Anda di halaman 1dari 14

A.

Latar Belakang
Jual beli merupakan aktivitas yang dihalalkan Allah. Setiap muslim diperkenankan
melakukan aktivitas jual beli. Hal ini merupakan Sunatullah yang telah berjalan turun-temurun. Jual
beli memiliki bentuk yang bermacam macam. Jual beli biasanya dilihat dari cara pembayaran, akad,
penyerahan barang dan barang yang diperjualbelikan. Islam sangat memperhatikan unsur-unsur ini
dalam transaksi jual beli, Islam memiliki beberapa kaidah dalam jual-beli, Seperti yang tertera dalam
firman Allah dalam surat An-nisa’ 29
Di Indonesia transaksi jual beli sudah mengikuti kemajuan zaman di mana transaksi jual beli
tidak hanya antara penjual dan pembeli melainkan banyak jenis transaksi yang umum yang dilakukan
oleh masyarakat Indonesia tetapi tidak mengurangi keabsahan hukum jual beli menurut Islam, seperti
transaksi Online via ATM, transaksi Cash on Delivery, dan transaksi Rekber atau rekening bersama
dan transaksi lainnya yang telah dikaji oleh majelis ulama Indonesia.
Masuknya pengaruh dari dunia Barat dengan kecanggihan teknologi yang mendominasi kaum
muslim, berupa tingkatan sosial dan ekonomi serta berlakunya hukum positif pada masa dan tempat
tertentu, menimbulkan permasalahan baru yang membutuhkan perhatian dan solusi pemecahannya,
termasuk dengan muamalah yang berkaitan dengan jual beli, seperti melakukan jual beli dengan
barang yang masih dalam keadaan ditawar dengan harga masih dinegosiasikan dan disepakati hanya
belum terjadi ijab dan kabul, maka tidak boleh ada yang menawar dengan harga yang melebihi
tawaran yang pertama.
Islam memberikan batasan-batasan dalam menjelaskan hak dan kewajiban antara pembeli dan
penjual, agar dalam dalam praktik jual beli bisa berjalan dengan baik sesuai dengan aturan dalam
Islam. Para ulama fiqh telah merumuskan sekian banyak rukun dan syarat sahnya jual beli yang
mereka pahami dari nash Al-Quran dan nash hadis Rasulullah saw, yaitu adanya penjual dan pembeli,
adanya barang yang diperjual belikan, ijab kabul dan harga. Hal-hal tersebut merupakan syarat dan
rukun dalam jual beli, meskipun ada perbedaan pendapat antar ulama mazhab satu dengan ulama
mazhab yang lainnya. Masing-masing ulama menyesuaikan kondisi zaman, situasi, tempat dan
metode yang digunakan dalam mengambil keputusan hukum.
Menurut Sayyid Sabiq dalam Kitabnya Fiqh Sunnah Transaksi jual beli adalah Penukaran
benda dengan benda lain dengan jalan saling atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya
dengan cara yang diperbolehkan (Sabiq, t.th:126).Ada sebagian ulama memberikan pemaknaan
tentang jual beli (bisnis), diantara-Nya; ulamak Hanafiyah “ Jual beli adalah pertukaran harta dengan
harta (benda) berdasarkan cara khusus (yang di bolehkan) syara’ yang disepakati”. Menurut Imam
nawawi dalam al-majmu’ mengatakan “Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk
kepemilikan”. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak
milik atas dasar saling merelakan
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian
makalah ini adalah:

1. Pengaruh hukum Islam terhadap transaksi jual beli di Indonesia?


2. Jenis-jenis transaksi yang sering digunakan oleh masyarakat di Indonesia?
3. Hukum jenis-jenis transaksi jual beli yang ada di Indonesia?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. untuk melihat bagaimana hukum Islam mengatur transaksi jual beli di Indonesia
pada zaman saat ini.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis transaksi jual beli yang populer dan yang diminati
oleh masyarakat Indonesia saat ini.
3. Untuk mengetahui hukum-hukum dari berbagai jenis transaksi jual beli yang
populer di Indonesia.
A. Jual Beli Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Jual Beli

Secara bahasa, kata bai’ berarti penukaran secara mutlak.Jual-Beli (al-bayi’) secara bahasa
merupakan masdar dari kata (bi’tu), diucapkan (ba’a-yabi’u) bermakna memiliki dan membeli. Secara
terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan ulama fikih, meskipun substansi
dan tujuan masing-masing definisi adalah sama. Ulama Hanafiah mendefinisikan dengan saling
menukar harta dengan harta melalui cara tertentu.2 Definisi ini mengandung pengertian bahwa cara
khusus yang dimaksud oleh Hanafiah adalah melalui ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan
qabul(pernyataan menjual dari penjual), atau juga boleh melalui saling memberikan barang dan harga
dari penjual dan pembeli.3 Definisi lain diungkapkan ulama Malikiah, Safi‟iyah dan Hanabilah
bahwa jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan
pemilikan. Penekanan kepada kata „milik‟ dan „pemilikan‟ karena ada juga tukar menukar harta yang
sifatnya tidak harus dimiliki, seperti sewa-menyewa atau ijarah.

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama manusia mempunyai landasan yang
kuat dalam Al-Quran dan As-sunnah Rasulullah SAW seperti dalam ayat berikut:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
Islam mempertegas legalitas dan keabsahan jual-beli secara umum, serta menolak dan
melarang konsep riba. Allah adalah zat Yang Maha mengetahui atas hakikat persoalan kehidupan, jika
dalam suatu perkara terdapat kemaslahatan dan manfaat maka diperbolehkan.

Sebaliknya, jika di dalam terdapat kerusakan dan mad}ara>t, maka Allah mencegah dan
melarang untuk melakukannya. Para ulama sendiri telah sepakat mengenai kebolehan jual beli sebagai
perkara yang telah dipraktikkan sejak zaman Nabi SAW hingga masa kini. Banyak hadis yang
menjelaskan tentang kejadian yang terjadi di masa Rasulullah tentang perniagaan atau jual beli,
seperti dalam hadis berikut ini:

Artinya: Nabi Muhammad SAW. Pernah ditanya: “Pekerjaan apakah yang paling baik?” Nabi
menjawab, “Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual-beli yang terpuji.” (HR.
Al-Bazzar dan dihukumi sahih oleh Al-Hakim)

Hadis di atas dengan jelas memperbolehkan jual beli, bahkan menurut Rasulullah jual beli
merupakan salah satu pekerjaan yang paling baik. Rasulullah sendiri merupakan seorang pedagang di
masa mudanya. Kisah tentang beliau yang menjual barang-barang dagangan milik Siti Khadijah, yang
di kemudian hari menjadi istri beliau, menjadikan bukti bahwa Rasulullah adalah seorang pedagang.

Tidak ada perselisihan tentang jual beli dan Islam jelas memperbolehkannya, hanya saja
dalam perkembangannya mengalami beberapa bentuk atau model jual beli yang membutuhkan
pemikiran baru atau ijtihad di kalangan umat Islam.

3. Rukun Jual Beli

Rukun jual beli ada tiga yaitu sigat pelaku akad dan obyek akad.9Masing-masing dari tiga hal
tersebut terdiri dri dua bagian , pelaku akad terdiri dari penjual dan pembeli. Obyek terdiri dari barang
serta harganya dari barang tersebut. Sigat terdiri dari ijab dan qobul. Menurut ahli hukum Islam
kontemporer rukun-rukun tersebut ditambahkan dengan maudu' al-‘aqd yaitu tujuan dari akad
tersebut

a. Pelaku akad meliputi syarat-syarat berikut ini


1) Berakal

Pelaku, baik penjual dan pembeli tidak terkecoh, maka dari itu pelaku harus merupakan orang
yang berakal. Orang gila dalam hal ini tidak sah jual belinya.

2) Kehendak pribadi

Maksud dari hal ini adalah jual beli yang dilakukan bukan merupakan sebuah paksaan dan
atas kehendak sendiri.

3) Tidak mubazir

Perbuatan mubazir merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam, maka dari itu barang
yang dibeli oleh seseorang tersebut tidaklah barang yang disia-siakan.

4) Balig

Anak kecil tidak sah jual belinya, namun bagi sebagian ulama memperbolehkan bagi anak
yang belum berumur tapi sudah mengerti tentang tata cara dari jual beli.

b. Obyek Akad

1) Suci

Barang yang najis tidak sah diperjual belikan. Uang hasil penjualannya tidak boleh digunakan
untuk membeli suatu barang.

2) Ada manfaat

Barang yang diperjual-belikan merupakan suatu barang yang bermanfaat.

3) Barang dapat diserahkan

Tidak sah menjual barang yang tidak dapat diserahkan kepada pembelinya contohnya
seseorang menjual ikan yang ada dilaut.

4) Milik penuh dan penguasaan penuh

Barang yang dijual merupakan miliknya sendiri yang sah, jika barang tersebut milik orang
lain, dia harus diberi kuasa penuh atas barang tersebut untuk dijual.

5) Barang tersebut diketahui kedua belah pihak


Adapun barang yang diperjual belikan tersebut merupakan barang yang sudah diketahui
wujud dan keterangannya oleh kedua belah pihak.

c. Sigat

Sigatul‘aqd adalah pernyataan kehendak dan terdiri atas ija>b dan qabul, adapun syarat-
syaratnya adalah sebagai berikut,

1) Adanya persesuaian ijab dan qabul yang menandai adanya persesuaian kehendak sehingga
terwujud kata sepakat.

2) Persesuaian kehendak atau kata sepakat itu dicapai dalam satu majelis yang sama, dengan kata lain
syarat kedua ini adalah adanya kesatuan majelis.

d. Tujuan akad

Tujuan akad adalah maksud pokok yang hendak diwujudkan oleh para pihak, seperti
memindahkan pemilikan atas suatu benda dengan imbalan dalam akad jual beli, tujuan akad memiliki
beberapa karakteristik yaitu

1) Bersifat objektif, arti berada dalam akad sendiri, tidak berubah dari satu akad ke akad yang lain.

2) Menentukan jenis tindakan hukum.

3) Merupakan fungsi hukum.

4. Jual Beli yang Dilarang

Jual beli pada dasarnya hukumnya adalah mubah menurut Islam. Seperti yang sudah dibahas
dalam dasar hukum jual beli diatas, namun Islam tetap memberikan rukun dan syarat agar kegiatan
jual beli yang dilakukan oleh manusia menjadi sah menurut hukum Islam. Kegiatan jual beli yang
dilarang dalam Islam adalah sebagai berikut,20

a. Jual beli yang dilarang tetapi sah hukumnya

1) Talaqqi rabban
Praktik di mana seorang mencegat orang-orang yang membawa barang dan membeli barang
tersebut sebelum sampai dipasar. Rasulullah Saw melarang jual beli ini dengan tujuan mencegah
terjadinya kenaikan harga.

2) Najasyi

Najasyi adalah seseorang menambah atau melebihi harga temannya dengan memancing-
mancing agar mau membeli barang milik temannya tersebut.23 Secara istilah najasyi memiliki
beberapa bentuk misalnya, seseorang menaikkan harga pada saat lelang sedangkan dia tidak berniat
untuk membeli, baik ada kesepakatan sebelumnya antara dia dan pemilik barang atau perantara,
maupun tidak. Penjual menjelaskan kriteria barang yang tidak sesungguhnya. Penjual berkata, “harga
pokok barang ini sekian” dalam penetapan harga, padahal dia berdusta

3) Menawar barang yang sedang ditawar orang lain.

Contoh kasus ini adalah seseorang menyuruh penjual untuk menolak penawaran yang
dilakukan oleh pembeli lain, agar barang tersebut dijual kepadanya dengan harga yang lebih tinggi.

4) Menjual di atas penjualan orang lain

Seseorang berkata “kembalikan saja barang itu kepada penjualnya, kemudian barangku saja
yang kamu beli dengan harga yang lebih murah”. Hal ini dilarang, sesuai sabda Rasulullah

b. Jual Beli Terlarang dan Batal Hukumnya

Jual beli terlarang adalah jual beli yang dimana akad ataupun barang yang diperjualbelikan
merupakan sesuatu yang dilarang dalam hukum Islam. Jenis jual beli terlarang dan batal hukumnya
adalah sebagai berikut

1) Jual beli barang najis

Memperjualbelikan barang yang dihukumi najis oleh agama atau syara‟ seperti jual beli
minuman keras, bangkai, babi dan berhala.

2) Jual beli mazamin


Jual beli mazamin adalah menjual sperma hewan, di mana penjual membawa hewan pejantan
kepada hewan betina untuk dikawinkan

3) Jual beli mulaqih

Jual beli mulaqih merupakan jual beli janin hewan yang masih dalam kandungan. Hal ini
dilarang

4) Jual beli muhaqalah dan mukhadarah

Baqalah berarti tanah, sawah dan kebun, maksudnya adalah jual beli tanaman yang masih di
ladang atau sawah. Hal ini dilarang karena akan memunculkan persengketaan riba. Sementara jual
beli mukhadarah melakukan jual beli buah buahan yang belum dipanen. Hal ini dikarenakan barang
tersebut masih samar samar

5) Jual beli mulamasah

Jual beli yang dilakukan dengan sentuh menyentuh barang yang dijual. Contohnya adalah
seseorang datang ke pasar kemudian menyentuh kain maka kemudian orang tersebut harus membeli
kain itu karena telah meyentuhnya. Hal ini dilarang karena mengandung tipuan dan kemungkinan
menimbulkan kerugian terhadap salah satu pihak.

6) Jual beli munabaz’ah

Jual beli munabaz’ah merupakan jual beli lempar melemparkan apa yang ada padamu nanti
juga akan dilemparkan semua yang ada pada si pelempar dan kemudian terjadi jual beli. Jual beli ini
dilarang karena terdapat garar dan tidak adanya ijab qobul

7) Jual beli bersyarat

Jual beli bersyarat yaitu jual beli di mana barang yang akan dijual apabila ada hal lain sebagai
syarat. Contohnya seseorang akan membeli beras dari orang lainnya dengan syarat orang tersebut
menjual jam tangannya terlebih dahulu padanya.

8) Jual beli dengan muzabanah

Yaitu menjual buah yang basah dengan buah yang kering. Contohnya menjual padi
yang kering dengan bayaran padi yang basah.

9) Jual beli garar


Garar sebuah jual beli yang mengandung unsur ketidaktahuan atau ketidakpastian
(jahalah) antara dua pihak yang bertransaksi, atau jual beli sesuatu objek akad tidak diyakini
dapat diserahkan

B. Jenis-jenis transaksi jual beli di Indonesia

1. Transfer Antar Bank

Transaksi dengan cara transfer antar bank merupakan jenis transaksi yang paling umum dan
populer digunakan oleh para penjual online. Selain cukup simple, jenis transaksi ini juga
memudahkan proses konfirmasi karena dana bisa dengan cepat di cek oleh penerima dana / penjual.
Proses nya adalah pertama pembeli mengirim dana yang telah disepakati lalu setelah dana masuk,
maka penjual akan mengirimkan barang transaksi yang dijanjikan.

Kekurangan transaksi antar bank adalah diperlukannya kepercayaan yang tinggi dari para
pembeli sebelum memutuskan mengirim dana. Disini tidak jarang terjadi penipuan, setelah dana
terkirim ternyata barang tak kunjung diterima.

Kredibilitas atau nama baik penjual dapat menjadi tolak ukur bagi para pembeli. Salah satu
tipsnya adalah penjual yang kredibel biasanya telah mempunyai kerjasama dengan bank yang
digunakan untuk proses transaksi. Dengan begitu keamanan dana kita bisa lebih terjamin.

Untuk para pembeli, bila ragu dengan kredibilitas si penjual, maka sebaiknya kita mencari
informasi mengenai orang tersebut di internet sebelum men-transfer uang. Kita bisa menemukan
informasi tentang bisnis orang tersebut, nomor rekeningnya, nomor telepon, ulasan pembeli
sebelumnya, dan lain-lain, dengan cara mengetikkan beberapa baris kata di mesin pencari Google.
Bila orang tersebut pernah tersangkut masalah penipuan atau transaksi tidak lancar maka sebaiknya
Anda urungkan dulu niat untuk men-transfer.

2. COD (Cash on Delivery)


Pada sistem COD sebenarnya masih menganut cara lama yaitu dengan bertemu antara penjual
dan pembeli. Biasanya sistem transaksi ini dilakukan dalam jual beli antar orang ke orang dan pada
umumnya COD digunakan untuk barang second karena pembeli harus memeriksa dengan baik
keadaan barang tersebut.
Keuntungan dari sistem ini adalah antara penjual dan pembeli lebih bisa leluasa dalam proses
transaksi. Pembeli bisa melihat dengan detil barang yang akan dibeli, dan juga memungkin kan tawar
menawar. Jenis transaksi ini di populerkan oleh website jual beli seperti Tokobagus, Berniaga dan
banyak website jual beli lain.
Kekurangan dari sistem ini adalah keamanan baik penjual maupun pembeli. Karena mungkin
saja pihak yang akan kita temui adalah orang yang berniat jahat kepada kita. Oleh karena itu tips yang
bisa dilakukan adalah dengan menentukan tempat transaksi yang aman bisa di tempat keramaian atau
pergi bersama orang yang dapat menjaga kita.

3. REKBER (Rekening Bersama)

Jenis transaksi jual beli online yang terakhir adalah dengan menggunakan rekening bersama
atau yang juga disebut dengan istilah escrow. Cara pembayaran ini sedikit berbeda dengan proses
pembayaran melalui transfer bank. Jika dalam transfer bank, pihak ketiga nya adalah bank, sedangkan
dengan sistem Rekber yang menjadi pihak ketiga adalah lembaga pembayaran yang telah dipercaya
baik oleh pihak penjual maupun pembeli.

Dalam hal ini peran lembaga pembayaran sangatlah penting. Prosesnya yaitu pertama pembeli
mentransfer dana ke pihak lembaga Rekber. Setelah dana dikonfirmasi masuk, lalu pihak Rekber
meminta penjual mengirim barang yang sudah disepakati. Dan jika barang sudah sampai baru dana
tersebut diberikan pada sang penjual.

Dengan sistem ini dana yang diberikan oleh pembeli bisa lebih terjamin keamanannya.
Karena dananya hanya akan dilepas jika barang benar benar sudah di tangan. Jika terjadi masalah pun,
dana bisa ditarik oleh sang pembeli. Sistem ini banyak digunakan pada proses jual beli antar member
forum Kaskus. Setelah dipopulerkan kini sistem Rekber pun kian diminati karena dianggap lebih
aman.

C. Hukum Transaksi Jual Beli Di Indonesia

1. Hukum jual beli via transfer antar bank


Pendapat Ulama Mengenai Transfer melalui Bank. Dalam hal ini, pendapat ulama mengenai
hukum transfer melalui bank, tidaklah dijumpai secara langsung. Tidak juga terdapat fatwa ulama
tentang hal ini, namun jika ditinjau dari proses transaksi antara penjual dan pembeli maka para ulama
sepakat bahwa transaksi via transfer antar bank memenuhi syarat akad jual beli, menurutMuhammad
Syutho dalam kitabnya I‟anat al-Thalibin menyatakan sebagai berikut: “Diam yang memutuskan yang
diperkirakan disini ialah diamnya setelah tahu apa maksud surat tersebut.” Ibnu Human Al Hanafiy
dalam kitabnya Fath al- Qadir menyatakan, “Surat seperti ucapan, begitu juga utusan sehingga majlis
dianggap ada pada waktu sampai tulisan (surat) dan disampaikan utusan. Shihabuddin al-Qalyubiy
menyebutkan sebagai berikut, “Perhatian sewajarnya tidak merusak perkataan dari orang yang
menulis surat (jika aqad-nya dengan perantaraan surat) bagi orang yang ghaib (tidak satu tempat
dengan penulis) secara muthlaq. Demikian juga tidak dari orang yang menerima surat tersebut kecuali
setelah wajib mensegerakan qabul atasnya (dengan diketahuinya apa isi surat tersebut). Pernyataan
para ulama diatas menunjukkan bahwa:

1. Akad boleh dengan mempergunakan kitabah (surat) apabila antara penjual dan pembeli berada pada
tempat yang berjauhan.

2. Adanya antara (diam atau berbicara) ijab dan qabul pada aqad yang dilakukan pada transfer bank
adalah tidak mempengaruhi keabsahan tersebut.

Dengan demikian jelaslah bahwa transaksi jual beli dengan transfer bank adalah memenuhi syarat-
syarat aqad yang ditetapkan oleh para ulama yaitu dengan mempergunakan surat sebagai perantara
dari pihak pembeli(Letter of credit)

2. Hukum jual beli via COD (Cash on Delivery)

Sistem jual dan beli yang bentuk pemesanan (tidak berjumpa) sesuai keinginan pemesan dan
saat akad juga sesuai, apabila antara sang penjual barang dan pembeli berjumpa dalam satu tempat
setelah pemesanan, sistem jual beli ini didalam islam dikenal dengan istilah Bai' Salam, yaitu jual beli
pemesanan barang yang saat akad barnag yang dipesan sesuai sifatnya, bentuk, dan ukurannya. Atau
dalam bahasa onlinenya adalah COD(Cash On Deliver). 

Syarat Jual Beli Salam dengan sistem Salam / COD adalah : 


Pertama : Jual beli ini pada barang-barang yang memiliki kriteria jelas

Kedua : Pembayaran dilakukan pada saat akad (transaksi)

Ketiga : Penyebutan kriteria, jumlah dan ukuran barang dilakukan saat transaksi berlangsung

Keempat : Pembayaran dilakukan pada saat akad (transaksi)

Kelima : Penyebutan kriteria, jumlah dan ukuran barang dilakukan saat transaksi berlangsung

Keenam : Dalam akad jual beli salam, penjual dan pembeli wajib menyepakati kriteria barang yang
dipesan. Jual beli salam harus ditentukan dengan jelas tempo penyerahan barang pesanan.

Ketujuh : Barang pesanan adalah barang yang pengadaannya ada dalam tanggung jawab penjual,
bukan dalam bentuk satu barang yang telah ditentukan dan terbatas.

Jika semua syarat ini tidak ada dalam sistem jual beli maka jual beli tersebut bisa dikatakan
haram dan tidak dibolehkan. Jikapun pelanggaran ini tetap dilakukan maka sudah barang pasti ia telah
berdosa kepada Allah SWT.

3. Hukum jual beli via REKBER (Rekening Bersama)

Rekber (rekening bersama) atau escrow adalah suatu perjanjian legal di mana sebuah barang
(umumnya berupa uang, namun bisa juga benda apapun lainnya) disimpan seorang pihak ketiga (yang
dinamakan agen escrow) sementara menunggu isi kontrak dipenuhi atau dalam hal jual
beli online adalah konfirmasi pembeli bahwa barang sudah sampai sesuai pesanan.

Dalam Islam transaksi rekber atau rekening bersama dikenal juga dengan ba'i muajjal maka
hukum dari transaksi Ba’i muajjal Tidak diragukan lagi atas bolehnya jual beli dengan system  bai’
muajjal dikarenakan banyak hadis yang menunjukkan atas kebolehannya. Oleh karena itu
diriwayatkan dari sebagian ulama mengatakan bahwa kebolehan transaksi ini telah terjadi ijma’ atas
kebolehannya.

Berkata Ibnu Bathal: Ulama bersepakat atas bolehnya jual beli dengan pembayaran
diakhirkan karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli gandum dari seorang yahudi dengan
pembayaran diakhirkan.

Dan dalam hadits shahih diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha

Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  meninggal
dan baju perangnya masih tergadaikan kepada seorang yahudi dengan 30 shaa’ dari gandum.
Dan juga berdasarkan hasil keputusan Majma’ Al-Fiqh Al-Islami (Divisi Fikih Organisasi
Kerjasama Islam/OKI) No. 51 (2/6) 1990 yang membolehkan jual beli tidak tunai atau bai’ muajjal

KESIMPULAN

Jual beli merupakan suatu kegiatan yang dihalalkan oleh Allah SWT demi
kelangsungan hidup manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari, seiring
perkembangan zaman yang sangat modern maka transaksi jual beli terus berkembang dengan
bermacam jenis transaksi yang sangat populer saat ini. Di Indonesia transaksi jual beli yang
sangat populer seperti transfer antar bank, Cash on Delivery, dan Rekber sangat diminati oleh
masyarakat Indonesia. Ulama sepakat bahwa hukum dari transaksi antar bank, Cash on
Delivery, dan Rekber diperbolehkan karena tidak merusak kaidah-kaidah jual beli yang ada
di dalam Al-Quran serta tidak mengandung riba di dalamnya
DAFTAR PUSTAKA

Waluyo, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Gerbang Media, 2010).

Hidayat, Eneng, Fiqh Jual Beli, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007).

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006).

Ghazali, Abdurrahman dkk., Fiqh Muamalat,(Jakarta: Kencana Prenada,2012).

Kurniawan, Yusuf, “ pandangan hukum Islam terhadap praktik jual beli Online”, skripsi

tidak diterbitkan, fakultas Syariah, UIN Surakarta, (Surakarta, 2017).

Hasan, M Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2003).

Anda mungkin juga menyukai