Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

di

APOTEK KESHIA FARMA


MEDAN

Disusun oleh:

SRI WAHYUNICHA, S.Farm


NIM 2050107

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

di

APOTEK KESHIA FARMA


MEDAN

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
pada Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Disusun oleh:
SRI WAHYUNICHA, S.Farm
2050107

Pembimbing,

Staf Pengajar Fakultas Farmasi Apoteker Perseptor


Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Apotek Keshia Farma Medan

apt. Dewi Kartika, S.Farm Apt. Imelda Ferendina, S.Si., M.Farm.


NPP. 06.19.12.03.1996 No. SIPA: 445/45660/XI/2016

Medan, 30 April 2021


Fakultas Farmasi
Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
Dekan.

Apt. Romauli Anna Teresia Marbun, S.Farm., M.Si


NPP. 06.15.12.08.1991
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi

Apoteker di Apotek Keshia Farma, Medan. Shalawat beserta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, kiblat dalam perjalanan kita

sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.

Praktek Kerja Profesi Apoteker ini merupakan salah satu syarat dalam

mengikuti Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Institut Kesehatan

Medistra Lubuk Pakam untuk memperoleh gelar Apoteker. Terlaksananya Praktek

Kerja Profesi Apoteker ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu apt. Romauli Anna Teresia Marbun,

S.Farm., M.Si, selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk

Pakam, kepada Bapak apt. Ahmad Syukur Hasibuan, M.Farm sebagai Ketua

Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Institut Kesehatan

Medistra Lubuk Pakam, Ibu apt. Imelda Ferendina, S.Si,. M.Farm selaku

pembimbing dan Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA) serta Pemilik

Sarana Apotek (PSA) Apotek Keshia Farma, kepada Ibu apt. Dewi Kartika,

S.Farm selaku Pembimbing yang telah berkenan memberikan arahan, bimbingan

dan berbagi pengalamannya kepada penulis selama melaksanakan Praktek Kerja

Profesi Apoteker hingga selesainya penulisan laporan ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu Staf

Pengajar Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Institut Kesehatan

iii
Medistra Lubuk Pakam yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan

kepada penulis, seluruh karyawan di Apotek Keshia Farma atas kerja sama dan

bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan Praktik Kerja Profesi

Apoteker ini.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan tak

terhingga kepada almarhum Ayah saya, Ibu, Paman dan Bibi, dan semua pihak

atas doa, kasih sayang, nasihat dukungan baik moril maupun materil, dan teman-

teman yang telah mendukung dalam doa. Tak lupa juga kepada teman-teman satu

tim dalam melaksanakan praktek kerja profesi yang telah bekerja sama dengan

baik selama masa praktek kerja profesi di Apotek Keshia Farma.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Mei 2021


Penulis

Sri Wahyunicha, S.Farm


2050107

iv
RINGKASAN

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Farmasi Komunitas di Apotek

Keshia Farma yang berlokasi di Jalan A.R Hakim No. 300 Medan, telah

dilaksanakan pada tanggal 02 Maret 2021 hingga 30 April 2021. Praktik Kerja

Profesi Apoteker ini dilaksanakan dalam upaya untuk memberikan perbekalan,

keterampilan dan keahlian kepada calon apoteker dengan melihat secara

langsung cara pengelolaan suatu apotek serta peran dan tugas apoteker

penanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek.

Kegiatan ini bertujuan agar calon apoteker mampu mengelola apotek

secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kaidah-

kaidah profesi yang berlaku.

Kegiatan PKPA di Apotek Keshia Farma, yang dilakukan meliputi

melihat dan mempelajari bagaimana pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan

farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan. Sedangkan

pelayanan farmasi klinik meliputi Pengkajian resep, dispensing, Pelayanan

Informasi Obat (PIO), konseling, dan swamedikasi. Selain itu juga sistem

penyusunan obat di apotek, pendataan perbekalan farmasi dan masa kadaluarsa

obat, penyiapan resep tunai serta pencatatan stok obat yang habis pada buku

pesanan.

v
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
RINGKASAN ......................................................................................... v
DAFTAR ISI............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan...................................................................................... 3
1.3 Manfaat Kegiatan..................................................................... 3
1.4 Pelaksanaan Kegiatan.............................................................. 3
BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK .................................................. 4
2.1 Definisi, Tugas dan Fungsi Apotek......................................... 4
2.2 Peran, Tugas dan Fungsi Apoteker.......................................... 4
2.3 Persyaratan Pendirian Apotek.................................................. 7
2.4 Perizinan Apotek...................................................................... 8
2.5 Pengelolaan Apotek................................................................. 9
2.5.1 Sumber Daya Manusia..................................................... 9
2.5.2 Sarana dan Prasarana....................................................... 10
2.6 Ruang Lingkup Pelayanan Kefarmasian di Apotek................. 13
2.6.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai .......................................................... 12
2.6.1.1 Perencanaan ...................................................... 12
2.6.1.2 Pengadaan.......................................................... 12
2.6.1.3 Penerimaan........................................................ 12
2.6.1.4 Penyimpanan .................................................... 12
2.6.1.5 Pemusnahan ...................................................... 13
2.6.1.6 Pengendalian .................................................... 13
2.6.1.7 Pencatatan dan Pelaporan ................................. 14
2.6.2 Pelayanan Farmasi Klinik.............................................. 14
2.6.2.1 Pengkajian Resep.............................................. 15
2.6.2.2 Dispensing......................................................... 15
2.6.2.3 Pelayanan Informasi Obat................................. 16
2.6.2.4 Konseling.......................................................... 17
2.6.2.5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah.................... 18
2.6.2.6 Pemantauan Terapi Obat................................... 19
2.6.2.7 Monitoring Efek Samping Obat........................ 19
2.7 Aspek Bisnis............................................................................ 20
2.7.1 Lokasi............................................................................... 20
2.7.2 Pembelian......................................................................... 20
2.7.3 Penjualan.......................................................................... 21

vi
2.7.4 Analisis Keuangan............................................................... 22
2.7.5 Perpajakan........................................................................ 25
BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK KESHIA FARMA................. 27
3.1 Sejarah Apotek...................................................................... 27
3.2 Lokasi Apotek....................................................................... 27
3.3 Struktur Organisasi dan Personalia....................................... 27
3.4 Sarana dan Prasarana............................................................. 28
3.5 Pengelolaan dan Perbekalan Farmasi ................................... 31
3.5.1 Pengadaan Perbekalan Farmasi..................................... 31
3.5.2 Penyimpanan dan Penataan........................................... 33
3.6 Pelayanan Kefarmasian di Apotek........................................ 33
3.7 Administrasi dan Pelaporan................................................... 34
3.7.1 Pajak ........................................................................... 35
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................... 36
4.1 Lokasi Apotek ...................................................................... 36
4.2 Pelayanan/Penjualan ............................................................ 36
4.3 Manajemen Apotek............................................................... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 39
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 39
5.2 Saran ..................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40
LAMPIRAN ..................................................................................... 41

vii
DAFTAR GAMBAR

3.1 Struktur Organisasi Apotek Keshia Farma.................................. 26

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1 Formulir surat pesanan Narkotika…………………................. 58


2 Formulir Surat Pesanan Psikotropika........................................ 59
3 Formulir Surat Pesanan Prekursor............................................. 61
4 Formulir Surat Pesanan………………..................................... 62
5 Formulir Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu………………..... 63
6 Copy resep Apotek Keshia Farma ............................................ 64
7 Etiket......................................................................................... 65
8 Denah Lokasi Apotek Keshia Farma ....................................... 66
9 Denah Ruangan Apotek Keshia Farma..................................... 67
10 Laporan Penggunaan Narkotika Bulan Maret
Secara Online............................................................................ 70
11 Laporan Penggunaan Psikotropika Bulan Maret
Secara Online............................................................................ 72

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan manusia sehingga

menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu bangsa (Presiden RI, 2009).

Kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip

nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan

sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing

bangsa bagi pembangunan nasional (Presiden RI, 2009).

Pelayanan kesehatan adalah suatu upaya yang diselenggarakan secara

sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Depkes

RI, 2009).

Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah apotek, yang merupakan

sarana pelayanan tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker, dalam hal

ini fungsi apoteker adalah melakukan pekerjaan kefarmasian yaitu pembuatan

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

1
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,

pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan

obat, bahan obat dan obat tradisional dengan maksud untuk mencapai hasil yang

pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden RI, 2009).

Apoteker merupakan tenaga kesehatan profesional yang banyak

berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai sumber informasi obat

(Bahfen, 2006). Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) selain bertindak

sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian, juga harus mengelola apotek

sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada

pihak-pihak yang memiliki kepentingan tanpa harus menghilangkan fungsi

sosialnya di masyarakat (Presiden RI, 2009).

Pelayanan kefarmasian di apotek, menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 73 tahun 2016, dinyatakan bahwa pelayanan kefarmasian

pada saat ini telah mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care).

Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi dua kegiatan yaitu kegiatan yang

bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik (Menkes RI, 2016).

Berdasarkan hal tersebut, maka Program Studi Profesi Apoteker (PSPA)

Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam bekerja sama dengan

berbagai apotek di Medan dalam menyelenggarakan kegiatan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA), salah satunya adalah Apotek Keshia Farma yang

berlokasi di Jalan A.R Hakim No. 300 Medan, agar calon apoteker dapat

mengetahui dan melihat secara langsung pengelolaan apotek dan pelayanan

kefarmasian di apotek.

2
1.2 Tujuan

PKPA di apotek bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan

tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.

b. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,

keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian

di apotek.

c. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga

farmasi yang profesional.

d. Memberi gambaran tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek

1.3 Manfaat Kegiatan

a. Mengetahui dan memahami tugas serta tanggung jawab apoteker dalam

mengelola apotek.

b. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek.

c. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di apotek

d. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional

1.4 Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek

Keshia Farma yang berlokasi di Jalan A.R Hakim No. 300 Medan, dilaksanakan

mulai tanggal 02 Maret 2021 hingga 30 April 2021.

3
BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Definisi, Tugas, dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek, apotek adalah sarana pelayanan

kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker, sedangkan pengertian

pelayanan kefarmasian itu sendiri adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab

kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang

pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apotek merupakan tempat bagi apoteker

dalam melaksanakan pengabdian profesi berdasarkan keilmuan, tanggung jawab dan etika

profesi (Menkes RI, 2016).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Apotek, tugas dan fungsi

apotek adalah sebagai berikut:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

b. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan

masyarakat secara meluas dan merata

2.2 Peran, Tugas dan Fungsi Apoteker

Peran apoteker menurut WHO dikenal dengan "Nine Stars of Pharmacist", yaitu:

a. Care Giver (memberikan pelayanan yang baik)

Apoteker sebagai pengelola apotek dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang

profesional harus dapat menerapkan pelayanannya dalam sistem pelayanan kesehatan

dan profesi lainnya secara keseluruhan sehingga dihasilkan sistem pelayanan kesehatan

yang berkesinambungan (Mashuda, 2011).

b. Decision Maker (mengambil keputusan secara profesional)


4
Pada tingkat lokal dan nasional apoteker memainkan peran dalam penyusunan

kebijaksanaan obat-obatan. Dalam hal ini apoteker dituntut sebagai penentu keputusan

harus mampu mengambil keputusan yang tepat, berdasarkan pada efikasi, efektifitas dan

efisiensi terhadap penggunaan sumber daya yang tepat, bermanfaat, aman dan tepat guna

seperti SDM, obat-obatan, bahan kimia, alat kesehatan, prosedur dan pelayanan

(Mashuda, 2011).

c. Communicator (berkomunikasi dengan baik)

Apoteker merupakan posisi ideal untuk mendukung hubungan antara dokter dan pasien

dan untuk memberikan informasi kesehatan dan obat-obatan pada masyarakat. Apoteker

harus memiliki ilmu pengetahuan dan rasa percaya diri serta memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya (Mashuda, 2011).

d. Leader (pemimpin)

Sebagai leader mampu menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multi disiplin.

Apoteker harus mampu menjadi pemimpin, yaitu mampu mengambil keputusan yang

tepat dan efektif, serta mampu mengelola hasil keputusan tersebut dan bertanggung

jawab (Mashuda, 2011).

e. Manager (kemampuan dalam mengelola sumber daya)

Apoteker harus mempunyai kemampuan mengelola sumber daya (manusia, fisik dan

anggaran) dan informasi secara efektif, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang

lain dalam tim kesehatan (Mashuda, 2011).

f. Long Life Learner (selalu belajar sepanjang hidup)

Apoteker harus selalu belajar, baik pada jalur formal maupun informal sepanjang

kariernya dan menggali informasi terbaru sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki

selalu baru (uptodate) (Mashuda, 2011).

g. Teacher (membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan


5
pengetahuan)

Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih sumber daya yang

ada, membagi ilmu pengetahuan pada yang lainnya, tapi juga memberi peluang pada

praktisi lainnya untuk memperoleh pengetahuan dan menyesuaikan keterampilan yang

telah dimilikinya (Mashuda, 2011).

h. Researcher (kemampuan untuk meneliti/ilmuan)

Apoteker harus dapat menggunakan sesuatu yang berdasarkan bukti (ilmiah, praktik

farmasi, sistem kesehatan) yang efektif dalam memberikan nasehat pada pengguna obat

secara rasional dalam tim pelayanan kesehatan. Dengan berbagi pengalaman apoteker

dapat juga berkontribusi pada bukti dasar dengan tujuan mengoptimalkan dampak dan

perawatan pasien. Sebagai peneliti, apoteker dapat meningkatkan akses dan informasi

yang berhubungan dengan obat pada masyarakat dan tenaga profesi kesehatan (Mashuda,

2011).

i. Entrepreneur (pengusaha)

Seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun berwirausaha dalam mengembangkan

kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat. Misalnya dengan mendirikan

perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan, baik skala kecil maupun

skala besar, mendirikan apotek, serta bisnis tanaman obat (Mashuda, 2011).

Menurut Anief (2000), Apoteker di apotek mempunyai tanggung jawab sebagai

berikut:

1. Tanggung jawab terhadap obat yang diberikan melalui resep. Apoteker harus mampu

menjelaskan tentang obat kepada pasien mengenai cara pakai, reaksi efek samping obat

yang mungkin timbul, stabilitas obat, toksisitas, dosis, rute pemakaian obat.

6
2. Tanggung jawab apoteker untuk memberi informasi pada masyarakat dalam pemakaian

obat bebas dan bebas terbatas. Apoteker menentukan apakah pengobatan sendiri dari

penderita itu dapat diberikan obatnya atau disarankan untuk berkonsultasi ke dokter.

2.3 Persyaratan Pendirian Apotek

Apoteker dapat mendirikan apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik

modal baik perorangan maupun perusahaan. Apoteker yang mendirikan apotek dengan

bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan

sepenuhnya oleh apoteker yang bersangkutan (Menkes RI, 2017).

Ketentuan mengenai persyaratan pendirian apotek yang harus dipenuhi di dalam

Permenkes RI No. 9 tahun 2017 diantaranya:

1. Lokasi

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran apotek di wilayahnya

dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.

2. Bangunan

Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam

pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang

termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia. Bangunan apotek harus

bersifat permanen dan dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan,

apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.

3. Sarana, prasarana dan peralatan

Bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:

a. Ruang penerimaan resep

b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)

c. Ruang penyerahan obat

7
d. Ruang konseling

e. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

f. Ruang arsip

Prasarana apotek paling sedikit terdiri atas instalasi air bersih, instalasi listrik, sistem tata

udara, dan sistem proteksi kebakaran. Peralatan apotek meliputi rak obat, alat peracikan,

bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi

obat, formulir catatan pengobatan pasien yaitu catatan mengenai riwayat penggunaan

sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan

pelayanan apoteker yang

diberikan kepada pasiendan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.

4. Ketenagaan

Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan apotek dapat dibantu oleh apoteker

lain, tenaga teknis kefarmasian dan/atau tenaga administrasi. Apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan (Menkes RI, 2017).

2.4 Perizinan Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 tahun 2018 tentang Surat Izin

Apotek (SIA), dinyatakan bahwa pendirian apotek harus memenuhi syarat yaitu:

a. Apotek diselenggarakan oleh pelaku usaha perseorangan. Pelaku usaha perseorangan

sebagaimana dimaksud yaitu apoteker.

b. Persyaratan untuk memperoleh izin apotek disertai dengan kelengkapan dokumen

administrasi yang harus menelusuri aplikasi online single submission (OSS) dikirim

melalui situs online, meliputi:

 Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA);


8
 Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA);

 Denah bangunan;

 Daftar sarana danprasarana, dan

 Berita acara pemeriksaan (Menkes RI, 2018).

Pengertian Online Single Submission (OSS)

Perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik atau Online Single Submisson yang

selanjutnya disingkat sebagai OSS adalah perizinan berusaha yang diterbitkan oleh lembaga

OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur atau bupati/ walikota

kepada pelaku usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

Prosedur menggunakan OSS:

- Membuat User-ID,

- Log-in ke sistem www.oss.co.id menggunakan User-Id,

- Mengisi data untuk memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB),

Contoh data meliputi:

a. Nomor Induk Kependudukan

b. Bentuk Badan Usaha

Manfaat Online Single Submission (OSS) :

1. Mempermudah pengurusan perizinan berusaha untuk di tingkat pusat maupun daerah

dengan mekanisme pemenuhan komitmen persyaratan izin.

2. Memfasilitasi pelaku usaha untuk terhubung dengan semua stalke holder dan

memperoleh izin secara aman, cepat dan real time.

3. Memfasilitasi pelaku usaha dalam melakukan pelaporan dan pemecahan masalah

perizinan dalam satu tempat.

9
4. Memfasilitasi pelaku usaha untuk menyimpan data perizinan dalam satu identitas

berusaha (NIB).

2.5 Pengelolaan Apotek

2.5.1 Sumber Daya Manusia

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, bahwa Pelayanan Kefarmasian di Apotek

diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/atau tenaga

teknis kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin

Kerja. Dalam melakukan

Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus memenuhi kriteria:

1. Persyaratan administrasi

a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi.

b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).

c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku.

d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA).

2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.

3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan dan mampu memberikan pelatihan yang

berkesinambungan.

4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri, baik melalui

pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan atau mandiri.

5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan perundang-undangan,

sumpah Apoteker, standar profesi (standar pendidikan, standar pelayanan, standar

kompetensi dan kode etik) yang berlaku (Menkes RI, 2016).

2.5.2 Sarana dan Prasarana

10
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, bahwa apotek harus mudah diakses oleh

masyarakat. Sarana dan prasarana apotek dapat menjamin mutu sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta kelancaran praktik pelayanan kefarmasian.

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan Kefarmasian di

Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi:

1. Ruang penerimaan resep

Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat penerimaan resep, 1

(satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer. Ruang penerimaan Resep

ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.

2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)

Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas meliputi rak-

rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan sekurang-kurangnya

disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral) untuk

pengenceran, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan,

blanko salinan resep, etiket dan label obat. Ruang ini diatur sedemikian agar mendapatkan

cahaya dan sirkulasi udara yang baik atau cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin

ruangan (air conditioner).

3. Ruang penyerahan obat

Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat digabungkan dengan

ruang penerimaan resep.

4. Ruang konseling

Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi konseling, lemari

buku, buku-buku referensi, poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling dan

formulir catatan pengobatan pasien.


11
5. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembapan,

ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Ruang

penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari obat, pendingin ruangan (AC), lemari

pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan

obat khusus, pengukur suhu.

6. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan kefarmasian

dengan jangka waktu tertentu (Menkes RI, 2016).

2.6 Ruang Lingkup Pelayanan Kefarmasian di Apotek

2.6.1 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan

sesuai ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan

(Menkes RI, 2016).

2.6.1.1 Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan

masyarakat.

2.6.1.2 Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan Sediaan farmasi

harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.

2.6.1.3 Penerimaan

12
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,

jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi

fisik yang diterima.

2.6.1.4 Penyimpanan

a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian

atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya

kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-

kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.

b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin

keamanan dan stabilitasnya.

c. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi

obat serta disusun secara alfabetis.

d. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First

Out).

2.6.1.5 Pemusnahan

a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.

Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika dan psikotropika

dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Keshatan Kabupaten/Kota.

Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan

disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin

kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.

b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.

Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas

lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan

13
berita acara pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

2.6.1.6 Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai

kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan

pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,

kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian

persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.

Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan,

jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

2.6.1.7 Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),

penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota/struk penjualan)

dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan

pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang

dan laporan lainnya.

Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan meliputi pelaporan narkotika dan

psikotropika (Menkes RI, 2016).

2.6.2 Pelayanan Farmasi Klinik

Menurut Permenkes No.73 tahun 2016, pelayanan farmasi klinik di apotek

merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada

pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan
14
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan

farmasi klinik tersebut meliputi:

1. pengkajian resep;

2. dispensing;

3. pelayanan informasi obat (PIO);

4. konseling;

5. pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care);

6. pemantauan terapi obat (PTO); dan

7. monitoring efek samping obat (MESO).

2.6.2.1 Pengkajian Resep

Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan

pertimbangan klinis.

1. Kajian administratif meliputi:

a. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;

b. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf;

c. tanggal penulisan Resep.

2. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:

a. bentuk dan kekuatan sediaan;

b. stabilitas; dan

c. kompatibilitas (ketercampuran obat).

3. Pertimbangan klinis meliputi:

a. ketepatan indikasi dan dosis obat;

b. aturan, cara dan lama penggunaan obat;

c. duplikasi dan/atau polifarmasi;

d. reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain);
15
e. kontra indikasi; dan

f. interaksi.

Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus

menghubungi dokter penulis Resep (Menkes RI, 2016).

2.6.2.2 Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat. Setelah

melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:

a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep

b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan

c. Memberikan etiket

d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang berbeda.

Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:

a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan

kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta

jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep).

b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.

c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.

d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.

e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan obat.

f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik.

g. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.

h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh Apoteker (apabila

diperlukan).

i. Menyimpan resep pada tempatnya.

j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien

16
Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan swamedikasi.

Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat non resep untuk

penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai (Menkes RI,

2016).

2.6.2.3 Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker

dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan

dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain,

pasien atau masyarakat. informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal.

Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda

pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan

penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,

harga, sifat fisika dan sifat kimia dari obat.

Kegiatan Pelayanan Informasi obat di Apotek meliputi:

a) Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;

b) Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat

(penyuluhan);

c) Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;

d) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang sedang

praktek profesi;

e) Melakukan penelitian penggunaan obat;

f) Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;

g) Melakukan program jaminan mutu.

Pelayanan Informasi obat harus didokumentasikan untuk membantu penelusuran

kembali dalam waktu yang relatif singkat (Menkes RI, 2016).

17
2.6.2.4 Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk

meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi

perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi

pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila

tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief

Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah

memahami obat yang digunakan.

Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:

a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil

dan menyusui).

b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi).

c. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid

dengan tappering down/off).

d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, teofilin).

e. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk indikasi penyakit yang

sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit

yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.

f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah (Menkes RI, 2016).

2.6.2.5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan pelayanan

kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah (home pharmacy care), khususnya untuk

kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.

Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh apoteker, meliputi :
18
a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan

b. Identifikasi kepatuhan pasien.

c. Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya

d. Cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin.

e. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.

f. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat berdasarkan catatan

pengobatan pasien.

g. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah.

2.6.2.6 Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan proses yang memastikan bahwa seorang

pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi

dan meminimalkan efek samping.

Kriteria pasien:

a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

b. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.

c. Adanya multi diagnosis.

d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

e. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.

f. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang merugikan.

2.6.2.7 Monitoring Efek Samping Obat

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau

tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan

profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis (Menkes RI, 2016).

Kegiatan:
19
a. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami efek samping

obat.

b. Mengisi formulir monitoring efek samping obat (MESO).

c. Melaporkan ke pusat MESO nasional (Menkes RI, 2016).

Faktor yang perlu diperhatikan:

a. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.

b. Ketersediaan formulir monitoring efek samping obat (Menkes RI, 2016).

2.7 Aspek Bisnis

2.7.1 Lokasi

Banyak faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan lokasi

suatu usaha. Sebagai faktor yang digunakan sebagai dasar pertimbangan ialah pasar. Pasar

merupakan masalah yang tidak boleh diabaikan dan pula faktor pembeli harus diperhitungkan

terlebih dahulu. Oleh karena itu hendaklah diperhitungkan lebih dulu:

a. Ada tidaknya apotek lain

b. Letak apotek yang akan diidirikan, mudah tidaknya pasien untuk parkir kendaraannya

c. Jumlah penduduk

d. Jumlah dokter

e. Keadaan sosial ekonomi rakyat setempat.

Selain itu perlu dipertimbangkan ada tidaknya fasilitas kesehatan lain seperti: rumah

sakit, puskesmas, poliklinik. Sebab tempat-tempat tersebut juga memberi obat langsung pada

pasien (Anief, 2014).

2.7.2 Pembelian

Berhasil atau tidaknya usaha tergantung pada kebijaksanaan pembelian. Cara

melakukan pembelian dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

a. Pembelian dalam jumlah terbatas (Hand to mouth buying)


20
Pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan jangka pendek, misalnya satu minggu.

Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh

dari apotek.

b. Pembelian secara spekulasi

Pembelian ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan

harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau

bonus.

c. Pembelian berencana

Cara pembelian ini erat berhubungan dengan pengendalian persediaan barang (Anief, 2014).

2.7.3 Penjualan

Macam penjualan di apotek:

a. penjualan obat melalui resep

b. penjualan umum atau penjualan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat OWA atas

petunjuk Apoteker. Penjualan umum ini perlu pemberian informasi atau penjelasan

secara profesional mengenai cara penggunaan obatnya, penjualan dilakukan dengan

nota.

c. Penjualan alat kesehatan, laboratorium, bahan kimia.

d. Penjualan kepada Dokter/Poliklinik dan langganan (kredit)

e. Pemberian harga, dapat diatur sebagai berikut:

- berupa resep obat racikan (dibuat di apotek)

i. harga pembelian bahan dikalikan tiga (3)

ii. + harga tetap

iii. + harga pengemas (1,2 x harga pembelian)

iv. uang tambahan bila ada obat daftar narkotika

v. uang servis pada hari libur lebih besar dari hari biasa
21
- berupa resep obat jadi (paten) dibuat di pabrik

i. harga jual obat (HJA = 1,4 X HNA)

ii. + harga tetap bila ada obat daftar G

iii. + uang tambahan bila ada daftar narkotik

iv.+ harga pengemas (1,2 x harga pembelian)

v. + uang servis, pada hari libur lebih besar dari hari biasa

- penjualan obat bebas umumnya kalkulasi adalah 1,1 x harga pembelian ditambah

embalase kalau diperlukan embalase

f. Penunjang penjualan yang perlu diperhatikan (promosi)

Ruang tunggu diatur dengan baik, tempat duduknya yang baik, menyenangkan,

penerangan cukup pada malam hari, pelayanan yang ramah, baik dan cepat. Harga obatnya

tidak mahal dan persediaan obat yang lengkap. Informasi obat yang jelas. Promosi dengan

hadiah tidak dilakukan, karena tidak dibenarkan dalam etika farmasi (Anief, 2014).

2.7.4 Analisis Keuangan

Keuangan merupakan faktor penentu, perlu adanya sistem kontrol dan pembagian

tugas. Bendahara mengontrol dan menerima setoran dari kasir di bagian muka apotek

mengenai hasil penjualan tunai dan adari adminitrasi piutang hasil tagihan piutang. Kontrol

pemasukan uang, bendahara dibantu administrasi mengontrol tagihan piutang dan dari

penjualan tunai harian, pengontrolan dapat menggunakan alat kas register.

Dalam mengadakan analisa finansil di apotek digunakan:

1. untuk kelangsungan hidup apotek dengan analisa B.E.P = Break Even Point

Fc

B.E.P = 1 - Vc

TR

Fc = Fixed Cost (biaya tetap)


22
Vc = Variable Cost (biaya variabel)

TR = Total revenue (hasil penjualan)

2. Untuk perkembangan apotek digunakan analisa “Return on Investment” (R.O.I)

R.O.I = N.P.

T.I.

N.P = net profit

T.I. = total investment

Hasilnya dibanding jasa modal umurnya (Anief, 2014)

2.7.5 Perpajakan

Apotek sebagai tempat usaha, mempunyai kewajiban terhadap negara berupa pajak,

pelaporan pemakaian narkotik dan psikotropik dan kewajiban terhadap tenaga kerjanya.

Pajak adalah suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian dari hasil

kekayaan atau penghasilannya kepada negara, menurut peraturan perundang-undangan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat (Umar,

2011).

Adapun jenis pajak yang harus disetorkan ke kas negara antara lain (Umar, 2011):

1. Pajak yang dipungut oleh negara (pemerintah pusat) seperti pajak pertambahan nilai

(PPN), pajak penghasilan (PPh), pajak bumi dan bangunan (PBB).

2. Pajak yang dipungut oleh daerah seperti pajak reklame/iklan (papan nama apotek), pajak

kendaraan bermotor, surat keterangan izin tempat usaha dan retribusi sampah.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan

nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Tarif PPN yang

dikenakan secara umum untuk semua barang dan jasa yang kena pajak adalah 10% (Presiden

RI, 2009).

23
Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak atas gaji/upah/honorium, imbalan jasa dan

lainnya yang dibayarkan kepada orang pribadi, terhutang pemberi kerja, jabatan dan

hubungan kerja lainnya yang dilakukan di Indonesia (Presiden RI, 2009).

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi

dan atau bangunan. Objek PBB adalah bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di

pedalaman serta laut wilayah Indonesia (contoh: sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan

dan tambang) dan bangunan yang dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan

Indonesia (contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat

perbelanjaan, pagar, dermaga, taman, jalan tol dan kolam renang) (Presiden RI, 1985).

24
BAB III

TINJAUAN KHUSUS APOTEK KESHIA FARMA

3.1 Sejarah Apotek

Apotek Keshia Farma didirikan pada tahun 2005. Apotek Keshia Farma

merupakan Apotek milik perseorangan. Apotek ini dikelola oleh seorang

Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) sekaligus Pemilik Sarana Apotek

(PSA) yaitu Ibu apt. Imelda Ferendina, S.Si., M.Farm. dengan SIPA No.:

445/45660/XI/2016

3.2 Lokasi Apotek

Apotek Keshia Farma berlokasi di Jalan A.R Hakim No. 300 Medan.

Lokasi Apotek Keshia Farma tergolong strategis karena terletak dipemukiman

padat penduduk dan ditepi jalan raya sehingga mudah dijangkau dan dilalui oleh

kendaraan umum dan juga terdapat beberapa rumah sakit, tempat praktik dokter

dan klinik bidan disekitarnya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 9 Tahun 2017 yang menyatakan bahwa persebaran apotek di suatu

wilayah harus memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan

kefarmasian.

25
3.3 Struktur Organisasi dan Personalia

Apotek Keshia Farma dikelola oleh apt. Imelda Ferendina, S.Si., M. Farm.

selaku Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) sekaligus Pemilik Sarana

Apotek (PSA). Kegiatan diapotek dilakukan setiap hari mulai pukul 08:00 WIB

sampai dengan pukul 22:30 WIB dimana pengaturan kerja dibagi dalam dua shift,

yaitu shift pagi dan shift sore. Struktur organisasi Apotek Keshia Farma dapat

dilihat di bawah ini

26
Apoteker Penanggung jawab
Apotek (APA) dan PSA

Pelayanan Farmasi Administrasi

Pelayanan Penjualan
Pembelian Keuangan
Resep Bebas

Gambar 1. Struktur organisasi Apotek Keshia Farma Medan

3.4 Sarana dan Prasarana

Ditinjau dari tata ruangnya, apotek terdiri dari 2 lantai. Kegiatan pelayanan

di apotek dilakukan di lantai 1 yang dilengkapi dengan kipas angin dan

penerangan lampu yang baik. Pada lantai 1 apotek dilengkapi dengan kamera

CCTV dimana kameranya dipasang pada beberapa titik ruang apotek yang

bertujuan untuk memantau situasi atau keadaan di apotek. Apotek juga dilengkapi

dengan generator sehingga kegiatan pelayanan resep tidak terganggu ketika listrik

padam.

Pengaturan tata ruang ini ditujukan untuk kelancaran kegiatan di apotek

dan kenyamanan pasien. Pembagian ruang yang terdapat di dalam apotek antara

lain :

a. Ruang Tunggu

27
Ruang tunggu terdapat di sebelah kiri dan kanan pintu masuk apotek.

Ruang ini dilengkapi dengan tempat duduk sehingga dapat memberikan

kenyaman bagi pasien yang menunggu.

28
b. Ruang penerimaan resep, penyerahan obat dan pelayanan obat Over The

Counter

Ruang penyerahan obat digabungkan dengan ruang penerimaan resep

dan pelayanan obat OTC. Ruang penerimaan resep berada bersamaan

dengan bagian over the counter. Ruang penerimaan Resep ditempatkan pada

bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien Bagian pelayanan resep

ini dipisahkan oleh counter yang tidak terlalu tinggi. Bagian pelayanan obat

Over The Counter terdiri dari perbekalan kesehatan yang dapat dibeli secara

bebas tanpa resep dokter. Area OTC terletak dekat pintu masuk dan mudah

terlihat dari ruang tunggu, menyediakan obat bebas, obat bebas terbatas,

obat herbal, vitamin dan suplemen, alat kesehatan, perawatan tubuh,

perawatan bayi, makanan dan minuman ringan serta produk susu. Produk-

produk ditata dan disusun sedemikian rupa berdasarkan bentuk sediaan obat

dan efek farmakologis.

c. Ruang Penyimpanan Obat dan Ruang Peracikan

Ruang penyimpanan obat terletak di bagian belakang tempat

penerimaan resep dan penyerahan obat. Ruang penyimpanan obat juga

dibedakan atas obat generik pada ruang penyimpanan bagian kanan, produk

paten pada ruang penyimpanan bagian kiri, narkotika & psikotropika pada

lemari khusus, dan obat-obatan yang harus disimpan di kulkas (suhu

dingin).

Pada ruangan penyimpanan untuk obat generik dan paten terdapat

lemari yang terdiri dari banyak rak dimana obat tersusun sedemikian rupa

sehingga mudah untuk disimpan dan dijangkau pada saat penyiapan,

29
peracikan dan pengemasan. Setiap jenis obat tersusun rapi pada rak obat.

Penataan obat disusun berdasarkan bentuk sediaan dan cara pemakaian

(sediaan padat; setengah padat; cair oral; cair tetes mata, hidung, telinga;

topikal; dan preparat mata). Penyusunan obat dilakukan secara alfabetis agar

mempermudah dalam pencarian dan penyimpanan obat dan di beri label

pada setiap rak nya.

Ruang peracikan menyatu dengan ruang penyimpanan obat,

dilengkapi dengan fasilitas untuk peracikan seperi meja dan kursi untuk

tempat peracikan lumpang dan alu, bahan baku, bahan pengemas seperti

cangkang kapsul, kertas perkamen, kertas pembungkus puyer, wadah plastic

air minum (air mineral) untuk pengenceran, sendok obat, bahan pengemas

obat, lemari pendingin, blanko salinan resep, kwitansi, etiket dan label obat.

Ruang ini diatur sedemikian dan mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara

yang baik atau cukup, dan dilengkapi dengan kipas angin. Pada ruang

peracikan ini dilakukan kegiatan penimbangan, pencampuran, peracikan dan

pengemasan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter.

d. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai

Ruang penyimpanan ini terletak di bagian paling belakang sesudah

ruang penyimpanan obat paten dan generik dilengkapi dengan rak/lemari

obat.

e. Kasir

Bagian kasir terdapat di bagian tengah ruangan apotek yang menjadi

tempat pembayaran baik pembelian obat dengan resep maupun tanpa resep.
30
f. Ruang penunjang lainnya

Ruang ini terdiri atas toilet, ruang penyimpanan arsip resep.

3.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

3.5.1 Pengadaan perbekalan farmasi

Proses pengadaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan pembelian,

pelaksanaan pembelian dan pemantauan hasil pembelian.

a. Perencanaan pembelian

Perencanaan pembelian dilakukan dengan menetapkan jenis dan jumlah

barang yang akan dipesan/dibeli dengan memperhatikan kebutuhan pada ruang

peracikan dan penjualan bebas yang disesuaikan dengan permintaan masyarakat,

menentukan pemasok dengan mempertimbangkan legalitasnya, kondisi pembelian

dan pembayaran yang diberikan dan juga kecepatan pengiriman barang.

Perencanaan pembelian dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. setiap perbekalan farmasi yang berkurang atau telah habis dicatat dalam

buku kosong yang diketahui dari pemeriksaan rutin yang dilakukan setiap

hari terhadap resep dan penjualan bebas;

2. dicek apakah ada atau tidak stok barang di gudang;

3. menetapkan jumlah barang yang akan dibeli disesuaikan dengan sifat barang

laku atau tidaknya barang di apotek (fast moving atau slow moving);

4. barang yang sudah dipastikan untuk dibeli dicatat dalam buku pemesanan,

kemudian buku diletakkan di meja depan apotek.

b. Pengadaan barang

31
Pembelian perbekalan farmasi di Apotek Keshia Farma dilakukan dengan

cara pemesanan melalui perantara PBF yang datang ke apotek setiap hari. PBF

32
yang datang ke apotek dapat melihat perbekalan farmasi yang dibutuhkan apotek pada

buku pesanan yang diletakkan di tempat penjualan bebas. Kemudian PBF akan datang

kembali membawa obat yang dipesan, biasanya siang atau sore hari. Jika PBF tidak

hadir atau ada barang yang tidak dapat disediakan oleh PBF, maka pihak apotek akan

menghubungi pemasok yang lain melalui telepon untuk menanyakan ketersediaan

barang yang dibutuhkan.

Untuk pembelian narkotika dan psikotropika dilakukan dengan

menggunakan surat pesanan khusus narkotika dan psikotropika. Untuk

psikotropika ditujukan pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang

menyediakannya dan ditandatangani oleh APA. Untuk narkotika, pemesanan

ditujukan langsung ke PBF Kimia Farma Medan dengan menggunakan Surat

Pesanan Narkotika (Formulir N-9) rangkap 5 yang ditandatangani APA yaitu satu

lembar pesanan untuk satu item pesanan narkotika sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015. Surat pesanan narkotika dapat dilihat

pada Lampiran1 pada halaman 79.

c. Pemantauan hasil pembelian

Pemantauan hasil pembelian dilakukan sebagai berikut :

1. Petugas menerima barang dari pemasok disertai dengan surat pengantar

barang (faktur) dan surat pesanan.

2. Dilakukan pemeriksaan yang meliputi :

a. Menyesuaikan faktur dengan barang yang diterima dalam hal jumlah,

jenis, keadaan, masa kadaluwarsa, kesesuaian harga, potongan harga yang

telah disepakati, nama perusahaan pemasok.

33
b. Meminta penjelasan pemasok apabila keadaan barang tidak sesuai dengan

yang diinginkan sebagaimana tertulis dalam faktur untuk segera dikoreksi.

3. Bila sesuai, petugas menandatangani faktur dan membubuhkan stempel

apotek. Satu lembar copy faktur sebagai pertinggal untuk apotek dan faktur

asli beserta copy faktur lainnya dikembalikan pada petugas pengantar barang.

4. Setelah barang diterima, barang dikarantina sementara dengan meletakkannya

di tempat tertentu untuk kemudian diperiksa kembali dan diberi harga.

3.5.2 Penyimpanan dan penataan

Apotek Keshia Farma mempunyai gudang khusus untuk penyimpanan

barang. Stok barang dalam jumlah yang banyak disimpan dalam rak-rak tertentu.

Penyusunan barang di Apotek Keshia Farna dilakukan berdasarkan bentuk

sediaan secara alfabetis, dan berdasarkan efek farmakologi obat dengan

menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Exprired First

Out) sesuai dengan PMK No. 73 Tahun 2016. Barang dagangan yang terdapat di

etalase depan adalah obat-obat yang dapat dijual bebas tanpa resep dokter, obat

tradisional, kosmetika dan alat-alat kesehatan.

Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika di simpan di lemari khusus

dan terkunci sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015,

sedangkan obat-obat seperti supositoria, insulin dan tetes mata disimpan dalam

lemari pendingin.

3.6 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Keshia Farma

Kegiatan pelayanan di Apotek Keshia Farma Medan berupa pelayanan

resep tunai, pelayanan swamedikasi dan pelayanan penjualan bebas.

34
a. Pelayanan resep

35
Pelayanan terhadap resep dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. asisten apoteker menerima resep kemudian apoteker memeriksa kelengkapan

resep dari pasien dan diteruskan ke ruang peracikan;

2. pengecekan ketersediaan obat;

3. penetapan harga obat dalam resep dan diberitahukan kepada pasien;

4. ditanya kepada pasien apakah setuju untuk membeli semua obat atau tidak.

Jika setuju maka disiapkan obatnya, diracik untuk obat yang memerlukan

peracikan, lalu diberi etiket, diperiksa kembali dan dikemas;

5. obat diberikan di ruang depan (bagian penjualan) kemudian diperiksa kembali

kelengkapan dan ketepatan obat yang diberikan dengan yang tertulis di resep,

serta penulisan etiketnya;

6. penyerahan obat kepada pasien disertai dengan penjelasan/pelayanan

informasi tentang obat yang ada pada resep obat tersebut;

7. pembeli membayarkan harga resep. Jika dibutuhkan, diberikan kuitansi dan

copy resep pada pasien, sedangkan resep asli disimpan sebagai arsip.

b. Pelayanan obat bebas atau swamedikasi

Pelayanan obat bebas dilakukan sebagai berikut :

1. asisten apoteker di ruang penjualan menerima permintaan barang dari pasien

dan menginformasikan harga;

2. jika pasien yang datang dengan keluhan menderita suatu penyakit maka

Apoteker Pengelola Apotek atau Asisten Apoteker membantu memilih obat

yang sesuai dengan penyakit yang dikeluhkan dengan disertai informasi

36
tentang obat yang digunakan;

3. bila harga sesuai maka barang diserahkan dan pasien membayarnya.

37
3.7 Administrasi dan Pelaporan

Administrasi apotek harus dikelola dengan baik dan benar sehingga

apabila suatu saat diperlukan dokumen tersebut dapat ditujukan sebagai bahan

pengawasan, pertanggungjawaban dan sebagai bahan pembantu bagi apoteker

pengelola apotek dalam mengambil keputusan.

Petugas administrasi melaksanakan pencatatan :

1. Administrasi pembukuan mencatat arus uang dan arus barang terdiri dari:

a. Buku pembelian, mencatat semua barang yang diterima dari pemasok

b. Buku penjualan, mencatat omset penjualan barang baik dari resep

maupun dari penjualan non resep

c. Buku pemesanan barang mencatat barang yang diperlukan untuk dipesan

kepada pemasok

2. Administrasi pelaporan yaitu pelaporan narkotika dan psikotropika melalui

aplikasi SIPNAP (sipnap.kemkes.go.id) paling lambat tanggal 10 setiap

bulannya sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015.

3.7.1Pajak

Adapun jenis pajak yang harus disetorkan oleh Apotek Keshia Farma

adalah

- Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen

ke Apotek Keshia Farma. Tarif PPN yang dikenakan adalah 10%, hal ini

sesuai dengan UU Nomor 42 Tahun 2009.

- Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak atas gaji/upah/honorium, imbalan


38
jasa dan lainnya yang dibayarkan kepada orang pribadi, terhutang pemberi

kerja, jabatan dan hubungan kerja lainnya.

39
- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang

dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan. Objek PBB

adalah bangunan tempat usaha yaitu Apotek Keshia Farma

sesuai dengan UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan.

- Pajak yang dipungut oleh daerah dari Apotek Keshia Farma

adalah pajak reklame/iklan (papan nama apotek), pajak

kendaraan bermotor, surat keterangan izin tempat usaha dan

retribusi sampah.
BAB IV

PEMBAHASAN

Apotek Keshia Farma merupakan salah satu tempat dilakukannya

pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.

Selain mempunyai fungsi ekonomi, apotek juga memiliki fungsi sosial yaitu

selalu mengutamakan pelayanan yang baik. Hal ini dilakukan baik untuk

pelayanan resep maupun tanpa resep (penjualan bebas), diutamakan keamanan

dan kemanjuran obat-obat tersebut terhadap pasien (patient oriented).

4.1 Lokasi Apotek

Pemilihan lokasi Apotek Keshia Farma sangat tepat yaitu terletak di

kawasan yang strategis di jalan A.R Hakim No. 300. Lokasi apotek terletak di

kawasan padat penduduk dan berada tidak jauh dari persimpangan jalan yang

biasanya menjadi tempat masyarakat menunggu angkutan umum dari berbagai

arah. Di sekitar apotek juga terdapat pusat keramaian seperti sekolah dan wisma

yang sering digunakan sebagai tempat resepsi pernikahan. Selain itu di sekitar

apotek juga terdapat beberapa tempat praktik dokter, klinik dan rumah sakit.

Lokasi yang strategis ini memudahkan apotek dalam menarik pengunjung. . Hal

ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 yang

menyatakan bahwa persebaran apotek di suatu wilayah harus memperhatikan

akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.

Apotek Keshia Farma dipimpin oleh seorang Apoteker Penanggungjawab

Apotek yaitu apt. Imelda Ferendina, S.Si., M. Farm. dalam melaksanakan

tugasnya, Apoteker Penanggungjawab Apotek dibantu oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri kesehatan nomor 73 tahun

5
2016 yang menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian di apotek diselenggarakan

oleh apoteker, dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/atau tenaga teknis

kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat

Izin Kerja.

4.2 Pelayanan/penjualan

Pelayanan resep dan swamedikasi dilakukan langsung oleh apoteker pada

pasien. Namun apoteker tidak selamanya bisa berada di apotek untuk melayani

pasien. Untuk itu apoteker mendelegasikan tugas pelayanan tersebut kepada

tenaga teknis kefarmasian yang terlatih. Pelayanan di Apotek Keshia Farma

dilakukan dengan cepat dan ramah oleh para karyawannya.

Salah satu tanggung jawab dari apoteker di apotek sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 73 tahun 2016 adalah melakukan pelayanan farmasi

klinik. Namun pelayanan ini belum sepenuhnya bisa dilaksanakan. Pelayanan

farmasi klinik yang bisa dilakukan di Apotek Keshia Farma masih berupa

pelayanan resep, dispensing, penyampaian informasi obat dan konseling kepada

pasien yang langsung dilakukan oleh apoteker penanggungjawab apotek dibantu

oleh tenaga teknis kefarmasian.

Secara umum, pelayanan di Apotek Keshia dapat dikategorikan baik. Hal

ini dapat dilihat dari kecepatan pelayanan dan keramahan para karyawan.

Beberapa strategi yang dilakukan oleh Apotek Keshia Farma dalam meningkatkan

daya saing terhadap apotek lain yaitu dengan melengkapi persediaan obat,

melayani resep dengan cepat dan tepat, serta meningkatkan mutu pelayanan

dengan memberikan informasi penting lainnya tentang obat kepada pasien secara

jelas, meliputi cara pemakaian obat, indikasi obat, efek samping obat dan lama
6
pemberian obat. Pelayanan yang cepat dan tepat dapat membuat pasien merasa

dihargai, sedangkan bagi apotek hal tersebut dapat menarik pelanggan atau pasien

yang lebih banyak untuk datang ke apotek.

4.3 Manajemen Apotek

Apotek merupakan suatu bisnis yang harus dikelola dengan baik agar

memperoleh keuntungan guna menutupi beban biaya operasional sehingga apotek

tetap dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Akan tetapi dalam kegiatannya,

bisnis apotek juga tidak melupakan fungsi sosialnya dalam mendistribusikan

perbekalan farmasi (khususnya obat) kepada masyarakat, sehingga keberadaan

apotek turut membantu pemerintah dalam memelihara dan menjaga kesehatan

masyarakat. Seorang apoteker diberi kepercayaan untuk mengelola apotek dengan

tujuan agar pendistribusian dan penggunaan perbekalan farmasi di masyarakat

dapat terkendali.

Pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Keshia Farma dilakukan

menurut prosedur yang terdiri dari: perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, penjualan, pengendalian, pemusnahan dan pelaporan. Hal ini sesuai

dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian. Pengadaan dilakukan berdasarkan kebutuhan pada ruang

racikan dan pembelian bebas, yang disesuaikan dengan memperhatikan sifat

sediaan farmasi tersebut, apakah fast moving atau slow moving sehingga dapat

mengurangi terjadinya penumpukan obat-obat yang menyebabkan kadaluarsa.

Penanganan perbekalan farmasi dilakukan oleh apoteker yang juga bertindak

sebagai Pemilik Sarana Apotek dibantu oleh karyawan-karyawan lainnya.

Pengelolaan perbekalan farmasi masih secara manual, belum secara


7
komputerisasi sehingga data ketersediaan produk dan kuantitasnya

tidak dapat dipastikan dengan cepat dan pasti. Apabila seseorang

pasien menginginkan suatu jenis produk tertentu maka harus

menunggu tenaga teknis kefarmasian melakukan pengecekan manual

untuk mengetahui ketersediaan dan kuantitasnya.

Pelaksanaan penyimpanan sediaan farmasi dilakukan

berdasarkan stabilitas sediaan, bentuk sediaan, efek farmakologi,

abjad, dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan

FEFO (First Expire First Out) sesuai dengan PMK No. 73 Tahun

2016. Penyusunan obat umunya sudah dilakukan dengan baik, namun

untuk sediaan generik belum tertata cukup baik. Hal tersebut

disebabkan oleh faktor tempat penyimpanan yang kecil dan frekuensi

permintaan obat yang sangat sering (fast moving), sehingga petugas

sulit untuk menyusunnya sesuai dengan pengelompokan di atas.


37
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Apoteker sebagai pengelola apotek memiliki peran, fungsi dan tanggung jawab yang

sangat penting dalam pengelolaan segala aspek di apotek, yaitu meliputi kegiatan

manajerial dan pelayanan farmasi klinis.

b. Pelayanan kefarmasian di Apotek Keshia Farma sudah dilaksanakan dengan baik,

meliputi pengelolaan sediaan farmasi alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta

pelayanan farmasi klinis.

c. Peningkatan kemampuan berkomunikasi dilatih dengan pemberian konseling pada

pelayanan resep dan swamedikasi pasien.

5.2 Saran

a. Menyediakan ruangan khusus untuk melakukan pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi,

dan Edukasi).

b. Melakukan pengelolaan perbekalan farmasi dengan teknik komputerisasi sehingga data

ketersediaan dan kuantitas setiap produk dapat diketahui dengan cepat dan pasti.

38
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M.C. (2000). Prinsip dan Dasar Manajemen: Pemasaran Umum dan Farmasi.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 46-47.
Anief, M.C. (2014). Manajemen Farmasi. Cetakan Keenam. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Halaman 121-132.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan
Dasar. Jakarta: Depkes RI.
Mashuda, A. (2011). Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB). Jakarta:
Kerja Sama Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia dengan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
Halaman 12-13. Presiden RI. (2009).
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun 2016 tentangStandar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Menkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 Tahun 2015
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Menkes RI. (2018). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 26 Tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintergrasi Secara Elektronik Sektor
Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Presiden RI. (1980). Peraturan Pemerintah RepublikIndonesiaNo.25 Tahun 1980Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang
Apotek.Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia.
Presiden RI. (1985).Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan. Halaman 27.
Presiden RI. (1997). Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tentang
Psikotropika.Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia.
Presiden RI. (2009). Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia.
Umar, M. (2004). Manajemen Apotek Praktis. Cetakan Ketiga. Solo: CV Ar-Rahman.
Halaman 1-19, 114, 183.
Umar, M. (2011).Manajemen Apotek Praktis.Cetakan Keempat. Solo: Penerbit CV Ar
Rahman. Halaman 1, 117-119, 179-182, 229.

39
Lampiran 1. Formulir surat pesanan narkotika

Rayon : Model N.9


No. S.P : Lembar ke 1/2/3/4/5

SURAT PESANAN NARKOTIKA

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : apt. Imelda Ferendina, S.Si., M.Farm.
Jabatan : Apoteker Pengelola Apotek

Alamat rumah : Jl. A.R Hakim No. 300 Medan

Mengajukan pesanan narkotika kepada :


Nama Distributor : ............................................
Alamat & No. Telepon : ............................................
............................................
Sebagai berikut :

Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk keperluan


Apotek

Lembaga
Medan, .................20............
Pemesan

apt. Imelda Ferendina, S.Si., M.Farm.


SIPA No.445/45660/XI/2016
40
Lampiran 2. Formulir surat pesanan psikotropika

Nomor :

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : apt. Imelda Ferendina, S.Si.,
M.Farm. Alamat :Jl. A. R. Hakim No. 300
Medan Jabatan :Apoteker Pengelola Apotek

Mengajukan permohonan kepada :


Nama Perusahaan :

Alamat :

Jenis Psikotropika sebagai berikut :

Untuk keperluan :
Nama : Apotek Keshia Farma
Alamat : Jl. A. R. Hakim No. 300 Medan
Medan,............................
Penanggungjawab
Apoteker Pengelola
Apotek

41
apt. Imelda Ferendina, S.Si., M.Farm.
SIPA No.445/45660/XI/2016

42
Lampiran 3. Formulir surat pesanan prekursor
SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG PREKURSOR FARMASI
NO : .......................................................
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : apt. Imelda Ferendina, S.Si., M.Farm.
Jabatan : Apoteker Pengelolah Apotek
No. SIPA : 445/45660/XI/16
Mengajukan pesanan obat mengandung prekursor farmasi kepada :
Nama PBF : ...............................................................

Alamat : ...............................................................
Telepon : ...............................................................
Jenis obat yang mengandung prekussor yang dipesan adalah :

No Nama Obat Zat Aktif Bentuk dan Satuan Jumlah Ket


Mengandung Prekussor Kekuatan
Prekussor Farmasi Sediaan
Farmasi
1.
2.
3.
4.
5.

Obat mengandung prekursor farmasi tersebut akan digunakan untuk memenuhi


kebutuhan :

Nama Apotek : Apotek Keshia Farma


Alamat Lengkap : Jl. A. R. Hakim 300 Medan
No. SIA : 442/254.89/VI/15

Medan, .......
Pemesan

apt. Imelda Ferendina, S.Si., M.Farm.


SIPA No. 445/45660/XI/2016

43
Lampiran 4. Formulir surat pesanan

APOTEK KESHIA FARMA


Jl. A. R. Hakim No. 300 Medan
Telp: (061) 7363747-77831169; Fax: (061)7354427

Kepada Yth:
....................................
di Medan

SURAT PESANAN
No:.......................

Mohon dikirim kepada kami barang sebagai berikut:

No. Produk Kemasan Banyaknya Keterangan

Medan, ..................................
Apoteker Pengelola Apotek

apt. Imelda Ferendina, S.Si., M.Farm.


SIPA No.445/45660/XI/2016

44
Lampiran 5. Formulir surat pesanan obat-obat tertentu

SURAT PESANAN OBAT-OBAT TERTENTU


NO : SP ...........................

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
Alamat :
Jabatan :
Mengajukan Permohonan Kepada :
Nama perusahaan :
Alamat :

Jenis obat-obat tertentu sebagai berikut :


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Untuk keperluan pedagang besar farmasi/apotek/rumah sakit/sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah/lembaga penelitian/ atau lembaga
pendidikan *) Nama :

Alamat :
No. Ijin Sarana :

Medan,................
Pemesan

apt. Imelda Ferendina, S.Si., M.Farm.


SIPA No.445/45660/XI/2016
45
Lampiran 6. Copy resep Apotek Keshia Farma

46
Lampiran 7.Etiket

47
Lampiran 8. Denah Lokasi Apotek Keshia Farma

48
Lampiran 9. Denah Ruangan Apotek Keshia Farma

49
Lampiran 10. Laporan penggunaan narkotika bulan Maret 2021

REKAPITULASI LAPORAN NARKOTIKA


Nama Unit Layanan: Apotek keshia farma Tahun: 2021
Provinsi, Kabupaten/Kota: Sumatera Utara, Kota Medan Bulan: Maret
                   
NO NAMA SATUA STOK PEMASUKAN PENGELUARAN STOK
N AWAL AKHIR
PBF SARANA RESEP SARANA PEMUSNAHAN
1 CODEINE 10 MG TABLET Tablet 260 0 0 21 0 0 239
2 CODEINE 15 MG TABLET Tablet 252 0 0 252 0 0 0
3 CODEINE 20 MG TABLET Tablet 130 0 0 0 0 0 130
CODIPRONT CUM
4 EXPECTORAN KAPSUL Kapsul 15 0 0 0 0 0 15
5 CODIPRONT KAPSUL Kapsul 65 0 0 10 0 0 55
CODIPRONT CUM
6 EXPECTORAN SIRUP Botol 0 0 0 0 0 0 0
7 CODIPRONT SIRUP Botol 4 0 0 0 0 0 4
8 CODITAM TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
9 DUROGESIC MATRIX 25 MU Patch 0 0 0 0 0 0 0
10 DUROGESIC MATRIX 12 MU Patch 0 0 0 0 0 0 0
11 DUROGESIC MATRIX 50 MU Patch 0 0 0 0 0 0 0
FENTANYL 0.05 MG/ML 10
12 ML INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
FENTANYL 0.05 MG/ML 2
13 ML INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
14 JURNISTA 4 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
15 JURNISTA 8 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
16 JURNISTA 16 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
17 JURNISTA 32 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
METHADONE SYRUP 50
18 MG/5 ML SIRUP Mililiter 0 0 0 0 0 0 0
19 MORFINA 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
50
MORFINA 10 MG/ML 1 ML
20 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
MST CONTINUS 10 MG
21 TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
MST CONTINUS 15 MG
22 TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
MST CONTINUS 30 MG
23 TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
PETHIDIN 50 MG/ML 2ML
24 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
25 SUBOXONE 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
26 SUBOXONE 8 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
SUFENTA 0.005 MG/ML 10
27 ML INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
CLOPEDIN 50 MG/ML 2 ML
28 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
29 CODIKAF 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
30 CODIKAF 15 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
31 CODIKAF 20 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
32 OXYNEO 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
33 OXYNEO 15 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
34 OXYNEO 20 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
OXYNORM 10 MG/ML 2 ML
35 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
OXYNORM 10 MG/ML 1 ML
36 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
FENTANYL CITRATE 0.05
37 MG/ML 10 ML INJEKSI ampul 0 0 0 0 0 0 0
FENTANYL CITRATE 0.05
38 MG/ML 2 ML INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
ETANYL 0.05 MG/ML 10 ML
39 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
ETANYL 0.05 MG/ML 2 ML
40 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
41 REMIKAF 1 MG INJEKSI Vial 0 0 0 0 0 0 0
42 REMIKAF 2 MG INJEKSI Vial 0 0 0 0 0 0 0
51
43 OXYNORM 5 MG KAPSUL Kapsul 0 0 0 0 0 0 0
44 OXYNORM 10 MG KAPSUL Kapsul 0 0 0 0 0 0 0
KAPSU
45 OXYNORM 20 MG KAPSUL L 0 0 0 0 0 0 0
46 REMIKAF 5 MG INJEKSI Vial 0 0 0 0 0 0 0
47 MORFIKAF 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
                   
                   
              Apoteker Penanggung Jawab
                   
                   
                   
 
            apt. Imelda Ferendina,S.Si,.M.Farm
              SIPA: 445/45660/XI/2016

52
Lampiran 11. Laporan penggunaan psikotropika bulan Maret 2021

REKAPITULASI LAPORAN PSIKOTROPIKA


Nama Unit Layanan: Apotek keshia farma Tahun: 2021
Provinsi, Kabupaten/Kota: Sumatera Utara, Kota Medan Bulan: Maret

NO NAMA SATUAN STOK PEMASUKAN PENGELUARAN STOK


AWAL AKHIR
PBF SARANA RESEP SARANA PEMUSNAHAN
1 ACTAZOLAM 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
2 ALGANAX 0.25 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
3 ALGANAX 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
4 ALGANAX 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
ALPRAZOLAM 0.25 MG
5 TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
ALPRAZOLAM 0.5 MG
6 TABLET Tablet 172 0 0 42 0 0 130
ALPRAZOLAM 1 MG
7 TABLET Tablet 99 0 0 10 0 0 89
8 ALVIZ 0.25 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
9 ALVIZ 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
10 ALVIZ 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
11 ANALSIK TABLET Tablet 387 0 0 201 0 0 186
ANESFAR 5 MG/ML 3 ML
12 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
13 ANXIBLOC 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
14 APAZOL 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
15 APAZOL 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
16 APAZOL 0.25 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
17 APISATE TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
18 ASABIUM 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0

53
19 ATARAX 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
20 ATIVAN 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
21 ATIVAN 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
22 ATIVAN 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
23 BELLAPHEN TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
24 BRAXIDIN TABLET Tablet 211 0 0 11 0 0 200
25 CALMLET 0.25 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
26 CALMLET 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
27 CALMLET 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
28 CALMLET 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
29 CETABRIUM 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
30 CETABRIUM 5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
31 CETALGIN TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
CETALGIN-T DOS 100
32 KAPLET Kaplet 0 0 0 0 0 0 0
33 CLIAD TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
34 CLOBAZAM 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
35 CLOBIUM 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
36 CLOFRITIS 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
37 CONCERTA 18 MG KAPTAB Tablet 0 0 0 0 0 0 0
38 CONCERTA 36 MG KAPTAB Tablet 0 0 0 0 0 0 0
DALMADORM 15 MG
39 TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
40 DANALGIN TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
41 DECAZEPAM 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
42 DECAZEPAM 5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
43 DIAZEPAM 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
44 DIAZEPAM 5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
DIAZEPAM 5 MG/ML 2 ML
45 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
46 DITALIN TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
DORMICUM 5 MG/ML 3 ML
47 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
DORMICUM 1 MG/ML 5 ML
48 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0

54
49 DUMOLID 5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
50 ESILGAN 1 MG TABLET Tablet 27 0 0 22 0 0 5
51 ESILGAN 2 MG TABLET Tablet 35 0 0 0 0 0 35
52 ESTALIN 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
53 ESTALIN 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
54 FEPRAX 0.25 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
55 FEPRAX 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
56 FEPRAX 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
FORTANEST 1 MG/ML 5 ML
57 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
FORTANEST 5 MG/ML 3 ML
58 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
59 FRISIUM 10 MG TABLET Tablet 90 0 0 30 0 0 60
60 FRIXITAS 0.25 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
61 FRIXITAS 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
62 GRAZOLAM 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
63 GRAZOLAM 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
64 HEDIX TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
HIPNOZ 1 MG/ML 5 ML
65 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
HIPNOZ 5 MG/ML 3 ML
66 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
67 KLIDIBRAX TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
68 LEXOTAN 1.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
69 LEXOTAN 3 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
70 LEXOTAN 6 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
71 LEXZEPAM 3 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
72 LIBRAX TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
73 LIBRIUM 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
74 LIBRIUM 5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
75 LIMBRITOL TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
76 LOXIPAS 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
77 LOXIPAS 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
78 MELIDOX TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
79 MENTALIUM 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0

55
80 MENTALIUM 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
81 MENTALIUM 5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
82 MERLOPAM 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
83 MERLOPAM 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
84 METANEURON TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
MIDAZOLAM-HAMELN
INJEKSI 5 MG/ML 1 ML
85 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
MIDAZOLAM-HAMELN
INJEKSI 5 MG/ML 3 ML
86 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
MILOZ 1 MG/ML 5 ML
87 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
MILOZ 5 MG/ML 3 ML
88 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
89 NEO PROTAL TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
90 NEURINDO TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
91 NEURODIAL TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
92 NEUROGEN TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
93 NEUROPYRON TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
94 NEUROVAL TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
95 OPINEURON TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
96 OPIZOLAM 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
97 OPIZOLAM 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
PHENOBARBITAL 30 MG
98 TABLET Tablet 789 0 0 9 0 0 780
PHENOBARBITAL 50 MG
99 TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
PHENOBARBITAL 100 MG
100 TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
PHENOBARBITAL 50 MG/ML
101 1 ML INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
PHENTAL 100 MG/ML 1 ML
102 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
103 PIPTAL DROP Botol 0 0 0 0 0 0 0
104 POTENSIK TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
56
105 PROCLOZAM 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
106 PROHIPER 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
107 PRONEURON TABLET Tablet 190 0 0 190 0 0 0
108 RENAGAS TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
109 RENAQUIL 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
110 RIKLONA 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
111 RITALIN 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
112 RITALIN LA 20 MG KAPSUL Kapsul 0 0 0 0 0 0 0
113 SANMAG TABLET Tablet 270 0 0 80 0 0 190
SEDACUM 1 MG/ML 5 ML
114 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
SEDACUM 5 MG/ML 3 ML
115 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
116 SIBITAL 50 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
SIBITAL 100 MG /ML 2 ML
117 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
118 SOXIETAS 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
119 SOXIETAS 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
120 SOXIETAS 0.25 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
121 SPASMIUM TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
122 STESOLID 2 MG TABLET Tablet 72 0 0 0 0 0 72
123 STESOLID 5 MG TABLET Tablet 70 0 0 0 0 0 70
STESOLID 2 MG/5 ML 60 ML
124 SIRUP Botol 5 0 0 0 0 0 5
STESOLID 10 MG/2.5 ML
125 ENEMA Tube 0 0 0 0 0 0 0
STESOLID 5 MG/2.5 ML
126 ENEMA Tube 0 0 0 0 0 0 0
127 STESOLID 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
128 STILNOX 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
129 TERONAC 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
130 TRAZEP 5 MG/2.5 ML ENEMA Tube 0 0 0 0 0 0 0
TRAZEP 10 MG/2.5 ML
131 ENEMA Tube 0 0 0 0 0 0 0
132 VALDIMEX 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
133 VALDIMEX 5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
57
VALDIMEX 5 MG/ML 2 ML
134 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
135 VALIUM 5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
136 VALIUM 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
VALIUM 5 MG/ML 2 ML
137 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
138 VALISANBE 2 MG TABLET Tablet 160 0 0 142 0 0 18
139 VALISANBE 5 MG TABLET Tablet 215 0 0 10 0 0 205
VALISANBE 5 MG/ML 2 ML
140 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
141 XANAX 0.25 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
142 XANAX 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
143 XANAX 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
144 XANAX XR 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
145 XANAX XR 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
146 ZOLASTIN 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
147 ZOLASTIN 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
148 ZOLMIA 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
149 ZYPARON TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
150 ZYPRAZ 0.25 MG TABLET Tablet 10 0 0 0 0 0 10
151 ZYPRAZ 0.5 MG TABLET Tablet 35 0 0 0 0 0 35
152 ZYPRAZ 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
ANESFAR 1 MG/ML 5 ML
153 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
154 FRIXITAS 0.5 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
155 PANSTOP-T TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
PROZEPAM 5 MG/ML 2 ML
156 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
157 ZOLTA 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
ACTAZOLAM 0.5 MG
158 TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
159 CONCERTA 54 MG KAPTAB Tablet 0 0 0 0 0 0 0
STESOLID 5 MG/ML 2ML
160 INJEKSI Ampul 8 0 0 0 0 0 8
161 ELGRAN 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
162 ELGRAN 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
58
163 SLEPZOL 10 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
164 CLIDIAZ TABLET 0 0 0 0 0 0 0
165 ZUDEM TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
CLIXID TABLET SALUT 5
166 MG Mg 0 0 0 0 0 0 0
STESOLID 10 MG/ML 2ML
167 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
168 NEURALGAD TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
CLONAZEPAM 2 MG
169 TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
170 ALENA 1 MG TABLET MG 0 0 0 0 0 0 0
171 ALENA 2 MG TABLET MG 0 0 0 0 0 0 0
172 RIVOTRIL 2 MG TABLET TABLET 0 0 0 0 0 0 0
173 LAVOL TABLET TABLET 0 0 0 0 0 0 0
174 LORAZEPAM 2 MG TABLET TABLET 0 0 0 0 0 0 0
175 YEKALGIN KAPTAB KAPTAB 0 0 0 0 0 0 0
176 ATARAX 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
METHYLPHENIDATE HCl 10
177 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
MIDANEST 1 MG/ML 5 ML
178 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
MIDANEST 5 MG/ML 3 ML
179 INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
180 FRIXITAS XR 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
MIDAZOLAM HCl INJEKSI 5
181 MG/ML 3 ML INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
MIDAZOLAM HCl INJEKSI 1
182 MG/ML 5 ML INJEKSI Ampul 0 0 0 0 0 0 0
183 ESTA-1, 1 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
184 ESTA-2, 2 MG TABLET Tablet 0 0 0 0 0 0 0
NOZEPAV 5 MG/2.5 ML
185 ENEMA Tube 0 0 0 0 0 0 0
NOZEPAV 10 MG/2.5 ML
186 ENEMA Tube 0 0 0 0 0 0 0
DIAZEPAM 5 MG/2.5 ML
187 ENEMA Tube 0 0 0 0 0 0 0
59
DIAZEPAM 10 MG/2.5 ML
188 ENEMA Tube 0 0 0 0 0 0 0
189 ZOLYSAN 0,5 Kaplet 0 0 0 0 0 0 0
190 ZOLYSAN 1 Kaplet 0 0 0 0 0 0 0

Apoteker Penanggung Jawab

apt. Imelda Ferendina,S.Si,.M.Farm


SIPA: 445/45660/XI/2016

60

Anda mungkin juga menyukai