Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUBUNGAN INDUSTRIAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

(Manajemen Sumber Daya Manusia)

Dosen Pengampu : Drs. Ec. Harry Widyantoro, M.Si

Disusun Oleh :

1. Deva Wenandiarsa P.A (2020210425)

2. Laila Maghfiroh (2020210428)

3. Yopie Pujianto (2020210429)

4. Ricky Rizvino R (2020210430)

5. Sherlyntang Lindhia S (2020210435)

6. Dion Innocent Nur ‘Arasy (2020210452)

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HAYAM WURUK PERBANAS SURABAYA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Definisi Hubungan Industrial ...................................................................................... 3
2.2 Keterkaitan Pemerintah, Karyawan dan Manajemen .................................................. 3
2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Organisasi Karyawan ............... 4
2.4 Pendekatan dalam Hubungan Industrial...................................................................... 4
2.5 Hukum Ketenagakerjaan ............................................................................................ 5
2.5 Jenis Perselisihan dalam Hubungan Industrial............................................................ 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 9
3.2 Saran ............................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. Error! Bookmark not defined.

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “HUBUNGAN INDUSTRIAL” ini
tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari
jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Drs. Ec.
Harry Widyantoro, M.Si pada bidang studi Manajemen Sumber Daya Manusia. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ec. Harry Widyantoro, M.Si selaku dosen
pembimbing mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah.

Surabaya, Desember 2021

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hubungan industrial sebelumnya disebut hubungan buruh. Istilah yang semula
diasumsikan sebagai hubungan buruh hanya membahas hubungan antara
pekerja/buruh dan pengusaha. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan kerja
tidak hanya membahas hubungan antara pekerja dan pengusaha, tetapi juga membahas
masalah ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Menurut Pedoman Pelaksanaan
Hubungan Industrial, ada beberapa alasan diterapkannya penggantian istila h.
Hubungan Industrial (Hubungan Industri) adalah kegiatan yang mendukung
terjalinnya hubungan yang harmonis antara pelaku usaha, yaitu pengusaha, karyawan,
dan pemerintah, sehingga tercapai ketenangan hati dan tercapainya kelangsunga n
usaha.
Melihat pentingnya kegiatan ini, maka masalah tenaga kerja perlu mendapat
perhatian khusus saat menghadapinya, karena berdampak besar terhadap kelangsunga n
proses produksi perusahaan. Dalam kegiatan Hubungan Industrial, pemerinta h,
pekerja/buruh serta pengusaha atau organisasi pengusaha mempunyai fungsi dan
perannya masing- masing yang sudah di atur di dalam UUD. Dalam makalah ini akan
Kami jelaskan tentang pengertian Hubungan Industrial. Dengan adanya Hubunga n
Industrial dalam suatu perusahaan maka akan dapat meningkatkan produktivitas dan
kerjasama antar karyawan dan pengusaha sehingga perusahaan dapat berjalan terus.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu hubungan industrial ?
2. Bagaimana hubungan pemerintah, karyawan dan manajemen ?
3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya organisasi karyawan ?
4. Apa saja pendekatan dalam hubungan industrial ?
5. Bagaimana hubungan ketenagakerjaan ?
6. Apa saja jenis – jenis perselisihan dalam hubungan industrial ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi hubungan industrial
2. Untuk mengetahui hubungan pemerintah, karyawan dan manajemen

1
3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya organisas i
karyawan
4. Untuk mengetahui pendekatan dalam hubungan industrial
5. Untuk mengetahui hubungan ketenagakerjaan
6. Untuk mengetahui jenis – jenis perselisihan dalam hubungan industrial

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hubungan Industrial
Hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam produksi barang dan jasa antara
sumber daya manusia dan suatu organisasi industrial seperti pengusaha, pemerinta h,
dan pekerja/buruh yang didasari nilai- nilai Pancasila dan UUD. Baik internal maupun
eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang terkait dalam hubungan ini adalah pekerja,
pengusaha dan pemerintah yang diistilahkan sebagai tripartit. Di tingkat perusahaan,
pekerja dan pengusaha merupakan tokoh utama dalam hubungan industrial.

2.2 Keterkaitan Pemerintah dalam Hubungan Industrial

Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan


kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan melakukan
penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
Peranan pemerintah, dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) mewajibkan
penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui mediasi.Dalam hal pekerja dan
pengusaha melakukan hubungan kerja melalui pembuatan suatu perjanjian
kerja.Perselisihan hubungan industrial adalah tentang penyelesaian perselisihan dalam
hubungan industrial yaitu pertentangan antara majikan atau perkumpulan maj ikan
dengan serikat pekerja atau gabungan serikat pekerja, berhubung dengan tidak adanya
persesuaian paham mengenai hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan atau keadaan
pekerja.

Fungsi pemerintahan dalam hubungan industrial di Indonesia, berkaitan dengan


pegawai negeri sipil sebagai perantara hubungan industrial yang diberikan tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan hubungan industrial serta
penyelesaian hubungan industrial. Hubungan antar warga masyarakat sendiri
(hubungan horizontal) diatur oleh hukum privat, sedangkan hukum privat itu asalnya
dari kesadaran hukum yang bersifat umum, karena kedudukannya lebih tinggi dari
pada pemerintah maupun undang-undang. Hukum privat adalah yang berkedudukan
pertama.

3
2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Organisasi Karyawan
a. Faktor Eksternal
● Adanya perubahan dalam hukum ketenagakerjaan
● Adanya peningkatan dalam aktivitas pembentukan organisasi karyawan di
lingkungan industri sekitar
b. Faktor Internal
● Organisasi gagal untuk menyelesaikan aspirasi atau keluhan karyawan
● Tingkat absen dan turnover sangat tinggi, melebihi perusahaan sejenis
● Adanya ketidakpuasan kerja
● Gaji dan tunjangan lebih rendah dari rata-rata industri dan perusahaan
sejenis yang berskala sama
● Prosedur penyelesaian keluhan dianggap tidak berguna bagi karyawan

2.4 Pendekatan dalam Hubungan Industrial


Dalam hubungan bisnis dapat dijelaskan dengan pandangan tertentu dari berbagai
pendekatan yang ada yakni:
1. Pendekatan Unittaris (Unitaris Approach)
Organisasi dianggap sebagai suatu yang terintegrasi secara keseluruhan, dimana
manajemen dan anggota lainnya memiliki tujuan yang sama, kerja sama yang
saling menguntungkan
2. Pendekatan Pluralis (Pluraist Approach)
organisasi dianggap sebagai bagian-bagian dari kelompok yang kuat dan
berbeda. Masing-masing dengan loyalitas sendiri yang sah dan dengan
menetapkan tujuan mereka sendiri dan para pemimpin masing- masing. Secara
khusus, kedua sub-kelompok dominan dalam perspektif pluralistik adalah
manajemen dan serikat pekerja. Akibatnya, peran manajemen akan kurang
bergantung pada penegakan dan pengawasan dan lebih ke arah persuasi dan
koordinasi. Serikat pekerja dianggap sebagai wakil yang sah dari karyawan,
konflik ditangani oleh perundingan bersama dan tidak selalu dipandang sebagai
sesuatu yang buruk, dan jika dikelola, tidak akan dapat disalurkan ke arah
evolusi dan perubahan positif.
3. Pendekatan Radikal (Pendekatan Radikal)
Pendekatan atau disebut juga sebagai teori Marxis mengenai hubungan industr i
dengan sifat dari masyarakat kapitalis, di mana ada pembagian dasar

4
kepentingan antara modal dan tenaga kerja, dan hubungan kerja terhadap
sejarahnya. Perspektif ini melihat kekuasaan dan kekayaan ekonomi
sebagaimana akar dalam sistem ekonomi kapitalis. Oleh karena itu dipandang
tidak terelakkan dan pembentukan serikat pekerja merupakan respons alami
pekerja terhadap eksploitasi mereka dengan modal.Sementara mungkin ada
masa-masa kesepakatan, pandangan Marxis akan mengarah bahwa lembaga -
lembaga dari peraturan yang disepakati bersama akan meningkat daripada
posisi dari manajemen sebagaimana mestinya menganggap kelanjutan dari
kapitalisme tersebut.

2.5 Hukum Ketenagakerjaan

Hukum ketenagakerjaan di Indonesia diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah kerja.
Tujuan dari dibentuknya hukum ketenagakerjaan adalah untuk :

• Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan


manusiawi

• Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang


sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah

• Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudka n


kesejahteraan

• Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara tenaga kerja dengan
pengusaha. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha
dan pekerja/buruh. Hubungan kerja terdiri dari dua macam yaitu hubungan kerja
berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan hubungan kerja berdasarkan
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Perjanjian kerja yang dibuat tersebut
dapat dilakukan secara tertulis atau lisan. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara
tertulis harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Mengenai hubungan kerja tersebut diatur di Bab IX Pasal 50-66 UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja yang dibentuk antara pengusaha dan

5
pekerja/buruh haruslah berlandaskan dan sesuai dengan substansi dari UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan hukum lainnya yang terkait.

Di dalam menjalankan aktivitas perusahaan, pengusaha mempunyai kewajiban untuk


memenuhi hak dari setiap pekerja. Hak pekerja tersebut diantaranya yaitu hak untuk
mendapatkan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi atas dasar apapun, hak untuk

mengembangkan kompetensi kerja, hak untuk beribadah menurut agama dan


kepercayaannya, hak untuk mendapatkan upah atau penghasilan yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia, hak untuk mendapatkan perlindungan, kesejahteraan,

kesehatan, dan keselamatan kerja.

Apabila pekerja merasa bahwa hak-haknya yang dilindungi dan diatur di dalam UU
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut merasa tidak terpenuhi dan
diabaikan oleh pengusaha maka hal tersebut akan dapat menyebabkan perselisiha n-

perselisihan tertentu antara pengusaha dan pekerja. Jika perselisihan itu terjadi, maka
peraturan hukum di Indonesia telah mengaturnya di dalam UU No. 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Perselisihan Hubunga n

Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara


pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat

buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisiha n


pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam
satu perusahaan. Setiap bentuk perselisihan tersebut memiliki cara atau prosedur

tersendiri untuk menyelesaikannya baik itu melalui perundingan bipartit, mediasi,


konsiliasi, arbitrase, atau diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.

2.5 Jenis Perselisihan dalam Hubungan Industrial


Perselisihan dalam hubungan industrial merupakan hal yang kerap terjadi dalam dunia.
Perselisihan hubungan industrial menurut UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesa ia n
Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI) ialah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh.

6
Pasal 2 UU PPHI mengatur empat jenis perselisihan hubungan industrial, yaitu
perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja,
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.
Berikut jenis perselisisahannya:

● Perselisihan hak ialah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak,
akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama. Hak yang dimaksud dalam perselisihan ini adalah hak normatif, yang
sudah ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja
bersama atau peraturan perundang-undangan. Perselisihan ini dapat terjadi ketika
misalnya pekerja menolak gaji yang diberikan oleh perusahaan karena masing-
masing pihak mempunyai definisi atas gaji yang berbeda dari perjanjian kerja yang
telah dibuat.
● Perselisihan kepentingan Adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan/atau perubahan
syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Misalnya adalah jika perusahaan
mengubah isi dari perjanjian kerja tanpa adanya kesepakatan dari karyawan.
● Perselisihan pemutusan hubungan kerja Perselisihan pemutusan hubungan kerja
adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengena i
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. Kasus yang
sering terjadi adalah ketika perusahaan memutuskan hubungan kerja secara sepihak
dengan pekerjanya dan pekerja tersebut tidak setuju dengan keputusan perusahaan
tersebut.
● Perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan Perselisihan antar serikat
pekerja dalam satu perusahaan adalah perselisihan antar serikat pekerja dalam satu
perusahaan karena tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan
pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikatpekerjaan.

Untuk menyelesaian perselisihan di atas, terdapat beberapa cara yang dapat digunaka n
yaitu:

1. Perundingan bipartit Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja/buruh

atau serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesa ika n

7
perselisihan hubungan industrial. Semua jenis perselisihan hubungan industria l
wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaiannya melalui perundingan bipartit
secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Mediasi Mediasi adalah lembaga penyelesaian perselisihan hak, perselisiha n
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang
ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.
3. Konsiliasi Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisiha n

pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh


hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau
lebih konsiliator yang netral.
4. Arbitrase Arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, di luar
Pengadilan Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang
berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang
putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.
5. Pengadilan Hubungan Industrial Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) adalah
pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri yang berwenang
memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan hubunga n
industrial.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan industrial adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama dan sesudah masakerja. hukum hubungan industrial dapat
diartikan sebagai peraturan-peraturan yang mengatur tenaga kerja pada waktu sebelum
selama dan sesudah masa kerja. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan
yang sama untuk memilih,mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperole h
penghasilan yang layak didalam atau di luar negeri. Dari pengertian tersebut dapat
dijelaskan bahwa serikat pekerja adalah organisasi yang dibentuk oleh pekerja dan
mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab. Adapun
tujuan dari serikat pekerja adalah memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan
kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya.

3.2 Saran
Untuk peningkatan relevansi, kualitas, dan efisiensi penyelenggaraan kerja maka dapat
melakukan pembinaan dan pelatihan kerja.
1. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka,
bebas,obyekti&, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi.
2. Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan perluasan kesempatan kerja
baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.
3. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jamina n
sosial tenaga kerja.
4. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungs i
menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan,
dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan.

9
DAFTAR PUSTAKA
Anugerah. (2020, September 14). SEBAIKNYA ANDA TAHU : JENIS PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL. Retrieved from disnakertrans.ntbprov.go. id :
https://disnakertrans.ntbprov.go.id/sebaiknya-anda-tahu-jenis-perselisihan- hubungan-
industrial/
Rahayu, E. (2015, July 13). Hukum Ketenagakerjaan. Retrieved from elvira.rahayupartners. id :
https://elvira.rahayupartners.id/id/know-the-rules/manpower- law
Sumertayasa, D. A. (-). PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM HUBUNGAN
INDUSTRIAL. Peran, Fungsi, Pemerintah, Hubungan Industrial, 3-6.

10

Anda mungkin juga menyukai