Anda di halaman 1dari 88

PENGGOLONGAN OBAT

Apt. Mutia Media Andara, S. Farm.,


SEDIAAN FARMASI

Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat


tradisional dan kosmetik. Untuk menjaga keamanan
penggunaan obat oleh masyarakat
Dalam dunia farmasi obat dikelompokkan
menjadi beberapa golongan, yaitu:

■ penggolongan obat berdasarkan jenis,


■ penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan, dan
■ penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara
pembuatannya
PENGGOLONGAN OBAT
BERDASARKAN :
JENIS
Menurut Permenkes RI
No. 949/Menkes/Per/VI/2000
Penandaan
1. Obat bebas
2. Obat bebas terbatas
3. Obat keras
4. Obat wajib apotek
5. Obat narkotika
6. Obat psikotropika
7. Obat-Obat tertentu

1. Jamu
OBAT
2. OHT (obat herbal terstandar) TRADISIONAL
3. Fitofarmaka
Permenkes RI No.
949/Menkes/Per/VI/2000
■ Obat Bebas
Obat Bebas, merupakan obat yang pada kemasan ditandai dengan
lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau

Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok,
beberapa analgetik-antipiretik, obat gosok, beberapa antasida. Obat
golongan ini dapat dibeli di Apotek, toko obat, toko kelontong, warung.
■ Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan
yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Definisi Obat bebas terbatas termasuk
obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan diberi batas dan pada
kemasan ditandai dengan lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru.
Contoh obat bebas terbatas antara lain Dulcolax, Methicol, Panadol Cold&Flu
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.6355/Dirjen/SK/69
tanggal 5 November 1975 ada tanda peringatan P No.1 sampai P
No.6
Obat Keras

■ Obat keras adalah obat yang hanya boleh DISERAHKAN


DENGAN RESEP DOKTER. Obat yang masuk ke dalam
golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus sedemikian
rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara
suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan
merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam
kompendial atau farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia
serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui
keputusan Menkes RI. Contoh obat keras antara lain
amoksisilin, kaptopril, eritromisin, dll.
Psikotropika
■ Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
• digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Ada 26 macam,
Gol 1 Contoh Brolamfetamin, Etisiklidina

• berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Ada 14 macam, Contoh
Gol 2 Amfetamin, Deksanfentamin, Levamfetamin, Metamfetamin

• berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Gol 3 Ada 9 macam, Contoh: Amobarbital, Pentobarbital, Siklobarbital.

• berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Ada
Gol 4 60 macam, Contoh : Allobarbital, Alprazolam, Diazepam.
Obat
Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan

Gol • narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat

1
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya yaitu Tanaman Papaver
Somniferum L, Opium Mentah, Tanaman Ganja, Heroina.

Gol • narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

2
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contohnya yaitu Morfina, Tebaina, Petidina.

Gol • narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

3
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya yaitu Kodeina, Nikokodina,
Propiram.
Obat Wajib Apotek Obat-Obat Tertentu
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Menurut Peraturan Kepala Badan
919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat Pengawas Obat dan Makanan Republik
yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep, obat wajib Indonesia Nomor 7 Tahun 2016
apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-
pada pasien tanpa resep dokter dengan
Obatan Tertentu Yang sering
mengikuti peraturan dari Menteri Kesehatan.
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter disalahgunakan,
harus memenuhi kriteria :
• Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan Obat-Obat Tertentu adalah obat-
pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun obat yang bekerja di sistem susunan
dan orang tua di atas 65 tahun syaraf pusat selain Narkotika dan
• Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak Psikotropika, yang pada penggunaan di
memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. atas dosis terapi dapat menyebabkan
• Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau
ketergantungan dan perubahan khas
alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
pada aktivitas mental dan perilaku,
kesehatan.
• Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang terdiri atas obat-obat yang
prevalensinya tinggi di Indonesia. mengandung Tramadol,
• Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan Triheksifenidil, Klorpromazin,
yang dapat dipertanggungjawabkan untuk Amitriptilin dan/atau Haloperidol.
pengobatan sendiri.
OBAT TRADISIONAL

JAMU adalah obat tradisional yang berdasarkan dari pengalaman


empiris secara turun temurun, yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya dari generasi ke generasi. bentuk obat umumnya
disediakan dalam berbagai bentuk serbuk, minuman, pil, cairan dari
berbagai tanaman.

Jamu umumnya terdiri dari 5-10 macam tumbuhan bahkan lebih,


bentuk jamu tidak perlu pembuktian ilmiah maupun klinis, tetapi
cukup dengan bukti empiris saja.

Contoh : jamu buyung upik, jamu nyonya menier


OBAT HERBAL TERSTANDAR adalah obat tradisional yang
telah teruji berkhasiat secara pra-klinis (terhadap hewan percobaan),
lolos uji toksisitas akut maupun kronis, terdiri dari bahan yang
terstandar (Seperti ekstrak yang memenuhi parameter mutu), serta
dibuat dengan cara higienis.

Contoh : Tolak angin

FITOFARMAKA adalah obat tradisional yang telah teruji


khasiatnya melalui uji pra-klinis (pada hewan percobaan) dan uji
klinis (pada manusia), serta terbukti aman melalui uji toksisitas,
bahan baku terstandar, serta diproduksi secara higienis, bermutu,
sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Contoh : Cursil
BENTUK- BENTUK
OBAT
■ Bentuk obat atau bentuk sediaan obat adalah wujud obat
yang diberikan kepada pasien. Obat dapat diberikan
kepada pasien dalam bentuk pil, kapsul, suspensi, serbuk,
salep, obat tetes, dsb.
■ Bentuk sediaan obat dapat dibagi menjadi tiga bentuk:
padat, cair, dan gas.
PADAT
■ Tablet.
– Tablet merupakan sediaan obat berbentuk bundar atau pipih. Tablet
paling sering dijumpai di Indonesia karena bentuk ini mudah dan
praktis dalam pemakaian, penyimpanan dan juga dalam
produksinya. Tablet tidak sepenuhnya berisi obat, biasanya tablet
juga dilengkapi dengan zat pelengkap atau zat tambahan yang
berguna untuk menunjang agar obat tepat sasaran.

Jenis-jenis tablet
• Tablet biasa. • Tablet salut, antara lain:
• Tablet kompresi. • Tablet salut gula.
• Tablet kompresi ganda. • Tablet salut film.
• Tablet yang dikempa. • Tablet salut enteric.
• Tablet hipodermik. • Tablet effervescent.
• Tablet sublingual. • Chewable tablet.
• Tablet bukal. • Tablet hisap.
■ Kaspul merupakan sediaan obat padat dikemas ke dalam
sebuah cangkang berbentuk tabung keras maupun lunak
yang dapat larut.
■ Kaplet. Bentuk sediaan obat kaplet (kapsul tablet)
merupakan sediaan berbentuk tablet yang dibungkus
dengan lapisan gula dan pewarna menarik.
■ Pil. Sediaan obat berbentuk bundar dengan ukuran yang
kecil.
■ Serbuk. Sediaan obat yang berbentuk remahan yang
merupakan campuran kering obat dan zat kimia yang
dihaluskan.
■ Supositoria. Merupakan sediaan padat dalam berbagai
bobot dan bentuk.
CAIR
Sediaan obat cair adalah obat yang mengandung berbagai zat
kimia terlarut. Biasanya dikonsumsi dengan melalui mulut
(oral) atau secara topikal.
Larutan (Solutio). Solutio merupakan larutan obat yang merupakan campuran
homogen yang terdiri dari 2 zat kimia obat atau lebih.
■ Elixir. Elixir adalah suatu larutan yang mengandung alkohol dan diberi
pemanis, mengandung obat dan diberi bahan pembau.
■ Sirup. Sirup merupakan larutan zat kimia obat yang dikombinasikan dengan
larutan gula sebagai perasa manis. Biasa digunakan untuk obat dan suplemen
anak-anak.
■ Emulsi. Emulsi merupakan campuran dari zat kimia yang larut dalam minyak
dan larut dalam air. Untuk membuat obat dengan sediaan emulsi dibutuhkan
zat pengemulsi atau yang biasa disebut dengan emulgator agar salah satu zat
cair dapat terdispersi dalam zat cair yang lain.
■ Suspensi. Merupakan campuran obat berupa zat padat yang kemudian
terdispersi dalam cairan. Biasanya pada petunjuk penggunaan obat terdapat
keterangan: “dikocok dahulu”. Suspensi terbagi ke dalam berbagai jenis
berdasarkan cara pemakaiannya: suspensi oral, suspensi topikal, suspensi
optalmik, dan lain-lain.
■ Injeksi. Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilaruntukan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien
yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
■ Guttae. Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang
dihasilkan penetes beku yang disebuntukan Farmacope Indonesia.
– Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tetes
mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae
Ophtalmicae (tetes mata).
■ Galenik. Galenik adalah sediaan obat berbentuk cairan yang merupakan sari dari
bahan baku berupa hewan atau tumbuhan.
■ Extract. Ekstrak merupakan sediaan obat berbentuk cairan pekat yang didapatkan
dari pengekstraksian zat dari nabati maupun hewani yang kemudian diberi pelarut.
■ Immunosera. Sediaan obat berbentuk cairan berisikan zat immunoglobin yang
diperoleh dari serum hewan lalu dimurnikan. Biasanya Immunosera digunakan untuk
menetralisir racun hewan serta sebagai penangkal virus dan antigen.
GAS

■ Macam obat gas/uap. Obat dengan bentuk sediaan gas/uap


biasanya digunakan untuk pengobatan penyakit
pernapasan dan cara pemakaiannya dengan inhalasi.
Bentuk sediaan gas/uap dibuat agar partikel obat menjadi
kecil sehingga lebih mudah dan cepat diabsorbsi melalui
alveoli dalam paru-paru dan membran mukus dalam
saluran pernapasan. Obat dengan sediaan bentuk gas
biasanya dibungkus dengan alat khusus seperti vaporizer
dan nebulizer.
NEXT THEORY
(TOKSIKOLOGI
OBAT)
TOKSIKOLOGI
OBAT
Apt. Mutia Media Andara,
S.Farm.,
Definisi
■ Toksikologi Ilmu yang mempelajari hal ikhwal racun/
xenobiotika terutama pengaruhnya pada mahluk hidup.

■ Memahami  jenis ZB, kondisi, mekanisme aksi,


wujud, sifat efek toksik
Toxicology

What is toxicology? The study of the effects of poisons.


Poisonous substances are produced by plants, animals, or bacteria.

Phytotoxins
Zootoxins
Bacteriotoxins

Toxicant - the specific poisonous chemical.


Xenobiotic - man-made substance and/or produced by but not normally found in the body.
History

Swiss physician Paracelsus (1493-1541) credited with


being
“The Father of Modern Toxicology.”

“All substances are poisons: there is none which is not a


poison. The right dose differentiates a poison from a
remedy.”
The Dose Makes the Poison
An apparently nontoxic chemical
can be toxic at high doses. (Too
much of a good thing can be bad).

Highly toxic chemicals can be life


saving when given in appropriate
doses. (Poisons are not harmful at
a sufficiently low dose).
Duration & Frequency of Exposure

Duration and frequency are also important components of


exposure and contribute to dose.

Acute exposure - less than 24 hours; usually entails a single


exposure

Repeated exposures are classified as:


– SubAcute - repeated for up to 30 days
– SubChronic - repeated for 30-90 days
– Chronic -repeated for over 90 days
Exposure Concepts
Exposure to chemicals may come from many sources:

– Environmental
– Occupational
– Therapeutic
– Dietary
– Accidental
– Deliberate
Types of Toxic Effects

Death - arsenic, cyanide

Organ Damage – ozone, lead

Mutagenesis - UV light

Carcinogenesis - benzene, asbestos

Teratogenesis - thalidomide
Target Organ Toxicity
Central Nervous System – lead
Immune System - isocyanates
Liver - ethanol, acetaminophen
Respiratory Tract - tobacco smoke, asbestos, ozone
Eye - UV light (sunlight)
Kidney - metals
Skin - UV light, gold, nickel
Reproductive System – dibromochloropropane
Klasifikasi Keracunan
1. Menurut cara terjadinya keracunan
Self Poisoning Meracuni diri sendiri
Attempted Suicide Usaha bunuh diri
Accidental Poisoning Tidak disengaja
Homicidal Poisoning Akibat pembunuhan

2. Menurut mula terjadinya keracunan


 Keracunan Akut
 Keracunan Sub Akut
 Keracunan Kronis
3. menurut organ terkena keracunan

 Neurotoksik
 Kardiotoksik
 Nefrotoksik
 Hepatotoksik
 Immunotoksik
 Hemotoksik
 genotoksik
DAMPAK EFEK TOKSIK

■ Inflamasi
■ Nekrosis (Kematian Sel)
■ Penghambatan enzim
■ Biochemical uncoupling (Pelepasan Biokimia)
■ Sintetis mematikan (Apoptosis)
■ Peroksidasi lipid
■ Terbentuknya ikatan kovalen
■ Neoplasma
■ Toksisitas reproduksi
Bahan - Bahan Kimia yang
Mengakibatkan Ketoksikan
• RADIKAL BEBAS ( FREE RADICAL )
• PESTISIDA
• ZAT KIMIA RUMAH TANGGA DAN
LOGAM BERAT
• OBAT-OBATAN (NAPZA)
Logam berat
■ Logam berat mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk setiap cm3,
sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5g adalah logam
ringan.
■ Dalam tubuh makhluk hidup logam berat termasuk dalam mineral
“trace” atau mineral yang jumlahnya sangat sedikit
■ Beberapa mineral trace adalah esensiil karena digunakan untuk
aktivitas kerja system enzim misalnya seng (Zn), tembaga (Cu), besi
(Fe) dan beberapa unsur lainnya seperti kobalt (Co), mangaan (Mn)
dan beberapa lainnya. Beberapa logam bersifat non-esensiil dan
bersifat toksik terhadap makhluk hidup misalnya : merkuri (Hg),
kadmium (Cd) dan timbal (Pb).
Unsur-unsur logam berat adalah unsur yang
mempunyai nomor atom dari 22 sampai 92
(Waldichuk, 1974) yaitu sejumlah unsur seperti
merkuri (Hg), arsen (As), kadmium (Cd),
tembaga (Cu), timah (Sn), seng (Zn), timah
hitam (Pb), kobalt (Co), khromium (Cr), nikel
(Ni) dan vanadium (Va) dan terletak dalam
periode tiga sampai tujuh dalam susunan berkala
Pengelompokan berdasarkan
urutan daya racun
1. Kelas B : sangat beracun : Hg, Pb, Sn, Cu
– Paling efektif untuk berikatan dg gugus sulfihidril (-SH)
2. Kelas antara : Daya Racun Sedang : Ni, Zn
3. Kelas A : Daya racun rendah : Mg
Urutan toksisitas logam
■ Daftar urutan tinggi ke rendah
Hg2+ > Cd2+ > Ag+ Ni2+ Pb2+> As2+ > Cr2+ > Sn2+ > Zn2+

■ Pengaruh terhadap aktivitas enzim

Cd2+ > Pb2+ > Zn2+ > Hg2+ > Cu2+


■ Aktifitas enzim alpha-glycerophosphat dehydrogenase
(jaringan ikan)
Hg2+ >Cd2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ni2+ > Co2+
Kasus Minamata Desease
■ Terjadi di Teluk Minamata (Jepang)
■ Pembuangan limbah Chisso Corporation : pabrik
kimia aldehid, plastik, obat-obatan dan parfum
■ 1950 produksi naik, limbah >>
■ Metil merkuri dihasilkan dari proses metilasi
merkuri anorganik oleh bakteri metanogenik (di
sedimen)
■ 1953-1960 : 98 orang yg dirawat
Pb ( Timbal )
Timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif, sehingga mekanisme
toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu
sebagai berikut:
1. Sistem haemopoietik : Pb menghambat system pembentukan hemoglobin
sehingga menyebabkan anemia.
2. Sistem saraf pusat dan tepi: dapat menyebabkan gangguan ensepfalopati dan
gejala gangguan system saraf perifer.
3. Ginjal: dapat menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia, glukosuria, nefropati,
fibrosis dan atrofi glomerular.
4. Sistem gastro-intestinal: menyebabkan kolik dan kosnstipasi
5. Sistem kardiovaskuler: menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh
darah
6. Sistem reproduksi : dapat menyebabkan kematian janin waktu melahirkan
pada wanita dan hipospermi dan teratospermia pada pria.
7. Sistem endokrin: mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal
Dosis keracunan Pb
Anak sapi : 400-600 mg/kg
Sapi dewasa : 600 – 800 mg/kg
Domba : Pb =2,5% = 1,25 kg dengan berat 50 kg
Bayi dan anak-anak biasanya lebih peka terhadap
toksisitas Pb daripada orang dewasa. Menurut Bolger
dkk. (1996), hal ini disebabkan :
1. Mereka mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk setiap
unit berat badannya
2. Absorbsi Pb-nya lebih intensif dalam saluran pencernaan,
3. Organ seperti otak, ginjal, dan hati masih relatif muda dan
masih terus berkembang.
Kadmium (Cd)
■ Dalam industri pertambangan logam Pb dan Zn,
proses pemurniannya akan selalu diperoleh hasil
samping cadmium yang terbuang kealam
lingkungan.
■ Kadmium masuk kedalam tubuh manusia terjadi
melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Untuk mengukur asupan
kadmium kedalam tubuh manusia perlu
dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan
yang dimakan atau kandungan Cd dalam feses.
■ Keracunan Cd kronik ini dilaporkan didaerah Toyama, sepanjang sungai
Jinzu di Jepang, yang menyebabkan penyakit Itai-iatai pada penduduk
wanita umur 40 tahun keatas.

Gambar 1. Seorang wanita penderita itai-itai disease


Gambar 2 Ginjal yang mengalami Gambar 3. Gambaran
nekrotik, nephrosis dan gagal ginjal histopatologik yang menunjukkan
penderita itai-itai disease degenerasi tubulus dan glomerolus
Gambar 4 Gambaran sinar x Gambar 5. Tulang rusuk yang
dari tulang pinggul yang mengalami osteoporosis dan
mengalami osteoporosis dekalsifikasi
Arsen atau As

■ Efek arsen pada mata menimbulkan kontraksi dan gangguan


penglihatan.
■ Pada kulit menyebabkan hiperpigmentasi (warna gelap),
penebalan (hiperkeratosis), dan dapat sebagai pencetus kanker.
■ Pada hepar akan menyebabkan hepatitis atau bahkan sirosis
sehingga kadar SGPT, SGOT, dan bilirubin meningkat.
Kromium ( Cr )

■ Keracunan Cr dapat berdampak buruk pada saluran pernafasan,


kulit, pembuluh darah, dan ginjal.
■ Pada saluran pernafasan dapat menimbulkan kanker dan ulkus.
■ Efek lain adalah ulkus pada kulit, aterosklerosis, dan nekrosis
tubulus ginjal
TOKSISITAS
NARKOTIK,
PSIKOTROPIK, DAN
ZAT ADIKTIF
LAINNYA (NAPZA)
NAPZA

■ (Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif


lainnya)
– Bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh
akan mempengaruhi tubuh terutama susunan
saraf pusat/otak, sehingga menyebabkan
gangguan fisik, psikis dan fungsi sosial.
BERDASARKAN EFEKNYA TERHADAP
SUSUNAN SYARAF PUSAT

■ Golongan Depresan
– mengurangi aktifitas fungsional tubuh
– merasa tenang, pendiam dan bahkan
membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri.
■ Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein),
■ Sedatif (penenang),
■ hipnotik (obat tidur),
■ tranquilizer (anti cemas),
■ alkohol dalam dosis rendah,
■ dan lain-lain.
■ Golongan Stimulan
– merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja.
– menjadi aktif, segar dan bersemangat .
■ Golongan ini
– Kokain, Amfetamin (shabu, ekstasi), Kafein.

■ Golongan Halusinogen
– menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali
menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
■ Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.
■ Golongan ini termasuk
– Kanabis (ganja),
– LSD,
– Mescalin,
– Pensiklidin (PCP),
– berbagai jenis jamur,
– tanaman kecubung
NAPZA YANG TERDAPAT DI MASYARAKAT
SERTA AKIBAT PEMAKAIANNYA

■ OPIUM  Papaver somniferum


– Opium dibagi 3 golongan besar yaitu:
■ Opium alamiah (opiat ): morfin, opium, kodein
■ Opium semi sintetik: heroin/ putauw, hidromorfin
■ Opium sintetik: meperidin, propoksipen, metadon

■ Nama jalanannya: putauw, ptw, black


heroin, brown sugar
HEROIN
■ Heroin disintesis dari morfin atau kodein dan mempunyai
efek analgetik yang jauh lebih kuat dibandingkan morfin
atau kodein.
■ Heroin berbentuk granul, warna putih, rasa pahit tebal dan
tidak berbau. Heroin tidak digunakan dalam medis karena
sangat cepat menimbulkan ketergantungan dan euforia.
EFEK HEROIN PADA DOSIS NORMAL

• Euforia  timbul pada pemakaian 3-4 kali


• Menghilangkan nyeri daya analgetiknya 100x
morfin.
• Kolinergik  merangsang sistem parasimpatik 
depresi pernapasan, denyut jantung melemah, tek.darah
turun, menekan libido, miosis, mulut kering, mual
muntah dan konstipasi.
CANABIS (GANJA)
■ Ganja berasal dari tanaman : Canabis indica, Canabis sativa dan.
Cannabis ruderalis Terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidro kanabinol
(THC), kanabinol dan kanabidiol
■ Cara penyalahgunaan: dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau
dengan menggunakan pipa rokok.
■ Efek pada dosis normal:  2-3 jam stlh merokok
– cenderung merasa lebih santai
– rasa gembira berlebih (euforia), Efek Jangka Panjang :
– sering berfantasi, Gangguan saluran napas
– aktif berkomunikasi,tertawa sendiri Hilangnya motivasi
– selera makan tinggi, Fungsi otak menurun
– Mata merah, tek.darah turun Gangguan hormon
– kering pada mulut dan tenggorokan. Gangguan sistem saraf
KOKAIN
■ Di peroleh dari hasil ekstraksi tumbuhan
Erythroxylon coca
■ bentuk:
– kokain hidroklorid / crack
■ berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah
larut dari free base.
– free base.
■ tidak berwarna/ putih, tidak berbau dan rasanya pahit
Gejala yang ditimbulkan dari
penggunaan kokain

- Gelisah dan denyut nadi meningkat


- Euforia/rasa gembira berlebihan
- Banyak bicara dan kewaspadaan
meningkat
- Kejang dan tekanan darah meningkat
- Berkeringat dan mudah berkelahi
- Penyumbatan pembuluh darah
- Distonia (kekakuan otot leher)
AMFETAMIN
■ Nama generik: D-pseudo epinefrin yang disintesa tahun 1887, dan
dipasarkan tahun 1932 sebagai dekongestan
■ Nama jalanan: speed, meth, crystal, uppers, whizz dan sulphate
■ Bentuk: bubuk warna putih dan keabu-abuan

Gejala-gejala dari penggunaan amfetamin


1. Kewaspadaan meningkat
2. Bergairah
3. Rasa senang/bahagia
4. Pupil mata melebar/ midriasis
5. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat
6. Susah tidur/insomnia
7. Hilang nafsu makan
Dua jenis amfetamin:
– MDMA (methylene dioxy methamphetamin)
■ mulai dikenal sekitar tahun 1980 dengan nama Ectacy
atau Ekstasi.
■ Efek  stimulasi, halusinogen.

◦ Methamfetamin
◦ lama kerja lebih panjang dibanding MDMA (dapat mencapai 12 jam) dan efek
halusinasinya lebih kuat.
◦ Nama lainnya shabu-shabu, SS, ice, crystal, crank.
◦ Cara penggunaan :
◦ Dalam bentuk pil di minum peroral
◦ Dalam bentuk kristal, dibakar dengan menggunakan kertas aluminium foil dan asapnya
dihisap (intra nasal) atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus
(bong).
◦ Dalam bentuk kristal yang dilarutkan, dapat juga melalui intra vena.
Efek Ekstasi
Efek lanjutan 
setelah 1 jam
• Mual dan muntah, •Euforia,
• Tubuh terasa panas suhu •Sensasi terhadap sinar, suara dan
sentuhan meningkat sehingga sesuatu
(tubuh meningkat), yang normal kelihatan lebih baik,
• Jantung berdebar •Meningkatnya rasa ingin berdekatan
(perangsangan simpatik), (romantis), terbuka, dan cinta, maka
disebut “love drug”
• Ketegangan otot terutama
rahang (gerakan •Energi meningkat, percaya diri dan
mengunyah), banyak bicara,
•Berkeringat, dehidrasi dan sangat
• Pupil melebar sehingga susah haus, dan
melihat dengan fokus,
•Depresi, iritable, gelisah, dan
• Bingung atau panik. paranoid.
Lisergid Acid diethylamine
( LSD )
– Termasuk dalam golongan halusinogen
– Nama jalanan : acid, trips, tabs
– Bentuk: seperti kertas berukuran kotak
seperempat perangko dalam banyak warna
dan gambar; berbentuk pil, kapsul
– Cara: meletakkan permukaan lidah dan
bereaksi setelah 30-60 menit sejak
pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam.
– Efek: tripping, yang biasa digambarkan
seperti halusinasi terhadap tempat, warna
dan waktu.
Efek setelah memakai LSD
■ otot terasa melilit (sakit),
■ Lemah, mati rasa dan gemetar,
■ Mual, muntah, dan tersa tergoncang-
goncang,
■ Denyut jantung dan tekanan darah
meningkat,
■ pernapasan cepat dan dalam, dan
■ gangguan koordinasi.
Halusinasi karena LSD
■ warna kelihatan lebih cerah, suara lebih keras,
dan tajam,
■ distorsi ruang dan waktu,
■ tubuh terasa terbang atau merupakan bagian
dari benda lain,
■ emosional swing (tiba-tiba berubah dari
gembira ke sedih tanpa ada alasan atau
sebaliknya), dan
■ halusinasi flash back (merasa mengalami
peristiwa lampau) walaupun sudah lama tidak
menggunakan LSD.
Efek Halusinasi yang
menakutkan
■ cemas dan takut yang luar biasa,
■ ada laba-laba yang menjalar diseluruh tubuhnya,
■ panik yang dapat merangsang perbuatan yang beresiko,
■ paranoid, dan
■ bunuh diri.
PSILOSIBIN
( Magic Mashroom )
■ Psilosibin adalah halusinogen yang terdapat pada jamur
yang tumbuh pada kotoran sapi, kuda atau kerbau.
Secara kimiawi psilosibin mirip dengan LSD sehingga
mempunyai efek yang serupa.
ZAT ADIKTIF LAIN
 bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif selain yang
disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi:

■ Alkohol
– Keppres No. 3 tahun 1997 tentang
Pengawasan dan Pengendalian Minuman
Beralkohol.
– mengandung etanol (etil alkohol), menekan
susunan syaraf pusat.
– Merupakan gaya hidup atau bagian dari
budaya.
- Golongan A : kadar etanol 1 – 5 %
( Bir ).
- Golongan B : kadar etanol 5 – 20 %
(Berbagai minuman anggur )
- Golongan C : kadar etanol 20–45 %
(Whisky, Vodca, Manson House, Johny
Walker ).
■ Tembakau
■ Pemakaian sangat luas di masyarakat.
■ Kadar nikotin yang bisa diserap oleh tubuh per
batangnya 1-3 mg.
■ Dosis letal: 60 mg nikotin sekali pakai.
■ Pemakaian ROKOK dan ALKOHOL terutama pada
remaja, pintu masuk penyalahgunaan NAPZA
■ Kafein
■ zat stimulansia
■ dapat menimbulkan ketergantungan jika
dikonsumsi melebihi 100 mg /hari atau
lebih dari dua cangkir kopi
■ ketergantungan psikologis.
■ Minuman energi sering kali
menambahkan kafein dalam
komposisinya.
DASAR TERAPI
ANTIDOT
Definisi
Sasaran terapi
Strategi terapi
Tata cara pelaksanaannya
DEFINISI
■ Terapi antidot (loomis)  tata cara yang secara
khas ditujukan untuk membatasi intensitas efek
toksik zat kimia atau untuk menyembuhkannya shg
bermanfaat dlm mencegah timbulnya bahaya
selanjutnya.
TERAPI NON SPESIFIK
1.Menghambat Absorpsi ZB  pemberian arang aktif, mengeluarkan racun
dari lambung, pemberian pencahar
1. Keracunan melalui kulit :
lakukan pencucian dengan sabun dan air (jangan gunakan
pelarut organik)

2. Keracunan melalui inhalasi :


segera pindahkan pasien ke tempat yang segar dan
udaranya bersih

2. Mempercepat eliminasi  meningkatkan ekskresi, hemodialisis,


pengasaman/pembasaan urin.
TERAPI SPESIFIK
■ Adalah terapi antidot yang hanya efektif untuk zat-zat
tertentu
■ Dikelompokan menjadi 3 :
– Antidotum yang bekerja secara kimiawi
– Antidotum yang bekerja secara farmakologi
– Antidotum yang bekerja secara fungsional
Antidotum yang bekerja secara
kimiawi
■ Zat-zat pembentuk kelat 
– dimercarpol,
■ Berguna untuk keracunan arsen, merkuri dan timbal
■ Efek samping takikardi, hipertensi, mual dan iritasi lambung
■ dimercaptosuccinic acid (DMSA) dan dimercaptopropane sulphonic
acid (DMPS).

– EDTA (etilendiamin tetraasetat)


■ Efektif untuk logam-logam transisi
■ injeksi IM atau IV dalam bentuk garamnya, Na atau Ca
■ diekskresi melalui filtrasi glomelurus
■ digunakan terutama pada keracunan Pb (lead), dan,
■ Pada dosis tinggi bersifat neprotoksik terutama pada tubulus renal
– Penisilamin • Deferoksamin Trientin ( cuprid )
(Cuprin) • Membentuk kelat Membentuk
dg Fe. kelat dg Cu+
– Senyawa mirip
• Diberikan
terapi terbatas
dengan pinisilamin mell.
Infus atau IM untuk penyakit
– Sangat baik Wilson`s pada
diabsorpsi pada • Dimetabolissme individu yang
saluran pencernaan dan diekskresi tidak dapat
– Toksik pada sumsum mell. Ginjal  urin mentolerir
tulang belakang dan berwarna merah penisilamin.
ginjal (jarang) • Menyebabkan
adalah efek yang neurotoksik/ pd
paling merugikan. ginjal (jarang)
– Digunakan untuk
keracunan Cu, Hg
dan sbg tambahan pd
terapi keracunan Pb
dan arsen
Antidotum yang bekerja secara kimiawi

■ Fab fragment  suatu antibodi monoklonal dapat mengikat


digoksin dan mempercepat ekskresinya melalui filtrasi
glomelurus.
■ Dikobaltedetat dan hidrokobalamin  untuk keracunan
sianida
■ Detoksifikasi enzimatik 
– Etanol  keracunan metanol/etilen glikol
– Atropin  keracunan pestisida organofosfat
Antidotum yang bekerja secara
farmakologi
■ Yaitu suatu antidotum yang bekerja mirip dengan zat toksik,
bekerja pada reseptor yang sama atau berbeda.
– Nalokson hidroklorida  keracunan opium
– Flumazamil keracunan benzodiazepin
– Oksigen  keracunan CO
Antidotum yang bekerja secara fungsional
■ Antidotum antagonis fungsional dapat juga digolongkan sebagai antidotum non
spesifik karena berguna sebagai terapi simtomatik dan mengantagonis beberapa
jenis zat toksik Sebagai contoh penggunaan diazepam untuk menghambat
konvulsi (kejang) dan fasciculasi yang disebabkan zat seperti organofosfat,
karbamat dan stimulan.
UJI TOKSIKOLOGI

■ Uji toksisitas akut, yaitu uji untuk mengetahui nilai LD50 dan dosis
maksimal yang masih dapat ditoleransi oleh binatang percobaan,
yang hasilnya akan ditranformasi pada manusia. Uji ini umumnya
menggunakan 2 spesies hewan coba, dengan dua jalur pemberian dan
dengan pemberian dosis tunggal.
Uji toksisitas akut

■ Banyak cara yang digunakan untuk menentukan nilai LD50 atau


LC50. Namun ada 4 yang sering digunakan pada penelitian :
– Cara Farmakope III
– Cara WEIL
– Cara Probit
– Cara Reed Muench
■ Uji toksisitas sub akut, adalah suatu uji
untuk menentukan organ sasaran (organ
yang rentan) atau tempat kerjanya.
Umumnya dilakukan dengan menggunakan
3 dosis, dilakukan selama 4 minggu – 3
bulan dan menggunakan 2 spesies yang
berbeda.
■ Uji toksisitas kronik, adalah suatu uji yang
tujuannya hampir sama dengan uji
toksisitas sub akut, menggunakan hewan
rodent dan non rodent selama 6 bulan atau
lebih. Uji ini diperlukan jika obat nantinya
akan digunakan dalam waktu yang cukup
panjang.
■ Uji efek pada organ reproduksi, suatu uji untuk
melihat perilaku yang berkaitan dengan
reproduksi (perilaku kawin), perkembangan
janin, kelainan janin, proses kelahiran, dan
perkembangan janin setelah dilahirkan.

Uji karsinogenik, adalah uji untuk mengetahui


apakah suatu zat jika dipakai dalam jangka
panjang akan dapat menimbulkan kanker. Uji
dilakukan selama 2 tahun pada 2 spesies
hewan. Uji ini dilakukan jika obat ini nantinya
akan digunakan dalam jangka panjang.
Uji Karsinogenik :

1. Untuk obat-obat yang digunakan jangka lama atau terapi penyakit kronis.
2. Zat kimia yang potensial menimbulkan karsinogenik.
Dosis yang dipakai : Dosis tinggi (100x dosis terapi)
Lama Uji : pada tikus 24 bulan pada mencit 18 bulan.

FDA  per kelompok minimal 25 ekor per jenis kelamin, dan harus hidup
sampai akhir percobaan.
Kematian tak lebih 50% bukan karena kanker. Dosis yang dipakai adalah
dosis tertinggi yang tidak menyebabkan kematian.
Evaluasi : adanya Neoplasma dibandingkan kontrol.

Uji mutagenik, adalah suatu uji untuk melihat adanya perubahan


gen jika zat digunakan jangka panjang.
UJI KLINIS

■ Uji klinis fase I  sukarelawan sehat


■ Uji klinis fase II  pada orang sakit
■ Uji klinis fase III  pasien sesungguhnya dlm jumlah yang relatif
besar
■ Uji klinis fase IV  dilakukan setelah obat mendapat ijin edar
sementara
Efek yang merugikan dari Obat (ADRs)

■ Tipe A  sudah terdeteksi pd saat uji klinis  tergantung dosis.


■ Tipe B  hasil dr rx alergi thdp obat  berbahaya.
■ Tipe C  sulit terdeteksi  peningkatan suatu penyakit sec. spontan,
kejadiannya acak, penggunaan dalam waktu lama.

Anda mungkin juga menyukai