Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas limpahan berkat dan Rahmat-Nya dari
Tuhan Yang Maha Esa karena atas izinnyalah penulis masih diberikan kesempatan atas
selesainya penyusunan makalah ini sebagai tambahan ilmu, tugas dan pedoman yang
berjudul Mengapa Seseorang Melakukan Tindak Kejahatan Mafia Peradilan (dikaji dari
Ilmu Kriminologi Hukum).

Dalam penyusunan makalah ini saya mengumpulkan dari berbagai sumber buku-
buku dan sumber lainnya yang berhubungan dengan Mengapa Seseorang Melakukan
Tindak Kejahatan Mafia Peradilan (dikaji dari Ilmu Kriminologi Hukum) yang
memudahkan saya dalam menyelesaikan tugas ini. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memberikan pemahaman dan menambah wawasan bagi orang yang
membacanya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
sekali kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan, pemakaian kata, redaksional
kalimat dan bahkan dalam penggunaan aturan-aturan tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar, hal mana ini disebabkan terbatasanya kemampuan dan pengetahuan penulis miliki,
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
penulisan makalah lebih lanjut. Akhir kata penulis berharap semoga penyusunan dan
penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

` Akhir-akhir ini kita sering mendegar dan melihat sejumlah berita di televisi yang
menayangkan peristiwa-peristiwa kejahatan yang terjadi di masyarakat. Kejahatan-
kejahatan yang dilakukan beragam jenis dan beragam modus operandinya. Masalah
kejahatan merupakan masalah yang abadi dalam kehidupan umat manusia, karena ia
berkembang sesuai dengan perkembangan tingkat peradaban umat manusia. Artinya
sejak berabad-abad tahun yang lalu kejahatan sudah dikenal dan menjadi bagian dalam
hidup manusia itu sendiri sebagai bentuk usaha manusia untuk mempertahankan
hidupnya dan usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi sekelompok orang maupun
perorangan.

Kejahatan yang terjadi dalam masyarakat berkembang seiring dengan


perkembangan masyarakat itu sendiri. Terjadinya kejahatan bukan semata-mata
perbuatan yang ditentang masyarakat akan tetapi adanya dorongan dari pelaku untuk
melakukan perbuatan yang ditentang oleh masyarakat tersebut. Lebih dari dua pertiga
kejadian pembunuhan dan penganiayaan berat didahului adanya hubungan antara pelaku
dengan korban dalam kejadian tersebut sebelum berlangsung kejahatan. Artinya tidak
semua pelaku kejahatan pembunuhan dan penganiayaan berat begitu saja melakukan
kejahatan tersebut, namun juga ada peran yang berupa dorongan (provokasi) dari korban
yang dapat memancing amarah pelaku kejahatan sehingga terjadilah kejahatan tersebut
Kejahatan yang terjadi dalam masyarakat disebabkan oleh berbagai macam faktor.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kejahatan antara lain:

1. Mengendornya ikatan sosial dan keluarga.


2. Masyarakat pada umumnya bertambah berat beban hidupnya. Bisa juga
dikarenakan beban ekonomi yang semakin menghimpit, hingga pada titik
tertentu mereka mengalami “stuck / hang” dan otak manusia tidak lagi
mampu berpikiran secara jernih.
3. Kekuatan religi atau agamis pada pribadi tidak lagi kuat melekat.
4. Faktor memanfaatkan keadaan dimana memanfaatkan beberapa kasus
kriminalitas yang terlihat tidak bisa dipecahkan oleh pihak yang
bersangkutan, maka kecenderungan untuk meniru dengan harapan dapat
mengkambing hitamkankesalahan kepada orang lain nantinya bisa terjadi.

Kejahatan yang terjadi dalam masyarakat itu misalnya: pencurian, pemerkosaan,


pembunuhan dan lain sebagainya. Pembunuhan adalah bentuk dari kejahatan terhadap
nyawa manusia berupa menghilangkan nyawa orang lain. Menghilangkan nyawa orang
lain merupakan suatu bentuk kejahatan karena sudah sejak dahulu nyawa manusia
merupakan satu hal yang terpenting dan harus dilindungi. Sehingga tidak seorangpun
mempunyai hak untuk menghilangkan nyawa orang lain apapun alasannya. Setiap orang
mempunyai hak untuk hidup, hal tersebut secara tegas dinyatakan dalam pasal 28A
Undang-undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
setiap orang mempunyai hak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan
kehidupannya.

Oleh karena itu perlu adanya penghormatan tentang hal tersebut Hukum yang
diciptakan manusia mempunyai keadaan teratur, aman, dan tertib, demikian juga hukum
pidana yang merupakan salah satu hukum yang dibuat oleh manusia mempunyai fungsi,
fungsi umum dari hukum pidana sama dengan fungsi hukum lainya ialah mengatur hidup
kemasyarakatan dan menyelenggarakan tata hidup didalam masyarakat. Fungsi khusus
dari hukum pidana adalah melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang
hendak merusaknya dengan sanksi berupa pidana. Pokok diadakannya hukum pidana
ialah untuk melindungi kepentingankepentingan masyarakat sebagai kelektivietit dari
perbuatan-perbuatan yang mengancamnya atau bahkan merugikannya baik itu datang dari
perseorangan maupun kelompok atau organisasi. Secara umum kriminologi adalah ilmu
yang mempelajari kejahatan dari sudut pandang pelaku kejahatan, atau dengan kata lain
dapat disebut ilmu yang mempelajari sebab akibat mengapa terjadi kejahatan. Ilmu
kriminologi lebih menggunakan analisis dan fenomena kejahatan pada pelaku
kriminalitas.

Kejahatan atau kriminalitas biasanya disebabkan oleh penyimpangan yang


dilakukan oleh masyarakat yang mana mereka dianggap ganjil, berbahaya, asing,kasar
dan lainnya yang merujuk pada perilaku kurang wajar yang dianut masyarakat lain.
Halhal yang dilakukan secara negatif dan berakibat pada kerugian yang harus ditanggung
pemerintah ataupun individu merupakan bentuk dari kejahatan kriminal. Laporan
masyarakat menjadi tolok ukur bahwa terdapat keresahan yang ada didalam masyarakat
karena kriminalitas yang terjadi, walaupun tidak harus ada l Kebanyakan aksi vandalisme
sembarangan dilakukan oleh remaja, yang menganggap aksi itu adalah perluasan aktivitas
bermain, “membuang-buang waktu”, atau “perayaan heboh”. A. L. Wide
mendeskripsikan pola tipikal vandalism yang meliputi:

 Menghabiskan waktu, menunggu sesuatu terjadi;


 Gerak isyarat mengamat-amati awal oleh salah seorang anggota;
 Saling ajak dengan orang lain untuk ikut serta;
 Eskalasi perilaku destruktif dari kerusakan property kecil ke yang lebih besar,
 Perasaan bersalah dan menyesal setelah kejadian bercampur kesenangan

Karena melakukan sesuatu yang “nakal”.Pandangan masyarakat pada suatu


bentuk gambar atau tulisan-tulisan yang biasanya terdapat pada dinding-dinding di area
umum sangat beragam, ada dari mereka yang beranggapan baik apabila dibuat apabila
mempunyai nilai estetika dan yang lebih penting adalah keberadaannya legal melalui
perizinan yang sah. Namun juga terdapat juga pandangan yang tidak menyetujui
argument tersebut, bagaimanapun mencoret-coret apa yang ada pada sarana dan
prasarana umum merupakan kesalahan atau kejahatan apabila tidak melalui cara legal
atau tidak berizin. Karena yang demikian memiliki arti merusak apa yang telah ada dan
disediakan oleh pemeritah guna membantu keberlangsungan hidup atau memudahkan
masyarakat dalam melakukan kegiatan.

1.2. Tinjauan pustaka


1.3. Rumusan masalah
1) Untuk mengetahui apa itu kriminologi.
2) Untuk mengetahui persfektif dalam kriminologi
3) Untuk mengetahui teori yang ada dalam kriminologi
4) Uuntuk mengetahui konteks sosial kejahatan dalam kriminologi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kriminologi

Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu crimen dan logos. Crimen
berarti kejahatan, sementara logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah,
kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan, atau lebih tepatnya
kriminologi mempelajari segala aspek tentang kejahatan. Kata “kriminologi”
pertama kali digunakan oleh antropolog Perancis bernama Paul Topinard (1830-
1911) yang meneliti dengan pendekatan antropologi fisik bagaimana bentuk tubuh
mempengaruhi seseorang untuk berbuat jahat. Kriminologi dapat didefinisikan
sebagai studi sistematis tentang sifat, jenis, penyebab, dan pengendalian dari
perilaku kejahatan, penyimpangan, kenakalan, serta pelanggaran hukum.
Kriminologi adalah ilmu sosial terapan di mana kriminolog bekerja untuk
membangun pengetahuan tentang kejahatan dan pengendaliannya berdasarkan
penelitian empiris. Penelitian ini membentuk dasar untuk pemahaman, penjelasan,
prediksi, pencegahan, dan kebijakan dalam sistem peradilan pidana

2.2.Perspektif Kriminlogi

Kriminologi jelas berkaitan dengan kejahatan. Seperti hal lain, kejahatan


dapat didefinisikan dalam beberapa cara, dan beberapa ahli telah menyarankan
bahwa setidaknya terdapat empat perspektif definisional yang dapat ditemukan
dalam kriminologi yaitu: Legalistik, Sudut pandang politik, Sosiologis, dan
Psikologis. Dilihat dari perspektif legalistik, kejahatan adalah perilaku manusia
yang melanggar hukum pidana dalam suatu negara, pemerintah federal, atau
hukum yang tanpa membatasi bentuk perilaku tertentu, tidak dapat menjadi
kejahatan yurisdiksi lokal yang memiliki kekuatan untuk membuat hukum seperti
itu tanpa undang-undang yang membatasi bentuk perilaku tertentu, maka tidak
boleh ada kejahatan, tidak peduli seberapa menyimpang perilaku tersebut.
Perspektif kedua tentang kejahatan adalah perspektif politik, di mana kejahatan
adalah hasil dari kriteria yang telah dibangun ke dalam undangundang oleh
kelompok-kelompok kuat dan kemudian digunakan untuk melabeli bentuk-bentuk
perilaku yang tidak diinginkan sebagai ilegal. Mereka yang menganut sudut
pandang ini mengatakan bahwa kejahatan adalah definisi dari perilaku manusia
yang diciptakan oleh pihak yang berwenang yang terorganisir secara politik.
Dengan demikian, Perspektif politik mendefinisikan kejahatan dalam hal struktur
kekuasaan yang ada dalam masyarakat. Penganut perspektif ketiga yaitu
sosiologis. melihat kejahatan sebagai tindakan antisosial bahwa represinya
diperlukan atau seharusnya diperlukan untuk pelestarian sistem masyarakat yang
ada. Perspektif yang terakhir yaitu psikologis, perspektif ini mengatakan bahwa
kejahatan adalah bentuk penyesuaian sosial yang dapat ditunjuk sebagai kesulitan
yang dimiliki individu dalam bereaksi terhadap rangsangan dari agar tetap serasi
dengan lingkungan itu.

2.3. Teori Kriminologi


Kriminologi teoretis, subbidang kriminologi umum, adalah jenis
kriminologi yang paling sering ditemukan di perguruan tinggi dan universitas.
Teori ini sekadar menggambarkan kejahatan dan kejadiannya, mengajukan
penjelasan untuk perilaku kriminal. Don M. Gottfredson, mantan presiden dari
ASC, mengamati, Teori dalam kriminologi cenderung tidak jelas dalam hal
umum yang dapat dibenarkan. Ketika kita mempertimbangkan berbagai perilaku
yang dianggap sebagai kriminal dari pembunuhan hingga penggunaan narkoba
hingga kejahatan kerah putih hingga kejahatan sosial media itu sepertinya sulit
membayangkan satu teori yang bisa menjelaskan semuanya atau bahkan mungkin
menjelaskan jenis perilaku yang bervariasi. Namun, banyak pendekatan teoretis
masa lalu yang menyebabkan kejahatan yang unik ketika mencoba untuk menjadi
semua inklusif; yaitu, pendekatan-pendekatan itu mengajukan satu identitas
tunggal yang dapat diidentifikasi sumber untuk semua perilaku menyimpang.
2.4. Konteks Sosial Kejahatan
Kejahatan tidak terjadi dalam ruang hampa. Setiap kejahatan memiliki
keunikan mulai dari serangkaian penyebab, konsekuensi, dan partisipan.
Kejahatan mempengaruhi beberapa orang lebih yang memiliki dampak khusus
pada mereka yang merupakan peserta langsung dalam tindakan itu sendiri.
Kejahatan pada umumnya menimbulkan reaksi dari para korbannya, dari
kelompok masyarakat yang peduli, dari sistem peradilan pidana, dan
kadangkadang dari masyarakat sebagai keseluruhan, yang memanifestasikan
keprihatinannya melalui penciptaan aturan sosial.
1) Penyebab Dan Konsekuensi Dari Peristiwa Kriminal
Kejahatan bukan sebagai aktivitas individu yang terisolasi tetapi sebagai
peristiwa sosial. Kejahatan adalah konstruksi sosial bukan sesuatu hal untuk
mengurangi dampak dari pengalaman viktimisasi yang dialami terlalu
banyak orang dalam masyarakat.penyebab kejahatan dari aspek sosiologis
tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori umum, yaitu
 Anomie (ketiadaan norma) atau Strain (keterangan)
 Cultural Deviance (penyimpangan budaya)
 Social Control (control sosial)
2) Pelaku Kejahatan Dalam bukunya,
Definisi kejahatan ke dalam dua sudut pandang. Pertama, dari sudut
pandang hukum (a crime from the legal point of view). Batasan kejahatan
dari sudut pandang ini adalah setiap tingkah laku yang melanggar hukum
pidana. Bagaimanapun jeleknya suatu perbuatan sepanjang perbuatan itu
tidak dilarang di dalam perundang-undangan pidana, perbuatan itu tetap
sebagai perbuatan yang bukan kejahatan. Kedua, dari sudut pandang
masyarakat (a crime from the sociological point of view). Batasan kejahatan
dari sudut pandang ini adalah setiap perbuatan yang melanggar norma-norma
yang masih hidup di dalam masyarakat.
3) Kejahatan dan Sistem Peradilan Pidana
Peradilan pidana dapat diartikan sebagai suatu proses bekerjanya beberapa
lembaga penegak hukum. Mekanisme peradilan pidana tersebut meliputi
aktivitas yang bertahap dimulai dari penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di
sidang pengadilan, dan pelaksanaan putusan hakim yang dilakukan oleh
lembaga pemasyarakatan. Proses yang bekerja secara berurutan tersebut pada
dasarnya menuju pada suatu tujuan bersama yang dikehendaki. Keseluruhan
proses itu bekerja di dalam suatu sistem, sehingga masing-masing lembaga
itu merupakan subsistem yang saling berhubungan dan pengaruh
mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Jadi fragmentasi dalam arti
masing-masing subsistem bekerja sendiri-sendiri dan tidak memperhatikan
antar hubungan diantara sub-subsistem yang ada harus dihindari bilamana
diinginkan suatu sistem peradilan pidana yang efektif.
4) Kejahatan dan Korban
Korban dalam hal ini sebagi pihak langsung yang mengalam penderitaan
akibat dari terjadinya tindak pidana, dapat menyebabkan atau menciptakan
situasi dan kondisi yang menulitkan bagi korban untuk kembali hidup
sebagai warga masyarakat seperti sedia kala. Dalam hal ini korban
membutuhkan pendampingan dan pelayanan untuk dapat kelaur dari
kesulitannya tersebut. Argumentasi perlunya pendampingan dan pelayanan
terhadap korban itu adalah:
 Karena SPP (Sistem Peradilan Pidana) telah memperlakukan
korban secara tidak profesional bahkan cenderung mengeksploiter
 Karena tindakan pelaku menimbulkan penderitaan pada korban
 Memberikan manfaat pada nirokrasi SPP (Sistem Peradilan
Pidana), aparat terbantu dengan korban, dan korban akan
membantu kaena telah diberi pendampingan dan pelayanan
 Karena dugaan adanya progam pendampingan dan pelayanan
tersebut, korban akan terbantu untuk keluar dari penderitaannya.
 Karena seringkali masyarakat dengan stigmanya, menempatkan
korban dalam posisi yang semakin menambah penderitaan korban
Bagi korban, mendapatkan pendampingan dan pelayanan akan
memberikan keadilan substantif bukan hanya sekedar keadilan
prosedural. Pemaparan aquo membuktikan korban mempunyai
peranan fungsional dalam terjadinya tindak pidana. Tindak pidana
dalam hal ini kejahatan dapat terjadi karena ada pihak yang
berperan, sadar atau tidak sadar, dikehendaki atau tidak, sebagai
korban dalam hal ini korban persekusi. Pada dasarnya tidak ada
orang menghendaki dirinya dijadikan sasaran kejahatan, tetapi
karena keadaan yang ada pada korban atau karena sikap dan
perilakunyalah ia dapat mendorong pelaksanaan niat jahat pelaku,
sama hal nya dengan persekusi, persekusi juga tidak dikehendaki
oleh korban, tetapi aksi yang dilakukan oleh korban sering kali
menjadi reaksi bagi sekelompok masyarakat dan akhirnya
terjadilah persekusi. 5. Faktor Kejahatan Menurut walter Lunden.
faktor-faktor yang berperan dan gejala yang dihadapi Negara-
negara berkembang saat ini dalam timbulnya kejahatan, adalah
sebagai berikut : a. Gelombang urbanisai remaja dari desa kekota-
kota jumlahnya cukup besar dan sukar dicegah b. Terjadi konflik
antara norma adat pedesaan tradisonal dengan normanorma baru
yang tumbuh dalam proses penggeseran sosial yang cepat,
terutama di kota-kota besar c. Memudarnya pola-pola kepribadian
individu yang terkait kuat pada pola kontrol sosial tradisionalnya,
sehingga anggota masyarakat terutama remanya menghadapi
“samarpola” (ketidaktaatan pada pola) untuk menentukan
perilakunya. Masalah sebab-sebab kejahatan selalu merupakan
persoalan yang sangat menarik. Berbagi teori yang menyangkut
sebab kejahatan telah diajukan oleh para ahli dari berbagai disiplin
dan bidang ilmu pengetahuan. Namun, sampai dewasa ini masih
belum juga ada satu jawaban penyelesaian yang memuaskan.
Meskipun demikian,para ahli belum bisa menemukan faktor
lingkungan apa den bagaimana, yang menjadi sebab yang pasti
daripada terjadinya kejahatan, bahwa kriminologi saat ini belum
sampai memungkinkan untuk dengan tegas menentukan sebab-
sebab orng melakukan pelanggaran norma hukum (berbuat
kejahatan). Tingkat pengetahuan kriminologi dewasa ini masih
dalam taraf mencari, melalui penelitian dan penyusunan teori.

Anda mungkin juga menyukai