Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

CARA BERPIKIR DALAM MEMPELAJARI


SEJARAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Sejarah

Disusun Oleh:
 Nina Nurazizah
 Kakan Nurkholifah
 Wildan
 Neng Siti Rubiah
 Kartini B K
 Hanifah Lutfiah

Kelas X MIA 2

MA AL-MUTHOHHAR
PLERED – PURWAKARTA
2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan HinayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran
mata pelajaran sejarah Kelas X MA.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Purwakarta, Oktober 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 1
BAB II CARA BERPIKIR DALAM MEMPELAJARI SEJARAH......................... 2
A. Cara Berpikir Koronologis (Diakronis) dalam Mempelajari Sejarah...... 2
B. Cara Berpikir Sinkronis dalam Mempelajari Sejarah.............................. 4
C. Konsep Ruang dan Waktu........................................................................ 6
BAB III PENUTUP................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah adalah ilmu yang mandiri. Mandiri, artinya mempunyai filsafat ilmu
sendiri, permasalahan sendiri, dan penjelasan sendiri. Sejarah berarti menafsirkan,
memahami,dan mengerti. Kita mualia dengan menunjukan ke khasan sejarah sebagai
ilmu. Will Helm Diel They 1833-1911 membagi ilmu menjadi dua, yaitu ilmu tentang
dunia luar dan ilmu tentang dunia dalam. Ilmu tentang dunia luar adalah ilmu yang
mempelajari tentang alam, sedangkan ilmu tentang dunia dalam adalah ilmu-ilmu
kemanusiaan humanities, human studies, cultural sciences dalam ilmu-ilmu
kemanusiaan dimasukannya sejarah, ekonomi, sosiologi, anntropologi social, psikologi,
perbandingan agama, hokum politik, filologi dan kritik sastra.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara berpikir koronologis (diakronis) dalam mempelajari sejarah?
2. Bagaimana cara berpikir sinkronis dalam mempelajari sejarah?
3. Bagaimana konsep ruang dan waktu sejarah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalahs ebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara berpikir koronologis (diakronis) dalam mempelajari
sejarah.
2. Untuk mengetahui cara berpikir sinkronis dalam mempelajari sejarah.
3. Untuk mengetahui konsep ruang dan waktu sejarah.

1
BAB II
CARA BERPIKIR DALAM MEMPELAJARI SEJARAH

Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena merupakan pengalaman masa lampau


yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan
kebenaran mengenai masa lampau. Dan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan
maka harus dibuktikan secara keilmuan menggunakan metode-metode dan berbagai
standard ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, dan  kebenaran tersebut dapat
dibuktikan dengan dokumen yang telah diuji sehingga dapat dipercaya sebagai suatu
fakta sejarah.
          Sejarah dianggap sebagai suatu ilmu karena sejarah sendiri mempunyai syarat-
syarat ilmu, antara lain:
1. Adanya objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di masa lalu yang
merupakan sebab akibat;
2. Adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah;
3. Kisah sejarah tersusun secara sistematis dan kronologis;
4. Kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secara rasional
dan kritik (penilaian) yang sistematis;
5. Fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa lampau dengan cara yang
berbeda.
A. Cara Berpikir Koronologis (Diakronis) dalam Mempelajari Sejarah
Diakronik berasal dari kata diachronich; (dia, terdiri dari dua kata, yaitu dia
dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu. Diakronis
artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.
Sejarah itu diakronis artinya  memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang,
sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang.
Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa
tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. 
Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. 
Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/
perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai
bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa.

2
Diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau melewati dan
khronos yang berarti perjalanan waktu.
Dengan demikian, diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau
timbul secara tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam
waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas.
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami
perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat
melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya
dari jaman ke jaman berikutnya.
Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan
mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah
dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita.
Studi diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah Indonesia
yang dimulai sejak adanya prasasti di Kutai sampai kini.
Adapun ciri  diakronik yaitu:
1. Mengkaji dengan berlalunya masa;
2. Menitik beratkan pengkajian pristiwa pada sejarahnya
3. Bersifat historis atau komparatif;
4. Bersifat vertikal;
5. Terdapat konsep perbandingan;
6. Cakupan kajian lebih luas;
Berpikir diakronik adalah berpikir kronologis (urutan) dalam menganalisis
sesuatu. Kronologis adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan
waktu kejadiannya. Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi
kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga
membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat
berbeda yang terkait peristiwanya.
Sejarah itu ilmu diakronis, yang mementingkan proses, sejarah akan
membicarakan suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada suatu tempat tertentu sesuai
dengan urutan waktu terjadinya. Dengan pendekatan diakronis, sejarah berupaya
menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan

3
seseorang untuk menilai bahwa perubahan itu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan
menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada
sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan mengapa keadaan
tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau mengapa keadaan tertentu
berkembang/berkelanjutan.
Perkembangan Sarekat Islam di Solo (1911-1920); Perang Diponegaro (1925-
1930); dan Revolusi Fisik di Indonesia (1945-1949) merupakan beberapa contoh
penulisan sejarah yang menggunakan pendekatan diakronik.

B. Cara Berpikir Sinkronis dalam Mempelajari Sejarah


Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos
yang berarti waktu, masa.
Berpikir sinkronis dalam sejarah adalah mempelajari peristiwa yang sezaman,
atau bersifat horisontal. Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan
peristiwa yang terjadi di suatu masa/ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Pengertian
sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya
pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Kajian sinkronis sejarah
mengandung kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak.  Kajian sinkronis
justru lebih serius dan sulit.
Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian berpikir
sinkronik dalam sejarah adalah  mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu
peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.
Ciri Ciri  sinkronik yakni sebagai berikut :
1. Mengkaji  pada masa tertentu
2. Menitik beratkan pengkajian  pada strukturnya(karakternya)
3. Bersifat horizontal
4. Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit
6. Memiliki sistematis yang tinggi
7. Bersifat lebih serius dan sulit

4
Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya  ilmu sosial
meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat
tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan
tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya
menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Contoh: satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk
menggambarkan keadaan ekonomi  di Indonesia pada suatu waktu tertentu,
menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat
itu.Penelitian arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang.  
Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada
didalam waktu yang panjang itu.
Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala -
gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Sedangkan contoh penulisan sejarah dengan topik - topik dari ilmu sosial yang disusun
dengan cara sinkronis lainnya misalnya adalah: 
o Tarekat Naqsyabandiyah 
o Qodiriyah di pesantren-pesantren Jawa; 
o Kota - kota metropolitan : Jakarta , Surabaya dan Medan´; (metode survey dan
interview hanya memungkinkan topik yang kontemporer dengan jangka waktu
yang pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang    sangat luas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan (ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial). Kita ingin
mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang
sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu
sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis. Contoh: 
- Peranan militer dalam politik,1945-1999  ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik ) 
- Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )

5
C. Konsep Ruang dan Waktu
Sejarah terbentuk dari tiga unsur, yang ketiganya tidak dapat terpisahkan antara
satu dengan yang lain. Ketiga unsur tersebut, yaitu manusia, ruang dan waktu.
1. Manusia. Unsur manusia memiliki peran penting dalam peristiwa sejarah.
Manusia adalah pelaku/aktor utama yang sangat mementukan suatu peristiwa
sejarah. Sehingga mempelajari sejarah dapat diartikan juga kita mempelajari
sejarah manusia. Sebagai aktor sejarah, manusia memiliki kemampuan berpikir
yang merupakan cikal bakal munculnya ide kreatif. Ide kreatif inilah yang
merupakan embrio terbentuknya kebudayaan.
2. Ruang. Dalam sejarah, ruang merupakan unsur penting yang harus ada. Ruang
atau tempat terjadinya peristiwa sejarah berkaitan dengan aspek geografis.
Setiap komunitas yang tinggal di suatu tempat, akan memiliki pola pikir dan
sistem budaya yang diperoleh dari leluhurnya. Sehingga kisah sejarah manusia
merupakan proses interaksi dengan kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi
pada ruang atau tempat tertentu.
3. Waktu. Setiap manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dalam waktu dan tidak
dapat dilepaskan dari waktu. Mereka berkaitan erat dengan kehidupan masa lalu,
masa kini, dan masa depan. Mempelajari sejarah bukan hanya mempelajari
sesuatu yang berhenti, melainkan sesuatu yang terus bergerak sejalan dengan
perjalanan waktu. Setiap peristiwa sejarah berada dalam kurun waktu tertentu
yang memiliki latar belakang waktu sebelumnya.
Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan
dalam suatu peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau
pelaku sejarah. Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat
dan waktu kejadian. Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat
dan waktu karena perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada
suatu tempat dimana manusia hidup (beraktivitas) 

6
BAB III
PENUTUP

Priodesasi masa prasejarah berdasarkan ilmu geoligi ini dilakukan untuk


mengetahui terbentuknya bumi dari masa awal sampai seperti saat   ini, melalui lapisan-
lapisan bumi. Melalui lapisan-lapisan bumi kita akan mengetahui usia fosil dan benda-
benda purbakala.  Semakin dalam  dari permukaan tanah  tempat ditemukannya fosil
atau benda tersebut maka dpat disimpulkan bahwa usia benda itu semakin tua dan
sebaliknya.  Melalui pemeriksaan laboratorium, akan diketahui berapa kira-kira usia
bumi beserta makhluk yang pernah menghuninya.berikut adalah uraian mngenai
tahapan-tahapan terciptanya bumi.
Pembabakan  prasejarah berdasarkan ilmu arkeologi  bertujuan untuk
mengetahui usia manusia purba berdasarkan peninggalan purbakala. Benda-benda
tersebut dapat berupa perkakas rumah tangga, patung, coretan di gua, dan fosil purba.
Manusia purba menggunakan alat-alat untuk memenuhi kebutuhannya seperti mencari
dan mengolah makanan dengan menggunakan perkakas dari batu atau benda-benda
alam lainnya yang keras seperti kayu dan tulang.
Kehidupan masyarakat di Indonesia terus mengalami perkembangan, yakni dari
masa berburu dan mengumpulkan makanan kemudian berkembang ke masa menetap
dan bercocok tanam. Dalam masa menetap dan bercocok tanam masyarakat kemudian
berusaha membuat atau menciptakan berbagai macam peralatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka maka lahirlah budaya. Budaya yang semula merupakan budaya
batu mulai dari batu tua,madya, dan muda lalu berkembag ke budaya batu besar dan
budaya besi atau perunggu bersamaan dengan lahrnya budaya batu besar (megalitikum)
maka berkembang pula system kepercayaan masyarakat seperti animisme dan
dinamisme

7
DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/humanities/history/2266640-pembagian-zaman-prasejarah-
berdasarkan-geologi/#ixzz2rLPihCnr
Wayan Badrika I. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas X,  Jakarta. Erlangga
Haspari, Ratna dan M.Adil. 2013. Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA kelas X. Jakarta.
Erlangga
Ari Listiyani, Dwi. 2009. Sejarah untuk kelas X, Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Dwiyantara, Heru. 2010. Materi Inti dan Soal Jawab Sejarah. Solo. Tiga Serangkai
Habib Mustofo, M dkk. 2003. Sejarah Untuk Kelas 1 SMA. Malang. Yudhistira

Anda mungkin juga menyukai