Anda di halaman 1dari 14

1/22/2011

TEORI LOKASI
(Tarigan, 2006:77) : Ilmu yang menyelidiki
tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi,
atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis
dari sumber-sumber yang potensial serta
hubungan-nya dengan atau . pengaruh-nya
terhadap keberadaan berbagai macam usaha
/ kegiatan lain, baik ekonomi maupun sosial

Teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap


intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi
lainnya.
Analisis pengaruh jarak terhadap intensitas orang
dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi
yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah
pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi
pusat yang memiliki daya tarik tersebut.
Hal tersebut terkait dengan besarnya daya tarik pada
pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat
tersebut.

1
1/22/2011

Salah satu faktor yang menentukan suatu lokasi


menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat
aksesibilitas.
Tingkat aksesibilitas atau tingkat kemudahan untuk
mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di
sekitarnya (Tarigan, 2006:78).
Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi
prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana
penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat
keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur
tersebut. (Tarigan, 2006:78).
Dalam analisis kota yang telah ada atau rencana kota,
dikenal standar lokasi (standard for location
requirement) atau standar jarak (Jayadinata,
1999:160)

Contoh Standar Jarak Dalam Kota


Jarak dari tempat tinggal
No Prasarana (berjalan kaki)
1 Pusat tempat kerja 20 sampai 30 menit
2 Pusat kota (dengan pasar, dan sebagainya) 30 sampai 45 menit
3 Pasar lokal ¾ km atau 10 menit
4 Sekolah Dasar ¾ km atau 10 menit
5 Sekolah Menengah Pertama 1 ½ km atau 20 menit
6 Sekolah Lanjutan Atas 20 atau 30 menit
7 Tempat bermain anak-anak dan taman lokal ¾ km atau 20 menit
8 Tempat olah raga dan pusat lalita (rekreasi) 1 ½ km atau 20 menit
9 Taman untuk umum atau cagar (seperti kebun 30 sampai 60 menit
binatang, dan sebagainya

2
1/22/2011

Von Thunen,
(Geografer Penemu Teori Lokasi Modern)

Perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas


pertanian dari tempat produksi ke pasar terdekat
mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada
di suatu daerah

Model von Thunen mengenai tanah pertanian yang


disusun sebelum era industrialisasi, berdasarkan asumsi
dasar sebagai berikut :

Kota terletak di tengah antara "daerah terisolasi"


(isolated state).
Isolated state dikelilingi oleh hutan belantara.
Tanahnya datar, tidak terdapat sungai dan pegunungan.
Kualitas tanah dan iklim tetap.
Petani di daerah yang terisolasi ini membawa
barangnya ke pasar lewat darat dengan menggunakan
gerobak, langsung menuju ke pusat kota, tidak terdapat
jalan penghubung.
Petani mencari untung sebesar-besarnya.

3
1/22/2011

Gambar model von Thunen dapat dibagi menjadi dua bagian.


Pertama : menampilkan "isolated area" yang terdiri dari dataran yang "teratur“.
Kedua : kondisi yang "telah dimodifikasi" (terdapat sungai yang dapat dilayari).
Semua penggunaan tanah pertanian memaksimalkan produktifitasnya masing-masing, yang
bergantung pada lokasi dari pasar (pusat kota).

Model Von Thunen, membandingkan hubungan antara biaya


produksi, harga pasar dan biaya transportasi.
Kewajiban petani adalah memaksimalkan keuntungan yang
didapat dari harga pasar dikurang biaya transportasi dan biaya
produksi. Aktivitas yang paling produktif seperti berkebun dan
produksi susu sapi, atau aktivitas yang memiliki biaya transportasi
tinggi seperti kayu bakar, lokasinya dekat dengan pasar.
Kondisi tersebut sangat sulit diterapkan pada keadaan yang
sebenarnya, tetapi diakui bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara sistem transportasi dengan pola penggunaan tanah
pertanian regional.
Risalat ke dua Von Thunen (1850) mengemukakan inti dari teori
produktivitas distribusi marginal dalam perspektif matematika,
dengan demikian menjadi salah satu proto-marginalist penting
pada jamannya.

4
1/22/2011

Teori Christaller
(1933)

Menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota,


jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah.
Model Christaller merupakan suatu sistem geometri, di
mana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki
peran yang sangat berarti dan model ini disebut sistem
K = 3.
Model Christaller menjelaskan model area
perdagangan heksagonal dengan menggunakan
jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang
dinamakan range dan threshold.

Teori Tempat Pemusatan


(Jayadinata, 1999:180)

Suatu tempat merupakan pusat pelayanan.


Menurut Christaller : pusat-pusat pelayanan
cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola
berbentuk heksagon (segi enam). Keadaan seperti itu
akan terlihat dengan jelas di wilayah yang mempunyai
dua syarat:
(1) topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian
wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng dan
pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur
pengangkutan,
(2) kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak
memungkinkan adanya produksi primer, yang
menghasilkan padi-padian, kayu atau batu bara.

5
1/22/2011

Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu


wilayah abstrak dengan ciri berikut:
1. Wilayahnya adalah daratan tanpa roman, semua
adalah datar dan sama.
2. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah
(isotropic surface).
3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan
tersebar secara merata pada seluruh wilayah.
4. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan
prinsip minimisasi jarak / biaya.

Ajang jasa (ajang niaga) akan berkembang secara wajar di seluruh


wilayah dengan jarak dua jam berjalan kaki atau 2 x 3,5 = 7 km.
Secara teori tiap pusat pelayanan melayani kawasan yang berbentuk
lingkaran dengan radius 3,5 km (satu jam berjalan kaki), jadi pusat
wilayah layanan akan terletak di pusat kawasan tersebut. Teori ini
disebut teori tempat pemusatan (central place theory).
Kawasan-kawasan berbentuk lingkaran yang saling berbatasan,
walaupun bentuk lingkaran adalah paling efisien, akan mempunyai
bagian-bagian yang bertumpang tindih atau bagian-bagian yang
senjang (kosong), sehingga bentuk lingkaran itu tidak biasa
digunakan untuk kawasan atau wilayahnya. Christaller
mengemukakan bahwa pusat pelayanan akan berlokasi menurut pola
heksagon, sehingga wilayah akan saling berbatasan tanpa
bertumpang tindih.
Dalam wilayah akan berkembang ajang niaga dalam pola heksagon.
Yang paling banyak adalah dusun-dusun sebagai pusat perdagangan
yang melayani penduduk wilayah pedesaan. Satu dusun dengan
dusun lainnya akan menempuh jarak 7 km.

6
1/22/2011

Hipotesis Christaller

Mula-mula terbentuk area pelayanan berupa lingkaran-lingkaran. Setiap


lingkaran memilik pusat dan menggambarkan threshold. Lingkaran-
lingkaran ini tidak tumpang tindih seperti pada (gb. A)
Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari
pelayanan tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih (gb. B)
Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan
sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh
dataran yang tidak lagi tumpang tindih (gb. C).
Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memilik heksagonal
sendiri-sendiri. Dengan menggunakan k=3, pelayanan orde I lebar
heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal pelayanan orde II. Pelayanan
orde II lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal pelayanan orde III,
dan seterusnya. Tiap heksagonal memiliki pusat yang besar kecilnya
sesuai dengan besarnya heksagonal tersebut. Heksagona yang sama
besarnya tidak saling tumpang tindih, tetapi antara heksagonal yang
tidak sama besarnya akan terjadi tumpang tindih (gb. D).

7
1/22/2011

• Dalam asumsi yang sama dengan Christaller, Lloyd


(Location in space, 1977) melihat bahwa jangkauan /
luas pelayanan dari setiap komoditas ada batasnya
yang dinamakan range dan ada batas minimal dari
luas pelayanannya dinamakan threshold. (Tarigan,
2006:79)
• Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dijelaskan
model Christaller tentang terjadinya model area
pelayanan heksagonal sebagai berikut

• Terjadinya Konsentrasi Produsen/Pedagang dari berbagai jenis barang.


Christaller menyatakan bahwa produsen berbagai jenis barang untuk
orde yang sama cenderung berlokasi pada titik sentral di wilayahnya
dan hal ini mendorong terciptannya kota. Terjadinya Konsentrasi
Produsen / Pedagang dari barang sejenis

Range dan thereshold dapat menjelaskan mengapa terjadi konsentrasi dari berbagai
jenis usaha pada satu lokasi tetapi konsep itu tidak dapat menjelaskan mengapa
dipasar juga ada kecenderungan bahwa pedagang dari komoditas sejenis juga
memilih untuk berlokasi secara berkonsentrasi / berdekatan.
Konsep thereshold tidak memungkinkan produsen / pedagang sejenis berdekatan
karena pada satu ruang threshold hanya boleh ada satu produsen / pedagang.
Apabila berdekatan harus ada yang gulung tikar dan tersisa hanya satu produsen /
pedagang. Penjesalannya melalui penelaahan perilaku manusia.
Sifat manusia adalah berusaha mendapatkan barang yang diinginkan dalam batas
waktu tertentu dengan harga yang semurah mungkin. Apabila pembeli hanya
berhadapan dengan seorang penjual, harga yang ditawarkan penjual menjadi tidak
jelas bagi pembeli, apakah harga itu adalah harga terendah yang dapat diperoleh
atau tidak.
Dengan berkumpulnya banyak penjual barang sejenis pada lokasi yang sama,
pembeli mendapat kesempatan membandingkan harga di antara para penjual dan
akan membeli pada penjual yang menawarkan harga terendah (pembeli butuh
informasi untuk membuat keputusan). Hal ini membuat lokasi yang memiliki banyak
penjual barang sejenis, lebih memiliki daya tarik bagi pembeli ketimbang lokasi yang
hanya memiliki sedikit penjual

8
1/22/2011

Faktor-Faktor yang Menentukan Lokasi


• Faktor endowment
• Pasar dan harga
• Bahan baku dan enerji
• Aglomerasi, keterkaitan antar indutri dan
penghematan eksternal
• Kebijakan pemerintah
• Biaya angkutan

Faktor endowment
Tersedianya faktor produksi secara kualitatif
maupun kuantitatif di suatu negara atau
daerrah
• Tanah
• Tenaga dan manajemen
• Modal

9
1/22/2011

Pola Tata Guna Tanah Perkotaan


(Jayadinata, 1999:130)

Teori mengenai pola penggunaan tanah di kota

Teori Jalur Sepusat


Teori Konsentrik (Consentric Zone Theory) E.W. Burgess,
(1) Pada lingkaran dalam terletak pusat kota (central business
district atau CBD) yang terdiri atas: bangunan-bangunan kantor,
hotel, bank, bioskop, pasar, dan toko pusat perbelanjaan;
(2) Pada lingkaran tengah pertama terdapat jalur alih: rumah-
rumah sewaan, kawasan industri, perumahan buruh;
(3) Pada lingkaran tengah kedua terletak jalur wisma buruh, yakni
kawasan perumahaan untuk tenaga kerja pabrik;
(4) Pada lingkaran luar terdapat jalur madyawisma, yakni kawasan
perumahan yang luas untuk tenaga kerja halus dan kaum madya
(middle class);
(5) Di luar lingkaran terdapat jalur pendugdag atau jalur pengelajon
(jalur ulang-alik); sepanjang jalan besar terdapat perumahan
masyarakat golongan madya dan golongan atas atau masyarakat
upakota.

10
1/22/2011

Teori Sektor
(Sector Theory) : Humer Hoyt
(1) Pada lingkaran pusat terdapat pusat kota;
(2) Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan
kawasan perdagangan;
(3) Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut di atas, pada
bagian sebelah menyebelahnya, terdapat sektor murbawisma,
yaitu kawasan tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh;
(4) Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta
perdagangan, terletak sektor madyawisma;
(5) Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, kawasan tempat
tinggal golongan atas.

Teori Pusat Lipatganda


Teori pusat lipatganda (Multiple Nuclei Concept) : R. D. Mc Kenie kota
meliputi: pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi, kawasan hunian,
dan pusat lainnya, berlaku untuk kota-kota yang agak besar. Menurut
teori ini kota terdiri atas:

(1) Pusat kota atau CBD;


(2) Kawasan niaga dan industri;
(3) Kawasan murbawisma, tempat tinggal berkualitas rendah;
(4) Kawasan madyawisma, tempat tinggal berkualitas menengah;
(5) Kawasan adiwisma, tempat tinggal berkualitas tinggi;
(6) Pusat industri berat;
(7) Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran;
(8) Upakota, untuk kawasan madyawisma dan adiwisma;
(9) Upakota (suburb) untuk kawasan industri

11
1/22/2011

Urbanisasi
Urbanisasi adalah persentase penduduk yang tinggal di
perkotaan. Urbanisasi dipengaruhi oleh tiga faktor :
 pertumbuhan alami penduduk daerah perkotaan,
 migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan
 reklasifikasi desa perdesaan menjadi desa perkotaan.
Proyeksi penduduk daerah perkotaan tidak dilakukan
dengan membuat asumsi untuk ketiga faktor tersebut,
tetapi berdasarkan perbedaan laju pertumbuhan
penduduk daerah perkotaan dan daerah perdesaan
(Urban Rural Growth Difference/URGD).
Dengan membuat asumsi URGD untuk masa yang akan
datang, secara tidak langsung sudah mempertimbangkan
ketiga faktor tersebut.

Urbanisasi secara demografi berarti perpindahan penduduk dari desa


ke kota dan merupakan masalah yang serius bagi negara sedang
berkembang seperti Indonesia
Perpindahan manusia dari desa ke kota sebenarnya hanya salah satu
penyebab urbanisasi, yang dapat dikategorikan menjadi 2 macam :
 Migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari
desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota.
 Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya
bersifat sementara atau tidak menetap.

Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota


dapat menimbulkan berbagai kesenjangan kehidupan sosial
kemasyarakatan.

Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung


dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum,
aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain-
lain menjadi permasalahan yang perlu segera dicarikan solusinya.

12
1/22/2011

Suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa,


biasanya karena pengaruh yang kuat dalam bentuk
ajakan, informasi media massa, impian pribadi,
terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk
sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor
pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun
dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor
penarik.
Beberapa contoh yang dapt menggerakkan
seseorang untuk melakukan urbanisasi atau
perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan adalah :

Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi

 Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah


 Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
 Banyak lapangan pekerjaan di kota
 Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki
ganteng
 Pengaruh buruk sinetron Indonesia
 Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih
baik dan berkualitas

13
1/22/2011

Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisas


 Lahan pertanian yang semakin sempit
 Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
 Menganggur karena tidak banyak lapangan
pekerjaan di desa
 Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
 Diusir dari desa asal
 Memiliki impian kuat menjadi orang kaya

14

Anda mungkin juga menyukai