Anda di halaman 1dari 7

Nama : Hanifah Huwaida

Nim : 0432950119030
Prodi : D3 keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN LUKA
“TRAUMA ABDOMEN (LUKA TEMBAK)”

A. Definisi
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2011).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah
antar diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau
yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).
B. Physiologi
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari
atas diafragma sampai pelvis dibawah.  Rongga abdomen dilukiskan menjadi
dua bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang
lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan kecil.
Batasan – batasan abdomen. Di atas,  diafragma, Di bawah, pintu masuk
panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal,
tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang
punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus
halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah
diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung
empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan
limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada
diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari
ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan
sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen. Pembuluh limfe
dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam
rongga ini.
C. Ganguan-gangguan pada fungsi terkait
- Gangguan intregritas kulit
- Gangguan rasa aman nyaman
D. Pengkajian
Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip–prinsip
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas
A(Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan trauma
abdomen harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya
tidak terpaku pada abdomennya saja.
a) Anamnesa
1) Biodata
Biasanya bisa menimpa siapa saja baik laki-laki maupun perempuan.
2) Keluhan Utama
Biasanya mengeluh nyeri hebat.
3) Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
- Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru
- Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana
posisinya saat jatuh
- Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya
- Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya
pada Kuadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali
4) Riwayat Penyakit yang lalu
- Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa
- Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan
gangguan faal hemostasis.
5) Riwayat psikososial spiritual
- Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami
- Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental
- Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).
b) Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pernapasan (B1 = Breathing)
- Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada
dada serta jalan napasnya.
- Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan
pernapasan tertinggal.
- Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
- Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
2) Sistem Kardiovaskuler (B2 = blood)
- Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari
daerah abdominal dan adakah anemis.
- Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan
bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah
denyut jantung paradoks.
3) sistem Neurologis (B3 = Brain)
- Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di
kepala
- Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota
gerak
- Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS)
4) Sistem Gatrointestinal (B4 = bowel)
 Pada inspeksi :
 Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.
 Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan
dalam cavum abdomen.
 Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.
 Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran
berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.
 Pada palpasi :
 Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.
 Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
 Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya.
 Pada perkusi :
 Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
 Kemungkinan–kemungkinan adanya cairan/udara bebas
dalam cavum abdomen.
 Pada Auskultasi :
 Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari
bising usus atau menghilang.
 Pada rectal toucher :
 Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.
 Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.

5) Sistem Urologi (B5 = bladder)


 Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan
adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana
produksi urine dan warnanya.
 Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan
adanya distensi.
 Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
6) Sistem Tulang dan Otot (B6 = Bone)
 Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas
terutama daerah pelvis.
 Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau
pelvis.
Aktifitas/istirahat
E. Diagnosis keperawatan
- Nyeri akut
- Resiko infeksi
- Kerusakan intregritas kulit
F. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut
1. Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus
nyeri secara komfrehensif
2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
3. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam
4. Ajarkan prinsip dari manajemen nyeri
5. Monitor TTV
6. Gunakan cara mengontrol nyeri sebelum nyeri menjadi berat
7. Pastikan klien menerima pemberian analgetik
8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat golongan analgetik
Resiko infeksi
1. Bersihkan lingkungan setelah digunakan klien
2. pertahankan tekhnik isolasi
3. batasi jumlah pengunjung
4. ajarkan untuk meningkatkan mencuci tangan untuk setiap tindakan
5. instruksikan klien untuk hand hygiene
6. instruksikan pengunjung untuk hand hygiene sebelum dan sesudah memasuki ruangan
klien
7. gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan
8. cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
9. gunakan sarung tangan steril
10. pastikan penanganan aseptik dari semua IV line
11. Anjurkan istirahat
12. dorong untuk memenuhi intake cairan
13. pertahankan lingkungan aseptic
14. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotic
kerusakan intresgitas kulit
1. Kaji luka insisi ( kemerahan dan pemasangan selang drainase )
2. monitor luka insisi untuk menemukan tanda dan gejala infeksi
3. lakukan perawatan luka steril
4. gunakan antiseptik sesuai indikasi
5. anjurkan klien cara untuk meminimalisasi stress / tekanan dari luka insisi
6. ajarkan klien / keluarga cara merawat luka post operasi
7. jelaskan kepada klien / keluaraga tanda dan gejala infeksi
8. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi farmakologis
G. Evaluasi
Nyeri akut
S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O : - klien masih meringis, - pucat berkurang, - lemah berkurang
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjukan intervensi
Resiko infeksi
S : klien mengatkan sedikit gatal didaerah bekas operasi
O : - lemas berkurang, - ganti perban sudah dilakukan, - luka operasi
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi lanjutkan
H. Referensi
Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi
(Terjemahan).Widya Medika: Jakarta.Doenges, M.E. 2000.
Standar Keperawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosadan Evaluasi
(Terjemahan)
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr9GjHWHpFhZ4oAYxlXNyoA;_ylu=Y2
9sbwNncTEEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1636929366/RO
=10/RU=https%3a%2f%2fwww.academia.edu
%2f36872332%2fLAPORAN_PENDAHULUAN_TRAUMA_ABDOMEN_
LUKA_TEMBAK/RK=2/RS=Kxwg6yku5AnxS7uvHP59zJH.Zls-

Anda mungkin juga menyukai