Anda di halaman 1dari 150

SALINAN

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 12. TAHUN 2018
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015-2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi atas pelaksanaan


capaian Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2015-2016, terdapat indikator
kinerja yang belum optimal mendukung sasaran
pembangunan yang ingin dicapai, sehingga perlu diubah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015-
2019;
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4405);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4406);
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 3);
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 593);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 22 TAHUN 2015
TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015-2019.
-3-

Pasal I
Lampiran dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015-2019
diubah sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan
Peraturan Menteri ini.

Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-4-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 April 2018

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MUHADJIR EFFENDY

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 April 2018

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 576

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

TTD.

Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001
SALINAN
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN
NOMOR 12 TAHUN 2018
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TAHUN 2015-2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemerdekaan memberikan janji kepada seluruh anak bangsa lintas generasi,
seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara
Republik Indonesia Tahun 1945: “Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
Janji adalah sesuatu yang harus dilunasi. Janji kemerdekaan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa menempatkan pembangunan pendidikan
dan kebudayaan menjadi isu pokok dan agenda utama tiap periode
pemerintahan. Janji kemerdekaan untuk memajukan kesejahteraan umum
lebih memperkuat keniscayaan itu. Arti penting pembangunan pendidikan
dan kebudayaan juga merupakan pelaksanaan amanat konstitusi yang
secara lugas dinyatakan dalam berbagai pasal. Pasal 28c, ayat (1), UUD
1945 menyatakan bahwa "setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan
dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia".
Pasal 31 menyatakan pemerintah wajib memajukan pendidikan dengan
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang, memprioritaskan anggaran pendidikan serta memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia. Upaya melunasi janji kemerdekaan dan kesungguhan
melaksanakan amanat konstitusi terkait dengan pendidikan semakin
didukung oleh perundang-undangan. Visi Pendidikan Nasional pun menjadi
semakin jelas. Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah.
Tema pembangunan pendidikan jangka panjang mengacu pada Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005—2025. Penyelarasan tema dan
fokus pembangunan pendidikan tiap tahap kemudian dirumuskan dalam
Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP)
2005—2025. Dalam perencanaan jangka menengah, masih
dimungkinkan adanya penyesuaian atau perbaikan tema sesuai dengan
kondisi terkini melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tiap periode pemerintahan, serta Rencana Strategis
Kementerian yang ditugaskan. Tema-tema pembangunan pendidikan tiap
tahap menurut Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka
Panjang (RPPNJP) 2005—2025 yang diselaraskan dengan tema
pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN), ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Periode pertama dalam RPPNJP, pembangunan pendidikan difokuskan
pada peningkatan kapasitas satuan pendidikan sebagai penyelenggara
pendidikan dalam memperluas layanan dan meningkatkan modernisasi
penyelenggaraan proses pembelajaran. Pada periode kedua, pemerintah
mendorong penguatan layanan sehingga pendidikan dapat dirasakan
oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada periode ketiga, saat ini
pembangunan pendidikan direncanakan sebagai tahap pendidikan yang
menyiapkan manusia Indonesia untuk memiliki daya saing regional.

RPJMN-I RPJMN-II RPJMN-III RPJMN-IV


(2005-2009) (2009-2014) (2015-2019) (2020-2024)
Menata kembali NKRI, Memantapkan penataan Memantapkan pembangunan secara Mewujudkan manusia Indonesia
menbangun Indonesia yang kembali NKRI, meningkatkan menyeluruh dengan menekankan yang mandiri, maju, adil dan
aman dan damai, yang adil dan kualitas SDM, membangun pembangunan keunggulan kompetitif makmur melalui percepatan
demokratis, dengan tingkat kemampuan IPTEK, perekonomian yang berbasis pada SDA pembangunan di segala bidang
kesejahteraan yang lebih baik memperkuat daya saing yang tersedia, SDM yang berkualitas dengan struktur perekonomian yang
perekonomian serta kemampuan IPTEK. kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif

TEMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN


2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2024
Peningkatan Penguatan Daya Saing Regional Daya Saing
Kapasitas & Pelayanan Internasional
Modernisasi

Gambar 1.1 Tema Pembangunan Pendidikan 2005—2025

Sementara itu, keterkaitan yang amat erat antara pembangunan


pendidikan dan pembangunan kebudayaan sudah diamanatkan oleh
konstitusi. Selain pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945 yang disebut
terdahulu, Pasal 32 menyatakan bahwa negara berperan dalam
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya serta menghormati dan
memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
RPJMN 2015—2019 menegaskan bahwa ideologi pemersatu bangsa adalah
Pancasila 1 Juni 1945 dan Trisakti yang diwujudkan antara lain dalam
bentuk kepribadian dalam kebudayaan melalui pembangunan karakter dan
kegotongroyongan yang berdasar pada realitas kebinekaan.
Pembangunan kebudayaan selama ini juga telah mengacu pada RPJPN
Tahun 2005—2025. Berbagai dokumen kebijakan berulang kali
menyebutkan delapan pilar pembangunan kebudayaan, yaitu (1) hak-hak
berkebudayaan; (2) jati diri dan karakter bangsa; (3) multikulturalisme;
(4) sejarah dan warisan budaya; (5) industri budaya; (6) diplomasi
budaya; (7) pranata dan insan kebudayaan; serta (8) sarana dan
prasarana budaya. Konstruksi pembangunan nasional kebudayaan itu
ditunjukkan pada Gambar 1.2.

RENCANA INDUK NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
PELESTARIAN HAK PEMBANGUNAN PENGUATAN PELESTARIAN PENGEMBANGAN PENGUATAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
BERKEBUDAYAAN JATI DIRI DAN MULTIKULTURALIS SEJARAH DAN INDUSTRI DIPLOMASI SDM & PRANATA SARANA DAN
KARAKTER -ME WARISAN BUDAYA BUDAYA BUDAYA KEBUDAYAAN PRASARANA
BANGSA BUDAYA

ARAH KEBIJAKAN
INDEKS PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN

STRATEGI

INDIKASI PROGRAM

Gambar 1.2 Pilar Pembangunan Kebudayaan

RPJMN 2015—2019 telah menetapkan sembilan agenda prioritas, yang


dikenal sebagai Nawacita, yang sepenuhnya berlandaskan ideologi
Trisakti. Ideologi Trisakti mencakup kedaulatan di bidang politik,
berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Sementara itu Nawacita meliputi, (1) menghadirkan kembali negara
untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada
seluruh warga negara; (2) membuat pemerintah selalu hadir dengan
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,
dan terpercaya; (3) membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan;
(4) memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
(5) meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; (6) meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia
lainnya; (7) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik; (8) melakukan revolusi
karakter bangsa; serta (9) memperteguh kebinekaan dan memperkuat
restorasi sosial Indonesia.
Pencermatan kembali atas janji kemerdekaan, amanat konstitusi,
Nawacita serta kondisi terkini menjadikan sinergi pembangunan
pendidikan dan pembangunan kebudayaan sebagai pilihan yang memiliki
alasan kuat. Berpedoman pada itu, disusunlah Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015—2019. Secara
teknis, proses penyusunan dan penyajian rencana strategis dilakukan
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, rencana strategis ini harus digunakan sebagai pedoman
dalam perencanaan dan pengendalian tahunan pembangunan
pendidikan dan kebudayaan.

B. Paradigma Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan


Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015—
2019 disusun berdasarkan beberapa paradigma. Sebagian paradigma
bersifat universal, dikenal dan dipakai berbagai bangsa. Sebagian lagi lebih
bersifat nasional, sesuai dengan nilai-nilai dan kondisi bangsa Indonesia.
Perincian paradigma itu adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan untuk Semua
"Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia" adalah amanat konstitusi. Pendidikan harus dapat diakses
oleh setiap orang dengan tidak dibatasi oleh usia, tempat, dan waktu.
Pemerintah harus menjamin keberpihakan kepada peserta didik yang
memiliki hambatan fisik, mental, ekonomi, sosial, ataupun geografis.
2. Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu
sejak lahir hingga akhir hayat. Pendidikan harus diselenggarakan
dengan sistem terbuka yang memungkinkan fleksibilitas pilihan dan
waktu penyelesaian program secara lintas satuan dan jalur pendidikan.
3. Pendidikan sebagai Suatu Gerakan
Pemerintah memang bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan
yang sebaik-baiknya bagi semua warga negara. Namun, semua pihak
dapat memberi kontribusi dalam penyelenggaraan pendidikan agar
hasilnya optimal. Penyelenggaraan pendidikan harus disikapi sebagai
suatu gerakan, yang mengintegrasikan semua potensi negeri dan peran
aktif seluruh masyarakat.
4. Pendidikan Menghasilkan Pembelajar
Penyelenggaraan pendidikan harus memperlakukan, memfasilitasi, dan
mendorong peserta didik menjadi subjek pembelajar mandiri yang
bertanggung jawab, kreatif dan inovatif. Pendidikan diupayakan
menghasilkan insan yang suka belajar dan memiliki kemampuan
belajar yang tinggi. Pembelajar hendaknya mampu menyesuaikan diri
dan merespons tantangan baru dengan baik.
5. Pendidikan Membentuk Karakter
Pendidikan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, dan
pembentukan kepribadian. Kepribadian dengan karakter unggul antara
lain, bercirikan kejujuran, berakhlak mulia, mandiri, serta cakap dalam
menjalani hidup.
6. Sekolah yang Menyenangkan
Sekolah sebagai satuan pendidikan yang utama merupakan suatu
ekosistem. Suatu tempat yang di dalamnya terjadi hubungan saling
ketergantungan antara manusia dengan lingkungannya. Sekolah harus
menjadi tempat yang menyenangkan bagi manusia yang berinteraksi di
dalamnya, baik siswa, guru, tenaga pendidik, maupun orang tua siswa.
7. Pendidikan Membangun Kebudayaan
Pendidikan memiliki hubungan yang amat erat dengan kebudayaan.
Sebagian dari paradigma yang disebut di atas mengandung aspek
kebudayaan atau proses budaya. Pendidikan pada dasarnya juga
merupakan proses membangun kebudayaan atau membentuk
peradaban. Pada sisi lain, pelestarian dan pengelolaan kebudayaan
adalah untuk menegaskan jati diri dan karakter bangsa Indonesia.

C. Kondisi Umum
Berbagai terobosan dan capaian pembangunan pada periode 2005—2009
seperti implementasi UU guru dan dosen, standar nasional pendidikan,
sertifikasi guru, penyediaan tunjangan profesi, serta komitmen dalam
penuntasan wajib belajar 9 tahun sampai tingkat kabupaten dan kota tetap
menjadi agenda prioritas dalam pembangunan tahun 2010—2014.
Disamping itu, berbagai terobosan baru untuk meningkatkan layanan
pendidikan di Indonesia dalam bentuk kebijakan selama periode 2004—
2014 dapat dilihat pada Gambar 1.3.

2012
Perbaikan Penyaluran BOS •
Rintisan PMU • 2014
UU-Dikti •
2010 BOP-PTN •
Reformasi Birokrasi • Subak diakui • 2014
PP 66/2010 • UNESCO • PMU
Beasiswa Bidikmisi • Afirmasi • • Implementasi
DPPN • Pendidikan Papua Kurikulum 2013
2008
Noken diakui UNESCO • secara Nasional
WAJAR DIKDAS
• UU Keinsinyuran
9 Tahun tercapai
• Persiapan FBF
2006
Sertifikasi Guru 2011 2013
• Pendidikan Karakter • Inisiasi PMU
• Integrasi Kebudayaan • Integrasi UN
• Rehab SD-SMP • Inisiasi Kurikulum 2013
2007 2009 • Sarjana Mengajar di 3T • Akademi Komunitas
2004 2005
Tunjangan 20% APBN untuk• Tari Saman diakui • World Cultural Forum
• Awal BOS pendidikan UNESCO • UU Pendidikan Kedokteran
• UU Guru dan Profesi Guru
Dosen
• SNP
Gambar 1.3 Pencapaian Pembangunan Pendidikan 2005—2014
Beberapa tonggak pencapaian pembangunan kebudayaan periode 2009—
2014 dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Tahun 2014
 Fasilitasi Laboratorium Seni Budaya dan
Film
 Akreditasi Museum
 Purna Pugar Komplekes Candi
Prambanan Pasca Gempa 2006
 Persiapan WCF II
 Museum Presiden RI Balai Kirti
 Cetak Biru Nasional Pembangunan
Kebudayaan
 Peletakan batu pertama Rumah Budaya
Indonesia di Timor Leste

Gambar 1.4 Pencapaian Pembangunan Kebudayaan 2009—2014

Berikut diuraikan capaian pembangunan pendidikan dan kebudayaan pada


periode 2010—2014.

1. Pendidikan Anak Usia Dini


Selama periode 2010—2014, pemerintah bekerja sama dengan
pemerintah daerah dan masyarakat berhasil meningkatkan partisipasi
PAUD (usia 3-6 tahun) menjadi 68,10% pada tahun 2014 atau naik
17,89% dari capaian pada tahun 2010 yaitu sebesar 50,21%. Capaian
tersebut didukung oleh Program Paudisasi yang merupakan gerakan
pemerintah untuk mewujudkan perluasan akses PAUD dengan
sasaran satu desa memiliki minimal satu satuan pendidikan PAUD.
Untuk mendukung program ini, Kemendikbud mengalokasikan
bantuan untuk 25.774 rintisan PAUD baru dengan alokasi bantuan
rata-rata sebesar Rp45 juta untuk setiap satuan pendidikan PAUD.
Program ini juga didukung melalui kerjasama dengan pemerintah
daerah, perusahaan swasta, BUMN, dan organisasi mitra untuk
mengembangkan PAUD.
Sebagai bentuk komitmen pemerintah pada pengembangan akses dan
mutu PAUD, pada tahun 2013 Presiden telah menerbitkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 60 Tahun 2013 tentang
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif yang bertujuan
menjamin (a) terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini secara
utuh meliputi kesehatan dan gizi, rangsangan pendidikan, pembinaan
moral-emosional dan pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai kelompok umur; serta (b)
terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara terintegrasi dan
selaras antar lembaga layanan terkait, sesuai kondisi wilayah dengan
mendorong komitmen seluruh lapisan masyarakat di dalam
mengembangkan PAUD.
Selanjutnya sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu
kelembagaan PAUD telah di terbitkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 84 Tahun 2014 tentang Pendirian Satuan
Pendidikan Anak Usia Dini dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini. Untuk penataan kelembagaan
penyelenggara pendidikan anak usia dini dalam kapasitas semula
sebagai sekolah internasional telah terbit Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kerjasama
Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan oleh Lembaga
Pendidikan Asing dengan Lembaga Pendidikan di Indonesia. Saat ini
telah diterbitkan 106 izin Satuan Pendidikan Kerjasama TK dan
Kelompok Bermain.
2. Pendidikan Dasar
Fokus pembangunan akses pendidikan dasar pada tahun 2010—2014
adalah menuntaskan wajib belajar sembilan tahun sampai di tingkat
kabupaten dan kota. Salah satu terobosan yang dilakukan sebagai upaya
pencapaian wajib belajar sembilan tahun yaitu meningkatkan harga
satuan Biaya Operasional Sekolah (BOS) untuk jenjang Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidayah pada tahun 2009 sebesar Rp397.000,00,
naik menjadi Rp450.000,00 pada tahun 2012 dan direncanakan naik
menjadi Rp800.000,00 pada tahun 2015. Sedangkan untuk jenjang
SMP/Madrasah Tsanawiyah pada tahun 2009 sebesar Rp570.000,00,
naik menjadi Rp710.000,00 dan pada tahun 2015 dan direncanakan
naik menjadi Rp1.000.000,00 pada tahun 2015. Terobosan lain yaitu
meningkatkan kuota sasaran BSM untuk menjamin pendidikan dasar
dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa membebani
orang tua dengan pungutan-pungutan.
Dampak kedua terobosan tersebut mendorong naiknya angka partisipasi
kasar (APK) penduduk usia pendidikan dasar yaitu APK SD/SDLB/Paket
A menjadi 97,31% dan APK SMP/SMPLB/Paket B menjadi 74,29%.
Terobosan tersebut juga mempengaruhi turunnya disparitas
antarkabupaten dan kota dimana pada tahun 2014 disparitas APK
SD/MI antarkabupaten/kota turun menjadi 1,9% dari sebelumnya pada
tahun 2010 mencapai 2,15%. Demikian pula halnya dengan disparitas
APK SMP/MTs antarkabupaten/kota turun dari 15% pada tahun 2010
menjadi 12,75% pada tahun 2014. Tercapainya target angka partipasi
pendidikan mendorong pemerintah secara lebih spesifik memberikan
afirmasi kepada daerah-daerah yang masih perlu peningkatan angka
partisipasi. Secara khusus, pemerintah memberikan perhatian kepada
daerah-daerah Terpencil, Tertinggal, Terdepan/Terluar (3T) yang
merupakan kantung-kantung putus sekolah dengan menyediakan
bantuan berupa sarana dan prasarana pendidikan serta menyelesaikan
permasalahan keterbatasan guru dengan program “Sarjana Mendidik di
Daerah 3T”.
Seiring dengan peningkatan akses pendidikan dasar, pemerintah
berusaha mendorong peningkatan kualitas layanan pendidikan dasar.
Diterbitkannya SPM Pendidikan Dasar melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nomor 15 Tahun 2010 yang selanjutnya diperbaharui dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013
merupakan komitmen pemerintah pusat dalam menjamin pelaksanaan
urusan wajib di bidang pendidikan dasar agar peningkatan akses
pendidikan dilakukan bersamaan dengan peningkatan mutu layanan
pendidikan. SPM ini dirancang sebagai jembatan dalam peningkatan
mutu layanan pendidikan menuju kepada pemenuhan standar layanan
pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan dasar ditujukan untuk
mendorong meningkatnya rata-rata kualitas layanan pendidikan yang
ditunjukan dengan semakin meningkatnya jumlah satuan pendidikan
dasar yang terakreditasi minimal B. Tercatat pada tahun 2013 sebanyak
68,7% SD/MI dan 62,5% SMP/MTs telah terakreditasi minimal B. Hal
tersebut merupakan dampak dari berbagai terobosan yang dilakukan
pemerintah seperti rehabilitasi sarana dan prasarana pendidikan dasar
yang dilaksanakan secara masif, proses redistribusi guru dan
peningkatan kompetensi guru menjadi berkualifikasi S1/D4, proses
sertifikasi pendidik, dan pengembangan kurikulum yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan.
3. Pendidikan Menengah
Pembangunan pendidikan menengah difokuskan pada dua hal yaitu
meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas
dan meningkatkan relevansi lulusan pendidikan menengah terhadap
dunia kerja. Untuk itu pemerintah menjamin akses pendidikan
menengah seluas-luasnya sehingga diharapkan dapat menaikkan rata-
rata kualifikasi tenaga kerja di Indonesia yang saat ini didominasi oleh
lulusan pendidikan dasar.
Partisipasi penduduk yang mengikuti pendidikan menengah
meningkat cukup signifikan selama periode 2010—2014. Capaian APK
SMA/SMK/SMLB/Paket C sebesar 68,92% pada tahun 2014. Melihat
kebutuhan akan tenaga kerja trampil dan peningkatan input pendidikan
tinggi, Pemerintah mendorong akselerasi pembangunan pendidikan
menengah dengan menginisiasi Pendidikan Menengah Universal (PMU)
yang merupakan langkah awal menuju dilaksanakannya wajib belajar 12
tahun. Sebagai tindak lanjut pelaksanaan PMU, pada tahun 2013
pemerintah mengeluarkan kebijakan BOS bagi pendidikan menengah
dengan satuan biaya per siswa Rp1.000.000,00 per tahun dan
direncanakan naik menjadi Rp1.200.000,00 pada tahun 2015.
Disamping BOS, bagi siswa tidak mampu masih diberikan BSM. BOS
pendidikan menengah ini sebelumnya merupakan Bantuan
Operasional Manajemen Mutu (BOMM) yang diterapkan dengan
mengikuti mekanisme BOS pada pendidikan dasar.
Peningkatan akses pendidikan menengah wajib diselaraskan dengan
akselerasi peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan menengah tidak
hanya mencetak lulusan pendidikan menengah yang akan
melanjutkan ke pendidikan tinggi namun juga mempersiapkan lulusan
SMK memiliki ketrampilan memadai untuk menjadi tenaga kerja siap
pakai dan trampil. Dari segi peningkatan kualitas layanan pendidikan
menengah, sampai dengan tahun 2013 sebanyak 73,5% SMA/MA dan
48,2% kompetensi keahlian SMK berakreditasi minimal B. Pemerintah
secara kontinu berusaha mendorong peningkatan layanan pendidikan
menengah seperti peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru,
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, rehabilitasi prasarana
pendidikan, pengembangan kurikulum dan adaptasi Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI).
4. Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan Orang Dewasa (POD) merupakan pendidikan nonformal (PNF)
bagi peserta didik usia 15 tahun ke atas yang meliputi pendidikan
keaksaraan dan peningkatan budaya baca, pendidikan kursus dan
pelatihan, pendidikan kesetaraan, pendidikan keluarga,
pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan, pendidikan
kecakapan hidup, dan pendidikan pencegahan perilaku destruktif. Fokus
pendidikan keaksaraan adalah meningkatkan keaksaraan dan
keterampilan dalam bekerja atau berwirausaha bagi penduduk usia 15
tahun ke atas melalui kursus dan pelatihan kerja. Pengentasan
keniraksaraan dilakukan dengan menerapkan pendidikan keaksaraan
dasar, pendidikan keaksaraan usaha mandiri yang dikombinasikan
dengan pendidikan keterampilan dan peningkatan budaya baca. Selama
periode 2010—2014, pemerintah berhasil menurunkan angka niraksara
menjadi 3,76% pada tahun 2014 dari 4,75% pada tahun 2010.
Penurunan angka niraksara terjadi secara cukup siginifikan selama
kurun waktu 10 tahun terakhir. Pada tahun 2004, terdapat 12 provinsi
dengan persentase niraksara di atas 10%, saat ini tinggal 2 provinsi.
Keberhasilan ini ditunjukkan dengan menurunnya persentase penduduk
niraksara dan menyempitnya disparitas gender. Pada tahun 2005 angka
niraksara 14,89 juta (9,55%) dengan disparitas gender 6,56%. Sementara
itu, pada tahun 2014, angka niraksara adalah 6,00 juta (3,76%) dengan
disparitas gender 2,17%.
Peningkatan kualitas lembaga penyelenggara pelatihan dan kursus
bertujuan untuk menjamin kualitas peserta pelatihan dan kursus
sehingga dapat diterima oleh pasar kerja atau termotivasi untuk menjadi
pengusaha. Jumlah lembaga kursus dan pelatihan yang telah
terakreditasi mencapai 1.275 dari 18.458 lembaga yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Upaya akreditasi ini dilakukan dengan
meningkatkan kapasitas manajemen pengelolaan lembaga kursus dan
pelatihan, pemagangan, dan penilaian kinerja lembaga sebagai persiapan
menuju akreditasi. Pemerintah mendorong proses akreditasi dan
penyelarasan penyelenggara/lembaga kursus dan pelatihan agar
mengacu pada standar penyelenggaraan serta mengadaptasi Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) sebagai landasan dalam menyusun
kerangka materi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja.
Peningkatan mutu penyelenggara kursus berdampak positif terhadap
meningkatnya jumlah peserta didik dan mutu lulusan. Jumlah peserta
didik kursus dan pelatihan pada tahun 2014 telah mencapai
2.818.505 orang, meningkat hampir dua kali lipat jika dibandingkan
dengan tahun 2010 sebanyak 1.433.147 orang. Pemerintah
mempertegas upaya untuk meningkatkan mutu kelembagaan satuan
pendidikan nonformal dengan menerbitkan Permendikbud Nomor 81
Tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal;
Permendikbud Nomor 129 Tahun 2014 tentang Sekolah Rumah;
Permendikbud Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar.
5. Pelestarian dan Pemajuan Kebudayaan serta Pelestarian dan Pengelolaan
Kebudayaan, Bahasa, dan Sastra
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya, pemerintah melakukan proses registrasi budaya yang mencakup
tahapan pendaftaran, pengkajian, penetapan, pencatatan,
pemeringkatan, dan penghapusan. Kemendikbud bekerja sama dengan
lembaga-lembaga terkait membentuk tim ahli nasional untuk mengkaji
setiap warisan budaya yang didaftarkan dari tingkat kabupaten/kota.
Hingga 16 Oktober 2013, sebanyak 2.632 warisan budaya tak benda
telah teregistrasi. Hasil registrasi warisan budaya tersebut akan diseleksi
dan ditetapkan sebagai warisan budaya nasional yang selanjutnya
direkomendasi sebagai bentuk diplomasi budaya Indonesia ke luar
negeri. Tujuannya, agar warisan-warisan budaya itu diakui sebagai
warisan budaya Indonesia di tingkat internasional.
Selain menjalankan pelestarian cagar budaya, pemerintah juga bertugas
menjalankan pemajuan kebudayaan sesuai dengan mandat Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Usaha
pemajuan kebudayaan ini dijalankan melalui pelindungan,
pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan serta pembinaan Sumber
Daya Manusia bidang kebudayaan.
Pelindungan terdiri dari: (1) inventarisasi, (2) pengamanan, (3)
pemeliharaan, (4) penyelamatan dan (5) publikasi. Pengembangan terdiri
dari: (1) penyebarluasan, (2) pengkajian dan (3) pengayaan keragaman.
Pemanfaatan untuk: (1) penguatan karakter dan ketahanan budaya, (2)
kesejahteraan masyarakat, (3) peningkatan peran dan pengaruh
internasional. Pembinaan terdiri dari: (1) peningkatan mutu dan jumlah
SDM, (2) standarisasi dan sertifikasi SDM, (3) peningkatan mutu tata
kelola.
Terdapat sepuluh jenis objek pemajuan kebudayaan yang dimaksud
dalam Undang-Undang ini: (1) tradisi lisan, (2) manuskrip, (3) adat
istiadat, (4) ritus, (5) pengetahuan tradisional, (6) teknologi tradisional,
(7) seni, (8) bahasa, (9) permainan rakyat dan (10) olahraga tradisional.
Dalam konteks pemajuan kebudayaan sebagaimana dimaksud dalam UU
No. 5 / 2017, yang dimajukan bukan hanya sepuluh objek tersebut,
tetapi juga ekosistem sepuluh objek tersebut. Pendekatan berbasis
ekosistem ini dapat diilustrasikan lewat kasus kain gringsing dari
Tenganan, Bali. Dalam taksonomi objek pemajuan kebudayaan, kain
gringsing adalah sekaligus bagian dari sekurang-kurangnya lima taxon
dalam taksonomi objek pemajuan kebudayaan: (1) bagian dari adat
istiadat, yakni bila kain gringsing dilihat dari segi cara penggunaan
(sebagai syarat untuk naik ke balai adat untuk melakukan musyawarah),
(2) bagian dari ritus, yakni bila kain gringsing dilihat sebagai bagian dari
kain penolak bala yang digunakan sebagai instrumen dalam ritual
potong gigi, perkawinan, dan lain sebagainya, (3) bagian dari teknologi
tradisional, yakni bila kain gringsing dilihat dari segi teknik tenun ikat,
(4) bagian dari pengetahuan tradisional, yakni bila kain gringsing dilihat
dari segi wawasan hidup masyarakat Tenganan yang memperhatikan
daur hidup lingkungan alam (karena mereka berprinsip tidak boleh
mengambil buah kemiri yang diperlukan sebagai pewarna kain, kecuali
buah itu jatuh sendiri dari pohonnya) dan (5) bagian dari seni, yakni bila
kain gringsing dilihat dari segi desain motif.
Masing-masing taxon memiliki ekosistemnya sendiri dan setiap
ekosistem itu terhubung dengan sektor-sektor kehidupan lain. Dimensi
adat istiadat dalam kain gringsing melibatkan ekosistem “masyarakat
hukum adat” yang pada gilirannya berurusan dengan kompleks sistem
sosial masyarakat Tenganan. Dimensi ritus dalam kain gringsing
melibatkan ekosistem kepercayaan yang pada gilirannya berurusan
dengan kompleks sistem agama, sejarah Tenganan (sebagai desa Bali Aga
pra-Majapahit), dan seterusnya. Dimensi teknologi tradisional dalam
kain gringsing melibatkan ekosistem ekonomi yang pada gilirannya
berurusan dengan masalah ketersediaan bahan baku, kebijakan impor,
dan pada akhirnya berujung pada tata ekonomi global. Dimensi
pengetahuan tradisional dalam kain gringsing melibatkan ekosistem
pewarisan ingatan kultural masyarakat yang pada gilirannya berurusan
dengan ekologi desa Tenganan (ketersediaan tulang kelelawar sebagai
alat pintal, dan lain sebagainya.) Dimensi seni dalam kain gringsing
melibatkan ekosistem seni kriya dan seni rupa tradisi yang pada
gilirannya berurusan dengan hubungan pelik antara modernitas dan
tradisi, serta hal-hal yang berkaitan dengannya.
Pemajuan kebudayaan yang mengutamakan ekosistem kebudayaan
berarti bahwa usaha pemajuan tersebut tidak hanya dijalankan terhadap
sepuluh objek budaya, tetapi juga terhadap masing-masing ekosistem
khas dari sepuluh objek tersebut. Artinya, yang dimajukan termasuk
juga hubungan sosial dan ekonomi yang mengkondisikan ada dan
berkembangnya kesepuluh objek tersebut.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan
juga menetapkan metode perumusan pedoman pemajuan kebudayaan.
Metode yang dipakai adalah partisipasi para pemangku kepentingan di
bidang kebudayaan secara berjenjang dari tingkat kabupaten/kota
hingga nasional, mulai dari penyusunan dokumen Pokok Pikiran
Kebudayaan Daerah tingkat kabupaten/kota yang difasilitasi oleh
Pemerintah Daerah hingga dokumen Rencana Induk Pemajuan
Kebudayaan.
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan, kebudayaan ditempatkan sebagai hulunya pembangunan.
Kebudayaan mesti mewarnai setiap lini pembangunan. Di sinilah agenda
pengarus-utamaan kebudayaan (mainstreaming culture) menjadi penting.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan
mencerminkan semangat itu, seperti tercermin dalam Pasal 7 yang
berbunyi “Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah melakukan
pengarusutamaan Kebudayaan melalui pendidikan untuk mencapai
tujuan Pemajuan Kebudayaan”. Ini selaras dengan yang dimaksud
dalam UNESCO Thematic Think Piece (2012) lewat ungkapan
“kebudayaan sebagai pendorong dan pemberdaya bagi pembangunan
berkelanjutan” (culture as a driver and an enabler of sustainable
development).
Pelestarian dan pengembangan bahasa antara lain dapat dilihat dari
meningkatnya jumlah penutur bahasa Indonesia di luar negeri. Dalam
hubungan itu, jumlah penutur bahasa Indonesia merupakan jumlah
terbesar kelima di dunia, yakni sebesar 4,5 juta orang (Kementerian Luar
Negeri, 2011). Sedikitnya 45 negara mengajarkan bahasa Indonesia
kepada warganya. Di beberapa negara, bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang cukup populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari
atau dijadikan sebagai bahasa asing kedua setelah bahasa Inggris.
Dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan penutur bahasa
Indonesia, pemerintah menerapkan terobosan kebijakan Scheme for
Academic Mobility and Exchange (SAME) khusus bidang pengajaran BIPA
di samping menyiapkan pusat layanan bahasa.
6. Tata Kelola Kementerian
Peningkatan efektivitas, akuntabilitas, dan transparansi dalam
pengelolaan anggaran dan birokrasi merupakan salah satu agenda
utama proses Reformasi Birokrasi Internal (RBI) di Kemendikbud. Pada
tahun 2012 berdasarkan Survey Integritas Sektor Publik (SISP) oleh KPK,
Kemendikbud menempati peringkat pertama dengan nilai 8,06.
Penghargaan itu dapat dimaknai sebagai bentuk pengakuan KPK
terhadap komitmen Kemendikbud dalam menjalankan program kerja
terkait dengan upaya pemberantasan korupsi. Kemendikbud juga
mendapatkan penghargaan dari KPK atas kepatuhan dalam melaporkan
gratifikasi.
Dalam hal keterbukaan informasi, Kemendikbud mendapatkan tiga
penghargaan yaitu Open Government dari Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) untuk
penyelenggaraan program Bidik Misi, Terbaik I kategori advertorial
Kementerian/Lembaga (K/L) pada Anugrah Media Humas (AMH) pada
tahun 2013, serta sertifikat akreditasi A untuk Unit Kearsipan
Kementerian dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Dalam bidang keuangan dan pengelolaan kinerja instansi pemerintah,
pada tahun 2013 Laporan Hasil Evaluasi (LHE) Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP) Kemendikbud mendapat kategori B (Baik) dan
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK terhadap laporan
keuangan tahun 2013. Capaian ini tentunya menjadi pemicu bagi
Kemendikbud untuk terus-menerus meningkatkan kinerja pengelolaan
lembaga.

D. Potensi dan Permasalahan


1. Analisis Lingkungan Strategis
Kondisi lingkungan strategis dapat diidentifikasi sebagai potensi, yang
selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan penting dalam penyusunan
Renstra. Kondisi lingkungan strategis yang menggambarkan
kecenderungan masa depan mendapat perhatian khusus. Berikut
diuraikan beberapa aspek lingkungan strategis dimaksud.
a. Tren Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Angka laju dan kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia selama
periode 2010—2014 terbilang cukup baik. Angka itu didukung pula
oleh perkembangan di berbagai indikator ekonomi makro. Semakin
tumbuh harapan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara
dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Hal senada dilontarkan
oleh para analis asing. Sebagai contoh, McKinsey Global Institute pada
tahun 2012, memperkirakan Indonesia akan menjadi negara dengan
kekuatan ekonomi nomor 7 di dunia pada tahun 2030. Posisi tersebut
didapat dari analisis dan perkiraan atas pertumbuhan beberapa
indikator utama, seperti jumlah masyarakat kelas menengah ke atas
dari 45 juta orang menjadi 135 juta orang dan meningkatnya
kemampuan 74% usia produktif dalam menyumbang 86% dari
Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dalam analisis diperkirakan pada
tahun 2030, Indonesia akan membutuhkan 113 juta tenaga kerja
terampil untuk dapat menjaga kesinambungan kondisi
perekonomiannya.
b. Daya Saing Indonesia di Mata Dunia Internasional
Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan dibandingkan negara-negara lain.
Sebagaimana ditunjukkan dalam Global Competitiveness Index (GCI),
Indonesia mengalami peningkatan peringkat daya saing dari 55 pada
tahun 2009—2010 menjadi peringkat 38 pada tahun 2013—2014.
Seluruh indikator GCI Indonesia menunjukkan peningkatan sehingga
saat ini Indonesia masuk pada tahapan transisi dari negara dengan
kategori efficiency driven economy menjadi negara dengan kategori
innovation driven yang merupakan kelompok negara-negara maju.
Ditinjau dari pencapaian Human Development Index (HDI) Indonesia
mengalami kenaikan peringkat dari nomor 128 menjadi 124 dari 185
negara.
c. Perkembangan Demografi di Indonesia
Indonesia mempunyai peluang untuk dapat menikmati “bonus
demografi”, yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi akibat
berubahnya struktur umur penduduk yang ditandai dengan
menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk
nonusia kerja menjadi penduduk usia kerja. Perubahan struktur ini
memungkinkan bonus demografi tercipta karena meningkatnya suplai
angkatan kerja (labor supply), tabungan (saving), dan kualitas
manusia (human capital). Di Indonesia, rasio ketergantungan telah
menurun dan melewati batas di bawah 50 persen pada tahun 2012
dan mencapai titik terendah sebesar 46,9 persen antara tahun 2028—
2031. Indonesia mempunyai potensi untuk memanfaatkan bonus
demografi secara nasional maupun regional. Penduduk usia produktif
Indonesia sendiri menyumbang sekitar 38 persen dari total penduduk
usia produktif di ASEAN. Tingginya jumlah dan proporsi penduduk
usia kerja Indonesia, selain meningkatkan angkatan kerja dalam
negeri, juga membuka peluang untuk mengisi kebutuhan tenaga bagi
negara-negara yang proporsi penduduk usia kerjanya menurun seperti
Singapura, Korea, Jepang, dan Australia.
Di sisi lain, bonus demografi hanya dapat dirasakan manfaatnya oleh
Indonesia apabila ada jaminan bahwa sebagian atau seluruh
penduduk usia kerja tersebut produktif atau memiliki pekerjaan.
Keterbatasan lapangan pekerjaan dan keterampilan kerja penduduk
usia kerja berdampak pada pengangguran. Hal ini akan menjadi
"bencana demografi" karena tingkat ketergantungan yang justru
meningkat drastis akibat tidak mampu membiayai dirinya sendiri.

PROYEKSI RASIO KETERGANTUNGAN INDONESIA 2010-2035


51

50,5
50 2028-2031: Dependency
Ratio terendah (46,9%)
Rasio Ketergantungan (%)

49
48,6

48 47,7
47,9
47,2 46,9
47
2012: Proporsi penduduk
46 usia produktif >50%

45
2010 2015 2020 2025 2028 2030 2032 2035

Sumber Data: Proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010-2035. Rasio ketergantungan dihitung dari
jumlah penduduk usia 0-14 tahun dan penduduk usia 65+ dibagi dengan jumlah penduduk usia produktif
(usia 15-64 tahun)

Gambar 1.5 Bonus Demografi

d. Spektrum Tenaga Kerja di Indonesia


Sebagai catatan pada tahun 2013, menurut data BPS, jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja 65,70% hanya memiliki
latar belakang pendidikan dasar (SD/SMP), 24,51% lulusan
pendidikan menengah, dan 9,79% lulusan pendidikan tinggi.
Pemerintah mempunyai pekerjaan yang sangat besar mengingat
tingginya kebutuhan tenaga kerja terampil dan inovatif untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Sebagai catatan, ASEAN akan menerapkan ASEAN economic
community atau komunitas ekonomi ASEAN pada tahun 2015.
Kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka yang berbasis produksi,
sehingga aliran barang, jasa, dan investasi akan bergerak bebas,
sesuai dengan kesepakatan ASEAN. Peran Indonesia di ASEAN sebagai
“pasar terbesar dan basis produksi” paling potensial untuk
dikembangkan baik dari faktor sumber daya alam maupun demografi.
Kelas menengah yang tumbuh kuat dan kebutuhan akan penguasaan
teknologi, menyebabkan Indonesia akan dibanjiri berbagai produk,
inovasi, bahkan tenaga kerja asing yang tentunya akan memperketat
tingkat persaingan dengan tenaga kerja, inovasi, dan produk dalam
negeri. Hal ini memungkinkan meningkatnya angka pengangguran di
Indonesia.
e. Perkembangan Kondisi Sosial Masyarakat
Sebagian kondisi sosial masyarakat, yang tergambar dalam dinamika
berbangsa bernegara serta hubungan sosial, menunjukkan kondisi
yang agak mengkhawatirkan. Salah satu di antaranya berkaitan
dengan permasalahan korupsi yang terjadi dan melibatkan banyak
pejabat negara (dalam CPI tahun 2013, Indonesia menduduki
peringkat 114 dari 177 negara), rendahnya toleransi antarumat
beragama, penggunaan obat-obat terlarang, pornografi yang sudah
merambah pada anak-anak kecil, rendahnya partisipasi masyarakat
dalam pembangunan, rendahnya kepatuhan hukum dan peraturan
perundang-undangan, rendahnya sportivitas dalam berkompetisi, dan
banyaknya kejadian negatif lainnya yang menjadi rangkaian fenomena
dan realitas yang dihadapi oleh generasi muda saat ini.
Generasi muda terindikasi mengalami kesulitan untuk mencari
contoh-contoh yang dapat dijadikan panutan (role model) dalam
membangun karakter diri. Padahal karakter tersebut amat dibutuhkan
untuk mendorong bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan
berdaulat di dalam dan di luar negeri. Namun, sebagian masyarakat
sudah sangat menyadari permasalahan ini, sehingga cukup banyak
orang tua yang berusaha sungguh-sungguh untuk menjadi panutan.
Negara harus memfasilitasi mereka yang telah menyadari hal ini, serta
berupaya meningkatkan kesadaran mereka yang belum menyadari hal
tersebut.
f. Kondisi Jati Diri Bangsa
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki nilai-nilai
menghargai keragaman, berakhlak mulia, bermoral, beretika, dan
bergotong-royong. Nilai-nilai itu hidup dalam keseharian personal
maupun komunal, yang membentuk jati diri bangsa. Namun,
perkembangan terkini dari kehidupan sosial masyarakat
mengindikasikan adanya pelemahan jati diri tersebut. Sebagian nilai
mulia bangsa Indonesia kurang tampak dalam kehidupan personal
dan komunal. Bahkan, sebagian pihak sudah khawatir bahwa nilai
tersebut tidak diakui lagi sebagai sesuatu yang ideal atau menjadi
pedoman hidup.
Peran bahasa dan budaya sebagai media dalam membangun karakter
bangsa dihadapkan pada persimpangan yang sangat kompleks dalam
menghadapi era keterbukaan informasi dan media. Keterbukaan
informasi yang tidak disikapi secara bijaksana dan tidak terkendali
akan menggerus penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
serta penerapan nilai-nilai budaya lokal yang positif. Seni dan karya
budaya Indonesia mulai terasa asing di negara sendiri. Seni dan
budaya itu secara halus mulai tergeser oleh budaya temporer yang
masuk tanpa saringan yang cukup ketat. Praktik pembajakan karya
cipta seni dan budaya menunjukkan ketidakpedulian masyarakat
terhadap karya bangsa sendiri.
2. Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Pendidikan dan
Kebudayaan Periode 2015—2019
Pembangunan pendidikan dan kebudayaan hingga tahun 2014
menunjukkan keberhasilan yang nyata, seperti yang telah diuraikan
pada bagian C di atas. Namun masih terdapat banyak permasalahan
penting dan tantangan yang akan dihadapi pada periode tahun 2015—
2019.
a. Permasalahan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan
Sejumlah permasalahan dalam membangun pendidikan dan
kebudayaan yang perlu mendapat perhatian dalam kurun waktu lima
tahun mendatang akan diuraikan pada bagian berikut ini.
1) Peran Pelaku Pembangunan Pendidikan belum Optimal, meskipun
sebagian pelaku sudah mengalami peningkatan peran yang cukup
besar di era sebelumnya. Pada masing-masing jenjang pendidikan,
ada pelaku yang masih kurang kuat peran dan keterlibatannya.
Sebagai contoh: dalam pendidikan dasar, peran orang tua sering
masih terbatas pada urusan administrasi dan penyediaan sarana
pribadi siswa saja; dalam pendidikan jenjang menengah, para
siswa belum menjadi subjek pendidikan atau kurang dilibatkan
aktif dalam proses pembelajaran; penguatan peran guru dan
tenaga pendidikan masih terlampau menekankan peningkatan
mutu, kompetensi, dan profesionalisme guru. Selain itu,
penguatan peran pelaku pada keseluruhan jenjang pendidikan
juga masih kurang disinergikan sebagai bagian dari ekosistem
pendidikan.
2) Peran Pelaku Budaya belum Signifikan dalam Melestarikan dan
Memajukan Kebudayaan Ketergantungan pada peran dan bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah masih cukup tinggi. Inisiasi
pelaku budaya masih banyak yang dilakukan secara sendiri-
sendiri dan kurang tersinergi. Sementara itu peran pemerintah
juga belum optimal dalam upaya memberdayakan serta melibatkan
para pelaku tersebut.
3) Belum Semua Penduduk Memperoleh Layanan Akses PAUD yang
Berkualitas
Belum semua anak usia PAUD memperoleh layanan pendidikan,
sebagaimana ditunjukkan dengan capaian APK PAUD yang baru
sebesar 68,1% pada tahun 2014. Kualitas penyelenggaraan PAUD
pun masih harus ditingkatkan sejalan dengan peningkatan akses,
antara lain dengan Standarisasi layanan PAUD.
4) Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan 12 Tahun yang Berkualitas
belum Maksimal
Ketika Wajib Belajar (Wajar) 12 Tahun ditetapkan sebagai salah
satu agenda prioritas pembangunan pendidikan, sebenarnya masih
ada beberapa masalah dalam pelaksanaan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 9 Tahun yang belum terselesaikan.
Permasalahan itu harus segera diatasi agar seluruh siswa yang
telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMP/MTs dan paket
Paket B dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah.
Permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Pemenuhan hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang
berkualitas belum maksimal
Meskipun capaian APK pendidikan dasar pada tahun 2012—
2013 telah di atas 100%, masih ada permasalahan dari segi
pemerataan baik sisi spasial maupun tingkat ekonomi. Dari sisi
spasial sebanyak 146 kabupaten dan kota (29,4%) masih
memiliki APM SD di bawah 95%, sedangkan sebanyak 169
kabupaten/kota (34%) masih memiliki APK SMP di bawah 95%.
Dari sisi tingkat ekonomi, angka partisipasi penduduk usia 13-
15 tahun sangat dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi
keluarga sebagaimana terlihat pada Gambar 1.6 di bawah.

Sumber : Susenas, BPS

Gambar 1.6 APS Penduduk Usia 7-24 Tahun menurut


Kelompok Pengeluaran Keluarga, 2012
b) Belum seluruh penduduk memperoleh layanan akses pendidikan
menengah yang berkualitas
Belum semua anak usia 16-18 tahun memperoleh layanan
pendidikan yang berkualitas, sebagaimana ditunjukkan pada
Capaian APK SMA/MA/SMK yang masih rendah yaitu sebesar
80% pada tahun 2014. Masih banyaknya kecamatan yang belum
memiliki SMA/MA/SMK menjadi penyebab kantung-kantung
putus sekolah. Saat ini 947 kecamatan atau 13,9% kecamatan
belum memiliki SMA/MA/SMK. Demikian pula perbedaan
kemampuan melanjutkan sekolah antarkemampuan ekonomi
sangat tinggi serta keterbatasan fisik masih menjadi kendala.
Hal ini sebagaimana terlihat pada Gambar 1.6 di atas.
c) Relevansi pendidikan menengah kejuruan dengan kebutuhan
dunia kerja belum maksimal
Hasil layanan pendidikan SMK belum seperti yang diharapkan,
sebagaimana ditunjukkan oleh tingkat pengangguran lulusan
SMK yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan lulusan
SMA yaitu 9,10% untuk SMA dan 7,21% untuk SMK pada bulan
Februari tahun 2014. Selain itu, juga karena jumlah rata-rata
penghasilan yang tidak terlalu berbeda antara lulusan SMA dan
SMK. Hal ini menunjukkan belum signifikannya persepsi dunia
kerja antara lulusan SMK dan SMA, sebagaimana dapat dilihat
pada Gambar 1.7. Ketidakselarasan antara dunia kerja dan
kualitas lulusan SMK merupakan salah satu faktor yang
mendorong rendahnya penyerapan lulusan SMK pada dunia
kerja.
10 3,2 3,5
9
3,0
8
2,3 2,5
7
6 2,0
1,6 1,5
5
4 1,5
1,1
0,9
3 0,8 1,0
0,6
2
0,5
1,51

3,03

4,28

7,76

5,91
9,60

9,88

6,21

1
0 -
Tidak/ Belum/ SD SLTP SLTA SLTA Diploma Universitas
belum tidak Umum Kejuruan I,II,III/
pernah tamat SD Akademi
sekolah

Tingkat pengangguran terbuka (%) Rata-rata pendapatan sebulan (Juta Rp)

Sumber: Susenas 2013


Gambar 1.7 Tingkat Pengangguran Terbuka dan Rata-Rata Pendapatan Per Bulan
menurut Pendidikan yang Ditamatkan, Agustus 2013
5) Peningkatan Kualitas Pembelajaran belum Maksimal
Kualitas pembelajaran di Indonesia dinilai masih belum baik
diukur dengan proses pembelajaran ataupun hasil belajar siswa.
Berbagai studi mengungkapkan bahwa proses pembelajaran di
kelas umumnya tidak berjalan secara interaktif sehingga tidak
dapat menumbuhkan kreativitas dan daya kritis, dan kemampuan
analisis siswa. Selama ini kompetensi sebagai hasil dari
pembelajaran yang sangat penting untuk diukur dan dimiliki siswa
justru kurang diperhatikan. Hasil belajar siswa juga masih belum
menggembirakan. Pada Ujian Nasional (UN) tahun 2013, hanya
sekitar 56 siswa SMP/MTs dan 66% siswa SMA/SMK/MA yang
mencapai batas minimal nilai UN murni. Selain itu, hasil UN masih
sangat senjang baik dilihat secara antarsiswa, antarsekolah,
maupun antardaerah di samping mengindikasikan terjadinya
kesenjangan gender.
Capaian mutu pendidikan Indonesia yang masih jauh di bawah
capaian negara maju atau bahkan di bawah negara-negara
tetangga Indonesia menjadi catatan dalam pembenahan mutu
pendidikan di Indonesia. Nilai PISA Matematika tahun 2012
menunjukan rata-rata capaian kompetensi siswa Indonesia berada
pada level 1. Kondisi ini mendudukkan Indonesia di bawah
Singapura, Malaysia, Thailand, atau bahkan Vietnam,
sebagaimana terlihat pada Gambar 1.8.

MATEMATIKA - PISA 2012


100,0 3,3 3,5
5.7 6,0 5,8 12,1 12,3
9,3 9,8 19,0
90,0
PERSEN SISWA YG MENDAPAT NILAI SETIAP LEVEL (%)

16,8 14,9 14,5 18,8


80,0 18,2 21,3
21,4
70,0 21,0
26,0
60,0 33,4
Capaian Indonesia (%) 23.7
Rata-rata 27,3 23,9
Tingkat Kompetensi Score min. 26,1
OECD 50,0Total (P+L) P L 28,4
22,2
Rata-rata 497 396 410 382
40,0
6 698 1,1 0 028,8 0
30,6 22,5 21,4
5 626 7,3 30,0 0,1 0,1 0 19,7 17,5
22,8
4 553 21 1,5 2 1,1
20,0 42.3
3 480 29,1 11,5 14,1 9 15,0 14,7
12,0 12,2
2 407 23,5 10,0 31,6 23,0
36,1 27,3
19,1 10,6
Kecakapan di bawah Tingkat 2 (55.29) (47.6) (62.5) 8 6,4 5,9 6,1
0,0 3,6 2,7 2,6 2,2
1 335 12,3 34,8 33,9 35,7
Indonesia Malaysia Thailand OECD Vietnam Korea Hong Kong Singapore
1(b) 262 4,4 16,3 11,4 21
Di bawah 1 (b) 0 -261 1,3 4,1 Dibawah2,3
1 Level 15,8 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Level 6

Sumber: Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) 2013


Gambar 1.8 Capaian Mutu Pendidikan Indonesia
Sementara itu, dalam hal kemahiran membaca, Indonesia
mendapat nilai rata-rata PISA Tahun 2012 sebesar 396. Posisi
Indonesia masih di bawah nilai rata-rata Malaysia (398) dan
Thiland (441) sebagaimana tergambar pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Rata-Rata Nilai PISA Tahun 2012
Adjusted Adjusted Adjusted
Adjusted PISA Adjusted PISA
PISA 2003 PISA 2006 PISA 2009
2000 results 2012 results
Country results results results
Mean Mean Mean Mean Mean
S.E S.E S.E S.E S.E
Score Score Score Score Score
Japan 538 (3,4) 511 (3,5) 501 (3,5) 520 (3,2) 538 (3,4)
Korea 461 (21,9) 474 (21,5 560 (3,2) 540 (2,9) 461 (21,9)
Indonesia 373 (3,4) 390 (4,4) 396 (5,8) 402 (3,1) 396 (3,7)
Malaysia m m m m m m 412 (3,6) 398 (2,9)
Singapore m m m m m m 529 (1,1) 542 (1,2)
Thailand 444 (2,7) 434 (3,4) 428 (2,4) 424 (2,1) 441 (2,5)
Sumber: Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) 2013

Terdapat tiga faktor utama penyebab rendahnya kualitas proses


pembelajaran di Indonesia. Tiga faktor itu berkenaan dengan hal
berikut.
a) Rendahnya jaminan kualitas pelayanan pendidikan
Belum sepenuhnya pemerintah daerah berkomitmen untuk
memenuhi SPM pendidikan dasar sebagai acuan dalam
pelaksanaan urusan wajib daerah. Sementara itu dalam
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2013 ditetapkan bahwa setiap
kabupaten dan kota wajib memenuhi SPM sekurang-kurangnya
dalam waktu 3 tahun setelah SPM tersebut disahkan. Selain itu
belum tersedianya SPM pendidikan menengah mengakibatkan
daerah belum memiliki acuan dalam memenuhi urusan wajib
pengelolaan pendidikan menengah.
Sampai dengan tahun 2013 sebanyak 68,7% SD/MI dan 62,5%
SMP/MTs terakreditasi minimal B. Hal itu menunjukkan bahwa
kualitas layanan pendidikan dasar masih rendah, sedangkan di
sisi lain kualitas layanan pendidikan menengah belum merata
antara SMA dan SMK. Saat ini sebanyak 73,5% SMA/MA sudah
terakreditasi minimal B sementara hanya 48,2% kompetensi
keahlian SMK berakreditasi minimal B. Penyebab utama
rendahnya kualitas layanan pendidikan dasar dan menengah
berkaitan dengan terbatasnya pemahaman sekolah akan
kewajiban untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Di samping itu, peningkatan mutu layanan pendidikan belum
dirancang berdasarkan proses penjaminan mutu pendidikan
sehingga mutu pembelajaran sering tidak tepat sasaran dan
tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah.
b) Lemahnya pelaksanaan kurikulum
Penerapan Kurikulum 2013 secara cukup masif pada tahun
2014 secara berdampingan dengan Kurikulum 2006,
menimbulkan beberapa masalah. Kurikulum 2013 dinilai
sebagian pihak belum cukup dikaji dan belum mengalami uji
coba yang memadai untuk diterapkan secara demikian masif.
Masalah bertambah karena keterbatasan materi ajar serta masih
rendahnya pemahaman pendidik, kepala sekolah, dan orang tua.
Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh
terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013.
c) Lemahnya sistem penilaian pendidikan
Sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan terpercaya
belum sepenuhnya terbangun. Hal ini antara lain dapat dilihat
dari belum adanya: (i) keandalan dan kesahihan sistem ujian
nasional; (ii) minimnya upaya untuk memperkuat lembaga
penilaian pendidikan yang independen; (iii) belum adanya
peninjauan ulang atas peran, struktur, dan sumber daya pusat
penilaian pendidikan; (iv) belum dimanfaatkannya hasil
pemantauan capaian belajar siswa sebagai informasi
peningkatan kualitas pembelajaran secara berkesinambungan;
serta (v) terbatasnya kemampuan pendidik dalam memberikan
penilaian formatif.
6) Peningkatan Manajemen Guru, Pendidikan Keguruan, dan
Reformasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
a) Jumlah dan distribusi guru masih perlu ditata secara lebih baik
Kondisi distribusi guru yang belum merata di daerah tidak dapat
semata-mata hanya dilihat dari rasio pendidik terhadap siswa
secara nasional yang telah baik/memadai. Di sisi lain, proses
rekrutmen guru belum terintegrasi antardaerah sehingga banyak
daerah yang kelebihan guru sementara daerah lainnya
mengalami kekurangan guru. Pemenuhan kekurangan guru di
daerah 3T akan sulit terlaksana karena terbatasnya
ketersediaan guru. Keterbatasan distribusi guru antara lain
disebabkan oleh, (i) terbatasnya kapasitas pemerintah
kabupaten dan kota dalam mengelola perekrutan, penempatan,
dan peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien; (ii)
kurangnya komitmen untuk penegakan peraturan dalam
pengangkatan guru berdasarkan kriteria mutu yang ketat dan
kebutuhan aktual di kabupaten/kota; (iii) belum terwujudnya
efisiensi pemanfaatan guru melalui perbaikan rasio guru-murid
dan maksimalisasi beban mengajar; dan (iv) minimnya kerja
sama antara LPTK dan semua tingkat pemerintahan untuk
menjamin mutu dan distribusi guru yang merata.
b) Kualitas, kompetensi, dan profesionalisme guru masih harus
ditingkatkan
Peningkatan kualitas, kompetensi, dan profesionalisme guru
masih harus ditingkatkan karena hingga saat ini tidak terdapat
hubungan linier antara peningkatan kualifikasi dan sertifikasi
profesi pendidik terhadap hasil belajar siswa. Hal ini antara lain
disebabkan oleh, (i) belum diterapkannya sistem Uji Kompetensi
Guru sebagai bagian dari proses penilaian hasil belajar siswa; (ii)
belum dilaksanakannya penilaian kinerja guru yang sahih,
andal, transparan dan berkesinambungan; (iii) belum
dipertimbangkannya perbaikan disain program dan keselarasan
disiplin ilmu sebagai dasar peningkatan kualifikasi akademik
dan sertifikasi guru; serta (iv) belum dilaksanakannya
Pengembangan Profesional Berkesinambungan (PPB) bagi guru.
Salah satu faktor penting dalam penilaian kinerja guru adalah
tingkat rata-rata ketidakhadiran guru yang pada tahun 2013
mencapai 10% (Studi ACDP), dimana angka ketidakhadiran guru
lebih tinggi pada (i) guru laki-laki; (ii) guru yang mengajar pada
lebih dari satu sekolah; (iii) guru yang mengajar di sekolah
terpencil; (iv) sekolah yang sarana-prasarananya tidak memadai;
(v) sekolah yang belum mencapai SPM; (vi) kepala sekolah yang
juga sering absen dan tidak menjadi panutan; (vii) sekolah yang
jarang dikunjungi oleh pihak dinas pendidikan kabupaten; dan
(viii) sekolah yang komite sekolahnya kurang aktif. Sekolah di
mana angka ketidakhadiran guru tinggi, tingkat ketidakhadiran
murid juga tergolong tinggi, dan hal ini berkaitan dengan
rendahnya kemampuan membaca di kelas 1, dan 2 siswa
sekolah dasar.
c) Kurangnya kapasitas LPTK dalam menyediakan guru
berkualitas
Terbatasnya kualitas layanan pendidikan oleh LPTK berdampak
belum adanya perbaikan yang signifikan pada peningkatan
kualitas guru. Keterbatasan ini antara lain disebabkan oleh, (i)
belum adanya reformasi LPTK secara menyeluruh untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan keguruan; (ii)
minimnya keterlibatan LPTK dalam proses perencanaan dan
pengadaan guru berdasarkan analisis kebutuhan guru per
daerah (kabupaten dan kota); (iii) belum tersedianya mekanisme
penjaminan kualitas calon mahasiswa yang masuk ke LPTK
melalui proses seleksi berdasarkan merit system; (iv) kurang
maksimalnya pelaksanaan program induksi dan pemantauan
guru; (v) belum dikembangkannya kurikulum pelatihan guru
yang responsif dengan kebutuhan aktual; dan (vi) belum
dilaksanakannya pendidikan profesi guru bagi calon guru baru
melalui pola beasiswa dan berasrama.
7) Peningkatan Keterampilan Kerja dan Penguatan Pendidikan Orang
Dewasa (Pendidikan Masyarakat) belum Maksimal
Banyaknya lembaga kursus dan pelatihan yang terstandar tidak
menjamin meningkatnya kualitas pendidikan, keterampilan kerja,
dan keterserapan peserta didik di dunia kerja. Hal ini disebabkan
antara lain oleh (i) belum diterapkannya Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI); (ii) belum adanya revitalisasi BLK dengan
memperhitungkan efisiensi dan efektivitas pelatihan; (iii)
rendahnya kualitas pendidikan nonformal, khususnya kursus-
kursus keterampilan, bagi angkatan kerja muda; (iv) belum adanya
jaminan standardisasi layanan lembaga pendidikan dan pelatihan
keterampilan; (v) belum selarasnya pendidikan dan pelatihan kerja
yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta dilihat dari kebutuhan
pembangunan daerah dan DUDI.
8) Pengentasan Keniraksaraan belum Merata
Keberhasilan menurunkan jumlah penduduk niraksara secara
signifikan, yang telah memenuhi target deklarasi Dakkar tentang
education for all, masih menyisakan masalah dalam hal
pemerataannya. Capaian keaksaraan tersebut belum merata di
seluruh provinsi terutama di daerah terdepan, terluar, dan
tertinggal (3T). Sebagai contoh, dapat disebutkan masih tingginya
angka niraksara di Provinsi Papua yang mencapai 30,93%.
Terbatasnya kemampuan insan penyelenggara program niraksara,
kondisi geografis, dan jauhnya jarak tempat tinggal menjadi
kendala dalam mempercepat pengentasan niraksara.
9) Peningkatan Pendidikan Keluarga belum Seperti yang Diharapkan
Saat ini program keluarga yang dilaksanakan melalui pendidikan
keorangtuaan baru berhasil menjangkau 45% kabupaten dan kota.
Selain itu, capaian keberhasilan itu pun belum memadai karena
baru terbatas pada pemangku kepentingan untuk memberikan
peningkatan wawasan. Wawasan tentang pentingnya peran ayah
dan bunda dalam mendidik anak sedini mungkin, meningkatkan
ketahanan pangan keluarga, mencegah perilaku destruktif,
memahami gizi dan pola hidup sehat serta menerapkan
pengarusutamaan gender. Program belum menyentuh sasaran
akhir serta belum meningkatkan peran orang tua dalam mencapai
hasil belajar yang optimal.
10) Rendahnya Mutu Kemahiran Membaca dan Semakin Punahnya
Penggunaan Bahasa dan Sastra Daerah
Rendahnya mutu kemahiran membaca siswa di Indonesia
ditunjukkan antara lain, survei PISA Tahun 2012 dengan
perolehan nilai sebesar 396. Posisi Indonesia di bawah nilai rata-
rata Malaysia (398) dan Thailand (441). Kendala peningkatan mutu
kemahiran membaca siswa dipengaruhi oleh kompetensi pendidik,
standar mutu penggunaan bahasa pembelajaran, sistem
pembelajaran, dan sumber daya pembelajaran bahasa dan sastra.
Lebih lanjut, studi USAID (2014) menunjukkan bahwa rata-rata
47,2% murid kelas 1 dan 2 di Indonesia yang siap naik kelas 3
karena membaca lancar dan paham artinya. Sisanya sebanyak (i)
26,3% meski membaca lamban namun mengerti arti bacaan (ii)
20.7% tergolong pemula yakni gabungan pembaca lancar dan
lamban namun tidak mengerti artinya; dan (iii) 3% tergolong non-
pembaca (non-reader) karena walau telah dua tahun bersekolah,
mereka belum mengenal huruf. Secara nasional, kemampuan
membaca murid rendah yang diperparah oleh kondisi lebarnya
ketimpangan literasi antara wilayah barat dan wilayah timur
Indonesia serta antara perkotaan dan pedesaan di dalam
kabupaten. Mereka pada umumnya murid dari keluarga miskin
yang orangtuanya pun buta huruf, komunitasnya adalah penutur
tunggal bahasa ibu, dan bersekolah di sekolah dasar di pedesaan
dan daerah terpencil.
Ada masalah terkait penanganan pembelajaran bahasa di dunia
pendidikan. Ada kecenderungan jika pembelajaran bahasa
berlangsung dengan baik dapat memacu bertambahnya jumlah
penutur yang berbahasa ibu bahasa Indonesia. Akibatnya, penutur
muda bahasa daerah semakin berkurang. Padahal, bahasa dan
sastra daerah masih perlu dilindungi dan dilestarikan sebagai
kekayaan bangsa yang multibahasa. Perlu diperhatikan tentang
pengembangan budaya baca dan perluasan penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi dalam pendidikan dan pengelolaan
pemerintahan. Semangat penggunaan bahasa Indonesia itu harus
seiring dengan semangat menjaga dan melindungi kekayaan
bahasa dan sastra daerah.
Di sisi lain, sebagai salah satu unsur pemersatu bangsa, bahasa
Indonesia berperan penting dalam memperkukuh keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Komunikasi antarkelompok etnis
dengan menggunakan bahasa Indonesia dapat menjembatani
kesenjangan pemahaman antarbudaya sehingga bahasa Indonesia
dapat digunakan sebagai media penyelesaian konflik antaretnis.

Sumber: Susenas 2010

Gambar 1.9 Persentase Penduduk


menurut Bahasa Sehari-hari Tahun 2010
Dengan demikian, pengembangan dan pembinaan bahasa
Indonesia di daerah perlu tetap dilakukan dengan bertahap,
sistematis, dan berkelanjutan. Namun, tetap menjaga dan
melindungi kekayaan budaya lokal (bahasa daerah) serta berupaya
agar unsur-unsur bahasa daerah dapat diangkat menjadi unsur
pembentuk bahasa Indonesia. Studi ACDP (2014) menunjukkan
di sejumlah sekolah di daerah-daerah terpencil, guru tidak bisa
mengajar dengan menggunakan Bahasa Indonesia, karena murid
masih bertutur dalam bahasa ibu. Guru diharapkan untuk
menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar dalam
pembelajaran bagi murid sekolah dasar hingga kelas tiga, sehingga
murid menjadi lebih mudah memahami mata pelajaran.
Bertambahnya jumlah penutur yang berbahasa ibu bahasa
Indonesia dan yang berbahasa sehari-hari bahasa Indonesia tidak
terlepas dari posisi strategis bahasa Indonesia bagi bangsa
Indonesia, baik dalam politik maupun ekonomi. Adapun yang
menarik dari sensus penduduk tahun 2010 adalah munculnya
fenomena penggunaan bahasa asing sebagai bahasa sehari-hari
(0,35%). Kondisi itu bisa jadi muncul sebagai efek globalisasi yang
menuntut penguasaan bahasa asing sebagai bagian dari upaya
peningkatan daya saing warga negara di tingkat internasional.
Sementara itu, kondisi riil yang ada pada tahun 2010 masih
terdapat 16,1 juta (7,5%) penduduk yang tidak mampu berbahasa
Indonesia. Hal itu menunjukkan kondisi yang sangat bertolak
belakang. Sebagian kecil (0,35%) penduduk Indonesia sudah siap
memasuki daya saing tingkat Internasional, tetapi di sisi lain
sebagian penduduk Indonesia (7,5%) tidak siap memasuki daya
saing bahkan, pada tingkat nasional sekalipun.
11) Gejala Memudarnya Karakter Siswa dan Jati Diri Bangsa
Peningkatan kasus-kasus narkotika, perkelahian antarpelajar,
antarkelompok masyarakat, pergaulan bebas, bisa ditafsirkan
sebagai gejala memudarnya pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Demikian pula
halnya dengan menurunnya kualitas pembelajaran dan pendidikan
serta menurunnya mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam
aktivitas keseharian yang disertai dengan menurunnya kecintaan
terhadap produk dalam negeri menunjukan semakin lemahnya jati
diri bangsa dalam menjunjung sifat saling menghargai keragaman,
toleransi, etika, moral, dan gotong royong. Keterbukaan informasi
memang membawa banyak kemajuan, tetapi juga membuka akses
yang luas ke berbagai muatan informasi yang tidak sesuai dengan
karakter Indonesia.
Pemerintah selama ini telah melakukan upaya untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya
karakter siswa dan jati diri bangsa yang berbasis pada keragaman
dan kearifan lokal serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari. Namun berbagai permasalahan masih dihadapi antara lain,
adanya kecenderungan: (i) menurunnya pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari; (ii) menurunnya kualitas penggunaan
bahasa Indonesia dan rasa cinta terhadap produk dalam negeri;
(iii) rendahnya kesadaran akan keberagaman budaya, nilai-nilai
sejarah dan kearifan lokal serta penghormatan terhadap adat,
tradisi, dan kepercayaan; (iv) menurunnya daya juang dan budaya
kerja (etos kerja) serta sikap tenggang rasa dan toleransi terhadap
perbedaan yang dapat memicu terjadinya konflik sosial; (v)
menguatnya nilai-nilai priomordialisme dan fundamentalisme yang
dapat mengancam disintegrasi bangsa.
12) Minimnya Apresiasi Seni dan Kreativitas Karya Budaya
Rendahnya apresiasi seni dan karya budaya yang ditunjukkan
dengan tingginya tingkat pembajakan karya seni dan budaya.
Keterbatasan sarana dan prasarana budaya merupakan salah satu
kendala dalam membangun menghasilkan seni dan karya budaya.
Minimnya kepedulian daerah dalam membangun kecintaan pada
budaya lokal membuat seni dan karya budaya lokal semakin
terpinggirkan.
13) Pelestarian Warisan Budaya belum Efektif
Banyaknya warisan budaya yang dicuri, hilang, atau diakui pihak
lain menunjukkan masih minimnya peran pemerintah dalam
melindungi kekayaan warisan budaya. Basis data yang belum jelas
membuat pemerintah kesulitan dalam mengelola seluruh warisan
budaya. Rendahnya diplomasi budaya Indonesia ke dunia
internasional membuat banyak warisan budaya Indonesia yang
dimiliki oleh negara lain hilang begitu saja.
14) Belum Optimalnya Promosi, Diplomasi, dan Pertukaran Budaya
Permasalahan yang masih dihadapi dalam rangka diplomasi
budaya dan hubungan kerja sama internasional pada bidang
kebudayaan antara lain, (i) terbatasnya pengetahuan masyarakat
dunia tentang kekayaan budaya Indonesia sehingga representasi
budaya Indonesia di luar negeri dan apresiasi terhadap
kebudayaan Indonesia masih terbatas; (ii) terbatasnya
pengetahuan masyarakat terhadap kekayaan budaya antardaerah
sehingga diperlukan promosi budaya untuk meningkatkan rasa
persatuan dan rasa bangga terhadap kekayaan budaya bangsa;
dan (iii) belum adanya sertifikasi sebagai bukti keahlian bagi
pelaku budaya sehingga mengakibatkan terbatasnya keikutsertaan
pelaku budaya dari Indonesia pada even budaya di luar negeri. Di
samping itu pemanfaatan promosi budaya dengan menggunakan
berbagai media, baik nasional maupun internasional, belum
optimal.
15) Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan belum Maksimal
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan sumber daya
kebudayaan antara lain, (i) terbatasnya manusia kebudayaan yang
berkualitas, yang ditunjukkan oleh belum adanya pemetaan profesi
dan standar kompetensi profesi, terbatasnya jumlah, kompetensi
dan persebaran insan kebudayaan serta tidak adanya regenerasi
secara berkelanjutan terutama untuk bidang-bidang yang
membutuhkan keahlian khusus serta terbatasnya tenaga dalam
tata kelola di bidang kebudayaan, baik pada tingkat pusat maupun
daerah; (ii) belum optimalnya hasil penelitian dan pengembangan
kebudayaan; (iii) terbatasnya sarana dan prasarana kebudayaan
termasuk pemanfaatan teknologi; (iv) terbatasnya dukungan
peraturan perundangan kebudayaan; (v) belum tersedianya sistem
pendataan kebudayaan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
menyusun perencanaan dan pengambilan kebijakan; (vi) belum
optimalnya koordinasi antarinstansi di tingkat pusat dan daerah
serta belum optimalnya kerja sama antarpihak, yaitu pemerintah,
swasta, dan masyarakat.
16) Pemanfaatan Anggaran Pendidikan belum Efektif dan Efisien
Penerapan anggaran 20% APBN belum dapat sepenuhnya
dinikmati masyarakat. Proses penggunaan anggaran pendidikan
yang berasal dari APBN melalui mekanisme transfer daerah belum
sepenuhnya transparan dan belum berdampak langsung pada
peningkatan mutu layanan pendidikan di daerah. Meskipun
belanja pemerintah untuk pendidikan meningkat hampir tiga kali
sejak tahun 2001, masih terjadi inefisiensi dalam pembiayaan
pendidikan antara lain, (i) pengelolaan dan distribusi guru yang
kurang baik; (ii) rasio guru dan murid yang makin rendah; (iii)
pemanfaatan BOS lebih banyak untuk guru dibandingkan dengan
peningkatan kualitas pembelajaran; (iv) penggunaan belanja
transfer ke daerah melalui DAU dan DAK untuk bidang
pendidikan belum optimal; dan (v) pengeluaran untuk guru
meningkat karena bertambahnya jumlah guru dan jenis
pengeluaran (termasuk karena sertifikasi).
17) Belum Optimalnya Tata Kelola Organisasi Kemendikbud
Akuntabilitas pengelolaan keuangan dan peningkatan kinerja
instansi tetap merupakan agenda utama kementerian ke depan.
Kementerian harus menjaga agar kualitas Laporan keuangan
Kemendikbud tetap Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Demikian
pula dengan akuntabilitas pengelolaan kinerja
kementerian/lembaga dengan kategori B (baik) memberi celah
kepada kementerian untuk terus meningkatkan kinerja dari
perencanaan hingga pelaksanaan program kerja dan anggaran.
Konsistensi dalam pelaksanaan reformasi birokrasi perlu
dilakukan untuk mendorong Kemendikbud menjadi kementerian
yang selalu memberikan layanan prima kepada masyarakat,
menjadi wilayah bebas korupsi dan transparan kepada publik.
b. Tantangan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan
Semua masalah yang diuraikan di atas adalah tantangan untuk
diatasi. Berbagai masalah di atas dapat dinyatakan dalam perspektif
tantangan, sebagai langkah-langkah atau upaya yang akan atau
seharusnya dilaksanakan.
1) Penguatan Insan atau Pelaku Pendidikan pada Semua Jenjang
Pendidikan Tantangannya antara lain adalah: mendorong peran
aktif semua pelaku di masing-masing jenjang pendidikan;
meningkatkan kemampuan para pelaku pendidikan; membangun
kesadaran akan tanggung jawab bersama; serta mensinergikan
peran mereka sebagai satu kesatuan ekosistem pendidikan.
2) Pemberdayaan Pelaku Budaya dalam Melestarikan Kebudayaan
Tantangannya antara lain adalah: menyadarkan pelaku budaya
akan peran penting mereka; meningkatkan kerjasama antar pelaku
budaya dan masyarakat pendukung; meningkatkan peran
pemerintah dalam dukungan kepada inisiasi para pelaku budaya;
serta mensinergikan kerja pelaku budaya, masyarakat dan
pemerintah sebagai satu kesatuan ekosistem kebudayaan.
3) Menyediakan Pelayanan PAUD yang Berkualitas
Tantangannya antara lain, (i) meningkatkan akses PAUD terutama
untuk masyarakat miskin; (ii) meningkatkan kompetensi guru,
guru pendamping, dan pengasuh PAUD melalui pendidikan dan
pelatihan; (iii) memperluas pemenuhan standar pelayanan PAUD;
(iv) meningkatkan koordinasi antarsektor dan pemberdayaan peran
swasta dalam penyelenggaraan PAUD holistik dan integratif.
4) Melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan 12 Tahun yang
Berkualitas
a) Pemenuhan hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang
berkualitas, dilakukan dengan cara, (i) menyediakan bantuan
biaya pendidikan kepada seluruh kelompok masyarakat melalui
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta memberikan Kartu
Indonesia Pintar (KIP) kepada masyarakat tidak mampu; (ii)
menyediakan afirmasi khusus kepada anak di daerah 3T dan
berkebutuhan khusus.
b) Peningkatan akses pendidikan menengah yang berkualitas,
dilakukan dengan cara, (i) menyediakan akses pendidikan
menengah di seluruh kecamatan; (ii) menyediakan bantuan
biaya pendidikan kepada seluruh kelompok masyarakat melalui
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), serta memberikan Kartu
Indonesia Pintar (KIP) kepada masyarakat tidak mampu; (iii)
menyediakan afirmasi khusus kepada anak di daerah 3T dan
berkebutuhan khusus; (iv) menyadarkan masyarakat mengenai
pentingnya pendidikan menengah; (v) meningkatkan peran
masyarakat/ swasta dalam menyediakan layanan pendidikan
menengah.
c) Peningkatan relevansi pendidikan kejuruan yang belum sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja dilakukan dengan cara, (i)
menyelaraskan ketersediaan bidang studi SMK dengan
kebutuhan dunia kerja; (ii) mengembangkan kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja/sesuai dengan KKNI.
5) Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
a) Penguatan jaminan kualitas pelayanan pendidikan, dilakukan
dengan cara, (i) mengembangkan dan menetapkan SPM
pendidikan menengah; (ii) meningkatkan kapasitas daerah
dalam menerapkan SPM; (iii) memperkuat fungsi penjaminan
mutu pendidikan di tingkat pusat dan daerah.
b) Penguatan kurikulum dan pelaksanaannya, dilakukan dengan
cara, (i) mengawasi dan mengevaluasi penerapan kurikulum
secara ketat, komprehensif, dan kontinyu; (ii) mengembangkan
kompetensi guru mengenai praktik-praktik yang baik
pembelajaran di sekolah; (iii) memperkuat kerja sama antara
pemerintah, guru, kepala sekolah, pengawas, dan masyarakat
dalam mengawal penerapan kurikulum.
c) Penguatan sistem penilaian pendidikan, dilakukan dengan
cara, (i) meningkatkan kompetensi guru dalam penilaian
pendidikan di sekolah; (ii) memperkuat kredibilitas sistem ujian
nasional dan pemanfaatan hasil ujian untuk pemantauan dan
pengendalian mutu pendidikan; (iii) memperkuat lembaga
penilaian pendidikan yang independen dan kredibel.
6) Meningkatkan Manajemen Guru, Pendidikan Keguruan, dan
Reformasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
a) Jumlah dan distribusi guru masih perlu ditata secara lebih
baik, dilakukan dengan cara, (i) meningkatkan kapasitas
daerah dalam mengelola perekrutan, penempatan, dan
peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien; (ii)
mengawasi proses proses pengangkatan guru di daerah
berdasarkan kriteria mutu dan kebutuhan wilayah; (iii)
meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pendidikan oleh
LPTK dengan rencana penyediaan guru di daerah.
b) Kualitas, kompetensi, dan profesionalisme guru masih harus
ditingkatkan, yang dapat dilakukan dengan cara, (i)
meningkatkan kualifikasi guru; (ii) memperkuat sistem uji
kompetensi guru dan mengitegrasikan dengan sistem sertifikasi
guru; (iii) menerapkan sistem penilaian kinerja guru yang
sahih, andal, transparan dan berkesinambungan; (iv)
meningkatkan kompetensi guru secaran berkelanjutan.
c) Kurangnya kapasitas LPTK dalam menyediakan guru
berkualitas yang dapat diatasi dengan cara, (i) meningkatkan
kualitas dan kapasitas sumber daya LPTK; (ii) memperkuat
sistem rekrutmen calon guru.
7) Meningkatkan Keterampilan Kerja dan Penguatan Pendidikan
Masyarakat
Peningkatan keterampilan kerja dan penguatan pendidikan
masyarakat antara lain dilakukan dengan cara, (i)
menyelenggarakan pendidikan keaksaraan; (ii) menyelenggarakan
proses akreditasi terhadap lembaga pelatihan dan kursus; (iii)
menyelaraskan pengembangan lembaga pelatihan dan kursus
dengan kebutuhan dunia kerja.
8) Memeratakan Pengentasan Keniraksaraan
Keberhasilan Indonesia dalam angka capaian keaksaraan masih
perlu ditingkatkan dari sisi aspek pemerataaannya, terutama
daerah 3T. Selain itu, upaya perbaikan kemampuan sumber daya
insani dalam penyelenggaran program niraksara menjadi
tantangan di masa yang akan datang.
9) Meningkatkan Pendidikan Keluarga
Tantangannya adalah agar program pendidikan keluarga dapat
menjangkau wilayah yang lebih luas, ke daerah pinggiran dan
perdesaan. Tantangan lain adalah memperluas cakupan
pendidikan, tidak hanya sekadar peningkatan wawasan saja, tetapi
juga pengenalan praktik yang baik.
10) Menyeimbangkan dan Mengharmonikan Penanganan Bahasa
Indonesia dan Bahasa Daerah
Tantangannya adalah bagaimana mengembangkan budaya baca
dan perluasan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu
secara konsisten sebagai bahasa resmi dalam pendidikan dan
pengelolaan pemerintahan, tetapi seiring dengan semangat
menjaga dan melindungi kekayaan bahasa dan sastra daerah.
11) Menguatkan Karakter Siswa dan Jati Diri Bangsa
Tantangan Kemendikbud dalam rangka penguatan karakter siswa
dan jati diri bangsa adalah bagaimana pemahaman terhadap
sejarah dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dapat dijadikan
landasan untuk memperkuat kehidupan yang harmonis.
Bagaimana meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
terhadap pentingnya bahasa, adat, tradisi, nilai sejarah, dan
kearifan lokal yang bersifat positif sebagai perekat persatuan
bangsa, di samping bagaimana meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengadopsi budaya global yang positif dan
produktif. Relevan dengan semua itu adalah bagaimana
memahamkan apa yang disebut revolusi mental sebagai bentuk
strategi kebudayaan. Kebudayaan Indonesia harus dikembangkan
guna meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian
bangsa dan kebanggaan nasional, memperkukuh persatuan
bangsa, meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai kesejarahan
dan wawasan kebangsaan, serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Tantangan pula untuk meningkatkan pendidikan kewargaan dan
pendidikan karakter siswa, adalah bagaimana mengoptimalkan
pendidikan agama, kewargaan dan karakter sebagai wadah
pembentukan karakter bangsa di sekolah; memberdayakan
masyarakat dalam mengawasi penegakan hukum; melakukan
pembinaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar;
meningkatkan penelitian, penilaian, dan penentuan kelayakan
berbagai media komunikasi dan informasi.
12) Meningkatkan Apresiasi Seni dan Kreativitas Karya Budaya
Tantangan ke depan yang dihadapi Kemendikbud adalah
menyediakan sarana dan prasarana aktualisasi seni dan karya
budaya; mendorong tumbuh kembangnya kreativitas dan
produktivitas para pelaku budaya kreatif serta kecintaan pada
produk dalam negeri; mempromosikan seni dan karya budaya di
tingkat internasional.
13) Melestarikan Warisan Budaya
Tantangan ke depan yang dihadapi Kemendikbud adalah
meregistrasi seluruh warisan budaya bangsa; meningkatkan
kapasitas sumber daya kebudayaan untuk melakukan
pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya;
meningkatkan potensi dan pendayagunaan warisan budaya untuk
kesejahteraan rakyat.
14) Meningkatkan Promosi, Diplomasi, dan Pertukaran Budaya
Tantangan ke depan yang dihadapi Kemendikbud adalah
meningkatkan promosi budaya antardaerah melalui
pengembangan rumah budaya nusantara sebagai sarana promosi
dan diplomasi pada tingkat nasional dan internasional, serta
meningkatkan kreativitas karya budaya dan pertukaran
antarpelaku budaya sebagai sarana diplomasi budaya di dunia
internasional.
15) Mengembangkan Sumber Daya Kebudayaan
Tantangan ke depan yang dihadapi Kemendikbud adalah
meningkatkan kapasitas sumber daya pembangunan kebudayaan
yang didukung oleh manusia yang kompeten; kualitas dan
intensitas hasil penelitian sebagai bahan rumusan kebijakan
pembangunan di bidang kebudayaan, pengadaan sarana dan
prasarana yang memadai; tata pemerintahan yang baik (good
governance); serta koordinasi antartingkat pemerintahan yang
efektif.
16) Mengoptimalkan Pemanfaatan Anggaran Pendidikan yang Belum
Efektif dan Efisien
Tantangan ke depan yang dihadapi Kemendikbud adalah meninjau
kembali berbagai aturan penggunaan dana transfer APBN untuk
mendorong peningkatan mutu pendidikan; mengawasi dan
mengevaluasi penggunaan anggaran pendidikan oleh daerah.
17) Memperbaiki Tata Kelola Organisasi Kemendikbud
Tantangan ke depan yang dihadapi Kemendikbud adalah
meningkatkan kualitas pelayanan publik; menjamin akuntabilitas
pengelolaan keuangan dan anggaran; memperkuat manajemen
kinerja pembangunan; memperkuat manajemen aparatur sipil
negara.
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

A. Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Visi 2025 Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang
(RPPNJP) 2005-2025, Menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif
(Insan Kamil/Insan Paripurna), masih sangat relevan dengan visi dan misi
pembangunan nasional yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 dengan
tetap mempertimbangkan integrasi pendidikan dan kebudayaan kedalam
satu kementerian. Makna insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas
secara komprehensif, yaitu cerdas spiritual, emosional, sosial, intelektual,
dan kinestetik. Tabel 2.1 berikut memberikan deskripsi lengkap makna
insan cerdas dan kompetitif.
Tabel 2.1
Makna Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif
Makna Insan
Makna Insan Indonesia Cerdas
Indonesia Kompetitif
• Beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk • Berkepribadian
Cerdas
menumbuhkan dan memperkuat keimanan, unggul dan
spiritual
ketakwaan, dan akhlak mulia termasuk budi gandrung akan
pekerti luhur dan kepribadian unggul. keunggulan
• Beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk • Bersemangat
meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas juang tinggi
akan kehalusan dan keindahan seni, nilai-nilai • Jujur
budaya, serta kompetensi untuk • Mandiri
mengekspresikannya. • Pantang menyerah
Cerdas • Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial dalam, • Pembangunan dan
emosional (a) membina dan memupuk hubungan timbal pembinaan
dan sosial balik; (b) berdemokrasi; (c) berempati dan jejaring
bersimpati; (d) menjunjung tinggi hak asasi • Bersahabat
manusia; (e) memupuk rasa ceria dan percaya dengan perubahan
diri; (d) menghargai kebinekaan dalam • Inovatif dan
bermasyarakat dan bernegara; dan (e) menjadi agen
berwawasan kebangsaan dengan kesadaran perubahan
akan hak dan kewajiban warga negara. • Produktif
• Sadar mutu
• Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk • Berorientasi global
memperoleh kompetensi dan kemandirian • Pembelajaran
Cerdas
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. sepanjang hayat
intelektual
• Beraktualisasi diri sebagai insan intelektual yang • Menjadi rahmat
kritis, kreatif, inovatif, dan imajinatif. bagi semesta alam

• Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk


Cerdas
mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya-
kinestetis
tahan, sigap, terampil, dan trengginas.
• Beraktualisasi insan adiraga.
Dengan terintegrasinya pendidikan dan kebudayaan, keseluruhan gagasan,
perilaku, dan hasil karya manusia yang dikembangkan melalui proses
pembelajaran dalam pendidikan dan yang beradaptasi terhadap
lingkungannya dapat berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Keseluruhan proses dan hasil
interaksi sistemik dari proses pendidikan, budaya keagamaan, budaya
kebangsaan, budaya kesukuan, budaya tempatan, serta budaya global,
yang terkait satu sama lain sangat dinamis menuju ke arah kemajuan
peradaban bangsa. Selain itu, cita-cita dalam pembangunan pendidikan
lebih menekankan pada pendidikan transformatif, yaitu pendidikan sebagai
motor penggerak perubahan dari masyarakat berkembang menuju
masyarakat maju. Pembentukan masyarakat maju selalu diikuti oleh
proses transformasi struktural, yang menandai suatu perubahan
masyarakat yang menuju masyarakat maju dan berkembang yang dapat
mengaktualisasikan potensi kemanusiannya secara optimal.
Dengan mengacu kepada Nawacita, Visi RPJMN 2015-2019 dan
memperhatikan Visi 2025, serta integrasi pembangunan pendidikan dan
kebudayaan, ditetapkan Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2019:

Visi Kemendikbud 2019:


“Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan
yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong”

Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan yang berkarakter dapat


dimaknai sebagai terwujudnya tujuh elemen ekosistem. Meskipun
pengertian insan sudah tercakup dalam istilah ekosistem, insan tetap
disebut tersendiri. Penyebutan secara demikian dimaksudkan untuk
memberi tekanan lebih besar pada arti sangat penting dari peran pelaku
dalam suatu ekosistem.
Tujuh elemen ekosistem pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sekolah yang Kondusif
Suasana kondusif di sekolah sangat diperlukan untuk membuat sekolah
yang efektif. Sekolah adalah suatu tempat yang di dalamnya terjadi
hubungan saling ketergantungan antara manusia dengan
lingkungannya. Sekolah yang kondusif sebagai tempat yang
menyenangkan bagi manusia yang berinteraksi di dalamnya, baik siswa,
guru, tenaga pendidik, orang tua siswa, dan pelaku lainnya.
Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai juga
menjadi faktor pendukung. Faktor pendukung lain yang penting ialah
peran kepala sekolah yang memimpin para pelaku pendidikan
menghadapi dan menyelesaikan masalah.
2. Guru sebagai Penyemangat
Guru yang baik adalah guru yang mempunyai empat kompetensi yang
mumpuni meliputi kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan
berkepribadian. Selain itu seorang guru juga harus punya naluri yang
sensitif atau peka terhadap kemampuan dan perkembangan siswanya.
Artinya sensitif terhadap kebutuhan siswa serta mampu memberikan
semangat kepada siswa untuk aktif, kreatif, inovatif, dan sportif dalam
mengikuti proses belajar mengajar.
3. Orangtua yang Terlibat Aktif
Orang tua berperan sejak awal sebagai pendidik bagi anak-anaknya
sejak masa sebelum dan sesudah mereka bersekolah. Keluarga sebagai
lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi, seperti: membentuk
kepribadian anak, melaksanakan pendidikan anak di rumah dan
mendukung pendidikan di sekolah. Pemerintah memang memiliki
tanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan yang baik bagi
seluruh anak Indonesia. Orang tua memiliki hak dan kewajiban dalam
memilih satuan pendidikan, memperoleh informasi tentang
perkembangan pendidikan anaknya, serta memberikan masukan kepada
sekolah. Orang tua yang terlibat aktif dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah akan menciptakan pendidikan yang lebih efektif.
4. Masyarakat yang Sangat Peduli
Penyelenggaraan pendidikan membutuhkan partisipasi dan kepedulian
masyarakat. Salah satu alasannya ialah keterbatasan sumber daya
pemerintah. Partisipasi dan kepedulian masyarakat itu dapat berupa
menyelenggaraan satuan pendidikan mandiri atau mendukung satuan
pendidikan mandiri milik pemerintah. Masyarakat yang
menyelenggarakan satuan pendidikan mandiri harus berupaya sebaik-
baiknya dan tetap mematuhi semua pedoman, aturan, dan kurikulum
yang ditetapkan pemerintah. Sementara itu, partisipasi masyarakat
dalam satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah dapat
berupa materi, tenaga, dan pikiran. Kini masyarakat dapat berperan
serta dalam pembahasan masalah pendidikan, baik akademis maupun
non akademis, dan dalam proses pengambilan keputusan terkait
rencana pengembangan sekolah.
5. Industri yang Berperan Penting
Di negara-negara maju, peran industri ditunjukkan secara nyata berupa
kerjasama program, dukungan finansial untuk penelitian dan beasiswa.
Bahkan di beberapa negara peran industri menjadi kewajiban sesuai
undang-undang yang mengaturnya. Pengalaman negara-negara tersebut
dapat menjadi pelajaran bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.
Selain dukungan finansial, peran industri yang penting ialah
menyelesaikan permasalahan peralihan dari dunia pendidikan ke dunia
kerja. Dunia industri dapat berfungsi sebagai tempat praktik, magang
kerja, belajar manajemen industri dan tempat menambah wawasan
dunia kerja bagi siswa. Kerjasama sekolah dan industri harus dibangun
berdasarkan kemauan dan saling membutuhkan. Pihak dunia kerja dan
industri seharusnya menyadari bahwa pihak industri tidak akan
mendapatkan tenaga kerja siap pakai yang diperlukan sesuai kualifikasi
yang diharapkan, tanpa membangun program pendidikan bersama.
6. Organisasi Profesi yang Berkontribusi Besar
Organisasi profesi diharapkan dapat meningkatkan peran dalam
penyelenggaraan pendidikan. Organisasi profesi dapat memberikan
masukan bahkan menentukan arah kebijakan pendidikan. Pemerintah
sudah seharusnya bekerja sama lebih erat dengan organisasi profesi,
melalui berbagai jalur komunikasi dan aspirasi. Interaksi yang baik akan
menguntungkan kedua belah pihak, sekaligus mempercepat kemajuan
pembangunan di bidang pendidikan.
7. Pemerintah yang Berperan Optimal
Berdasarkan hasil amandemen UUD 1945 IV (keempat) tahun 2002 yaitu
tentang pendidikan, bentuk dukungan pemerintah telah dituangkan
dalam pasal 31 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5. Khusus untuk dukungan
pendanaan secara eksplisit dituangkan pada pasal 31 ayat 4 yang
berbunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang
kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional”.
Pemerintah memegang peranan penting dalam peningkatan akses,
kualitas, dan relevansi pendidikan serta daya saing anak-anak
Indonesia, terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional
Pendidikan (SNP), pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada
semua jenjang pendidikan serta pemberian beasiswa miskin melalui
Kartu Indonesia Pintar (KIP) sehingga keterjangkauan dan jaminan
untuk memperoleh layanan pendidikan dasar dan menengah dapat
terpenuhi. Selain itu pemerintah juga harus menjamin ketersediaan
pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional di seluruh jenjang
pendidikan dan seluruh satuan pendidikan, serta mengurangi
kesenjangan akses dan kualitas antar provinsi, kabupaten, dan kota
serta antardaerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Pemerintah daerah pun dituntut untuk berperan lebih daripada waktu
sebelumnya. Sebagian besar penggunaan dana pendidikan dari APBN
berada dibawah kontrol pemerintah daerah. Pemanfaatan dana
pendidikan yang berasal dari APBN dan APBD dapat diupayakan
semakin terkoordinasi, antara lain mengkaitkan besaran alokasi dana
pemerintah dengan seberapa besar alokasi APBD daerah bersangkutan.
Terbentuknya insan serta ekosistem kebudayaan yang berkarakter dapat
dimaknai sebagai berikut:
1. Terwujudnya pemahaman mengenai pluralitas sosial dan keberagaman
budaya dalam masyarakat, yang diindikasikan oleh kesediaan untuk
membangun harmoni sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan
menjaga kesatuan dalam keanekaragaman.
2. Terbentuknya wawasan kebangsaan di kalangan anak-anak usia sekolah
yang diindikasikan oleh menguatnya nilai-nilai nasionalisme dan rasa
cinta tanah air.
3. Terwujudnya budaya dan aktivitas riset, budaya inovasi, budaya
produksi serta pengembangan ilmu dasar dan ilmu terapan yang sesuai
dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri untuk mendukung
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
4. Terwujudnya pelestarian warisan budaya baik bersifat benda (tangible)
maupun tak benda (intangible).
5. Terbentuknya karakter yang tangguh dengan melestarikan,
memperkukuh, dan menerapkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
6. Tingginya apresiasi terhadap keragaman seni dan kreativitas karya
budaya, yang mendorong lahirnya insan kebudayaan yang profesional
yang lebih banyak.
7. Berkembangnya promosi dan diplomasi budaya.
Berlandaskan gotong royong dapat dimaknai sebagai berikut:
Gotong royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia. Gotong
royong diakui sebagai kepribadian dan budaya bangsa yang telah berakar
kuat dalam kehidupan masyarakat. Gotong royong dalam pembangunan
pendidikan dan kebudayaan berarti banyak hal yang dilakukan secara
bersama oleh banyak pihak secara sadar, sukarela, merasa turut
berkepentingan, serta dengan keinginan saling menolong. Berlandaskan
gotong royong akan memposisikan pembangunan pendidikan dan
kebudayaan sebagai sebuah gerakan. Gerakan yang dicirikan, antara lain
oleh keterlibatan aktif masyarakat, dukungan langsung dunia usaha, dan
kepercayaan yang tinggi terhadap lingkungan lembaga satuan pendidikan
seperti sekolah.

B. Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Untuk mencapai Visi Kemendikbud 2019, ditetapkan 5 (lima) Misi sebagai
berikut:

KODE MISI
M1 Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan yang Kuat
M2 Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan
M3 Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu
M4 Mewujudkan Pelestarian dan Pemajuan Kebudayaan, serta
Pengembangan Bahasa
M5 Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas
Birokrasi dan Pelibatan Publik

Misi Renstra Kemendikbud 2015—2019 dapat dimaknai sebagai berikut.


1. Mewujudkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang kuat adalah
menguatkan siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan pemimpin
institusi pendidikan dalam ekosistem pendidikan; memberdayakan
pelaku budaya dalam pelestarian dan pemajuan kebudayaan; serta fokus
kebijakan diarahkan pada penguatan perilaku yang mandiri dan
berkepribadian.
2. Mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan adalah
mengoptimalkan capaian wajib belajar 12 tahun; meningkatkan
ketersediaan serta keterjangkauan layanan pendidikan, khususnya bagi
masyarakat yang berkebutuhan khusus dan masyarakat terpinggirkan,
serta bagi wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
3. Mewujudkan pembelajaran yang bermutu adalah meningkatkan mutu
pendidikan sesuai lingkup standar nasional pendidikan; serta
memfokuskan kebijakan berdasarkan percepatan peningkatan mutu
untuk menghadapi persaingan global dengan pemahaman akan
keberagaman, dan penguatan praktik baik dan inovasi.
4. Mewujudkan pelestarian dan pemajuan kebudayaan, serta
pengembangan bahasa adalah: a) menjaga dan memelihara jati diri
karakter bangsa melalui pelestarian dan pemajuan kebudayaan serta
bahasa; b) membangkitkan kembali karakter bangsa Indonesia, yaitu
saling menghargai keragaman, toleransi, etika, moral, dan gotong royong
melalui penerapan budaya dan bahasa Indonesia yang baik di
masyarakat; c) meningkatkan apresiasi pada seni dan karya budaya
Indonesia sebagai bentuk kecintaan pada produk-produk dalam negeri;
d) melestarikan, memajukan dan memanfaatkan warisan budaya
termasuk budaya maritim dan kepulauan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
5. Mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektivitas
birokrasi dan pelibatan publik adalah dengan memaksimalkan pelibatan
publik dalam seluruh aspek pengelolaan kebijakan yang berbasis data,
riset, dan bukti lapangan; membantu penguatan kapasitas tata kelola
pada pendidikan di daerah, mengembangkan koordinasi dan kerjasama
lintas sektor di tingkat nasional; mewujudkan birokrasi Kemendikbud
yang menjadi teladan dalam tata kelola yang bersih, efektif, dan efisien.
Misi Renstra dapat pula dijelaskan sebagai bagian dari revolusi mental.
Misi renstra tersebut dilihat sebagai tujuh jalan revolusi mental yang
mengintegrasikan pengelolaan pembangunan pendidikan dan kebudayaan,
yaitu:
1. Menerapkan paradigma pendidikan untuk membentuk manusia mandiri
dan berkepribadian.
2. Mengembangkan kurikulum berbasis karakter dengan mengadopsi
kearifan lokal serta vokasi yang beragam berdasarkan kebutuhan
geografis daerah serta bakat dan potensi anak.
3. Menciptakan proses belajar yang nyaman dan menyenangkan untuk
menumbuhkan kemauan belajar dari dalam diri anak.
4. Memberi kepercayaan besar kepada kepala sekolah dan guru untuk
mengelola suasana dan proses belajar yang kondusif agar anak nyaman
belajar.
5. Memberdayakan orangtua untuk terlibat lebih aktif pada proses
pembelajaran dan tumbuh kembang anak.
6. Membantu kepala sekolah untuk menjadi pemimpin yang melayani
warga sekolah.
7. Menyederhanakan birokrasi dan regulasi pendidikan diimbangi
pendampingan dan pengawasan yang efektif.

C. Tujuan Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Rumusan tentang tujuan dan sasaran strategis adalah untuk
menggambarkan ukuran-ukuran terlaksananya misi dan tercapainya visi.
Tujuan strategis Kemendikbud tahun 2015—2019 adalah sebagai berikut:

KODE TUJUAN STRATEGIS


T1 Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan, Orang Tua, dan Aparatur
Institusi Pendidikan dalam Ekosistem Pendidikan
Pemberdayaan Pelaku Budaya dalam Melestarikan dan Memajukan
T2
Kebudayaan
T3 Peningkatan Akses PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah,
Pendidikan Masyarakat, dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
T4 Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi pada
Pembentukan Karakter
T5 Peningkatan Jati Diri Bangsa melalui Pemakaian Bahasa sebagai Pengantar
Pendidikan
T6 Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel dengan
Melibatkan Publik

Penjelasan dari masing-masing tujuan strategis yang akan dicapai dalam


periode 2015—2019 adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Strategis 1: Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan,
Orang Tua, dan Aparatur Institusi Pendidikan dalam Ekosistem
Pendidikan
Tujuan strategis ini merupakan penjabaran dari apa yang sudah disebut
dalam visi sebagai insan pendidikan, yang akan mendapat perhatian
lebih besar. Penguatan peran dari berbagai insan pendidikan akan
menjadi fokus utama dalam lima tahun ke depan. Hal ini merupakan
kelanjutan dan penyempurnaan dari fokus utama era sebelumnya yang
lebih menekankan kepada pemenuhan sarana dan prasarana
pendidikan, atau aspek pelayanan dari negara di bidang pendidikan.
Penguatan peran dimaksud berarti mendorong peran aktif di satu sisi,
dan meningkatkan kemampuan dalam berperan di sisi lainnya.
Siswa yang selama ini lebih diposisikan sebagai objek, akan semakin
dilibatkan menjadi subjek pendidikan. Pelibatan siswa secara teknis
akan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Semakin tinggi jenjang,
semakin besar pula peran serta aktifnya. Pada jenjang pendidikan
menengah, pelibatan siswa di kelas secara interaktif diharapkan
mendorong kreativitas siswa, daya kritis dalam berpikir dan kemampuan
analisis. Pada semua jenjang, peningkatan keterlibatan siswa itu antara
lain ditandai oleh meningkatnya perilaku positif siswa.
Penguatan peran guru dan tenaga pendidikan akan lebih ditujukan
kepada meningkatnya kualitas sikap mereka dalam hal kepribadian,
kesolehan dan moral sosial. Hal itu dilakukan dengan tetap melakukan
upaya peningkatan mutu, kompetensi, dan profesionalisme guru yang
antara lain dihasilkan oleh: penerapan sistem uji kompetensi guru;
penilaian kinerja guru yang sahih, andal, transparan dan
berkesinambungan; peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi
guru dengan mempertimbangkan perbaikan desain program dan
keselarasan disiplin ilmu serta pengembangan profesional
berkesinambungan bagi guru dalam jabatan. Guru sebagai tauladan bagi
siswa dan masyarakat harus meminimalisasi angka ketidakhadiran di
kelas dalam lima tahun ke depan.
Penguatan peran orang tua dicirikan antara lain dalam bentuk
peningkatan partisipasi aktif mereka dalam proses pendidikan. Sejak
awal, para orang tua diupayakan memahami beberapa aspek pendidikan,
seperti kurikulum dan proses pengelolaan pendidikan. Mereka dilibatkan
dalam sebagian pengambilan keputusan tentang pengelolaan yang
penting. Penguatan peran aparatur institusi pendidikan antara lain
dicirikan oleh perbaikan layanan birokrasi, kesesuaian regulasi, dan
sinkronisasi yang optimal dengan pelaku pendidikan lainnya. Aparatur
institusi pendidikan diarahkan untuk tidak sekadar menjalankan tugas
kerja, melainkan juga menjadi pendukung utama pembangunan
pendidikan.
2. Tujuan Strategis 2: Pemberdayaan Pelaku Budaya dalam Melestarikan
dan Memajukan Kebudayaan
Mendukung visi, tujuan strategis ini menegaskan fokus pembangunan
kebudayaan adalah pemberdayaan pelaku budaya. Pemberdayaan bisa
dikatakan sebagai awal dari penguatan peran mereka dalam
melestarikan dan memajukan kebudayaan. Pencapaian tujuan strategis
dimaksud dicirikan antara lain oleh meningkatnya peran pelaku budaya
dalam melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan kebudayaan.
Pemberdayaan pelaku budaya akan mendorong peningkatan
ketersediaan serta keterjangkauan layanan pelaku budaya dan
masyarakat pendukung terhadap warisan budaya dan karya budaya.
Secara bersamaan akan terjadi peningkatan mutu karya dan pelaku
budaya serta peningkatan mutu layanan dalam pelestarian warisan
budaya.
3. Tujuan Strategis 3: Peningkatan Akses PAUD, Pendidikan Dasar,
Pendidikan Menengah, Pendidikan Masyarakat, dan Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus
Peningkatan akses pendidikan di semua jenjang dan dalam pendidikan
masyarakat telah dilaksanakan selama ini di seluruh wilayah Indonesia.
Upaya peningkatan lebih lanjut akan dilakukan, mengingat masih ada
ketidakmerataan tingkat akses pendidikan antar provinsi, kabupaten
dan kota. Perhatian lebih besar dibanding era sebelumnya akan
diberikan pula pada peningkatan akses pendidikan anak berkebutuhan
khusus.
Peningkatan akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) perlu ditingkatkan
dalam lima tahun ke depan mengingat PAUD mempunyai peran penting
dalam mendorong tumbuh kembang anak secara optimal dan
menyiapkan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan dasar. Fokus
peningkatan akses PAUD terutama pada peningkatan partisipasi
masyarakat miskin dalam PAUD dan pemberdayaan peran swasta dalam
penyelenggaraan PAUD holistik integratif.
Meskipun upaya penuntasan wajib belajar sembilan tahun telah
dilaksanakan dan tuntas bagi 66.15% dari keseluruhan kabupaten dan
kota (340 dari 514 kabupaten dan kota), peningkatan akses pendidikan
dasar dan menengah untuk memenuhi program wajib belajar dua belas
tahun merupakan agenda yang harus dipenuhi dalam lima tahun ke
depan sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2015—2019. Seiring
dengan hal ini, fokus peningkatan akses pendidikan dasar pada
sebanyak 174 kabupaten dan kota (33.85%) untuk menyelesaikan
program wajib belajar sembilan tahun.
Peningkatan jaminan bagi lulusan SMP/MTs untuk dapat melanjutkan
ke pendidikan menengah merupakan fokus peningkatan akses
pendidikan menengah. Solusi atas kendala biaya dan jarak atau
keterjangkauan antara lain melalui pendirian sekolah menengah baru di
setiap kecamatan yang dikombinasikan dengan penyediaan biaya
operasional pendidikan serta bantuan khusus bagi siswa miskin dengan
Kartu Indonesia Pintar (KIP). Inovasi dalam penerapan sistem
pembelajaran berbasis teknologi informasi diperhatikan untuk
mengakselerasi peningkatan akses pendidikan menengah. Fokus
peningkatan akses pendidikan dasar dan menengah dalam lima tahun
kedepan juga menitikberatkan pada peningkatan akses bagi anak
berkebutuhan kusus, pengembangan daerah 3T, dan memperhatikan
aspek gender.
Peningkatan akses pendidikan masyarakat mencakup peningkatan
kapasitas pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan
kursus dan pelatihan serta pendidikan orang dewasa/keluarga.
Peningkatan kapasitas pendidikan keaksaraan dilaksanakan melalui
peningkatan keaksaraan dan keterampilan tepat guna kepada penduduk
buta aksara usia 15-59 tahun. Pendidikan kesetaraan memberikan
pengetahuan dan kompetensi setara dengan pendidikan dasar dan
menengah. Peningkatan akses pendidikan kursus dan pelatihan perlu
diiringi dengan peningkatan mutu lembaga penyelenggara pelatihan dan
kursus yaitu dengan menerapkan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) dalam lima tahun ke depan. Peningkatan kapasitas pendidikan
keluarga difokuskan pada orang tua/wali bagi siswa PAUD, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah.
4. Tujuan Strategis 4: Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang
Berorientasi pada Pembentukan Karakter
Peningkatan mutu dan relevansi pembelajaran pada semua jenjeng
pendidikan dalam lima tahun ke depan difokuskan pada pembentukan
karakter siswa, peserta pelatihan dan kursus, serta orang dewasa.
Peningkatan mutu pendidikan anak usia dini merupakan salah satu
kunci keberhasilan pendidikan pada jenjang selanjutnya, sehingga fokus
peningkatan mutu PAUD pada lima tahun ke depan adalah peningkatan
pemenuhan standar pelayanan PAUD.
Peningkatan mutu pembelajaran pendidikan dasar dan menengah
didukung oleh semakin banyak pelibatan siswa di kelas secara interaktif,
sehingga mendorong kreativitas siswa, daya kritis dalam berpikir dan
kemampuan analisis. Ditargetkan adanya peningkatan hasil yang
signifikan dalam hasil tes nasional dan hasil tes internasional. Sebagai
contoh, hasil tes PISA siswa Indonesia meningkat dalam periode lima
tahun ke depan. Di samping tes yang demikian itu, mengingat Indonesia
sebagai negara maritim dan kepulauan, pembentukan karakter bagi
siswa menjadi hal yang utama dalam rangka mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Peningkatan mutu pada pendidikan dasar dan menengah berkaitan erat
dengan pengembangan dan penerapan kurikulum secara baik. Evaluasi
yang terus-menerus atas pelaksanaan Kurikulum 2006 dan Kurikulum
2013 diharapkan menghasilkan kurikulum yang lebih baik dan
diterapkan secara baik. Contoh aspek yang mutlak diperhatikan dalam
konteks ini adalah pendidikan karakter dan pendidikan kewargaan.
Pendidikan karakter dimaksudkan untuk membina budi pekerti,
membangun watak, dan mengembangkan kepribadian peserta didik.
Sementara itu, pendidikan kewargaan dimaksudkan untuk
meningkatkan wawasan kebangsaan di kalangan anak usia sekolah,
sehingga terbentuk pemahaman mengenai pluralitas sosial dan
keberagaman budaya dalam masyarakat, yang berdampak pada
kesediaan untuk membangun harmoni sosial, menumbuhkan sikap
toleransi, dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman.
Peningkatan mutu dan kapasitas pendidikan masyarakat diantaranya
meliputi pendidikan keaksaraan yang memberikan layanan peningkatan
keaksaraan dan ketrampilan tepat guna kepada penduduk buta aksara
usia 15-59 tahun. Pendidikan kesetaraan memberikan pengetahuan dan
kompetensi setara dengan pendidikan dasar dan menengah. Kebutuhan
akan manusia yang unggul dan berjiwa kompetitif semakin mendesak
dengan diterapkannya komunitas ekonomi ASEAN atau ASEAN economic
community yang akan membuka pintu masuknya produk negara-negara
ASEAN termasuk tenaga kerja asing ke Indonesia. Indonesia sebagai
pasar terbesar di ASEAN harus tetap menjaga daya saingnya dan
menjadi tuan rumah di negera sendiri.
Peningkatan mutu lembaga penyelenggara pelatihan dan kursus sangat
diperlukan untuk menjamin mutu peserta pelatihan dan kursus dapat
diterima oleh pasar kerja. Bahkan, dapat memotivasi bangkitnya para
pengusaha muda. Pemerintah mendorong proses akreditasi dan
penyelarasan penyelenggara/lembaga kursus dan pelatihan agar
mengacu pada standar penyelenggaraan serta mengadaptasi Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI). Penerapan KKNI dan SKKNI pada lebih
banyak lembaga kursus dangan diharapkan dapat dilaksanakan dalam 5
tahun kedepan, meskipun sebanyak 36 jenis kursus telah memiliki
KKNI, penjaminan kepastian terhadap lembaga-lembaga kursus yang
benar-benar telah menerapkan KKNI menjadi tantangan kedepan
disamping tantangan lainnya berupa 44 jenis ketrampilan/kursus masih
perlu disusun KKNI-nya serta kemampuan Kemendikbud menerbitkan 3
SKKNI setiap tahunnya.
Peningkatan mutu pendidikan orang dewasa juga dilakukan dengan
pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga berupaya memberikan
wawasan, pemahaman dan keterampilan tentang kiat mendidik anak
sejak janin sampai dewasa dalam hal memelihara cinta dan kasih
sayang, pendidikan karakter, gizi dan kesehatan, menyiapkan pra
keaksaraan, memenuhi hak dan perlindungan anak, mencegah perilaku
destruktif, dan meningkatkan mutu hasil belajar anak melalui
pendampingan yang menyeluruh.
5. Tujuan Strategis 5: Peningkatan Jati Diri Bangsa melalui Pemakaian
Bahasa sebagai Pengantar Pendidikan
Peningkatan upaya pengembangan dan pembinaan bahasa bertujuan
untuk memacu gerakan standardisasi mutu bahasa, pemakaian dan
pemakai bahasa guna mendukung pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dikembangkan dan dibina melalui pendidikan
Indonesia serta mendukung gerakan pembentukan mental peserta didik
menjadi anak bangsa Indonesia yang berkepribadian, mandiri, dan
berdaya saing kuat. Oleh karena itu, tenaga kebahasaan dan kesastraan
perlu memiliki kemampuan bahasa yang baik dan dibuktikan dengan
predikat kemahiran Uji Kompetensi Bahasa Indonesia (UKBI) unggul.
Pemerintah juga harus meningkatkan peran bahasa Indonesia sebagai
bahasa perhubungan, terutama dalam penyelenggaraan pendidikan yang
makin terbuka, di kawasan ASEAN. Untuk mewujudkan tujuan itu,
dituangkan beberapa sasaran strategis, di antaranya adalah penyusunan
kebijakan teknis; rencana dan program pengembangan, pembinaan, dan
pelindungan bahasa dan sastra Indonesia; pelaksanaan pengembangan,
pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra Indonesia; pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan
pelindungan bahasa dan sastra Indonesia; serta pelaksanaan dan
penguatan tata kelola pengembangan dan pembinaan bahasa.
6. Tujuan Strategis 6: Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan
Akuntabel dengan Melibatkan Publik
Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan kinerja
kementerian bertujuan untuk menjaga agar, (i) mutu laporan keuangan
Kemendikbud tetap memperoleh opini hasil audit Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari BPK, dan (ii) tingkat pencapaian akuntabilitas
pengelolaan kinerja kementerian dalam kategori B (baik), yaitu dengan
cara peningkatan efisiensi dan efektivitas perencanaan dan pelaksanaan
program kerja dan anggaran serta pengembangan koordinasi dan
kerjasama lintas sektor di tingkat nasional. Selain itu konsistensi dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi akan terus dilakukan dan difokuskan
pada kebijakan untuk mewujudkan birokrasi Kemendikbud yang
menjadi teladan dalam memberikan layanan prima, mewujudkan tata
kelola yang bersih, efektif dan efisien, Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan
transparansi dengan melibatkan publik dalam seluruh aspek
pengelolaan kebijakan berbasis data, riset, dan bukti lapangan.
Partisipasi pemerintah daerah dalam pendidikan akan dicapai melalui
penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM ditujukan agar
penyediaan sumber daya oleh pendidikan menjadi lebih fokus dan
bermutu. Diharapkan semakin banyak daerah yang telah memenuhi
SPM pendidikan sehingga penyediaan sumber daya oleh daerah semakin
berorientasi pada mutu layanan pendidikan. Oleh karena itu
Kemendikbud perlu membantu penguatan kapasitas tata kelola pada
birokrasi pendidikan di daerah. Penerapan penyediaan anggaran
pendidikan melalui APBN yang setiap tahunnya semakin meningkat
melalui mekanisme BOS, Kartu Indonesia Pintar (KIP), anggaran
pengembangan sarana prasarana melalui DAK akan diarahkan pada
peningkatan mutu pendidikan dan tidak semata-mata pada peningkatan
akses pendidikan dasar dan menengah.

D. Sasaran Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan strategis pembangunan
pendidikan dan kebudayaan, diperlukan sejumlah Sasaran Strategis (SS)
yang menggambarkan kondisi yang dicapai pada tahun 2019. Selanjutnya,
ditetapkan Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) untuk mengukur
apakah sasaran strategis dapat mengkonfirmasi tujuan strategis yang akan
dicapai pada masa depan (tahun 2019). Sasaran strategis untuk tingkat
ketercapaian masing-masing tujuan adalah sebagai berikut:
1. Terwujudnya tujuan strategis 1 (T1): Penguatan Peran Siswa, Guru,
Tenaga Kependidikan, Orangtua dan Aparatur Institusi Pendidikan
dalam Ekosistem Pendidikan, ditandai dengan tercapainya sasaran
strategis berikut:

Indikator Kinerja Sasaran Strategis


Kode Sasaran Strategis
(IKSS)
SS1 Meningkatnya perilaku positif Rata-rata nilai perilaku siswa PAUD
siswa minimal baik
Indeks Integritas siswa SMP/SMPLB
sebesar 77 dan SMA/SMALB/SMK
sebesar 78
Rata-rata nilai sikap siswa
SD/SMP/SM minimal baik
SS2 Meningkatnya partisipasi orang Orang dewasa berpartisipasi aktif dalam
tua dan pemangku kepentingan pendidikan keluarga sebanyak 4.425.000
yang terlibat dalam pendidikan orang
SS3 Meningkatnya profesionalisme Persentase guru dan tenaga
guru dan tenaga kependidikan kependidikan profesional
SS1 merupakan sasaran yang berorientasi pada penguatan siswa dari
segi perilaku, integritas, dan sikap. SS2 merupakan sasaran yang
memfokuskan pada partisipasi orang tua dan pemangku kepentingan
yang terlibat dalam pendidikan, sedangkan SS3 lebih menitikberatkan
pada peningkatan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan baik
pada aspek profesional, pedagogik, kepribadian maupun sosial. Untuk
mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional, khususnya
agenda pembangunan pendidikan, yaitu dengan meningkatnya
kualifikasi akademik seluruh Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK)
termasuk guru minimal S1/D4 dan meningkatnya kompetensi guru
dalam subject knowledge dan pedagogical knowledge.
Pengukuran ketercapaian SS1 diantaranya melalui Indeks Integritas
Siswa SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/SMK yang diukur dari kualitas
integritas siswa selama mengikuti UN.
Terwujudnya T1 dapat dilihat dari tercapainya tiga sasaran strategis
yaitu SS1, SS2, dan SS3. Pencapaian masing-masing sasaran strategis
diukur dari tingkat pencapaian indikator sasaran strategisnya, yang
merupakan tolok ukur keberhasilan T1. Disamping itu, SS1 sampai
dengan SS3 juga mendukung pencapaian sasaran pembangunan
nasional, khususnya sasaran pokok pembangunan masyarakat serta
pencapaian agenda prioritas pembangunan, (a) Nawacita 5 yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; dan
(b) Nawacita 8 yaitu melakukan revolusi karakter bangsa.
2. Terwujudnya tujuan strategis 2 (T2): Pemberdayaan Pelaku Budaya
dalam Melestarikan dan Memajukan Kebudayaan, dapat ditandai
dengan tercapainya sasaran strategis berikut:

Indikator Kinerja Sasaran Strategis


Kode Sasaran Strategis
(IKSS)
SS4 Meningkatnya mutu tata kelola Jumlah regulasi di tingkat pusat dan
kebudayaan dalam mewujudkan provinsi yang terkait dengan
dan mendorong pembangunan peningkatan mutu tata kelola
yang berkelanjutan kebudayan yang ditetapkan
Indeks pembangunan kebudayan
nasional mencapai kategori sedang
(skor 54,60)

SS4 merupakan satu-satunya sasaran dalam mewujudkan T2 yang


menfokuskan pada peningkatan mutu tata kelola kebudayaan.
Terwujudnya T2 dapat dilihat dari tercapainya SS4. Pencapaian SS4 ini
diukur dari tingkat pencapaian indikator sasaran strategisnya, yang
merupakan tolok ukur keberhasilan T2. Disamping itu, SS4 merupakan
penjabaran terhadap pencapaian T2 dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran pokok pembangunan masyarakat serta pencapaian
agenda prioritas pembangunan ke delapan (Nawacita 8) yaitu
melakukan revolusi karakter bangsa serta kesembilan (Nawacita 9)
yaitu memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial
dengan sasaran diantaranya, (a) meningkatnya peran pranata sosial-
budaya untuk memperkuat kohesi, harmoni, dan solidaritas sosial
berbasis nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab; (b) menguatnya
lembaga kebudayaan sebagai basis budaya pembangunan dan karakter
bangsa; dan (c) meningkatnya promosi dan diplomasi kebudayaan
sebagai upaya pertukaran budaya untuk meningkatkan pemahaman
kemajemukan dan penghargaan perbedaan antarsuku bangsa secara
nasional dan internasional.
3. Terwujudnya tujuan strategis 3 (T3): Peningkatan Akses PAUD,
Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Masyarakat, dan
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, dapat ditandai dengan
tercapainya sasaran strategis berikut:

Indikator Kinerja Sasaran Strategis


Kode Sasaran Strategis
(IKSS)
Meningkatnya akses pendidikan APK PAUD usia 3-6 tahun sekurang-
SS5
anak usia dini dan pendidikan kurangnya 78,70%
masyarakat di seluruh provinsi,
kabupaten, dan kota Sejumlah minimal 70% kabupaten
dan kota memiliki lembaga PAUD
terpadu pembina holistik integratif

Jumlah Lembaga Kursus dan


Pelatihan yang memenuhi standar
nasional (siap diakreditasi) sebanyak
7.871 lembaga
Angka melek aksara penduduk usia
dewasa 15-59 tahun sekurang-
kurangnya 96,10%
Sejumlah minimal 15,60% kabupaten
dan kota memiliki minimal 1 lembaga
masyarakat rujukan (SKB, PKBM,
kursus dan pelatihan, atau UPTD)
Meningkatnya angka partisipasi APK SD/SDLB/Paket A sekurang-
SS6
penduduk usia pendidikan dasar kurangnya 100,55%
dan menengah APM SD/SDLB sekurang-kurangnya
85,20%
APK SMP/SMPLB/Paket B sekurang-
kurangnya 83,77%
APM SMP/SMPLB sekurang-
kurangnya 73,72%
APK SMA/SMK/SMLB/Paket C
sekurang-kurangnya 85,71 %
APM SMA/SMK/SMLB sekurang-
kurangnya 67,50%
Rasio APK SMP/SMPLB antara 20%
penduduk termiskin dan 20%
penduduk terkaya sebesar 0.9
Rasio APK SMA/SMK/SMLB antara
20% penduduk termiskin dan 20%
penduduk terkaya sebesar 0.6
Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Kode Sasaran Strategis
(IKSS)
Rata-rata lama sekolah penduduk
usia di atas 15 tahun sebesar 8,8
tahun
SS7 Meningkatnya distribusi guru dan Persentase satuan pendidikan
tenaga pendidikan memiliki guru dan tenaga
kependidikan sesuai kebutuhan
berdasarkan rombel dan standar
kurikulum

SS5 merupakan sasaran yang berorientasi pada akses PAUD dan


pendidikan masyarakat di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota. SS6
merupakan sasaran yang memfokuskan pada angka partisipasi
penduduk usia pendidikan dasar dan menengah. SS7 merupakan
sasaran strategis yang memfokuskan pada penataan distribusi guru
dan tenaga kependidikan mendukung peningkatan akses pada seluruh
jenis dan jenjang pendidikan.
Terwujudnya T3 dapat dilihat dari tercapainaya tiga sasaran strategis
yaitu SS5, SS6 dan SS7. Pencapaian masing-masing sasaran strategis
diukur dari tingkat pencapaian indikator sasaran strategisnya, yang
merupakan tolok ukur keberhasilan T3. Secara garis besar, SS5 dan
SS6 mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional,
khususnya sasaran pokok pembangunan pendidikan terkait rata-rata
lama sekolah, rata-rata angka melek aksara, serta rasio antara 20%
partisipasi penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya. Sedangkan
pencapaian SS7 dilihat dari meningkatnya persentase guru dan tenaga
kependidikan sesuai kebutuhan pada satuan pendidikan. Selanjutnya,
SS5, SS6 dan SS7 mendukung pencapaian agenda prioritas
pembangunan kelima (Nawacita 5): Meningkatkan kualitas hidup
manusia dan masyarakat indonesia, melalui pelaksanaan Program
Indonesia Pintar (PIP) dengan sasaran diantaranya, (a) meningkatnya
angka partisipasi PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;
(b) menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompok
masyarakat terutama antara penduduk kaya dan penduduk miskin,
antara penduduk laki-laki dan perempuan, antara wilayah perkotaan
dan pedesaan serta antardaerah serta (c) memperbaiki distribusi guru
yang merupakan bagian dari upaya mendukung peningkatan akses di
seluruh jenjang dan jenis pendidikan.
Selain itu, SS5 juga mendukung pencapaian sasaran pembangunan
nasional terkait peningkatan daya saing tenaga kerja dengan (a)
mengembangkan standar kompetensi regional (regional competency
standard framework), untuk sektor jasa yang diprioritaskan dalam
masyarakat ekonomi ASEAN; dan (b) menetapkan KKNI (Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia) di lembaga pendidikan/pelatihan
untuk mencapai kesetaraan pengakuan, khususnya lembaga pelatihan
pemerintah. SS6 difokuskan pada peningkatan partisipasi pendidikan
dasar dan menengah bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu
melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) serta bagi anak-anak
berkebutuhan khusus dan penyandang difabel. Sedangkan SS7
difokuskan pada ketersediaan guru yang sesuai kebutuhan di seluruh
satuan pendidikan.
4. Terwujudnya tujuan strategis 4 (T4) Peningkatan Mutu dan Relevansi
Pembelajaran yang Berorientasi pada Pembentukan Karakter, dapat
dicirikan dengan tercapainya sasaran strategis berikut:

Indikator Kinerja Sasaran Strategis


Kode Sasaran Strategis
(IKSS)
SS8 Meningkatnya mutu pendidikan Jumlah lembaga PAUD terakreditasi
anak usia dini dan pendidikan sebanyak 42.926 lembaga
masyarakat yang berwawasan Persentase program kursus dan
gender dan pendidikan untuk pelatihan yang telah menerapkan
pembangunan berkelanjutan KKNI sebanyak 71,38%
SS9 Meningkatnya mutu layanan dan Persentase SD/SDLB berakreditasi
lulusan pendidikan dasar dan minimal B sekurang-kurangnya
menengah sebanyak 84,20%
Persentase SMP/SMPLB berakreditasi
minimal B sekurang-kurangnya
sebanyak 81%
Persentase SMA/SMLB berakreditasi
minimal B sekurang-kurangnya 85%
Persentase paket keahlian SMK
berakreditasi minimal B sekurang-
kurangnya 65%
Persentase SD/SDLB yang memenuhi
SPM sebanyak 61%
Persentase SMP/SMPLB yang
memenuhi SPM sebanyak 75%
Sejumlah minimal 68% kabupaten
dan kota memiliki indeks pencapaian
SPM pendidikan dasar sebesar 1
Rata-rata nilai ujian sekolah SD/SDLB
minimal 6.5
Rata-rata nilai ujian nasional
SMP/SMPLB minimal 6.5
Rata-rata nilai ujian nasional SMA
minimal 7.0 dan UN SMK minimal 7.0
Hasil penelitian dan pengembangan
minimal sebesar 80% digunakan
sebagai bahan rumusan kebijakan
peningkatan mutu
SS10 Meningkatnya lembaga/satuan Jumlah lembaga/satuan pendidikan yang
pendidikan dan pemangku menyelenggarakan pendidikan orang
kepentingan yang tua/keluarga sebanyak 250.000 lembaga
menyelenggarakan pendidikan
keluarga
SS8 merupakan sasaran yang berorientasi pada mutu pendidikan PAUD
dan pendidikan masyarakat yang berwawasan gender dan pendidikan
untuk pembangunan berkelanjutan. SS9 merupakan sasaran yang
memfokuskan pada mutu layanan dan mutu lulusan pendidikan dasar
dan menengah. Sedangkan SS10 memfokuskan pada lembaga/satuan
pendidikan dan pemangku kepentingan yang menyelenggarakan
pendidikan keluarga.
Terwujudnya T4 dapat dilihat dari tercapainaya tiga sasaran strategis
yaitu SS8 sampai dengan SS10. Pencapaian masing-masing sasaran
strategis diukur dari tingkat pencapaian indikator sasaran strategisnya
yang merupakan tolok ukur keberhasilan T4. Disamping itu, SS8
sampai dengan SS9 mendukung pencapaian agenda prioritas
pembangunan kelima (Nawacita 5) yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia dan masyarakat Indonesia, melalui pelaksanaan Program
Indonesia Pintar (PIP) dengan sasaran diantaranya, (a) meningkatnya
jaminan kualitas pelayanan pendidikan, tersedianya kurikulum yang
andal, dan tersedianya sistem penilaian pendidikan yang komprehensif;
dan (b) meningkatnya dan meratanya ketersediaan dan kualitas sarana
dan prasarana pendidikan sesuai dengan standar pelayanan minimal.
Selanjutnya SS8 dan SS9 juga mendukung pencapaian sasaran
pembangunan nasional, khususnya sasaran pokok pembangunan
pendidikan terkait akreditasi satuan pendidikan dasar dan menengah
serta akreditasi paket keahlian SMK. SS9 mencakup pula partisipasi
pemerintah kabupaten dan kota dalam pencapaian mutu layanan
pendidikan dasar melalui kewajiban pemenuhan SPM pendidikan dasar
pada 68% kabupaten dan kota.
SS10 mencakup pendidikan keluarga bagi orang tua siswa yang
dilaksanakan oleh lembaga/satuan pendidikan masyarakat. Dengan
pelaksanaan pendidikan keluarga ini, orang tua/masyarakat akan
memiliki pemahaman dalam meningkatkan pendidikan karakter siswa.
Oleh karenanya, SS10 juga mendukung pencapaian agenda prioritas
pembangunan kedelapan (Nawacita 8) yaitu melakukan revolusi
karakter bangsa, dengan sasaran diantaranya (a) meningkatnya
kualitas pendidikan karakter untuk membina budi pekerti, membangun
watak, dan menyeimbangkan kepribadian peserta didik; (b)
meningkatnya wawasan kebangsaan di kalangan anak usia sekolah
yang berdampak pada menguatnya nilai-nilai nasionalisme dan rasa
cinta tanah air sebagai cerminan warga negara yang baik; dan (c)
meningkatnya pemahaman mengenai pluralitas sosial dan keberagaman
budaya dalam masyarakat, yang berdampak pada kesediaan untuk
membangun harmoni sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan
menjaga kesatuan dalam keanekaragaman.
5. Terwujudnya tujuan strategis 5 (T5): Peningkatan Jati Diri Bangsa
melalui Pemakaian Bahasa sebagai Pengantar Pendidikan, dapat
dicirikan dengan tercapainya sasaran strategis berikut:

Indikator Kinerja Sasaran Strategis


Kode Sasaran Strategis
(IKSS)
SS11 Meningkatnya Mutu Bahasa Jumlah Pemerkaya Minat Baca
Indonesia dan Pemakaiannya sebagai Jumlah Tenaga Profesional dan Calon
Penghela Ipteks dan Penguat Daya Tenaga Profesional yang Mengikuti
Saing Indonesia Pengujian UKBI
Jumlah Pengembangan dan Pelindungan
Bahasa dan Sastra
Jumlah Kabupaten/Kota yang
Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang
Publiknya Terkendali

SS12 Meningkatnya peran bahasa Jumlah Negara yang Mengajarkan


Indonesia sebagai bahasa Bahasa Indonesia
perhubungan di kawasan ASEAN
Jumlah Penutur Asing yang Menjadi
Pemelajar Bahasa Indonesia

SS11 dan SS12 merupakan sasaran pencapaian T5 dengan fokus


pengembangan mutu dan peran bahasa Indonesia. Terwujudnya T5
dapat dilihat dari tercapainaya dua sasaran strategis yaitu SS11 dan
SS12. Pencapaian masing-masing sasaran strategis diukur dari tingkat
pencapaian indikator sasaran strategisnya, yang merupakan tolok ukur
keberhasilan T5. Disamping itu, SS11 dan SS12 merupakan penjabaran
terhadap pencapaian T5 yang mendukung pencapaian agenda prioritas
pembangunan kedelapan (Nawacita 8) yaitu melakukan revolusi
karakter bangsa dengan sasaran diantaranya, (a) meningkatnya
kualitas pendidikan karakter untuk membina budi pekerti, membangun
watak, dan menyeimbangkan kepribadian siswa; (b) meningkatnya
wawasan kebangsaan di kalangan anak usia sekolah yang berdampak
pada menguatnya nilai-nilai nasionalisme dan rasa cinta tanah air
sebagai cerminan warga negara yang baik; dan (c) meningkatnya
pemahaman mengenai pluralitas sosial yang menumbuhkan sikap
toleransi, dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman. Pemupukan
jiwa revolusi mental di kalangan siswa dapat ditempuh melalui
pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang
relevan, diantaranya Bahasa Indonesia yang sangat penting untuk
meneguhkan identitas kebangsaan dan jati diri siswa sebagai bangsa
Indonesia.
Disamping itu, SS11 dan SS12 juga mendukung pencapaian agenda
prioritas pembangunan kelima (Nawacita 5) yaitu meningkatkan
kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia melalui pelaksanaan
Program Indonesia Pintar dengan sasaran tersedianya kurikulum yang
andal, diantaranya kurikulum bahasa (bahasa Indonesia, bahasa
daerah, dan bahasa asing) yang berkualitas sehingga mampu
meningkatkan mutu bahasa dan pemakainya sebagai penghela Ipteks
dan penguat daya saing SDM Indonesia. Selanjutnya SS11 dan SS12
juga mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional dalam
pembangunan kebudayaan terkait peningkatan peran bahasa Indonesia
sebagai pembentuk karakter dan jati diri bangsa serta pendukung
adopsi budaya global yang positif dan produktif, misalnya bahasa
Indonesia sebagai bahasa perhubungan di kawasan ASEAN.
6. Terwujudnya tujuan strategis 6 (T6): Peningkatan Sistem Tata Kelola
yang Transparan dan Akuntabel dengan Melibatkan Publik dapat
dicirikan dengan tercapainya sasaran strategis (SS) sebagai berikut:

Indikator Kinerja Sasaran Strategis


Kode Sasaran Strategis
(IKSS)
SS13 Meningkatkan akuntabilitas Skor SAKIP Kemendikbud
kinerja Kemendikbud
SS14 Dipertahankannya opini laporan Laporan keuangan Kemendikbud
keuangan Kemendikbud Wajar mendapat opini Wajar Tanpa
Tanpa Pengecualian (WTP) Pengecualian (WTP)
SS15 Meningkatnya pelibatan publik Indeks kepuasan pemangku
dalam tata kelola pendidikan dan kepentingan Kemendikbud sebesar 77
kebudayaan

SS13 merupakan sasaran yang berorientasi pada akuntabilitas kinerja


Kemendikbud, dan SS14 berorientasi pada pencapaian opini Laporan
Keuangan Kemendikbud. Sedangkan SS15 adalah sasaran yang
berorientasi pada pelibatan publik dalam tata kelola pendidikan dan
kebudayaan.
Terwujudnya T6 dapat dilihat dari tercapainaya tiga sasaran strategis
yaitu SS13, SS14 dan SS15. Pencapaian masing-masing sasaran
strategis diukur dari tingkat pencapaian
indikator sasaran strategisnya, yang merupakan tolok ukur
keberhasilan T6. Selanjutnya SS13 sampai dengan SS15 mendukung
pencapaian:
a) sasaran pokok pembangunan tata kelola dan reformasi birokrasi
yaitu pencapaian opini WTP Laporan Keuangan Kemendikbud dan
pencapaian akuntabilitas kinerja Kemendikbud pada tingkatan yang
baik; serta
b) agenda prioritas pembangunan kedua (Nawacita 2) yaitu
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya sub agenda meningkatkan partisipasi
publik dalam proses pengambilan kebijakan publik kemendikbud,
dengan sasaran (i) meningkatnya keterbukaan informasi publik dan
komunikasi publik tentang pembangunan pendidikan dan
kebudayaan; (ii) meningkatnya akses masyarakat terhadap
informasi publik terkait pembangunan pendidikan dan kebudayaan;
dan (iii) meningkatnya implementasi open government di
Kemendikbud.
Dukungan SS13, SS14, dan SS15 tersebut berdampak pada
meningkatnya mutu birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik
dalam mendukung peningkatan daya saing dan kinerja pembangunan
nasional di berbagai bidang yang ditandai dengan, (i) meningkatnya
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel; (ii)
terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien;
dan (iii) meningkatnya mutu pelayanan publik.

E. Tata Nilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Pelaksanaan misi dan pencapaian visi memerlukan penerapan tata nilai
yang sesuai dan mendukungnya. Tata nilai merupakan dasar sekaligus
arah bagi sikap dan perilaku seluruh pegawai dalam menjalankan tugas.
Tata nilai yang diutamakan pada Renstra Kemendikbud 2015—2019 ini
adalah sebagai berikut:
1. Memiliki Integritas
Konsisten dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan
keyakinan, terutama dalam hal kejujuran dan kebenaran dalam
tindakan, memiliki integritas, bersikap jujur, dan mampu mengemban
kepercayaan.
2. Kreatif dan Inovatif
Memiliki pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang variatif
terhadap setiap permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru.
3. Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan bertindak melebihi yang dibutuhkan atau
yang dituntut dari pekerjaan, melakukan sesuatu tanpa menunggu
perintah lebih dahulu dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan hasil pekerjaan, dan menciptakan peluang baru atau
untuk menghindari timbulnya masalah.
4. Pembelajar
Berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan memperluas
wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta mampu mengambil
hikmah dan mejadikan pelajaran atas setiap kejadian.
5. Menjunjung Meritokrasi
Memiliki pandangan yang memberi peluang kepada orang untuk maju
berdasarkan kelayakan dan kecakapannya.
6. Terlibat Aktif
Suka berusaha mencapai tujuan bersama serta memberikan dorongan
agar pihak lain tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
7. Tanpa Pamrih
Tidak memiliki maksud yang tersembunyi untuk memenuhi keinginan
dan memperoleh keuntungan pribadi, memberikan dorongan dan
semangat bagi pihak lain untuk suka berusaha mencapai tujuan
bersama, memberikan inspirasi, dan memberikan dorongan agar pihak
lain tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,
KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

Arah kebijakan dan strategi disusun sebagai pendekatan dalam memecahkan


permasalahan yang mendesak untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu
tahun 2015—2019, serta memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian
sasaran nasional dan sasaran strategis Kemendikbud pada periode itu. Arah
kebijakan dan strategi nasional yang tercantum dalam RPJMN 2015—2019
merupakan acuan dalam menyusun kebijakan pembangunan pendidikan dan
kebudayaan. Oleh karena itu, arah kebijakan dan strategi yang dituangkan ke
dalam Renstra Kemendikbud 2015—2019 dibagi menjadi dua bagian. Pertama
adalah arah kebijakan dan strategi nasional yang merupakan penugasan
RPJMN 2015—2019, dan kedua adalah arah kebijakan dan strategi
Kemendikbud.
Dalam rangka mempertajam arah kebijakan dan strategi Kemendikbud
memerlukan regulasi yang efektif dan aplikatif untuk mencapai sasaran
strategis Kemendikbud, yang pada akhirnya mencapai sasaran nasional. Arah
regulasi dan/atau kebutuhan regulasi berupa RUU, Rancangan Peraturan
Pemerintah, Rancangan Perpres, Rancangan Inpres atau Rancangan Peraturan
pimpinan lembaga dituangkan dalam kerangka regulasi Kemendikbud 2015—
2019.
Selanjutnya, untuk mewujudkan efektivitas operasionalisasi pelaksanaan arah
kebijakan dan strategi Kemendikbud, sesuai dengan kapasitas organisasi dan
dukungan sumber daya aparatur sipil yang ada, perlu disusun kerangka
kelembagaan. Kerangka kelembagaan merupakan perangkat Kementerian yang
meliputi struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil
negara. Penjabaran lebih lanjut mengenai arah kebijakan dan strategi nasional,
arah kebijakan dan strategi Kemendikbud, kerangka regulasi serta kerangka
kelembagaan untuk mencapai sasaran strategis, tujuan, misi, dan visi
Kemendikbud 2015—2019 disajikan dalam penjelasan sebagai berikut.
A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Uraian mengenai arah kebijakan dan strategi nasional dalam Renstra ini
merupakan penugasan RPJMN kepada Kemendikbud, sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya. Kemendikbud bertanggung jawab dalam mencapai
sasaran-sasaran nasional sesuai dengan kewenangannya dalam rangka
pencapaian prioritas Presiden, selain bertanggung jawab dalam
mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Kemendikbud.
Arah pembangunan dalam RPJMN 2015—2019 ialah mewujudkan
Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan
gotong-royong. Kebijakan ini selanjutnya dijabarkan dalam kerangka
pembangunan yang dapat memastikan Indonesia dapat tumbuh lebih cepat
dan kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Perekonomian Indonesia harus
bertransformasi dari ekonomi yang mengandalkan eksploitasi sumber daya
alam sebagai barang mentah, tenaga kerja murah dengan tingkat
pendidikan yang rendah dan kualitas iptek yang relatif rendah menjadi
perekonomian yang memperoleh nilai tambah tinggi dari pengelolaan
sumber daya alam yang berkelanjutan, industri pengolahan dan jasa yang
didukung oleh manusia yang berkualitas, dan mempunyai daya saing serta
didukung kualitas iptek yang terus meningkat. Kualitas iptek dan manusia
yang diukur dengan tingkat pendidikan merupakan faktor yang perlu
diperhatikan dalam menjabarkan arah kebijakan dan strategi nasional ke
depan. Arah kebijakan dan strategi nasional dalam pembangunan
pendidikan dan kebudayaan dipengaruhi oleh permasalahan pokok dan
tantangan yang dihadapi bangsa dalam lima tahun ke depan dan kondisi
lingkungan strategis.
Permasalahan pokok bangsa yang mendasar dalam pembangunan
pendidikan dan kebudayaan adalah intoleransi dan krisis kepribadian
bangsa. Lunturnya budaya menghormati keragaman memupuk munculnya
sikap-sikap permusuhan, diskriminasi, dan tindakan kekerasan di
masyarakat yang diperburuk dengan tergerusnya karakter bangsa akibat
kemajuan teknologi informasi dan transportasi yang begitu cepat telah
melahirkan dunia tanpa batas yang merupakan ancaman bagi
pembangunan karakter bangsa. Adapun tantangan utama pembangunan
pendidikan dan kebudayaan dalam lima tahun ke depan ialah, (i)
peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pengurangan kesenjangan
antarwilayah; serta (ii) pembangunan tata kelola untuk menciptakan
birokrasi yang efektif.
Tantangan dalam peningkatan kualitas insan Indonesia dan pengurangan
kesenjangan antarwilayah dalam lima tahun ke depan adalah sebagai
berikut.
1. Tantangan dalam pembangunan pendidikan adalah mempercepat
peningkatan taraf pendidikan seluruh masyarakat untuk memenuhi hak
seluruh penduduk usia sekolah dalam memperoleh layanan pendidikan
dasar yang berkualitas, dan meningkatkan akses pendidikan pada
jenjang pendidikan menengah dan tinggi; menurunkan kesenjangan
partisipasi pendidikan antarkelompok sosial-ekonomi, antarwilayah dan
antarjenis kelamin dengan memberikan pemihakan bagi seluruh anak
dari keluarga kurang mampu; serta meningkatkan pembelajaran
sepanjang hayat. Dalam rangka melakukan revolusi karakter bangsa,
tantangan yang dihadapi ialah menjadikan proses pendidikan sebagai
sarana pembentukan watak dan kepribadian siswa yang matang dengan
internalisasi dan pengintegrasian pendidikan karakter dalam kurikulum,
sistem pembelajaran, dan sistem penilaian dalam pendidikan.
2. Tantangan dalam memperkukuh karakter dan jati diri bangsa dilakukan
dengan cara meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengadopsi
budaya global yang positif dan produktif serta meningkatkan
pemahaman dan kesadaran akan pentingnya bahasa, adat, tradisi, dan
nilai-nilai kearifan lokal yang bersifat positif sebagai perekat persatuan
bangsa; meningkatkan promosi budaya antardaerah dan diplomasi
budaya antarnegara; serta meningkatkan kualitas pelindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya.
3. Tantangan dalam mempercepat peningkatan kesetaraan gender dan
peranan perempuan dalam pembangunan dilakukan dengan cara
meningkatkan pemahaman, komitmen, dan kemampuan para pengambil
kebijakan dan pelaku pembangunan akan pentingnya pengintegrasian
perspektif gender di semua bidang dan tahapan pembangunan,
penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender termasuk
perencanaan dan penganggaran yang responsif gender di pusat dan di
daerah.
4. Tantangan dalam pengurangan kesenjangan antarwilayah ialah
pembangunan infrastruktur pendidikan dan kebudayaan di daerah
tertinggal (122 kabupaten), terdepan/terluar, dan terpencil.
Tantangan utama dalam pembangunan tata kelola untuk menciptakan
birokrasi yang efektif yaitu meningkatkan integritas, akuntabilitas,
efektivitas dan efisiensi birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan publik. Peningkatan kualitas tata kelola
pemerintahan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang optimal
untuk mendukung keberhasilan pembangunan dan peningkatan daya saing
nasional sehingga dapat mendukung proses pembangunan nasional ke
depan secara efektif dan efisien.
Dari sisi lingkungan strategis, Indonesia mempunyai peluang untuk dapat
menikmati “bonus demografi”, yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi
akibat berubahnya struktur umur penduduk yang ditandai dengan
menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia
kerja kepada penduduk usia kerja. Perubahan struktur ini memungkinkan
bonus demografi tercipta karena meningkatnya suplai angkatan kerja (labor
supply), tabungan (saving), dan kualitas manusia (human capital). Di
Indonesia, rasio ketergantungan telah menurun dan melewati batas di
bawah 50% pada tahun 2012 dan mencapai titik terendah sebesar 46,9%
antara tahun 2028 dan 2031. Indonesia mempunyai potensi untuk
memanfaatkan bonus demografi baik secara nasional maupun regional
khususnya kawasan ASEAN. Apabila tidak didukung dengan kebijakan
yang tepat, bonus demografi tidak akan dapat diraih. Bahkan, hal itu dapat
menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan misalnya konflik
sosial, pengangguran dan kriminalitas. Untuk memitigasi hal ini,
pemerintah menentukan kebijakan dalam memanfaatkan bonus demografi
untuk lima tahun ke depan sebagai berikut:
1. memperluas pendidikan menengah universal;
2. meningkatkan pelatihan keterampilan angkatan kerja melalui kualifikasi
dan kompetensi, memperbanyak lembaga pelatihan, dan relevansi
pendidikan dengan pasar kerja;
3. meningkatkan kewirausahaan dan pendidikan karakter pemuda; dan
4. melakukan pendalaman kapital dan pendidikan tenaga kerja.
Strategi pembangunan nasional terkait pembangunan pendidikan dan
kebudayaan, di antaranya ditujukan untuk meningkatkan kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia unggul dengan meningkatkan
kecerdasan otak serta mempunyai mental dan karakter yang tangguh
dengan perilaku yang positif dan konstruktif. Pemerataan pembangunan
pendidikan dan kebudayaan merupakan suatu keharusan untuk
menghilangkan/ memperkecil kesenjangan yang ada, baik kesenjangan
antarkelompok pendapatan, maupun kesenjangan antarwilayah,
khususnya wilayah desa, pinggiran, luar Jawa, dan kawasan timur.
Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa dan tantangan
pembangunan serta kondisi lingkungan strategis yang dihadapi,
pembangunan nasional 2015—2019 yang terkait dengan tugas dan fungsi
Kemendikbud diarahkan untuk mencapai sasaran pokok/utama
pembangunan pendidikan dan kebudayaan serta tata kelola dan reformasi
birokrasi. Adapun perinciannya dapat dilihat pada Tabel 3.1, 3.2, dan 3.3.
1. Sasaran Pokok Pembangunan Pendidikan
Sasaran pokok pembangunan pendidikan sebagaimana terdapat dalam
RPJMN memfokuskan pada delapan sasaran sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Sasaran Pokok Pembangunan Pendidikan
No Sasaran Pokok Sasaran 2019
1 Rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun 8,8 thn
2 Rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun 96,1%
3 Persentase SD/MI berakreditasi minimal B 84,2%
4 Persentase SMP/MTs berakreditasi minimal B 81,0%
5 Persentase SMA/MA berakreditasi minimal B 84,6%
6 Persentase kompetensi keahlian SMK berakreditasi minimal B 65,0%
7 Rasio APK SMP/MTs antara 20% penduduk termiskin dan 0,90
20% penduduk terkaya
8 Rasio APK SMA/SMK/MA antara 20% penduduk termiskin 0,60
dan 20% penduduk terkaya
2. Sasaran Pokok Pembangunan Kebudayaan (Pembangunan Masyarakat)
Sasaran pokok pembangunan masyarakat sebagaimana terdapat dalam
RPJMN merupakan sasaran komposit dari berbagai bidang
pembangunan, diantaranya pembangunan kebudayaan. Dengan
demikian, sasaran pokok pembangunan kebudayaan memfokuskan pada
empat sasaran sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Sasaran Pokok Pembangunan Kebudayaan
No Sasaran Pokok Sasaran 2019
1 Indeks gotong royong (mengukur kepercayaan kepada di atas 0,55
lingkungan tempat tinggal, kemudahan mendapatkan (2012)
pertolongan, aksi kolektif masyarakat dalam membantu
masyarakat yang membutuhkan dan kegiatan bakti sosial,
serta jejaring sosial)

2 Indeks toleransi (mengukur nilai toleransi masyarakat dalam di atas 0,49


menerima kegiatan agama dan suku lain di lingkungan (2012)
tempat tinggal)
3 Indeks rasa aman (mengukur rasa aman yang dirasakan di atas 0,61
masyarakat di lingkungan tempat tinggal) (2012)
4 Jumlah konflik sosial (per tahun) di bawah 164
(2013)
3. Sasaran Pokok Pembangunan Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi
Sasaran pokok pembangunan tata kelola dan reformasi birokrasi
sebagaimana terdapat dalam RPJMN merupakan sasaran komposit dari
pembangunan tata kelola dan reformasi birokrasi pemerintah pusat dan
daerah. Dengan demikian, sasaran pokok pembangunan tata kelola dan
reformasi birokrasi Kemendikbud memfokuskan pada empat sasaran
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Sasaran Pokok Pembangunan Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi
No Sasaran Pokok Sasaran 2019
1 Kualitas pelayanan publik: integritas pelayanan publik 9.0
(pusat)
2 Persentase instansi pemerintah (Kementerian/Lembaga) 75%
dengan nilai indeks reformasi birokrasi baik (Kategori B)
3 Opini WTP atas Laporan Keuangan K/L 95%
4 Persentase instansi pemerintah (Kementerian/Lembaga) 85%
yang akuntabilitas kinerjanya baik (Skor B)
Jika mengacu pada sasaran pokok yang hendak dicapai serta
mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan yang akan
dihadapi bangsa Indonesia ke depan, arah kebijakan umum pembangunan
nasional 2015—2019 yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud
yaitu sebagai berikut.
1. Meningkatkan Kualitas Insan yang Berkeadilan
Insan yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan
yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan memberikan
perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerah 3T, serta
meningkatnya kompetensi siswa Indonesia dalam bidang matematika,
sains, dan literasi.
2. Menyiapkan Landasan Pembangunan yang Kokoh
Landasan pembangunan yang kokoh dicirikan oleh meningkatnya
kualitas pelayanan publik yang antara lain, didukung oleh birokrasi yang
bersih, transparan, efektif, dan efisien.
3. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Pendidikan dan
Kebudayaan di Daerah
Pembangunan pendidikan dan kebudayaan di daerah diarahkan
menjamin pemenuhan pelayanan dasar, termasuk pelayanan pendidikan
dan kebudayaan di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat;
dan mempercepat pembangunan pendidikan dan kebudayaan di daerah
tertinggal dan kawasan perbatasan.
Uraian mengenai arah dan kebijakan nasional, selanjutnya merujuk kepada
sembilan agenda prioritas (Nawacita) yang terkait dengan tugas dan fungsi
Kemendikbud. Sebelum menguraikan mengenai hal itu, ada baiknya
dikemukakan kembali Nawacita yang menjadi acuannya, yaitu sebagai
berikut.
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir untuk membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-
bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Agenda prioritas yang terkait langsung dengan pembangunan pendidikan
dan kebudayaan, khususnya yang sesuai dengan tugas dan fungsi
Kemendikbud, tertuang dalam Nawacita nomor 5, 6, 8, 9, dan 2. Khusus
agenda pembangunan pendidikan dibahas dalam Nawacita nomor 5, 6, dan
8. Pembangunan kebudayaan dibahas dalam Nawacita nomor 8 dan 9,
sedangkan penguatan efektivitas reformasi birokrasi dan tata kelola
terdapat dalam Nawacita nomor 2.
1. Agenda Prioritas Pembangunan 5 (Nawacita 5): Meningkatkan Kualitas
Hidup Manusia dan Masyarakat Indonesia
Pembangunan manusia Indonesia merupakan pembangunan pendidikan
yang dilakukan pada seluruh siklus hidup manusia sejak janin dalam
kandungan sampai lanjut usia yang merupakan pembangunan manusia
yang produktif dan berdaya saing. Pembangunan pendidikan merupakan
salah satu andalan bagi upaya meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia. Pembangunan pendidikan periode ini dilakukan, terutama
melalui pelaksanaan Program Indonesia Pintar (PIP).
a. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam Program Indonesia Pintar melalui
pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun pada RPJMN 2015—2019 yaitu
sebagai berikut:
1) meningkatnya angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah,
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.4;
Tabel 3.4 Indikator Kinerja Akses Pendidikan
Indikator Kinerja Akses Pendidikan Satuan 2014 2019
I. Pendidikan Dasar
a. SD/MI/SDLB/Paket A
Angka Partisipasi Murni SD/MI % 91,3 94,8
Angka Partisipasi Kasar SD/MI/SDLB/Paket A % 111,0 114,1
b. SMP/MTs/SMPLB/Paket B
Angka Partisipasi Murni SMP/MTs % 79,4 82,0
Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs/Paket B % 101,6 106,9
II. Pendidikan Menengah
Angka Partisipasi Murni SMA/MA/SMK % 55,3 67,5
Angka Partisipasi Kasar SMA/MA/SMK/Paket C % 79,2 91,6
Indikator Kinerja Akses Pendidikan Satuan 2014 2019
III. Pendidikan Anak Usia Dini
Angka Partisipasi PAUD % 66,8 77,2
Catatan: angka partisipasi merupakan angka perkiraan yang dihitung menggunakan jumlah penduduk
sesuai dengan hasil proyeksi penduduk berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010

2) meningkatnya angka keberlanjutan pendidikan yang ditandai


dengan menurunnya angka putus sekolah dan meningkatnya
angka melanjutkan;
3) menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompok
masyarakat, terutama antara penduduk kaya dan penduduk
miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan,
antara wilayah perkotaan dan perdesaan, serta antardaerah;
4) meningkatnya kesiapan siswa pendidikan menengah untuk
memasuki pasar kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan
tinggi;
5) meningkatnya jaminan kualitas pelayanan pendidikan, tersedianya
kurikulum yang andal, dan tersedianya sistem penilaian
pendidikan yang komprehensif;
6) meningkatnya proporsi siswa SMK yang dapat mengikuti program
pemagangan di industri;
7) meningkatnya kualitas pengelolaan guru dengan memperbaiki
distribusi dan memenuhi beban mengajar;
8) meningkatnya jaminan hidup dan fasilitas pengembangan ilmu
pengetahuan dan karier bagi guru yang ditugaskan di daerah
khusus;
9) meningkatnya dan meratanya ketersediaan dan kualitas sarana
dan prasarana pendidikan sesuai dengan standar pelayanan
minimal; serta
10) tersusunnya peraturan perundang-undangan terkait Wajib Belajar
12 Tahun.
b. Arah Kebijakan dan Strategi
Program Indonesia Pintar (PIP) melalui pelaksanaan Wajib Belajar 12
Tahun diarahkan untuk memenuhi hak seluruh anak Indonesia tanpa
terkecuali agar dapat menyelesaikan jenjang pendidikan dasar
sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Perhatian lebih besar
diberikan bagi daerah-daerah yang belum tuntas dalam pelaksanaan
wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Disamping itu,
kebijakan untuk pendidikan menengah diarahkan pada perluasan dan
pemerataan pendidikan menengah yang berkualitas. Kebijakan
tersebut dilakukan untuk mempercepat ketersediaan insan terdidik
dalam memenuhi kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang,
terutama pemanfaatan bonus demografi dan menyiapkan perdagangan
bebas di kawasan ASEAN.
Berdasarkan hal-hal tersebut, arah kebijakan dan strategi
pelaksanaan Program Wajib Belajar 12 Tahun ialah sebagai berikut:
1) melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan cara melanjutkan
upaya untuk memenuhi hak seluruh penduduk mendapatkan
layanan pendidikan dasar yang berkualitas untuk menjamin
seluruh anak Indonesia tanpa terkecuali dapat menyelesaikan
jenjang pendidikan dasar, melalui hal sebagai berikut:
a) peningkatan pelayanan pendidikan dasar bagi seluruh anak
Indonesia, dengan memberikan peluang lebih besar bagi anak
dari keluarga kurang mampu, anak yang berada di daerah
pascakonflik, etnik minoritas dan di wilayah terdepan, terluar,
dan tertinggal (3T);
b) penyediaan bantuan untuk anak yang berasal dari keluarga
kurang mampu agar dapat mengikuti Program Indonesia Pintar
pada pendidikan dasar yang dilaksanakan melalui Kartu
Indonesia Pintar;
c) penyediaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus
termasuk melalui pemberian ruang lebih besar bagi masyarakat
dalam menjalankan model pembelajaran mandiri (informal,
nonformal) dalam mengembangkan sekolah berbasis
komunitas;
d) peningkatan partisipasi pendidikan dalam rangka mengurangi
variasi antardaerah dan kesenjangan gender;
e) peningkatan angka partisipasi PAUD dalam rangka
meningkatkan kesiapan anak bersekolah untuk mendukung
peningkatan kualitas Wajib Belajar 12 Tahun.
2) melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan memperluas dan
meningkatkan akses pendidikan menengah yang berkualitas untuk
mempercepat ketersediaan insan terdidik untuk memenuhi
kebutuhan pasar kerja, melalui hal sebagai berikut:
a) pemberian dukungan bagi anak yang berasal dari keluarga
kurang mampu untuk dapat mengikuti Program Indonesia
Pintar pada pendidikan menengah melalui Kartu Indonesia
Pintar;
b) peningkatan ketersediaan SMA/SMK/MA di kecamatan-
kecamatan yang belum memiliki satuan pendidikan menengah,
melalui pembangunan USB, terutama penambahan RKB, dan
pembangunan SMP/MTs-SMA/MA satu atap, serta
ketersediaan SMK yang mendukung pembangunan bidang
pertanian, maritim, pariwisata, industri manufaktur, dan
ekonomi kreatif;
c) penyediaan layanan khusus pendidikan menengah terutama
untuk memberi akses bagi anak yang tidak bisa mengikuti
pendidikan reguler;
d) penyediaan bantuan operasional sekolah untuk menjamin
kemampuan sekolah dalam menyelenggarakan layanan
pendidikan yang berkualitas;
e) peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
pendidikan menengah untuk mendorong kemauan orang tua
menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi;
f) penguatan peran swasta dalam menyediakan layanan
pendidikan menengah yang berkualitas;
g) penilaian terhadap sekolah/madrasah swasta secara
komprehensif yang diikuti dengan intervensi untuk
pengembangannya;
h) penegakan aturan dalam pemberian izin pembukaan
sekolah/madrasah baru;
i) penguatan kerja sama pemerintah dan swasta dengan
mengatur secara jelas kontribusi pemerintah dalam membantu
sekolah/madrasah swasta dan akuntabilitas sekolah/madrasah
swasta dalam penggunaan bantuan pemerintah;
j) penguatan kompetensi keahlian di SMA/MA untuk bidang-
bidang aplikatif seperti ekonomi, bisnis, komunikasi, dan
bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing;
k) penguatan kecakapan akademik siswa SMK seperti
matematika, pemecahan masalah dan bahasa untuk memenuhi
kebutuhan industri yang mensyaratkan penguasaan
keterampilan dasar;
l) pemberian insentif baik finansial maupun nonfinansial untuk
mendorong industri dalam penyediaan fasilitas magang;
m) pengembangan kurikulum yang diselaraskan dengan
kebutuhan lapangan kerja berdasarkan masukan dari dunia
usaha/dunia industri;
n) penyelarasan program keahlian dan pengembangan kurikulum
SMK sesuai dengan kegiatan ekonomi utama di
kabupaten/kota dan kebutuhan pasar kerja.
3) meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan
keterampilan melalui peningkatan kualitas lembaga pendidikan
formal terutama pendidikan menengah dan pendidikan tinggi agar
lulusannya memiliki keahlian dasar dan keahlian umum yang
dibutuhkan oleh lapangan kerja dan mampu beradaptasi dengan
perubahan teknologi di lingkungan kerja;
4) memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan
pendidikan melalui hal sebagai berikut:
a) pemantapan penerapan SPM untuk jenjang pendidikan dasar
dan penerapan SPM jenjang pendidikan menengah dilakukan
sebagai upaya untuk mempersempit kesenjangan kualitas
pelayanan pendidikan antarsatuan pendidikan dan
antardaerah;
b) penguatan proses akreditasi untuk satuan pendidikan negeri
dan swasta;
c) peningkatan kapasitas pemerintah kabupaten, kota, dan
satuan pendidikan untuk mempercepat pemenuhan SPM.
5) memperkuat kurikulum dan pelaksanaannya melalui hal sebagai
berikut:
a) penguatan kurikulum yang memberikan keterampilan abad ke-
21;
b) diversifikasi kurikulum dilakukan agar siswa dapat
berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi, minat,
dan kecerdasan individu;
c) penyiapan guru dilakukan untuk mampu melaksanakan
kurikulum secara baik;
d) evaluasi pelaksanaan kurikulum secara ketat, komprehensif,
dan berkelanjutan;
e) peningkatan peran serta guru dan pemangku kepentingan
untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan umpan balik
pelaksanaan kurikulum di tingkat kelas;
f) penguatan kerja sama antara guru, kepala sekolah, dan
pengawas sekolah dilakukan untuk mendukung efektivitas
pembelajaran;
g) Pengembangan profesi berkelanjutan tentang praktik
pembelajaran di kelas untuk guru dan kepala sekolah;
h) penyediaan dukungan materi pelatihan secara daring (online)
dilakukan untuk membangun jaringan pertukaran materi
pembelajaran dan penilaian antar guru;
i) peningkatan kualitas pembelajaran literasi, matematika, dan
sains sebagai kemampuan dasar yang dibutuhkan dalam
kehidupan keseharian dan dalam bermasyarakat, yang
dilakukan secara responsif gender; dan
j) penguatan kurikulum tentang ketahanan diri seperti perilaku
hidup bersih dan sehat, kepedulian terhadap lingkungan,
kesehatan reproduksi, pengetahuan gizi seimbang, dan
pendidikan jasmani dengan tetap mengedepankan norma yang
dianut masyarakat Indonesia, serta penguatan kurikulum
tentang kewirausahaan.
6) memperkuat sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan
kredibel melalui hal sebagai berikut:
a) peningkatan sistem penilaian pendidikan yang komprehensif;
b) peningkatan mutu, validitas, dan kredibilitas penilaian hasil
belajar siswa;
c) penguatan mutu penilaian diagnostik dan peningkatan
kompetensi guru dalam bidang penilaian di tingkat kelas;
d) pemanfaatan hasil penilaian siswa digunakan untuk
peningkatan kualitas pembelajaran secara berkesinambungan;
e) pemanfaatan hasil ujian untuk pemantauan dan peningkatan
mutu pendidikan berkelanjutan;
f) penguatan lembaga penilaian pendidikan yang independen dan
kredibel;
g) pengembangan sumber daya lembaga.
7) meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru, melalui hal
sebagai berikut:
a) pengembangan kapasitas pemerintah kabupaten dan kota
untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan
mutu guru secara efektif dan efisien;
b) penegakan aturan dalam pengangkatan guru oleh pemerintah
kabupaten dan kota berdasarkan kriteria mutu yang ketat serta
kebutuhan aktual di kabupaten dan kota;
c) peningkatan efisiensi pemanfaatan guru dengan memperbaiki
rasio guru-murid dan memaksimalkan beban mengajar
termasuk melalui multigrade dan/atau multisubject teaching;
d) penguatan kerja sama antara Lembaga Pendidik Tenaga
Kependidikan (LPTK) dan semua tingkat pemerintahan untuk
menjamin mutu dan distribusi yang merata; dan
e) pemberian jaminan hidup dan fasilitas yang memadai bagi guru
yang ditugaskan di daerah khusus dalam upaya pengembangan
keilmuan serta promosi kepangkatan karier.
2. Agenda Prioritas Pembangunan 6 (Nawacita 6): Meningkatkan
Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional
Upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat
dan daya saing di pasar internasional, khususnya yang terkait tugas dan
fungsi Kemendikbud dalam melaksanakan pembangunan pendidikan
ialah, (i) meningkatkan kapasitas inovasi dan teknologi; serta (ii)
meningkatkan daya saing tenaga kerja.
Sasaran, arah kebijakan dan strategi peningkatan kapasitas inovasi dan
teknologi yaitu sebagai berikut.
a. Sasaran
Sasaran pembangunan inovasi dan teknologi dalam pembangunan
pendidikan adalah meningkatnya kapasitas iptek yang dijabarkan
sebagai berikut:
1) meningkatnya dukungan bagi kegiatan iptek termasuk penyediaan
manusia berkualitas, sarana prasarana, kelembagaan, jaringan;
2) terbangunnya 100 Techno Park di kabupaten, kota, dan Science
Park di setiap provinsi.
b. Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan dalam rangka pembangunan taman tekno dan taman
sains yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud ialah
pembangunan taman tekno kabupaten dan kota yang berfungsi
sebagai:
1) pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan,
perikanan, dan pengolahan hasil (pasca panen), industri
manufaktur, ekonomi kreatif, dan jasa lainnya yang telah dikaji
oleh lembaga penelitian, swasta, dan perguruan tinggi untuk
diterapkan dalam skala ekonomi;
2) tempat pelatihan, pemagangan, pusat diseminasi teknologi, dan
pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas.
Dengan arah kebijakan di atas, strategi untuk mencapai sasaran
tersebut di atas yaitu pembangunan taman tekno di kabupaten dan
kota oleh Kemendikbud sesuai dengan kompetensi, tugas pokok, dan
fungsinya.
Sasaran, arah kebijakan, dan strategi peningkatan daya saing tenaga
kerja yaitu sebagai berikut.
a. Sasaran
1) meningkatkan kualitas dan keterampilan pekerja dengan
memperbesar proporsi jumlah tenaga kerja yang kompeten dan
diakui secara nasional dan internasional melalui serangkaian
proses sertifikasi untuk tenaga berkeahlian tinggi dari 8,4%
menjadi 14,0% dan keahlian menengah dari 30,0% menjadi 42%;
2) mempercepat pelaksanaan perjanjian saling pengakuan (Mutual
Recognition Arrangement, MRA) yang belum dapat direalisasikan,
untuk sektor jasa yang diprioritaskan, yaitu transportasi udara,
teknologi informasi dan komunikasi (e-ASEAN), dan jasa logistik;
3) mengembangkan standar kompetensi regional (regional competency
standard framework), untuk sektor jasa yang diprioritaskan dalam
masyarakat ekonomi ASEAN;
4) menetapkan KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) di
lembaga pendidikan/pelatihan untuk mencapai kesetaraan
pengakuan, khususnya lembaga pelatihan pemerintah;
5) meningkatnya peringkat daya saing efisiensi pasar tenaga kerja di
tingkat internasional.
b. Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan dalam rangka peningkatan daya saing tenaga kerja
yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud ialah
meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja melalui hal
sebagai berikut.
1) melakukan harmonisasi standardisasi dan sertifikasi kompetensi
melalui kerja sama lintas sektor, lintas daerah, dan lintas negara
mitra bisnis, dalam kerangka keterbukaan pasar;
2) mengembangkan program kemitraan antara pemerintah dan dunia
usaha/industri, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
melalui tiga aspek pengembangan, yaitu sebagai berikut:
a) pengembangan standar kompetensi oleh pihak pengguna
terutama asosiasi industri/profesi dan bersifat dinamis sesuai
dengan perkembangan iptek dan kebutuhan industri;
b) pengembangan program pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensi menggunakan kurikulum/modul pelatihan yang
mengacu kepada standar yang dikembangkan industri; dan
c) sertifikasi kompetensi melalui uji kompetensi oleh Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) yang dilisensi oleh BNSP, dan memiliki
masa berlaku (validitas) sesuai dengan ketentuan.
3) mengembangkan pola pendanaan pelatihan dilakukan melalui hal
sebagai berikut:
a) menguatkan koordinasi antarpelaku kepentingan, pemerintah
yang diwakili kementerian/lembaga, dunia usaha, pekerja,
serta pemerintah daerah; dan
b) menjaga transparansi dan meningkatkan efisiensi serta
efektivitasnya pengelolaan dana pelatihan dengan pola
matching fund melalui pembentukan lembaga yang independen
untuk mengelola dana pelatihan.
3. Agenda Prioritas Pembangunan 8 (Nawacita 8): Melakukan Revolusi
Karakter Bangsa
Pendidikan harus dimaknai tidak hanya sebagai sarana untuk
melakukan transfer pengetahuan dan keterampilan belaka, tetapi juga
sebagai suatu proses pembelajaran sepanjang hayat untuk membentuk
karakter yang baik, mengembangkan potensi dan talenta individual,
memperkuat daya intelektual dan pikiran, menanamkan jiwa mandiri
serta spirit berdikari.
Pendidikan sejatinya merupakan hakikat revolusi mental, yang bertumpu
pada pembangunan manusia yang berkarakter kuat, berpikiran maju
dan berpandangan modern, serta berperilaku baik sebagai perwujudan
warga negara yang baik. Revolusi mental dapat dijalankan melalui
pendidikan dan kebudayaan, yang kemudian diturunkan ke sistem
persekolahan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Sistem
persekolahan sebagai turunan dari sistem pendidikan harus mampu
menumbuhkan budaya sekolah yang kondusif bagi penciptaan
lingkungan belajar yang baik bagi siswa. Pemupukan jiwa revolusi
mental di kalangan peserta didik dapat ditempuh melalui pendidikan
karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang relevan,
pendidikan agama, dan pendidikan kewargaan.
a. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam melakukan revolusi karakter bangsa
yaitu sebagai berikut.
1) meningkatnya kualitas pendidikan karakter untuk membina budi
pekerti, membangun watak, dan menyeimbangkan kepribadian
peserta didik;
2) meningkatnya wawasan kebangsaan di kalangan anak usia sekolah
yang berdampak pada menguatnya nilai-nilai nasionalisme dan
rasa cinta tanah air sebagai cerminan warga negara yang baik;
3) meningkatnya pemahaman mengenai pluralitas sosial dan
keberagaman budaya dalam masyarakat, yang berdampak pada
kesediaan untuk membangun harmoni sosial, menumbuhkan
sikap toleransi, dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman;
4) meningkatnya budaya dan aktivitas riset serta pengembangan ilmu
dasar dan ilmu terapan yang sesuai dengan kebutuhan dunia
usaha dan dunia industri, serta mendukung pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi;
5) meningkatnya budaya produksi sehingga lebih kuat dari budaya
konsumsi dan budaya inovasi di masyarakat.
b. Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan dan strategi yang akan dilaksanakan dalam
mewujudkan sasaran revolusi karakter bangsa ialah sebagai berikut.
1) Mengembangkan pendidikan kewargaan di sekolah untuk
menumbuhkan jiwa kebangsaan, memperkuat nilai-nilai toleransi,
menumbuhkan penghargaan pada keragaman sosial-budaya,
memperkuat pemahaman mengenai hak-hak sipil dan kewargaan,
serta tanggung jawab sebagai warga negara yang baik (good
citizen), melalui hal sebagai berikut:
a) penguatan pendidikan kewargaan yang terintegrasi ke dalam
mata pelajaran yang relevan yaitu: PKN, IPS (sejarah, geografi,
sosiologi/antropologi), bahasa Indonesia;
b) penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah
pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai
moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan
memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam
mata pelajaran;
c) penyelenggaraan pendidikan kewargaan melalui organisasi
sosial-kemasyarakatan yang berorientasi untuk memperkuat
wawasan kebangsaan di kalangan warga negara dalam rangka
meneguhkan jati diri bangsa melalui pemahaman mengenai
nilai-nilai multikulturalisme dan penghormatan pada
kemajemukan sosial; dan
d) pelibatan peran orang tua dan masyarakat dalam pengelolaan
persekolahan dan proses pembelajaran, untuk mencegah
perilaku menyimpang yang tak sesuai dengan norma susila dan
nilai moral.
2) Meningkatkan pemasyarakatan budaya produksi, melalui hal
sebagai berikut:
a) peningkatan pemahaman bahwa konsumsi yang berlebihan
(excessive consumption) tidak baik;
b) penyebaran pengetahuan teknik-teknik pembuatan barang dan
jasa yang dapat dilakukan sendiri baik melalui jalur pendidikan
maupun melalui pemasyarakatan sehingga terbangun budaya
swadesi dengan sebutan populer Do It Yourself (DIY).
3) Meningkatkan iklim yang kondusif bagi inovasi melalui hal sebagai
berikut:
a) pemberian penghargaan bagi temuan baru antara lain dengan
penegakan hak kekayaan intelektual dan berbagai penghargaan
sosial lainnya;
b) peningkatan pemahaman masyarakat atas sifat acak dari setiap
kejadian (randomness nature of event) agar terbangun
kemampuan mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak
terduga termasuk efek negatifnya (calculated risk) yang pada
akhirnya meningkatkan daya kreasi;
c) penyediaan ruang publik yang mendorong kreativitas dan yang
memfasilitasi perwujudan ide kreatif, antara lain ke dalam
bentuk barang, audio, visual, grafis, dan koreografi.
4. Agenda Prioritas Pembangunan 9 (Nawacita 9): Memperteguh Kebinekaan
dan Memperkuat Restorasi Sosial Indonesia
Memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial merupakan
pembangunan kebudayaan yang memiliki arti penting dalam upaya
mewujudkan masyarakat Indonesia yang hidup rukun, damai, bermoral,
dan berbudaya, sehingga bangsa Indonesia mampu menjaga perbedaan
dalam persatuan dan kesatuan. Restorasi sosial dimaksudkan untuk
meletakkan Pancasila pada fungsi dan peranannya sebagai dasar filsafat
negara, membebaskannya dari stigma, serta diberi ruang pemaknaan
yang cukup, dalam rangka merespons tantangan perubahan zaman.
Keragaman ras, suku bangsa dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia
merupakan potensi bangsa, sehingga perlu dikelola dengan baik guna
memperkuat jati diri bangsa, serta modal untuk menjadi negara yang
maju dan modern. Selain itu, keragaman ini juga mengandung nilai-nilai
kearifan lokal seperti nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang dapat
dimanfaatkan untuk merespons modernisasi agar sejalan dengan nilai-
nilai kebangsaan.
Dalam rangka memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi
sosial Indonesia disusun sasaran, arah kebijakan dan strategi sebagai
berikut:
a. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam melakukan revolusi karakter
bangsa, terutama yang terkait dengan pembangunan kebudayaan
adalah sebagai berikut.
1) terbangunnya modal sosial guna mewujudkan kepedulian sosial,
gotong-royong, kepercayaan antarwarga, dan perlindungan
lembaga adat, serta kehidupan bermasyarakat tanpa diskriminasi
dan penguatan nilai kesetiakawanan sosial;
2) terbangunnya kesadaran kolektif untuk menjunjung tertib sosial;
3) meningkatnya peran pranata sosial-budaya untuk memperkuat
kohesi, harmoni dan solidaritas sosial berbasis nilai-nilai
kemanusiaan yang adil dan beradab;
4) meningkatnya ketaatan semua unsur di dalam masyarakat
terhadap hukum sesuai dengan amanat konstitusi;
5) menguatnya lembaga kebudayaan sebagai basis budaya
pembangunan dan karakter bangsa;
6) meningkatnya promosi dan diplomasi kebudayaan sebagai upaya
pertukaran budaya untuk meningkatkan pemahaman
kemajemukan serta penghargaan terhadap perbedaan antarsuku
bangsa secara nasional dan internasional;
7) meningkatnya pembangunan karakter, tumbuhnya jiwa
patriotisme, budaya prestasi, dan profesionalitas pemuda, yang
ditandai dengan: (i) meningkatnya partisipasi kader pemuda dalam
pendidikan kepramukaan; dan (ii) meningkatnya partisipasi kader
pemuda dalam pengembangan wawasan kebangsaan, bela negara,
dan ketahanan nasional.
b. Arah Kebijakan dan Strategi
Kebinekaan merupakan interaksi beberapa kelompok yang
menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain.
Menguatnya nilai-nilai primordialisme dan fundamentalisme dapat
mengancam kelangsungan hidup bersama dalam kemajemukan
Indonesia. Untuk itu arah kebijakan dan strategi yang dilakukan
dalam rangka meningkatkan modal sosial dan nilai-nilai sosial budaya,
antara lain ialah sebagai berikut:
1) Memperkuat pendidikan kebinekaan dan menciptakan ruang-
ruang dialog antar warga, melalui hal sebagai berikut:
a) pendidikan karakter dan pekerti bangsa yang dilandasi oleh
nilai-nilai kearifan lokal;
b) peningkatan pemahaman tentang nilai-nilai kesejarahan dan
wawasan kebangsaan;
c) pelindungan, pengembangan dan aktualisasi nilai, serta tradisi
dalam rangka memperkaya dan memperkukuh khasanah
budaya bangsa.
2) Membangun kembali modal sosial dalam rangka memperkukuh
karakter dan jati diri bangsa, melalui hal sebagai berikut:
a) pengembangan kepedulian sosial;
b) pengembangan pranata gotong-royong;
c) penggalangan inisiatif komunitas untuk merencanakan dan
ikut menyediakan kebutuhan komunitas mereka sendiri;
d) pemberdayaan masyarakat adat dan komunitas budaya;
e) pengembangan karakter dan jati diri bangsa;
f) peningkatan kepercayaan antarwarga dan pencegahan
diskriminasi.
3) Meningkatkan kepatuhan terhadap hukum dan penghormatan
terhadap lembaga penegakan hukum melalui cara berikut:
a) sikap tegas terhadap segala tindakan yang melanggar hak-hak
warga dan nilai kemanusiaan;
b) penegakan hukum dalam rangka peningkatan disiplin dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
4) Mengembangkan insentif khusus untuk memperkenalkan dan
mengangkat kebudayaan lokal serta membentuk lembaga
kebudayaan sebagai basis pembangunan budaya dan karakter
bangsa Indonesia, melalui cara berikut:
a) pengembangan rumah budaya nusantara di dalam negeri;
b) pengembangan rumah budaya Indonesia di luar negeri (Pusat
Kebudayaan Indonesia);
c) pembangunan museum dan pusat kesenian.
5) Meningkatkan promosi, diplomasi dan pertukaran budaya, melalui:
a) peningkatan promosi budaya antarprovinsi dan promosi
budaya Indonesia ke mancanegara;
b) pertukaran karya budaya dan pelaku budaya;
c) peningkatan informasi dan publikasi budaya Indonesia; dan
penyelenggaran forum dunia di bidang kebudayaan.
5. Agenda Prioritas Pembangunan 2 (Nawacita 2): Membangun Tata Kelola
Pemerintahan yang Bersih, Efektif, Demokratis, dan Terpercaya
Tata kelola pemerintahan memiliki peran yang sangat penting untuk
mendukung efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan keberhasilan
pembangunan nasional di berbagai bidang. Upaya yang dilakukan dalam
rangka membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, terpercaya sesuai tugas dan fungsi Kemendikbud terdiri atas
tiga subagenda, yaitu: (a) membangun transparansi dan akuntabiltas
kinerja Kemendikbud; (b) menyempurnakan dan meningkatkan kualitas
Reformasi Birokrasi Nasional (RBN) di Kemendikbud; dan (c)
meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan
publik. Selanjutnya arah kebijakan dan strategi ketiga subagenda
tersebut di atas masing-masing diuraikan sebagai berikut.
a. Subagenda 1: Membangun Transparansi dan Akuntabiltas Kinerja
Kemendikbud
Sasaran dan arah kebijakan dalam membangun transparansi dan
akuntabilitas kinerja pemerintahan yaitu sebagai berikut.
1) Sasaran
Sasaran yang ingin diwujudkan ialah meningkatnya transparansi
dan akuntabilitas dalam setiap proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yang ditandai dengan, (a)
terwujudnya sistem pelaporan dan kinerja instansi pemerintah; (b)
meningkatnya akses publik terhadap informasi kinerja instansi
pemerintah; (c) makin efektifnya penerapan e-government untuk
mendukung manajemen birokrasi secara modern; (d)
meningkatnya implementasi open government pada seluruh
instansi pemerintah.
2) Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan dan strategi yang dilakukan dalam rangka
mencapai sasaran pembangunan yang transparan dan
akuntabilitas kinerja pemerintahan (Kemendikbud) yaitu sebagai
berikut.
a) penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja
instansi pemerintah secara terintegrasi, kredibel, dan dapat
diakses publik yang akan ditempuh melalui strategi: (i)
penguatan kebijakan sistem pengawasan intern pemerintah; (ii)
penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan
nasional; dan (iii) pemantapan implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada seluruh
instansi pusat dan daerah;
b) penerapan e-government untuk mendukung bisnis proses
pemerintahan dan pembangunan yang sederhana, efisien dan
transparan, serta terintegrasi yang dilaksanakan melalui
strategi: (i) penguatan kebijakan yang mengatur kelembagaan e-
government; (ii) penguatan sistem dan infrastruktur e-
government yang terintegrasi; (iii) penyempurnaan/ penguatan
sistem pengadaan secara elektronik serta pengembangan
sistem katalog elektronik; dan (iv) penguatan sistem kearsipan
berbasis TIK;
c) penerapan open government merupakan upaya untuk
mendukung terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang
terbuka, partisipatif dan akuntabel dalam penyusunan
kebijakan publik, serta pengawasan terhadap penyelenggaraan
negara dan pemerintahan. Strategi pelaksanaannya ditempuh
antara lain: (i) pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID) pada setiap badan publik negara; (ii)
peningkatan kesadaran masyarakat tentang keterbukaan
informasi publik; (iii) publikasi semua proses perencanaan,
penganggaran dan pelaksanaan anggaran ke dalam laman
(website) masing-masing K/L/D; (iv) penyediaan ruang
partisipasi publik dalam menyusun dan mengawasi
pelaksanaan kebijakan publik; (v) pengembangan sistem
publikasi informasi proaktif dan interaktif yang dapat diakses
publik; (vi) penerbitan Standard Operating Procedure (SOP)
layanan publik; (vii) pengelolaan sistem dan jaringan informasi
kearsipan nasional; dan (viii) penguatan lembaga pengarsipan
karya-karya fotografi Indonesia.
b. Subagenda 2: Penyempurnan dan Peningkatan Kualitas Reformasi
Birokrasi Nasional (RBN)
Sasaran dan arah kebijakan dalam menyempurnakan dan
meningkatkan kualitas Reformasi Birokrasi adalah sebagai berikut:
1) Sasaran
Sasaran yang ingin diwujudkan ialah meningkatnya kualitas
birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik dalam
mendukung peningkatan daya saing dan kinerja pembangunan
nasional di berbagai bidang, yang ditandai dengan: (a) terwujudnya
kelembagaan birokrasi yang efektif dan efisien; (b) meningkatnya
kapasitas pengelolaan reformasi birokrasi; (c)
terimplementasikannya UU Aparatur Sipil Negara (ASN) secara
konsisten pada seluruh instansi pemerintah; dan (d) meningkatnya
kualitas pelayanan publik.
2) Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan dan strategi yang dilakukan dalam rangka
mencapai sasaran meningkatnya kualitas birokrasi dan tata kelola
pemerintahan yang baik dalam mendukung peningkatan daya
saing dan kinerja pembangunan nasional di berbagai bidang
adalah sebagai berikut:
a) restrukturisasi kelembagaan birokrasi pemerintah agar efektif,
efisien, dan sinergis, yang ditempuh melalui strategi (i)
penyempurnaan desain kelembagaan pemerintah (kementerian,
LPNK dan LNS); (ii) penataan kelembagaan internal pemerintah
pusat dan daerah yang mencakup evaluasi/audit organisasi,
penataan tugas, fungsi dan kewenangan, penyederhanaan
struktur secara vertikal dan/atau horizontal; dan (iii)
penguatan sinergis antarlembaga, baik di pusat maupun di
daerah;
b) penguatan kapasitas pengelolaan reformasi birokrasi nasional
yang ditempuh dengan strategi antara lain, (i) penguatan
kelembagaan dan tata kelola pengelolaan reformasi birokrasi
nasional; (ii) penataan regulasi dan kebijakan di bidang
aparatur negara; (iii) perluasan dan fasilitasi pelaksanaan
reformasi birokrasi pada instansi pemerintah daerah; dan (iv)
penyempurnaan sistem evaluasi pelaksanaan RBN;
c) penerapan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
transparan, kompetitif, dan berbasis merit yang dilaksanakan
melalui strategi antara lain, (i) penetapan formasi dan
pengadaan CPNS dilakukan dengan sangat selektif sesuai
prioritas kebutuhan pembangunan dan instansi; (ii) penerapan
sistem rekrutmen dan seleksi pegawai yang transparan,
kompetitif, berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK);
(iii) penguatan sistem dan kualitas penyelenggaran diklat;
penerapan sistem promosi secara terbuka, kompetitif, dan
berbasis kompetensi didukung oleh makin efektifnya
pengawasan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN); (iv)
penerapan sistem manajemen kinerja pegawai; dan (v)
penguatan sistem informasi kepegawaian nasional;
d) peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditempuh melalui
strategi, antara lain, (i) memastikan implementasi UU 25/2009
tentang Pelayanan Publik secara konsisten; (ii) mendorong
inovasi pelayanan publik; (iii) peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pelayanan publik; dan (iv) penguatan
kapasitas dan efektivitas pengawasan pelayanan publik.
c. Subagenda 3: Meningkatkan Partisipasi Publik dalam Proses
Pengambilan Kebijakan Publik Kemendikbud
Sasaran dan arah kebijakan dalam menyempurnakan dan
meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan
publik terkait tugas dan fungsi Kemendikbud yaitu sebagai berikut:
1) Sasaran
Sasaran yang akan dicapai yaitu, (a) meningkatnya keterbukaan
informasi publik dan komunikasi publik tentang pembangunan
pendidikan dan kebudayaan; (b) meningkatnya akses masyarakat
terhadap informasi publik terkait pembangunan pendidikan dan
kebudayaan; dan (c) meningkatnya implementasi open government
di Kemendikbud.
2) Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan dan strategi yang dilakukan dalam rangka
mencapai sasaran dalam meningkatkan partisipasi publik dalam
proses pengambilan kebijakan publik yaitu sebagai berikut.
a) membangun keterbukaan informasi publik dan komunikasi
publik, yang akan ditempuh dengan strategi yaitu (i)
pengembangan kebijakan bidang komunikasi dan informasi
termasuk keterbukaan informasi publik, pengelolaan dan
penyebaran informasi publik; (ii) fasilitasi untuk mendorong
satuan kerja Kemendikbud wajib membuat laporan kinerja,
serta membuka akses informasi publik sesuai dengan UU No.
14 tahun 2008 dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan
negara yang transparan, efektif, efisien dan akuntabel, serta
dapat dipertanggungjawabkan; (iii) fasilitasi dorongan bagi
pembentukan dan penguatan peran PPID dalam mengelola dan
memberikan pelayanan informasi secara berkualitas; (iv)
fasilitasi untuk mendorong pemerintah daerah untuk
meningkatkan partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan
publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan
keputusan publik serta alasan pengambilan keputusan terkait
pembangunan pendidikan dan kebudayaan; (v) penyediaan
konten informasi publik berkualitas terkait pembangunan
pendidikan dan kebudayaan untuk meningkatkan kecerdasan
dan pengembangan kepribadian bangsa dan lingkungan
sosialnya terutama di daerah terdepan, terluar, tertinggal dan
rawan konflik; (vi) penguatan media centre, media komunitas,
media publik lainnya, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM),
dan M-Pustika sebagai media penyebaran informasi publik yang
efektif; (vii) kampanye publik terkait dengan pembangunan
pendidikan dan kebudayaan dalam rangka pembangunan
revolusi mental; (viii) penguatan manusia bidang komunikasi
dan informasi; dan (ix) penguatan Government Public Relation
(GPR) untuk membangun komunikasi interaktif antara
pemerintah dan masyarakat.
b) mendorong masyarakat untuk dapat mengakses informasi
publik dan memanfaatkannya yang akan ditempuh dengan
strategi yaitu, (i) penguatan kemitraan dengan pemerintah
daerah, organisasi masyarakat sipil, swasta, dan media untuk
mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya informasi
publik dan berpartisipasi dalam proses penyusunan dan
pengawasan kebijakan; khususnya terkait pembangunan
pendidikan dan kebudayaan; (ii) penguatan literasi media
terkait dengan pembangunan pendidikan dan kebudayaan
dalam peningkatan kesadaran, kemampuan, dan kapasitas
masyarakat untuk memanfaatkan media sesuai dengan
kebutuhannya; (iii) diseminasi informasi publik terkait dengan
prioritas program pembangunan nasional pendidikan dan
kebudayaan melalui berbagai media.

B. Arah Kebijakan dan Strategi Kemendikbud


Arah kebijakan dan strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) tahun 2015—2019 memuat langkah-langkah yang berupa
program indikatif untuk memecahkan permasalahan yang penting dan
mendesak untuk segera dilaksanakan, serta memiliki dampak yang besar
terhadap pencapaian visi, misi, tujuan, serta sasaran strategis
Kemendikbud pada periode bersangkutan. Program tersebut mencakup
pula kegiatan-kegiatan prioritas dalam RPJMN sesuai dengan bidang
terkait.
Arah kebijakan dan strategi Kemendikbud juga disusun dengan
memperhatikan hasil dan evaluasi capaian pembangunan pendidikan dan
kebudayaan sampai tahun 2014. Pertimbangan lain ialah hasil studi,
penelitian, masukan pemangku kepentingan, dan aspirasi masyarakat.
Termasuk di dalamnya adalah prediksi kondisi dan lingkungan di masa
depan. Oleh karenanya, fokus kebijakan dalam periode 2015—2019
didasarkan pada percepatan peningkatan mutu dan akses untuk
menghadapi persaingan global dengan pemahaman akan keberagaman,
penguatan praktik baik dan inovasi.
Arah kebijakan dan strategi ini juga memperhatikan komitmen pemerintah
terhadap pengembangan Indeks Pembangunan Manusia (Human
Development Index-HDI), Agenda diberlakukannya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (ASEAN Economic Community-AEC) pada tahun 2015, konvensi
internasional mengenai pendidikan, khususnya Konvensi Dakar tentang
Pendidikan untuk Semua (Education for All) termasuk agenda EFA setelah
tahun 2015, Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of Child), UN Post
2015 Development Agenda, dan World Summit on Sustainable Development,
serta Konvensi Perlindungan Warisan Dunia (Convention Concerning the
Protection of the World Cultural and Natural Heritage), Konvensi untuk
Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Convention for the Safeguarding of
the Intangible Cultural Heritage–CSICH) dan konvensi pelindungan dan
promosi keragaman dan ekspresi budaya (Convention on the Protection and
promotion of the diversity and cultural expression), Pertemuan Kebudayaan
Seluruh Dunia (World Cultural Forum) di Bali, juga hasil-hasil pertemuan
dan kesepakatan World Heritage Convention (WHC) lainnya, untuk
melestarikan alam, budaya, situs sejarah dunia untuk kepentingan
masyarakat, ASEM Language Diversity Forum (2012), dan Kongres Bahasa
Indonesia XIII (2013).
Arah kebijakan Kemendikbud selanjutnya dilaksanakan melalui program-
program periode 2015—2019. Sejalan dengan pola perencanaan pada
periode pembangunan 2015—2019, Kemendikbud menggunakan struktur
perencanaan dan anggaran yang terbaru. Penyesuaian dan penyempurnaan
dilakukan pada struktur kinerja yang mencakup sasaran strategis dan
indikator kinerja sasaran strategis, sasaran program dan indikator kinerja
program, serta sasaran kegiatan dan indikator kinerja kegiatan. Struktur
program dan unit eselon I yang bertanggung jawab untuk mengelola
program dan kegiatan ditunjukkan pada Tabel 3.5. Perincian lebih lanjut
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 3.5 Struktur Program dan Eselon I Kemendikbud
NO PROGRAM ESELON I
1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Sekretariat Jenderal
Tugas Teknis Lainnya
2 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Inspektorat Jenderal
Aparatur Kemendikbud
3 Program Pendidikan Dasar dan Menengah Ditjen Dikdasmen
4 Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Ditjen PAUD dan Dikmas
Masyarakat
NO PROGRAM ESELON I
5 Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Badan Penelitian dan
Pendidikan dan Kebudayaan Pengembangan
6 Program Pengembangan dan Pembinaan, dan Badan Pengembangan dan
Pelindungan Bahasa dan Sastra Pembinaan Bahasa
7 Program Guru dan Tenaga Kependidikan Ditjen Guru dan Tenaga
Kependidikan
8 Program Pelestarian dan Pemajuan Budaya Ditjen Kebudayaan

Selanjutnya, pelaksanaan kebijakan dijabarkan menurut program beserta


Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) di lingkungan
Kemendikbud. IKP ini hanya dinyatakan sebagai ukuran, bukan angka
capaian atau angka target pada tahun tertentu. IKP yang sudah berisi
angka capaian dan target di bab berikutnya.
a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Program ini bertujuan untuk mencapai:
1) peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan serta
partisipasi pemerintah daerah dan masyarakat;
2) peningkatan efektivitas birokrasi serta Tata Kelola Kemendikbud
yang bersih dan terpercaya;
3) peningkatan efektivitas pelaksanaan tugas teknis lainnya.
Perincian SP dan IKP Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Sasaran Program dan IKP
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
NO SASARAN PROGRAM IKP
1 Terselenggaranya sistem Persentase realisasi sasaran Renstra dan RKA
perencanaan yang andal tahunan yang dipenuhi oleh satuan kerja
Kemendikbud
Tingkat kepuasan pemangku kepentingan
Kemendikbud di luar negeri terhadap layanan
Atdikbud/DEWATAP UNESCO dan SLN
Persentase tindak lanjut kerja sama bilateral,
regional, dan multilateral bidang dikbud
2 Meningkatnya pemanfaatan Opini BPK terhadap Laporan Keuangan (LK)
sistem pembinaan dan Kemendikbud
pengelolaan keuangan yang Skor SAKIP Kemendikbud
akuntabel
3 Meningkatnya pemanfaatan Persentase pegawai yang melaksanakan tugas
sistem pengelolaan dan jabatan sesuai dengan kompetensi
pembinaan Aparatur Sipil Negara
(ASN)
4 Terselenggaranya pembinaan dan Jumlah peraturan perundang-undangan bidang
koordinasi penyusunan peraturan pendidikan dan kebudayaan
perundang-undangan, advokasi Persentase kasus dan masalah hukum yang
dan layanan bantuan hukum, dan mendapatkan advokasi dan layanan bantuan
tertatanya kelembagaan unit hukum
organisasi dan tatalaksana yang Jumlah unit organisasi yang dilakukan penataan
efektif di lingkungan kementerian kelembagaan dan tata laksana di lingkungan
Kemendikbud
NO SASARAN PROGRAM IKP
5 Meningkatnya pendayagunaan Persentase peningkatan satuan kerja di
teknologi informasi dan lingkungan Kemendikbud yang mendapat
komunikasi (TIK) untuk pendidikan layanan TIK
dan kebudayaan Persentase Peningkatan Jumlah satuan
pendidikan yang mendayagunakan TIK untuk e-
pembelajaran
Persentase peningkatan jumlah SDM yang
memiliki kompetensi TIK untuk e-pembelajaran
Persentase Peningkatan e-Layanan yang
terintegrasi pada Kemendikbud sesuai dengan
Tata Kelola TIK (e-government)
6 Meningkatnya akses layanan Persentase fasilitasi pembelajaran dalam
pendidikan dan kebudayaan rangka pelaksanaan kegiatan yang berkaitan
antarnegara ASEAN dengan SEAMEO
Persentase peningkatan akses layanan
pendidikan dan kebudayaan antarnegara
ASEAN
7 Meningkatnya pengelolaan dan Persentase data tervalidasi bidang pendidikan
pendayagunaan data dan statistik dan kebudayaan
pendidikan dan kebudayaan Persentase permintaan layanan data, statistik,
dan hasil pendayagunaan data pendidikan dan
kebudayaan yang dapat dipenuhi
Persentase pendataan pusat dan daerah yang
terintegrasi
8 Meningkatnya kualitas layanan Indeks kepuasan pemangku kepentingan
komunikasi dan layanan Kemendikbud
masyarakat Persentase pengaduan masyarakat yang
direspon secara cepat dan efektif
9 Meningkatnya kualitas film dan Persentase film dan iklan film yang lulus sensor
iklan film melalui penyensoran Jumlah pemangku kepentingan perfilman yang
dan terwujudnya budaya sensor mempunyai kesadaran budaya sensor mandiri
mandiri
10 Meningkatnya kualitas Jumlah pemberian izin dan pengendalian
pengembangan perfilman kegiatan dan usaha perfilman
Jumlah apresiasi dan pemberian penghargaan
di bidang perfilman
11 Terselenggaranya urusan Indeks kepuasan layanan Setjen
keuangan, ketatausahaan,
kerumahtanggaan, kearsipan dan
dokumentasi Kemendikbud
12 Terselenggaranya tata kelola Persentase aset Kemendikbud yang telah
setjen dan pengelolaan BMN ditetapkan status penggunaannya dan telah
kementerian yang akuntabel tersertifikasi
13 Terselenggaranya pendidikan dan Meningkatnya kualitas Aparatur Sipil Negara
pelatihan pegawai (ASN) Kemendikbud yang mengikuti diklat
aparatur (diklat kepemimpinan, diklat
prajabatan, serta diklat teknis dan fungsional)
14 Terselenggaranya layanan analisis Hasil analisis dan sinkronisasi kebijakan
dan sinkronisasi kebijakan
b. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur
Program ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas kinerja Kemendikbud. Perincian SP dan IKP Program
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Lainnya dapat
dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Sasaran Program dan IKP
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur
NO SASARAN PROGRAM IKP
1. Menguatnya sistem Tercapainya Opini BPK terhadap Laporan
pengendalian manajemen dan Keuangan Kemendikbud WTP
sistem pengawasan internal Tercapainya Skor SAKIP menjadi Memuaskan
Kementerian Pendidikan dan Satker Kemendikbud WBK
Kebudayaan
c. Program Pendidikan Dasar dan Menengah
Program ini bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya Wajib
Belajar 12 Tahun yang dijabarkan sebagai berikut:
1) peningkatan akses pendidikan dasar dan menengah kepada seluruh
masyarakat tanpa membedakan latar belakang ekonomi, gender,
geografis, usia, serta kondisi fisik dan mental;
2) peningkatan jaminan kualitas pelayanan pendidikan dasar dan
menengah;
3) peningkatan pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
bantuan siswa miskin melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP);
4) peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan serta
partisipasi pemerintah daerah dan masyarakat.
Perincian SP dan IKP Program Pendidikan Dasar dan Menengah dapat
dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Sasaran Program dan IKP
Program Pendidikan Dasar dan Menengah
NO SASARAN PROGRAM IKP
1. Pemenuhan hak terhadap APM SD/SDLB
pelayanan pendidikan dasar APK SD/SDLB
yang berkualitas Angka Putus Sekolah SD
APM SMP/SMPLB
APK SMP/SMPLB
Angka Putus Sekolah SMP
Angka Melanjutkan SD/MI ke SMP
Jumlah siswa jenjang pendidikan dasar penerima
bantuan melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Rasio APM perempuan:laki-laki di SD
Rasio APM perempuan:laki-laki di SMP
Rasio APK SMP/SMPLB antara 20% penduduk
termiskin dan 20% penduduk terkaya sebesar 0,9

2. Siswa yang berpartisipasi APK SMA/SMK/SMLB


mengikuti pendidikan Angka Melanjutkan SMP/MTs ke SMA/SMK
SMA/SMK/SMLB Rasio APK perempuan:laki-laki di SMA/SMK
Rasio APK SMA/SMK/SMLB antara 20% penduduk
termiskin dan 20% penduduk terkaya sebesar 0,6
NO SASARAN PROGRAM IKP
Rata-rata nilai lama sekolah penduduk usia di atas
15 tahun sebesar 8,8 tahun
3. Persentase angka putus Jumlah siswa jenjang pendidikan menengah
sekolah SMA/SMK/SMLB penerima bantuan melalui Kartu Indonesia Pintar
(KIP)
Angka putus sekolah SMA/SMK
4. Sekolah menengah di setiap Persentase kecamatan yang memiliki Minimal 1
kecamatan pada tahun 2019 Sekolah Menengah
5. Peningkatan kualitas Jumlah SD/SDLB dan SMP/SMPLB yang
pembelajaran dipersiapkan berakreditasi minimal B
Rata-rata nilai sikap siswa SD/SDLB, SMP/SMPLB,
SMA/SMLB, dan SMK minimal baik (pendidikan
karakter)
Jumlah perolehan medali tertimbang dari
kompetisi internasional tingkat pendidikan dasar
dan menengah
Persentase SD yang memiliki sarana dan prasarana
sesuai SNP
Persentase SMP yang memiliki sarana dan
prasarana sesuai SNP
Persentase SD yang memenuhi Standar Pelayanan
Minimal (SPM)
Persentase SMP yang memenuhi Standar
Pelayanan Minimal (SPM)
SM menerapkan program penyelarasan dengan
dunia kerja
6. Jumlah sekolah menengah Persentase kabupaten dan kota yang memiliki
rujukan/model di setiap minimal 1 sekolah menengah rujukan/model
kabupaten dan kota Persentase SM yang memenuhi akreditasi minimal
B
7. Meningkatnya kualitas satuan Persentase satuan pendidikan yang meningkat
pendidikan melalui indeks efektivitasnya berdasarkan SNP
peningkatan 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP)
8. Tata kelola Ditjen Pendidikan Data pendidikan dasar dan menengah akurat,
Dasar dan Menengah yang berkelanjutan, dan terbarukan
baik Nilai minimal LAKIP Ditjen Dikdasmen sebesar 80
(baik) pada tahun 2019

d. Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat


Program ini bertujuan untuk mencapai:
1) peningkatan akses PAUD dan pendidikan masyarakat kepada
seluruh masyarakat tanpa membedakan latar belakang ekonomi,
gender, geografis, usia, serta kondisi fisik, dan mental;
2) peningkatan jaminan kualitas pelayanan PAUD, pendidikan
nonformal/dikmas/ kesetaraan dan pembelajaran informal;
3) penyelarasan standar kompetensi pendidikan-pelatihan, dan kursus
serta calon tenaga kerja dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia
industri;
4) peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan serta
partisipasi pemerintah daerah dan masyarakat.
Perincian SP dan IKP Program PAUD dan Pendidikan Masyarakat dapat
dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Sasaran Program dan IKP
Program PAUD dan Pendidikan Masyarakat
NO SASARAN PROGRAM IKP
1. Terciptanya keluasan dan kemerataan Persentase Angka Partisipasi Kasar (APK)
akses PAUD bermutu, berkesetaraan PAUD usia 3-6 tahun
jender, dan berwawasan pendidikan
Jumlah lembaga PAUD memenuhi Standar
untuk pembangunan berkelanjutan Nasional
(ESD) dan kewarganegaraan global di
semua provinsi, kabupaten, dan kota Persentase (%) Kab./Kota memiliki Lembaga
PAUD Pembina yang menyelenggarakan Holistik
Integratif
2. Terciptanya keluasan dan kemerataan Jumlah angkatan kerja muda memiliki
akses kursus dan pelatihan bagi pengetahuan dan sikap kecakapan kerja
angkatan kerja yang bermutu, dan/atau kecakapan berwirausaha
berkesetaraan jender, dan
berwawasan pendidikan untuk Jumlah lembaga kursus dan pelatihan
pembangunan berkelanjutan (ESD) dan memenuhi standar nasional
kewarganegaraan global di semua
provinsi, kabupaten, dan kota
3. Terciptanya keluasan dan kemerataan Persentase Angka melek aksara penduduk
akses pendidikan keaksaraan dan usia usia 15-59 tahun
kesetaraan yang berwawasan jender Jumlah lembaga PKBM yang memenuhi standar
dan pendidikan untuk pembangunan nasional
berkelanjutan (ESD) dan Jumlah anak usia sekolah yang tidak sekolah
kewarganegaraan global di semua (ATS) dan orang dewasa memperoleh
provinsi, kabupaten, dan kota pendidikan setara dengan pendidikan dasar dan
menengah
APK Pendidikan Kesetaraan Paket A Setara SD
Sekurang-kurangnya 0,63 %
APK Pendidikan Kesetaraan Paket B Setara SMP
Sekurang-kurangnya 3,23 %
APK Pendidikan Kesetaraan Paket C Setara SMA
Sekurang-kurangnya 3,21 %
4. Terciptanya keluasan dan kemerataan Jumlah lembaga/satuan pendidikan
akses pendidikan keluarga yang menyelenggarakan pendidikan keluarga
bermutu, berkesetaraan jender, dan
berwawasan pendidikan untuk Jumlah orang dewasa menerapkan pendidikan
pembangunan berkelanjutan (ESD) dan keluarga di rumah, di satuan pendidikan, dan di
kewarganegaraan global di semua masyarakat
provinsi, kabupaten, dan kota
5. Terwujudnya tata kelola dan partisipasi Jumlah Model/Program PAUD dan Dikmas yang
Pemerintah Daerah, lembaga dan dikembangkan, divalidasi, dan diterapkan.
masyarakat dalam meningkatkan tata
kelola yang transparan dan akuntabel
serta akses PAUD dan Dikmas
bermutu di semua provinsi, kabupaten,
dan kota
e. Program Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud
Program ini bertujuan untuk mencapai:
1) penyempurnaan kurikulum, sistem pembelajaran dan perbukuan
dengan penyusunan kebijakan teknis, pengembangan kurikulum,
metodologi pembelajaran, dan perbukuan PAUD, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, pendidikan nonformal, dan pendidikan
informal;
2) penyediaan informasi untuk perumusan kebijakan teknis berskala
nasional bidang pendidikan;
3) Penyediaan informasi hasil penilaian pendidikan dengan
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, penelitian, dan
pengembangan sistem dan metodologi penilaian pendidikan;
4) penyediaan informasi untuk perumusan kebijakan bidang
kebudayaan dengan melaksanakan penyusunan kebijakan teknis
dan penelitian dan pengembangan di bidang kebudayaan;
5) fasilitasi standar mutu dan pelaksanaan akreditasi;
6) peningkatan sistem tata kelola kementerian yang transparan dan
akuntabel.
Perincian SP dan IKP Program Penelitian dan Pengembangan
Kemendikbud dapat dilihat pada tabel 3.10.

Tabel 3.10. Sasaran Program dan IKP


Program Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud
NO. SASARAN PROGRAM IKP
1. Meningkatnya kualitas dan Jumlah hasil penelitian dan pengembangan
relevansi hasil penelitian yang kurikulum, pembelajaran, dan perbukuan
digunakan sebagai acuan dalam untuk mendukung peningkatan mutu
peningkatan mutu bidang pendidikan
pendidikan dan kebudayaan Persentase rekomendasi kebijakan pendidikan
dan kebudayaan yang digunakan
Persentase ketersediaan soal yang terstandar
sesuai kebutuhan bank soal nasional
Persentase rekomendasi kebijakan arkeologi
yang dimanfaatkan untuk pendidikan serta
pelestarian dan pemajuan kebudayaan
2. Meningkatnya standar mutu Persentase sekolah/madrasah yang
pendidikan dan pelaksanaan terakreditasi sesuai Standar Nasional
akreditasi Pendidikan (SNP)
Persentase program/satuan PAUD dan PNF
yang terakreditasi sesuai SNP
Jumlah Standar Nasional Pendidikan (SNP)
yang digunakan untuk peningkatan mutu
pendidikan
Persentase pelaksanaan pencapaian
kompetensi peserta didik sesuai SNP
3. Penilaian kinerja penelitian dan Perolehan nilai SAKIP Balitbang
pengembangan dikategorikan
baik/skor SAKIP
f. Program Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan
Sastra
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelindungan dan
pengembangan bahasa dan sastra Indonesia. Perincian SP dan IKP
Program Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Sastra dapat
dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Sasaran Program dan IKP
Program Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Sastra
NO. SASARAN PROGRAM IKP
1. Meningkatnya Jumlah Judul Buku Jumlah Bahan Ajar Kebahasaan dan Kesastraan
Pengayaan Literasi Baca
2. Meningkatnya Jumlah Tenaga Jumlah Tenaga Profesional dan Calon Tenaga
Profesional dan Calon Tenaga Profesional yang Dibina Kemahiran Berbahasa
Profesional yang Mengikuti Indonesianya
Pengujian UKBI
3. Menguatnya komitmen nasional Jumlah Bahasa Terkembangkan
lintas-kementerian dan lembaga Jumlah Bahasa dan Sastra Terlindungi
dalam penginternasionalan
bahasa Indonesia Jumlah Bahan Penelitian Pengembangan dan
Pelindungan Bahasa dan Sastra
4. Meningkatnya Pengendalian Jumlah Badan Publik dan Swasta yang
Bahasa Indonesia di Ruang Publik Terkendali Penggunaan Bahasanya
5. Meningkatnya Peran Bahasa Jumlah Bahan Pengembangan Strategi
Indonesia melalui Pengembangan Kebahasaan
Strategi dan Diplomasi Jumlah Akses Diplomasi Kebahasaan
Kebahasaan di Tingkat ASEAN
6. Menguatnya tata kelola dan Nilai SAKIP Badan Pengembangan dan
sistem pengendalian manajemen Pembinaan Bahasa
layanan tata kelola penanganan
kebahasaan
g. Program Guru dan Tenaga Kependidikan
Program ini bertujuan untuk mencapai:
1) peningkatan kualitas pengelolaan guru dan pendidik lainnya serta
tenaga kependidikan PAUD dan dikmas;
2) peningkatan kualitas pengelolaan guru dan tenaga kependidikan
dikdas;
3) peningkatan kualitas pengelolaan guru dan tenaga kependidikan
dikmen;
4) peningkatan kualifikasi, kompetensi dan profesionalitas guru dan
pendidik lainnya serta tenaga kependidikan PAUD, pendidikan
dasar, dan menengah, serta pendidikan masyarakat;
5) peningkatan pengembangan karier, penghargaan, dan pelindungan
serta kesejahteraan guru, pendidik lainnya, dan tenaga
kependidikan PAUD, pendidikan dasar dan menengah, serta
pendidikan masyarakat;
6) peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
guru, dan pendidik lainnya, serta tenaga kependidikan;
7) peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan serta
partisipasi pemerintah daerah dan masyarakat;
8) peningkatan sistem tata kelola kementerian yang transparan dan
akuntabel.
Perincian SP dan IKP Program Guru dan Tenaga Kependidikan dapat
dilihat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Sasaran Program dan IKP
Program Guru dan Tenaga Kependidikan
NO. SASARAN PROGRAM IKP
1. Meningkatnya kompetensi Persentase guru bersertifikat pendidik
guru dan tenaga kependidikan Persentase guru dan tenaga kependidikan
dilihat dari Kompetensi meningkat kinerjanya
Profesional, Pedagogik, Peningkatan nilai rata-rata kompetensi
Kepribadian, dan Sosial, yang pengetahuan dan keterampilan guru dan
akan berdampak pada kualitas tenaga kependidikan
hasil belajar siswa Persentase guru dan tenaga kependidikan
mengikuti peningkatan kompetensi
Berkelanjutan
Persentase guru dan tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sesuai standar
Persentase Guru dan Tenaga Kependidikan
yang meningkat karirnya
Persentase guru dan tenaga kependidikan
menerima kesejahteraan
2. Meningkatnya ketersediaan Persentase satuan pendidikan memiliki guru
dan distribusi guru dan tenaga dan tenaga kependidikan sesuai kebutuhan
kependidikan yang merata di berdasarkan rombel dan standar kurikulum
seluruh kabupaten/kota
h. Program Pelestarian dan Pemajuan Budaya
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelindungan,
pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan dibidang kebudayaan
kebudayaan. Perincian SP dan IKP Program Pelestarian dan Pemajuan
Budaya dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Sasaran Program dan IKP


Program Pelestarian dan Pemajuan Budaya
NO SASARAN PROGRAM IKP
1. Meningkatnya jumlah pelaku Jumlah pelaku dan pengelola budaya dalam
dan pengelola budaya dalam pelestarian dan pemajuan kebudayaan
pelestarian dan pemajuan
kebudayaan
2. Mewujudkan akses yang meluas, Jumlah orang yang mengakses sarana dan
merata dan berkeadilan di prasarana kebudayaan
bidang kebudayaan
3. Meningkatkan peran Jumlah kerjasama kebudayaan antar daerah
kebudayaan dalam hubungan yang difasilitasi Direktorat Jenderal Kebudayaan
antar daerah dan antar bangsa Jumlah kerjasama kebudayaan antar bangsa
yang difasilitasi Direktorat Jenderal Kebudayaan
4. Mewujudkan mutu tata kelola Persentase satuan kerja lingkup Ditjen
kebudayaan yang efektif dan Kebudayaan meningkat kualitas layanan,
efisien manajemen sumberdaya dan tata kelolanya
C. Kerangka Regulasi
Kerangka regulasi dibutuhkan kementerian untuk mendukung tercapainya
sasaran pembangunan sebagaimana tercantum pada RPJMN. Berikut
dijabarkan kerangka regulasi yang dibutuhkan untuk mengawal
tercapainya arah kebijakan, strategi dan sasaran Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan 2015—2019 serta urgensi perlunya kerangka regulasi.
Perincian mengenai jenis kebutuhan regulasi dan pentingnya regulasi
dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Kemendikbud, dijelaskan
pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Kerangka Regulasi
Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi
NO dan/atau Kebutuhan Regulasi Regulasi Eksisting, Kajian, dan Penelitian
1 Penyempurnaan/revisi UU Menyesuaikan pasal-pasal yang sudah tidak
No. 20 Tahun 2003 tentang relevan lagi dengan peraturan perundangan yang
Sistem Pendidikan Nasional lebih tinggi (RSBI, dan Pendanaan 20% diluar gaji
pendidik) serta menambahkan substansi yang
belum diakomodasikan (wajib belajar 12 tahun)
2 RPP tentang Pelestarian Agar dalam pelestarian, pengembangan, dan
Cagar Budaya pemanfaatan cagar budaya mempunyai dasar
hukum yang kuat dan jelas sehingga mudah di
implementasikan
3 RPP tentang Museum Agar dalam pengembangan, dan pemanfaatan
museum mempunyai dasar hukum yang kuat dan
jelas sehingga mudah diimplementasikan
4 RPP tentang Pengelolaan Agar ada pembagian kewenangan dan
Guru tanggungjawab yang jelas dalam pengelolaan
guru, baik yang bersifat urusan wajib, urusan
pilihan maupun urusan bersama yang dilakukan
oleh pemerintah dan pemerintah daerah
5 Perumusan peraturan Supaya ada acuan yang jelas mengenai
perundangan tentang public- mekanisme public-private partnership dalam
private partnership dalam pembangunan pendidikan
pembangunan pendidikan
6 Peraturan perundangan Membantu pemerintah dalam melaksanakan
tentang pembentukan akreditasi satuan pendidikan, baik lembaga
Lembaga Akreditasi Mandiri maupun program studi
(LAM)
7 Peraturan perundangan Memperjelas fungsi dan fungsi lembaga
tentang institusionalisasi komite/dewan pendidikan nasional dalam
komite/dewan pendidikan mendukung pembangunan pendidikan dan
nasional kebudayaan
8 Peraturan perundangan Memperjelas kewenangan dan tanggungjawab
untuk memungkinkan dikbud dalam menyalurkan block grant secara
penyediaan bantuan secara tepat sasaran, jumlah dan waktu serta
berkesinambungan kepada memperkecil risiko terjadinya pelanggaran
satuan pendidikan, baik peraturan perundangan
negeri maupun swasta
melalui mekanisme block
grant
Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi
NO dan/atau Kebutuhan Regulasi Regulasi Eksisting, Kajian, dan Penelitian
9 Peraturan perundangan Memperjelas kewenangan dan tanggungjawab
terkait dengan upaya mengenai penyediaan guru dan
peningkatan efesiensi penganggarannya yang dibebankan secara
pemanfaatan anggaran proposional kepada pemerintah dan pemerintah
pendidikan terutama daerah serta komitmen dalam peningkatan
berkaitan dengan profesionalisme dan kinerja guru
penyediaan guru
10 Penyusunan peraturan Mempermudah dalam pembinaan dan
pelaksanaan sebagai tindak pengembangan serta pembangunan
lanjut PP No.24/2014 perpustakaan, baik di satuan pendidikan maupun
tentang pelaksanaan UU no. K/L
43/2007 tentang
perpustakaan
11 Penyiapan rencana strategis Memudahkan dalam mengoordinasikan
terpadu pendidikan 2015- kebijakan, program, kegiatan dan penganggaran
2019 (seluruh K/L pelaksana untuk pelaksanaan fungsi pendidikan serta
fungsi pendidikan) kesepakatan indikator sasaran pembangunan
pendidikan nasional yang akan dicapai dalam
kurun waktu 2015—2019
12 Penyiapan peraturan Memperjelas kewenangan dan tanggungjawab
perundangan untuk serta tugas dan fungsi dewan pendidikan tingkat
pembentukan dewan pusat, provinsi, kabupaten, dan kota
pendidikan tingkat pusat,
provinsi, kabupaten, dan
kota
13 Meninjau kembali dan bila Pemenuhan beban mengajar guru 24 jam–40
perlu revisi Undang-Undang jam tatap muka perlu dievaluasi ulang
No 14 tahun 2005 tentang mengingat:
Guru dan Dosen a. kebutuhan jam mengajar guru dalam struktur
kurikulum setiap mapel berbeda;
b. tuntutan pemenuhan jam mengajar guru
berakibat guru harus mengajar di beberapa
tempat bagi guru yang secara struktur
kurikulum jamnya sedikit
14 Meninjau kembali dan Revisi Pelaksanaan sertifikasi guru, pemberian
Peraturan Pemerintah tunjangan guru dan pengaturan terhadap
Nomor 74 Tahun 2005 pemenuhan beban kerja guru perlu
tentang Guru disempurnakan

15 Regulasi Kepmendikbud Sampai dengan saat ini masih terdapat lebih dari
terkait pelaksanaan 300 ribu guru yang diangkat pada tahun 2006 ke
sertifikasi guru yang atas yang perlu diatur proses pelaksanaan
diangkat setelah tahun 2006 sertifikasinya

D. Kerangka Kelembagaan
Kerangka kelembagaan adalah perangkat Kementerian yang meliputi
struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil
negara. Kerangka kelembagaan disusun dengan tujuan antara lain, 1)
meningkatkan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang pembangunan
sebagaimana terdapat dalam RPJMN sesuai dengan fungsi dan visi/misi
Kemendikbud; 2) membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan
ukuran untuk menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas
dan efisiensi Kemendikbud dalam melaksanakan program-programnya; dan
3) memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalisme
sumber daya aparatur.

Pada periode pembangunan 2015—2019, Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan akan melaksanakan tugas dan fungsi dengan mengacu pada
Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan
Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun
2014—2019, Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Permendikbud Nomor 11
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan 2015—2019.
Struktur organisasi Kemendikbud 2015—2019 ditunjukan pada gambar 3.1.

Gambar: 3.1 Struktur Organisasi Eselon I dan Eselon II Kemendikbud


Perincian program dan atau kegiatan yang menjadi tanggung jawab setiap
bagian struktur (Eselon I dan Eselon II ) dapat dilihat pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15 Penanggung jawab Eselon I dan Eselon II


KODE PROGRAM/KEGIATAN ESELON I/ESELON II
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN
1 Sekretariat Jenderal
PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA
1.1 Peningkatan Pelayanan Prima dalam Perencanaan, Biro Perencanaan dan KLN
Penganggaran, dan KLN
1.2 Peningkatan Pelayanan Prima Bidang Pengelolaan Biro Keuangan
Anggaran dan Akuntabilitas
1.3 Peningkatan Efektivitas Pengelolaan dan Pembinaan Biro Kepegawaian
Aparatur Sipil Negara
1.4 Peningkatan Layanan Prima di Bidang Hukum dan Biro Hukum dan Organisasi
Organisasi
1.5 Peningkatan Layanan Prima di bidang Komunikasi dan Biro Komunikasi dan Layanan
Layanan Masyarakat Masyarakat
1.6 Peningkatan Layanan Prima dalam Menunjang Fungsi
Pelayanan Umum Kementerian
Peningkatan Layanan Prima dalam Pengadaan dan Biro Umum
Penataan BMN serta Sarana dan Prasarana
Kementerian
1.7 Peningkatan Layanan Analisis dan Sinkronisasi Pusat Analisis dan Sinkronisasi
Kebijakan Kebijakan
1.8 Pengembangan dan Pendayagunaan Teknologi Pusat Teknologi Informasi dan
Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Pendidikan komunikasi Pendidikan dan
Kebudayaan
1.9 Pengelolaan Data dan Statistik Pendidikan dan Pusat Data dan Statistik
Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan
1.10 Peningkatan Layanan Pendidikan dan Pelatihan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pegawai Pegawai
1.11 Pengembangan Perfilman Indonesia Pusat Pengembangan Perfilman
1.12 Peningkatan Sensor Film dan Iklan Film Indonesia Lembaga Sensor Film (LSF)
1.13 Penyediaan Layanan Pendidikan antarnegara ASEAN SEAMEO
2 PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN Inspektorat Jenderal
AKUNTABILITAS APARATUR
2.1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Sekretariat Inspektorat
Lainnya Bidang Pengawasan Jenderal
2.2 Penguatan Pengawasan Inspektorat I Inspektorat I
2.3 Penguatan Pengawasan Inspektorat II Inspektorat II
2.4 Penguatan Pengawasan Inspektorat III Inspektorat III
2.5 Penguatan Pengawasan Inspektorat Investigasi Inspektorat Investigasi
3 PROGRAM PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Ditjen Dikdasmen
3.1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Setditjen Dikdasmen
Lainnya Dikdasmen
3.2 Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SD Dit. Pembinaan SD
3.3 Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SMP Dit. Pembinaan SMP

3.4 Penyediaan dan Peningkatan Layanan Pendidikan SMA Dit. Pembinaan SMA
3.5 Penyediaan dan Peningkatan Layanan Pendidikan SMK Dit. Pembinaan SMK
KODE PROGRAM/KEGIATAN ESELON I/ESELON II
3.6 Peningkatan Akses dan Mutu PKLK Dit. Pembinaan PKLK
4 PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, DAN Ditjen PAUD dan Dikmas
PENDIDIKAN MASYARAKAT
4.1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Setditjen PAUD dan Dikmas
Lainnya PAUD dan Dikmas
4.2 Penyediaan Layanan Pendidikan PAUD Dit. Pembinaan PAUD
4.3 Penyediaan Layanan Pendidikan Keluarga Dit. Pembinaan Pendidikan
Keluarga
4.4 Penyediaan Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Dit. Pembinaan Pendidikan
Kesetaraan Keaksaraan dan Kesetaraan
4.5 Penyediaan Layanan Kursus dan Pelatihan Dit. Pembinaan Kursus dan
Pelatihan
PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
5 Balitbang
KEMENDIKBUD
5.1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Litbang Kemendikbud Sekretariat Balitbang
Fasilitasi Standar Mutu dan Pelaksanaan Akreditasi
5.2 Penyediaan Informasi untuk Perumusan Kebijakan Pusat Penelitian Kebijakan
Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan
5.3 Penyempurnaan Kurikulum, Sistem Pembelajaran, dan Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Perbukuan
5.4 Penyediaan Informasi Hasil Penilaian Pendidikan Pusat Penilaian Pendidikan
5.5 Penelitian dan Pengembangan Bidang Arkeologi Pusat Penelitian Arkenas
6 PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN Badan Pengembangan dan
BAHASA DAN SASTRA Pembinaan Bahasa
6.1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Sekretariat Badan
Lainnya Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Pengembangan dan Pembinaan
Sastra Bahasa
6.2 Pengembangan Infrastruktur dan Pelindungan Bahasa Pusat Pengembangan dan
dan Sastra Pelindungan
6.3 Pembinaan dan Pemasyarakatan Bahasa dan Sastra Pusat Pembinaan
6.4 Pengembangan Strategi dan Diplomasi Pusat Pengembangan Strategi
Kebahasaan dan Diplomasi Kebahasaan
7 PROGRAM GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Ditjen Guru dan Tenaga
Kependidikan (Tendik)
7.1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Sekretariat Ditjen Guru dan
Ditjen Guru dan Tendik Tendik
7.2 Pembinaan Guru dan Tendik PAUD dan Dikmas Dit. Pembinaan Guru dan
Tendik PAUD dan Dikmas
7.3 Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Dit. Pembinaan Guru
Pendidikan Dasar
7.4 Pembinaan Guru Pendidikan Menengah Dit. Pembinaan Guru
Pendidikan Menengah
7.5 Pembinaan Tendik Dikdasmen Dit. Pembinaan Tendik
Dikdasmen
8 PROGRAM PELESTARIAN BUDAYA Ditjen Kebudayaan
8.1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Sekretariat Ditjen Kebudayaan
Lainnya Bidang Kebudayaan
8.2 Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Dit. Pelestarian Cagar Budaya
dan Permuseuman
8.3 Pembinaan Kesenian Dit. Kesenian
8.4 Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Dit. Kepercayaan Terhadap
Tradisi Tuhan YME dan Tradisi
8.5 Pengembangan Sejarah Dit. Sejarah
8.6 Pengelolaan Warisan dan Diplomasi Budaya Dit. Warisan dan Diplomasi
Budaya
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. Target Kinerja
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015—2019
merupakan bagian dari sistem perencanaan dan penganggaran Pemerintah,
seperti yang diperintahkan oleh Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Renstra merupakan
persyaratan utama bagi upaya mewujudkan akuntabilitas dan transparansi
serta peningkatan mutu keluaran (output) dan hasil (outcome) dalam
pemanfaatan APBN. Renstra akan menjadi acuan (guidance) pelaksanaan
program dan kegiatan bagi setiap pimpinan unit kerja agar dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya semakin akuntabel (accountable).
Renstra saat ini adalah bagian dari konsistensi penerapan Penganggaran
Berbasis Kinerja.
Renstra menggambarkan keterkaitan antara sasaran kementerian, sasaran
program, dan sasaran kegiatan dengan Indikator Kinerja Sasaran Strategis
(IKSS), Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan
(IKK). Penetapan target kinerja ditentukan setelah IKSS, IKP, dan IKK
disusun dan disepakati baik di tingkat kementerian maupun di tingkat
Eselon I. Target kinerja menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang
akan dicapai pada tingkat kementerian, program, dan kegiatan dalam
periode 2015—2019. Oleh karena itu Kemendikbud dalam menyusun dan
menetapkan target kinerja mengacu dan memperhatikan beberapa kriteria
sebagai berikut.
1. Target kinerja harus dapat menggambarkan angka kuantitatif dan
satuan yang akan dicapai dari setiap indikator kinerja sasaran (IKSS,
IKP, dan IKK).
2. Penetapan target dipilih karena relevan dengan indikator kinerjanya,
logis dan berdasarkan baseline data yang jelas.
Dalam sistem perencanaan dan penganggaran saat ini, setiap Eselon I
diharapkan untuk menetapkan satu program dengan satu atau lebih
sasaran program yang dilengkapi dengan IKP untuk tiap-tiap sasaran
program. Sementara itu Eselon II dimungkinkan memiliki satu atau lebih
kegiatan, dimana masing-masing kegiatan memiliki satu atau lebih sasaran
kegiatan sesuai dengan karakteristik tugas dan fungsinya yang dilengkapi
dengan IKK untuk tiap-tiap sasaran kegiatan. Target kinerja program di
setiap Eselon I dan target kinerja kegiatan di seluruh Eselon II harus
mencerminkan target kinerja kementerian dan program prioritas nasional.
Hubungan antara struktur organisasi, struktur program dan kegiatan, dan
kinerja disajikan pada Gambar 4.1.
STRUKTUR STRUKTUR STRUKTUR
ORGANISASI ANGGARAN PERENCANAAN
STRUKTUR KINERJA

NASIONAL
FUNGSI PRIORITAS SASARAN IK SASARAN
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN TARGET
KABINET NASIONAL NASIONAL

PROGRAM
SUB-FUNGSI
LINTAS

KEMENTERIAN/LEMBAGA
BAGIAN SASARAN IK SASARAN
KEMENTERIAN/L KEBIJAKAN K/L TARGET
ANGGARAN/ STRATEGIS K/L STRATEGIS
EMBAGA
ORGANISASI (IMPACT/ OUTCOME)

UNIT ORGANISASI SASARAN INDIKATOR


PROGRAM PROGRAM PROGRAM KINERJA TARGET
ES 1*)
(OUTCOME) PROGRAM

UNIT KERJA SASARAN INDIKATOR


KEGIATAN
ES 2*) KEGIATAN KEGIATAN KINERJA TARGET
(OUTPUT) KEGIATAN

Gambar 4.1 Arsitektur Struktur Program dan Kegiatan

Penyusunan Renstra memperhatikan kemampuan fiskal Pemerintah,


sekaligus memberi gambaran pembiayaan yang dibutuhkan selama lima
tahun mendatang. Secara teknis, sesuai dengan pedoman yang ada,
Renstra disusun dengan menggunakan berbagai asumsi (misalnya
pertumbuhan ekonomi), serta kombinasi pendekatan bottom up dan top
down dengan keterlibatan seluruh Eselon I dan Eselon II dari
Kemendikbud. Pendekatan top down mengandung makna bahwa
perencanaan ini memperhatikan ketersediaan anggaran sesuai dengan
estimasi APBN, sedangkan pendekatan bottom up dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebutuhan pendanaan guna mewujudkan kondisi
ideal.
Target kinerja sasaran strategis dan target kinerja sasaran program
ditetapkan berdasarkan unit Eselon I yang dikelola Kemendikbud
sebagaimana dibahas dalam Bab III bagian D tentang Kerangka
Kelembagaan. Target kinerja yang dimaksud ditetapkan untuk setiap tahun
selama kurun waktu lima tahun (2015—2019). Penjelasan dari setiap target
kinerja Kemendikbud, adalah sebagai berikut:
1. Target Kinerja Sasaran Strategis (SS)
Keberhasilan pencapaian Sasaran Strategis (SS) Kemendikbud yang
merupakan cerminan ketercapaian Tujuan (T), dapat diukur dari
ketercapaian target Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS).
Penjabaran target kinerja dari seluruh indikator sasaran strategis
2015—2019 disajikan dalam tabel 4.1 sampai dengan 4.6.

a. T.1: Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan, Orangtua,


dan Aparatur Institusi Pendidikan dalam Ekosistem Pendidikan
Tabel 4.1
Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T1
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat Awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SS1 Meningkatnya perilaku positif siswa
IKSS Rata-rata nilai perilaku siswa
Nilai cukup Baik Baik Baik Baik Baik
1.1 PAUD minimal baik
IKSS Indeks Integritas siswa
1.2 SMP/SMPLB sebesar 77 dan indeks 67/67 68/69 70/72 72/74 74/76 77/78
SMA/SMALB/SMK sebesar 78
IKSS Rata-rata nilai sikap siswa
Nilai cukup Baik Baik Baik Baik Baik
1.3 SD/SMP/SM minimal baik
SS2 Meningkatnya partisipasi orangtua dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam
pendidikan
IKSS Orang dewasa berpartisipasi aktif
225.000
2.1 dalam pendidikan keluarga Org (2015)
225.000 1.325.000 2.425.000 3.425.000 4.425.000

sebanyak 4.425.000 orang


SS3 Meningkatnya profesionalisme guru dan tenaga kependidikan
IKSS Persentase guru dan tenaga
% 53,40 55,50 56,50 61,30 69,90 77,20
3.1 kependidikan profesional

b. T.2: Pemberdayaan Pelaku Budaya dalam Melestarikan dan Memajukan


Kebudayaan
Tabel 4.2
Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T2
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat Awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SS4 Meningkatnya mutu tata kelola kebudayaan dalam mewujudkan dan mendorong
pembangunan yang berkelanjutan
IKSS Jumlah regulasi di tingkat pusat
4.1 dan provinsi yang terkait Per
dengan peningkatan mutu tata atu - - - - 148 159

kelola kebudayan yang ran


ditetapkan
IKSS Indeks pembangunan
4.2 Ind
kebudayan nasional mencapai eks
32 51.96 52.49 52.49 52.49 54.6
kategori sedang (skor 54,60)

c. T.3: Peningkatan Akses PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan


Menengah, Pendidikan Masyarakat, dan Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus

Tabel 4.3
Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T3
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat Awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SS5 Meningkatnya akses pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat di seluruh provinsi,
kabupaten, dan kota
IKSS APK PAUD usia 3-6 tahun sekurang-
5.1 kurangnya 78,70% % 68,10 70,06 72,13 74,28 75,10 78,70

IKSS Sejumlah minimal 70% kabupaten dan


10
5.2 kota memiliki lembaga PAUD terpadu % - 10 20 50 70
(2016)
pembina holistik integratif
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat Awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
IKSS Jumlah Lembaga Kursus dan Pelatihan
Lemb
5.3 yang memenuhi standar nasional (siap aga
1,050 1,121 2,621 4,121 5,871 7,871
diakreditasi) sebanyak 7.871 lembaga
IKSS Angka melek aksara penduduk usia 15-
% 96.00 96,58 96,81 97,06 97,29 97.51
5.4 59 tahun sekurang-kurangnya 96,10%
IKSS Sejumlah minimal 15,60% kabupaten
5.5 dan kota memiliki minimal 1 lembaga
% 5,50 7,50 9,00 11,00 13,00 15,60
masyarakat rujukan (SKB, PKBM,
kursus dan pelatihan, atau UPTD)
SS6 Meningkatnya angka partisipasi penduduk usia pendidikan dasar dan menengah
IKSS APK SD/SDLB/Paket A sekurang-
% 97,31 97,65 97,85 98,02 99,92 100,55
6.1 kurangnya 100,55%
IKSS APM SD/SDLB sekurang-kurangnya
% 81,92 82,00 82,51 82,88 84,52 85,20
6.2 85,20%
IKSS APK SMP/SMPLB/Paket B sekurang-
% 74,29 80,73 81,89 82,40 83,61 83,77
6.3 kurangnya 83,77%
IKSS APM SMP/SMPLB sekurang-kurangnya
% 59,18 71,88 72,69 73,07 73,70 73,72
6.4 73,72%
IKSS APK SMA/SMK/SMLB/Paket C % 68,92 75,70 79,31 82,15 84,09 85,71
6.5 sekurang-kurangnya 85,71 %
IKSS APM SMA/SMK/SMLB sekurang-
% 60,56 63,76 66,87 69,49 71,12 73,05
6.6 kurangnya 67,50%
Rasio APK SMP/SMPLB antara 20%
IKSS
penduduk termiskin dan 20% Rasio 0,85 0,86 0,87 0,88 0,89 0,90
6.7
penduduk terkaya sebesar 0.9
Rasio APK SMA/SMK/SMLB antara
IKSS
20% penduduk termiskin dan 20% Rasio 0,53 0,54 0,55 0,57 0,58 0,60
6.8
penduduk terkaya sebesar 0.6
IKSS Rata-rata lama sekolah penduduk usia Tahun 8,1 8,2 8,3 8,5 8,7 8,8
6.9 di atas 15 tahun sebesar 8,8 tahun
SS7 Meningkatnya distribusi guru dan
tenaga pendidikan
Persentase satuan pendidikan
memiliki guru dan tenaga
IKSS
kependidikan sesuai kebutuhan % 41,90 45,20 48,50 51,80 55,10 58,40
7.1
berdasarkan rombel dan standar
kurikulum

d. T.4: Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi


pada Pembentukan Karakter

Tabel 4.4
Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T4
Kondisi
KODE SS/IKSS Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SS8 Meningkatnya mutu pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat yang berwawasan gender
dan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan
Lem
IKSS Jumlah lembaga PAUD terakreditasi
bag 33,801 34,801 36,051 37,851 40,126 42,926
8.1 sebanyak 42.926 lembaga
a
Persentase program kursus dan
IKSS
pelatihan yang telah menerapkan KKNI % 51,38 55,00 59,30 63,10 67,20 71,38
8.2
sebanyak 71,38%
SS 9 Meningkatnya mutu layanan dan lulusan pendidikan dasar dan menengah
Persentase SD/SDLB berakreditasi
IKSS
minimal B sekurang-kurangnya % 55,00 60,00 66,00 72,00 78,00 84,20
9.1
sebanyak 84,20%
IKSS Persentase SMP/SMPLB berakreditasi
% 50,50 56,00 62,00 68,00 75,00 81,00
9.2 minimal B sekurang-kurangnya
Kondisi
KODE SS/IKSS Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
sebanyak 81,00%
IKSS Persentase SMA/SMLB berakreditasi
% 77,07 78,66 80,24 81,83 83,41 85,00
9.3 minimal B sekurang-kurangnya 85%
Persentase paket keahlian SMK
IKSS
berakreditasi minimal B sekurang- % 48,17 51,54 54,90 58,27 61,63 65,00
9.4
kurangnya 65%
IKSS Persentase SD/SDLB yang memenuhi
% 60,00 61,13 61,24 61,35 61,46 61,49
9.5 SPM sebanyak 61%
IKSS Persentase SMP/SMPLB yang
% 73,50 74,89 75,01 75,13 75,25 75,37
9.6 memenuhi SPM sebanyak 75%
Sejumlah minimal 68% kabupaten dan
IKSS
kota memiliki indeks pencapaian SPM % 35,00 45,00 55,00 60,00 65,00 68,00
9.7
pendidikan dasar sebesar 1
IKSS Rata-rata nilai ujian sekolah SD/SDLB
Nilai 6,0 6,2 6,5 6,7 7,0 7,5
9.8 minimal 6.5
IKSS Rata-rata nilai ujian nasional
Nilai 6,0 6,2 6,5 6,7 7,0 7,5
9.9 SMP/SMPLB minimal 6.5
IKSS Rata-rata nilai ujian nasional SMA
Nilai 6,0 6,2 6,5 6,7 7,0 7,5
9.10 minimal 7.0 dan UN SMK minimal 7.0
Hasil Penelitian dan Pengembangan
IKSS minimal sebesar 80% digunakan
% 55,00 65,00 70,00 73,00 76,00 80,00
9.11 sebagai bahan rumusan kebijakan
peningkatan mutu
SS10 Meningkatnya lembaga/satuan pendidikan dan pemangku kepentingan yang
menyelenggarakan pendidikan keluarga
Jumlah lembaga/satuan pendidikan
IKSS yang menyelenggarakan pendidikan Lem 100.000
100.000 150.000 210.000 230.000 250.000
10.1 orang tua/keluarga sebanyak 250.000 baga (2015)
lembaga

e. T.5: Peningkatan Jati Diri Bangsa melalui Pemakaian Bahasa sebagai


Pengantar Pendidikan
Tabel 4.5
Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T5
Kondisi
KODE SS/IKSS Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SS11 Meningkatnya Mutu Bahasa Indonesia dan Pemakaiannya sebagai Penghela Ipteks dan Penguat Daya
Saing Indonesia
IKSS
Jumlah Pemerkaya Minat Baca Buku 200 - - 200 400 600
11.1
Jumlah Tenaga Profesional dan Calon
IKSS
Tenaga Profesional yang Mengikuti Orang 20,539 - - 20,539 40,539 60,539
11.2
Pengujian UKBI
IKSS Jumlah Pengembangan dan Kosak
92.000 92.000 108.000 110.000 112.000 114.000
ata
11.3 Pelindungan Bahasa dan Sastra
Jumlah Kabupaten/Kota yang
IKSS Kab/
Penggunaan Bahasa Indonesia di kota
90 (2017) - - 90 150 150
11.4
Ruang Publiknya Terkendali
SS 12 Meningkatnya Peran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Perhubungan di Kawasan ASEAN
IKSS Jumlah Negara yang Mengajarkan Negar 3
a - 3 4 5 6
12.1 Bahasa Indonesia (2016)
IKSS Jumlah Penutur Asing yang Menjadi Orang 500 500 1.000 1.500 2.000 2.500
12.2 Pemelajar Bahasa Indonesia
f. T.6: Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel
dengan Melibatkan Publik

Tabel 4.6
Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T6
Kondisi
KODE SS/IKSS Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SS 13 Meningkatkan akuntabilitas kinerja Kemendikbud

IKSS Skor SAKIP Kemendikbud


Skor 73,43 74 75 76 78 81
13.1
SS14 Dipertahankannya opini Laporan Keuangan Kemendikbud Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
IKSS Laporan Keuangan Kemendikbud
14.1 mendapat opini Wajar Tanpa opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Pengecualian (WTP)
SS15 Meningkatnya pelibatan publik dalam tata kelola pendidikan dan kebudayaan
IKSS Indeks kepuasan pemangku Indeks 72 73 74 75 76 77
15.1 kepentingan kemendikbud

2. Target Kinerja Sasaran Program (SP)


Keberhasilan pencapaian kinerja Sasaran Program (SP) di tiap Eselon I
di lingkungan Kemendikbud dapat diukur dari ketercapaian target
Indikator Kinerja Program (IKP). Berikut dijabarkan dalam tabel 4.7
sampai dengan 4.14.
a. P1: Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya

Tabel 4.7
Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari P1
Kondisi
KODE SP/IKP Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SP 1.1 Terselenggaranya sistem perencanaan yang andal
IKP Persentase realisasi sasaran Renstra
% 92,00 94,00 95,00 95,00 96,00 97,00
1.1.1 dan RKA tahunan
IKP Tingkat kepuasan pemangku
1.1.2 kepentingan Kemendikbud di luar
negeri terhadap layanan % 89,00 92,00 93,00 94,00 95,00 96,00
Atdikbud/DEWATAP UNESCO dan SLN

IKP Persentase tindak lanjut kerjasama


1.1.3 bilateral, regional, dan multilateral % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
bidang Dikbud
SP 1.2 Meningkatnya pemanfaatan sistem pembinaan dan pengelolaan keuangan yang akuntabel
IKP Opini BPK terhadap Laporan
Opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP
1.2.1 Keuangan (LK) Kemendikbud
IKP. Skor SAKIP Kemendikbud Skor 73.43 74 75 76 78 81
1.2.2

SP 1.3 Meningkatnya pemanfaatan sistem pengelolaan dan pembinaan Aparatur Sipil Negara (ASN)
IKP Persentase pegawai yang
1.3.1 melaksanakan tugas jabatan sesuai % 30,00 47,00 56,00 66,00 77,00 85,00
dengan kompetensi
SP 1.4 Terselenggaranya pembinaan dan koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan, advokasi
dan layanan bantuan hukum, dan tertatanya kelembagaan unit organisasi dan tatalaksana yang
efektif di lingkungan Kementerian
Kondisi
KODE SP/IKP Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
IKP1. Jumlah peraturan perundang-
nask
4.1 undangan bidang pendidikan dan ah
146 170 180 190 200 200
kebudayaan
IKP1. Persentase kasus dan masalah hukum masal
ah
4.2 yang mendapatkan advokasi dan huku 8 50 60 70 80 85
layanan bantuan hukum m
IKP1. Jumlah unit organisasi yang dilakukan unit
kerja 82 288 288 288 288 288
4.3 penataan kelembagaan dan tata jabat
laksana di lingkungan Kemendikbud an 20 425 425 425 425 425
SP 1.5 Meningkatnya pendayagunaan teknologi dan informasi, serta komunikasi untuk pendidikan

IKP.1. Persentase peningkatan satuan kerja


5.1 di lingkungan Kemendikbud yang % 47,60 52.25 56.95 61.57 98 100
mendapat layanan TIK
IKP.1. Persentase Peningkatan Jumlah
5.2 satuan pendidikan yang
% 25,66 30.67 35.68 40.69 45,70 50,70
mendayagunakan TIK untuk e-
pembelajaran
IKP.1. Persentase peningkatan jumlah SDM
5.3 yang memiliki kompetensi TIK untuk
% 1,16 1.55 2.06 2.75 3.67 4.89
e-pembelajaran

IKP.1. Persentase Peningkatan e-Layanan


5.4 yang terintegrasi pada Kemendikbud
sesuai dengan Tata Kelola TIK (e- % 30 50 60 70 75 80
government)

SP 1.6 Meningkatnya akses layanan pendidikan dan kebudayaan antarnegara ASEAN


IKP Persentase fasilitasi pembelajaran
1.6.1 dalam rangka pelaksanaan kegiatan % 60,00 67,10 74,20 81,30 88,40 95,50
yang berkaitan dengan SEAMEO
IKP Persentase peningkatan akses layanan
1.6.2 pendidikan dan kebudayaan % 50,00 58,30 66,60 74,90 83,20 91,50
antarnegara ASEAN
SP 1.7 Meningkatnya pengelolaan dan pendayagunaan data dan statistik pendidikan dan kebudayaan
IKP Persentase data tervalidasi bidang
% 70,00 80,00 85,00 90,00 95,00 100,00
1.7.1 pendidikan dan kebudayaan
IKP Persentase permintaan layanan data,
1.7.2 statistik, dan hasil pendayagunaan
% 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 95,00
data pendidikan dan kebudayaan yang
dapat dipenuhi
IKP Persentase pendataan pusat dan
% 5,00 10,00 35,00 70,00 85,00 100,00
1.7.3 daerah yang terintegrasi
SP 1.8 Meningkatnya kualitas layanan komunikasi dan layanan masyarakat
IKP Indeks kepuasan pemangku inde
72 73 74 75 76 77
1.8.1 kepentingan Kemendikbud ks
IKP Persentase jumlah pengaduan
1.8.2 masyarakat yang direspon secara % 25 50 65 80 90 100
cepat dan efektif
SP 1.9 Meningkatnya kualitas film dan iklan film melalui penyensoran dan terwujudnya budaya sensor
mandiri
IKP Persentase film dan iklan film yang
% 83,00 83,00 86,00 89,00 92,00 95,00
1.9.1 lulus sensor
IKP Jumlah Pemangku Kepentingan
Ora 1700
1.9.2 Perfilman yang Mempunyai Kesadaran - 1700 1690 2580 2580
ng (2016)
Budaya Sensor Mandiri
SP
Meningkatnya kualitas pengembangan perfilman
1.10
IKP.1. Jumlah pemberian izin dan layan 30
an - 30 35 39 43
10.1 pengendalian kegiatan dan usaha (2016)
Kondisi
KODE SP/IKP Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
perfilman
IKP.1. Jumlah apresiasi dan pemberian 5
event - 5 10 15 20
10.2 penghargaan di bidang perfilman (2016)
SP 1.11 Terselenggaranya urusan keuangan, ketatausahaan, kerumahtanggaan, kearsipan dan dokumentasi
Kemendikbud
IKP Indeks Kepuasan Layanan Setjen Ind
60 87 89 91 93 95
1.11.1 eks
SP 1.12 Terselenggaranya tata kelola Setjen dan pengelolaan BMN Kementerian yang akuntabel
IKP Persentase aset Kemendikbud yang
1.12.1 telah ditetapkan status
% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
penggunaannya dan telah
tersertifikasi
SP
Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan pegawai
1.13
IKP Meningkatnya kualitas Aparatur Sipil
1.13.1 Negara (ASN) Kemendikbud yang
Ind
mengikuti diklat aparatur (diklat 70 75 78 81 84 87
eks
kepemimpinan, diklat prajabatan serta
diklat teknis dan fungsional)
SP 1.14 Terselenggaranya layanan analisis dan sinkronisasi kebijakan
IKP Hasil analisis dan sinkronisasi
dok - 1 1 1 1 1
1.14.1 kebijakan

b. P2: Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur


Kemendikbud

Tabel 4.8
Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari P2
Kondisi
KODE SP/IKP Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SP 2.1 Menguatnya sistem pengendalian manajemen dan sistem pengawasan internal Kemendikbud
IKP Tercapainya opini BPK terhadap
Opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP
2.1.1 Laporan Keuangan Kemendikbud WTP
IKP Tercapainya skor Sakip Kemendikbud
skor 73.43 74 75 76 78 81
2.1.2 menjadi Memuaskan
IKP Satke
Satker Kemendikbud WBK 0 3,00 % 11,00% 20 42 69
2.1.3 r

c. P3: Program Pendidikan Dasar dan Menengah

Tabel 4.9
Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari P3
Kondis
KODE SP/IKP Sat i awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SP
Pemenuhan hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas
3.1
IKP.3.
APM SD/SDLB % 81.92 82 82.51 82.88 84.52 85.20
1.1
IKP.3.
APK SD/SDLB % 97.31 97.65 97.85 98.02 99.67 100.30
1.2
IKP.3.
Angka Putus Sekolah SD % 1.08 1.07 1.00 0.98 0.97 0.57
1.3
IKP.3.
APM SMP/SMPLB % 59.18 71.88 72.69 73.07 73.7 73.72
1.4
IKP.3.
APK SMP/SMPLB % 74.29 80.73 81.89 82.40 81.91 82.07
1.5
Kondis
KODE SP/IKP Sat i awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
IKP.3.
Angka Putus Sekolah SMP % 1.15 1.14 1.11 1.08 1.03 1.01
1.6
IKP.3.
Angka Melanjutkan SD/MI ke SMP % 83.09 83.4 83.64 84.95 86.89 87.67
1.7
Jumlah siswa jenjang pendidikan dasar
IKP.3.
penerima bantuan melalui Kartu Siswa 8.216.811 15.380,582 15.380.582 15.380.582 15.380.582 15.380.582
1.8
Indonesia Pintar (KIP)
IKP.3.
Rasio APM perempuan:laki-laki di SD % 100 100 100 100 100 100
1.9
IKP Rasio APM perempuan:laki-laki di SMP
% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
3.1.10
Rasio APK SMP/SMPLB antara 20%
IKP.3.
penduduk termiskin dan 20% Rasio 0,85 0,86 0,87 0,88 0,89 0,90
1.11
penduduk terkaya sebesar 0,9
SP
Siswa yang berpartisipasi mengikuti pendidikan SMA/SMK/SMLB
3.2
IKP.3.
APK SMA/SMK/SMLB % 71.64 75.70 79.31 82.15 80.53 82.21
2.1
IKP.3. Angka Melanjutkan SMP/MTs ke
% 81.00 81.50 82.00 84.00 86.00 88.00
2.2 SMA/SMK
IKP.3. Rasio APK perempuan:laki-laki di
% 100 100 100 100 100 100
2.3 SMA/SMK
Rasio APK SMA/SMK/SMLB antara 20%
IKP.3.
penduduk termiskin dan 20% Rasio 0,53 0,54 0,55 0,57 0,58 0,60
2.4
penduduk terkaya sebesar 0,6
IKP.3. Rata-rata nilai lama sekolah penduduk
Tahun 8.1 8.2 8.3 8.5 8.7 8.8
2.5 usia di atas 15 tahun sebesar 8,8 tahun
SP
3.3 Persentase angka putus sekolah SMA/SMK/SMLB

Jumlah siswa jenjang pendidikan


IKP.3.
menengah penerima bantuan melalui Siswa 850.066 3.856.476 3.856.676 3.856.899 3.856.979 3.858.211
3.1
Kartu Indonesia Pintar (KIP)
IKP.3.
Angka Putus Sekolah SMA/SMK % 1.66 1.20 1.10 1.00 0.90 0.80
3.2
SP
Sekolah Menengah di setiap kecamatan pada tahun 2019
3.4
IKP Persentase kecamatan yang memiliki
% 71,00 76,60 82,50 88,30 94,20 100,00
3.4.1 minimal 1 sekolah menengah
SP
Peningkatan kualitas pembelajaran
3.5
IKP Jumlah SD/SDLB dan SMP/SMPLB yang
Sklh 15.300 15.300 15.300 15.300 15.300 15.300
3.5.1 dipersiapkan berakreditasi minimal B
IKP Rata-rata nilai sikap siswa SD/SDLB,
Nilai
3.5.2 SMP/SMPLB, SMA/SMLB, dan SMK Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sikap
minimal baik (pendidikan karakter)
IKP Jumlah perolehan medali tertimbang Medali
3.5.3 dari kompetisi internasional tingkat tertimb 140 141 148 152 160 168
ang
pendidikan dasar dan menengah
IKP Persentase SD yang memiliki sarana
% 15,00 15,00 17,00 24,00 32,00 40,00
3.5.4 dan prasarana sesuai SNP
IKP Persentase SMP yang memiliki sarana
3.5.5 dan prasarana sesuai SNP
% 21,00 22,00 29,00 37,00 45,00 53,00

IKP Persentase SD yang memenuhi Standar


% 60,45 61,13 61,24 61,35 61,46 61,49
3.5.6 Pelayanan Minimal (SPM)
IKP Persentase SMP yang memenuhi
% 73,98 74,89 75,01 75,13 75,25 75,37
3.5.7 Standar Pelayanan Minimal (SPM)
IKP SM menerapkan program
% 0 15,00 30,00 45,00 60,00 75,00
3.5.8 penyelarasan dengan dunia kerja
SP Jumlah sekolah menengah rujukan/model di setiap kabupaten/kota
Kondis
KODE SP/IKP Sat i awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
3.6
IKP Persentase kabupaten/kota yang
3.6.1 memiliki minimal 1 sekolah menengah % 21,10 29,40 49,90 70,50 90,00 100,00
rujukan/model
IKP Persentase SM yang memenuhi
% 60,00 65,00 70,00 75,00 80,00 85,00
3.6.2 akreditasi minimal B
SP 3.7 Meningkatnya kualitas satuan pendidikan melalui peningkatan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP)
IKP Persentase satuan pendidikan yang
3.7.1 meningkat indeks efektivitasnya % 0 14,00 29,00 52,00 76,00 95,00
berdasarkan SNP
SP 3.8 Tata kelola ditjen pendidikan dasar dan menengah yang baik
IKP Data pendidikan dasar dan menengah
% 80,00 85,00 87,00 89,00 92,00 95,00
3.8.1 akurat, berkelanjutan, dan terbarukan
IKP Nilai minimal SAKIP Ditjen Dikdasmen
3.8.2 sebesar 80 (sangat baik) pada tahun nilai 70 72 73 75 78 80
2019

d. P4: Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan


Masyarakat

Tabel 4.10
Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari P4
Kondisi
KODE SP/IKP Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SP 4.1 Terciptanya keluasan dan kemerataan akses PAUD bermutu, berkesetaraan jender, dan
berwawasan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD) dan kewarganegaraan global di
semua provinsi, kabupaten, dan kota
IKP.4. Persentase Angka Partisipasi Kasar
% 68.10 70.06 72.13 74.28 75.10 78,70
1.1 (APK) PAUD 3-6 tahun
IKP.4. Jumlah lembaga PAUD memenuhi Lem
33,801 34,801 36,051 37,851 40,126 42,926
1.2 Standar Nasional baga
IKP.4. Persentase (%) Kab./Kota memiliki
10
1.3 Lembaga PAUD Pembina yang % - 10 20 50 70
(2016)
Menyelenggarakan Holistik Integratif
SP Terciptanya keluasan dan kemerataan akses kursus dan pelatihan bagi angkatan kerja yang
4.2 bermutu, berkesetaraan gender, dan berwawasan pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan (ESD) dan kewarganegaraan global di semua provinsi, kabupaten, dan kota
IKP.4. Jumlah angkatan kerja muda memiliki
2.1 pengetahuan dan sikap kecakapan
Orang 551.111 602.111 670.111 772.111 908.111 1.061.111
kerja dan/atau kecakapan
berwirausaha
IKP.4. Jumlah lembaga kursus dan pelatihan Lemba
ga 1.121 1.121 2.621 4.121 5.871 7.871
2.2 memenuhi standar nasional
SP 4.3 Terciptanya keluasan dan kemerataan akses pendidikan keaksaraan dan kesetaraan yang berwawasan
jender dan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD) dan kewarganegaraan global di semua
provinsi, kabupaten, dan kota
IKP.4. Persentase angka melek aksara
3.1 penduduk usia dewasa usia 15-59 % 96,00 96,58 96,81 97,06 97,29 97,51
tahun
IKP.4. Jumlah lembaga PKBM yang Lemb
223 223 495 795 1,108 1,445
3.2 memenuhi standar nasional aga
IKP.4. Jumlah anak usia sekolah yang tidak
3.3 sekolah (ATS) dan orang dewasa
6.151 427,44 433,30 556,50
memperoleh pendidikan setara Orang 6,151 54,604
(2015) 9 8 1
dengan pendidikan dasar dan
menengah
IKP.4. APK Pendidikan Kesetaraan Paket A
% 0.71 0.72 0.62 0.63 0.63 0.63
3.4 Setara SD Sekurang-kurangnya 0,63 %
IKP.4. APK Pendidikan Kesetaraan Paket B % 2.39 2.68 2.98 3.01 3.27 3.23
Kondisi
KODE SP/IKP Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
3.5 Setara SMP Sekurang-kurangnya 3,23
%
APK Pendidikan Kesetaraan Paket C
IKP.4.
Setara SMA Sekurang-kurangnya 3,21 % 2.62 2.89 3.07 3.21 3.24 3.21
3.6
%
SP 4.4 Terciptanya keluasan dan kemerataan akses pendidikan keluarga yang bermutu, berkesetaraan jender,
dan berwawasan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD) dan kewarganegaraan global di
semua provinsi, kabupaten, dan kota
IKP.4. Jumlah lembaga/satuan pendidikan
Lemb 100.000
4.1 menyelenggarakan pendidikan (2015)
100,000 150,000 210,000 230,000 250,000
aga
keluarga
IKP.4. Jumlah orang dewasa menerapkan
225.000
4.2 pendidikan keluarga di rumah, di Orang
(2015) 225,000
1.325.000 2.425.000 3.425.000 4.425.000

satuan pendidikan, dan di masyarakat


SP 4.5 Terwujudnya tatakelola dan partisipasi pemerintah daerah, lembaga dan masyarakat dalam
meningkatkan tata kelola yang transparan dan akuntabel serta akses PAUD dan Dikmas bermutu di
semua provinsi, kabupaten, dan kota
IKP.4. Jumlah Model/Program PAUD dan
5.1 Dikmas yang dikembangkan, divalidasi, Model 90 164 250 336 422 508
dan diterapkan

e. P5: Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan

Tabel 4.11
Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari P5
Kondisi
KODE SP/IKP Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SP 5.1 Meningkatnya kualitas dan relevansi hasil penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam peningkatan
mutu bidang pendidikan dan kebudayaan
Jumlah hasil penelitian dan
pengembangan kurikulum,
IKP.5.
pembelajaran, dan perbukuan untuk jumlah 119 119 133 157 185 201
1.1
mendukung peningkatan mutu
pendidikan
Persentase rekomendasi kebijakan
IKP.5.
pendidikan dan kebudayaan yang % 45,00 50,00 60,00 70,00 75,00 80,00
1.2
digunakan
Persentase ketersediaan soal yang
IKP.5.
terstandar sesuai kebutuhan bank soal % 62,00 80,00 86,00 92,00 96,00 100,00
1.3
nasional
Persentase rekomendasi kebijakan
IKP.5. arkeologi yang dimanfaatkan untuk
% - - 7,00 48,00 70,00 70,00
1.4 pendidikan serta pelestarian dan
pemajuan kebudayaan
SP 5.2 Meningkatnya standar mutu pendidikan dan pelaksanaan Akreditasi
Persentase Sekolah/Madrasah yang
IKP.5.
terakreditasi sesuai Standar Nasional % 44,00 57,00 73,00 79,00 92,00 98,00
2.1
Pendidikan (SNP)
Persentase program/satuan PAUD dan
IKP.5.
PNF yang terakreditasi sesuai dengan % 2,00 4,00 6,00 6,00 10,00 12,00
2.2
SNP
Jumlah Standar Nasional Pendidikan
IKP.5. Juml
(SNP) yang digunakan untuk 8 6 6 6 6 6
2.3 ah
peningkatan mutu pendidikan
Persentase pelaksanaan pencapaian
IKP.5. kompetensi peserta didik sesuai 100,0
% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
2.4 Standar Nasional Pendidikan (SNP) 0
Kondisi
KODE SP/IKP Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SP
Penilaian kinerja penelitian dan pengembangan dikategorikan Memuaskan/Skor Sakip
5.3
IKP
Perolehan nilai SAKIP Balitbang nilai 70 74 78 82 85
5.3.1

f. P6: Program Pengembangan dan Pembinaan, dan Pelindungan


Bahasa dan Sastra

Tabel 4.12
Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari P6
Kondisi
KODE SP/IKP Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SP 6.1 Meningkatnya Jumlah Judul Buku Pengayaan Literasi Baca
IKP Jumlah Bahan Ajar Kebahasaan dan
naskah 37 37 80 200 400 600
6.1.1 Kesastraan
SP 6.2 Meningkatnya Jumlah Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional yang Mengikuti Pengujian UKBI
Jumlah Tenaga Profesional dan Calon
IKP.6.2 38.434
Tenaga Profesional yang Dibina orang - - 38.434 39.934 41.434
.1 (2017)
Kemahiran Berbahasa Indonesianya
SP 6.3 Menguatnya komitmen nasional lintas-kementerian dan lembaga dalam penginternasionalan bahasa
Indonesia
IKP.6.3
Jumlah Bahasa Terkembangkan kosa
.1 2.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
kata
IKP bahasa
Jumlah Bahasa dan Sastra Terlindungi dan 38 38 38 44 78 122
6.3.2 sastra

Jumlah Bahan Penelitian


IKP
Pengembangan dan Pelindungan naskah 342 342 684 1030 1376 1722
6.3.3
Bahasa dan Sastra
SP 6.4 Meningkatnya Pengendalian Bahasa Indonesia di Ruang Publik
IKP.6.4 Jumlah Badan Publik dan Swasta yang
lemb 226 226 452 678 904 1.130
.1 Terkendali Penggunaan Bahasanya
aga
SP 6.5 Meningkatnya Peran Bahasa Indonesia melalui Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan di
Tingkat ASEAN
IKP.6.5 Jumlah Bahan Pengembangan Strategi
naskah 10 10 18 24 28 30
.1 Kebahasaan
IKP
Jumlah Akses Diplomasi Kebahasaan orang 3.300 3.300 6.600 9.900 13.200 16.500
6.5.2
Menguatnya Tata Kelola dan Sistem Pengendalian Manajemen Layanan Tata Kelola Penanganan
SP.6.6
Kebahasaan
IKP Nilai SAKIP Badan Pengembangan dan
nilai 60 60 65 70 75 80
6.6.1 Pembinaan Bahasa

g. P7: Program Guru dan Tenaga Kependidikan

Tabel 4.13
Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari P7
Kondisi
KODE SP/IKP Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SP 7.1 Meningkatnya kompetensi guru dan tenaga kependidikan dilihat dari kompetensi profesional,
pedagogik, kepribadian, dan sosial, yang akan berdampak pada kualitas hasil belajar siswa
IKP.7.
Persentase guru bersertifikat pendidik % 53,40 55,50 56,50 61,30 69,90 77,20
1.1
IKP.7. Persentase guru dan tenaga
% 41,70 52,90 60,30 67,70 75,10 82,40
1.2 kependidikan meningkat kinerjanya
Kondisi
KODE SP/IKP Sat awal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
Peningkatan nilai rata-rata kompetensi
IKP.7.
pengetahuan dan keterampilan guru Nilai 4.7 5.5 6.5 7.0 7.5 8.0
1.3
dan tenaga kependidikan
Persentase guru dan tenaga
IKP.7.
kependidikan mengikuti peningkatan % 15,00 32,00 41,00 42,00 43,00 44,00
1.4
kompetensi Berkelanjutan
Persentase guru dan tenaga
IKP.7.
kependidikan yang berkualifikasi sesuai % 75,70 76,30 77,00 77,60 78,20 78,90
1.5
standar
IKP.7. Persentase guru dan tenaga
% 6,30 11,10 12,70 14,40 16,10 17,80
1.6 kependidikan meningkat karirnya
IKP.7. Persentase guru dan tenaga
% 52,40 54,50 55,50 60,30 68,90 76,20
1.7 kependidikan menerima kesejahteraan
SP Meningkatnya ketersediaan dan distribusi guru dan tenaga kependidikan yang merata di
7.2 seluruh kabupaten/kota
Persentase satuan pendidikan memiliki
IKP.7. guru dan tenaga kependidikan sesuai
% 41,90 45,20 48,50 51,80 55,10 58,40
2.1 kebutuhan berdasarkan rombel dan
standar kurikulum

h. P8: Program Pelestarian dan Pemajuan Budaya

Tabel 4.14
Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari P8
Kondisi
KODE SP/IKP Satawal 2015 2016 2017 2018 2019
2014
SP 8.1 Meningkatnya jumlah pelaku dan pengelola budaya dalam pelestarian dan pemajuan kebudayaan

Jumlah pelaku dan pengelola budaya


IKP.8.
dalam pelestarian dan pemajuan orang 6,102 6,102 5,722 8,106 7,471 7,572
1.1
kebudayaan
SP 8.2 Mewujudkan akses yang meluas, merata dan berkeadilan di bidang kebudayaan
IKP.8. Jumlah orang yang mengakses sarana
orang 380,623 597,654 625,659 655,283 683,199 653,756
2.1 dan prasarana kebudayaan
SP 8.3 Meningkatkan peran kebudayaan dalam hubungan antar daerah dan antar bangsa
IKP Jumlah kerjasama kebudayaan antar
8.3.1 daerah yang difasilitasi Direktorat jml 101 91 75 94 100 118
Jenderal Kebudayaan
IKP Jumlah kerjasama kebudayaan antar
8.3.2 bangsa yang difasilitasi Direktorat jml 32 86 103 300 409 514
Jenderal Kebudayaan
SP 8.4 Mewujudkan mutu tata kelola kebudayaan yang efektif dan efisien
IKP Persentase satuan kerja lingkup Ditjen
8.4.1 Kebudayaan meningkat kualitas
% 93 93 94 95 96 97
layanan, manajemen sumberdaya dan
tata kelolanya

B. Kerangka Pendanaan
Kerangka pendanaan disusun dengan memerhatikan berbagai peraturan
perundang-undangan. Selain yang terkait langsung dengan pengelolaan
keuangan negara, diperhatikan pula Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah, khususnya yang terkait dengan
penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pendidikan, sedangkan yang
mengatur cukup terperinci adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48
Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan.
Pembagian kewenangan pendidikan menurut UU Nomor 23 tahun 2014
tersebut dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu kewenangan tingkat
pemerintah/kementerian, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota. Adapun substansi kewenangannya mencakup bidang
manajemen pendidikan, kurikulum, pendidik/guru dan tenaga
kependidikan, perizinan pendidikan, serta bahasa dan sastra. Penjelasan
mengenai kewenangan tingkatan pemerintahan dan bidang yang dikelola
dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.15
Kewenangan Tingkatan Pemerintahan dan Bidang yang Dikelola
PEMERINTAH/ PEMERINTAH PEMERINTAH
No KEWENANGAN
KEMENDIKBUD PROVINSI KABUPATEN/ KOTA
1 Manajemen a. Penetapan standar a. Pengelolaan a. Pengelolaan
Pendidikan nasional pendidikan pendidikan pendidikan dasar
b. Pengelolaan menengah b. Pengelolaan PAUD
pendidikan tinggi b. Pengelolaan dan pendidikan
pendidikan khusus nonformal
2 Kurikulum Penetapan kurikulum Penetapan kurikulum Penetapan kurikulum
nasional pendidikan muatan lokal muatan lokal
menengah, pendidikan pendidikan pendidikan dasar,
dasar, PAUD, dan menengah dan PAUD, dan pendidikan
pendidikan nonformal muatan lokal nonformal
pendidikan khusus
3 Akreditasi Akreditasi perguruan --- ---
tinggi, pendidikan
menengah, pendidikan
dasar, PAUD, dan
pendidikan nonformal
4 Pendidik dan a. Pengendalian formasi Pemindahan Pemindahan pendidik
Tenaga pendidik, pendidik dan tenaga dan tenaga
Kependidikan pemindahan kependidikan lintas kependidikan dalam
pendidik, dan daerah kabupaten/ daerah kab/kota
pengembangan karier kota dalam 1 (satu)
pendidik daerah provinsi
b. Pemindahan pendidik
dan tenaga
kependidikan lintas
daerah provinsi
5 Perizinan a. Penerbitan izin a. Penerbitan izin a. Penerbitan izin
Pendidikan perguruan tinggi pendidikan pendidikan dasar
swasta yang menengah yang yang
diselenggarakan oleh diselenggarakan diselenggarakan
masyarakat oleh masyarakat oleh masyarakat
b. Penerbitan izin b. Penerbitan izin b. Penerbitan izin
penyelenggaraan pendidikan khusus PAUD dan
satuan pendidikan yang pendidikan
asing diselenggarakan nonformal yang
oleh masyarakat diselenggarakan
oleh masyarakat
6 Bahasa dan Pembinaan bahasa dan Pembinaan bahasa Pembinaan bahasa
Sastra sastra dan sastra yang dan sastra yang
penuturnya lintas penuturnya lintas
daerah kab/kota daerah kab/kota
dalam 1 (satu) dalam daerah
daerah provinsi kab/kota
Pelaksanaan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut di atas
mengacu pada prinsip-prinsip yaitu sebagai berikut.
1. Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan
Amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dalam
Pasal 31 ayat (4) mengamanatkan negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang- kurangnya 20% dari APBN serta dari APBD
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Sebagai implementasi dari amanat undang-undang dasar tersebut
Undang-Undang Sisdiknas menetapkan bahwa pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat. Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat mempunyai peran penting dalam mengerahkan sumber
daya yang ada. Pengelolaan sumber daya tersebut (dana pendidikan)
berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas
publik.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang pendanaan
pendidikan mengatur pembagian tanggung jawab pendanaan
pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi
antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk
satuan pendidikan. Tabel 4.16 menunjukkan pembagian peran
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam pendanaan
pendidikan, khususnya yang terkait dengan pendidikan dasar dan
menengah.

Tabel 4.16
Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Penanggung Jawab
No Jenis Biaya
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah
I Biaya Investasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Nasional Pemerintah/Pemda
b. Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda/Masyarakat
2. Biaya Investasi Selain Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Nasional Pemerintah/Pemda Pemerintah/Pemda/Masy
b. Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda/Masyarakat
II Biaya Investasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Pemerintah/Pemda
2. Biaya Investasi Selain Lahan Pemerintah/Pemda
III Biaya Operasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Personalia
a. Sekolah Standar Nasional Pemerintah/Pemda
b. Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda/Masyarakat
2. Biaya Nonpersonalia
a. Sekolah Standar Nasional Pemerintah/Pemda Pemerintah/Pemda/Masy
b. Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda/Masyarakat
IV Biaya Operasi Penyelenggaraan Pendidikan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Personalia Pemerintah/Pemda
2. Biaya Nonpersonalia Pemerintah/Pemda
V Bantuan Biaya Pendidikan dan Beasiswa Pemerintah/Pemda
VI Pendanaan Pendidikan di Luar Negeri Pemerintah
Bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, ada
komponen pendanaan yang ditanggung oleh penyelenggara/masyarakat
yang bersangkutan dan ada pula yang perlu mendapat dukungan dari
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah seperti disajikan pada tabel
4.17.
Tabel 4.17
Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan oleh Penyelenggara atau
Satuan Pendidikan yang Didirikan Masyarakat
Penanggung Jawab
No Jenis Biaya
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah
I Biaya Investasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Nasional Penyelenggara/Satuan Pendidikan
b. Tambahan sampai menjadi Sekolah Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang
Berbasis Keunggulan Lokal Tua/Masy. di luar orang tua/Pemerintah/Pemda
2. Biaya Investasi Selain Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Nasional Penyelenggara/Satuan Penyelenggara/Satuan
Pendidikan Pendidikan/Masy
b. Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang
Tua/Masy. di luar orangtua/Pemerintah/Pemda
II Biaya Investasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Penyelenggara/Satuan Pendidikan
2. Biaya Investasi Selain Lahan Penyelenggara/Satuan Pendidikan
III Biaya Operasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Personalia
a. Sekolah Standar Nasional Penyelenggara/Satuan Pendidikan
b. Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang
Tua/Masy. di luar orangtua/Pemerintah/Pemda
2. Biaya Nonpersonalia
a. Sekolah Standar Nasional Pemda Penyelenggara/Satuan
Pendidikan/Masy
b. Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang
Tua/Masy. di luar orang tua/Pemerintah/Pemda
IV Biaya Operasi Penyelenggaraan Pendidikan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Personalia Penyelenggara/Satuan Pendidikan
2. Biaya Nonpersonalia Penyelenggara/Satuan Pendidikan
V Bantuan Biaya Pendidikan dan Beasiswa Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy
di luar orang tua/Pemerintah/Pemda

Selain menjadi tanggung jawab penyelenggara dan satuan pendidikan,


pendanaan pendidikan juga menjadi tanggung jawab peserta didik,
orang tua dan/atau wali peserta didik. Tanggung jawab pendanaan
tersebut meliputi: (i) pendanaan biaya pribadi peserta didik; (ii)
pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan
bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan; (iii) pendanaan biaya personalia pada satuan pendidikan
bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan; (iv) pendanaan biaya nonpersonalia pada satuan
pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal
maupun nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan; dan (v) pendanaan sebagian biaya investasi pendidikan
dan/atau sebagian biaya operasi pendidikan tambahan yang diperlukan
untuk mengembangkan satuan pendidikan berbasis keunggulan
lokal.
Pendanaan Pendidikan dapat diperoleh juga dari masyarakat di luar
penyelenggara dan satuan pendidikan yang didirikan masyarakat serta
peserta didik atau orang tua/wali dengan syarat diberikan secara
sukarela, dibukukan dan dipertanggungjawabkan secara transparan
kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan. Pendanaan
masyarakat tersebut diaudit oleh akuntan publik serta diumumkan
secara transparan di media cetak berskala nasional dan kemudian
dilaporan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan apabila
jumlahnya melebihi jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Perkiraan Pendanaan Pendidikan dan Kebudayaan
Perkiraan pendanaan pendidikan dan kebudayaan dalam kurun waktu
2010—2014 mengacu pada amanat UUD RI 1945 dan UU Sisdiknas
serta melanjutkan fungsi dan tujuan pendidikan dan kebudayaan yang
ditetapkan pemerintah untuk tahun 2005—2025, yaitu: a) memperjelas
pemihakan terhadap masyarakat miskin; b) penguatan desentralisasi
dan otonomi pendidikan; dan c) insentif dan disinsentif bagi
peningkatan akses, mutu, dan tata kelola pendidikan dan kebudayaan.
Pelaksanaan ketiga fungsi pendanaan pendidikan dan kebudayaan
tersebut bertujuan mewujudkan pelayanan pendidikan dan kebudayaan
sesuai dengan standar nasional pendidikan yang dicerminkan dalam
struktur pendanaan dan anggaran serta pembagian tanggungjawab
pendanaan antara pemerintah dan pemerintah daerah.
Sejak tahun anggaran 2009 amanat UUD 1945 dan UU Sisdiknas
(sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi No. 13 Tahun 2008)
telah dipenuhi oleh pemerintah dengan menyediakan anggaran
pendidikan 20% dari APBN. Total anggaran tahun 2009 mencapai
Rp207 triliun atau 20% dari APBN sebesar Rp1.037 triliun, dengan
pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 4% dan tingkat inflasi 3,5%.
Pada tahun 2010, 20% anggaran pendidikan dari APBN Rp225,2
triliun, yang mencakup 128,7 triliun disalurkan melalui belanja transfer
ke daerah dan sebesar Rp96,5 triliun disalurkan melalui belanja
kementerian/lembaga. Pada tahun 2014 diperkirakan APBN akan
mencapai Rp1.678 triliun dengan asumsi pertumbuhan ekonomi
mencapai 8% dan tingkat inflasi 4,8%, sehingga 20% anggaran
pendidikan dari APBN tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp349,2
triliun.
Namun demikian, sesuai dengan hasil perhitungan dalam Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah yang disusun oleh setiap unit
utama/eselon I terhadap program dan kegiatan yang diampunya
didapatkan perkiraan kebutuhuan anggaran seperti ditunjukkan pada
Tabel 4.18.

Tabel 4.18
Perkiraan Kebutuhan Anggaran Kemendikbud Tahun 2015—2019
(dalam Rp. Miliar)
NO PROGRAM 2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
1 Program Dukungan
Manajemen dan
3.085,07 2.902,38 1.729,13 1.905,4 4.243,38 13.865,36
Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
2 Program Pengawasan dan
Peningkatan Akuntabilitas 212,00 195,94 188,24 198,80 258,27 1.053.25
Aparatur Kemendikbud
3 Program Pendidikan Dasar
31.730,63 27.505,15 21.966,32 22.580,4 41.132,42 144.914,92
dan Menengah
4 Program Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) dan 2.073,69 2.248,88 1.721,63 1.913,3 4.830,63 12.788,13
Pendidikan Masyarakat
5 Program Penelitian dan
Pengembangan 1.342,79 1.424,08 1.022,53 1.149,70 1.707,50 6.646,6
Kemendikbud
6 Program Pengembangan dan
Pembinaan, dan Pelindungan 501,26 499,17 372,71 418,8 543,24 2.335,18
Bahasa dan Sastra
7 Program Guru dan Tenaga
11.817,83 12.571,64 9.246,54 10.205,70 16.498,67 60.340,38
Kependidikan
Program Pelestarian dan
8 1.699,16 1.885,55 1.717,99 1.719,50 2.373,00 9.395,20
Pemajuan Budaya

TOTAL 52.462,43 49.232,79 37.965.10 40.091,60 71.587,11 251.339.02

Perkiraan kebutuhan anggaran Kemendikbud selama periode 2015—


2019 adalah sebesar Rp251,339 triliun. Untuk mencapai sasaran
Renstra Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan diperlukan peran
serta Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota, masyarakat, orang tua,
dan dunia usaha untuk berpartisipasi dalam pemenuhan pendanaan
pendidikan dan kebudayaan.
3. Koordinasi, Tata Kelola, dan Pengawasan Internal
Kerangka pendanaan di atas akan bisa dilaksanakan secara efektif dan
efisien antara lain, jika ada koordinasi dan pengawasan yang baik.
Koordinasi tersebut dilakukan secara nasional, regional, dan/atau
antarlembaga dan antarinstansi terkait. Penataan sistem tata kelola,
serta pengawasan internal dilakukan di lingkungan Kemendikbud.
a. Koordinasi Perencanaan Pendidikan dan Kebudayaan
Koordinasi penyusunan dan pelaksanaan Renstra pendidikan dan
kebudayaan secara nasional dilakukan melalui forum Rembuk
Nasional, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pusat,
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional, rapat kerja
perencanaan nasional, dan perencanaan pendidikan dan
kebudayaan lintas Kementerian. Pihak yang dilibatkan dalam forum
koordinasi perencanaan pendidikan dan kebudayaan antara lain
adalah Kemendikbud, Kementerian Agama, Kementerian Keuangan,
Bappenas, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupatan dan Kota,
Perguruan Tinggi serta Kementerian lain yang mengelola program,
kegiatan, dan anggaran fungsi pendidikan.
b. Tata Kelola
Implementasi Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2015—2019 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Agama, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan
Kabupaten, dan Kota, dan K/L lain terkait menuntut pengembangan
sistem tata kelola tersendiri. Perlu dilakukan penataan terhadap
tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan program dan
kegiatan yang ditetapkan untuk mewujudkan sasaran indikator
kinerja pendidikan dan kebudayaan. Pengembangan sistem tata
kelola implementasi Renstra mencakup kegiatan penyusunan
Standar Operasional dan Prosedur (SOP) dalam penyusunan
dokumen perencanaan berbasis kinerja, sosialisasi, dan
pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan
yang dituangkan dalam Renstra.
c. Pengendalian dan Pengawasan
Pengendalian terhadap implementasi Renstra dilakukan melalui
pengawasan internal yang merupakan tanggungjawab dari unit
utama yang membidangi pengawasan yaitu Inspektorat Jenderal
untuk tingkat kementerian, dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda)
untuk dinas pendidikan di provinsi, kabupaten, dan kota. Sistem
pengawasan internal yang efektif dilakukan melalui pengendalian
operasional dan finansial, manajemen risiko, sistem informasi
manajemen, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Tugas utama unit pengawasan internal adalah mengevaluasi,
menilai dan menganalisis semua aktivitas pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan pendidikan dan kebudayaan terhadap
semua peraturan yang berlaku untuk mewujudkan transparansi
dan akuntabilitas publik. Pengawasan internal bertujuan untuk
memastikan sistem tata kelola implementasi Renstra sesuai dengan
sistem tata kelola kementerian dan pemerintah daerah. Dalam
menjalankan tugasnya unit pengawasan internal melakukan audit
reguler dan audit khusus di semua unit kerja yang
mengimplementasikan program dan kegiatan Renstra Kemendikbud.
Pada umumnya pengawasan internal di dalam sektor publik
dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu atasan langsung dan unit
pengawasan independen. Pengawasan atasan langsung termasuk
yang dilakukan oleh unit pengawasan kementerian. Sementara itu,
unit pengawasan independen adalah seperti Badan Pemeriksaan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang bertanggung jawab
kepada Presiden, dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
bertanggungjawab kepada DPR-RI.
C. Sistem Pemantauan dan Evaluasi
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan,
pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah serta institusi lain yang berkompeten. Mekanisme pemantauan dan
pelaporan triwulanan pelaksanaan rencana pembangunan pendidikan dan
kebudayaan dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Presiden RI

Form C Form C  Men.DN


Bupati/ Walikota Gubernur
u.p. Bappeda u.p. Bappeda  Men.PPN
10 hari setelah 14 hari setelah
triwulan berakhir triwulan berakhir  Men.Keu
Form C 5 hari setelah Form C 5 hari setelah
triwulan berakhir triwulan berakhir
Form A
 Men.PAN Form C

5 hari setelah triwulan berakhir 14 hari setelah


triwulan berakhir

Kepala SKPD Kepala SKPD Menteri/ Ka. Lemb


Kabupaten/ Kota Provinsi
10 hari setelah
Form B
Form B triwulan berakhir
Form B
Ka. Unit Org.
Ka. Unit Kerja Ka. Unit Kerja
5 hari setelah
Form A
Form A Form A triwulan berakhir
Form A Form A
PPTK PPTK Ka. Unit Kerja K/L

Keterangan: 1. Gubernur melakukan pemantauan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas
dan kewenangannya, 2. Bupati/Walikota melakukan pemantauan pelaksanaan tugas pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai
dengan tugas dan kewenangannya, 3. Kepala SKPD Provinsi melakukan pemantauan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang meliputi
pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya, 4. Kepala SKPD Kabupaten/Kota melakukan pemantauan pelaksanaan tugas
pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya

Gambar 4.2. Mekanisme pemantauan dan pelaporan triwulanan pelaksanaan rencana


pembangunan pendidikan

1. Tujuan Pemantauan dan Evaluasi


Sistem pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari implementsi Renstra. Pemantauan dan evaluasi
bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian dan kesesuaian antara
rencana yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemendikbud Tahun
2015—2019 dengan hasil yang dicapai berdasarkan kebijakan yang
dilaksanakan secara berkala melalui kegiatan dan/atau program
pendidikan dan kebudayaan di setiap satuan, jenjang, jenis, dan jalur
pendidikan formal dan nonformal.
2. Prinsip-Prinsip Pemantauan dan Evaluasi
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan prinsip-
prinsip sebagai berikut: (i) kejelasan tujuan dan hasil yang diperoleh dari
pemantauan dan evaluasi; (ii) pelaksanaan dilakukan secara objektif; (iii)
dilakukan oleh petugas yang memahami konsep, teori, dan proses serta
berpengalaman dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi agar
hasilnya sahih dan andal; (iv) pelaksanaan dilakukan secara terbuka
(transparan) sehingga pihak yang berkepentingan dapat mengetahui
hasil pelaporan melalui berbagai cara; (v) melibatkan berbagai pihak
yang dipandang perlu dan berkepentingan secara proaktif (partisipatif);
(vi) pelaksanaan dapat dipertanggung-jawabkan secara internal dan
eksternal (akuntabel); (vii) mencakup seluruh objek agar dapat
menggambarkan secara utuh kondisi dan situasi sasaran pemantauan
dan evaluasi (komprehensif); (viii) pelaksanaan dilakukan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan dan pada saat yang tepat agar tidak
kehilangan momentum yang sedang terjadi; (ix) dilaksanakan secara
berkala dan berkelanjutan; (x) berbasis indikator kinerja; dan (xi)
pelaksanaan dilakukan secara efektif dan efisien, artinya target
pemantauan dan evaluasi dicapai dengan menggunakan sumber daya
yang ketersediaannya terbatas dan sesuai dengan yang direncanakan.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup berbagai aspek
sebagai berikut: (i) penjaminan mutu, relevansi, dan daya saing; (ii)
pemerataan dan perluasan akses pendidikan menengah dan tinggi; (iii)
peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan kemitraan pendidikan dan
kebudayaan. Pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan oleh
pemerintah, BSNP, LPMP, dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi,
dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten dan kota, dinas
pendidikan dan kebudayaan kecamatan, dan satuan pendidikan.
3. Ruang Lingkup Pemantauan dan Evaluasi
Implementasi pemantauan dan evaluasi yang sudah bejalan di
lingkungan Kemendikbud meliputi: (i) pemantauan dan pengendalian
program bulanan dan triwulanan, (ii) evaluasi tematik yang berkaitan
dengan kebijakan Kemendikbud, (iii) evaluasi kinerja tahunan melalui
sistem AKIP, (iv) evaluasi kinerja tengah periode Renstra melalui
pencapaian kinerja Kemendikbud, dan (v) evaluasi akhir masa Renstra.
4. Pemantauan dan Evaluasi oleh Pemerintah
Untuk mendukung pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 2006 tentang tata cara pengendalian dan evaluasi, Kemendikbud
telah menerbitkan Permendikbud Nomor 42 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pemanfaatan Sistem E-Monitoring Serapan Anggaran untuk
Pemantauan dan Pengendalian Pelaksanaan Program, Kegiatan, dan
Anggaran di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Salah satu pasal dalam Permendikbud tersebut mengamanatkan bahwa
setiap satker yang memanfaatkan APBN wajib melaporkan secara online
setiap perkembangan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran
kepada atasan satker dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai
penanggung jawab anggaran fungsi pendidikan.
Selain itu, hasil pemantauan dan evaluasi juga dapat digunakan
sebagai masukan bagi BSNP, BAN-SM, BAN-PT, BAN-PNF, dan lembaga
sertifikasi kompetensi untuk meningkatkan kinerja badan-badan
tersebut dalam melaksanakan standardisasi, akreditasi, penjaminan
dan pengawasan mutu, pemantauan dan evaluasi program, kegiatan
serta hasil belajar tingkat nasional.
5. Pemantauan dan Evaluasi Renstra oleh SKPD Provinsi, Kabupaten, dan
Kota, serta Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis Pusat di Daerah
Pemantauan dan evaluasi Renstra dilakukan secara berjenjang sebagai
berikut:
a) Pemantauan dan Evaluasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Tingkat Provinsi
Pemantauan dan evaluasi oleh pemerintah provinsi digunakan
untuk: (i) mengukur tingkat pencapaian target pembangunan
pendidikan dan kebudayaan provinsi; (ii) memperbaiki kinerja
aparatur Pemda Kabupaten dan Kota, Kecamatan, dan satuan
pendidikan; dan (iii) meningkatkan kemampuan dan kesanggupan
aparatur pemda provinsi dalam melaksanakan tugas pemantauan
dan evaluasi.
b) Pemantauan dan Evaluasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten dan Kota
Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah
kabupaten dan kota bertujuan untuk: (i) mengukur tingkat
pencapaian target pembangunan pendidikan pada kabupaten dan
kota tersebut sesuai dengan Renstra SKPD kabupaten dan kota
kurun waktu 2015—2019; (ii) memperbaiki kinerja aparatur pemda
kecamatan dan satuan pendidikan agar kapabilitas dan kapasitas
dalam penyelenggaraan pendidikan makin meningkat; dan (iii)
meningkatkan kemampuan dan kesanggupan aparatur pemda
kabupaten dan kota dalam melaksanakan tugas pemantauan dan
evaluasi.
c) Pemantauan dan Evaluasi oleh Satuan Kerja (Satker)
Fungsi pemantauan dan evaluasi dalam satuan pendidikan dan
kebudayaan adalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
pada satuan pendidikan dan kebudayaan yang bersangkutan secara
berkala, yang hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja.
d) Pemantauan dan Evaluasi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
Pemantauan yang dilakukan BSNP bertujuan mengevaluasi capaian
Standar Nasional Pendidikan. Sementara itu, pemantauan dan
evaluasi yang dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
adalah untuk mendapatkan pemetaan capaian standar nasional yang
dijadikan dasar dalam mengembangkan model intervensi, untuk
meningkatkan kualitas pendidikan sehingga mencapai standar
nasional, serta untuk membantu BAN-SM dan BAN-PNF dalam
mengakreditasi satuan pendidikan.
6. Sistem dan Teknologi Informasi Terpadu
Dalam rangka mendukung tercapainya pemerataan dan perluasan
akses pendidikan dan kebudayaan, peningkatan mutu, relevansi dan
daya saing pendidikan dan kebudayaan, serta penguatan tata kelola,
akuntabilitas, dan citra publik, diperlukan sistem dan teknologi
informasi secara terpadu yang mampu meningkatkan pelayanan dan
mampu mendukung penyediaan informasi dan pelaporan bagi penentu
kebijakan pendidikan dan kebudayaan, pemangku kepentingan serta
penyelenggaraan pembelajaran secara tepat, transparan, akuntabel,
dan efisien.
Untuk mengimplementasikan pengembangan Sistem dan Teknologi
Informasi Terpadu di lingkungan Kemendikbud perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut: (i) strategi pengembangan sistem dan teknologi
informasi Kemendikbud harus selaras dengan visi dan misi
Kemendikbud; (ii) sistem dan teknologi informasi Kemendikbud harus
mampu mendukung manajemen Kemendikbud dalam mengambil
keputusan secara cepat, efisien dan efektif termasuk mengatur
wewenang pendistribusian informasi; (iii) sistem dan teknologi informasi
Kemendikbud harus fleksibel untuk mengantisipasi berbagai perubahan
termasuk dilakukannya reformasi birokrasi dan organisasi; (iv) sistem
dan teknologi informasi Kemendikbud harus menjamin keamanan dan
kesahihan data serta menjamin efisiensi pengelolaan pangkalan data
sehingga tidak terjadi data redundancy; (v) sistem dan teknologi
informasi Kemendikbud harus mampu menjadi sarana untuk
mendukung pemberian layanan pendidikan dan kebudayaan termasuk
e-pembelajaran, e-knowledge sharing dan e-sumber belajar; (vi) sistem
dan teknologi informasi Kemendikbud harus mendukung tercapainya
sistem tata kelola Kemendikbud termasuk sistem pengawasan dan
evaluasi, pelaporan yang andal, efektif dan efisien; dan (vii) guna
menjamin keterpaduan perlu dilakukan terlebih dahulu pembuatan
master plan sistem dan teknologi informasi terpadu Kemendikbud yang
selaras dengan Rencana Strategis Kemendikbud.
BAB V
PENUTUP

Perubahan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan (Kemendikbud) Tahun 2015—2019 telah disusun berdasarkan
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyusunan Renstra
sudah dilakukan melalui berbagai tahapan dengan mempertimbangkan
seluruh capaian kinerja pembangunan pendidikan dan kebudayaan hingga
saat ini dan melibatkan seluruh jajaran Kemendikbud dan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional. Dengan demikian, Renstra Kemendikbud telah
mengakomodasikan semua tugas dan fungsi yang menjadi tanggung-jawab
Kementerian, memelihara kesinambungan dan keberlanjutan program,
memenuhi aspirasi pemangku kepentingan dan masyarakat, serta
mengantisipasi masa depan.
Renstra menjabarkan visi Kemendikbud beserta rencana sasaran nasional
dalam rangka mencapai sasaran program presiden. Dengan demikian Renstra
menggambarkan secara jelas keterkaitan antara sasaran Kemendikbud,
sasaran program, dan sasaran kegiatan, rincian IKSS, IKP dan IKK, serta
memantapkan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) untuk
meningkatkan mutu keluaran (output) dan hasil (outcome) guna mewujudkan
akuntabilitas dan transparansi dalam pemanfaatan APBN.
Renstra harus digunakan sebagai pedoman dan arah pembangunan
pendidikan dan kebudayaan yang hendak dicapai pada periode 2015—2019.
Renstra merupakan dasar dan acuan bagi Unit Eselon I, II dan Unit Pelaksana
Teknis di lingkungan Kemendikbud, dan SKPD di Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam menyusun (1) Rencana Strategis; (2) Rencana Kerja
(Renja) dan RKA-KL; (3) Rencana/Program Pembangunan lintas sektoral bidang
Pendidikan dan Kebudayaan; (4) Koordinasi perencanaan dan pengendalian
kegiatan Pembangunan lingkup Pendidikan dan Kebudayaan; (5) Laporan
Tahunan; dan (6) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Permendikbud Nomor 35 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja di
Lingkungan Kemendikbud pasal 4 ayat (4) menyatakan bahwa unit kerja
eselon I menyusun dan menetapkan Renstra untuk masa 5 (lima) tahun
dengan mengacu pada Renstra Kementerian, sedangkan ayat (5) menyatakan
bahwa unit kerja eselon II dan UPT menyusun dan menetapkan Renstra untuk
masa 5 tahun dengan mengacu pada Renstra eselon I.
Selain yang diuraikan di atas, Renstra Kemdikbud ini diharapkan bisa
dipahami serta dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat, khusus para
pemangku kepentingan. Dengan demikian, banyak pihak dapat terlibat aktif
secara efektif dan konstruktif dalam kegiatan pembangunan bidang pendidikan
dan kebudayaan, termasuk memberi kritik, evaluasi, dan rekomendasi.
Pelibatan publik secara lebih aktif dan terintegrasi diharapkan mampu
meningkatkan hasil pembangunan pendidikan dan kebudayaan selama lima
tahun mendatang.

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MUHADJIR EFFENDY

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

TTD.
Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001
SALINAN
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN
NOMOR 12 TAHUN 2018
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015-2019

Matriks Kinerja dan Pendanaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
SS 1 Meningkatnya Perilaku Positif Siswa
IKSS 1.1 Rata-rata nilai perilaku siswa PAUD minimal baik Nilai cukup Baik Baik Baik Baik Baik
Indeks Integritas siswa SMP/SMPLB sebesar 77 dan
IKSS 1.2 Indeks 67/67 68/69 70/72 72/74 74/76 77 /78
SMA/SMALB/SMK sebesar 78
IKSS 1.3 Rata-rata nilai sikap siswa SD/SMP/SM minimal baik Nilai cukup Baik Baik Baik Baik Baik
SS 2 Meningkatnya Partisipasi Orangtua dan Pemangku Kepentingan yang Terlibat Dalam Pendidikan
Orang dewasa berpartisipasi aktif dalam pendidikan keluarga 225.000
IKSS 2.1 Orang 225.000 1.325.000 2.425.000 3.425.000 4.425.000
sebanyak 4.425.000 orang (2015)
SS 3 Meningkatnya Profesionalisme Guru dan Tenaga Kependidikan
IKSS 3.1 Persentase guru dan tenaga kependidikan profesional % 53,40 55,50 56,50 61,30 69,90 77,20
SS 4 Meningkatnya Mutu Tata Kelola Kebudayaan dalam Mewujudkan dan Mendorong Pembangunan yang Berkelanjutan
Jumlah regulasi di tingkat pusat dan provinsi yang terkait dengan
IKSS.4.1 Peraturan 102 102 102 102 148 159
peningkatan mutu tata kelola kebudayan yang ditetapkan
Indeks pembangunan kebudayan nasional mencapai kategori sedang
IKSS.4.2 Indeks 32 51,96 52,49 52,49 52,49 54,6
(skor 54,60)
SS 5 Meningkatnya Akses Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat di Seluruh Provinsi, Kabupaten dan Kota
IKSS 5.1 APK PAUD usia 3-6 tahun sekurang-kurangnya 78,70% % 68,10 70,06 72,13 74,28 75,10 78,70
Sejumlah minimal 70% kabupaten dan kota memiliki lembaga PAUD 10
IKSS 5.2 % - 10 20 50 70
terpadu pembina holistik integratif (2016)
Jumlah Lembaga Kursus dan Pelatihan yang memenuhi standar
IKSS 5.3 Lembaga 1.050 1.121 2.621 4.121 5.871 7.871
nasional (siap diakreditasi) sebanyak 7.871 lembaga
Angka melek aksara penduduk usia 15-59 tahun sekurang-kurangnya
IKSS 5.4 % 96,00 96,58 96,81 97,06 97,29 97,51
96,10%
Sejumlah minimal 15,60% kabupaten dan kota memiliki minimal 1
IKSS 5.5 lembaga masyarakat rujukan (SKB, PKBM, kursus dan pelatihan, atau % 5,50 7,50 9,00 11,00 13,00 15,60
UPTD)
SS 6 Meningkatnya Angka Partisipasi Penduduk Usia Pendidikan Dasar dan Menengah
IKSS 6.1 APK SD/SDLB/Paket A sekurang-kurangnya 100,55% % 97,31 97,65 97,85 98,02 99,92 100,55
IKSS 6.2 APM SD/SDLB sekurang-kurangnya 85,20% % 81,92 82,00 82,51 82,88 84,52 85,20
IKSS 6.3 APK SMP/SMPLB/Paket B sekurang-kurangnya 83,77% % 74,29 80,73 81,89 82,40 83,61 83,77
IKSS 6.4 APM SMP/SMPLB sekurang-kurangnya 73,72% % 59,18 71,88 72,69 73,07 73,70 73,72
IKSS 6.5 APK SMA/SMK/SMLB/Paket C sekurang-kurangnya 85,71 % % 68,92 75,70 79,31 82,15 84,09 85,71
IKSS 6.6 APM SMA/SMK/SMLB sekurang-kurangnya 67,50% % 60,56 63,76 66,87 69,49 71,12 73,05
Rasio APK SMP/SMPLB antara 20% penduduk termiskin dan 20%
IKSS 6.7 Rasio 0,85 0,86 0,87 0,88 0,89 0,90
penduduk terkaya sebesar 0.9
Rasio APK SMA/SMK/SMLB antara 20% penduduk termiskin dan 20%
IKSS 6.8 Rasio 0,53 0,54 0,55 0,57 0,58 0,60
penduduk terkaya sebesar 0.6
Rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun sebesar 8,8
IKSS 6.9 Tahun 8,1 8,2 8,3 8,5 8,7 8,8
tahun
SS 7 Meningkatnya Distribusi Guru dan Tenaga Kependidikan
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Persentase satuan pendidikan memiliki guru dan tenaga
IKSS 7.1 kependidikan sesuai kebutuhan berdasarkan rombel dan standar % 41,90 45,20 48,50 51,80 55,10 58,40
kurikulum
SS 8 Meningkatnya Mutu Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat yang Berwawasan Gender dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
IKSS 8.1 Jumlah lembaga PAUD terakreditasi sebanyak 42.926 lembaga Lembaga 33.801 34.801 36.051 37.851 40.126 42.926
Persentase program kursus dan pelatihan yang telah menerapkan
IKSS 8.2 % 51,38 55,00 59,30 63,10 67,20 71,38
KKNI sebanyak 71,38%
SS 9 Meningkatnya Mutu Layanan dan Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Persentase SD/SDLB berakreditasi minimal B sekurang-kurangnya
IKSS 9.1 % 55,00 60,00 66,00 72,00 78,00 84,20
sebanyak 84,20%
Persentase SMP/SMPLB berakreditasi minimal B sekurang-kurangnya
IKSS 9.2 % 50,50 56,00 62,00 68,00 75,00 81,00
sebanyak 81,00%
Persentase SMA/SMLB berakreditasi minimal B sekurang-kurangnya
IKSS 9.3 % 77,07 78,66 80,24 81,83 83,41 85,00
85%
Persentase paket keahlian SMK berakreditasi minimal B sekurang-
IKSS 9.4 % 48,17 51,54 54,90 58,27 61,63 65,00
kurangnya 65%
IKSS 9.5 Persentase SD/SDLB yang memenuhi SPM sebanyak 61% % 60,00 61,13 61,24 61,35 61,46 61,49
IKSS 9.6 Persentase SMP/SMPLB yang memenuhi SPM sebanyak 75% % 73,50 74,89 75,01 75,13 75,25 75,37
Sejumlah minimal 68% kabupaten dan kota memiliki indeks
IKSS 9.7 % 35,00 45,00 55,00 60,00 65,00 68,00
pencapaian SPM pendidikan dasar sebesar 1
IKSS 9.8 Rata-rata nilai ujian sekolah SD/SDLB minimal 6.5 Nilai 6,0 6,2 6,5 6,7 7,0 7,5
IKSS 9.9 Rata-rata nilai ujian nasional SMP/SMPLB minimal 6.5 Nilai 6,0 6,2 6,5 6,7 7,0 7,5
Rata-rata nilai ujian nasional SMA minimal 7.0 dan UN SMK minimal
IKSS 9.10 Nilai 6,0 6,2 6,5 6,7 7,0 7,5
7.0
Hasil Penelitian dan Pengembangan minimal sebesar 80% digunakan
IKSS 9.11 % 55,00 65,00 70,00 73,00 76,00 80,00
sebagai bahan rumusan kebijakan peningkatan mutu
SS 10 Meningkatnya Lembaga/Satuan Pendidikan dan Pemangku Kepentingan yang Menyelenggarakan Pendidikan Keluarga
Jumlah lembaga/satuan pendidikan yang menyelenggarakan 100.000
IKSS 10.1 Lembaga 100.000 150.000 210.000 230.000 250.000
pendidikan orang tua/keluarga sebanyak 250.000 lembaga (2015)
SS 11 Meningkatnya Mutu Bahasa Indonesia dan Pemakaiannya sebagai Penghela Ipteks dan Penguat Daya Saing Indonesia
IKSS 11.1 Jumlah Pemerkaya Minat Baca Buku 200 - - 200 400 600
Jumlah Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional yang
IKSS 11.2 Orang 20.539 - - 20.539 40.539 60.539
Mengikuti Pengujian UKBI
IKSS 11.3 Jumlah Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Kosakata 92.000 92.000 108.000 110.000 112.000 114.000
Jumlah Kabupaten/Kota yang Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang
IKSS 11.4 Kab/kota 90 (2017) - - 90 150 150
Publiknya Terkendali
SS 12 Meningkatnya Peran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Perhubungan di Kawasan ASEAN
IKSS 12.1 Jumlah Negara yang Mengajarkan Bahasa Indonesia Negara 3 (2016) - 3 4 5 6
IKSS 12.2 Jumlah Penutur Asing yang Menjadi Pemelajar Bahasa Indonesia Orang 500 500 1000 1500 2000 2500
SS 13 Meningkatkan Akuntabilitas Kinerja Kemendikbud
IKSS 13.1 Skor SAKIP Kemendikbud skor 73,43 74 75 76 78 81
SS 14 Dipertahankannya Opini Laporan Keuangan Kemendikbud Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Laporan keuangan kemendikbud mendapat opini Wajar Tanpa
IKSS 14.1 opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Pengecualian (WTP)
SS 15 Meningkatnya Pelibatan Publik dalam Tata Kelola Pendidikan dan Kebudayaan
IKSS 15.1 Indeks kepuasan pemangku kepentingan kemendikbud sebesar 77 indeks 72 73 74 75 76 77
SP.1.1 Terselenggaranya sistem perencanaan yang andal BPKLN
IKP.1.1.1 Persentase realisasi sasaran Renstra dan RKA tahunan yang dipenuhi
% 92 94 95 95 96 97
oleh satuan kerja Kemendikbud
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKP.1.1.2 Tingkat kepuasan pemangku kepentingan Kemendikbud di luar
negeri terhadap layanan Atdikbud/DEWATAP UNESCO dan SILN % 89 92 93 94 95 96

IKP.1.1.3 Persentase tindak lanjut kerja sama Bilateral, Regional, dan


% 100 100 100 100 100 100
Multilateral Bidang Dikbud
SP.1.2 Meningkatnya pemanfaatan sistem pembinaan dan pengelolaan keuangan yang akuntabel Biro Keuangan
IKP.1.2.1 Opini BPK terhadap Laporan Keuangan (LK) Kemendikbud Opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP
IKP.1.2.2 Skor SAKIP Kemendikbud skor 73,43 74 75 76 78 81
SP.1.3 Meningkatnya pemanfaatan sistem pengelolaan dan pembinaan Aparatur Sipil Negara (ASN) Biro
Kepegawaian
IKP.1.3.1 Persentase pegawai yang melaksanakan tugas jabatan sesuai dengan
% 30 47 56 66 77 85
kompetensi
SP.1.4 Terselenggaranya pembinaan dan koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan, advokasi dan layanan bantuan hukum, dan tertatanya kelembagaan unit
organisasi dan tatalaksana yang efektif di lingkungan Kementerian Biro Hukor

IKP1.4.1 Jumlah peraturan perundang-undangan bidang pendidikan dan


naskah 146 170 180 190 200 200
kebudayaan
IKP1.4.2 Persentase kasus dan masalah hukum yang mendapatkan advokasi masalah
8 50 60 70 80 85
dan layanan bantuan hukum hukum
IKP1.4.3 Jumlah unit organisasi yang dilakukan penataan kelembagaan dan unit kerja 82 288 288 288 288 288
tata laksana di lingkungan Kemendikbud jabatan 20 425 425 425 425 425
SP.1.5 Meningkatnya pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan dan kebudayaan Pustekkom
IKP.1.5.1 Persentase peningkatan satuan kerja di lingkungan Kemendikbud
% 47,60 52,25 56,95 61,57 98 100
yang mendapat layanan TIK
IKP.1.5.2 Persentase Peningkatan Jumlah satuan pendidikan yang
% 25,66 30,67 35,68 40,69 45,70 50,70
mendayagunakan TIK untuk e-pembelajaran
IKP.1.5.3 Persentase peningkatan jumlah SDM yang memiliki kompetensi TIK
% 1,16 1,55 2,06 2,75 3,67 4,89
untuk e-pembelajaran
IKP.1.5.4 Persentase Peningkatan e-Layanan yang terintegrasi pada
% 30 50 60 70 75 80
Kemendikbud sesuai dengan Tata Kelola TIK (e-government)
SP.1.6 Meningkatnya Akses Layanan Pendidikan dan Kebudayaan Antarnegara ASEAN Seamolec
IKP.1.6.1 Persentase fasilitasi pembelajaran dalam rangka pelaksanaan
% 60 67,1 74,2 81,3 88,4 95,5
kegiatan yang berkaitan dengan SEAMEO
IKP.1.6.2 Persentase peningkatan akses layanan pendidikan dan kebudayaan
% 50 58,3 66,6 74,9 83,2 91,5
antarnegara ASEAN
SP.1.7 Meningkatnya Pengelolaan dan Pendayagunaan Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan PDSPK
IKP.1.7.1 Persentase data tervalidasi bidang pendidikan dan kebudayaan % 70,00 80,00 85,00 90,00 95,00 100,00
IKP.1.7.2 Persentase permintaan layanan data, statistik, dan hasil
pendayagunaan data pendidikan dan kebudayaan yang dapat % 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 95,00
dipenuhi
IKP.1.7.3 Persentase pendataan pusat dan daerah yang terintegrasi % 5,00 10,00 35,00 70,00 85,00 100,00
SP.1.8 Meningkatnya kualitas layanan Komunikasi dan layanan masyarakat BKLM
IKP.1.8.1 Indeks kepuasan pemangku kepentingan Kemendikbud indeks 72 73 74 75 76 77
IKP.1.8.2 Persentase jumlah pengaduan masyarakat yang direspon secara
% 25,00 50,00 65,00 80,00 90,00 100,00
cepat dan efektif
SP.1.9 Meningkatnya Kualitas Film dan Iklan Film melalui penyensoran dan terwujudnya budaya sensor mandiri LSF
IKP.1.9.1 Persentase film dan iklan film yang lulus sensor % 83,00 83,00 86,00 89,00 92,00 95,00
IKP 1.9.2 Jumlah Pemangku Kepentingan Perfilman yang Mempunyai
Orang 1700 (2016) - 1700 1690 2580 2580
Kesadaran Budaya Sensor Mandiri
SP.1.10 Meningkatnya kualitas Pengembangan Perfilman Pusbangfilm
IKP.1.10.1 Jumlah pemberian izin dan pengendalian kegiatan dan usaha
layanan 30 (2016) - 30 35 39 43
perfilman
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKP.1.10.2 Jumlah apresiasi dan pemberian penghargaan di bidang perfilman
event 5 (2016) - 5 10 15 20
SP.1.11 Terselenggaranya Urusan Keuangan, Ketatausahaan, Kerumahtanggaan, Kearsipan dan Dokumentasi Kemendikbud Biro Umum
IKP.1.11.1 Indeks kepuasan layanan setjen indeks 60 87 89 91 93 95
SP.1.12 Terselenggaranya Tata Kelola Setjen dan Pengelolaan BMN Kementerian yang Akuntabel Biro Umum
IKP.1.12.1 Persentase aset Kemendikbud yang telah ditetapkan status
% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
penggunaannya dan telah tersertifikasi
SP.1.13 Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan pegawai Pusdiklat
IKP.1.13.1 Meningkatnya Kualitas Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemendikbud
yang mengikuti Diklat Aparatur (Diklat Kepemimpinan, Diklat 70 75 78 81 84 87
Indeks
Prajabatan, serta Diklat Teknis dan Fungsional)

SP1.14 Terselenggaranya layanan analisis dan sinkronisasi kebijakan PASKA


IKP1.14.1 Hasil analisis dan sinkronisasi kebijakan dok 0 1 1 1 1 1
1985 Peningkatan Layanan Prima dalam Menunjang Fungsi Pelayanan Umum Kementerian Biro Umum
SK.1.1985.1 Peningkatkan layanan prima dalam menunjang fungsi pelayanan
umum Kementerian
IKK.1.1985.1.1 Layanan perencanaan, penganggaran, penerimaan, dan pelaporan
Layanan 7 7 7 7 7 7
Biro Umum
IKK.1.1985.1.2 Layanan pemantauan, analisis, dan evaluasi program dan anggaran
Layanan 16 16 16 16 16 16
Sekretariat Jenderal
IKK.1.1985.1.3 Jumlah Satker yang menerapkan e-office dan kearsipan Kementerian
Satker 35 35 40 50 156 216
IKK.1.1985.1.4 Persentase capaian tunjangan kinerja % 60 60 70 70 80 90
IKK.1.1985.1.5 Layanan urusan kerumahtanggaan, ketatalaksanaan, dan
Bulan 12 12 12 12 12 12
kepegawaian Biro Umum
1980 Peningkatan Layanan Prima dalam Pengadaan dan Penataan BMN serta sarana dan Prasarana Kementerian Biro Umum
SK.1.1980.1 Tercapainya Peningkatkan Layanan Prima dalam Pengadaan dan
Penataan BMN serta Sarana dan Prasarana Kementerian
IKK.1.1980.1.1 Jumlah Tenaga Pengelola BMN yang Kompeten Orang 200 200 300 500 1000 1500
IKK.1.1980.1.2 Jumlah Satker yang Meningkat Ketertiban Pengelolaan BMN Satker 35 35 40 45 90 141
IKK.1.1980.1.3 Jumlah Sarana dan Prasarana yang Berfungsi Baik Layanan 10 10 10 10 10 10
1984 Peningkatan pelayanan prima dalam perencanaan dan penganggaran BPKLN
SK.1.1984.1 Tercapainya peningkatan pelayanan prima dalam perencanaan dan
penganggaran
IKK.1.1984.1.1 Tersedianya kebijakan jangka menengah (Renstra) dan tahunan
% 100 100 100 100 100 100
pembangunan pendidikan dan kebudayaan Kemendikbud
IKK.1.1984.1.2 Tersedianya dokumen perencanaan program, kegiatan, dan anggaran
tahunan Kemendikbud yang telah diteliti dan disahkan % 100 100 100 100 100 100

IKK.1.1984.1.3 Persentase realisasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran


% 92 93 94 95 95 96
Kementerian sesuai target yang ditetapkan
SK.1.1984.2 Tercapainya peningkatan pelayanan prima dalam kerjasama luar
negeri
IKK.1.1984.2.1 Jumlah penyelenggaraan dan layanan kerja sama luar negeri dan
Neg/orgn/l
organisasi internasional di bidang pendidikan dan kebudayaan 70 71 72 72 73 74
bg

IKK.1.1984.2.2 Jumlah layanan Atdikbud/DEWATAP UNESCO dan SILN layanan 145 462 552 642 732 822
IKK.1.1984.2.3 Jumlah penerima beasiswa pemerintah RI orang 6500 6579 7027 7379 7730 8081
IKK.1.1984.2.4 Jumlah layanan tamu asing dan pelaksanaan ketatausahaan biro
orang 30 32 34 35 37 39
1983 Peningkatan pelayanan prima bidang pengelolaan anggaran dan akuntabilitas Biro Keuangan
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
SK.1.1983.1 Meningkatnya Kualitas Perbendaharaan Kemendikbud yang Efektif,
Efisien, dan Akuntabel
IKK.1.1983.1.1 Jumlah SDM perbendaharaan yang ditingkatkan kompetensinya
Org 680 1340 1520 1700 1880 2070
IKK.1.1983.1.2 Jumlah dokumen tindaklanjut pemeriksaan dan kerugian negara
Dok 8 8 8 8 8 8
IKK.1.1983.1.3 Jumlah satker yang ditingkatkan kualitas pelaksanaan anggarannya
Satker 140 192 192 192 192 192
IKK.1.1983.1.4 Jumlah lembaga pendidikan menerima bantuan peningkatan
Lbg 10534 5000 5000 5000 5000 5000
kapasitas sesuai peraturan
IKK.1.1983.1.5 Jumlah laporan dukungan ketatausahaan Lap 11 11 11 11 11 11
SK.1.1983.2 Meningkatnya Kualitas Laporan Keuangan Kemendikbud yang
Memenuhi Standar Akuntansi Pemerintah
IKK.1.1983.2.1 Persentase satker yang laporan keuangannya sesuai peraturan
% 100 100 100 100 100 100
perundangan
IKK.1.1983.2.2 Persentase daya serap Kemendikbud % 90,39 94 95 96 97 98
IKK.1.1983.2.3 Jumlah laporan keuangan yang disusun sesuai SAP Lap 12 17 17 17 17 17
IKK.1.1983.2.4 Jumlah SDM penyusun laporan Keuangan yang ditingkatkan
Org 122 384 384 202 190 200
kompetensinya
IKK.1.1983.2.5 Jumlah satker yang ditingkatkan kualitas pengelolaan PNBP-nya
Satker 65 90 90 90 100 100
SK.1.1983.3 Meningkatnya Kualitas inventarisasi dan pelaporan Barang Milik
Negara Kemendikbud yang Efektif dan Efisien
IKK.1.1983.3.1 Jumlah laporan BMN yang disusun sesuai SIMAK BMN Lap 8(2015) 8 8 9 9 9
IKK.1.1983.3.2 Jumlah tenaga pengelola BMN yang ditingkatkan kompetensinya
Org 285 570 760 1394 1830 2266
IKK.1.1983.3.3 Jumlah satker tertib penatausahaan BMN Satker 285 285 195 216 217 217
SK.1.1983.4 Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Kemendikbud, Berdasarkan
Sistem Penilaian Kinerja Pemerintah
IKK.1.1983.4.1 Skor SAKIP Kemendikbud Skor 73,43 74 75 76 78 81
IKK.1.1983.4.2 Jumlah dokumen akuntabilitas kinerja yang disusun Dok 3 4 4 4 4 4
IKK.1.1983.4.3 Jumlah satker yang ditingkatkan kualitas SDM SAKIP-nya Satker 134 185 185 188 210 210
IKK.1.1983.4.4 Jumlah satker yang ditingkatkan kualitas LAKIP-nya Satker 92 185 185 188 210 210
IKK.1.1983.4.5 Jumlah satker yang dievaluasi SAKIP-nya Satker 96 185 185 188 210 210
1982 Peningkatan efektivitas pengelolaan dan pembinaan aparatur sipil negara Biro
Kepegawaian
SK.1.1982.1 Tercapainya peningkatan efektivitas pengelolaan dan pembinaan
aparatur sipil negara (ASN)
IKK.1.1982.1.1 Persentase pegawai baru yang direkrut dengan kompetensi sesuai
kebutuhan jabatan % 45 50 65 70 80 90

IKK.1.1982.1.2 Persentase pegawai yang telah melaksanakan asesmen berdasarkan


% 45 50 60 75 80 90
kompetensi
IKK.1.1982.1.3 Persentase pegawai yang telah melaksanakan Sasaran Kerja Pegawai
% 75 90 100 100 100 100
(SKP)
IKK.1.1982.1.4 Persentase kelengkapan dan keakuratan basis data pegawai % 50 60 75 90 100 100
IKK.1.1982.1.5 Persentase pegawai terlayani oleh sistem mutasi dengan tepat waktu
% 50 60 75 90 100 100
IKK.1.1982.1.6 Persentase pegawai dengan kinerja minimal "baik" % 40 50 60 70 80 90
IKK.1.1982.1.7 Persentase pegawai yang telah mengikuti diklat pegawai berbasis
% 25 30 40 50 65 80
kompetensi
IKK.1.1982.1.8 Persentase pencapaian target kinerja program Biro Kepegawaian
% 84,48 90,00 95,00 98,00 98,00 98,00
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
1981 Peningkatan Layanan prima di bidang hukum dan organisasi Biro Hukor
SK.1.1981.1 Meningkatnya Layanan Prima di Bidang Hukum dan Organisasi di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

IKK.1.1981.1.1 Jumlah peraturan perundang-undangan bidang pendidikan dan


Naskah 146 170 180 190 200 200
kebudayaan yang dibutuhkan
IKK.1.1981.1.2 Persentase kasus dan masalah hukum (litigasi dan non litigasi) yang
Persentase 100 100 100 100 100 100
ditangani
IKK.1.1981.1.3 Jumlah unit organisasi yang dievaluasi di lingkungan Kemendikbud
Unit Kerja 125 144 144 144 144 144
IKK.1.1981.1.4 Jumlah unit organisasi yang dilakukan evaluasi ketatalaksanaan di
Unit Kerja 38 144 144 144 144 144
lingkungan Kemendikbud
IKK.1.1981.1.5 Jumlah jabatan yang dianalisis di lingkungan Kemendikbud jabatan 20 425 425 425 425 425
1991 Pengembangan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan dan kebudayaan Pustekkom
SK.1.1991.1 Terlaksananya pengembangan dan pendayagunaan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan dan Kebudayaan

IKK.1.1991.1.1 Jumlah satuan pendidikan yang terkoneksi dan memanfaatkan


satuan
jaringan online (2016 dst prioritas 3T) 23000 18000 4810 2000 0 0
pendidikan
IKK.1.1991.1.2 Jumlah satuan kerja/unit kerja yang terkoneksi dan memanfaatkan
jaringan online (2014 dan 2015 termasuk kantor dinas pendidikan 650 650 138 170 170 170
satker
propinsi dan kab/kota, sedangkan 2016 dst prioritas Satker
Kemdikbud dan Balai Tekkom)
IKK.1.1991.1.3 Jumlah kumulatif satuan pendidikan yang mengakses dan/atau
satuan
memanfaatkan e-pembelajaran 65700 65882 79247 90061 100879 111696
pendidikan
IKK.1.1991.1.4 Jumlah kumulatif Model Media berbasis Audio/Radio, Video/Televisi,
Model 30 40 50 60 70 80
dan Multimedia
IKK.1.1991.1.5 Jumlah kumulatif Bahan Belajar/Media Pembelajaran berbasis TIK
Bahan Ajar 10000 10200 11400 12600 13800 15000
IKK.1.1991.1.6 Jumlah kumulatif SDM yang terampil dalam mengembangkan dan
Orang 30000 31000 37000 43000 49000 55000
memanfaatkan TIK untuk pendidikan dan kebudayaan
IKK.1.1991.1.7 Persentase satuan kerja di Lingkungan Kemendikbud yang % satker
30 50 60 70 75 80
menerapkan e-layanan sesuai dengan Tata kelola TIK kemdikbud
IKK.1.1991.1.8 Jumlah Lembaga/Satuan Kerja yang melakukan Kerjasama
Lbg/ Satker 40 50 60 70 80 90
Pendayagunaan TIK untuk Pendidikan dan Kebudayaan
IKK.1.1991.1.9 Jumlah Pejabat Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran
orang 100 146 267 317 367 417
yang memperoleh Pembinaan
1987 Peningkatan layanan prima di bidang komunikasi dan layanan masyarakat BKLM
SK.1.1987.1 Peningkatan layanan prima di bidang informasi dan kehumasan

IKK.1.1987.1.1 Jumlah Informasi melalui media sosial dan media elektronik tayang 3155 - - 11042 11042 11042
IKK.1.1987.1.2 Jumlah informasi yang dipublikasikan melalui media ruang dan media
terbitan 32 - - 32 32 32
massa cetak
IKK.1.1987.1.3 Jumlah informasi yang dipublikasikan melalui konferensi press dan
berita 60 - - 60 60 60
siaran press
IKK.1.1987.1.4 Jumlah hasil monitoring dan telaah pemberitaan kebijkan dan
Dokumen 14 - - 228 228 228
program Kemendikbud
IKK.1.1987.1.5 Jumlah Karya Cetak dan Karya Rekam (KCKR) dari unit kerja
Koleksi 344 - - 700 715 725
Kemendikbud yang dihimpun
IKK.1.1987.1.6 Persentase terlayaninya pemohon layanan publik melalui layanan
Persen 75 - - 80 85 90
terpadu
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKK.1.1987.1.7 Jumlah peminjam koleksi dan pengakses layanan perpustakaan
Pemustaka 8016 - - 199300 199300 199300
Kemendikbud
IKK.1.1987.1.8 Jumlah fasilitasi informasi melalui lembaga negara, media, dan
Laporan 14 - - 179 179 179
lembaga masyarakat
IKK.1.1987.1.9 Menurunnya/berkurangnya jumlah pengaduan dari pemangku
Orang 4500 4000 3500 10800 10500 10300
kepentingan pendidikan dan kebudayaan
1986 Pengelolaan dan Pendayagunaan Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan PDSPK
SK.1.1986.1 Pengelolaan dan Pendayagunaan Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan
IKK.1.1986.1.1 Persentase data referensi pendidikan dan kebudayaan serta wilayah
% 65 70 80 85 90 97
yang tersedia
IKK.1.1986.1.2 Persentase data pembelajaran, warisan budaya tak benda, dan
% 65 70 80 85 90 97
kelembagaan yang tervalidasi dalam dataware house
IKK.1.1986.1.3 Persentase data ketenagaan, peserta didik, warisan benda yang
% 40 55 80 85 90 97
tervalidasi dalam dataware house
IKK.1.1986.1.4 Jumlah publikasi statistik pendidikan dan kebudayaan Naskah 11 12 12 12 12 12
IKK.1.1986.1.5 Jumlah publikasi hasil pendayagunaan data pendidikan dan
Dokumen 23 15 23 21 19 19
kebudayaan
IKK.1.1986.1.6 Tingkat kepuasan pelanggan atas layanan data dan statistik (Skala
pendidikan dan kebudayaan Kepuasan: 1 3 3,5 3,5 4 4 4
– 5)
IKK.1.1986.1.7 Jumlah sistem pengelolaan dan pendayagunaan data dan statistik
Aplikasi 10 10 10 10 10 10
pendidikan dan kebudayaan yang tersedia
IKK.1.1986.1.8 Persentase SKPD yang telah mengimplementasikan sistem verval
% 50 70 80 85 90 100
referensi pendidikan dan kebudayaan
IKK.1.1986.1.9 Persentase SKPD yang terkoordinasi dalam jaringan pengelolaan dan
pendayagunaan data pendidikan dan kebudayaan % 50 60 75 85 90 95

IKK.1.1986.1.10 Persentase SKPD yang telah terintegrasi dengan backbone


% 10 20 40 60 80 100
pengelolaan data pendidikan dan kebudayaan kemendikbud
IKK.1.1986.1.11 Jumlah dokumen perencanaan, laporan kinerja dan kepegawaian
dok 23 23 23 23 23 23
IKK.1.1986.1.12 Persentase kesesuaian laporan keuangan dengan peraturan
% 100 100 100 100 100 100
perundang-undangan
IKK.1.1986.1.13 Persentase tertib pencatatan BMN % 100 100 100 100 100 100
4079 Pengembangan pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ) di Asia Tenggara SEAMEO
SK.1.4079.1 Pengembangan Pendidikan, Sains, Budaya dan Kerjasama Asia
Tenggara
IKK.1.4079.1.1 Jumlah pengembangan model pembelajaran di Asia Tenggara untuk
bidang Pendidikan terbuka dan Jarak Jauh, matematika, sains, 35 37 40 43 46 49
model
bahasa, pangan dan gizi dan biologi tropika

IKK.1.4079.1.2 Jumlah penelitian pengembangan, dan evaluasi untuk bidang


Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, matematika, sains, bahasa, penelitian 145 149 176 182 188 194
pangan dan gizi, dan biologi tropika
IKK.1.4079.1.3 Jumlah institusi di kawasan Asia Tenggara yang terlayani untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme bidang pendidikan 290 300 310 320 330 340
Unit Kerja
terbuka dan jarak jauh, Matematika, Sains, Bahasa, pangan dan gizi,
dan Biologi Tropika
IKK.1.4079.1.4 Jumlah SDM pada institusi penyelenggara pendidikan yang
ditingkatkan 'kompetensi dan profesionalisme bidang pendidikan 4000 4189 4771 5346 5921 6496
unit kerja
terbuka dan jarak jauh, Matematika, Sains, Bahasa, pangan dan gizi
dan Biologi Tropika
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKK.1.4079.1.5 Jumlah publikasi dan diseminasi (newsletter, journal, proceeding,
annual report, profil center) untuk bidang Pendidikan Terbuka dan 43000 43279 43379 43479 43579 43679
publikasi
Jarak Jauh, matematika, sains, bahasa, pangan dan gizi, dan biologi
tropika
5173 Peningkatan Sensor Film dan Iklan Film Indonesia LSF
SK.1.5173.1 Meningkatnya kualitas penyensoran film dan iklan film
IKK.1.5173.1.1 Jumlah film dan iklan film yang disensor Judul 46000 46100 46200 46300 46400 46500
IKK.1.5173.1.2 Persentase Film dan Iklan Film Bioskop yang melalui Revisi % 10.83(2016) - 10,83 10,63 10,43 10,23
IKK.1.5173.1.3 Jumlah masyarakat, pelaku usaha dan kegiatan perfilman yang
Orang 1700 (2016) - 1700 1690 2580 2580
mempunyai kesadaran budaya sensor mandiri
5623 Pengembangan Perfilman Indonesia Pusbangfilm
SK .1.5623.1 Terselenggaranya Pengembangan Perfilman yang Berkualitas dan
Berkarakter sesuai Budaya Indonesia
IKK.1.5623.1.1 Jumlah kebijakan teknis di bidang pengembangan perfilman Dokumen 12 (2016) - 12 12 12 12
IKK.1.5623.1.2 Jumlah pemberian izin kegiatan dan usaha perfilman Layanan 1 (2016) - 1 2 3 4
IKK.1.5623.1.3 Jumlah pengendalian kegiatan dan usaha perfilman Layanan 30 (2016) - 30 35 39 43
IKK.1.5623.1.4 Jumlah apresiasi dan pemberian penghargaan di bidang perfilman
Event 5 (2016) - 5 10 15 20
IKK.1.5623.1.5 Jumlah film yang diarsipkan Film 60 (2016) - 60 95 130 165
IKK.1.5623.1.6 Jumlah tenaga teknis perfilman yang meningkat kompetensinya
Peserta 200 (2016) - 200 1260 2360 3610
IKK.1.5623.1.7 Jumlah fasilitasi pengembangan perfilman Indonesia Film 47 (2016) - 47 62 97 112
IKK.1.5623.1.8 Lembaga Formal/Informal Penerima Bantuan Pengembangan
Lembaga 63 (2017) - - 63 118 218
Perfilman
IKK.1.5623.1.9 Jumlah Layanan Internal dan Dukungan Manajemen Output Layanan 29 (2017) - - 29 43 57
5624 Peningkatan layanan pelatihan ASN Pusdiklat
SK.1.5624 Terselenggaranya pelatihan ASN
IKK.1.5624.1.1 Meningkatnya Kualitas Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemendikbud
Indeks 72 75 78 81 83 85
yang mengikuti pelatihan kepemimpinan
IKK.1.5624.1.2 Meningkatnya Kualitas Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemendikbud
yang mengikuti Pelatihan Dasar Calon PNS*
Indeks 72 75 78 79 80 81
Ket:
Pelatihan dasar CPNS berdasarkan penetapan formasi CPNS
Kemendikbud oleh KemenPANRB
IKK.1.5624.1.3 Meningkatnya kualitas Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemendikbud
Indeks 72 75 78 79 80 81
yang mengikuti pelatihan teknis dan fungsional
IKK.1.5624.1.4 Meningkatnya dukungan manajemen dan sarana prasarana untuk
pelaksanaan dan pengembangan pelatihan Aparatur Sipil Negara % 80 82 84 86 88 90
(ASN)
IKK.1.5624.1.5 Meningkatnya kepuasan pelayanan pelatihan Aparatur Sipil Negara
Indeks 75 76 77 78 79 80
(ASN)
5625 Peningkatan layanan analisis dan sinkronisasi kebijakan PASKA
SK.1.5625.1 Terlaksananya Analisis, Sinkronisasi Kebijakan Strategis, dan
Pengelolaan Isu Strategis
IKK.1.5625.1.1 Jumlah dokumen hasil analisis dan sinkronisasi kebijakan
Dok 8 (2015) 8 6 6 6 6
Kemendikbud
IKK.1.5625.1.2 Jumlah dokumen pengelolaan isu dan masalah strategis
Dok 2(2015) 2 2 2 2 2
Kemendikbud
IKK.1.5625.1.3 Jumlah dokumen hasil pemantauan dan evaluasi program nasional
Dok 2(2015) 2 2 2 2 2
dan program unggulan Kemendikbud
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKK.1.5625.1.4 Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan anggaran
Dok 13(2015) 13 3 3 3 3
IKK.1.5625.1.5 Dokumen tatalaksana dan kepegawaian dan Layanan Perkantoran
Dok 13(2015) 11 4 4 4 4
SP.2.1 Menguatnya sistem pengendalian manajemen dan sistem pengawasan internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
IKP.2.1.1 Tercapainya Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kemendikbud Opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP
WTP
IKP.2.1.2 Tercapainya Skor SAKIP menjadi Memuaskan Skor 73,43 74 75 76 78 81
IKP.2.1.3 Satker Kemendikbud WBK Satker 0 3,00% 11,00% 20 42 69
1993 Penguatan Pengawasan Inspektorat I Inspektorat I
Menguatnya sistem pengendalian manajemen dan sistem
SK.2.1993.1 pengawasan internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di
wilayah kerja Inspektorat I
IKK.2.1993.1.1 Jumlah satker yang mendapatkan pembinaan laporan keuangan % 20,00% 28,00% 50,00% 65,00% 80,00% 95,00%
berkategori baik di wilayah kerja Inspektorat I
Jumlah satker yang mendapatkan pembinaan akuntabilitas kinerja
IKK.2.1993.1.2 % 30,00% 36,00% 70,00% 75,00% 90,00% 100,00%
berkategori baik di wilayah kerja Inspektorat I
IKK.2.1993.1.3 Jumlah satker menuju WBK di wilayah kerja Inspektorat I Satker 0,00 3,00% 11,00% 6 12 18
Jumlah pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti di wilayah kerja
IKK.2.1993.1.4 % 40,00% 35,00% 60,00% 70,00% 80,00% 95,00%
Inspektorat I
1994 Penguatan Pengawasan Inspektorat II Inspektorat II
Menguatnya sistem pengendalian manajemen dan sistem
SK.2.1994.1 pengawasan internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di
wilayah kerja Inspektorat II
IKK.2.1994.1.1 Jumlah satker yang mendapatkan pembinaan laporan keuangan % 30,00% 35,00% 60,00% 75,00% 90,00% 100,00%
berkategori baik di wilayah kerja Inspektorat II
Jumlah satker yang mendapatkan pembinaan akuntabilitas kinerja
IKK.2.1994.1.2 % 40,00% 40,00% 70,00% 85,00% 100,00% 100,00%
berkategori baik di wilayah kerja Inspektorat II
IKK.2.1994.1.3 Jumlah satker menuju WBK di wilayah kerja Inspektorat II Satker 0 3,00% 11,00% 6 14 27
Jumlah pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti di wilayah kerja
IKK.2.1994.1.4 % 40,00% 35,00% 60,00% 70,00% 80,00% 95,00%
Inspektorat II
1995 Penguatan Pengawasan Inspektorat III Inspektorat III
Menguatnya sistem pengendalian manajemen dan sistem
SK.2.1995.1 pengawasan internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di
wilayah kerja Inspektorat III
Jumlah satker yang mendapatkan pembinaan laporan keuangan
IKK.2.1995.1.1 % 20,00% 28,00% 60,00% 75,00% 90,00% 100,00%
berkategori baik di wilayah kerja Inspektorat III
Jumlah satker yang mendapatkan pembinaan akuntabilitas kinerja
IKK.2.1995.1.2 % 30,00% 36,00% 70,00% 75,00% 90,00% 100,00%
berkategori baik di wilayah kerja Inspektorat III
IKK.2.1995.1.3 Jumlah satker menuju WBK di wilayah kerja Inspektorat III Satker 0 3,00% 11,00% 8 16 24
Jumlah pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti di wilayah kerja
IKK.2.1995.1.4 % 40,00% 35,00% 60,00% 70,00% 80,00% 100,00%
Inspektorat III
Inspektorat
1996 Penguatan Audit Investigasi
Investigasi
Menguatnya mutu audit investigasi yang disertai dengan tindak
SK.2.1996.1
lanjut dan pembinaan satuan kerja
IKK.2.1996.1.1 Jumlah permasalahan khusus yang dilakukan audit khusus % 90,00% 80,00% 90,00% 90,00% 90,00% 90,00%
IKK.2.1996.1.2 Jumlah hasil audit khusus yang ditindaklanjuti baik Kasus ataupun % 70,00% 60,00% 80,00% 85,00% 90,00% 100,00%
Rupiah
IKK.2.1996.1.3 Jumlah satuan kerja yang dibina dalam program pencegahan % 10,00% 15,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%
fraud/kecurangan
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
1998 Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Itjen Sekretariat Itjen
Menguatnya tata kelola dan sistem pengendalian manajemen di
SK.2.1998.1
Inspektorat Jenderal Kemendikbud
IKK.2.1998.1.1 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I Layanan 1 1 1 1 1
IKK.2.1998.1.2 Layanan Internal (Overhead) Layanan 1 1 1 1 1
IKK.2.1998.1.3 Layanan Perkantoran Layanan 1 1 1 1 1
IKK.2.1998.1.4 Layanan Analisis Hasil Pengawasan dan Pencegahan Korupsi Layanan 1 1 1 1 1
SP .3.1 Pemenuhan Hak Terhadap Pelayanan Pendidikan Dasar Yang Berkualitas
IKP.3.1.1 APM SD/SDLB % 81,92 82 82,51 82,88 84,52 85,20
IKP.3.1.2 APK SD/SDLB % 97,31 97,65 97,85 98,02 99,67 100,30
IKP.3.1.3 Angka Putus Sekolah SD % 1,08 1,07 1,00 0,98 0,97 0,57
IKP.3.1.4 APM SMP/SMPLB % 59,18 71,88 72,69 73,07 73,7 73,72
IKP.3.1.5 APK SMP/SMPLB % 74,29 80,73 81,89 82,40 81,91 82,07
IKP.3.1.6 Angka Putus Sekolah SMP % 1,15 1,14 1,11 1,08 1,03 1,01
IKP.3.1.7 Angka Melanjutkan SD/MI ke SMP % 83,09 83,4 83,64 84,95 86,89 87,67
Jumlah siswa jenjang pendidikan dasar penerima bantuan melalui
IKP.3.1.8 Siswa 8.216.811 15.380.582 15.380.582 15.380.582 15.380.582 15.380.582
Kartu Indonesia Pintar (KIP)
IKP.3.1.9 Rasio APM perempuan:laki-laki di SD % 100 100 100 100 100 100
IKP.3.1.10 Rasio APM perempuan:laki-laki di SMP % 100 100 100 100 100 100
Rasio APK SMP/SMPLB antara 20% penduduk termiskin dan 20%
IKP.3.1.11 Rasio 0,85 0,86 0,87 0,88 0,89 0,90
penduduk terkaya sebesar 0,9
SP .3.2 Siswa yang berpartisipasi mengikuti pendidikan SMA/SMK/SMLB
IKP.3.2.1 APK SMA/SMK/SMLB % 71,64 75,70 79,31 82,15 80,53 82,21
IKP.3.2.2 Angka Melanjutkan SMP/MTs ke SMA/SMK % 81,00 81,50 82,00 84,00 86,00 88,00
IKP.3.2.3 Rasio APK perempuan:laki-laki di SMA/SMK % 100 100 100 100 100 100
Rasio APK SMA/SMK/SMLB antara 20% penduduk termiskin dan 20%
IKP.3.2.4 Rasio 0,53 0,54 0,55 0,57 0,58 0,60
penduduk terkaya sebesar 0,6
Rata-rata nilai lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun sebesar
IKP.3.2.5 Tahun 8,1 8,2 8,3 8,5 8,7 8,8
8,8 tahun
SP .3.3 Persentase Angka Putus Sekolah SMA/SMK/SMLB
Jumlah siswa jenjang pendidikan menengah penerima bantuan
IKP.3.3.1 Siswa 850.066 3.856.476 3.856.676 3.856.899 3.856.979 3.858.211
melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP)
IKP.3.3.2 Angka Putus Sekolah SMA/SMK % 1,66 1,20 1,10 1,00 0,90 0,80
SP .3.4 Sekolah Menengah di setiap kecamatan pada tahun 2019

IKP.3.4.1 Persentase kecamatan yang memiliki minimal 1 Sekolah Menengah % 71,00 76,60 82,50 88,30 94,20 100,00
SP .3.5 Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Jumlah SD/SDLB dan SMP/SMPLB yang dipersiapkan berakreditasi
IKP.3.5.1 Sekolah 15.300 15.300 15.300 15.300 15.300 15.300
minimal B
Rata-rata nilai sikap siswa SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMLB, dan
IKP.3.5.2 Nilai Sikap Baik Baik Baik Baik Baik Baik
SMK minimal baik (pendidikan karakter)
Jumlah perolehan medali tertimbang dari kompetisi internasional Medali
IKP.3.5.3 140 141 148 152 160 168
tingkat pendidikan dasar dan menengah Tertimbang

IKP.3.5.4 Persentase SD yang memiliki sarana dan prasarana sesuai SNP % 15,00 15,00 17,00 24,00 32,00 40,00

IKP.3.5.5 Persentase SMP yang memiliki sarana dan prasarana sesuai SNP % 21,00 22,00 29,00 37,00 45,00 53,00

IKP.3.5.6 Persentase SD yang memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) % 60,45 61,13 61,24 61,35 61,46 61,49
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKP.3.5.7 Persentase SMP yang memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) % 73,98 74,89 75,01 75,13 75,25 75,37
IKP.3.5.8 SM menerapkan program penyelarasan dengan dunia kerja % 0 15,00 30,00 45,00 60,00 75,00
SP .3.6 Jumlah Sekolah Menengah Rujukan/Model di setiap Kabupaten/Kota
Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Minimal 1 Sekolah
IKP.3.6.1 % 21,10 29,40 49,90 70,50 90,00 100,00
Menengah Rujukan/Model
IKP.3.6.2 Persentase SM yang memenuhi akreditasi minimal B % 60,00 65,00 70,00 75,00 80,00 85,00
SP.3.7 Meningkatnya kualitas satuan Pendidikan melalui peningkatan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Persentase Satuan Pendidikan yang meningkat indeks efektivitasnya
IKP.3.7.1 % - 14,00 29,00 52,00 76,00 95,00
berdasarkan SNP
SP.3.8 Tata kelola Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah yang baik
Data pendidikan dasar dan menengah akurat, berkelanjutan, dan
IKP.3.8.1 % 80,00 85,00 87,00 89,00 92,00 95,00
terbarukan
Nilai Minimal SAKIP Ditjen Dikdasmen sebesar 80 (sangat baik) pada
IKP.3.8.2 Nilai 70 72 73 75 78 80
tahun 2019
Dit. Pembinaan
2003 Pembinaan Sekolah Dasar
SD
SK .3.2003.1 Tersedianya layanan pendidikan SD
IKK.3.2003.1.1 Jumlah Ruang Kelas SD yang dibangun Ruang 2.000 2.015 2.015 200 2.015 2.015
IKK.3.2003.1.2 Jumlah SD yang dibangun Sekolah 13 15 15 10 15 20
IKK.3.2003.1.3 Jumlah ruang kelas SD yang direhabilitasi Ruang 8.439 4.260 5.875 14.518 6.000 6.000
IKK.3.2003.1.4 Jumlah SD yang direnovasi Sekolah 129 84 30 30
IKK.3.2003.1.5 Jumlah Siswa SD yang mendapatkan Beasiswa Bakat dan Berprestasi Siswa 9.044 487 531 2.500 2.500 2.500

IKK.3.2003.1.6 Jumlah Siswa SD yang mengikuti lomba, festival, dan olimpiade Siswa 671 2.174 670 1.546 1.546 1.546

IKK.3.2003.1.7 Jumlah perpustakaan/Pusat Sumber Belajar (PSB) SD yang dibangun Ruang 3.000 1.220 1.220 390 390 390

IKK.3.2003.1.8 Jumlah SD yang melaksanakan penguatan pendidikan karakter Sekolah 11.985 9.698 12.750 2.056 2.056 2.056
IKK.3.2003.1.9 Jumlah siswa SD yang mendapatkan Pendidikan Karakter Siswa 0 0 32.896 32.896 32.896
Jumlah SD yang mendapatkan Pembinaan Manajemen Berbasis
IKK.3.2003.1.10 Sekolah 10.540 34.192 34.192 514 514 514
Sekolah (MBS)
Jumlah SD yang Menerapkan Proses Pembelajaran dan Penilaian
IKK.3.2003.1.11 Sekolah 63.260 8.880 31.526 52.437 54.061 148.053
Sesuai Kurikulum yang berlaku
IKK.3.2003.1.12 Jumlah SD yang mendapatkan bantuan peralatan pendidikan Sekolah 3.220 2.292 4.000 3.446 486 486
IKK.3.2003.1.13 Jumlah SD yang mendapatkan pembinaan akreditasi Sekolah 2.085 2.085 5.576 514 514 514
Kegiatan yang mendapat dukungan manajemen dan layanan teknis
IKK.3.2003.1.14 Kegiatan 14 14 14 516 516 516
SD
Program UKS dan Sanitasi Sekolah (jumlah sekolah yang
IKK.3.2003.1.15 sekolah 315 (2017) - - 315 550 550
melaksanakan UK dan Sanitasi Sekolah)
SK .3.2003.2 Tersedianya bantuan pendidikan bagi siswa SD dari keluarga miskin
IKK.3.2003.2.1 Jumlah Siswa SD penerima bantuan melalui KIP Siswa 6.046.921 10.685.614 10.685.614 10.360.614 10.360.614 10.360.614
IKK.3.2003.2.2 Jumlah Siswa SD yang mendapatkan Program Gizi Anak Sekolah Siswa - - 38.448 100.000 100.000 100.000
Dit. Pembinaan
2000 Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
SMP
SK .3.2000.1 Tersedianya layanan pendidikan SMP
IKK.3.2000.1.1 Jumlah sekolah berasrama yang dibangun Sekolah 15 17 19 21 10 10
IKK.3.2000.1.2 Jumlah sekolah SMP yang dibangun Sekolah 131 176 180 190 190 190
IKK.3.2000.1.3 Jumlah sekolah SD-SMP satu atap yang dibangun Sekolah 105 176 110 120 130 140
IKK.3.2000.1.4 Jumlah ruang kelas SMP yang dibangun Ruang 1.650 1.693 3.386 3.386 1.101 3.386
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKK.3.2000.1.5 Jumlah ruang kelas SMP yang direhabilitasi Ruang 2.835 3.000 3.000 3.000 5.174 3.000
IKK.3.2000.1.6 Jumlah SMP yang menerapkan kurikulum yang berlaku Sekolah 7.120 2.171 7.760 18.401 24.040 38.558
IKK.3.2000.1.7 Jumlah laboratorium IPA SMP yang dibangun Ruang 1.031 788 1.250 1.455 782 1.500
IKK.3.2000.1.8 Jumlah perpustakaan SMP yang dibangun Ruang 1.547 700 700 700 700 1.000
IKK.3.2000.1.9 Jumlah siswa SMP yang mengikuti lomba, festival, dan olimpiade Siswa 42.813 9.353 9.380 9.401 3.737 3.737

IKK.3.2000.1.10 Jumlah SMP yang melaksanakan penguatan pendidikan karakter Sekolah 3.765 1.850 4.072 4.235 4.405 4.581
Jumlah siswa SMP yang mendapatkan beasiswa bakat dan
IKK.3.2000.1.11 Siswa 10.252 10.252 10.752 11.252 2.800 3.500
berprestasi
Jumlah Sekolah SMP yang mendapatkan bantuan peralatan
IKK.3.2000.1.12 Sekolah 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000
pendidikan
Jumlah SMP yang mendapatkan pembinaan Manajemen Berbasis
IKK.3.2000.1.13 Sekolah 499 710 750 750 771 770
Sekolah (MBS)
IKK.3.2000.1.14 Jumlah SMP yang mendapatkan pembinaan akreditasi Sekolah 1.337 1.337 1.500 1.500 1.500 1.500
IKK.3.2000.1.15 Jumlah SMP yang mendapatkan ruang penunjang lainnya Ruang 39 70 100 100 200 100
Jumlah kegiatan yang mendapat dukungan manajemen dan layanan
IKK.3.2000.1.16 Kegiatan 20 20 20 20 7 7
teknis SMP
Program UKS dan Sanitasi Sekolah (jumlah sekolah yang
IKK.3.2000.1.17 Sekolah 270 (2018) - - - 270 270
melaksanakan UK dan Sanitasi Sekolah)
SK .3.2000.2 Tersedianya bantuan pendidikan bagi siswa SMP dari keluarga miskin
IKK.3.2000.2.1 Jumlah siswa SMP penerima bantuan melalui KIP Siswa 2.169.890 4.694.968 4.694.968 4.694.968 4.694.968 4.694.968
Dit. Pembinaan
5627 Pembinaan Sekolah Menengah Atas
SMA
SK .3.5627.1 Tercapainya perluasan dan pemerataan akses pendidikan SMA
bermutu, berkesetaraan jender, dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat, di semua kabupaten dan kota
IKK.3.5627.1.1 Jumlah siswa SMA penerima BOS SM Siswa 4.426.882 4.312.407 4.459.072 4.563.345 4.592.928 4.714.841
IKK.3.5627.1.2 Jumlah RKB SMA yang dibangun Ruang 1.853 1.514 3.028 3.028 3.028 3.028
IKK.3.5627.1.3 Jumlah unit SMA baru yang dibangun Sekolah 30 60 103 103 103 103
IKK.3.5627.1.4 Pembangunan prasarana pembelajaran SMA Sekolah 33 66 2.557 2.061 1.547 1.032
IKK.3.5627.1.5 Rehabilitasi ruang pembelajaran SMA Paket 151 131 1.600 5.271 2.958 2.958
IKK.3.5627.1.6 Pengadaan sarana pembelajaran SMA Paket 169 200 1.051 3.099 7.302 8.570
IKK.3.5627.1.7 Jumlah SMA yang menerapkan kurikulum yang berlaku Sekolah 12.311 12.704 13.459 13.494 13.597 13.700
IKK.3.5627.1.8 Jumlah bahan ajar SMA yang disusun Bahan ajar 16 16 17 18 19 21
IKK.3.5627.1.9 Jumlah SMA yang menerapkan standar penilaian pendidikan Sekolah 4.320 2.251 4.852 9.652 13.353 13.700
IKK.3.5627.1.10 Jumlah SMA rujukan Sekolah 91 121 614 614 614 614
IKK.3.5627.1.11 Jumlah SMA yang melakukan pembelajaran kewirausahaan Sekolah 204(2016) 204 204 204 204
Jumlah siswa SMA yang mengikuti lomba/olimpiade, festival, debat,
IKK.3.5627.1.12 siswa 3.094 3.094 3.094 3.094 3.094 3.094
dan unjuk prestasi tingkat nasional dan Internasional
IKK.3.5627.1.13 Jumlah siswa SMA yang memperoleh beasiswa Siswa 2.942 10.757 2.942 2.942 2.942 2.942
Satker yang mendapat dukungan manajemen dan layanan teknis
IKK.3.5627.1.14 satker 34 35 35 35 35 35
SMA
IKK.3.5627.1.15 Jumlah Sekolah SMA yang menerapkan pendidikan karakter Sekolah 12.311 12.704 13.459 13.494 13.597 13.700
SK .3.5627.2
Tersedianya bantuan pendidikan bagi siswa SMA dari keluarga miskin
IKK.3.5627.2.1 Jumlah siswa SMA penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Siswa 425.033 1.367.560 1.367.560 1.367.560 1.367.560 1.367.560
Menguatnya Tata kelola dan sistem pengendalian manajemen di
SK .3.5627.3
SMA
Jumlah Satker yang Mendapat Dukungan Manajemen dan Layanan
IKK.3.5627.3.1 Layanan 35 35 35 35 35 35
Teknis SMA
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Program UKS dan Sanitasi Sekolah (jumlah sekolah yang
IKK.3.5627.3.2 sekolah 285 (2018) - - - 285 285
melaksanakan UK dan Sanitasi Sekolah)
Dit. Pembinaan
5628 Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
SMK
Tercapainya perluasan dan pemerataan akses pendidikan SMK
SK.3.5628.1 bermutu, berkesetaraan jender, dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat, di semua kabupaten dan kota
IKK.3.5628.1.1 Jumlah siswa SMK penerima BOS SM Siswa 4.303.201 4.472.995 4.682.381 4.785.108 4.990.089 5.197.373
IKK.3.5628.1.2 Jumlah RKB SMK yang dibangun Ruang 3.100 3.100 5.461 1.000 1.500 1.500
IKK.3.5628.1.3 Jumlah unit SMK baru yang dibangun Sekolah 32 35 214 75 25 20
IKK.3.5628.1.4 Pembangunan prasarana pembelajaran SMK Ruang 257 300 1.095 1.387 3.978 4.137
IKK.3.5628.1.5 Rehabilitasi ruang pembelajaran SMK Paket 60 130 999 3.298 2.000 2.100
IKK.3.5628.1.6 Pengadaan sarana pembelajaran Paket 1.000 11.200 2.398 3.883 4.500 5.100
IKK.3.5628.1.7 Jumlah SMK yang menerapkan kurikulum yang berlaku Sekolah 11.384 870 11.384 11.459 11.484 11.504
IKK.3.5628.1.8 Jumlah bahan ajar SMK yang disusun Bahan ajar 128 350 355 360 365 370
IKK.3.5628.1.9 Jumlah SMK yang menerapkan standar penilaian pendidikan Sekolah 0 182 187 192 197 202
IKK.3.5628.1.10 Jumlah SMK rujukan Sekolah 109 117 156 100 100 100
IKK.3.5628.1.11 Jumlah SMK yang melaksanakan teaching factory/technopark Sekolah 51 59 68 220 200 200
IKK.3.5628.1.12 Jumlah SMK berbasis pesantren/komunitas/industri Sekolah 83 90 100 175 175 175
Jumlah SMK yang mendapat intervensi perluasan akses dan
IKK.3.5628.1.13 Sekolah 96 96 96 96 96 96
peningkatan mutu di Papua/Papua Barat
IKK.3.5628.1.14 Jumlah siswa yang melaksanakan praktik kerja industri Siswa 1.359.600 1.341.898 1.404.714 1.435.532 1.497.026 1.559.212
Persentase SMK yang menyediakan layanan BKK yang menjembatani
IKK.3.5628.1.15 % 8 8 10 20 30 40
dengan DU/DI
IKK.3.5628.1.16 Jumlah SMK menyediakan layanan kewirausahaan Sekolah 50 0 100 150 200 250
Jumlah sekolah yang menerapkan kemitraan dengan Dunia Usaha
IKK.3.5628.1.17 Sekolah 0 0 4.250 5.500 7.000 8.250
dan Dunia Industri (DUDI) dan Institusi lainnya
Jumlah siswa SMK yang mengikuti lomba/olimpiade, festival, debat,
IKK.3.5628.1.18 Siswa 1.032 1.150 2.350 2.400 2.450 2.500
dan unjuk prestasi tingkat nasional dan internasional
IKK.3.5628.1.19 Jumlah siswa SMK yang memperoleh beasiswa Siswa 16.784 19.655 19.655 19.655 19.655 19.655
IKK.3.5628.1.20 Jumlah sekolah SMK yang menerapkan pendidikan karakter Sekolah 2.557 4.346 4.346 4.346 4.346 4.346
Kompetensi
IKK.3.5628.1.21 Revitalisasi kompetensi keahlian di Kabupaten/Kota 0 0 75 110 128 142
Keahlian
Satker yang mendapat dukungan manajemen dan layanan teknis
IKK.3.5628.1.22 satker 34 35 35 35 35 35
SMK
IKK.3.5628.1.23 Jumlah siswa SMK penerima KIP Siswa 642.970 1.912.192 1.829.167 1.829.167 1.829.167 1.829.167
Jumlah SMK pariwisata dan kelautan/maritim yang dikembangkan
IKK.3.5628.1.24 Sekolah 0 40 106 100 140 140
untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing
Jumlah SMK Pertanian yang dikembangkan untuk mendukung poros
IKK.3.5628.1.25 Sekolah 0 20 32 100 160 160
ketahanan pangan
Program UKS dan Sanitasi Sekolah (jumlah sekolah yang
IKK.3.5628.1.26 Sekolah 10(2018) - - - 10 10
melaksanakan UK dan Sanitasi Sekolah)
Dit. Pembinaan
5626 Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
PKLK
SK .3.5626.1 Meningkatnya Akses dan Mutu PK dan PLK SDLB/SMPLB/SMLB
Jumlah siswa /anak berkebutuhan khusus penerima bantuan belajar
IKK.3.5626.1.1 Siswa 125.062 137.938 150.172 151.674 153.191 154.723
atau beasiswa
Jumlah Sekolah/Lembaga penyelenggara PKLK yang melayani anak
IKK.3.5626.1.2 berkebutuhan khusus atau cerdas/bakat istimewa yang menerima Lembaga 2.494 1.941 2.100 2.363 2.368 2.373
BOP
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Sekolah/Le
IKK.3.5626.1.3 Jumlah Pusat Pengembangan PKLK yang dibina 4 3 43 43 45 50
mbaga
Jumlah ruang kelas/penunjang lainnya sekolah/lembaga
IKK.3.5626.1.4 Ruang 134 278 500 504 510 515
penyelenggara PKLK yang direhabilitasi
IKK.3.5626.1.5 Jumlah unit sekolah baru PKLK yang dibangun Unit 10 22 20 11 13 15
IKK.3.5626.1.6 Jumlah ruang kelas baru/penunjang lainnya yang dibangun Ruang 25 140 258 125 135 145
IKK.3.5626.1.7 Jumlah sekolah yang melaksanakan kurikulum yang berlaku Sekolah 1.744 1.124 1.576 2.020 2.025 2.030
Jumlah sekolah/lembaga penyelenggara PKLK yang mendapatkan Sekolah/Le
IKK.3.5626.1.8 215 59 120 130 140 150
perpustakaan/Pusat Sumber Belajar (PSB) mbaga
Jumlah sekolah/lembaga penyelenggara PKLK sekolah yang Sekolah/Le
IKK.3.5626.1.9 25 75 100 100 100 100
mendapatkan Ruang Laboratorium/Praktik Siswa mbaga
Jumlah siswa sekolah/lembaga penyelenggara PKLK yang mengikuti
IKK.3.5626.1.10 Siswa 3.643 3.747 3.747 3.747 3.747 3.747
lomba, festival, dan olimpiade nasional/internasional
Jumlah sekolah/lembaga penyelenggara PKLK yang mendapatkan Sekolah/Le
IKK.3.5626.1.11 144 110 206 210 230 250
peralatan pendidikan mbaga
IKK.3.5626.1.12 Jumlah Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif Sekolah 34 35 35 350 350 350
Jumlah sekolah/lembaga penyelenggara PK LK yang mendapatkan
IKK.3.5626.1.13 Sekolah 50 34 206 210 210 210
pembinaan akreditasi
Jumlah sekolah/lembaga penyelenggara pendidikan layanan khusus Sekolah/Le
IKK.3.5626.1.14 250 250 350 400 400 400
yang mendapat bantuan mbaga
IKK.3.5626.1.15 Jumlah sekolah yang mendapatkan layanan kebencanaan Sekolah 100 100 450 450 450 450
Jumlah Kegiatan yang mendapat dukungan manajemen dan layanan
IKK.3.5626.1.16 Kegiatan 19 19 19 20 20 20
teknis PKLK
Jumlah siswa yang mendapatkan program afirmasi pendidikan
IKK.3.5626.1.17 Siswa 959 4.261 4.261 4.261 4.261 4.261
(Papua/Papua Barat, 3T, clc, dll)
Jumlah sekolah/lembaga penyelenggara PK LK yang menerapkan
IKK.3.5626.1.18 Sekolah 950 950 950 950 950 950
penguatan pendidikan karakter
Jumlah Sekolah/Lembaga Penyelenggara PK LK Berasrama yang
IKK.3.5626.1.19 Sekolah 2 30 30 30 30 30
dibangun
IKK.3.5626.1.21 Jumlah sekolah/lembaga penyelenggara PKLK rujukan Sekolah - 74 74 74 74 74
IKK.3.5626.1.22 Jumlah Sekolah Keberbakatan Sekolah - 3 3 3 3 3
IKK.3.5626.1.23 Jumlah Sekolah yang membangun Kemitraan dengan DUDI Sekolah - 35 35 35 35 35
IKK.3.5626.1.24 Jumlah SILN yang dibina Sekolah 14 14 14 14 14 14
2005 Setditjen
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen Dikdasmen
Dikdasmen
SK.3.2005.1 Terselenggaranya Layanan Dukungan Manajemen Teknis Di
Lingkungan Ditjen Dikdasmen
IKK.3.2005.1.1 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I Layanan 1 1 1 1 1
IKK.3.2005.1.2 Layanan Internal (Overhead) Layanan 1 1 1 1 1
IKK.3.2005.1.3 Layanan Perkantoran Layanan 1 1 1 1 1
5630 Peningkatan layanan pengembangan penjaminan mutu pendidikan untuk seluruh jenjang pendidikan LPMP
Meningkatnya penjaminan mutu pendidikan di seluruh jenjang
SK .3.5630.1
pendidikan
Persentase SD yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam
IKK.3.5630.1.1 % 0 16,80 25,00 40,00 60,00 80,00
pencapaian SNP
Persentase SMP yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam
IKK.3.5630.1.2 % 0 16,80 25,00 40,00 60,00 80,00
pencapaian SNP
Persentase SMA yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam
IKK.3.5630.1.3 % 0 16,80 25,00 40,00 60,00 80,00
pencapaian SNP
Persentase SMK yang telah disupervisi dan difasilitasi dalam
IKK.3.5630.1.4 % 0 16,80 25,00 40,00 60,00 80,00
pencapaian SNP
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Kegiatan yang mendapat dukungan manajemen dan layanan teknis
IKK.3.5630.1.5 kegiatan 33 33 33 34 34 34
LPMP
Meningkatnya penjaminan mutu pendidikan di seluruh jenjang
SK .3.5630.2
pendidikan
IKK.3.5630.2.1 SD yang telah dipetakan mutunya % 90,5 90,2 100 100 100 100
IKK.3.5630.2.2 SD yang meningkat indeks efektivitasnya % 0 5 15 40 75 95
IKK.3.5630.2.3 SMP yang telah dipetakan mutunya % 71,48 71,5 100 100 100 100
IKK.3.5630.2.4 SMP yang meningkat indeks efektivitasnya % 0 20 35 60 80 95
IKK.3.5630.2.5 SMA yang telah dipetakan mutunya % 71,41 71,4 100 100 100 100
IKK.3.5630.2.6 SMA yang meningkat indeks efektivitasnya % 0 20 35 60 80 95
IKK.3.5630.2.7 SMK yang telah dipetakan mutunya % 59,6 59,6 65 80 90 100
IKK.3.5630.2.8 SMK yang meningkat indeks efektivitasnya % 0 10 25 45 70 95
SP.4.1. Terciptanya keluasan dan kemerataan akses PAUD bermutu, berkesetaraan jender, dan berwawasan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD) dan
kewarganegaraan global di semua provinsi, kabupaten dan kota
IKP.4.1.1 Persentase Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD 3-6 tahun % 68,10 70,06 72,13 74,28 75,10 78,70
IKP.4.1.2 Jumlah lembaga PAUD memenuhi Standar Nasional Lembaga 33.801 34.801 36.051 37.851 40.126 42.926
IKP.4.1.3 Persentase (%) Kab./Kota memiliki Lembaga PAUD Pembina yang 10
% - 10 20 50 70
Menyelenggarakan Holistik Integratif (2016)
SP.4.2 Terciptanya keluasan dan kemerataan akses kursus dan pelatihan bagi angkatan kerja yang bermutu, berkesetaraan jender, dan berwawasan pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan (ESD) dan kewarganegaraan global di semua provinsi, kabupaten dan kota
IKP.4.2.1 Jumlah angkatan kerja muda memiliki pengetahuan dan sikap
Orang 551.111 602.111 670.111 772.111 908.111 1.061.111
kecakapan kerja dan/atau kecakapan berwirausaha
IKP.4.2.2 Jumlah lembaga kursus dan pelatihan memenuhi standar nasional
Lembaga 1.121 1.121 2.621 4.121 5.871 7.871
SP.4.3 Terciptanya keluasan dan kemerataan akses pendidikan keaksaraan dan kesetaraan yang berwawasan jender dan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD)
dan kewarganegaraan global di semua provinsi, kabupaten dan kota
IKP.4.3.1 Persentase angka melek aksara penduduk usia dewasa usia 15-59
% 96,00 96,58 96,81 97,06 97,29 97,51
tahun
IKP.4.3.2 Jumlah lembaga PKBM yang memenuhi standar nasional Lembaga 223 223 495 795 1.108 1.445
IKP.4.3.3 Jumlah anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS) dan orang dewasa
memperoleh pendidikan setara dengan pendidikan dasar dan Orang 6.151 (2015) 6.151 54.604 427.449 433.308 556.501
menengah
APK Pendidikan Kesetaraan Paket A Setara SD Sekurang-kurangnya
IKP.4.3.4 % 0,71 0,72 0,62 0,63 0,63 0,63
0,63 %
APK Pendidikan Kesetaraan Paket B Setara SMP Sekurang-kurangnya
IKP.4.3.5 % 2,39 2,68 2,98 3,01 3,27 3,23
3,23 %
APK Pendidikan Kesetaraan Paket C Setara SMA Sekurang-kurangnya
IKP.4.3.6 % 2,62 2,89 3,07 3,21 3,24 3,21
3,21 %
SP 4.4 Terciptanya keluasan dan kemerataan akses pendidikan keluarga yang bermutu, berkesetaraan jender, dan berwawasan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan
(ESD) dan kewarganegaraan global di semua provinsi, kabupaten dan kota
IKP.4.4.1 Jumlah lembaga/satuan pendidikan menyelenggarakan pendidikan 100.000
Lembaga 100.000 150.000 210.000 230.000 250.000
keluarga (2015)
IKP.4.4.2 Jumlah orang dewasa menerapkan pendidikan keluarga di rumah, di 225.000
Orang 225.000 1.325.000 2.425.000 3.425.000 4.425.000
satuan pendidikan, dan di masyarakat (2015)
SP.4.5 Terwujudnya tatakelola dan partisipasi Pemerintah Daerah, Lembaga dan Masyarakat dalam meningkatkan tata kelola yang transparan dan akuntabel serta akses PAUD
dan Dikmas bermutu di semua provinsi, kabupaten, dan kota
IKP.4.5.1 Jumlah Model/Program PAUD dan Dikmas yang dikembangkan,
Model 90 164 250 336 422 508
divalidasi, dan diterapkan
2016 Penyediaan layanan PAUD Dit. Pembinaan
PAUD
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
SK.4.2016.1 Meningkatnya anak usia 3-6 tahun memperoleh layanan pendidikan
anak usia dini yang berstandar nasional, yang berkesetaraan gender,
berwawasan pendidikan pembangunan berkelanjutan (ESD) di
seluruh provinsi, kabupaten, dan kota
IKK.4.2016.1.1 Jumlah Anak Usia Dini memperoleh BOP PAUD Orang 1.125.000 1.825.000 3.600.000 5.970.000 6.180.000 7.230.000
IKK.4.2016.1.2 Jumlah Kabupaten / Kota yang menyelenggarakan penuntasan PAUD 20
Kab/Kota - 20 40 100 200
minimal 1 Tahun pra SD (2016)
IKK.4.2016.1.3 Jumlah lembaga PAUD terpadu yang dibangun/revitalisasi di daerah
Lembaga 75 350 400 400 400 400
3T
IKK.4.2016.1.4 Jumlah Ruang Kelas PAUD yang dibangun termasuk meubeleir 50
Ruang kelas 50 100 140 150 200
(2015)
IKK.4.2016.1.5 Lembaga PAUD yang memperoleh bantuan sarana pembelajaran,
Lembaga 1.550 1.100 2.500 3.000 3.500 4.000
termasuk APE
IKK.4.2016.1.6 Pusat Kegiatan Gugus (PKG) yang memperoleh bantuan Gugus PAUD
Lembaga 4.000 - 6.982 6.982 6.982 6.982
IKK.4.2016.1.7 Jumlah dokumen NSPK PAUD Dokumen 20 20 15 20 20 20
IKK.4.2016.1.8 Jumlah dokumen penyelenggaran HAN, Lomba dan Apresiassi Dokumen 3 1 1 1 1 1
IKK.4.2016.1.9 Jumlah lembaga yang melaksanakan kurikulum 2013 PAUD 59.875
Lembaga - 59.875 88.029 93.211 98.214
(2016)
IKK.4.2016.1.10 Jumlah lembaga PAUD baru yang terbentuk
Lembaga 2000 (2016) - 2.000 2.000 2.500 3.000
IKK.4.2016.1.11 Persentase Lembaga PAUD pembina menyelenggarakan PAUD 10
% - 10 20 50 70
holistik integratif (2016)
2015 Penyediaan layanan Kursus dan Pelatihan Dit. Pembinaan
Kursus dan
Pelatihan
SK.4.2015.1 Terselenggaranya pendidikan kecakapan hidup untuk bekerja dan
berwirausaha yang berstandar nasional, berwawasan gender,
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD), dan
kewarganegaraan global
IKK.4.2015.1.1 Jumlah angkatan kerja muda mendapatkan pendidikan kecakapan
Orang 29.750 40.000 90.000 90.000 50.000 50.000
kerja
IKK.4.2015.1.2 Jumlah angkatan kerja muda mendapatkan pendidikan kecakapan
Orang 24.027 20.000 30.000 50.000 90.000 90.000
kewirausahaan/ berwirausaha
IKK.4.2015.1.3 Jumlah lembaga penyelenggara kursus dan pelatihan rujukan 15
Lembaga - 15 20 20 20
(2016)
IKK.4.2015.1.4 Jumlah standar program kursus dan pelatihan Naskah 3 18 36 37 40 38
IKK.4.2015.1.5 Jumlah lembaga kursus dan pelatihan/mitra yang memperoleh
Lembaga 62 33 900 900 900 900
bantuan penguatan kelembagaan
IKK.4.2015.1.6 Jumlah jenis kompetensi lulusan terstandarisasi Jenis 3 3 5 5 5 5
IKK.4.2015.1.7 Jumlah Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang memperoleh bantuan
Lembaga 887 50 263 350 438 525
pembinaan
IKK.4.2015.1.8 Jumlah peserta didik memperoleh bantuan uji kompetensi Orang 41.773 51.773 108.000 140.000 140.000 140.000
IKK.4.2015.1.9 Jumlah lembaga penyelenggara kursus dan pelatihan mendapatkan
Lembaga 1.022 (2016) - 1.022 1.022 1.022 1.022
bimbingan teknis
IKK.4.2015.1.10 Jumlah lembaga kursus dan pelatihan yang divalidasi
lembaga 2.000 2.000 5.093 5.194 5.298 5.404
IKK.4.2015.1.11 Jumlah lembaga kursus dan pelatihan memenuhi standar nasional
lembaga 7.467 1.800 2.500 3.000 3.500 4.000
pendidikan (siap di akreditasi)
IKK.4.2015.1.12 Jumlah master penguji dan penguji kursus dan pelatihan mengikuti
Orang 1.096 1.196 1.371 1.621 1.946 2.303
uji kompetensi
IKK.4.2015.1.13 Peserta didik kursus dan pelatihan mengikuti magang pada dunia 26.000
Orang - 26.000 30.000 40.000 45.000
usaha dan industri (DUDI) (2016)
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
2018 Penyediaan layanan Keaksaraan dan kesetaraan Dit. Pembinaan
Keaksaraan dan
Kesetaraan
SK.4.2018.1 Meningkatnya anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS) dan orang
dewasa memperoleh layanan pendidikan masyarakat yang
berkualitas, berkesetaraan gender, dan berwawasan pendidikan
pembangunan berkelanjutan (ESD) di seluruh provinsi, kabupaten
dan kota
IKK.4.2018.1.1 Jumlah orang dewasa memperoleh layanan pendidikan keaksaraan
Orang 150.525 150.525 150.525 150.525 150.525 150.525
dasar
IKK.4.2018.1.2 Jumlah orang dewasa memperoleh layanan pendidikan keaksaraan
Orang 151.020 95.200 95.200 95.200 95.200 95.200
lanjutan
IKK.4.2018.1.3 Jumlah anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS) dan orang dewasa
memperoleh layanan pendidikan setara pendidikan dasar: jumlah Orang 3.140 2.635 2.345 2.245 2.025
3.140 (2015)
siswa Paket A yang menerima bantuan operasional

IKK.4.2018.1.4 Jumlah anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS) dan orang dewasa
memperoleh layanan pendidikan setara pendidikan dasar: jumlah 652.213
Orang 652.213 169.660 156.558 143.456 130.354
siswa paket B yang menerima bantuan operasional (2015)

IKK.4.2018.1.5 Jumlah anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS) dan orang dewasa
25.200
memperoleh layanan pendidikan setara menengah umum (paket C) Orang 25.200 407.070 427.449 433.308 429.611
(2015)
dan vokasional
IKK.4.2018.1.6 Jumlah komunitas sekolah rumah (homeschooling ) yang
35
memperoleh bantuan operasional komunitas sekolah rumah (BOKSR) Lembaga - 35 45 50 50
(2016)
IKK.4.2018.1.7 Jumlah desa melaksanakan pemberdayaan Desa Vokasi 68
Desa - 68 68 68 68
(2016)
IKK.4.2018.1.8 Jumlah desa melaksanakan pemberdayaan Kampung Literasi 68
Desa - 68 68 68 68
(2016)
IKK.4.2018.1.9 Jumlah orang dewasa perempuan memperoleh layanan pendidikan
Orang 10.000 10.000 13.000 15.500 18.000 20.500
kecakapan hidup perempuan
IKK.4.2018.1.10 Jumlah PKBM pembina dan rumah pintar yang dikelola oleh Pemda
Lembaga 37 260 307 307 307 102
Kab/Kota
IKK.4.2018.1.11 Jumlah PKBM Memperoleh bantuan penguatan kelembagaan PKBM
Lembaga 100 445 545 600 625 675
IKK.4.2018.1.12 Jumlah TBM yang dirintis dan memperoleh penguatan Lembaga 214 (2016) - 214 235 257 280
IKK.4.2018.1.13 Jumlah lembaga TBM baru yang dibentuk di satuan pendidikan 97
Lembaga - 97 125 125 42
sanggar kegiatan belajar (2016)
IKK.4.2018.1.14 Satuan pendidikan sanggar kegiatan belajar memperoleh revitalisasi 20
Lembaga - 20 10 25 25
kelembagaan (2016)
IKK.4.2018.1.15 Jumlah Satuan Pendidikan Sanggar Kegiatan Belajar memperoleh 68
Lembaga - 68 80 100 120
bantuan sarana pembelajaran (2016)
IKK.4.2018.1.16 Jumlah dokumen NSPK/Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan dan
Dokumen 20 20 15 10 10 10
Kesetaraan
IKK.4.2018.1.17 Jumlah dokumen penyelenggaran HAI, lomba dan apresiassi
Dokumen 3 1 1 1 1 1
IKK.4.2018.1.18 APK Pendidikan Kesetaraan Paket A Setara SD Sekurang-kurangnya
% 0,71 0,72 0,62 0,63 0,63 0,63
0,63 %
IKK.4.2018.1.19 APK Pendidikan Kesetaraan Paket B Setara SMP Sekurang-kurangnya
% 2,39 2,68 2,98 3,01 3,27 3,23
3,23 %
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKK.4.2018.1.20 APK Pendidikan Kesetaraan Paket C Setara SMA Sekurang-kurangnya
% 2,62 2,89 3,07 3,21 3,24 3,21
3,21 %
5631 Penyediaan layanan pendidikan keluarga Dit. Pembinaan
Pendidikan
Keluarga
SK.4.5631.1 Penduduk usia dewasa memperoleh layanan pendidikan keluarga
dalam rangka meningkatkan wawasan, pemahaman tentang kiat
mendidik anak sejak janin hingga dewasa
IKK.4.5631.1.1 Jumlah komite sekolah yang melaksanakan sosialisasi pendidikan 10.000
Lembaga 10.000 20.000 20.000 20.000 20.000
karakter dan budaya prestasi (2015)
IKK.4.5631.1.2 Jumlah lembaga/satuan pendidikan memiliki fasilitas/sarana untuk
mendukung menyelenggarakan pendidikan keluarga Lembaga 5.000 (2015) 5.000 10.000 10.000 10.000 10.000

IKK.4.5631.1.3 Jumlah lembaga/satuan pendidikan memperoleh penguatan


penyelenggaraan pendidikan keluarga yang menumbuhkan karakter Lembaga 5.000 (2015) 5.000 10.000 10.000 10.000 10.000
dan budaya prestasi peserta didik
IKK.4.5631.1.4
Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan serta orang tua/wali dan 72.000
Orang 72.000 180.000 324.000 432.000 540.000
pengasuh memiliki kapasitas menerapkan pendidikan keluarga (2015)
IKK.4.5631.1.5 Jumlah konten/materi diunggah ke kanal pendidikan keluarga Konten 145 (2015) 145 165 185 215 225
IKK.4.5631.1.6 Jumlah dokumen regulasi/kebijakan/NSPK/Bahan ajar pendidikan 20
Dokumen 20 15 10 10 10
keluarga (2015)
4074 Pengembangan, Pengkajian dan Pemetaan Mutu PAUD-Dikmas BP PAUD Dikmas
SK 4.4074.1
Tersedianya hasil pengkajian dan pengembangan model/program
PAUD-Dikmas yang bermutu, berwawasan gender, ESD dan
kewarganegaraan global, serta replikabel di seluruh regional/ wilayah
IKK.4.4074.1.1 Jumlah Model/Program PAUD-Dikmas yang dikembangkan,
Dokumen 20 20 132 200 200 300
divalidasi, dan diterapkan
IKK.4.4074.1.2 Jumlah Lembaga/Satuan PAUD dan Dikmas yang dipersiapkan
Lembaga 8.093 (2017) - - 8.093 12.140 50.000
memenuhi standar nasional pendidikan (SNP)
IKK.4.4074.1.3 Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya
Orang 8.109 (2017) - - 8.109 11.000 60.000

IKK.4.4074.1.4 Jumlah dokumen penyelenggaran lomba dan apresiasi UPT PAUD-


Dokumen 8 8 8 29 29 29
Dikmas
2019 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas teknis lainnya PAUD dan Dikmas
SK.4.2019.1 Terselenggaranya Layanan Dukungan Manajemen Teknis Di
Lingkungan Ditjen PAUD dan Dikmas
IKK.4.2019.1.1 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I Layanan 1 1 1 1 1
IKK.4.2019.1.2 Layanan Internal (Overhead) Layanan 1 1 1 1 1
IKK.4.2019.1.3 Layanan Perkantoran Layanan 1 1 1 1 1
SP .5.1 Meningkatnya kualitas dan relevansi hasil penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam peningkatan mutu bidang pendidikan dan kebudayaan
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan kurikulum, pembelajaran,
IKP.5.1.1 dan perbukuan untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan jumlah 119 119 133 157 185 201

Persentase rekomendasi kebijakan pendidikan dan kebudayaan yang


IKP.5.1.2 % 45,00 50,00 60,00 70,00 75,00 80,00
digunakan
Persentase ketersediaan soal yang terstandar sesuai kebutuhan bank
IKP.5.1.3 % 62,00 80,00 86,00 92,00 96,00 100,00
soal nasional
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Persentase rekomendasi kebijakan arkeologi yang dimanfaatkan
IKP.5.1.4 untuk pendidikan serta pelestarian dan pemajuan kebudayaan % - - 7,00 48,00 70,00 70,00

SP .5.2 Meningkatnya standar mutu pendidikan dan pelaksanaan Akreditasi


Persentase Sekolah/Madrasah yang terakreditasi sesuai Standar
IKP.5.2.1 % 44,00 57,00 73,00 79,00 92,00 98,00
Nasional Pendidikan (SNP)
Persentase program/satuan PAUD dan PNF yang terakreditasi sesuai
IKP.5.2.2 % 2,00 4,00 6,00 6,00 10,00 12,00
dengan SNP
Jumlah Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang digunakan untuk
IKP.5.2.3 Jumlah 8 6 6 6 6 6
peningkatan mutu pendidikan
Persentase pelaksanaan pencapaian kompetensi peserta didik sesuai
IKP.5.2.4 % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Standar Nasional Pendidikan (SNP)
SP .5.3 Penilaian kinerja penelitian dan pengembangan dikategorikan Memuaskan/Skor Sakip
IKP.5.3.1 Perolehan nilai SAKIP Balitbang Skor 70 70 74 78 82 85
2027 Penyempurnaan kurikulum, sistem pembelajaran dan perbukuan PUSKUR
Terselenggaranya proses pembelajaran yang didukung oleh
SK .5.2027.1 Kurikulum, buku, dan pembelajaran yang sesuai
kebutuhan/perkembangan
Jumlah model buku teks pelajaran sesuai kriteria untuk jenjang
IKK.5.2027.1.1 Dokumen 125 130 106 240 226 226
PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
Tersusunnya kurikulum, model pembelajaran, model buku
pendidikan, dalam memperkuat karakter, literasi, vokasi, kreativitas,
SK .5.2027.2
dan inovasi peserta didik pada jenjang PAUD, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah
Jumlah perangkat kurikulum untuk jenjang PAUD, pendidikan dasar,
IKK .5.2027.2.1 Dokumen 60 60 74 114 117 117
dan pendidikan menengah
Jumlah model pembelajaran untuk jenjang PAUD, pendidikan dasar,
IKK .5.2027.2.2 Dokumen 5 9 10 10 40 40
dan pendidikan menengah
Persentase peningkatan kapasitas dan kompetensi Pendidik dan
IKK .5.2027.2.3 Tenaga Kependidikan dalam Pengembangan Kurikulum dan % 6,00 19,00 37,00 56,00 78,00 95,00
Pembelajaran
Jumlah dokumen perencanaan dan anggaran, keuangan,
IKK.5.2027.2.4 kepegawaian, dan evaluasi kinerja yang sesuai dengan peraturan dan Dokumen 4 4 4 4 4 4
perundangan yang berlaku
IKK.5.2027.2.5 Jumlah bulan untuk layanan perkantoran Bulan 12 12 12 12 12 12
5632 Penyediaan informasi untuk perumusan kebijakan pendidikan dan kebudayaan Puslitjak
Tersedianya kebijakan yang didasarkan pada hasil penelitian
SK 5.5632.1
pendidikan dan kebudayaan
Jumlah hasil penelitian kebijakan pendidikan dan kebudayaan
IKK.5.5632.1.1 Opsi kebijakan 39 35 36 36 37 37
Jumlah dokumen perencanaan dan anggaran, keuangan,
IKK.5.5632.1.2 kepegawaian, dan evaluasi kinerja yang sesuai dengan peraturan dan Dokumen 5 4 4 4 4 4
perundangan yang berlaku
IKK.5.5632.1.3 Jumlah bulan untuk layanan perkantoran Bulan 12 12 12 12 12 12
2029 Penyediaan Informasi Hasil Penilaian Pendidikan Puspendik
Terselenggaranya pengembangan penilaian dalam mengukur mutu
SK .5.2029.1
pendidikan
IKK.5.2029.1.1 Jumlah soal yang terstandar sesuai kebutuhan bank soal nasional Soal 121.850 129.830 130.000 130.000 130.000 130.000

Jumlah satuan pendidikan yang menerapkan tes Satuan


IKK.5.2029.1.2 540 540 540 30.000 40.000 70.000
berbasis komputer (CBT) pendidikan
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKK.5.2029.1.3 Jumlah rekomendasi hasil analisis penilaian sebagai bahan kebijakan Dokumen 8 8 8 8 8 8
IKK.5.2029.1.4 Jumlah model Penilaian Pendidikan Dokumen 8 5 5 5 5 5
Jumlah dokumen perencanaan dan anggaran, keuangan,
IKK.5.2029.1.5 kepegawaian, dan evaluasi kinerja yang sesuai dengan peraturan dan Dokumen 3 4 4 4 4 4
perundangan yang berlaku
IKK.3.2029.1.6 Jumlah bulan untuk layanan perkantoran Bulan 12 12 12 12 12 12
5633 Penelitian dan pengembangan bidang arkeologi Pusat Arkeologi
SK .5.5633.1 Tersedianya hasil penelitian dan pengembangan arkeologi
Jumlah dokumen Hasil Penelitian Arkeologi lintas disiplin dan
IKK.5.5633.1.1 Dokumen 148 164 125 127 129 131
tematis
Jumlah rumah peradaban sebagai media pemanfaatan hasil penelitan
IKK.5.5633.1.2 Dokumen 6 6 10 14 18 22
arkeologi
Jumlah dokumen perencanaan dan anggaran, keuangan,
IKK.5.5633.1.3 kepegawaian, dan evaluasi kinerja yang sesuai dengan peraturan dan Dokumen 4 4 4 4 4 4
perundangan yang berlaku
IKK.5.5633.1.4 Jumlah bulan untuk layanan perkantoran Bulan 12 12 12 12 12 12
2031 Fasilitasi Standar Mutu dan Pelaksanaan Akreditasi BSNP dan BAN
SK .5.2031.1 Sekolah/Madrasah yang terakreditasi sesuai SNP
Satuan
IKK.5.2031.1.1 Jumlah Satuan Pendidikan yang diakreditasi sesuai SNP 19.000 28.000 51.140 32.550 54.000 52.368
pendidikan
Akreditasi Program/Satuan PAUD dan PNF yang terakreditasi sesuai
SK .5.2031.2
SNP
Satuan
Jumlah Program/Satuan PAUD dan PNF yang diakreditasi sesuai
IKK.5.2031.2.1 PAUD dan 920 4.757 9.631 10.835 30.000 35.000
SNP
PNF
SNP dikembangkan yang digunakan untuk Penyusunan Kebijakan
SK .5.2031.3
Peningkatan Mutu Pendidikan
Jumlah SNP yang dikembang (yang digunakan untuk Penyusunan
IKK.5.2031.3.1 SNP 6 6 6 6 6 6
Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan)
Terselenggaranya Pelaksanaan pencapaian kompetensi Peserta Didik
SK .5.2031.4
Sesuai SNP
Jumlah Peserta Didik yang dinilai Kompetensinya sesuai SNP untuk Peserta
IKK.5.2031.4.1 7.335.629 7.437.351 7.548.911 7.662.145 7.777.077 7.780.000
Peningkatan Mutu Pendidikan Didik
Sekretariat
2032 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan Litbang
Balitbang
Terselenggaranya Layanan Dukungan Manajemen Teknis Di
SK .5.2032.1
Lingkungan Badan Litbang
IKK.5.2032.1.1 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I Layanan 1 1 1 1 1 1
IKK.5.2032.1.2 Layanan Internal (Overhead) Layanan 1 1 1 1 1 1
IKK.5.2032.1.3 Layanan Perkantoran Layanan 1 1 1 1 1 1
SP.6.1 Meningkatnya Jumlah Judul Buku Pengayaan Literasi Baca
IKP 6.1.1 Jumlah Bahan Ajar Kebahasaan dan Kesastraan naskah 37 37 80 200 400 600
SP 6.2 Meningkatnya Jumlah Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional yang Mengikuti Pengujian UKBI
Jumlah Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional yang Dibina
IKP.6.2.1 orang 38434 (2017) - - 38434 39934 41434
Kemahiran Berbahasa Indonesianya
SP.6.3 Menguatnya komitmen nasional lintas-kementerian dan lembaga dalam penginternasionalan bahasa Indonesia
IKP.6.3.1 Jumlah Bahasa Terkembangkan kosakata 2.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

bahasa dan
IKP 6.3.2 Jumlah Bahasa dan Sastra Terlindungi 38 38 38 44 78 122
sastra

Jumlah Bahan Penelitian Pengembangan dan Pelindungan Bahasa


IKP 6.3.3 naskah 342 342 684 1030 1376 1722
dan Sastra
SP.6.4 Meningkatnya Pengendalian Bahasa Indonesia di Ruang Publik
Jumlah Badan Publik dan Swasta yang Terkendali Penggunaan
IKP.6.4.1 lembaga 226 226 452 678 904 1.130
Bahasanya
SP.6.5 Meningkatnya Peran Bahasa Indonesia melalui Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan di Tingkat ASEAN
IKP.6.5.1 Jumlah Bahan Pengembangan Strategi Kebahasaan naskah 10 10 18 24 28 30
IKP 6.5.2 Jumlah Akses Diplomasi Kebahasaan orang 3300 3300 6600 9900 13200 16500
SP.6.6 Menguatnya Tata Kelola dan Sistem Pengendalian Manajemen Layanan Tata Kelola Penanganan Kebahasaan
IKP 6.6.1 Nilai SAKIP Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa nilai 60 60 65 70 75 80
Sekretariat
2020 Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra
Badan Bahasa
Terselenggaranya Layanan Dukungan Manajemen Teknis Di
SK.6.2020.1
Lingkungan Badan Bahasa
IKK.6.2020.1.1 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I Layanan 1 1 1 1 1 1
IKK.6.2020.1.2 Layanan Internal (Overhead) Layanan 1 1 1 1 1 1
IKK.6.2020.1.3 Layanan Perkantoran Layanan 1 1 1 1 1 1
Pusat
2021 Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Pengembangan
dan Pelindungan
SK.6.2021.1 Meningkatnya Kosakata Bahasa Indonesia
IKK.6.2021.1.1 Jumlah kosakata Indonesia kosakata 2.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
IKK 6.2021.1.2 Jumlah Kamus kamus 10 10 20 30 40 50
SK.6.2021.2 Meningkatnya jumlah bahasa dan sastra yang terlindungi
Jumlah Bahasa dan Sastra yang Terpetakan, Terkonservasi, dan bahasa dan
IKK 6.2021.2.1 48 48 96 150 238 360
Terevitalisasi sastra
SK.6.2021.3 Meningkatnya Mutu dan Jumlah Penelitian Kebahasaan dan Kesastraan
IKK 6.2021.3.1 Jumlah Acuan Kebahasaan dan Kesastraan buku acuan 3 3 6 9 12 15
IKK 6.2021.3.2 Jumlah Penelitian Bahasa dan Sastra naskah 342 342 684 1030 1376 1722
IKK 6.2021.3.3 Jumlah Publikasi Ilmiah Bahasa dan Sastra terbitan 28 28 56 84 112 140
SK.6.2021.4 Meningkatnya Mutu dan Jumlah Bahan Ajar Pengayaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
IKK.6.2021.4.1 Jumlah Bahan dan Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra naskah 63 63 132 200 400 600
IKK.6.2021.4.2 Jumlah Naskah Terjemahan naskah 10 10 20 30 40 50
SK 6.2021.5 Meningkatnya Jumlah Instrumen Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia
IKK 6.2021.5.1 Jumlah Instrumen Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia paket soal 8 8 12 16 20 24
Pusat
2022 Pembinaan dan Pemasyarakatan Bahasa dan Sastra Indonesia
Pembinaan
SK 6.2022.1 Meningkatnya Jumlah Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional yang Terbina dalam Penggunaan Bahasa dan Sastra
Jumlah Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional yang
IKK 6.2022.1.1 orang 38434 (2017) - - 38434 39934 41434
Terbina dalam Penggunaan Bahasa dan Sastra
IKK 6.2022.1.2 Jumlah Generasi Muda Pengapresiasi Bahasa dan Sastra orang 46.584 46.584 93.168 139.752 186.336 232.920
SK 6.2022.2 Meningkatnya Jumlah Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional yang Mengikuti Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia
Jumlah Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional yang
IKK 6.2022.2.1 orang 20539 (2017) - - 20539 40539 60539
Mengikuti Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia
SK 6.2022.3 Meningkatnya Jumlah Ruang Publik yang Terkendali
IKK 6.2022.3.1 Jumlah Badan Publik yang Terkendali Penggunaan Bahasanya lembaga 113 113 226 339 452 565
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKK 6.2022.3.2 Jumlah Badan Swasta yang Terkendali Penggunaa Bahasanya lembaga 113 113 226 339 452 565
5288 Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan PPSDK
SK 6.5288.1 Meningkatnya Mutu dan Jumlah Bahan Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan
IKK 6.5288.1.1 Jumlah Pedoman Diplomasi Kebahasaan dan Kesastraan naskah 10 10 18 24 28 30
IKK 6.5288.1.2 Jumlah Kajian Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan naskah 10 10 20 30 40 50
IKK 6.5288.1.3 Jumlah Bahan Ajar BIPA naskah 6 6 12 18 24 30
IKK 6.5288.1.4 Jumlah Bahan Ajar Bahasa Asing Strategis naskah 5 5 10 15 20 25
SK 6.5288.2 Meningkatnya Mutu dan Jumlah Pemelajar Bahasa Asing Strategis
IKK 6.5288.2.1 Jumlah Pemelajar Bahasa Asing Strategis orang 400 400 800 1200 1600 2000
SK 6.5288.3 Meningkatnya Mutu dan Jumlah Pemelajar Bahasa Indonesia bagi Orang Asing
Jumlah Pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Luar
IKK 6.5288.3.1 orang 50 50 100 150 200 250
Negeri
SK 6.5288.4 Meningkatnya Mutu Laboratorium Kebinekaan
Jumlah Pengunjung Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan
IKK 6.5288.4.1 orang 300 (2016) - 300 350 400 450
Perpustakaan
Meningkatnya kompetensi guru dan tenaga kependidikan dilihat dari Kompetensi Profesional, Pedagogik, Kepribadian, dan Sosial, yang akan berdampak pada kualitas
SP.7.1
hasil belajar siswa
IKP.7.1.1 Persentase guru bersertifikat pendidik % 53,40 55,50 56,50 61,30 69,90 77,20
IKP.7.1.2 Persentase guru dan tenaga kependidikan meningkat kinerjanya % 41,70 52,90 60,30 67,70 75,10 82,40
Peningkatan nilai rata-rata kompetensi pengetahuan dan
IKP.7.1.3 Nilai 4,7 5,5 6,5 7,0 7,5 8,0
keterampilan guru dan tenaga kependidikan
Persentase guru dan tenaga kependidikan mengikuti peningkatan
IKP.7.1.4 % 15,00 32,00 41,00 42,00 43,00 44,00
kompetensi Berkelanjutan
Persentase guru dan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sesuai
IKP.7.1.5 % 75,70 76,30 77,00 77,60 78,20 78,90
standar
IKP.7.1.6 Persentase guru dan tenaga kependidikan meningkat karirnya % 6,30 11,10 12,70 14,40 16,10 17,80
IKP.7.1.7 Persentase guru dan tenaga kependidikan menerima kesejahteraan % 52,40 54,50 55,50 60,30 68,90 76,20
SP.7.2 Meningkatnya ketersediaan dan distribusi guru dan tenaga kependidikan yang merata di seluruh Kabupaten/Kota
Persentase satuan pendidikan memiliki guru dan tenaga
IKP.7.2.1 kependidikan sesuai kebutuhan berdasarkan rombel dan standar % 41,90 45,20 48,50 51,80 55,10 58,40
kurikulum
5634 Pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan PPPTK
Meningkatnya kompetensi guru dan tenaga pendidikan sesuai
SK.5634.1
bidangnya
IKK.7.5634.1.1 Jumlah guru yang meningkat kompetensi bidangnya Orang 95.511 794.995 1.157.843 1.181.000 1.204.620 1.228.712
IKK.7.5634.1.2 Jumlah Tenaga Kependidikan yang meningkat kompetensinya Orang 75.212 21.760 14.461 14.750 15.045 15.346
5635 Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Setditjen GTK
Terselenggaranya Layanan Dukungan Manajemen Teknis di
SK.7.5635.1
lingkungan Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan
IKK.7.5635.1.1 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I Layanan 1 1 1 1 1
IKK.7.5635.1.2 Layanan Internal (Overhead) Layanan 1 1 1 1 1
IKK.7.5635.1.3 Layanan Perkantoran Layanan 1 1 1 1 1
Dit. Pembinaan
5636 Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas GTK Paud dan
Dikmas
Meningkatnya profesionalisme, kompetensi dan kinerja guru dan
SK.5636.1
tenaga kependidikan PAUD dan Dikmas
IKK.7.5636.1.1 Jumlah guru TK bersertifikat pendidik Orang 95.376 106.247 111.459 135.972 180.086 217.233
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah guru dan tenaga kependidikan PAUD dan Dikmas meningkat
IKK.7.5636.1.2 Orang 8.444 10.978 14.483 16.603 18.727
kompetensinya
IKK.7.5636.1.3 Rata-rata nilai kompetensi pengetahuan dan keterampilan guru TK Nilai 4,7 5,9 6,5 7 7,5 8
Jumlah guru dan tenaga kependidikan PAUD dan Dikmas meningkat
IKK.7.5636.1.4 Orang 149.514 87.579 114.191 140.802 167.414 194.025
kinerjanya
IKK.7.5636.1.5 Jumlah Guru TK meningkat Karirnya Orang 6.808 7.608 8.408 9.208 10.008
Jumlah guru dan tenaga kependidikan PAUD dan Dikmas menerima
IKK.7.5636.1.6 Orang 91.191 103.827 104.327 104.827 105.327 105.827
kesejahteraan
IKK.7.5636.1.7 Jumlah guru TK/TPA/KB berkualifikasi S1/D4 Orang 130.648 133.472 136.296 139.120 141.944 144.768
Meningkatnya distribusi guru dan tenaga kependidikan PAUD dan
SK.5636.2
Dikmas yang merata di seluruh kabupaten/kota
Jumlah TK memiliki guru dan tenaga kependidikan sesuai kebutuhan
IKK.7.5636.2.1 SP 26.450 29.756 33.062 36.368 39.674 42.980
berdasarkan rombel dan standar kurikulum
Dit. Pembinaan
5637 Pembinaan Guru Pendidikan Dasar
Guru Dikdas
Meningkatnya profesionalisme, kompetensi dan kinerja guru
SK.7.5637.1
pendidikan dasar
IKK.7.5637.1.1 Jumlah guru Dikdas bersertifikat pendidik Orang 1.204.920 1.248.934 1.270.038 1.369.295 1.547.918 1.698.329
IKK.7.5637.1.2 Jumlah guru Dikdas meningkat kompetensinya Orang 25.810 36.135 46.460 56.785 67.110
Rata-rata nilai kompetensi pengetahuan dan keterampilan guru
IKK.7.5637.1.3 Nilai 4,7 5,6 6,5 7,0 7,5 8,0
Dikdas
IKK.7.5637.1.4 Jumlah guru Dikdas meningkat kinerjanya Orang 850.004 1.088.363 1.246.843 1.405.322 1.563.802 1.722.281
IKK.7.5637.1.5 Jumlah guru Dikdas meningkat Karirnya Orang 29.739 37.216 44.693 52.170 59.647 67.124
IKK.7.5637.1.6 Jumlah guru Dikdas menerima kesejahteraan Orang 1.000.836 1.008.836 1.016.836 1.024.836 1.032.836 1.040.836
IKK.7.5637.1.7 Jumlah guru Dikdas berkualifikasi S1/D4 Orang 1.587.894 1.598.071 1.608.248 1.618.425 1.628.602 1.638.779
Meningkatnya distribusi guru pendidikan dasar yang merata di
SK. 7.5637.2
seluruh kabupaten/kota
Jumlah satuan Dikdas memiliki guru dan tenaga kependidikan sesuai
IKK. 7.5637.2.1 SP 82.104 87.236 92.368 97.500 102.632 107.764
kebutuhan berdasarkan rombel dan standar kurikulum
Dit. Pembinaan
5638 Pembinaan Guru Pendidikan Menengah
Guru Dikmen
Meningkatnya profesionalisme, kompetensi dan kinerja guru
SK.7.5638.1
pendidikan menengah
IKK.7.5638.1.1 Jumlah guru Dikmen bersertifikat pendidik Orang 260.224 267.397 270.837 287.016 316.132 340.649
IKK.7.5638.1.2 Jumlah guru Dikmen yang meningkat kompetensinya Orang 3.789 6.014 8.239 10.464 12.689
Rata-rata nilai kompetensi pengetahuan dan keterampilan guru
IKK.7.5638.1.3 Nilai 4,7 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0
Dikmen
IKK.7.5638.1.4 Jumlah guru Dikmen meningkat kinerjanya Orang 220.003 370.003 347.197 324.391 301.585 278.779
IKK.7.5638.1.5 Jumlah guru Dikmen meningkat karirnya Orang 24.930 27.697 30.464 33.231 35.998 38.765
IKK.7.4000.1.6 Jumlah Guru Dikmen menerima kesejahteraan Orang 248.109 250.109 252.109 254.109 256.109 258.109
IKK.7.5638.1.7 Jumlah guru Dikmen berkualifikasi S1/D4 Orang 466.868 472.175 477.482 482.789 488.096 493.403
Meningkatnya distribusi guru pendidikan menengah yang merata di
SK.7. 5638.2
seluruh kabupaten/kota
Jumlah satuan Dikmen memiliki guru dan tenaga kependidikan sesuai
IKK.7. 5638.2.1 Orang 1.483 1.669 1.855 2.041 2.227 2.413
kebutuhan berdasarkan rombel dan standar kurikulum
Dit. Pembinaan
5639 Pembinaan tenaga kependidikan Dikdasmen
TK Dikdasmen
Meningkatnya profesionalisme, kompetensi dan kinerja tenaga
SK.7.5639.1
kependidikan pendidikan dasar dan menengah
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKK.7.5639.1.1 Jumlah tenaga kependidikan Dikdasmen meningkat kompetensinya Orang 21.782 1.123 1.311 1.477 1.643 1.809
Rata-rata nilai kompetensi pengetahuan dan keterampilan Tenaga
IKK.7.5639.1.2 Nilai 4,7 5,6 6,6 7,1 7,6 8,0
Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah
IKK.7.5639.1.3 Jumlah tenaga kependidikan Dikdasmen meningkat kinerjanya Orang 53.601 246.556 248.170 249.784 251.398 246.556
IKK.7.5639.1.4 Jumlah tenaga kependidikan Dikdasmen meningkat karirnya Orang 434 18.521 20.135 21.749 23.363 24.977

IKK.7.5639.1.5 Jumlah tenaga kependidikan Dikdasmen menerima kesejahteraan Orang 110 27.781 30.081 32.381 34.681 36.981
Jumlah Pengawas Sekolah Pendidikan dasar dan menengah
IKK.7.5639.1.6 Orang 400 (2015) 400 800 1.200 1.350 1.500
berkualifikasi S2
Meningkatnya distribusi pengawas dikdasmen yang merata di seluruh
SK.5639.2
kabupaten/kota
IKK.7.5639.2.1 Jumlah pengawas yang memenuhi standar SP 21.753 118.661 127.285 135.909 144.533 153.157
SP.8.1 Meningkatnya jumlah pelaku dan pengelola budaya dalam pelestarian dan pemajuan kebudayaan
Jumlah pelaku dan pengelola budaya dalam pelestarian dan
IKP.8.1.1 orang 6.102 6.102 5.722 8.106 7.471 7.572
pemajuan kebudayaan
Mewujudkan akses yang meluas, merata dan berkeadilan di bidang
SP.8.2
kebudayaan
IKP.8.2.1 Jumlah orang yang mengakses sarana dan prasarana kebudayaan orang 380.623 597.654 625.659 655.283 683.199 653.756
SP.8.3 Meningkatkan peran kebudayaan dalam hubungan antar daerah dan antar bangsa
Jumlah kerjasama kebudayaan antar daerah yang difasilitasi
IKP.8.3.1 Direktorat Jenderal Kebudayaan kerjasama 101 91 75 94 100 118

Jumlah kerjasama kebudayaan antar bangsa yang difasilitasi


IKP.8.3.2 kerjasama 32 86 103 300 409 514
Direktorat Jenderal Kebudayaan
SP.8.4 Mewujudkan mutu tata kelola kebudayaan yang efektif dan efisien
Persentase satuan kerja lingkup Ditjen Kebudayaan meningkat
IKP.8.4.1 % 93 93 94 95 95 96
kualitas layanan, manajemen sumberdaya dan tata kelolanya
Setditjen
5180 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen Kebudayaan
Kebudayaan
Terselenggaranya Layanan Dukungan Manajemen Teknis Di
SK.8.5180.1
Lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan
IKK.8.5180.1.1 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I Layanan 1 1 1 1 1 1
IKK.8.5180.1.2 Layanan Internal (Overhead) Layanan 1 1 1 1 1 1
IKK.8.5180.1.3 Layanan Perkantoran Layanan 1 1 1 1 1 1
Dit. Pelestarian
Cagar Budaya
5182 Pelestarian cagar budaya dan permuseuman
dan
Permuseuman
Meningkatnya ketersediaan sumber daya manusia kebudayaan yang
SK.8.5182.1
berkualitas dan tersertifikasi
Jumlah SDM bidang cagar budaya dan museum yang ditingkatkan
IKK.8.5182.1.1 kompetensinya orang 300 300 300 415 350 350

Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana Kebudayaan


SK.8.5182.2

Jumlah cagar budaya yang didaftarkan dalam sistem registrasi cagar


IKK.8.5182.2.1 10.615 3.030 10.033 12.000 12.100 12.100
nasional budaya
cagar
IKK.8.5182.2.2 Jumlah cagar budaya yang dilestarikan 2522 2513 1125 1027 754 700
budaya
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
IKK.8.5182.2.3 Jumlah museum yang dibangun museum 9 11 13 11 9 6
IKK.8.5182.2.4 Jumlah museum yang direvitalisasi museum 30 16 26 15 15 15
Sinergi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan dunia
SK.8.5182.3
usaha dalam pelestarian kebudayaan
Jumlah Kegiatan Cagar Budaya dan Permuseuman yang disinergikan
IKK.8.5182.3.1 antara Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kegiatan 13 10 9 22 16 16
kepentingan lainnya
Tersusunnya Naskah Rumusan Kebijakan Bidang Cagar Budaya dan
SK.8.5182.4
Museum
Jumlah Naskah Rumusan Kebijakan Bidang Cagar Budaya dan
IKK.8.5182.4.1 dokumen 22 22 5 22 15 15
Museum yang disusun
Terselenggaranya Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen
SK.8.5182.5 dan Tata Kelola Bidang Cagar Budaya dan Museum

Jumlah Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen dan Tata


IKK.8.5182.5.1 layanan 1 1 1 1 1 1
Kelola Bidang Cagar Budaya dan Museum
5183 Pembinaan Kesenian Dit. Kesenian
Meningkatnya ketersediaan sumber daya manusia kebudayaan yang
SK .8.5183.1
berkualitas dan bersertifikat
IKK.8.5183.1.1 Jumlah sertifikat SDM kesenian yang diterbitkan orang 241 241 305 120 130 130
SK .8.5183.2 Pelestarian karya seni
IKK.8.5183.2.1 Jumlah Kesenian yang dilestarikan karya seni 2 45 6 5 8 11
SK .8.5183.3 Revitalisasi dan Penguatan Program Taman Budaya/Pusat Kesenian
taman
IKK.8.5183.3.1 Jumlah Taman Budaya/Pusat Kesenian Yang direvitalisasi 15 9 13 4 8 9
budaya
Jumlah Taman Budaya/Pusat Kesenian yang dikuatkan Programnya taman
IKK.8.5183.3.2 9 9 13 4 8 9
budaya
SK .8.5183.4 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana Kesenian
IKK.8.5183.4.1 Jumlah sekolah yang difasilitasi Sarana Kesenian sekolah 138 500 200 220 220 500
IKK.8.5183.4.2 Jumlah sekolah yang difasilitasi Laboratorium Seni sekolah 21 17 7 5 5 16
SK .8.5183.5 Meningkatnya kegiatan kesenian di masayarakat
IKK.8.5183.5.1 Jumlah Kegiatan Kesenian di masyarakat yang difasilitasi laporan 92 85 92 70 70 276
SK .8.5183.6 Meningkatnya pengetahuan siswa terhadap kesenian
26,400
IKK.8.5183.6.1 Jumlah siswa yang mengikuti Gerakan Seniman Masuk Sekolah siswa - - 26.400 26.400 26.400
(2017)
IKK.8.5183.6.2 Jumlah Siswa yang mengikuti Belajar Bersama Maestro siswa 80 80 149 225 300 300
Sinergi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan dunia
SK .8.5183.7
usaha dalam pelestarian kebudayaan
Jumlah Kegiatan Kesenian yang disinergikan antara Pemerintah,
IKK.8.5183.7.1 pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya kegiatan 15 42 18 18 23 30

SK .8.5183.8 Tersusunnya Naskah Rumusan Kebijakan Bidang Kesenian


Jumlah Naskah Rumusan Kebijakan Bidang Kesenian yang disusun
IKK.8.5183.8.1 dokumen 2 9 - - 1 3
Tersusunnya Naskah Pengembangan Kompetensi Tenaga Kesenian
SK .8.5183.9
IKK.8.5183.9.1 Jumlah Naskah Pengembangan Tenaga Kesenian dokumen 1 - - 1 1 4
Terselenggaranya Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen
SK .8.5183.10
dan Tata Kelola Bidang Kesenian
Jumlah Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen dan Tata
IKK.8.5183.10.1 layanan 1 1 1 1 1 1
Kelola Bidang Kesenian
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
5184 Pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan tradisi Dit. Kepercayaan
Meningkatnya ketersediaan sumber daya manusia kebudayaan yang
SK .8.5184.1
ditingkatkan kompetensinya
Jumlah Tenaga Bidang Kepercayaan dan Tradisi yang ditingkatkan
IKK.8.5184.1.1 orang 500 500 600 720 750 800
kompetensinya
IKK.8.5184.1.2 SDM Kepercayaan dan Tradisi yang Diinternalisasi orang 2.000 2,000 2,000 2,500 3,400 3,450
SK .8.5184.2 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana Kebudayaan
komunitas
IKK.8.5184.2.1 Jumlah Komunitas Budaya yang Difasilitasi 216 173 175 180 180 180
budaya
IKK.8.5184.2.2 Jumlah Desa Adat yang Direvitalisasi desa adat 15 118 118 120 120 120
Jumlah Publikasi Kepercayaan dan Tradisi yang dicetak dalam rangka
IKK.8.5184.2.3 pengkayaan pengetahuan kepercayaan dan tradisi dokumen 55 55 60 60 65 70

Menguatnya sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,


SK .8.5184.3 masyarakat, dan dunia usaha dalam pelestarian kebudayaan

IKK.8.5184.3.1 Jumlah event kepercayaan dan tradisi yang merupakan kerjasama event 16 5 6 8 10 10
pemerintah pusat,layanan
Terselenggaranya pemerintah daerah,
dalam rangkamasyarakat,
pendukungandanmanajemen
swasta
SK .8.5184.4 dan tata kelola di bidang kepercayaan terhadap Tuhan YME dan
tradisi
Jumlah layanan dalam rangka pendukungan manajemen dan tata
IKK.8.5184.4.1 kelola bidang kepercayaan terhadap Tuhan YME dan tradisi layanan 1 1 1 1 1 1

5185 Pengembangan Sejarah Dit. Sejarah


Meningkatnya Kompetensi Sumber daya Manusia Bidang
SK .8.5185.1
Kesejarahan yang Berkualitas
Jumlah SDM Bidang Kesejarahan yang ditingkatkan Kompetensinya
IKK.8.5185.1.1 orang 1700 1700 1748 1787 1825 1864

IKK.8.5185.1.2 Jumlah Pegiat Sejarah yang Menerima Anugerah/ Penghargaan orang 10 10 12 13 15 16


IKK.8.5185.1.3 Jumlah Tenaga Kesejarahan yang Terstandarisasi orang 763 763 773 790 810 830
Meningkatnya pengetahuan sejarah yang mendukung penguatan
SK .8.5185.2
pendidikan karakter
IKK.8.5185.2.1 Jumlah Buku Sejarah yang disusun dan ditulis buku 22 33 34 35 36 37
Meningkatnya event sejarah yang diapresiasi oleh masyarakat
SK .8.5185.3
IKK.8.5185.3.1 Jumlah event sejarah yang diapresiasi oleh masyarakat event 33 40 42 43 48 50
SK .8.5185.4 Meningkatnya Komunitas Kesejarahan yang menerima fasilitasi
jumlah
IKK.8.5185.4.1 Jumlah Komunitas Kesejarahan yang Difasilitasi 55 55 60 70 80 90
komunitas
SK .8.5185.5 Meningkatnya Informasi dan Basis Data Kesejarahan
IKK.8.5185.5.1 Jumlah Data Sejarah yang Diinventarisir dan Dikelola dokumen 9 15 20 25 30 35
SK .8.5185.6 Tersusunnya Naskah Rumusan Kebijakan Bidang Kesejarahan
Jumlah Naskah Rumusan Kebijakan Bidang Kesejarahan yang Disusun
IKK.8.5185.6.1 dokumen 1 2 3 3 7 8
Terselenggaranya Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen
SK .8.5185.7
dan Tata Kelola di bidang Kesejarahan
Jumlah Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen dan Tata
IKK.8.5185.7.1 layanan 1 1 1 1 1 1
Kelola Bidang Kesejarahan
5186 Pengelolaan Warisan dan Diplomasi Budaya Dit. WDB
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya kompetensi pelaku dan pengelola kebudayaan bidang
SK.8.5186.1
pengelolaan warisan dan diplomasi budaya
Jumlah Penerima Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi
IKK.8.5186.1.1 orang 100 100 100 100 100 100
Jumlah SDM warisan dan diplomasi budaya yang ditingkatkan
IKK.8.5186.1.2 orang 100 100 240 240 320 320
kompetensinya
Meningkatnya akses masyarakat dalam pengelolaan warisan dan
SK.8.5186.2
diplomasi budaya
warisan
IKK.8.5186.2.1 Jumlah Warisan Budaya yang Ditetapkan dan Dinominasikan 58 121 150 204 254 304
budaya
Jumlah Event Pengelolaan Warisan dan Diplomasi Budaya yang
IKK.8.5186.2.2 Event 32 28 22 23 46 47
Diapresiasi Masyarakat
Meningkatnya komunikasi dan kolaborasi budaya antar daerah dan
SK.8.5186.3
antar bangsa
Jumlah Partisipasi Indonesia dalam Forum Internasional Bidang
IKK.8.5186.3.1 orang 32 401 301 320 350 360
Kebudayaan
Terselenggaranya Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen
SK.8.5186.4 dan Tata Kelola di bidang warisan dan diplomasi budaya

Jumlah Dokumen dan NSPK Bidang Pengelolaan Warisan dan


IKK.8.5186.4.1 dokumen 1 - - - 43 43
Diplomasi Budaya
Jumlah Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen dan Tata
IKK.8.5186.4.2 layanan 1 1 1 1 1 1
Kelola Bidang Warisan dan Diplomasi Budaya
5181 Pelestarian dan Pengelolaan dan Peninggalan Purbakala (UPT BPCB) UPT BPCB
Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana Kebudayaan
SK .8.5181.1
Jumlah cagar budaya yang dilestarikan (termasuk didalamnya Cagar
cagar
IKK.8.5181.1.1 Budaya yang dilindungi, dikembangkan dan dimanfaatkan) 3.038 5.734 5.738 5.738 5.738 5.738
budaya
Pembebasan lahan dan Pensertifikatan situs cagar budaya milik
IKK.8.5181.1.2 dokumen 7 4 4 4 15 16
masyarakat
Sinergi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan dunia
SK .8.5181.2
usaha dalam pelestaraian kebudayaan
IKK .8.5181.2.1 Jumlah event internalisasi cagar budaya Event 362 (2017) - - 362 362 370
Terselenggaranya Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen
SK .8.5181.3 dan Tata Kelola di bidang Cagar Budaya dan Purbakala

IKK.8.5181.3.1 Jumlah naskah hasil kajian pelestarian cagar budaya dokumen 96 77 95 95 95 95


Jumlah Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen dan Tata
IKK.8.5181.3.2 layanan 1 1 1 1 1 1
Kelola Bidang Cagar Budaya dan Purbakala
5179 Pelestarian Nilai Budaya (UPT BPNB) UPT BPNB
SK .8.5179.1 Meningkatnya Pemanfaatan dan Pembinaan Nilai Budaya
368 event
IKK.8.5179.1.1 Jumlah Event internalisasi nilai budaya event 19481 orang 19481 orang 368 400 400
(2017)
SK .8.5179.2 Meningkatnya Pelindungan dan Pengembangan Nilai Budaya
IKK.8.5179.2.1 Jumlah Dokumen pelestarian nilai budaya dokumen 168 363 306 237 222 222
karya
IKK.8.5179.2.2 Jumlah Karya budaya yang diinventarisasi 980 695 990 742 842 1100
budaya
IKK.8.5179.2.3 Jumlah Naskah hasil kajian pelestarian nilai budaya naskah 140 116 124 151 154 154
Terselenggaranya Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen
SK .8.5179.3
dan Tata Kelola Pelestarian Nilai Budaya
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran kegiatan (Output)/Indikator Target Alokasi (Rp Miliar)
Satuan Baseline Unit Pelaksana
Kegiatan (IKSS,IKP,IKK)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen dan Tata
IKK.8.5179.3.1 layanan 1 1 1 1 1 1
Kelola Pelestarian Nilai Budaya
5178 Pengelolaan Permuseuman (UPT Museum) UPT Museum
SK .8.5178.1 Terlaksananya pengelolaan koleksi museum
Jumlah koleksi museum yang dikelola (termasuk Koleksi museum
IKK.8.5178.1.1 koleksi 61.290 76.448 78.050 78.600 79.150 79.700
yang direinventarisasi dan diakuisisi)
Meningkatnya fungsi museum sebagai sarana edukasi dan rekreasi
SK .8.5178.2

IKK.8.5178.2.1 Masyarakat yang mengapresiasi museum orang 178.296 309.347 330.697 350.697 375.697 400.697
IKK.8.5178.2.2 Jumlah museum yang direvitalisasi museum 1 1 2 2 2 2
museum
IKK.8.5178.2.3 Museum nasional yang dibangun dan ditata (M2/non akumulatif) 56.189 56.189 56.189 56.189 56.189 -
(M2)
SK .8.5178.3 Meningkatnya Kajian Pengembangan Permuseuman
Jumlah kajian pengembangan permuseuman (tata pameran,
IKK.8.5178.3.1 naskah 25 26 29 28 30 35
pengunjung, dan koleksi)
Terselenggaranya Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen
SK .8.5178.4
dan Tata Kelola Bidang Permuseuman
Jumlah Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen dan Tata
IKK.8.5178.4.1 layanan 1 1 1 1 1 1
Kelola Bidang Permuseuman
5172 Pengembangan Galeri Nasional Galeri nasional
SK .8.5172.1 Terlaksananya Kreativitas dan apresiasi di Bidang Karya Seni Rupa
IKK.8.5172.1.1 Jumlah Masyarakat yang Mengapresiasi Galeri Nasional orang 515 515 630 640 650 675
SK .8.5172.2 Terlaksananya sarana dan prasarana Galeri Nasional
Pengembangan dan Perluasan Kawasan Galeri Nasional (M2)
IKK.8.5172.2.1 galeri (M2) 3,100 (2019) - - - - 3.100
Terlaksananya Pelestarian Karya Seni Rupa Sebagai Aset Budaya
SK .8.5172.3
Bangsa
IKK.8.5172.3.1 Jumlah Karya Seni Rupa yang Dikelola koleksi 1.776 1.788 1.388 1.038 1.073 1.210
SK .8.5172.4 Terlaksananya kerjasama di Bidang Karya Seni Rupa
IKK.8.5172.4.1 Jumlah Kerjasama Antar Instansi kerjasama 24 8 10 11 12 13
Terselenggaranya Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen
SK .8.5172.5
dan Tata Kelola Galeri Nasional
Jumlah Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen dan Tata
IKK.8.5172.5.1 layanan 1 1 1 1 1 1
Kelola Galeri Nasional

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

Salinan sesuai dengan aslinya MUHADJIR EFFENDY


Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Karo hukor Tgl Karo PKLN Tgl SAM Regulasi Tgl Sesjen Tgl

TTD.

Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001
SALINAN LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN
NOMOR 12 TAHUN 2018
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 22
TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TAHUN 2015-2019

KERANGKA REGULASI
Target
Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Unit Terkait/
No. Penyelesaia
dan/atau Kebutuhan Regulasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian Penanggungjawab Institusi
n
1. Penyempurnaan/revisi Undang- Menyesuaikan pasal-pasal yang sudah tidak Biro Hukum
Undang Nomor 20 Tahun 2003 relevan lagi dengan peraturan perundangan dan Organisasi,
tentang Sistem Pendidikan yang lebih tinggi (RSBI, dan Pendanaan 20% Badan Penelitian DPR,
2018
Nasional diluar gaji pendidik) serta menambahkan dan Pengembangan Kementerian
substansi yang belum diakomodasikan (wajib Hukum dan Hak
belajar 12 tahun) Asasi Manusia
2. Rancangan Peraturan Pemerintah Agar dalam pelestarian, pengembangan, dan Badan
tentang pelestarian cagar budaya pemanfaatan cagar budaya mempunyai dasar Penelitian dan
hukum yang kuat dan jelas sehingga mudah di Pengembangan,
Direktorat Jenderal
implementasikan Biro Hukum 2018
Kebudayaan
dan Organisasi,
DPR,
Kementerian
Target
Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Unit Terkait/
No. Penyelesaia
dan/atau Kebutuhan Regulasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian Penanggungjawab Institusi
n
Hukum dan Hak
Asasi Manusia
3. Rancangan Peraturan Pemerintah Agar dalam pengembangan, dan pemanfaatan Badan
tentang museum museum mempunyai dasar hukum yang kuat Penelitian dan
dan jelas sehingga mudah di implementasikan Pengembangan,
Biro Hukum
Direktorat Jenderal
dan Organisasi, 2018
Kebudayaan
DPR,
Kementerian
Hukum dan Hak
Asasi Manusia
4. Rancangan Peraturan Pemerintah Agar ada pembagian kewenangan dan Badan
tentang pengelolaan guru tanggungjawab yang jelas dalam pengelolaan Penelitian dan
guru, baik yang bersifat urusan wajib, urusan Pengembangan,
pilihan maupun urusan bersama yang dilakukan Direktorat Jenderal Biro Hukum
oleh pemerintah dan pemerintah daerah Guru dan Tenaga dan Organisasi, 2016
Kependidikan DPR,
Kementerian
Hukum dan Hak
Asasi Manusia
5. Perumusan peraturan Supaya ada acuan yang jelas mengenai Unit
perundangan tentang public- mekanisme public-private partnership dalam Utama, DPR,
private partnership dlm pembangunan pendidikan Biro Hukum dan Kementerian
2018
pembangunan pendidikan Organisasi Hukum dan Hak
Asasi Manusia
Target
Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Unit Terkait/
No. Penyelesaia
dan/atau Kebutuhan Regulasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian Penanggungjawab Institusi
n
6. Peraturan perundangan tentang Membantu pemerintah dalam melaksanakan Unit
pembentukan Lembaga Akreditasi akreditasi satuan pendidikan, lembaga maupun Utama, DPR,
Biro Hukum dan
Mandiri (LAM) program studi Kementerian 2019
Organisasi
Hukum dan Hak
Asasi Manusia
7. Peraturan perundangan tentang Memperjelas fungsi dan fungsi lembaga Unit
institusionalisasi komite/dewan komite/dewan pendidikan nasional dalam Utama, DPR,
Biro Hukum dan
pendidikan nasional mendukung pembangunan dikbud Kementerian 2018
Organisasi
Hukum dan Hak
Asasi Manusia
8. Peraturan perundangan untuk Memperjelas kewenangan dan tanggungjawab
memungkinkan penyediaan dikbud dalam menyalurkan block grant secara Unit
bantuan secara tepat sasaran, jumlah dan waktu serta Utama, DPR,
Biro Hukum dan
berkesinambungan kepada satuan memperkecil resiko terjadinya pelanggaran Kementerian 2016
Organisasi
pendidikan baik negeri maupun peraturan perundangan Hukum dan Hak
swasta melalui mekanisme block Asasi Manusia
grant
9. Peraturan perundangan terkait Memperjelas kewenangan dan tanggungjawab
dengan upaya peningkatan mengenai penyediaan guru dan
Unit
efesiensi pemanfaatan anggaran penganggarannya yang dibebankan secara
Utama, DPR,
pendidikan terutama berkaitan proposional kepada pemerintah dan
Biro Keuangan Kementerian 2016
dengan penyediaan guru pemerintah daerah serta komitmen dlm
Hukum dan Hak
peningkatan profesionalisme & kinerja guru
Asasi Manusia
Target
Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Unit Terkait/
No. Penyelesaia
dan/atau Kebutuhan Regulasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian Penanggungjawab Institusi
n
10. Penyusunan peraturan Mempermudah dalam pembinaan dan Unit
pelaksanaan sebagai tindak lanjut pengembangan serta pembangunan Utama, DPR,
Peraturan Pemerintah Nomor 24 perpustakaan baik di satuan pendidikan Kementerian
Biro Hukum dan
Tahun 2014 tentang pelaksanaan maupun K/L Hukum dan Hak 2019
Organisasi
Undang-Undang Nomor 43 Tahun Asasi Manusia,
2007 tentang Perpustakaan Perpustakaan
Nasional
11. Penyiapan rencana strategis Memudahkan dalam mengkoordinasikan
Unit
terpadu pendidikan 2015-2019 kebijakan, program, kegiatan dan
Utama, DPR,
(seluruh K/L pelaksana fungsi penganggaran untuk pelaksanaan fungsi
Biro Perencanaan Kementerian 2016
pendidikan) pendidikan serta kesepakatan indikator sasaran
Hukum dan Hak
pembangunan pendidikan nasional yang akan
Asasi Manusia
dicapai dalam kurun waktu 2015-2019
12. Penyiapan peraturan perundangan Memperjelas kewenangan dan tanggungjawab Unit
untuk pembentukan Dewan serta tugas dan fungsi Dewan Pendidikan Utama, DPR,
Biro Hukum dan
Pendidikan tingkat pusat, provinsi tingkat pusat, provinsi dan kab/kota Kementerian 2016
Organisasi
dan kab/kota Hukum dan Hak
Asasi Manusia
13. Meninjau kembali dan bila perlu Pemenuhan beban mengajar guru 24 jam – 40
revisi Undang-Undang Nomor 14 jam tatap muka perlu dievaluasi ulang Unit
Tahun 2005 tentang Guru dan mengingat: Direktorat Jenderal Utama, DPR,
Dosen a. Kebutuhan jam mengajar guru dalam Guru dan Tenaga Kementerian 2016
struktur kurikulum setiap Mapel berbeda. Kependidikan Hukum dan Hak
b. Tuntutan pemenuhan jam mengajar guru Asasi Manusia
berakibat guru harus mengajar di beberapa
Target
Arah Kerangka Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Unit Terkait/
No. Penyelesaia
dan/atau Kebutuhan Regulasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian Penanggungjawab Institusi
n
tempat bagi guru yang secara struktur
kurikulum jamnya sedikit.
14. Meninjau kembali dan Revisi Pelaksanaan sertifikasi guru, pemberian Direktorat Jenderal
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Guru dan Tenaga Unit
tunjangan guru dan pengaturan terhadap
Tahun 2005 tentang Guru Kependidikan Utama, DPR,
pemenuhan beban kerja guru perlu
Kementerian 2016
disempurnakan
Hukum dan Hak
Asasi Manusia

15. Regulasi Kepmendikbud terkait Sampai dengan saat ini masih terdapat lebih Direktorat Jenderal Unit
pelaksanaan sertifikasi guru yang dari 300 ribu guru yang diangkat pada tahun Guru dan Tenaga Utama, DPR,
diangkat setelah tahun 2006 Kependidikan Kementerian 2016
2006 ke atas yang perlu diatur proses
pelaksanaan sertifikasi nya Hukum dan Hak
Asasi Manusia

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MUHADJIR EFFENDY
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

TTD.

Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001

Anda mungkin juga menyukai