REUSAM GAMPONGLAMBHUK
KECAMATAN ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH
N0MOR 05 TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERKAWINAN
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
KEUCHIK GAMPONG LAMBHUK
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
BAB III
AZAS PERKAWINAN
Pasal 3
(1) Bahwa perkawinan adalah kewajiban dari orang tua atau wali terhadap anak;
(2) Perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
syari’at Islam dan adat Aceh.
BAB IV
KHITHBAH
Bagian Pertama
Cah Roet
Pasal 4
(1) Cah roet dilakukan oleh theulangke yang ditunjuk oleh keluarga pihak laki-laki;
(2) Theulangke sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) ikut bertanggungjawab
terhadap proses awal dalam acara peminangan sampai acara walimatul urusy.
Bagian Kedua
Peminangan
(Jak Meulakee dan Jak Ba Tanda)
Pasal 5
Pasal 6
BAB V
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
DALAM KHITHBAH
Bagian Kesatu
Kewajiban
Pasal 7
(1) Pada acara peminangan ditetapkan bentuk dan jumlah mahar (jeuname);
(2) Mahar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa emas murni 24 karat dengan
perhitungan satu manyam seberat 3,33 gram.
Pasal 8
(1) Pada acara peminangan dilakukan penyerahan sepertiga dari jumlah mahar yang
ditetapkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (2);
(2) Selain penyerahan sepertiga mahar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga
diserahkan setengah manyam emas sebagai hak meulakee;
(3) Hak meulakee sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah untuk biaya
administrasi pernikahan;
(4) Apabila pihak calon lintoe baroe membawa mahar melebihi sebagaimana
ditentukan pada ayat (1), maka merupakan titipan dan tidak termasuk dalam
sanksi adat ketika terjadi pembatalan peminangan secara sepihak.
Pasal 9
Bagian Kedua
Larangan
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
(1) Keluarga calon lintoe baroe dan dara baroe menghadirkan Keuchik dan Tengku
Gampong dalam prosesi peugatib;
(2) Apabila Keuchik dan Tengku Gampong berhalangan, maka Keuchik dan Tengku
Gampong dapat menunjuk pihak lain untuk menghadiri prosesi peugatib
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 13
(1) Pelaksanaan peugatib dilangsungkan di gampong;
(2) Apabila pihak keluarga calon dara baroe ingin melakukan prosesi peugatib di
tempat lain, maka harus mendapat izin terlebih dahulu dari Keuchik;
(3) Apabila pelaksanaan peugatib berlangsung di masjid, maka hanya dihadiri oleh
kaum laki-laki dari kedua belah pihak lintoe baroe dan dara baroe.
Bagian Kesatu
Kewajiban Dalam Peugatib
Pasal 14
(1) Dalam pelaksanaan peugatib, pihak lintoe baroe membawa mahar (jeuname) secara
tunai;
(2) Dalam pelaksanaan peugatib, kedua belah pihak lintoe baroe dan dara baroe
membawa sirih (ba ranub lam batee);
(3) Apabila pelaksanaan peugatib dilakukan di rumah pihak dara baroe, maka pihak
lintoe baroe membawa peunewo;
(4) Apabila pelaksanaan peugatib dilakukan di masjid atau di tempat lain, maka pihak
lintoe baroe tidak berkewajiban membawa peunewo;
(5) Apabila pelaksanaan peugatib dilakukan di masjid atau di tempat lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tetapi pihak keluarga dara baroe
mengundang pihak lintoe baroe untuk makan kanduri di rumah, maka pihak
lintoe baroe tetap berkewajiban membawa peunewo sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).
Bagian Kedua
Larangan Dalam Peugatib
Pasal 15
BAB VII
WALIMATUL ‘URUSY
(Meukeurija)
Pasal 16
(1) Hari meukeurija ditentukan harus dengan persetujuan Keuchik;
(2) Meukeurija dilakukan di gampong;
(3) Apabila meukeurija tidak dapat dilakukan di gampong sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), maka dapat dilakukan di tempat lain setelah mendapat izin dari
Keuchik;
(4) Apabila meukeurija dilakukan di tempat lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Keuchik tidak bertanggungjawab terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
DALAM WALIMATUL ‘URUSY
Bagian Kesatu
Kewajiban
Pasal 17
(1) Dalam acara meukeurija diundang Keuchik, Tengku Gampong, Tuha Peut, Kepala
Dusun dan Ketua Pemuda;
(2) Dalam acara meukeurija selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga
diundang jiran, kaum kerabat dan handai taulan lainnya sesuai dengan
kemampuan.
Bagian Kedua
Larangan
Pasal 18
BAB IX
INTAT LINTOE BAROE DAN DARA BAROE
Pasal 19
(1) Rombongan intat lintoe baroe terdiri dari Keuchik dan isteri, Tuha Peut dan isteri,
Tengku Gampong dan isteri, Kepala Dusun dan isteri, Ketua Pemuda dan isteri,
atau pihak lain yang ditunjuk, serta kaum kerabat dan handai taulan lainnya,
baik laki-laki mauupun perempuan;
(2) Rombongan intat dara baroe terdiri dari isteri Keuchik, isteri Tengku Gampong dan
isteri Kepala Dusun atau pihak lain yang ditunjuk, serta kaum kerabat dan handai
taulan lainnya khusus perempuan.
Pasal 20
(1) Lintoe baroe dan dara baroe dipayungi dengan payung warna kuning;
(2) Lintoe baroe didampingi oleh Ketua Pemuda atau pihak lain yang ditunjuk;
(3) Dara baroe didampingi oleh isteri Kepala Dusun atau pihak lain yang ditunjuk.
Pasal 21
Pasal 22
(1) Rombongan yang mendampingi lintoe baroe dalam acara makan kanduri sampai
serah terima terdiri dari Keuchik, Tengku Gampong, Tuha Peut, Kepala Dusun,
Ketua Pemuda dan pihak lain yang ditunjuk oleh Keuchik;
(2) Rombongan yang mendampingi dara baroe dalam acara makan kanduri sampai
pesijuk terdiri dari isteri Keuchik, isteri Tengku Gampong, isteri Kepala Dusun dan
pihak lain yang ditunjuk oleh isteri Keuchik.
BAB X
TUENG LINTOE BAROE DAN DARA BAROE
Pasal 23
(1) Rombongan lintoe baroe disambut oleh Keuchik, Tuha Peut, Tengku Gampong, dan
Kepala Dusun atau pihak lain yang ditunjuk;
(2) Rombongan dara baroe disambut oleh isteri Keuchik, isteri Tengku Gampong dan
isteri Kepala Dusun atau pihak lain yang ditunjuk.
Pasal 24
(1) Lintoe baroe dan dara baroe disambut dengan payung warna kuning;
(2) Penyambutan lintoe baroe dengan payung warna kuning sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipayungi oleh Ketua Pemuda atau pihak lain yang ditunjuk;
(3) Penyambutan dara baroe dengan payung warna kuning sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipayungi oleh isteri Kepala Dusun atau pihak lain yang ditunjuk.
Pasal 25
(1) Dalam acara penyambutan lintoe baroe dan dara baroe dapat dilakukan seumapa;
(2) Seumapa sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dilakukan sebelum acara tukar
payung;
(3) Dalam acara penyambutan lintoe baroe dan dara baroe dapat juga diadakan tari
ranup lampuan yang ditarikan oleh anak-anak.
Pasal 26
(1) Serah terima lintoe baroe dilakukan oleh Keuchik, Tuha Peut, Tengku Gampong,
dan Kepala Dusun;
(2) Serah terima dara baroe dilakukan oleh isteri Keuchik, isteri Tengku dan isteri
Kepala Dusun.
BAB XI
PEUSIJUK
Pasal 27
(1) Peusijuk pada acara intat lintoe baroe dilakukan oleh isteri Keuchik, isteri Tengku
Gampong dan pihak lain yang ditunjuk;
(2) Peusijuk pada acara intat dara baroe dilakukan oleh isteri Keuchik, isteri Tengku
Gampong dan pihak lain yang ditunjuk;
(3) Peusijuk pada acara tueng lintoe baroe dilakukan oleh isteri Keuchik, isteri Tengku
Gampong dan pihak lain yang ditunjuk;
(4) Peusijuk pada acara tueng dara baroe dilakukan oleh isteri Keuchik, isteri Tengku
Gampong dan pihak lain yang ditunjuk;
(5) Peusijuk sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), (2), (3) dan (4), juga dilakukan
oleh pihak keluarga.
Pasal 28
BAB XII
HAKAMAIN
Pasal 29
(1) Apabila terjadi percekcokan atau perselisihan antara suami dan isteri, maka
diselesaikan secara internal keluarga;
(2) Apabila percekcokan atau perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
bisa diselesaikan, maka penyelesaiannya diserahkan kepada hakamain;
(3) Hakamain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah orang yang ditunjuk dari
kedua belah pihak keluarga suami dan isteri;
(4) Apabila penyelesaian oleh hakamain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
bisa diselesaikan, maka penyelesaiannya diserahkan kepada orang tua gampong;
(5) Orang tua gampong sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah Keuchik, Tuha
Peut, Tengku Gampong dan Kepala Dusun;
(6) Perdamaian yang dilakukan oleh orang tua gampong sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) tidak dalam rangka memberikan putusan hukum.
BAB XIII
HUBUNGAN SOSIAL
Pasal 30
BAB XV
SANKSI
Pasal 31
(1) Apabila pihak calon dara baroe yang membatalkan peminangan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 10 ayat (4) maka pihak calon dara baroe mengembalikan
seluruh mahar yang telah dibawah pada saat peminangan kepada pihak calon
lintoe baroe, kecuali hak meulakee setengah manyam;
(2) Apabila pembatalan peminangan dilakukan oleh pihak calon lintoe baroe
sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (4), maka sepertiga mahar yang
diterima pihak calon dara baroe tidak dikembalikan lagi kepada pihak calon lintoe
baroe;
(3) Apabila didapati kedua calon lintoe baroe dan dara baroe berdua-duaan (khalwat
dan ikhtilath) sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (3), maka diberikan
sanksi adat berupa dipercepat pelaksanaan pernikahan paling lambat satu bulan;
(4) Sanksi adat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diputuskan dalam musyawarah
gampong paling lambat tujuh hari setelah terjadinya pelanggaran;
(5) Apabila sanksi adat yang berupa percepatan pelaksanaan pernikahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak dilaksanakan dalam waktu satu bulan, maka
Keuchik dan orang tua gampong tidak ikut serta dalam acara pernikahan dan
walimatul ‘urusy yang diselenggarakan.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Hal-hal yang belum diatur dalam Reusam Gampong ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Keuchik.
Pasal 34
Ditetapkan diBanda Aceh
pada tanggal ………………… 1434 H
…………………. 2013 M
KEUCHIKGAMPONG LAMBHUK,
Diundangkan
pada tanggal ………………….1434 H
2013 M
SEKRETARIS GAMPONG LAMBHUK,
Saddariah
I. UMUM
Pasal 1
cukup jelas
Pasal 2
cukup jelas
Pasal 3
cukup jelas
Pasal 4
cukup jelas
Pasal 5
cukup jelas
Pasal 6
cukup jelas
Pasal 7
ayat (1)
cukup jelas
ayat (2)
mahar dalam ketentuan adat Aceh mesti dalam bentuk emas, namun demikian
tidak ditutup kemungkinan mahar tersebut dalam bentuk lain berupa barang atau
sesuatu yang berharga sesuai dengan ketentuan Syari’at Islam.
Pasal 8
ayat (1)
bahwa dalam acara peminangan dilakukan penyerahan sepertiga dari jumlah
mahar yang ditetapkan, jika mahar tersebut dalam bentuk emas. Namun jika
mahar itu bukan dalam bentuk emas, maka tidak ada kewajiban untuk
menyerahkan sepertiganya, tetapi penyerahan setengah manyam emas tetap wajib
diberikan sebagai hak meulakee.
ayat (2)
cukup jelas
ayat (3)
cukup jelas
ayat (4)
Sanksi adat yang dimaksudkan adalah bagi calon lintoe baroe yang membawa
mahar pada saat peminangan melebihi sepertiga dari mahar yang ditetapkan,
maka jika terjadi pembatalan peminangan oleh pihak lintoe baroe, pihak dara
baroe mengembalikan sisa lebih dari sepertiga mahar tersebut kepada pihak calon
lintoe baroe.
Pasal 9
cukup jelas
Pasal 10
cukup jelas
Pasal 11
cukup jelas
Pasal 12
cukup jelas
Pasal 13
cukup jelas
Pasal 14
cukup jelas
Pasal 15
cukup jelas
Pasal 16
ayat (1)
cukup jelas
ayat (2)
cukup jelas
ayat (3)
cukup jelas
ayat (4)
bahwa meukeurija wajib dilakukan digampong sebagai bentuk i’lan
(pengumuman/publikasi) kepada masyarakat gampong tentang adanya
pernikahan tersebut. Tetapi jika karena kondisi tertentu sehingga harus dilakukan
di luar gampong, maka atas seizin Keuchik dapat dilakukan, namun Keuchik dan
orang tua gampong tidak bertanggungjawab terhadap berbagai masalah yang
timbul dalam acara meukeurija tersebut, seperti keributan, datangnya tamu tak
diundang dan lain-lain.
Pasal 17
cukup jelas
Pasal 18
ayat (1)
hiburan yang dilarang adalah kegiatan-kegiatan baik berupa musik, nyanyian atau
tarian yang bertentangan dengan syari’at Islam. Tetapi hiburan yang tidak
bertentangan dengan syari’at Islam dapat dilaksanakan, baik berbentuk musik
seperti rebana, nyanyian yang liriknya berupa puji-pujian kepada Allah SWT dan
Rasulullah SAW, ataupun tarian seperti rapa`i geleng dan tarian Aceh lainnya yang
dimainkan oleh laki-laki atau anak perempuan yang belum baligh.
ayat (2)
cukup jelas
Pasal 19
cukup jelas
Pasal 20
cukup jelas
Pasal 21
cukup jelas
Pasal 22
ayat (1)
cukup jelas
ayat (2)
cukup jelas
ayat (3)
dalam acara intat lintoe baroe dan dara baroe serta tueng lintoe baroe dan dara
baroe, seluruh rombongan dari gampong wajib berbusana islami. Khusus kepada
pihak yang mendampingi lintoe baroe dan dara baroe wajib berbusana islami, rapi
dan sopan, tidak boleh memakai baju kaos oblong.
Pasal 23
ayat (1)
seumapa adalah acara balas sapa antara pihak lintoe baroe dengan pihak dara
baroe atau sebaliknya dalam bentuk ucapan assalamu’laikum warahmatullah
barakatuh sekurang-kurangnya.
ayat (2)
cukup jelas
ayat (3)
cukup jelas
Pasal 24
cukup jelas
Pasal 25
cukup jelas
Pasal 26
cukup jelas
Pasal 27
cukup jelas
Pasal 28
cukup jelas
Pasal 29
ayat (1)
cukup jelas
ayat (2)
cukup jelas
ayat (3)
cukup jelas
ayat (4)
cukup jelas
ayat (5)
cukup jelas
ayat (6)
bahwa perdamaian itu hanya sebatas mendamaikan para pihak yang berperkara.
Pihak gampong tidak boleh memberikan suatu putusan hukum berupa penetapan
telah jatuhnya thalak atau putusan hukum lainnya.
Pasal 30
cukup jelas
Pasal 31
cukup jelas
Pasal 32
cukup jelas
Pasal 33
cukup jelas
Pasal 34
cukup jelas
KEUCHIKGAMPONG LAMBHUK,