Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hanifah Huwaida

Nim : 0432950119030
Prodi : D3 keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN LUKA
“VULNUS LASERATUM”
A. Definisi
 Mansjoer (2000) menyatakan “Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka
yang terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui
elastisitas kulit atau otot”.
 Vulnus Laseratum ( luka robek ) adalah luka yang terjadi akibat kekerasan
benda tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam
seperti patah tulang. (http://one.indoskripsi.com)
B. Physiologi
Menurut Mansjoer, terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana
pembagian ini dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
1) Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan
yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya
dengan jahitan
2) Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka
yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan
oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar.
Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini
biasanya tetap terbuka
3) Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang
dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement.
Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini
merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir.
C. Gangguan gangguan pada fungsi terkait
- Gangguan rasa nyaman
- Gangguan istirahat tidur
D. Pengkajian
Doenges (2000, p.217) menyatakan bahwa untuk mengkaji pasien dengan
vulnus laseratum di perlukan data-data sebagai berikut:
1) Aktifitas atau istirahat
Gejala : merasa lemah, lelah
Tanda : perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahanan keterbatasaan
rentang gerak, perubahan aktifitas
2) Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah atau normal
Tanda : perubahan frekwensi jantung takikardi atau bradikardi
3) Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian
Tanda : ketakutan, cemas, gelisah
4) Eliminasi
Gejala : konstipasi, retensi urin
Tanda : belum buang air besar selama 2 hari
5) Neurosensori
Gejala : vertigo, tinitus, baal pada ekstremitas, kesemutan, nyeri
Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada
daerah cidera , kemerah-merahan
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri pada daerah luka bila di sentuh atau di tekan
Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsang nyeri yang hebat,
gelisah, tidak bisa tidur
7) Kulit
Gejala : nyeri, panas
Tanda : pada luka warna kemerahan , bau, edema.
E. Diagnosis keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d diskontuinitas jaringan
2) Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan b/d nyeri
3) Gangguan eliminasi BAB b/d kelemahan fisik
F. Intervensi keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri muncul akibat jaringan kulit , jaringan otot,
jaringan saraf terinfeksi oleh bakteri pathogen. Penggandaan zat-zat
racunnya sehingga mengakibatkan perubahan neurologis yanng sangat
besar.
Intervensi :
1) Kaji tanda tada vital
2) Lakukan ambulasi diri
3) Ajarkan teknik distraksi dann relaksasi misalnya nafas dalam
4) Berikan obat sesuai petunjuk
2. Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan b/d nyeri. Gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur adalah gangguan jumlah kualitas tidur.
Intervensi :
1) Kaji penyebab nyeri / gangguan tidur
2) Berikan posisi nyaman pada klien
3) Anjurkan minum hangat
4) Kolabirasi dengan keluarga untuk menciptakan lingkungan tenang
3. Gangguan eliminasi BAB / konstipasi b/d penurunan mobilitas usus
aadalah suatu penurunan frekwensi defekasi yag normal pada seseorang, di
sertai gangguan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau
keluarnya feses yang sangat keras dan kering.
Intervensi :
1) Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus
2) Anjurkan untuk ambulasi sesuai kemampuan
3) Berikan obat laksatif pelembek feses bila di perlukan.
G. Evaluasi
-
H. Referensi
Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis.
(terjemahan) Edisi 6. EGC: Jakarta.
Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi (Terjemahan).
Widya Medika: Jakarta.
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi
EGC: Jakarta.
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 9. EGC:
Jakarta.
Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika
Auskulapius FKUI: Jakarta.
Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta.
Willson.J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai