdasarkan uraian tentang karakteristik siswa sekolah dasar tersebut,

maka proses pembelajaran khususnya pada kelas tinggi sudah selayaknya

disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa, yaitu tahap operasional konkret.


60
Dengan demikian, proses pembelajaran hendaknya dirancang dengan

memperhatikan kecenderungan belajar siswa yang bersifat konkret, integratif,

dan hierarkis. Penggunaan media atau bahan ajar yang konkret akan

membantu siswa dalam belajar. Selain itu, pemanfaatan lingkungan sekitar

sebagai sumber belajar akan menghasilkan pembelajaran yang lebih

bermakna dan bernilai karena siswa dihadapkan pada peristiwa dan keadaan

yang sebenarnya. Guru sebagai fasilitator tidak berperan sebagai sumber

belajar utama sehingga tidak mengajarkan materi kepada siswa secara penuh.

Akan tetapi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan

bereksplorasi lebih jauh dalam mencari tahu suatu informasi yang berkaitan

dengan materi pembelajaran.

Berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar yang

merupakan jenjang paling dasar pada jalur pendidikan formal, pembelajaran

di sekolah dasar pada dasarnya merupakan pondasi awal yang menentukan

proses pendidikan pada jenjang selanjutnya. Penanaman kecintaan dan

kepedulian terhadap lingkungan alam, sosial, dan budaya di mana siswa

tersebut hidup dapat dilaksanakan sejak dini. Merujuk pada pendapat yang

disampaiakan oleh Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh (2005: 105)

menyatakan bahwa pada usia anak khususnya pada jenjang kelas IV sekolah

dasar yang umumnya berusia 8 sampai 13 tahun, anak sudah dapat mengenal

ukuran baik, buruk secara batin (tak nyata) meskipun masih terbatas, yaitu

anak sudah dapat menghargai pendapat atau alasan dari perbuatan orang lain.

Dengan kata lain, anak mulai dapat menghormati orang lain yang patuh, taat,

atau sebaliknya. Lebih lanjut, dikatakan pula bahwa anak mulai dapat
61
mengendalikan dirinya sendiri, walaupun dalam keterbatasan. Dengan

demikian, nilai kecintaan, kepedulian, dan kebanggaan pada lingkungan

alam, sosial, dan budaya daerah sendiri atau lokalitas (locality) dapat

ditanamkan di sekolah dasar melalui proses pembelajaran yang bernuansa

lokal dan sesuai dengan tahap perkembangan moral siswa.

H. Kajian tentang Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Yusuf Saputro yang berjudul

“Pengembangan Bahan Ajar Cetak IPA Berbasis Komunikasi Visual untuk

SD Kelas V Semester I”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan bahan ajar yang dikembangkan mempunyai kriteria dalam

kategori “sangat baik”. Hal tersebut ditunjukkan dengan pemahaman dan

penguasaan materi siswa terhadap bahan ajar memperoleh nilai rata-rata 81,4.

Bahan ajar dikembangkan secara konseptual dan telah memenuhi kriteria

validitas dari aspek media, materi, penyajian, serta kebahasaan dengan kriteria

“sangat layak”.

Penelitian yang dilakukan oleh Mukhyati dan Sriyati dengan judul

“Pengembangan Bahan Ajar Perubahan Lingkungan Berbasis Realitas Lokal

dan Literasi Lingkungan” disimpulkan bahwa (1) bahan ajar perubahan

lingkungan telah berhasil dikembangkan, divalidasi, dan diujicobakan untuk

mengetahui tingkat keterbacaan, kelayakan isi, dan kegrafikan, (2) kualitas

bahan ajar berdasarkan penilaian dari ahli materi dalam kategori layak

diujicobakan dengan rata-rata skor komposit 3.05, penilaian ahli teknologi

dalam kategori layak dengan rata-rata skor komposit 3.00, dan penilaian guru
62
sebagai pengguna dalam kategori sangat baik dengan persentase 93.4%, (3)

bahan ajar perubahan lingkungan yang dikembangkan memenuhi syarat dan

layak untuk digunakan oleh siswa kelas X SMA ditinjau dari aspek

keterbacaan, hal ini ditunjukkan dari hasil uji keterbacaan bahan ajar

perubahan lingkungan yang dikembangkan memiliki keterbacaan dengan

kategori tinggi, (4) perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji

bahan ajar perubahan lingkungan yang dikembangkan melalui implementasi

pada jumlah sekolah yang lebih banyak agar diperoleh bahan ajar yang lebih

layak dan teruji untuk meningkatkan kecakapan literasi lingkungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Anwari yang berjudul “Pengembangan

Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Kearifan Lokal di Taman Nasional

Gunung Merapi untuk SMA/ MA Kelas X Materi Keanekaragaman Hayati”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Turgo memiliki kearifan

lokal yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan atau dikenal dengan

kearifan ekologi. Kearifan tersebut tergambar pada pandangan masyarakat

Turgo terhadap Merapi, pemanfaatan dan budidaya berbagai jenis tumbuhan

serta upacara adat. Adapun modul yang dikembangkan layak digunakan

dengan hasil penilaian ahli, peer reviewer, guru biologi, dan respon siswa

sebagai dasar. Secara berurutan hasil penilaiannya yaitu ahli materi 94,87%

(sangat baik), ahli media 93,95% (sangat baik), peer reviewer 84,59% (baik),

guru biologi 92,67% (sangat baik), dan respon siswa 85,46% (sangat baik).

63
I. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam pengembangan bahan ajar cetak tematik berbasis

komunikasi visual bermuatan lokal khususnya pada pembelajaran di sekolah

dasar dapat digambarkan melalui bagan berikut.

Buku pelajaran yang digunakan Masih terbatasnya ruang


siswa umumnya masih bersifat pengangkatan konteks kelokalan
lower order thinking skill dan di kawasan pesisir Kabupaten
sistem pengorganisasian serta dan Bantul dalam bahan ajar yang
penyampaian pesan/ isi dari digunakan dalam pembelajaran
buku ajar yang ada belum siswa di sekolah sebagai upaya
memiliki tatanan yang baik serta penanaman sikap kepedulian
tampilannya kurang menarik terhadap kelestarian lingkungan.
bagi siswa usia sekolah dasar.

melatarbelakangi
Pengembangan buku ajar
cetak berbasis komunikasi Pemenuhan kebutuhan
visual bermuatan lokal akan bahan ajar yang
pada tema Peduli terhadap memuat konteks kelokalan
Makhluk Hidup subtema serta menarik dan sesuai
dengan dengan karakteristik siswa
Ayo Cintai Lingkungan cara
untuk kelas IV SD. SD.

disesuaikan dengan

Karakteristik tahap
perkembangan intelektual Validasi ahli media dan
dan perkembangan moral materi, serta respon
anak usia sekolah dasar. melalui praktisi.

sehingga
Bahan ajar yang
dikembangkan layak untuk
digunakan sebagai buku
pelengkap dalam kegiatan
pembelajaran di SD.

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir


64
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pengembangan bahan ajar berupa buku ajar pelengkap tematik ini

menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Reseacrh and

Development). Menurut Sugiyono (2011: 297) penelitian dan pengembangan

merupakan metode penelitian dengan tujuan untuk menghasilkan produk

tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Tujuan penelitian

pengembangan ini adalah mengembangkan bahan ajar tematik berbasis

komunikasi visual yang memuat konteks kelokalan berdasarkan kondisi

lingkungan sekitar. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah

bahan ajar tematik untuk kelas IV dengan tema Peduli terhadap Makhluk

Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan.

Model yang digunakan dalam pengembangan ini adalah model

pengembangan 4-D. Model pengembangan ini dimodifikasi dari model

pengembangan perangkat yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel, dan

Semmel (1974: 5). Secara keseluruhan model ini memiliki empat tahapan

pengembangan yaitu: Define, Design, Develop, dan Disseminate. Tahap define

adalah tahapan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat

pembelajaran. Tahap design merupakakan tahapan yang bertujuan untuk

merancang perangkat pembelajaran. Tahap develop adalah tahap untuk

menghasilkan produk pengembangan perangkat pembelajaran. Sedangkan

tahap disseminate merupakan tahapan akhir yang dilakukan untuk

mempromosikan atau menyebarkan produk pengembanagan agar bisa diterima


65
pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Akan tetapi, peneliti

tidak melakukan keempat tahapan tersebut. Peneliti melakukan penelitian

sampai pada tahap ketiga yaitu develop. Peneliti melakukan hanya sampai

pada tahap ketiga karena menyesuaikan dengan kemampuan peneliti dan

kondisi penelitian di lapangan.

B. Validasi dan Uji Coba Produk

Desain uji coba produk pada penelitian dan pengembangan ini dibagi

menjadi dua tahap. Tahap satu adalah tahap validasi oleh validator yang terdiri

dari ahli media dan ahli materi. Sedangkan tahap kedua adalah uji coba

produk pada siswa yaitu uji coba skala kecil (terbatas) dan uji coba lapangan

(luas).

1. Validasi

Validasi adalah proses pengesahan terhadap kesesuaian produk

bahan ajar yang dikembangkan, dalam hal ini yang dikembangkan oleh

peneliti adalah bahan ajar berupa buku tematik berbasis komunikasi visual

bermuatan lokal. Bahan ajar tersebut akan digunakan sebagai buku

pelengkap dalam pembelajaran. Validasi bertujuan untuk mengetahui

apakah prototype atau draft produk yang dihasilkan layak, menarik dan

cocok digunakan dalam proses pembelajaran.

Validasi dibagi menjadi dua yaitu validasi ahli media dan validasi

ahli materi. Validasi media mencakup penilaian terhadap komponen

kelayakan kegrafikan dan penyajian serta validasi materi meliputi

komponen isi dan kebahasaan. Setelah melalui proses validasi, maka


66
produk bahan ajar yang dikembangkan diujicobakan untuk mendapatkan

respon praktisi, baik guru maupun siswa sebagai pengguna produk.

2. Uji Coba Produk

Setelah bahan ajar divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, maka

media diujicobakan. Uji coba dilakukan adalah (1) uji coba kelompok

kecil (terbatas), dan (2) uji coba lapangan (luas). Uji coba skala kecil

dilaksanakan pada 6 siswa yang heterogen. Hasil uji coba kelompok kecil

akan digunakan untuk merevisi produk sebelum diujicobakan pada uji

coba lapangan. Sedangkan uji coba lapangan dilaksanakan pada kelas IV

SD Negeri 1 Srandakan, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul dengan

jumlah siswa 22. Uji coba lapangan ini bertujuan untuk menentukan

apakah produk yang dikembangkan memiliki kelayakan, baik dari aspek

isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian, maupun aspek kegrafisan. Dengan

demikian, hasil yang akan diperoleh berupa produk akhir bahan ajar

berbentuk buku tematik untuk kelas IV layak untuk digunakan.

Berdasarkan uraian di atas, prosedur atau rancangan uji coba bahan

ajar dalam penelitian ini secara skematis ditampilkan pada bagan berikut.

67
TAHAP I

Media

Draft 1 Validasi Revisi 1 Draft 2

Materi

Uji Coba Draft 3 Revisi 2 Uji Coba


Lapangan Kelompok Kecil

TAHAP II

Gambar 2. Desain Validasi dan Uji Coba Produk

C. Subjek Penelitian

Uji coba dilakukan di SD Negeri 1 Srandakan Kelas IV. Siswa

menggunakan bahan ajar berupa buku pelajaran pelengkap tematik dalam

pembelajaran dengan bimbingan guru. Siswa yang digunakan sebagai subjek

yang terlibat dalam penelitian pengembangan ini sebanyak 6 siswa pada uji

coba kelompok kecil (terbatas) dan 22 siswa pada uji coba lapangan (luas).

D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Penelitian memiliki langkah-langkah tertentu sesuai dengan metode

penelitian yang digunakan. Prosedur atau rancangan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi model pengembangan 4-D.

Secara keseluruhan model penelitian dan pengembangan tersebut meliputi

empat tahap yaitu: define, design, develop, dan disseminate, namun peneliti
68
tidak menjalani keempat langkah tersebut. Peneliti melakukan penelitian

hingga tahap ketiga, yaitu tahap develop. Selanjutnya, tahap pengembangan

tersebut diapdatasikan menjadi tahap pendefinisian, perancangan, dan

pengembangan. Secara skematis model pengembangan perangkat

pembelajaran ditampilkan dalam Gambar 3.

69
Analisis Ujung Depan
P
E
N Analisis Siswa
D
E
F
I Analisis Kurikulum
N
I
S Analisis Konsep Analisis Tugas
I
A
N
Analisis Materi

Pemilihan Media
P
E
R
A Pemilihan Format berdasarkarn Kriteria
N
C
A
N Rancangan Awal
G
A
N

Draft 1

Validasi Ahli Revisi 1

P Uji Coba
Draft 2
E Kelompok Kecil
N
G
E Analisis Hasil
M Revisi 2
B
A Revisi Akhir
N
G Uji Coba
A Draft 3
N
Lapangan Produk Akhir

Gambar 3. Desain Pengembangan Bahan Ajar yang Diadaptasi dari 4-D

70
Keterangan:

: Tahap-tahap pengembangan model 4-D.

: Hasil dari tahap-tahap pengembangan yang berupa draft.

: Proses pengambilan data.

Prosedur penelitian dan pengembangan tersebut secara garis besar

dijabarkan sebagai berikut.

1. Tahap Pendefinisian (Define)

a. Analisis Ujung Depan (Front-end Analysis)

Analisis ujung depan dapat dilakukan dengan studi

pendahuluan dan studi literatur. Pada tahap ini peneliti melaksanakan

studi pendahuluan dengan melakukan observasi pelaksanaan

pembelajaran di kelas IV SD Negeri 1 Srandakan, Kecamatan

Srandakan, Kabupaten Bantul. Selain itu, peneliti juga melakukan

wawancara dengan guru kelas mengenai pembelajaran dan khususnya

tentang penggunaan bahan ajar. Tahap analisis ujung depan ini

merupakan studi pendahuluan yang bertujuan untuk memunculkan dan

menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran,

sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. Salah satu

temuan masalah yang ditemukan adalah belum adanya pengembangan

bahan ajar, khususnya yang di dalamnya mengangkat muatan lokal.

Melalui analisis ini, didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif

penyelesaian masalah dasar, yaitu dengan melakukan pengembangan

bahan ajar berupa buku pelengkap pembelajaran bagi siswa.


71
b. Analisis Siswa (Learner Analysis)

Tahapan ini merupakan telaah mengenai karakteristik siswa

yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran.

Karakteristik yang dimaksud meliputi latar belakang kemampuan

akademik (pengetahuan), perkembangan kognitif, serta keterampilan-

keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik

pembelajaran. Analisis siswa dilakukan untuk mendapatkan gambaran

tingkat kemampuan atau perkembangan intelektual dan keterampilan

individu, serta sikap yang kemudian dikembangkan untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.

c. Analisis Kurikulum (Curriculum Analysis)

Tahap analisis kurikulum ini meliputi dua komponen tahapan,

yaitu: (1) analisis konsep (concept analysis) dan (2) analisis tugas (task

analysis). Analisis konsep diperlukan guna mengidentifikasi

pengetahuan-pengetahuan pada materi yang akan dikembangkan.

Analisis konsep merupakan satu langkah yang bertujuan untuk

memenuhi prinsip kecukupan dalam membangun konsep atas materi

yang diajarkan sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan

kompetensi inti. Tahapan analisis ini meliputi pemetaan Kompetensi

Inti dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan dalam

mengembangkan materi, serta analisis mengenai sumber belajar yang

mendukung penyusunan bahan ajar. Sementara itu, analisis tugas

bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama

yang akan dikaji oleh peneliti. Analisis ini memastikan ulasan yang
72
menyeluruh tentang tugas-tugas pokok yang harus dikuasai siswa

dalam materi pembelajaran.

d. Analisis Materi (Material Analysis)

Analisis materi dilaksanakan dengan cara mengidentifikasi

materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi

yang relevan. Selanjutnya, materi tersebut disusun kembali secara

sistematis yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Tahapan ini

meliputi perumusan tujuan pembelajaran dengan cara merangkum

analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan perilaku objek

penelitian, yaitu siswa.

2. Tahap Perancangan (Design)

a. Pemilihan Media (Media Selection)

Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi media yang

relevan dengan karakteristik materi. Selain itu, media dipilih

menyesuaikan dengan analisis kurikulum, karakteristik siswa, dan

materi yang diajarkan. Hal tersebut dilakukan untuk membantu siswa

dalam pencapaian kompetensi dasar. Berdasarkan latar belakang yang

telah dipaparkan serta temuan bahwa buku cetak merupakan bahan ajar

yang paling umum digunakan serta berbagai kelebihan yang

dimilikinya, maka peneliti memilih mengembangkan bahan ajar berupa

buku ajar cetak. Bahan ajar cetak tersebut dimaksudkan sebagai bahan

ajar pelengkap sebagai penunjang buku pelajaran utama yang

umumnya digunakan dalam proses pembelajaran.

73
b. Pemilihan Format berdasarkan Kriteria (Format Selection based on

Criterion-Referenced)

Pada tahapan ini, peneliti memilih format buku yang akan

dibuat dengan mengacu pada rambu-rambu tema yang telah ditentukan

dalam kurikulum. Sedangkan untuk format penyajian diadaptasi dari

format kriteria buku yang memenuhi syarat kelayakan sesuai dengan

pedoman kelayakan buku ajar menurut BSNP. Tentunya format yang

dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik bagi siswa serta

memudahkan dan membantu dalam pembelajaran.

c. Rancangan Awal (Initial Design)

Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan bahan ajar

yang harus dikerjakan sebelum uji coba dilaksanakan. Dalam

penyusunan rancangan awal ini akan menghasilkan sebuah rancangan

berupa draft buku ajar pertama. Sebuah buku ajar sekurang-kurangnya

di dalamnya mencakup unsur-unsur sebagai berikut.

1) Judul yang menggambarkan materi yang tertuang dalam buku.

2) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai setelah

mempelajari buku.

3) Materi yang berisi komponen pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang harus dikuasai oleh siswa.

4) Prosedur kegiatan yang harus diikuti oleh siswa untuk mempelajari

materi di dalam buku.

74
3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk

akhir bahan ajar yang dikembangkan setelah melalui revisi berdasarkan

masukan para pakar ahli dan praktisi serta data hasil uji coba pada siswa.

Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut.

a. Validasi Ahli (Expert Appraisal)

Sebelum melakukan uji coba pada produk berupa bahan ajar

yang dikembangkan yaitu berbentuk buku, produk yang diproduksi

harus melalui validasi oleh sekurang-kurangnya satu ahli materi, satu

ahli media, dan praktisi. Penilaian para ahli atau praktisi terhadap

produk yang dikembangkan mencakup aspek isi, aspek kebahasaan,

aspek penyajian, serta aspek kegrafikan. Berdasarkan masukan dari

para ahli, draft produk direvisi untuk membuatnya lebih tepat, mudah

digunakan, dan memiliki kualitas teknik yang tinggi. Dengan

demikian, rancangan awal berupa draft produk yang dikembangkan

mendapatkan jaminan layak untuk diujicobakan kepada subjek uji

coba. Setelah draft buku ajar pertama melewati tahap revisi,

selanjutnya dihasilkan draft buku ajar kedua yang kemudian akan

diujicobakan pada siswa.

b. Uji Coba Pengembangan (Developmental Testing)

Uji coba pengembangan dibagi menjadi dua, yaitu uji coba

kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil

dilaksanakan dalam skala kecil pada sebagian siswa kelas IV SD

Negeri 1 Srandakan. Langkah tersebut bertujuan untuk


75
mengoperasionalkan produk buku ajar yang dikembangkan dalam

skala kecil. Selanjutnya hasil uji coba skala kecil akan dijadikan

sebagai masukan dalam langkah perbaikan pada uji coba lapangan. Uji

coba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan langsung berupa

respon, reaksi, komentar siswa, dan para pengamat (observer) terhadap

produk bahan ajar berupa buku yang telah disusun.

E. Jenis Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis

data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif merupakan data mengenai proses pengembangan bahan ajar

yang dikembangkan berupa masukan kritik dan saran dari ahli materi, ahli

media, praktisi baik dari guru maupun siswa tentang kelayakan buku.

Selain itu, data kualitatif mencakup data yang diperoleh melalui

wawancara dan observasi dalam tahap studi pendahuluan, serta studi

pengembangan yang berupa tanggapan siswa terhadap produk yang

dikembangkan berupa buku.

2. Data kuantitatif merupakan data pokok penelitian yang berupa data

penilaian oleh ahli materi, ahli media, dan praktisi tentang bahan ajar yang

dikembangkan berupa buku ajar tematik pelengkap pembelajaran. Data ini

meliputi skor penilaian dari aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek

penyajian, dan aspek kegrafikan.

76
F. Metode Pengumpulan Data

Tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Oleh

karena itu, metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data merupakan cara-cara

yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi

Arikunto, 2005: 100). Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Wawancara

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2016: 216) wawancara atau

interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang

banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kalitatif dan deskriptif

kuantitatif. Wawancara dilakukan secara lisan dengan tatap muka secara

individu saat studi pendahuluan melalui observasi terhadap guru kelas dan

beberapa siswa. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak

terstruktur sehingga pedoman wawancara hanya memuat garis besar yang

ditanyakan.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data pada

studi pendahuluan. Wawancara terhadap guru bertujuan untuk menggali

informasi tentang proses pembelajaran secara umum, penggunaan media

khususnya bahan ajar, dan pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh

guru. Selain itu, untuk memperoleh informasi mengenai materi yang

mendesak untuk dikembangkan ke dalam bahan ajar.

77
Sebelum melakukan wawancara dengan guru dan siswa, peneliti

menyiapkan pedoman wawancara untuk mengetahui kondisi yang

disebutkan sebagai berikut.

a. Wawancara dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran secara

umum.

b. Penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran di dalam kelas.

c. Pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh guru.

2. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan yang dimaksud adalah yang

berkenaan dengan proses pembelajaran di sekolah dan semua yang terkait

di dalamnya (Nana Syaodih Sukmadinata, 2006: 220). Dalam penelitian

ini observasi dilaksanakan bertujuan untuk melihat secara langsung proses

pembelajaran secara umum di kelas IV SD Negeri 1 Srandakan. Selain itu,

berkenaan dengan aspek muatan lokal, peneliti juga melakukan observasi

lapangan mengenai kondisi lingkungan sekitar, utamanya lingkungan

sepanjang pantai Kabupaten Bantul. Jenis observasi yang dilakukan adalah

observasi tidak terstruktur. Secara teknis pelaksanaannya observasi yang

dilakukan adalah observasi langsung. Dengan demikian, peneliti

melakukan observasi secara langsung terhadap objek penelitian tanpa

melalui perantara dan tidak melibatkan diri dalam situasi pembelajaran

dan aktivitas masyarakat pesisir pantai.

78
Sebelum melakukan observasi di lapangan, peneliti menyiapkan

pedoman observasi. Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui

kondisi yang disebutkan sebagai berikut.

a. Proses pembelajaran di dalam kelas secara umum.

b. Penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran.

c. Kondisi lingkungan beserta permasalahan lingkungan yang ada di area

pesisir pantai Kabupaten Bantul.

3. Angket

Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 219) menyebutkan bahwa

angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data

secara tidak langsung, artinya peneliti tidak secara langsung bertanya

jawab dengan responden. Angket merupakan alat pengumpulan data yang

berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab dan

direspon oleh responden. Angket digunakan untuk mngukur kualitas bahan

ajar yang dikembangkan. Instrumen angket pada penelitian ini digunakan

untuk memperoleh data dari ahli media, ahli materi, praktisi, dan siswa

sebagai bahan untuk dijadikan sebagai acuan tahap evaluasi dan perbaikan

bahan ajar yang dikembangkan.

Kerangka pikir atau kisi-kisi instrumen angket yang digunakan

dalam penelitian ini mengadaptasi dari instrumen penilaian buku teks

pelajaran sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun

2005 yang kemudian dirinci oleh BSNP (Urip Purwono, 2008) menjadi

empat instrumen penilaian. Komponen penilaian buku teks pelajaran

tersebut meliputi komponen kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan


79
kegrafikan. Angket penilaian kelayakan produk meliputi beberapa aspek

dengan indikator atau subkomponen masing-masing. Pada umumnya

instrumen kelayakan bahan ajar menggunakan Skala Likert dengan lima

(5) alternatif jawaban, yaitu: sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat

kurang (Sugiyono, 2011: 93). Supaya diperoleh data kuantitatif, maka

setiap alternatif jawaban diberi skor yakni sangat baik bernilai 5, baik

bernilai 4, cukup baik bernilai 3, kurang baik bernilai 2, dan sangat kurang

baik bernilai 1.

Sebelum menyusun instrumen penelitian, peneliti perlu membuat

kisi-kisi terlebih dahulu. Untuk mendapatkan instrumen yang layak

digunakan, kisi-kisi yang disusun perlu untuk dikonsultasikan terlebih

dahulu kepada dosen pembimbing. Selanjutnya, kisi-kisi tersebut

dikembangkan menjadi sebuah instrumen penelitian dengan menyusun

butir-butir penilaian instrumen. Setelah itu, instrumen dikonsultasikan

kepada dosen pembimbing, ahli media, dan ahli materi sehingga instrumen

mendapat jaminan dan persetujuan layak digunakan dalam langkah

pengumpulan data. Kisi-kisi angket untuk ahli media, ahli materi, praktisi

yaitu guru dan siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

80
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Materi
No Kriteria Indikator No. Butir Jumlah
Penilaian Item
1. Aspek Kesesuaian materi dengan 1, 2, 3 3
Kelayakan KI dan KD
Isi Keakuratan materi 4, 5, 6, 7, 8, 9, 7
10
Kemutakhiran materi 11, 12, 13, 14, 5
15
Mendorong keingintahuan 16, 17 2
2. Aspek Lugas 1, 2, 3 3
Kelayakan Komunikatif 4, 5 2
Bahasa Dialogis dan interaktif 6,7 2
Kesesuaian dengan 8, 9 2
perkembangan siswa
Kesesuaian dengan kaidah 10, 11 2
bahasa
Penggunaan istilah, simbol, 12, 13 2
atau ikon
Jumlah butir penilaian 30

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Media


No Kriteria Indikator No. Butir Jumlah
Penilaian Item
1. Aspek Ukuran buku 1, 2 2
Kelayakan Desain sampul buku 3, 4, 5, 6a, 6b, 8
Kegrafikan 7, 8a, 8b
Desain isi buku 9a, 9b, 10a, 19
10b, 10c, 11a,
11b, 12a, 12b,
13a, 13b, 13c,
13d, 13e, 14a,
14b, 15a, 15b,
15c
2. Aspek Teknik penyajian 1, 2 2
Kelayakan Pendukung penyajian 3, 4, 5, 6, 7, 8, 8
Penyajian 9, 10
Penyajian pembelajaran 11 1
Koherensi dan keruntutan 12, 13 2
alur pikir
Jumlah butir penilaian 42

81
Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Respon untuk Guru
No Kriteria Indikator No. Butir Jumlah
Penilaian Item
1. Aspek Keseuaian materi dengan 1 1
Kelayakan KI dan KD
Isi Cakupan materi 2 1
Keakuratan materi 3, 4 2
2. Aspek Teknik penyajian 5 1
Kelayakan Pendukung penyajian 6, 7 2
Penyajian materi
Penyajian pembelajaran 8 1
3. Aspek Keterbacaan 9 1
Kelayakan Kesesuaian dengan kaidah 11 1
Bahasa bahasa Indonesia yang baik
dan benar
Komunikatif 11 1
4. Aspek Ukuran fisik buku 12 1
Kelayakan Tata letak sampul buku 13 1
Kegrafikan Tipografi sampul buku 14 1
Ilustrasi sampul buku 15 1
Tata letak isi buku 16 1
Tipografi isi buku 17 1
Ilustrasi isi buku 18 1
Jumlah butir penilaian 18

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Respon untuk Siswa


Kriteria Indikator No. Butir Penilaian Jumlah
Item
Respon Siswa Materi/ Isi 1, 2, 3, 4 4
Penyajian 5, 6, 7 3
Bahasa 8, 9 2
Kegrafikan 10, 11, 12, 13 4

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data yang

dihimpun dari hasil wawancara, observasi, maupun angket. Analisis data

dibagi menjadi dua jenis, yakni analisis data kualitatif dan analisis data

kuantitatif.

82
1. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian

pengembangan ini merupakan data deskriptif, artinya data berupa

pemaparan data kualitatif dari para ahli, praktisi dan responden pada uji

coba lapangan. Sumber data kualitatif berasal dari koreksi dan masukan

saran yang diisi dalam angket. Koreksi dan masukan tersebut digunakan

sebagai acuan revisi produk yang dikembangkan.

2. Analisis Data Kuantitatif

Teknik analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan statistik deskriptif. Skor yang diperoleh kemudian

dikonversikan menjadi data kualitatif skala lima dengan acuan rumus

sebagai berikut (Eko Putro Widoyoko, 2010: 238).

Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif


Rumus Rerata Skor Klasifikasi
X > �� + ,8 × sbi > 4,2 Sangat Baik
�� + ,6 × sbi < � ≤ �� + ,8 × sbi > 3,4 – 4,2 Baik
�� − ,6 × sbi < � ≤ �� + ,6 × sbi > 2,6 – 3,4 Cukup
�� − ,8 × sbi < � ≤ �� + ,6 × sbi > 1,8 – 2,6 Kurang
X ≤ �� − ,8 × sbi ≤ 1,8 Sangat Kurang

Keterangan:

Xi (rerata ideal) = ½ (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)

sbi (simpangan baku ideal) =1/6 (skor maksimum ideal – skor minimum ideal)

X = skor empiris

Perolehan rentang rerata skor tersebut dengan ketentuan bahwa

pada Skala Likert skor maksimum ideal sama dengan 5 dan skor minimum

83
ideal sama dengan 1. Dengan demikian diperoleh perhitungan Xi dan sbi

sebagai berikut.

 Xi = ½ (5+1) = 3

 sbi = 1/6 (5-1) = 0,67

Berdasarkan ketentuan tersebut, diperoleh hasil perhitungan skala

lima sebagaimana dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Konversi Data Kuantitatif menjadi Data Kualitatif


Skala Perhitungan Hasil Kriteria
5 X > 3+(1,8 x 0,67) X > 4,2 Sangat
Baik
4 3+(0,6 x 0,67) < X ≤3+(1,8 x 0,67) 3,4 < X ≤ 4,2 Baik
3 3-(0,6 x 0,67) < X ≤3+(0,6 x 0,67) 2,6 < X ≤3,4 Cukup
2 3-(1,8 x 0,67) < X ≤3-(0,6 x 0,67) 1,8 < X ≤ 2,6 Kurang
1 X ≤ 3-(1,8 x 0,67) X ≤ 1,8 Sangat
Kurang

Suatu produk yang dikembangkan dapat dikatakan layak

digunakan sebagai bahan ajar apabila hasil uji coba lapangan minimal

termasuk dalam kriteria baik.

84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengembangan Bahan Ajar

Penelitian ini menggunakan model pengembangan yang diadaptasi

dari model 4-D terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap pendefinisian (define),

tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap

penyebaran (disseminate). Akan tetapi, dalam penelitian ini belum

dilaksanakan tahap penyebaran (disseminate) karena keterbatasan waktu,

biaya, dan kemampuan peneliti. Berdasarkan model pengembangan 4-D

langkah-langkah pengembangan bahan ajar cetak tematik berbasis

komunikasi visual bermuatan lokal adalah sebagai berikut.

a. Pendefinisian (Define)

Tahap pendefinisian dilakukan untuk menetapkan dan

mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Secara umum, dalam

tahap ini dilakukan analisis kebutuhan pengembangan dan syarat-

syarat pengembangan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan

pengguna melalui beberapa kegiatan, yaitu:

1) Analisis Ujung Depan

Langkah ini dilaksanakan dengan studi pendahuluan dan

studi literatur. Pengembangan bahan ajar cetak pada tema “Peduli

terhadap Makhluk Hidup” subtema “Ayo Cintai Lingkungan” ini

dilaksanakan berdasarkan pada analisis kebutuhan yang

disimpulkan setelah mendapat beberapa informasi mengenai


85
kondisi lingkungan sekitar dan proses pembelajaran di SD Negeri 1

Srandakan. Pada tahap pengumpulan informasi, peneliti melakukan

observasi pada proses pembelajaran kelas IV di SD Negeri 1

Srandakan pada bulan Februari 2016. Selain melakukan observasi

di sekolah, peneliti perlu melakukan studi lapangan di lingkungan

sekitar sekolah untuk mengetahui permasalahan apa yang perlu

diangkat dalam pembelajaran.

Berdasarkan studi lapangan, peneliti menemukan beberapa

permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitar kawasan pesisir

pantai, khususnya berkaitan dengan abrasi yang sering terjadi di

sepanjang pantai Kabupaten Bantul. Fenomena alam tersebut

sedikit banyak berpengaruh terhadap keberlangsungan makhluk

hidup ekosistem pantai dan kehidupan masyarakat sekitarnya. Hal

itu karena abrasi berdampak pada kerusakan lingkungan, fasilitas

pendukung aktivitas masyarakat sekitar, dan keberlangsungan

makhluk hidup di sekitar ekosistem pantai utamanya kawasan

konservasi penyu serta kawasan hutan bakau. Pengetahuan akan

abrasi dan segala hal yang berkaitan dengan fenomena alam

tersebut menjadi penting untuk disampaikan kepada setiap elemen

masyarakat, termasuk siswa sekolah dasar.

Berdasarkan observasi dan wawancara di sekolah, secara

umum proses pembelajaran yang berlangsung di SD Negeri 1

Srandakan belum banyak mengangkat permasalahan lingkungan

yang disebutkan sebelumnya. Belum memadainya sarana prasarana


86
pendukung pembelajaran serta keterbatasan kemampuan guru

menjadikan buku teks pelajaran serta LKS masih dominan

digunakan sebagai sumber belajar utama. Oleh karena itu, konteks

kelokalan tersebut perlu diangkat dalam sebuah bahan ajar yang

mudah digunakan oleh guru sehingga membantu guru dalam

menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada siswa. Untuk

itu, bahan ajar perlu dikemas secara menarik sesuai dengan

karakteristik dan kemampuan siswa usia kelas IV sekolah dasar.

2) Analisis Siswa

Tahap analisis ini merupakan telaah mengenai karakteristik

siswa melalui pengamatan langsung dan studi pustaka. Langkah

tersebut dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi mengenai

karakteristik siswa usia sekolah dasar, khususnya pada usia kelas

IV. Di samping itu, peneliti juga membutuhkan informasi

mengenai karakteristik bahan ajar yang akan digunakan sebagai

media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.

Melalui studi pustaka, diperoleh informasi bahwa siswa usia

sekolah dasar yang dalam tahap operasional konkret cenderung

menyukai sesuatu yang bergambar dan berwarna. Bahan ajar yang

ada dan digunakan dalam pembelajaran umumnya masih bersifat

tekstual dan kurang memberikan variasi gambar serta unsur visual

lainnya. Dengan demikian, untuk menyampaikan pengetahuan

muatan lokal yang akan diangkat dalam pembelajaran

membutuhkan sebuah media berbasis media grafis atau komunikasi


87
visual yang interaktif. Diharapkan dengan media tersebut,

pembelajaran muatan lokal dapat dilakukan secara menyenangkan

dan menarik bagi siswa kelas IV sekolah dasar.

3) Analisis Kurikulum

Peneliti perlu menganalisis dan mengkaji kurikulum yang

digunakan dalam proses pembelajaran karena kurikulum memuat

kompetensi maupun keterampilan yang harus dicapai siswa. Tahap

analisis ini meliputi dua komponen tahapan, yaitu analisis konsep

dan analisis tugas. Peneliti menganalisis kurikulum berdasarkan

materi yang dikembangkan, yaitu materi muatan lokal mengenai

kawasan konservasi penyu dan kawasan hutan bakau di sepanjang

pantai Kabupaten Bantul yang dikaitkan dengan fenomena alam

abrasi. Pengembangan materi tersebut didasarkan pada kompetensi

inti dan kompetensi dasar yang tertuang dalam standar isi

Kurikulum 2013. Hasil analisis kurikulum dapat dilihat dalam tabel

berikut.

Tabel 8. Kompetensi Inti


Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
88
Tabel 9. Pemetaan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Kompetensi Dasar
Bahasa 2.4 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber
Indonesia daya alam melalui pemanfaatan Bahasa Indonesia
3.1 Mencermati gagasan pokok dan gagasan pendukung yang
diperoleh dari teks lisan, tulis, atau visual (gambar, film)
PPKn 2.3 Menerima hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari
3.2 Memahami hak dan kewajiban sebagai warga
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
4.2 Bekerjasama melaksanakan hak dan kewajiban sebagai
warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
IPA 1.1 Bertambahnya keimanan dengan menyadari hubungan
keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya
terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta
mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang
dianutnya
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memliki rasa ingin tahu;
objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan)
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi
3.8 Memahami pentingnya upaya keseimbangan dan
pelestarian sumber daya alam di lingkungannya
4.8 Melakukan kegiatan upaya pelestarian sumber daya alam
bersama orang-orang di lingkungannya
IPS 1.3 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan
manusia dan lingkungnnya
2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam
melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan
teman sebaya
3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan
sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari
tingkat kota/ kabupaten sampai tingkat provinsi
Matematika 2.3 Menunjukkan perilaku patuh, tertib dan mengikuti
prosedur dalam melakukan operasi hitung campuran
3.3 Menjelaskan dan melakukan penaksiran dari jumlah,
selisih, hasil kali dan hasil bagi dua bilangan cacah
maupun pecahan

89
Tabel 10. Indikator
Mata Pelajaran Indikator
Bahasa  Memahami isi teks tentang sikap peduli lingkungan yang
Indonesia berkaitan dengan fenomena alam abrasi.
PPKn  Menyebutkan sikap-sikap yang mencerminkan kewajiban
melestarikan dan peduli lingkungan.
 Menghubungkan sila Pancasila dengan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan
kewajiban melestarikan dan peduli lingkungan.
 Merancang poster yang berisi kalimat ajakan tentang
kewajiban melestarikan dan peduli lingkungan.
IPA  Menjelaskan pemanfaatan salah satu sumber daya alam,
yaitu pohon bakau dan cemara dalam mengurangi dampak
kerusakan lingkungan akibat abrasi dalam bentuk laporan
tertulis.
 Mengumpulkan informasi tentang abrasi dan
pencegahannya melalui pecobaan simulasi terjadinya
abrasi.
 Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara
makhluk hidup di ekosistem pantai.
IPS  Menemukan contoh interaksi manusia dengan lingkungan
alam yang berkaitan dengan peduli lingkungan.
Matematika  Menentukan jawaban hasil dari soal operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama.

4) Analisis Materi

Tahapan analisis materi ini meliputi perumusan tujuan yang

diperoleh dari tahapan sebelumnya, yaitu pengembangan indikator

pembelajaran. Tujuan pembelajaran dijadikan sebagai dasar untuk

mengidentifikasi materi utama yang perlu diajarkan kepada siswa.

Dalam memilih materi utama yang akan diajarkan perlu pula

dilakukan tahap pengumpulan dan pemilihan materi yang relevan

untuk kemudian disusun kembali secara sistematis sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan siswa. Rumusan tujuan pembelajaran

dapat dilihat dilihat pada tabel berikut.

90
Tabel 11. Rumusan Tujuan Pembelajaran
Mata Pelajaran Tujuan Pembelajaran
Bahasa  Setelah membaca teks cerita petualangan, siswa dapat
Indonesia memahami isi teks tentang sikap peduli lingkungan yang
berkaitan dengan fenomena alam abrasi dengan benar.
 Melalui kegiatan membaca teks cerita petualangan, siswa
dapat menunjukkan sikap teliti, percaya diri, dan peduli
terhadap lingkungan dengan baik.
PPKn  Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa mampu
menyebutkan sikap-sikap yang mencerminkan peduli
lingkungan dengan benar.
 Melalui kegiatan tanya jawab, siswa dapat
menghubungkan sila Pancasila dengan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan sikap
cinta lingkungan dengan tepat.
 Melalui kegiatan membuat poster, siswa dapat
menunjukkan sikap peduli lingkungan sebagai kewajiban
sebagai warnga negara dengan baik.
IPA  Setelah melakukan percobaan simulasi abrasi, siswa dapat
menjelaskan pemanfaatan salah satu sumber daya alam,
yaitu pohon bakau dan cemara dalam mengurangi dampak
kerusakan lingkungan akibat abrasi dalam bentuk laporan
tertulis dengan benar.
 Melalui kegiatan percobaan simulasi abrasi, siswa dapat
mengumpulkan informasi tentang abrasi dan
pencegahannya dengan tepat.
 Melalui kegiatan percobaan, siswa dapat menunjukkan
perilaku ilmiah dengan baik.
 Melalui kegiatan simulasi bermain peran, siswa dapat
menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara
makhluk hidup di ekosistem pantai dengan tepat
IPS  Setelah memperhatikan penjelasan guru, siswa dapat
menemukan contoh interaksi manusia dengan lingkungan
alam yang berkaitan dengan peduli lingkungan dengan
tepat.
 Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menunjukkan sikap
toleran, santun, dan peduli dengan lingkungan dan teman
sebaya dengan baik
Matematika  Dengan mengamati gambar, siswa dapat menentukan
jawaban hasil dari soal operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan pecahan berpenyebut sama dengan tepat.
 Dengan mengerjakan soal, siswa dapat menunjukkan
sikap tertib terhadap prosedur operasi hitung dengan baik.

91
Materi yang dikembangkan dalam penelitian ini

menitikberatkan pada muatan lokal yang terdapat di Kabupaten

Bantul. Akan tetapi, materi muatan lokal yang dikembangkan pada

bahan ajar ini dibatasi pada pengetahuan mengenai fenomena alam

abrasi dan kawasan konservasi laut yang terdapat di wilayah

Kabupaten Bantul. Materi yang dikembangkan tersebut

disesuaikan dengan kompetensi-kompetensi pada jenjang kelas IV

tingkat sekolah dasar. Pengembangan materi disesuaikan dengan

kurikulum yang digunakan pada jenjang kelas IV sekolah dasar

yaitu Kurikulum 2013. Materi pokok yang disampaikan antara lain

mengenai perilaku peduli terhadap lingkungan, fenomena alam

abrasi beserta dampak yang ditimbulkan dan langkah-langkah

pencegahannya, ekosistem hutan bakau, dan pengetahuan

mengenai kawasan konservasi laut. Materi-materi tersebut dikemas

dalam pembelajaran tematik yang disisipkan pada tema Peduli

terhadap Makhluk Hidup, subtema Ayo Cintai Lingkungan.

b. Perancangan (Design)

Tahapan perancangan (design) merupakan langkah yang

dilakukan setelah tahapan pendefinisian selesai dilakukan. Tahap

perancangan dalam penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu

pemilihan media, pemilihan format berdasarkan kriteria, dan

rancangan awal produk. Adapun penjelasan dari masing-masing

tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

92
1) Pemilihan Media

Media yang digunakan untuk mengemas materi muatan

lokal dalam penelitian ini adalah bahan ajar cetak berbentuk buku

ajar pelengkap. Pemilihan media buku cetak ini didasarkan atas

pertimbangan bahwa buku cetak merupakan bahan ajar yang paling

umum digunakan di lapangan berdasarkan hasil observasi dan

wawancara sebelumnya. Di samping itu, aspek kemudahan

penggunaan buku cetak juga menjadi pertimbangan pemilihan

media jenis ini. Hal tersebut karena belum semua guru dapat

dengan mahir menggunakan media jenis lain, misalnya media yang

berbasis multimedia. Berdasarkan pengamatan di lapangan, buku

yang memuat muatan lokal khususnya yang berkaitan dengan

materi yang dikembangkan oleh peneliti belum banyak dijumpai.

Atas berbagai pertimbangan tersebut, bahan ajar cetak

dimaksudkan dapat digunakan sebagai buku penunjang dalam

pembelajaran utama yang belum secara khusus dan mendalam

memberikan materi muatan lokal yang dikembangkan oleh peneliti.

2) Pemilihan Format Berdasarkan Kriteria

Format buku cetak yang dikembangkan peneliti mengacu

pada rambu-rambu tema yang telah ditentukan dalam Kurikulum

2013. Sedangkan untuk format penyajian buku, peneliti

mengadaptasi format kriteria buku yang memenuhi syarat

kelayakan sesuai dengan pedoman pengembangan bahan ajar

menurut BSNP sebagai acuan. Aspek-aspek yang perlu


93
diperhatikan dalam pengembangan bahan ajar tersebut adalah

aspek kegrafikan, aspek penyajian, aspek isi, dan aspek

kebahasaan. Buku cetak yang dikembangkan memuat materi

muatan lokal disusun dengan penggunaan unsur-unsur visual

dalam penyampaian informasi di dalamnya (komunikasi visual).

3) Rancangan Awal Produk

Pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti

menghasilkan rancangan awal produk berupa buku ajar pelengkap

tematik berjudul Ayo Cintai Lingkungan. Proses pembuatan desain

buku dilakukan oleh peneliti sendiri. Pembuatan desain buku

tersebut menggunakan software berbasis vektor Corel Draw X7

dan software berbasis bitmap Adobe Photoshop CS5. Jenis huruf

yang digunakan dalam adalah Comic Sans MS, Bebas Neue, dan

MV Boli dengan ukuran 12 pt. Pemilihan jenis huruf disesuaikan

dengan kebutuhan siswa sehingga mudah dalam membacanya.

Setelah proses desain selesai, rancangan awal bahan ajar

kemudian dicetak menggunakan kertas ivory 230 gsm untuk

sampul buku dan kertas art paper 150 gsm untuk bagian isi buku.

Buku yang dibuat berukuran kuarto A4 dengan panjang 297 mm

dan lebar 210 mm berisikan 32 halaman berwarna bolak-balik.

Pemilihan warna yang bervariasi dimaksudkan untuk menarik

perhatian siswa sekolah dasar yang menyukai warna-warna cerah.

Penyusunan materi mengacu pada beberapa sumber buku

yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan materi yang


94
dikembangkan. Materi dikemas menggunakan dialog interaktif

yang dikombinasikan dengan penggunaan gambar dan unsur-unsur

visual lainnya. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat

mempelajari materi dengan cara yang berbeda dari pembelajaran

biasanya. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, siswa

diharapkan dapat tertarik untuk belajar layaknya membaca buku

cerita bergambar.

c. Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan bahan ajar terdiri dari tahap validasi ahli

dan uji coba pengembangan. Tahap validasi ahli dibagi menjadi dua,

yaitu validasi ahli materi dan ahli media. Uji coba pengembangan

terbagi menjadi dua tahapan, yaitu uji coba kelompok kecil (terbatas)

dan uji coba lapangan (luas). Pada penelitian ini, uji coba kelompok

kecil dan uji coba lapangan dilaksanakan pada siswa kelas IV-A SD

Negeri 1 Srandakan, Kabupaten Bantul.

2. Data Validitas Produk

Setelah rancangan awal produk bahan ajar yang dikembangkan

selesai dibuat, tahap selanjutnya adalah validasi oleh dua ahli, yakni ahli

materi dan ahli media. Validasi materi dan media dilakukan dalam

beberapa tahap yang dijabarkan sebagai berikut.

a. Validasi Ahli Materi

Ahli materi memberikan penilaian terhadap bahan ajar dari

aspek kelayakan isi dan aspek kelayakan bahasa. Dosen yang menjadi

ahli materi dalam pengembangan ini adalah Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti,
95
M.Pd., dosen jurusan Pendidikan Sekolah Dasar di Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Validasi ahli materi

dilakukan dalam dua (2) tahap.

Validasi tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus

2016 bertempat di ruang dosen Kampus Wates UNY. Ahli materi

mengevaluasi produk bahan ajar berdasarkan kriteria yang telah

tersedia beserta saran perbaikan. Hasil validasi tahap pertama dapat

dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 12. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Isi Tahap I
Butir Penilaian Aspek Kelayakan Isi Skor Ket.
1. Kelengkapan materi. 4 Baik
2. Keluasan materi. 3 Cukup
3. Kedalaman materi. 3 Cukup
4. Keakuratan konsep dan definisi. 4 Baik
5. Keakuratan data dan fakta. 3 Cukup
6. Keakuratan contoh dan kasus. 4 Baik
7. Keakuratan gambar, diagram, dan ilustrasi. 4 Baik
8. Keakuratan istilah-istilah. 3 Cukup
9. Keakuratan notasi, simbol, dan ikon. 4 Baik
10. Keakuratan acuan pustaka. 3 Cukup
11. Kesesuaian materi dengan perkembangan 4 Baik
muatan lokal.
12. Contoh dan kasus dalam kehidupan sehari-hari. 4 Baik
13. Gambar, diagram, dan ilustrasi dalam kehidupan 4 Baik
sehari-hari.
14. Menggunakan contoh kasus yang terdapat dalam 4 Baik
kehidupan sehari-hari.
15. Kemutakhiran pustaka. 4 Baik
16. Mendorong rasa ingin tahu. 4 Baik
17. Menciptakan kemampuan bertanya. 3 Cukup
Jumlah 62
Rata-rata 3,64 Baik

96
Tabel 13. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Bahasa Tahap I
Butir Penilaian Aspek Kelayakan Bahasa Skor Ket.
1. Ketepatan struktur kalimat. 4 Baik
2. Keefektifan kalimat. 3 Cukup
3. Kebakuan istilah. 3 Cukup
4. Pemahaman terhadap pesan atau informasi. 3 Cukup
5. Keefektifan penyampaian pesan/ informasi 4 Baik
secara visual dengan bantuan gambar, ilustrasi,
poster, komik, atau kartun.
6. Kemampuan memotivasi peserta didik. 4 Baik
7. Kemampuan mendorong berpikir kritis. 3 Cukup
8. Kesesuaian dengan perkembangan intelektual 3 Cukup
peserta didik.
9. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan 3 Cukup
emosional peserta didik.
10. Ketepatan tata bahasa. 4 Baik
11. Ketepatan ejaan. 4 Baik
12. Konsistensi penggunaan istilah. 3 Cukup
13. Konsistensi penggunaan simbol atau ikon. 4 Baik
Jumlah 45
Rata-rata 3,46 Baik

Hasil penilaian ahli materi tahap pertama pada aspek kelayakan

isi memperoleh jumlah skor 62 dengan rata-rata 3,64. Sedangkan

untuk aspek kelayakan bahasa memperoleh skor 45 dengan rata-rata

3,46. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif,

pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti baik dari aspek

kelayakan isi dan aspek kelayakan bahasa termasuk dalam kategori

baik. Pada tahap ini masih terdapat beberapa bagian yang perlu

direvisi, antara lain sebagai berikut.

1) lokasi lebih dispesifikkan,

2) untuk tugas diberi keterangan gambar,

3) materi disesuaikan, dan

4) ditambahkan glosarium.

97
Selain itu, secara umum ahli memberikan komentar mengenai

penggunaan istilah disesuaikan dengan materi yang dipelajari.

Berdasarkan saran tersebut maka perlu adanya revisi. Setelah

selesai melakukan revisi tahap pertama, maka dilanjutkan validasi

tahap kedua. Validasi tahap kedua dilakukan pada tanggal 23 Agustus

2016 di ruang dosen Kampus Wates UNY. Hasil validasi tahap kedua

dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 14. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Isi Tahap II
Butir Penilaian Aspek Kelayakan Isi Skor Ket.
1. Kelengkapan materi. 4 Baik
2. Keluasan materi. 4 Baik
3. Kedalaman materi. 3 Cukup
4. Keakuratan konsep dan definisi. 4 Baik
5. Keakuratan data dan fakta. 5 Sangat
Baik
6. Keakuratan contoh dan kasus. 4 Baik
7. Keakuratan gambar, diagram, dan ilustrasi. 5 Sangat
Baik
8. Keakuratan istilah-istilah. 4 Baik
9. Keakuratan notasi, simbol, dan ikon. 4 Baik
10. Keakuratan acuan pustaka. 3 Cukup
11. Kesesuaian materi dengan perkembangan 4 Baik
muatan lokal.
12. Contoh dan kasus dalam kehidupan sehari-hari. 5 Sangat
Baik
13. Gambar, diagram, dan ilustrasi dalam kehidupan 4 Baik
sehari-hari.
14. Menggunakan contoh kasus yang terdapat dalam 4 Baik
kehidupan sehari-hari.
15. Kemutakhiran pustaka. 4 Baik
16. Mendorong rasa ingin tahu. 5 Sangat
Baik
17. Menciptakan kemampuan bertanya. 4 Baik
Jumlah 69
Rata-rata 4,05 Baik

98
Tabel 15. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Bahasa Tahap
II
Butir Penilaian Aspek Kelayakan Bahasa Skor Ket.
1. Ketepatan struktur kalimat. 4 Baik
2. Keefektifan kalimat. 4 Baik
3. Kebakuan istilah. 4 Baik
4. Pemahaman terhadap pesan atau informasi. 3 Cukup
5. Keefektifan penyampaian pesan/ informasi 4 Baik
secara visual dengan bantuan gambar, ilustrasi,
poster, komik, atau kartun.
6. Kemampuan memotivasi peserta didik. 4 Baik
7. Kemampuan mendorong berpikir kritis. 3 Cukup
8. Kesesuaian dengan perkembangan intelektual 4 Baik
peserta didik.
9. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan 4 Baik
emosional peserta didik.
10. Ketepatan tata bahasa. 4 Baik
11. Ketepatan ejaan. 4 Baik
12. Konsistensi penggunaan istilah. 4 Baik
13. Konsistensi penggunaan simbol atau ikon. 4 Baik
Jumlah 50
Rata-rata 3,84 Baik

Hasil penilaian ahli materi pada tahap kedua sekaligus menjadi

tahap terakhir, jumlah skor yang diperoleh pada aspek kelayakan isi

adalah 69 dengan rata-rata 4,05. Sedangkan untuk aspek kelayakan

bahasa memperoleh skor 50 dengan rata-rata 3,84. Berdasarkan

pedoman konversi data kuantitaif ke kualitatif maka produk yang

dikembangkan dinilai dari aspek materi masuk dalam kategori baik.

Pada tahap kedua ini tidak ada saran perbaikan dari ahli materi

sehingga produk bahan ajar yang dikembangkan layak diujicobakan ke

lapangan tanpa adanya revisi.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait hasil

penilaian oleh ahli materi tahap pertama dan tahap kedua dapat dilihat

pada diagram batang berikut ini.


99
5
4.5
4.05
4 3.84
3.64
3.46
3.5
3
2.5 Kelayakan Isi

2 Kelayakan Bahasa

1.5
1
0.5
0
Validasi Tahap Pertama Validasi Tahap Kedua

Gambar 4. Diagram Batang Penilaian Ahli Materi

Adanya revisi pada produk bahan ajar dari aspek materi menunjukkan

kenaikan rata-rata dari kedua aspek yang dinilai. Revisi yang

dilakukan menghasilkan produk berupa buku ajar cetak yang layak

diujicobakan pada siswa kelas IV sekolah dasar.

b. Validasi Ahli Media

Ahli media memberikan penilaian terhadap bahan ajar dari

aspek kelayakan kegrafikan dan aspek kelayakan penyajian. Dosen

yang menjadi ahli media dalam pengembangan ini adalah Bapak Deni

Hardianto, M.Pd., dosen jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

di FIP UNY. Validasi ahli media dilakukan dalam dua (2) tahap.

Validasi tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus

2016 bertempat di ruang Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

FIP UNY. Ahli media mengevaluasi produk bahan ajar berdasarkan

kriteria yang telah tersedia beserta saran perbaikan. Hasil validasi

tahap pertama dapat dilihat dalam tabel berikut.

100
Tabel 16. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Kegrafikan
Tahap I
Butir Penilaian Aspek Kelayakan Kegrafikan Skor Ket.
1. Kesesuaian ukuran bahan ajar dengan standar ISO. 4 Baik
2. Kesesuaian ukuran dengan materi isi bahan ajar. 4 Baik
3. Penampilan unsur tata letak pada sampul muka, 4 Baik
belakang dan punggung secara harmonis memiliki
irama dan kesatuan serta konsistensi.
4. Menampilkan pusat pandang (center point) yang baik. 4 Baik
5. Warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas 4 Baik
fungsi.
6a.Ukuran huruf judul bahan ajar lebih dominan dan 4 Baik
proporsional dibandingkan ukuran bahan ajar, nama
pengarang.
6b.Warna judul bahan ajar kontras dengan warna latar 4 Baik
belakang.
7. Tidak menggunakan jenis huruf yang terlalu dekoratif. 5 Sangat
Baik
8a.Menggambarkan isi/ materi ajar dan mengungkapkan 4 Baik
karakter obyek.
8b.Bentuk, warna, ukuran, proporsi obyek sesuai realita. 3 Cukup
9a.Penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola. 3 Cukup
9b.Pemisahan antar paragraf jelas. 4 Baik
10a.Bidang cetak dan marjin proporsional. 4 Baik
10b.Marjin dua halaman yang berdampingan proporsional. 4 Baik
10c.Spasi antara teks dan ilustrasi sesuai 4 Baik
11a.Judul kegiatan belajar, subjudul kegiatan belajar, dan 3 Cukup
angka halaman/ folio.
11b.Ilustrasi dan keterangan gambar (caption). 3 Cukup
12a.Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar belakang 4 Baik
tidak mengganggu judul, teks, angka, halaman.
12b.Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, dan keterangan 3 Cukup
gambar.
13a.Tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf. 4 Baik
13b.Penggunaan variasi huruf (bold, italic, all capital, 4 Baik
small capital) tidak berlebihan.
13c.Lebar susunan teks normal. 4 Baik
13d.Spasi antar baris susunan teks normal. 3 Cukup
13e.Spasi antar huruf (kerning) normal. 4 Baik
14a.Jenjang/ hierarki judul-judul jelas, konsisten dan 4 Baik
proporsional.
14b.Tanda pemotongan kata (hyphenation). 4 Baik
15a.Mampu mengungkap makna/ arti dari objek. 3 Cukup
15b.Bentuk akurat dan proporsional sesuai dengan 3 Cukup
kenyataan.
15c.Kreatif dan dinamis. 3 Cukup
Jumlah 108
Rata-rata 3,72 Baik
101
Tabel 17. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Penyajian
Tahap I
Butir Penilaian Aspek Kelayakan Penyajian Skor Ket.
1. Konsistensi sistematika sajian dalam kegiatan 4 Baik
belajar.
2. Keruntutan konsep. 4 Baik
3. Contoh-contoh soal dalam setiap kegiatan belajar. 3 Cukup
4. Soal latihan pada setiap akhir kegiatan belajar. 3 Cukup
5. Pengantar. 4 Baik
6. Umpan balik soal latihan. 3 Cukup
7. Daftar pustaka. 4 Baik
8. Glosarium 2 Kurang
9. Rangkuman. 3 Cukup
10. Daftar isi. 4 Baik
11. Keterlibatan peserta didik. 3 Cukup
12. Ketertautan antar kegiatan belajar/ sub kegiatan 4 Baik
belajar/ alenia.
13. Keutuhan makna dalam kegiatan belajar/ sub 3 Cukup
kegiatan belajar/ alinea.
Jumlah 4
Rata-rata 3,38 Cukup

Hasil penilaian ahli media tahap pertama pada aspek kelayakan

kegrafikan memperoleh jumlah skor 108 dengan rata-rata 3,72.

Sedangkan untuk aspek kelayakan bahasa memperoleh skor 44 dengan

rata-rata 3,38. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke

kualitatif, pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti,

untuk aspek kelayakan kegrafikan masuk dalam kategori baik.

Sedangkan untuk aspek kelayakan penyajian termasuk dalam kategori

cukup. Pada tahap ini masih terdapat beberapa bagian yang perlu

direvisi, antara lain sebagai berikut.

1) penambahan sampul dalam agar tidak langsung pada halaman kata

pengantar,

2) karakter gambar tokoh disesuaikan dengan anak usia sekolah dasar,

102
3) kecerahan gambar lebih dipertajam,

4) daftar isi lebih disempurnakan lagi, dan

5) penggunaan teks yang terlalu banyak, perlu dikurangi.

Berdasarkan saran tersebut maka perlu adanya revisi. Setelah

selesai melakukan revisi tahap pertama, maka dilanjutkan validasi

tahap kedua. Validasi tahap kedua dilakukan pada tanggal 25 Agustus

2016 di rumah Bapak Deni Hardianto, M.Pd. Hasil validasi tahap

kedua dapat dilihat dalam tabel berikut.

103
Tabel 18. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Kegrafikan
Tahap II
Butir Penilaian Aspek Kelayakan Kegrafikan Skor Ket.
1. Kesesuaian ukuran bahan ajar dengan standar ISO. 4 Baik
2. Kesesuaian ukuran dengan materi isi bahan ajar. 4 Baik
3. Penampilan unsur tata letak pada sampul muka, 4 Baik
belakang dan punggung secara harmonis memiliki
irama dan kesatuan serta konsistensi.
4. Menampilkan pusat pandang (center point) yang baik. 4 Baik
5. Warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas 4 Baik
fungsi.
6a.Ukuran huruf judul bahan ajar lebih dominan dan 5 Sangat
proporsional dibandingkan ukuran bahan ajar, nama Baik
pengarang.
6b.Warna judul bahan ajar kontras dengan warna latar 5 Sangat
belakang. Baik
7. Tidak menggunakan jenis huruf yang terlalu dekoratif. 5 Sangat
Baik
8a.Menggambarkan isi/ materi ajar dan mengungkapkan 5 Sangat
karakter obyek. Baik
8b.Bentuk, warna, ukuran, proporsi obyek sesuai realita. 3 Cukup
9a.Penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola. 4 Baik
9b.Pemisahan antar paragraf jelas. 4 Baik
10a.Bidang cetak dan marjin proporsional. 4 Baik
10b.Marjin dua halaman yang berdampingan proporsional. 4 Baik
10c.Spasi antara teks dan ilustrasi sesuai 4 Baik
11a.Judul kegiatan belajar, subjudul kegiatan belajar, dan 4 Baik
angka halaman/ folio.
11b.Ilustrasi dan keterangan gambar (caption). 3 Cukup
12a.Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar belakang 4 Baik
tidak mengganggu judul, teks, angka, halaman.
12b.Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, dan keterangan 4 Baik
gambar.
13a.Tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf. 4 Baik
13b.Penggunaan variasi huruf (bold, italic, all capital, 5 Baik
small capital) tidak berlebihan.
13c.Lebar susunan teks normal. 4 Baik
13d.Spasi antar baris susunan teks normal. 4 Baik
13e.Spasi antar huruf (kerning) normal. 4 Baik
14a.Jenjang/ hierarki judul-judul jelas, konsisten dan 4 Baik
proporsional.
14b.Tanda pemotongan kata (hyphenation). 4 Baik
15a.Mampu mengungkap makna/ arti dari objek. 4 Baik
15b.Bentuk akurat dan proporsional sesuai dengan 3 Cukup
kenyataan.
15c.Kreatif dan dinamis. 4 Baik
Jumlah 118
Rata-rata 4,06 Baik
104
Tabel 19. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Penyajian
Tahap II
Butir Penilaian Aspek Kelayakan Penyajian Skor Ket.
1. Konsistensi sistematika sajian dalam kegiatan 4 Baik
belajar.
2. Keruntutan konsep. 4 Baik
3. Contoh-contoh soal dalam setiap kegiatan belajar. 3 Cukup
4. Soal latihan pada setiap akhir kegiatan belajar. 5 Sangat
Baik
5. Pengantar. 4 Baik
6. Umpan balik soal latihan. 3 Cukup
7. Daftar pustaka. 4 Baik
8. Glosarium 5 Sangat
Baik
9. Rangkuman. 4 Baik
10. Daftar isi. 4 Baik
11. Keterlibatan peserta didik. 4 Baik
12. Ketertautan antar kegiatan belajar/ sub kegiatan 4 Baik
belajar/ alenia.
13. Keutuhan makna dalam kegiatan belajar/ sub 4 Baik
kegiatan belajar/ alinea.
Jumlah 52
Rata-rata 4 Baik

Hasil penilaian ahli media pada tahap kedua sekaligus menjadi

tahap terakhir, jumlah skor yang diperoleh pada aspek kelayakan

kegrafikan adalah 118 dengan rata-rata 4,06. Sedangkan untuk aspek

kelayakan penyajian memperoleh skor 52 dengan rata-rata 4.

Berdasarkan pedoman konversi data kuantitaif ke kualitatif maka

produk yang dikembangkan dinilai dari aspek media masuk dalam

kategori baik. Pada tahap kedua ini ada saran perbaikan dari ahli media

yaitu:

1) tambahkan caption pada ilustrasi gambar.

Berdasarkan saran tersebut, produk bahan ajar yang dikembangkan

layak diujicobakan ke lapangan dengan adanya revisi terlebih dahulu.

105
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait hasil

penilaian oleh ahli media tahap pertama dan tahap kedua dapat dilihat

pada diagram batang berikut ini.

5
4.5
4.06 4
4 3.72
3.38
3.5
3
2.5 Kelayakan Kegrafikan
2 Kelayakan Penyajian
1.5
1
0.5
0
Validasi Tahap Pertama Validasi Tahap Kedua

Gambar 5. Diagram Batang Penilaian Ahli Media

Adanya revisi pada produk bahan ajar dari aspek media menunjukkan

kenaikan rata-rata dari kedua aspek yang dinilai. Revisi yang

dilakukan menghasilkan produk berupa buku ajar cetak yang layak

diujicobakan pada siswa kelas IV sekolah dasar.

3. Data Angket Respon Guru

Selain melakukan uji validasi dengan ahli, produk bahan ajar yang

dikembangkan juga mendapat respon guru kelas sebagai praktisi. Respon

yang diberikan oleh praktisi berupa tanggapan mengenai produk bahan

ajar yang dikembangkan secara menyeluruh. Praktisi guru dalam

pengembangan ini adalah guru kelas IV-A SD Negeri 1 Srandakan yaitu

Ibu Sri Kabul, S.Pd. Pengisian angket respon pertama dilaksanakan pada

tanggal 8 September 2016. Adapun hasil tanggapan pertama praktisi guru

106
terhadap produk bahan ajar yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 20. Data Respon Guru Tahap Pertama


Butir Penilaian Skor Ket.
1. Kesesuaian KI dan KD terhadap materi yang 4 Baik
disampaikan.
2. Kelengkapan materi dalam buku. 4 Baik
3. Ketepatan fakta. 4 Baik
4. Kesesuaian dengan kehidupan nyata. 5 Sangat
Baik
5. Keruntutan penyampaian konsep. 4 Baik
6. Kesesuaian dan ketepatan ilustrasi dengan materi. 4 Baik
7. Soal latihan dalam setiap akhir pembelajaran. 4 Baik
8. Keterlibatan peserta didik. 4 Baik
9. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah 4 Baik
dipahami.
10. Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah 4 Baik
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
11. Menciptakan komunikasi interaktif. 4 Baik
12. Kesesuaian ukuran buku dengan standar ISO (A4, 4 Baik
A5, dan B5).
13. Penampilan unsur tata letak pada sampul muka, 4 Baik
belakang, dan punggung memiliki kesatuan (unity)
dan irama yang baik.
14. Tidak terlalu banyak menggunakan kombinasi 4 Baik
jenis huruf.
15. Sampul buku menggambarkan isi/ materi yang 5 Baik
diajarkan.
16. Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar belakang 4 Sangat
tidak mengganggu judul, teks, dan angka halaman. Baik
17. Secara keseluruhan huruf dapat terbaca dengan 4 Baik
baik
18. Penyajian keseluruhan ilustrasi menarik dan serasi. 4 Baik
Jumlah 74
Rata-rata 4,11 Baik

Hasil respon praktisi guru tahap pertama memperoleh jumlah

skor 74 dengan rata-rata 4,11. Berdasarkan pedoman konversi data

kuantitatif ke kualitatif, pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh

peneliti masuk dalam kategori baik. Secara umum, guru sebagai

107
praktisi memberikan komentar produk bahan ajar baik dan sesuai

dengan materi, namun pada tahap ini masih terdapat beberapa bagian

yang perlu direvisi, antara lain pada KI dan KD perlu disesuaikan

dengan buku materi yang terbaru (edisi revisi 2016).

Berdasarkan saran tersebut maka peneliti perlu melakukan

revisi kecil pada beberapa bagian produk bahan ajar. Setelah selesai

melakukan revisi tahap pertama, maka dilanjutkan dengan memberikan

angket respon praktisi tahap kedua. Pengisian angket respon praktisi

tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 15 September 2015 di ruang

guru SD Negeri 1 Srandakan. Adapun hasil tanggapan dari praktisi

adalah sebagai berikut.

108
Tabel 21. Data Respon Guru Tahap Kedua
Butir Penilaian Skor Ket.
1. Kesesuaian KI dan KD terhadap materi yang 5 Sangat
disampaikan. Baik
2. Kelengkapan materi dalam buku. 4 Baik
3. Ketepatan fakta. 4 Baik
4. Kesesuaian dengan kehidupan nyata. 5 Sangat
Baik
5. Keruntutan penyampaian konsep. 4 Baik
6. Kesesuaian dan ketepatan ilustrasi dengan materi. 4 Baik
7. Soal latihan dalam setiap akhir pembelajaran. 4 Baik
8. Keterlibatan peserta didik. 4 Baik
9. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah 4 Baik
dipahami.
10. Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah 4 Baik
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
11. Menciptakan komunikasi interaktif. 4 Baik
12. Kesesuaian ukuran buku dengan standar ISO (A4, 4 Baik
A5, dan B5).
13. Penampilan unsur tata letak pada sampul muka, 4 Baik
belakang, dan punggung memiliki kesatuan (unity)
dan irama yang baik.
14. Tidak terlalu banyak menggunakan kombinasi 4 Baik
jenis huruf.
15. Sampul buku menggambarkan isi/ materi yang 5 Sangat
diajarkan. Baik
16. Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar belakang 5 Sangat
tidak mengganggu judul, teks, dan angka halaman. Baik
17. Secara keseluruhan huruf dapat terbaca dengan 4 Baik
baik
18. Penyajian keseluruhan ilustrasi menarik dan serasi. 4 Baik
Jumlah 76
Rata-rata 4,22 Sangat
Baik

Hasil angket respon praktisi tahap kedua sekaligus menjadi

tahap terakhir, jumlah skor yang diperoleh adalah 76 dengan rata-rata

4,22. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif,

pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti masuk dalam

kategori sangat baik. Pada tahap ini tidak ada saran perbaikan dari

109
praktisi sehingga produk bahan ajar tidak memerlukan adanya revisi

dan layak diujicobakan ke lapangan pada skala yang lebih luas.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait hasil

respon praktisi (guru) tahap pertama dan tahap kedua dapat dilihat

pada diagram batang berikut ini.

5
4.5 4.11 4.22
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Tahap Pertama Tahap Kedua

Gambar 6. Diagram Batang Respon Guru

4. Data Hasil Uji Coba Pengembangan

Tahap uji coba pengembangan produk (developmental testing)

dilakukan dalam dua tahapan berikut.

a. Uji Coba Kelompok Kecil (Terbatas)

Uji coba kelompok kecil (terbatas) dilakukan pada tanggal 8

September 2016. Pada uji coba terbatas ini melibatkan responden

sebanyak 6 siswa yang terdiri dari 3 siswa laki-laki bernama AF, BJ,

dan RY, serta 3 siswa perempuan bernama AD, DM, dan YC. Uji coba

dilaksanakan di ruang perpustakaan SD Negeri 1 Srandakan.

Responden diminta untuk menggunakan produk bahan ajar berupa

110
buku cetak yang dikembangkan peneliti dengan mengikuti kegiatan

pembelajaran. Setelah selesai menggunakan produk bahan ajar,

responden mengisi angket yang telah disediakan oleh peneliti. Adapun

hasil uji coba terbatas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Data Respon Siswa Uji Coba Terbatas


No Nama Rata-rata Ket.
Skor
1. AD 4,53 Sangat Baik
2. AF 3,38 Cukup
3. BJ 4,15 Baik
4. DM 4,30 Sangat Baik
5.. RY 4,00 Baik
6. YC 4,30 Sangat Baik
Jumlah 25
Rata-rata 4,16 Baik

Pada hasil angket respon siswa pada uji coba terbatas

diperoleh jumlah skor rata-rata adalah 25 dengan rata-rata keseluruhan

4,16. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif,

pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti masuk dalam

kategori baik.

Pada tahap ini peneliti juga mengamati perilaku responden.

Responden tampak antusias dalam menggunakan produk bahan ajar

yang dikembangkan peneliti. Selain itu, siswa sebagai responden juga

diminta untuk menuliskan kata-kata sulit yang tidak mereka ketahui

artinya sebagai bahan pertimbangan untuk penambahan kosakata atau

istilah penting dalam glosarium. Komentar tertulis yang diberikan

responden sebagai berikut.

1) Buku ini bagus dan menarik, sampul buku ini menarik.

111
2) Bagus dan menarik.

3) Buku ini menarik karena buku ini dapat menambah ilmu

pengetahuan.

4) Bagus menarik dan bukunya warnanya indah/ bagus.

5) Buku ini menarik.

6) Bukunya bagus, sampulnya, gambarnya menarik, dan tulisannya

rapi singkat dan jelas. Gambarnya juga bagus dan menarik.

b. Uji Coba Lapangan (Luas)

Uji coba lapangan (luas) dilakukan pada tanggal 15 September

2016. Pada uji coba terbatas ini melibatkan guru kelas IV-A dan

sebanyak 20 siswa kelas IV SD Negeri 1 Srandakan dari 22 siswa. Dua

siswa tidak dapat mengikuti uji coba lapangan karena sakit sehingga

tidak masuk sekolah. Uji coba dilaksanakan di ruang kelas IV-A SD

Negeri 1 Srandakan. Responden diminta untuk menggunakan produk

bahan ajar berupa buku cetak yang dikembangkan peneliti dengan

mengikuti kegiatan pembelajaran. Setelah selesai menggunakan

produk bahan ajar, responden mengisi angket yang telah disediakan

oleh peneliti. Adapun hasil uji coba lapangan dapat dilihat pada tabel

berikut.

112
Tabel 23. Data Respon Siswa Uji Coba Lapangan
No Nama Rata-rata Ket.
Skor
1. AA 3,92 Baik
2. AD 4,61 Sangat Baik
3. AF 4,46 Sangat Baik
4. BJ 4,53 Sangat Baik
5. DA 4,61 Sangat Baik
6. DI 4,53 Sangat Baik
7. DM 4,61 Sangat Baik
8. DK 4,53 Sangat Baik
9. DY 4,61 Sangat Baik
10. HG 4,69 Sangat Baik
11. JS 4,38 Sangat Baik
12. JT 4,61 Sangat Baik
13. MC 4,76 Sangat Baik
14. MD 4,38 Sangat Baik
15. RS 4,38 Sangat Baik
16. RY 4,00 Baik
17. RG 4,00 Baik
18. SA 4,69 Sangat Baik
19. SY 4,46 Sangat Baik
20. YC 4,00 Baik
Jumlah 88,84
Rata-rata 4,44 Sangat Baik

Pada hasil angket respon siswa pada uji coba lapangan

diperoleh jumlah skor rata-rata adalah 88,84 dengan rata-rata

keseluruhan 4,44. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke

kualitatif, pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh peneliti

masuk dalam kategori sangat baik.

Pada tahap ini peneliti juga mengamati perilaku responden.

Responden tampak antusias dalam menggunakan produk bahan ajar

yang dikembangkan peneliti. Komentar tertulis yang diberikan

responden antara lain sebagai berikut.

113
1) Buku ini bagus dan menarik, gambarnya menarik, warnanya tajam,

dan hurufnya berwarna.

2) Bagus dan menarik, tulisan bisa dibaca dan mudah dipahami.

3) Buku ini menarik karena soal-soalnya menantang.

4) Saya ingin belajar terus dengan buku ini.

B. Revisi Produk

1. Revisi Ahli Materi

Revisi yang dilakukan berdasarkan saran perbaikan ahli materi

terhadap produk bahan ajar cetak dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 24. Saran Perbaikan Ahli Materi


No Saran Perbaikan Bentuk Revisi
1. Lokasi lebih dispesifikkan. Berkaitan dengan muatan lokal,
penggunaan lokasi lebih diperjelas
letak wilayah administrasi
pemerintahannya.
2. Untuk tugas diberi Gambar diganti dengan gambar
keterangan gambar. berwarna dan ditambahkan
keterangan gambar.
3. Materi disesuaikan. Penambahan materi mengenai jenis
penyu dan konten rubrik fakta
diganti dengan data peristiwa dan
fakta yang berkaitan dengan
konteks lokal.
4. Ditambahkan glosarium. Penambahan glosarium pada bagian
akhir buku.
5. Penggunaan istilah Istilah-istilah yang ada dalam
disesuaikan dengan materi penggunaannya lebih konsisten dan
yang dipelajari. perbaikan pada beberapa kalimat
yang tidak efektif.

114
Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Gambar 7. Perubahan Lokasi menjadi Lebih Spesifik

Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Gambar 8. Perubahan pada Gambar Penjelasan Percobaan

115
Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Gambar 9. Perubahan dengan Penambahan Gambar

Gambar 10. Penambahan Materi Jenis Penyu dan Glosarium

116
2. Revisi Ahli Media

Revisi yang dilakukan berdasarkan saran perbaikan ahli media

terhadap produk bahan ajar cetak dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 25. Saran Perbaikan Ahli Media


No Saran Perbaikan Bentuk Revisi
1. Penambahan sampul dalam Ditambahkan sampul dalam pada
agar tidak langsung pada bagian awal buku sebelum kata
halaman kata pengantar. pengantar.

2. Karakter gambar tokoh Gambar karakter tokoh diganti


disesuaikan dengan anak dengan tokoh anak-anak SD.
usia sekolah dasar.

3. Kecerahan gambar lebih Intensitas kecerahan gambar


dipertajam. ditambahkan sehingga gambar
tampak lebih terang dan jelas.
4. Daftar isi lebih Penambahan kompetensi dalam
disempurnakan lagi. daftar isi.
5. Penggunaan teks yang Teks pada cerita dikurangi dan
terlalu banyak, perlu penambahan gambar pada beberapa
dikurangi. bagian isi buku.
6. Tambahkan caption pada Penambahan caption pada ilustrasi
ilustrasi gambar. gambar.

Gambar 11. Penambahan Sampul Dalam


117
Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Gambar 12. Perubahan pada Karakter Tokoh

Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Gambar 13. Perubahan pada Kecerahan Gambar

118
Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Gambar 14. Perubahan pada Daftar Isi

Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Gambar 15. Penambahan Caption pada Ilustrasi Gambar

119
3. Revisi Guru (Praktisi)

Guru kelas selaku praktisi memberikan beberapa saran perbaikan

yang dijadikan pertimbangan peneliti untuk menyempurnakan produk

bahan ajar yang dibuat. Salah satunya adalah penyesuaian Kompetensi

Dasar dengan edisi revisi terbaru (edisi revisi 2016). Secara umum materi

sudah sesuai dan sudah baik.

Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Gambar 16. Penyesuaian KD dengan Edisi Revisi Terbaru

4. Revisi Uji Coba Kelompok Kecil (Terbatas)

Uji coba kelompok kecil/ terbatas bertujuan untuk mengetahui

kualitas buku sebelum diujicobakan ke lapangan secara luas. Dalam uji

coba terbatas ada beberapa hal dalam produk bahan ajar yang perlu

diperbaiki. Perbaikan pada uji coba terbatas dilakukan pada penggunaan

istilah dan penambahan beberapa istilah penting dalam glosarium.

120
5. Revisi Akhir

Setelah uji coba lapangan, masih perlu ada revisi atau perbaikan

pada produk bahan ajar yang dikembangakan. Revisi tersebut antara lain

adalah perbaikan pada penomoran soal teka-teki silang, dan penyesuaian

soal latihan pada mata pelajaran matematika.

C. Deskripsi Hasil Pengembangan Produk

Pengembangan bahan ajar berupa buku ajar cetak ini dilaksanakan

dalam beberapa tahap sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Peneliti mengadaptasi model desain pengembangan 4D Thiagarajan, Semmel,

dan Semmel (1974) yang kemudian disesuaikan menjadi tahap pendefinisian

(define), perancangan (design), dan pengembangan (develop). Tahap pertama

adalah pendefinisian, dalam tahap ini dilakukan beberapa tahap analisis untuk

mengetahui kebutuhan dan syarat-syarat pengembangan produk melalui

penelitian pendahuluan, studi pustaka, dan studi lapangan. Tahap selanjutnya

adalah tahap perancangan yaitu dengan memilih media yang relevan,

menentukan format produk yang akan dikembangkan, dan membuat

rancangan awal produk. Tahap ketiga adalam melakukan pengembangan

produk dengan melakukan uji validitas produk oleh ahli dan uji coba langsung

di lapangan.

Sebelum diujicobakan kepada siswa, produk yang dikembangkan perlu

melalui uji validitas atau uji kelayakan. Dengan demikian, perlu dilakukan

validasi materi dan validasi media. Validasi materi dilakukan oleh Ibu Dr.

Pratiwi Pujiastuti, M.Pd. Validasi materi tahap pertama mendapat skor rata-
121
rata 3,64 pada aspek kelayaan isi dengan kategori “baik”. Sedangkan untuk

aspek kelayakan bahasa mendapat skor rata-rata 3,46 dengan kategori “baik”

dengan beberapa catatan perbaikan, sehingga perlu dilakukan revisi. Setelah

revisi dilakukan validasi tahap kedua dan mendapatkan skor rata-rata 4,05

untuk aspek kelayakan isi dan 3,84 pada aspek kelayakan bahasa dengan

kategori “baik” dan tanpa ada revisi.

Validasi ahli media dilakukan oleh Bapak Deni Hardianto, M.Pd.

Validasi media tahap pertama mendapatkan skor rata-rata 3,72 pada aspek

kelayakan kegrafikan dengan kategori “baik” dan 3,38 pada aspek kelayakan

penyajian dengan kategori “cukup”. Untuk itu, perlu dilakukan revisi pada

beberapa bagian produk bahan ajar. Setelah revisi, dilakukan validasi media

tahap kedua dan mendapatkan skor rata-rata 4,06 pada aspek kelayakan

kegrafikan dan 4,00 pada aspek kelayakan penyajian. Kedua aspek masuk

dalam kategori “baik”, sehingga produk bahan ajar layak diujicobakan namun

dengan revisi kecil.

Selain melakukan validasi dengan ahli, produk bahan ajar yang

dikembangkan juga mendapat respon dari guru kelas sebagai praktisi. Guru

praktisi yang memberikan respon dalam pengembangan ini adalah guru kelas

IV-A SD Negeri 1 Srandakan, yaitu Ibu Sri Kabul, S.Pd. Angket respon tahap

pertama mendapat skor rata-rata 4,11 dengan kategori “baik” dengan catatan

perbaikan. Setelah revisi, dilakukan tahap kedua dimana angket respon guru

tahap ini mendapat skor rata-rata 4,22 dengan kategori “sangat baik”. Oleh

karena itu, produk layak diujicobakan tanpa adanya revisi terlebih dahulu.

122
Setelah melalui tahap-tahap di atas, produk bahan ajar berupa buku

ajar cetak diujicobakan kepada siswa. Ujicoba dilakukan sebanyak dua kali

dengan pemberian angket skala penilaian menggunakan skala Likert. Tahap

ujicoba kelompok kecil atau terbatas melibatkan 6 siswa dengan hasil

perolehan skor rata-rata 4,16 dengan kategori “baik”. Pada tahap ujicoba

lapangan atau luas yang melibatkan 20 siswa mendapat perolehan skor rata-

rata 4,44 dengan kategori “sangat baik”.

Melalui serangkaian tahapan validasi ahli dan uji coba, maka produk

bahan ajar cetak yang dihasilkan adalah sebagai berikut.

1. Bahan ajar cetak yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan

ini berbentuk buku ajar pelengkap pembelajaran tematik dengan materi

muatan lokal.

2. Judul : Ayo Cintai Lingkungan

3. Sasaran : Siswa kelas IV tingkat sekolah dasar

4. Tebal : 2 halaman sampul + 32 halaman isi (bolak-balik)

5. Ukuran : A4 (Kuarto) 210mm x 290 mm

6. Jenis Kertas : Ivory 230gsm (sampul), dan Art Paper 120gsm (isi)

7. Penulis : Lukman Primadi

8. Materi : Pembelajaran 1 dan 2, Tema 3 Subtema 3

9. Disusun berdasarkan standar isi Kurikulum 2013

10. Bahan ajar memuat materi muatan lokal berupa kondisi serta

permasalahan yang terjadi di lingkungkan kawasan pantai Kabupaten

Bantul ke dalam pembelajaran sebagai upaya penanaman sikap kepedulian

terhadap kelestarian lingkungan dengan menekankan pada penggunaan


123
unsur-unsur dalam komunikasi visual berupa komik, gambar, kartun,

poster, foto, serta karikatur pada setiap kegiatan pembelajaran dengan

memperhatikan kesesuaian dan keterkaitannya dengan materi.

11. Bahan ajar dilengkapi dengan soal-soal latihan berupa kuis yang

bervariasi, kegiatan sains, proyek sains, juga dilengkapi berbagai rubrik

serta artikel untuk menambah wawasan dan sumber pendukung,

pemberian variasi tugas yang menyenangkan yang berkaitan dengan

materi yang diajarkan, serta percobaan tentang fenomena-fenomena alam

yang berkaitan dengan tema.

D. Pembahasan

Pengembangan bahan ajar cetak dalam penelitian ini dilatarbelakangi

terlebih dahulu dengan adanya permasalahan lingkungan yang diakibatkan

oleh fenomena alam, yaitu abrasi di kawasan pesisir pantai Kabupaten Bantul.

Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan berdampak pada kehidupan warga

dan makhluk hidup ekosistem pantai, dan aktivitas kawasan konservasi laut

berupa hutan bakau serta perlindungan terhadap populasi penyu. Kondisi

tersebut tidak dibersamai dengan usaha penanggulangan dan pencegahan

kerusakan lingkungan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah

dasar. Belum adanya media yang secara spesifik digunakan untuk

menyampaikan materi tersebut menjadi salah satu kendala di samping

keterbatasan kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar. Dengan

demikian perlu adanya sebuah media berisi materi tentang muatan lokal

tersebut. Materi yang bersifat fakta maupun konsep memerlukan media agar
124
siswa mudah dalam memahami materi (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai:

2010: 4). Melalui pengintegrasian muatan lokal dalam pendidikan formal,

maka pengetahuan serta kearifan lokal berupa aktivitas penduduk lokal,

lingkungan, serta interaksi antara keduanya akan dipahami siswa dengan sudut

pandang budaya dan lingkungan mereka sendiri (Mukhyati, 2015: 152)

Langkah-langkah pengembangan bahan ajar ini menggunakan model

desain pengembangan 4-D yang diusulkan oleh Thiagarajan, Semmel, dan

Semmel (1974). Produk bahan ajar yang dikembangkan berupa bahan ajar

cetak berbasis komunikasi visual bermuatan lokal sebagai bahan ajar

pelengkap pembelajaran yang disesuaikan dengan Kurikulum 2013.

Penyampaian materi menitikberatkan pada penggunaan unsur-unsur visual

yang kasat mata berupa gambar, ilustrasi, komik, dan lain-lain. Adanya

keterbatasan dan kelemahan bahan ajar yang umum digunakan pada

penggunaan ilustrasi yang tidak komunikatif menjadi bahan pertimbangan

peneliti untuk mengembangkan produk bahan ajar yang komunikatif dan

sesuai dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar. Oleh karena itu, materi

muatan lokal dalam bahan ajar ini dikemas semenarik mungkin menggunakan

kaidah-kaidah desain komunikasi visual. Unsur-unsur visual ditata dan diatur

sedemikian rupa sehingga menghasilkan layout yang harmonis dan

menyenangkan (Rakhmat Supriyono, 2004:56). Tampilan yang menarik

bertujuan untuk menitikberatkan ketersampaian pesan atau informasi berupa

materi pembelajaran kepada siswa.

Selanjutnya, berdasarkan pengamatan saat ujicoba lapangan dengan

adanya soal yang menantang dan tugas-tugas yang menyenangkan dapat


125
membuat siswa antusias dalam pemenuhan rasa ingin tahunya. Kegiatan

tersebut sesuai dengan pendapat Rita Eka Izzaty (2008: 117) yang menyatakan

bahwa siswa pada usia sekolah dasar khususnya pada tingkat kelas tinggi

memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar, dan realistisnya tinggi. Tugas-tugas

yang bersifat positif dapat mengakomodir rasa ingin tahu siswa menjadi

terarah. Siswa yang tertantang untuk menyelesaikan soal-soal dan tugas-tugas

yang ada dalam bahan ajar menjadi salah satu indikasi ketertarikan siswa pada

bahan ajar yang digunakan.

Berdasarkan deskripsi data validitas produk yang tersaji sebelumnya,

maka bahan ajar yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kelayakan

nahan ajar sesuai dengan pedoman menurut BSNP. Hal itu didukung dengan

hasil penilaian dari ahli materi, ahli media, dan respon praktisi menyatakan

bahwa produk bahan ajar yang dikembangkan peneliti sudah mendapat

kategori baik dan layak digunakan. Hasil validasi ahli materi dari aspek

kelayakan isi dan kebahasaan mendapat skor 4,05 dan 3,84 masuk dalam

kategori “baik”. Hasil validasi ahli media dari aspek kelayakan kegrafikan dan

penyajian mendapat skor 4,06 dan 4,00 dengan kategori “baik” sehingga layak

digunakan dalam pembelajaran di lapangan. Sedangkan utuk respon praktisi,

dari guru mendapatkan skor rata-rata 4,22 dengan kategori “sangat baik”.

Serupa dengan hasil tersebut, dari hasil angket respon siswa perolehan skor

rata-rata menunjukkan angka 4,44 dan masuk ke dalam kategori “sangat baik”.

Dengan demikian, bahan ajar dapat digunakan sebagai buku ajar pelengkap

dalam proses pembelajaran di kelas IV sekolah dasar.

126
Dengan adanya hasil pengembangan berupa buku ajar pelengkap

tersebut di atas khususnya mengenai materi muatan lokal yang berkaitan

kondisi dan permasalahan lingkungan kawasan pesisir pantai Kabupaten

Bantul tersebut, diharapkan dapat membantu guru dan siswa dalam memahami

materi serta lebih mengenal lingkungan sekitar beserta potensi sumber daya

yang dimiliki. Selanjutnya, siswa dapat mengamalkan sikap peduli terhadap

lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan

kelestarian lingkungan alam dan segala isinya dapat terjaga pada khususnya di

Kabupaten Bantul.

127
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Bahan ajar cetak berbasis komunikasi visual bermuatan lokal pada tema

Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk

SD kelas IV yang dikembangkan secara konseptual telah memenuhi

kriteria kelayakan bahan ajar ditinjau dari aspek isi, bahasa, kegrafikan,

dan penyajian yang secara berturut-turut mendapatkan skor 4,05, 3,84,

4,06, dan 4,00 berdasarkan validasi ahli materi dan media dengan kategori

“baik”.

2. Secara empiris, tingkat kelayakan bahan ajar cetak berbasis komunikasi

visual bermuatan lokal pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup

subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD kelas IV yang dikembangkan

telah terpenuhi berdasarkan angket respon praktisi, yaitu guru dengan skor

4,22 termasuk dalam kategori “sangat baik” dan siswa dengan skor 4,16

pada uji coba kelompok kecil (terbatas) termasuk dalam kategori “baik”

serta skor 4,44 pada uji coba lapangan (luas) termasuk dalam kategori

“sangat baik”.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan saran-saran sebagai

berikut.
128
1. Bahan ajar cetak berbasis komunikasi visual bermuatan lokal dapat

dikembangkan lagi dengan materi-materi lain.

2. Penelitian lanjutan masih sangat diperlukan untuk menguji efektivitas

bahan ajar cetak yang dikembangkan dengan melanjutkan pengembangan

ke tahap implementasi dan penyebaran (disseminate).

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian pengembangan ini adalah penggunaan kertas

art paper 120 gsm pada produk bahan ajar khsusunya untuk halaman isi dapat

menghasilkan gambar yang tajam dan jelas, akan tetapi jenis kertas tersebut

kurang bisa menyerap tinta pena atau bolpoin dengan baik sehingga tinta

dapat luntur karena tidak segera kering.

129
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Abu Ahmadi & Munawar Sholeh. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta:


Rineka Cipta

Adi Kusriyanto. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta:


Penerbit Andi.

Andi Prastowo. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.


Yogyakarta: DIVA Press.

_____________. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: DIVA


Press.

Arif S. Sadiman, dkk. (2008). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Arsianti Latifah. (2011). Desain Komunikasi Visual. Online. Diakses dari


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/diktat%20dkv.pdf pada tanggal 4
April 2016 pukul 12.19 WIB.

Dakir. (2010). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka


Cipta.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul. (2014). Data Kelautan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Diakses dari http://dkp.bantulkab.go.id/, pada
tanggal 17 Maret 2016, pukul 09.39 WIB.

Dwi Siswoyo, dkk. (2011). Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press.

E. Mulyasa. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan


Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

__________. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Eko Budi Prasetyo. (2000). Media Sederhana dan Grafis. Yogyakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Universitas Negeri Yogyakarta.

Eko Putro Widoyoko. (2010). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis


bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasbullah. (2007). Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan


Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

130
Ika Lestari. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Sesuai
dengan KTSP. Padang: Akademia Permata.

Imas Kurniasih & Berlin Sani. (2014). Sukses Mengimplementasikan Kurikulum


2013: Memahami Berbagai Aspek dalam Kurikulum 2013. Surabaya: Kata
Pena.

Iradhatie Wurinanda. (2015). “Empat Masalah Utama Pendidikan Indonesia”.


Okezone.com. Diakses dari
http://news.okezone.com/read/2015/11/30/65/1258030/empat-masalah-
utama-pendidikan-indonesia , pada tanggal 24 Februari 2016.

Lia Anggraini & Kirana Nathalia. (2014). Desain Komunikasi Visual: Dasar-
Dasar Panduan untuk Pemula. Bandung: Nuansa Cendekia.

M. Jamroh Latief. (2014). Education Transformation Toward Excellent Quality


Based On ASEAN Community Characteristics. Proceeding. Seminar
Internasional. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga.

Mukhyati & Siti Sriyati. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Perubahan


Lingkungan Berbasis Realitas Lokal dan Literasi Lingkungan. Proceeding,
Seminar Nasional. Surakarta: FKIP UNS.

Nana Sudjana & Ahmad Rivai. (2010). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo

Nana Syaodih Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya (Bekerja sama dengan Program Pascasarjana UPI).

Paulina Pannen, Purwanto. (2001). Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat


Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses.

Permendikbud nomor 67 tahun 2013 tentang Kurikulum Sekolah Dasar.

Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.

Putu Sukerni. (2014). Pengembangan Buku Ajar Pendidikan IPA Kelas IV


Semester I SD No.4 Kaliuntu dengan Model Dick and Carey. Jurnal
Pendidikan Indonesia. Vol 3, No 1. Hlm.386-396.

Rakhmat Supriyono. (2010). Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Penerbit Andi.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press.

131
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R n D. Bandung:


Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto & Asnah Said. (2007). Materi Pokok Pengembangan


Program Muatan Lokal; 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumbo Tinarbuko. (2015). DEKAVE Desain Komunikasi Visual: Penanda Zaman


Masyarakat Global. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing
Service)

Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Fakultas Ilmu


Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Syaiful Sagala. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.


Jakarta: Alfabeta.

Thiagarajan, Semmel D.S., & Semmel M.I. (1974).Instructional Development for


Training Teacher of Exceptional Children a Sourcebook. Bloomington:
Center for innovation on Teaching the Handicaped.

Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia


Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.

Udin Syaifudin Sa’ud. (2009). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Urip Purwono. (2008). Standar Penilaian Buku Pelajaran. Diakses dari


http://telaga.cs.ui.ac.id/~heru/bsnp/13oktober08/Bahan%20Sosialisasi%20
Standar%20Penilaian%20Buku%20Teks%20Pelajaran%20TIK.ppt, pada
tanggal 11 April 2016.

Wina Sanjaya. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana.

Yufiarti. (1999). Modul Pengembangan Muatan Lokal. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Zainal Arifin. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

132
LAMPIRAN

133
Lampiran 1. Pedoman Lembar Validasi Ahli Media dan Ahli Materi

1. ASPEK KELAYAKAN KEGRAFIKAN MENURUT BSNP (Urip


Purwono, 2008)

BUTIR PENILAIAN DESKRIPSI


Ukuran buku
1. Kesesuaian ukuran bahan ajar Ukuran bahan ajar A4 (210 x 297 mm),
dengan standar ISO. A5 (148 x 210 mm), B5 (76 x 250 mm)
2. Kesesuaian ukuran dengan Pemilihan ukuran bahan ajar disesuaikan
materi isi bahan ajar. dengan materi isi bahan ajar berdasarkan
muatan lokal. Hal ini akan mempengaruhi
tata letak bagian isi dan jumlah halaman
bahan ajar.
Desain sampul buku
3. Penampilan unsur tata letak Desain sampul muka, punggung dan
pada sampul muka, belakang belakang merupakan suatu kesatuan yang
dan punggung secarautuh. Elemen warna, ilustrasi, dan
harmonis memiliki irama dan tipografi ditampilkan secara harmonis
kesatuan serta konsistensi. dan saling terkait satu dan lainnya.
Adanya kesesuaian dalam penempatan
unsur tata letak pada bagian sampul
maupun isi bahan ajar berdasarkan pola
yang telah ditetapkan dalam perencanaan
awal bahan ajar.
4. Menampilkan pusat pandang Sebagai daya tarik awal dari bahan ajar
(center point) yang baik. yang ditentukan oleh ketepatan dalam
penempatan unsur/ materi desain yang
ingin ditampilkan atau ditonjolkan di
antara unsur/ materi desain lainnya
sehingga memperjelas tampilan teks
maupun ilustrasi dan elemen dekoratif
lainnya.
5. Warna unsur tata letak Memperhatikan tampilan warna secara
harmonis dan memperjelas keseluruhan yang dapat memberikan
fungsi. nuansa tertentu dan dapat memperjelas
materi/isi bahan ajar.
6. Huruf yang digunakan
menarik dan mudah dibaca.
a. Ukuran huruf judul bahan Judul bahan ajar harus dapat memberikan
ajar lebih dominan dan informasi secara cepat tentang materi isi
proporsional dibandingkan bahan ajar berdasarkan muatan lokal.
ukuran bahan ajar, nama
pengarang.
b. Warna judul bahan ajar Warna judul bahan ajar ditampilkan lebih
kontras dengan warna menonjol daripada warna latar
latar belakang. belakangnya.
134
7. Tidak menggunakan jenis Menggunakan beberapa jenis huruf agar
huruf yang terlalu dekoratif. lebih komunikatif dalam menyampaikan
informasi yang disampaikan. Untuk
membedakan dan mendapatkan
kombinasi tampilan huruf dapat
menggunakan variasi dan seri huruf.
8. Ilustrasi sampul.
a. Menggambarkan isi/ Dapat memberikan gambaran tentang
materi ajar dan materi ajar tertentu dan secara visual
mengungkapkan karakter dapat mengungkap jenis ilustrasi yang
obyek. ditampilkan berdasarkan materi ajarnya.
b. Bentuk, warna, ukuran, Ditampilkan sesuai dengan bentuk, warna
proporsi obyek sesuai dan ukuran obyeknya sehingga tidak
realita. menimbulkan salah penafsiran maupun
pengertian peserta didik (misalnya atap
gedung dengan ukuran yang sesuai),
warna yang digunakan sesuai sehingga
tidak menimbulkan salah pemahaman dan
penafsiran.
Desain isi buku
9. Tata letak (lay out).
a. Penempatan unsur tata  Penempatan unsur tata letak (judul,
letak konsisten subjudul, kata pengantar, daftar isi,
berdasarkan pola. ilustrasi dll.) pada setiap awal
kegiatan konsisten.
 Penempatan unsur tata letak pada
setiap halaman mengikuti pola, tata
letak dan irama yang telah ditetapkan.
b. Pemisahan antar paragraf Susunan teks pada akhir paragraf terpisah
jelas. dengan jelas, dapat berupa jarak (pada
susunan teks rata kiri-kanan/ blok)
ataupun dengan inden (pada susunan teks
dengan alenia).
10. Unsur tata letak harmonis.
a. Bidang cetak dan marjin Penempatan unsur tata letak (judul,
proporsional. subjudul, teks, ilustrasi, keterangan
gambar, nomor halaman) pada bidang
cetak proporsional.
b. Marjin dua halaman yang Susunan tata letak halaman berpengaruh
berdampingan terhadap tata letak halaman disebelahnya.
proporsional.
c. Spasi antara teks dan Merupakan kesatuan tampilan antara teks
ilustrasi sesuai dengan ilustrasi dalam satu halaman.
11. Unsur tata letak lengkap.
a. Judul kegiatan belajar,  Judul kegiatan ditulis secara lengkap
subjudul kegiatan belajar, disertai dengan angka kegiatan belajar
dan angka halaman/ folio.
135
(Kegiatan Belajar 1, Kegiatan Belajar
2, Kegiatan Belajar 3, dst).
 Penulisan sub judul dan sub-sub judul
disesuaikan dengan hierarki penyajian
materi ajar.
 Penempatan nomor halaman
disesuaikan dengan pola tata letak.
b. Ilustrasi dan keterangan  Mampu memperjelas penyajian materi
gambar (caption). baik dalam bentuk, ukuran yang
proporsional serta warna yang
menarik sesuai obyek aslinya.
 Keterangan gambar/ legenda
ditempatkan berdekatan dengan
ilustrasi dengan ukuran lebih kecil
daripada huruf teks.
12. Tata letak mempercepat
halaman.
a. Penempatan hiasan/ Menempatkan hiasan/ilustrasi pada
ilustrasi sebagai latar halaman sebagai latar belakang jangan
belakang tidak sampai mengganggu kejelasan,
mengganggu judul, teks, penyampaian informasi pada teks,
angka, halaman. sehingga dapat menghambat pemahaman
peserta didik.
b. Penempatan judul, Judul, sub judul, ilustrasi dan keterangan
subjudul, ilustrasi, dan gambar ditempatkan sesuai dengan pola
keterangan gambar. yang telah ditetapkan sehingga tidak
menimbulkan salah interpretasi terhadap
materi yang disampaikan.
13. Tipografi isi bahan ajar
sederhana.
a. Tidak menggunakan Menggunakan beberapa jenis huruf
terlalu banyak jenis huruf. sehingga tidak mengganggu perserta
didik dalam menyerap informasi yang
disampaikan. Untuk membedakan unsur
teks dapat mempergunakan variasi dan
seri huruf dari suatu keluarga huruf.
b. Penggunaan variasi huruf Digunakan untuk membedakan jenjang/
(bold, italic, all capital, hirarki judul, dan subjudul serta
small capital) tidak memberikan tekanan pada susunan teks
berlebihan. yang dianggap penting dalam bentuk
tebal dan miring.
c. Lebar susunan teks Sangat mempengaruhi tingkat
normal. keterbacaan susunan teks. Jumlah
perkiraan untuk buku teks antara 45 – 75
karakter (sekitar 5-11 kata) termasuk
tanda baca, spasi antar kata dan angka.
Untuk bahan ajar sendiri tidak terlalu
136
terikat dengan ketentuan lebar susunan
teks.
d. Spasi antar baris susunan Jarak spasi tidak terlalu lebar atau tidak
teks normal. terlalu sempit sehingga memudahkan
dalam membaca.
e. Spasi antar huruf Mempengaruhi tingkat keterbacaan
(kerning) normal. susunan teks (tidak terlalu rapat atau
terlalu renggang).
14. Tipografi isi bahan ajar
memudahkan pemahaman.
a. Jenjang/ hierarki judul- Menunjukkan urutan/hierarki susunan
judul jelas, konsisten dan teks secara berjenjang sehingga mudah
proporsional. dipahami. Hierarki susunan teks dapat
dibuat dengan perbedaan jenis huruf,
ukuran huruf dan varisasi huruf (bold,
italic, all capital, small caps).
b. Tanda pemotongan kata Pemotong kata lebih dari 2 (dua) baris
(hyphenation). akan mengganggu keterbacaan susunan
teks.
15. Ilustrasi isi.
a. Mampu mengungkap Berfungsi untuk memperjelas materi/teks
makna/ arti dari objek. sehingga mampu menambah pemahaman
dan pengertian perserta didik pada
informasi yang disampaikan.
b. Bentuk akurat dan  Bentuk dan ukuran ilustrasi harus
proporsional sesuai realistis dan secara rinci dapat
dengan kenyataan. memberikan gambaran yang akurat
tentang obyek yang dimaksud.
 Bentuk ilustrasi harus proporsional
sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir peserta didik.
c. Kreatif dan dinamis. Menampilkan ilustrasi dari berbagai
sudut pandang dan mampu
divisualisasikan secara dinamis yang
dapat menambah kedalaman pemahaman
dan pengertian perserta didik.

137
2. ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN MENURUT BSNP (Urip Purwono,
2008)

BUTIR PENILAIAN DESKRIPSI


Teknik penyajian
1. Konsistensi sistematika sajian Sistematika penyajian dalam setiap
dalam kegiatan belajar. kegiatan belajar taat asas (memiliki
pendahuluan, isi dan penutup).
2. Keruntutan konsep. Penyajian konsep disajikan secara runtut
mulai dari yang mudah ke sukar, dari
yang konkret ke abstrak dan dari yang
sederhana ke kompleks, dari yang
dikenal sampai yang belum dikenal.
Materi bagian sebelumnya bisa
membantu pemahaman materi pada
bagian selanjutnya.
Pendukung penyajian
3. Contoh-contoh soal dalam Terdapat contoh-contoh soal yang dapat
setiap kegiatan belajar. membantu menguatkan pemahaman
konsep yang ada dalam materi.
4. Soal latihan pada setiap akhir Soal-soal yang diberikan dapat melatih
kegiatan belajar. kemampuan memahami dan menerapkan
konsep yang berkaitan dengan materi
dalam kegiatan belajar.
5. Pengantar. Memuat informasi tentang peran bahan
ajar dalam proses pembelajaran.
6. Umpan balik soal latihan. Terdapat kriteria penguasaan materi.
7. Daftar pustaka. Daftar buku yang digunakan sebagai
bahan rujukan dalam penulisan bahan
ajar diawali dengan nama pengarang
(yang disusun secara alfabetis), tahun
terbitan, judul buku/ majalah/ makalah/
artikel , tempat, dan nama penerbit,
nama dan lokasi situs internet serta
tanggal akses situs (jika memakai acuan
yang memiliki situs).
8. Glosarium. Glosarium berisi istilah-istilah penting
dalam teks dengan penjelasan arti istilah
tersebut, dan ditulis alfabetis.
9. Rangkuman. Rangkuman merupakan konsep kunci
kegiatan belajar yang bersangkutan yang
dinyatakan dengan kalimat ringkas dan
jelas, memudahkan memahami
keseluruhan isi kegiatan belajar.
10. Daftar isi. Tersedia daftar isi yang memudahkan
peserta didik mengetahui keseluruhan isi
dan halaman bahan ajar.
138
Penyajian pembelajaran
11. Keterlibatan peserta didik. Penyajian materi bersifat interaktif dan
partisipatif (ada bagian yang mengajak
pembaca untuk berpartisipasi).
Koherensi dan keruntutan alur piker
12. Ketertautan antar kegiatan Penyampaian pesan antara sub kegiatan
belajar/ sub kegiatan belajar/ belajar dengan kegiatan belajar lain/sub
alenia. kegiatan belajar dengan sub kegiatan
belajar/antar alinea dalam sub kegiatan
belajar yang berdekatan mencerminkan
keruntutan dan keterkaitan isi.
13. Keutuhan makna dalam Pesan atau materi yang disajikan dalam
kegiatan belajar/ sub kegiatan satu kegiatan belajar/ sub kegiatan
belajar/ alinea. belajar/ alinea harus mencerminkan
kesatuan tema.

139
3. ASPEK KELAYAKAN ISI MENURUT BSNP (Urip Purwono, 2008)

BUTIR PENILAIAN DESKRIPSI


Kesesuaian materi dengan KI dan KD
1. Kelengkapan materi. Materi yang disajikan mencakup materi
yang terkandung dalam Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
2. Keluasan materi. Materi yang disajikan mencerminkan
jabaran yang mendukung pencapaian
semua Kompetensi Dasar (KD).
3. Kedalaman materi. Materi yang disajikan dari pengenalan
konsep definisi, prosedur, tampilan
output, contoh, kasus, latihan, sampai
dengan interaksi antar-konsep sesuai
dengan tingkat pendidikan di Sekolah
Dasar dan sesuai dengan yang
diamanatkan oleh Kompetensi Dasar
(KD).
Keakuratan materi
4. Keakuratan konsep dan Konsep dan definisi yang disajikan tidak
definisi. menimbulkan banyak tafsir dan sesuai
dengan konsep dan definisi yang brlaku
dalam muatan lokal.
5. Keakuratan data dan fakta. Fakta dan data yang disajikan sesuai
dengan kenyataan dan efisien untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik.
6. Keakuratan contoh dan kasus. Contoh dan kasus yang disajikan sesuai
dengan kenyataan dan efisien untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik.
7. Keakuratan gambar, diagram, Gambar, diagram, dan ilustrasi yang
dan ilustrasi. disajikan sesuai dengan kenyataan dan
efisien untuk meningkatkan pemahaman
peserta didik.
8. Keakuratan istilah-istilah. Istilah-istilah teknis sesuai dengan
kelaziman yang berlaku dalam muatan
lokal.
9. Keakuratan notasi, simbol, Notasi, simbol, dan ikon disajikan secara
dan ikon. benar menurut kelaziman yang
digunakan dalam muatan lokal.
10. Keakuratan acuan pustaka. Pustaka disajikan secara benar menurut
kelaziman yang digunakan dalam
muatan lokal.
Kemutakhiran materi
11. Kesesuaian materi dengan Materi yang disajikan aktual yaitu sesuai
perkembangan muatan lokal. dengan perkembangan muatan lokal.
12. Contoh dan kasus dalam Contoh dan kasus aktual yaitu sesuai
kehidupan sehari-hari. dengan perkembangan muatan lokal dan
140
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
13. Gambar, diagram, dan Gambar, diagram dan ilustrasi
ilustrasi dalam kehidupan diutamakan yang terdapat dalam
sehari-hari. kehidupan sehari-hari., namun juga
dilengkapi penjelasan.
14. Menggunakan contoh kasus Contoh dan kasus yang disajikan sesuai
yang terdapat dalam dengan situasi serta kondisi yang terjadi
kehidupan sehari-hari. dalam kehidupan sehari-hari.
15. Kemutakhiran pustaka. Pustaka dipilih dalam kurun waktu 6
tahun terakhir.
Mendorong keingintahuan
16. Mendorong rasa igin tahu. Uraian, latihan atau contoh-contoh kasus
yang disajikan mendorong peserta didik
untuk mengerjakannya lebih jauh dan
menumbuhkan kreativitas.
17. Menciptakan kemampuan Uraian, latihan atau contoh-contoh kasus
bertanya. yang disajikan mendorong peserta didik
untuk mengetahui materi lebih jauh.

141
4. ASPEK KELAYAKAN BAHASA MENURUT BSNP (Urip Purwono,
2008)

BUTIR PENILAIAN DESKRIPSI


Lugas
1. Ketepatan struktur kalimat. Kalimat yang digunakan mewakili isi
pesan atau informasi yang ingin
disampaikan dengan tetap mengikuti tata
kalimat Bahasa Indonesia.
2. Keefektifan kalimat. Kalimat yang digunakan sederhana dan
langsung ke sasaran.
3. Kebakuan istilah. Istilah yang digunakan sesuai dengan
Kamus Besar Bahasa Indonesia dan /
atau adalah istilah teknis yang telah baku
digunakan dalam muatan lokal.
Komunikatif
4. Pemahaman terhadap pesan Pesan atau informasi disampaikan
atau informasi. dengan bahasa yang menarik dan lazim
dalam komunikasi tulis Bahasa
Indonesia.
5. Keefektifan penyampaian Pesan atau komunikasi yang
pesan/ informasi secara visual disampaikan secara visual dengan
dengan bantuan gambar, bantuan gambar, kartun, komik, menarik
ilustrasi, poster, komik, atau dan dapat ditangkap dengan mudah.
kartun.
Dialogis dan interaktif
6. Kemampuan memotivasiBahasa yang digunakan membangkitkan
peserta didik. rasa senang ketika peserta didik
membacanya dan mendorong mereka
untuk mempelajari buku tersebut secara
tuntas.
7. Kemampuan mendorong Bahasa yang digunakan mampu
berpikir kritis. merangsang peserta didik untuk
mempertanyakan suatu hal lebih jauh,
dan mencari jawabnya secara mandiri
dari buku teks atau sumber informasi
lain.
Kesesuaian dengan perkembangan siswa
8. Kesesuaian dengan Bahasa yang digunakan dalam
perkembangan intelektual menjelaskan suatu konsep harus sesuai
peserta didik. dengan tingkat perkembangan kognitif
peserta didik.

9. Kesesuaian dengan tingkat Bahasa yang digunakan sesuai dengan


perkembangan emosional tingkat kematangan emosional peserta
peserta didik. didik.

142
Kesesuaian dengan kaidah bahasa
10. Ketepatan tata bahasa. Tata kalimat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan mengacu kepada
kaidah tata Bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
11. Ketepatan ejaan. Ejaan yang digunakan mengacu kepada
pedoman Ejaan Yang Disempurnakan.
Penggunaan istilah, simbol, atau ikon
12. Konsistensi penggunaan Penggunaan istilah yang
istilah. menggambarkan suatu konsep harus
konsisten antar-bagian dalam bahan ajar.
13. Konsistensi penggunaan Penggambaran simbol atau ikon harus
simbol atau ikon. konsisten antar-bagian dalam bahan ajar.

143
Lampiran 2. Surat Permohonan Judgement Instrumen

144
Lampiran 3. Surat Permohonan Nara Sumber Ahli

145
Lampiran 4. Surat Pernyataan Validator Instrumen

146
147
Lampiran 5. Surat Pernyataan Validator Materi

148
Lampiran 6. Surat Pernyataan Validator Media

149
Lampiran 7. Instrumen Penilaian Ahli Materi

LEMBAR PENILAIAN AHLI MATERI

Judul Penelitian : Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi


Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap
Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan
Untuk SD Kelas IV
Materi Pembelajaran : Pembelajaran Tematik Tema Peduli terhadap Makhluk
Hidup, Subtema Ayo Cintai Lingkungan
Materi Pokok : Pembelajaran 1 – Pembelajaran 2
Sasaran Penelitian : Siswa SD kelas IV
Validator : …
Hari/ tanggal : …

Petunjuk Pengisian Lembar Penilaian!


Lembar penilaian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/ Ibu tentang
“Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema
Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD
Kelas IV”. Aspek penilaian materi bahan ajar ini diadaptasi dari komponen
penilaian aspek kelayakan isi dan aspek kelayakan bahasa bahan ajar oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pendapat, penilaian, saran, dan koreksi dari
Bapak/ Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas bahan ajar ini. Untuk itu, kami mohon Bapak/ Ibu dapat membeberkan
tanda “√” di bawah kolom skor penilaian berikut sesuai dengan pendapat Bapak/
Ibu.

Keterangan:
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik
150
I. ASPEK KELAYAKAN ISI
INDIKATOR BUTIR PENILAIAN PILIHAN
1 2 3 4 5
A. Kesesuaian materi 1. Kelengkapan materi.
dengan KI dan KD 2. Keluasan materi.
3. Kedalaman materi.
B. Keakuratan materi 4. Keakuratan konsep dan
definisi.
5. Keakuratan data dan
fakta.
6. Keakuratan contoh dan
kasus.
7. Keakuratan gambar,
diagram, dan ilustrasi.
8. Keakuratan istilah-
istilah.
9. Keakuratan notasi,
simbol, dan ikon.
10. Keakuratan acuan
pustaka.
C. Kemutakhiran 11. Kesesuaian materi
materi dengan perkembangan
muatan lokal.
12. Contoh dan kasus
dalam kehidupan
sehari-hari.
13. Gambar, diagram, dan
ilustrasi dalam
kehidupan sehari-hari.
14. Menggunakan contoh
kasus yang terdapat
dalam kehidupan
sehari-hari.
15. Kemutakhiran pustaka.
D. Mendorong 16. Mendorong rasa igin
keingintahuan tahu.
17. Menciptakan
kemampuan bertanya.

151
II. ASPEK KELAYAKAN BAHASA

INDIKATOR BUTIR PENILAIAN PILIHAN


1 2 3 4 5
A. Lugas 1. Ketepatan struktur kalimat.
2. Keefektifan kalimat.
3. Kebakuan istilah.
B. Komunikatif 4. Pemahaman terhadap
pesan atau informasi.
5. Keefektifan penyampaian
pesan/ informasi secara
visual dengan bantuan
gambar, ilustrasi, poster,
komik, atau kartun.
C. Dialogis dan 6. Kemampuan memotivasi
interaktif peserta didik.
7. Kemampuan mendorong
berpikir kritis.
D. Kesesuaian 8. Kesesuaian dengan
dengan perkembangan intelektual
perkembangan peserta didik.
siswa 9. Kesesuaian dengan tingkat
perkembangan emosional
peserta didik.
E. Kesesuaian 10. Ketepatan tata bahasa.
dengan kaidah 11. Ketepatan ejaan.
bahasa
F. Penggunaan 12. Konsistensi penggunaan
istilah, simbol, istilah.
atau ikon 13. Konsistensi penggunaan
simbol atau ikon.

152
Kami juga berharap Bapak/ Ibu berkenan memberikan isian mengenai bagian
yang perlu diperbaiki serta saran untuk bahan ajar ini secara tertulis pada kolom
yang tersedia. Atau Bapak/ Ibu cukup merevisi dengan mencoret pada bagian
yang salah dalam bahan ajar dan menuliskan apa yang seharusnya dibetulkan oleh
peneliti. Atas kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi lembar penilaian ini, kami
ucapkan terimakasih.

Saran untuk Perbaikan

Komentar secara umum: …………………………………………………………...


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

153
Kesimpulan
Bahan Ajar ini dinyatakan*) :
1. Layak diujicobakan di lapangan tanpa ada revisi.
2. Layak diujicobakan di lapangan dengan revisi.
3. Tidak layak diujicobakan di lapangan.
*) : Lingkari salah satu

Yogyakarta, 2016
Validator/ Ahli Media

……………………………………..
NIP. ……………………………….

154
Lampiran 8. Instrumen Penilaian Ahli Media

LEMBAR PENILAIAN AHLI MEDIA

Judul Penelitian : Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi


Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap
Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan
Untuk SD Kelas IV
Materi Pembelajaran : Pembelajaran Tematik Tema Peduli terhadap Makhluk
Hidup, Subtema Ayo Cintai Lingkungan
Materi Pokok : Pembelajaran 1 – Pembelajaran 2
Sasaran Penelitian : Siswa SD kelas IV
Validator : …
Hari/ tanggal : …

Petunjuk Pengisian Lembar Penilaian!


Lembar penilaian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/ Ibu tentang
“Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema
Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD
Kelas IV”. Aspek penilaian media bahan ajar ini diadaptasi dari komponen
penilaian aspek kelayakan kegrafikan dan aspek kelayakan penyajian bahan ajar
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pendapat, penilaian, saran, dan
koreksi dari Bapak/ Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas bahan ajar ini. Untuk itu, kami mohon Bapak/ Ibu dapat
membeberkan tanda “√” di bawah kolom skor penilaian berikut sesuai dengan
pendapat Bapak/ Ibu.

Keterangan:
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik
155
I. ASPEK KELAYAKAN KEGRAFIKAN
INDIKATOR BUTIR PENILAIAN PILIHAN
1 2 3 4 5
A. Ukuran buku 1. Kesesuaian ukuran bahan
ajar dengan standar ISO.
2. Kesesuaian ukuran dengan
materi isi bahan ajar.
B. Desain 3. Penampilan unsur tata letak
sampul buku pada sampul muka,
belakang dan punggung
secara harmonis memiliki
irama dan kesatuan serta
konsistensi.
4. Menampilkan pusat
pandang (center point)
yang baik.
5. Warna unsur tata letak
harmonis dan memperjelas
fungsi.
6. Huruf yang digunakan menarik dan mudah dibaca.
a. Ukuran huruf judul
bahan ajar lebih
dominan dan
proporsional
dibandingkan ukuran
bahan ajar, nama
pengarang.
b. Warna judul bahan ajar
kontras dengan warna
latar belakang.
7. Tidak menggunakan jenis
huruf yang terlalu
dekoratif.
8. Ilustrasi sampul.
a. Menggambarkan isi/
materi ajar dan
mengungkapkan
karakter obyek.
b. Bentuk, warna, ukuran,
proporsi obyek sesuai
realita.
C. Desain isi 9. Tata letak (lay out).
buku a. Penempatan unsur tata
letak konsisten
berdasarkan pola.

156
b. Pemisahan antar
paragraf jelas.
10. Unsur tata letak harmonis.
a. Bidang cetak dan
marjin proporsional.
b. Marjin dua halaman
yang berdampingan
proporsional.
c. Spasi antara teks dan
ilustrasi sesuai
11. Unsur tata letak lengkap.
a. Judul kegiatan belajar,
subjudul kegiatan
belajar, dan angka
halaman/ folio.
b. Ilustrasi dan keterangan
gambar (caption).
12. Tata letak mempercepat halaman.
a. Penempatan hiasan/
ilustrasi sebagai latar
belakang tidak
mengganggu judul,
teks, angka, halaman.
b. Penempatan judul,
subjudul, ilustrasi, dan
keterangan gambar.
13. Tipografi isi bahan ajar sederhana.
a. Tidak menggunakan
terlalu banyak jenis
huruf.
b. Penggunaan variasi
huruf (bold, italic, all
capital, small capital)
tidak berlebihan.
c. Lebar susunan teks
normal.
d. Spasi antar baris
susunan teks normal.
e. Spasi antar huruf
(kerning) normal.
14. Tipografi isi bahan ajar memudahkan pemahaman.
a. Jenjang/ hierarki judul-
judul jelas, konsisten
dan proporsional.
b. Tanda pemotongan kata
(hyphenation).

157
15. Ilustrasi isi.
a. Mampu mengungkap
makna/ arti dari objek.
b. Bentuk akurat dan
proporsional sesuai
dengan kenyataan.
c. Kreatif dan dinamis.

II. ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN


INDIKATOR BUTIR PENILAIAN PILIHAN
1 2 3 4 5
A. Teknik 1. Konsistensi sistematika
penyajian sajian dalam kegiatan
belajar.
2. Keruntutan konsep.
B. Pendukung 3. Contoh-contoh soal
penyajian dalam setiap kegiatan
belajar.
4. Soal latihan pada setiap
akhir kegiatan belajar.
5. Pengantar.
6. Umpan balik soal
latihan.
7. Daftar pustaka.
8. Rangkuman.
9. Daftar isi.
C. Penyajian 10. Keterlibatan peserta
Pembelajaran didik.
D. Koherensi dan 11. Ketertautan antar
keruntutan alur kegiatan belajar/ sub
pikir kegiatan belajar/
alenia.
12. Keutuhan makna
dalam kegiatan belajar/
sub kegiatan belajar/
alinea.

158
Kami juga berharap Bapak/ Ibu berkenan memberikan isian mengenai bagian
yang perlu diperbaiki serta saran untuk bahan ajar ini secara tertulis pada kolom
yang tersedia. Atau Bapak/ Ibu cukup merevisi dengan mencoret pada bagian
yang salah dalam bahan ajar dan menuliskan apa yang seharusnya dibetulkan oleh
peneliti. Atas kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi lembar penilaian ini, kami
ucapkan terimakasih.

Saran untuk Perbaikan

Komentar secara umum: …………………………………………………………...


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

159
Kesimpulan
Bahan Ajar ini dinyatakan*) :
1. Layak diujicobakan di lapangan tanpa ada revisi.
2. Layak diujicobakan di lapangan dengan revisi.
3. Tidak layak diujicobakan di lapangan.
*) : Lingkari salah satu

Yogyakarta, 2016
Validator/ Ahli Materi

……………………………………..
NIP. ……………………………….

160
Lampiran 9. Instrumen Lembar Respon Guru

LEMBAR RESPON GURU

Judul Penelitian : Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi


Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap
Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan
Untuk SD Kelas IV
Materi Pembelajaran : Pembelajaran Tematik Tema Peduli terhadap Makhluk
Hidup, Subtema Ayo Cintai Lingkungan
Materi Pokok : Pembelajaran 1 – Pembelajaran 2
Sasaran Penelitian : Siswa SD kelas IV
Nama Guru : …
Hari/ tanggal : …

Petunjuk Pengisian Lembar Instrumen Respon Guru!


Lembar penilaian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/ Ibu tentang
“Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema
Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD
Kelas IV”. Pendapat, penilaian, saran, dan koreksi dari Bapak/ Ibu akan sangat
bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan ajar ini. Untuk
itu, kami mohon Bapak/ Ibu dapat membeberkan tanda “√” di bawah kolom skor
penilaian berikut sesuai dengan pendapat Bapak/ Ibu.

Keterangan:
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik

161
SKOR
No. PERNYATAAN
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian KI dan KD terhadap materi
yang disampaikan.
2. Kelengkapan materi dalam buku.
3. Ketepatan fakta.
4. Kesesuaian dengan kehidupan nyata.
5. Keruntutan penyampaian konsep.
6. Kesesuaian dan ketepatan ilustrasi dengan
materi.
7. Soal latihan dalam setiap akhir
pembelajaran.
8. Keterlibatan peserta didik.
9. Bahasa yang digunakan sederhana dan
mudah dipahami.
10. Bahasa yang digunakan sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
11. Menciptakan komunikasi interaktif.
12. Kesesuaian ukuran buku dengan standar
ISO (A4, A5, dan B5).
13. Penampilan unsur tata letak pada sampul
muka, belakang, dan punggung memiliki
kesatuan (unity) dan irama yang baik.
14. Tidak terlalu banyak menggunakan
kombinasi jenis huruf.
15. Sampul buku menggambarkan isi/ materi
yang diajarkan.
16. Penempatan hiasan/ ilustrasi sebagai latar
belakang tidak mengganggu judul, teks,
dan angka halaman.
17. Secara keseluruhan huruf dapat terbaca
dengan baik
18. Penyajian keseluruhan ilustrasi menarik
dan serasi.

162
Kami juga berharap Bapak/ Ibu berkenan memberikan isian mengenai bagian
yang perlu diperbaiki serta saran untuk bahan ajar ini secara tertulis pada kolom
yang tersedia. Atau Bapak/ Ibu cukup merevisi dengan mencoret pada bagian
yang salah dalam bahan ajar dan menuliskan apa yang seharusnya dibetulkan oleh
peneliti. Atas kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi lembar penilaian ini, kami
ucapkan terimakasih.

Saran untuk Perbaikan

Komentar secara umum: …………………………………………………………...


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

163
Kesimpulan
Bahan Ajar ini dinyatakan*) :
1. Layak diujicobakan di lapangan tanpa ada revisi.
2. Layak diujicobakan di lapangan dengan revisi.
3. Tidak layak diujicobakan di lapangan.
*) : Lingkari salah satu

Yogyakarta, 2016
Praktisi

……………………………………..
NIP. ……………………………….

164
Lampiran 10. Instrumen Lembar Respon Siswa

LEMBAR RESPON SISWA

Judul Penelitian : Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi


Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli terhadap
Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan
Untuk SD Kelas IV
Materi Pembelajaran : Pembelajaran Tematik Tema Peduli terhadap Makhluk
Hidup, Subtema Ayo Cintai Lingkungan
Materi Pokok : Pembelajaran 1 – Pembelajaran 2
Sasaran Penelitian : Siswa SD kelas IV
Nama Siswa : …
Hari/ tanggal : …

Petunjuk Pengisian Lembar Instrumen Respon Siswa!


Lembar penilaian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa tentang “Bahan
Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal pada Tema Peduli
terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk SD Kelas IV”.
Pendapat dari para siswa akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas bahan ajar ini. Untuk itu, kami mohon para siswa dapat
membeberkan tanda silang “√” pada kolom pilihan jawaban berikut sesuai dengan
pendapat masing-masing.

Keterangan:
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
R = Ragu-Ragu
S = Setuju
SS = Sangat Setuju

165
PENDAPAT
No. PERNYATAAN
STS TS R S SS
1. Dalam buku ini terdapat gambar/ ilustrasi
dalam menjelaskan suatu materi sehingga
membantu saya memahami isi materi.
2. Buku ini menggunakan contoh-contoh soal
yang berkaitan dengan masalah kehidupan
sehari-hari.
3. Materi yang terdapat dalam buku ini
mendorong keingintahuan saya.
4. Belajar materi tentang cinta lingkungan
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
5. Penyajian materi dalam bahan ajar ini
mendorong saya untuk berdiskusi dengan
teman-teman yang lain.
6. Buku ini mendorong saya untuk
merangkum materi sendiri pada lembar
rangkuman.
7. Buku ini memuat tes yang dapat menguji
pemahaman saya mengenai materi yang
diajarkan.
8. Bahasa yang digunakan dalam buku ini
sederhana dan mudah dimengerti.
9. Buku ini menyampaikan materi
menggunakan gambar/ ilustrasi yang
komunikatif sehingga membuat belajar
tidak membosankan.
10. Tampilan buku ini menarik.
11. Huruf yang digunakan sederhana dan
mudah dibaca.
12. Penyajian keseluruhan ilustrasi menarik
dan serasi.
13. Ilustrasi di setiap awal materi dapat
memberikan motivasi untuk mempelajari
materi.

Komentar secara umum: …………………………………………………………...


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
166
Lampiran 11. Hasil Validasi Ahli Materi I

167
168
169
170
171
172
Lampiran 12. Hasil Validasi Ahli Materi II

173
174
175
176
177
178
Lampiran 13. Hasil Validasi Ahli Media I

179
180
181
182
183
184
185
186
Lampiran 14. Hasil Validasi Ahli Media II

187
188
189
190
191
192
193
194
Lampiran 15. Data Hasil Respon Guru I

195
196
197
198
199
Lampiran 16. Data Hasil Respon Guru II

200
201
202
203
204
Lampiran 17. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil (Terbatas)

No. Nama Siswa Butir Pernyataan Jumlah Rata- Kategori


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Skor rata
1. Adeline Dascha 5 4 4 4 5 3 5 5 4 5 5 5 5 59 4,53 Sangat Baik
2. Ahmad Fadhil 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 3,38 Cukup
3. Bagas Jona R 5 4 4 4 5 3 4 5 3 5 5 3 4 54 4,15 Baik
4. Devia Maulizha 5 4 4 4 5 3 4 5 4 4 5 4 5 56 4,30 Sangat Baik
5. Rayhan 4 5 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 52 4,00 Baik
6. Yihan Cici S 5 4 4 4 3 4 5 5 4 5 4 5 4 56 4,30 Sangat Baik
Jumlah 28 23 22 24 25 20 26 28 24 27 27 25 26 325 25
Baik
Rata-Rata 4.67 3.83 3.67 4 4.16 3.33 4.33 4.67 4 4.5 4.5 4.16 4.33 54,16 4,16

205
Lampiran 18. Data Hasil Uji Coba Lapangan (Luas)

No. Nama Siswa Butir Pernyataan Jumlah Rata- Kategori


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Skor rata
1. Andhika Arya 4 3 5 4 3 5 4 2 4 5 3 4 5 51 3,92 Baik
2. Adeline Dascha 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 60 4,61 Sangat Baik
3. Ahmad Fadhil 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 58 4,46 Sangat Baik
4. Bagas Jona R 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 59 4,53 Sangat Baik
5. Danisya 5 3 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 60 4,61 Sangat Baik
6. Diaz 5 3 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 59 4,53 Sangat Baik
7. Devia Maulizha 5 5 4 5 3 4 5 5 5 5 4 5 5 60 4,61 Sangat Baik
8. Dinda K 5 5 4 5 2 3 5 5 5 5 5 5 5 59 4,53 Sangat Baik
9. Dyas Kusuma 5 5 5 5 2 3 5 5 5 5 5 5 5 60 4,61 Sangat Baik
10. Hegel 5 3 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 61 4,69 Sangat Baik
11. Janis Siwigati 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 57 4,38 Sangat Baik
12. Jonatan 5 3 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 60 4,61 Sangat Baik
13. Muh. Cicko R 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 62 4,76 Sangat Baik
14. Mutia Dewi L 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 57 4,38 Sangat Baik
15. Rafi Surya S 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 57 4,38 Sangat Baik
16. Rayhan 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 52 4,00 Baik
17. Riski Garda 4 2 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 52 4,00 Baik
18. Sherly Auliya 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 61 4,69 Sangat Baik
19. Syisa 5 3 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 58 4,46 Sangat Baik
20. Yihan Cici S 5 4 3 4 4 4 3 5 3 4 5 3 5 52 4,00 Baik
Jumlah 97 76 87 91 81 82 90 92 91 96 90 91 91 1155 88,84
Sangat Baik
Rata-Rata 4,85 3,8 4,35 4,55 4,05 4,1 4,5 4,6 4,55 4,8 4,5 4,55 4,55 57,75 4,44

206
Lampiran 19. Lembar Respon Siswa

207
208
209
210
211
212
213
214
215
Lampiran 20. Dokumentasi

Uji Coba Kelompok Kecil (Terbatas)

216
217
Uji Coba Lapangan (Luas)

218
Lampiran 21. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas

219
Lampiran 22. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Bantul

220
Lampiran 23. Surat Keterangan Penelitian

221

Anda mungkin juga menyukai