KELOMPOK 6
Dosen Tutor : dr. Yesi Astri, Sp.N.,M.Kes
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario B Blok 16
Semester 5. Shalawat seiring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad SAW. Beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir
zaman. Kami menadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan
tugas-tugas selanjutnya.
Dalam penyelesaian tugas tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini kami sampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada:
1. dr. Yesi Astri, Sp.N.,M.Kes
2. Semua pihak yang membantu penulis
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu
dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
2.1 Data Tutorial ............................................................................................. 2
2.2 Skenario Kasus .......................................................................................... 2
2.3 Klarifikasi Istilah ....................................................................................... 3
2.4 Identifikasi Masalah .................................................................................. 4
2.5 Prioritas Masalah ....................................................................................... 5
2.6 Analisis Masalah ....................................................................................... 5
2.7 Kesimpulan .............................................................................................. 34
2.8 Kerangka Konsep ...................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Blok Sistem Sensoris Dan Integumentum adalah blok ke-16 pada
semester 5 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Dengan Skenario, Jono, 32 tahun datang ke Puskesmas mengeluh keluar
cairan berwarna putih kekuningan dari telinga kiri serta bengkak dan nyeri di
belakang telinga kirinya sejak 7 hari yang lalu. Jono juga menderita demam naik
turun, sakit kepala sebelah kiri dan penurunan pendengaran pada telinga kiri.
Jono pernah berobat ke Mantri dan diberikan obat tetes telinga.
Sejak 6 bulan yang lalu, Jono pernah mengalami keluhan yang sama,
namun keluhan hilang timbul. Jono juga memiliki riwayat sering batuk, pilek dan
hanya membeli obat warung untuk mengurangi keluhannya.
Peraturan :
1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
2. Mengacungkan tangan jika ingin memberi pendapat
3. Berbicara dengan sopan dan penuh tata krama
4. Izin bila ingin keluar ruangan
2.2 Skenario B
Telinga terdiri atas telinga luar, telingah tengah atau cavum tympani,
dan telinga dalam atau labyrin. Telinga dalam berisi organ
pendengaran dan keseimbangan.
1. Telinga luar terdiri dari :
− daun telinga (aurikula), Auricula mempunyai bentuk yang
khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara. Auricula
terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi
kulit. Auricula mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik,
keduanya dipersarafi oleh N. Facialis
− Meatus acusticus externus adalah tabung berkelok yang
menghubungkan auricula dengan membrana tympani. Tabung
ini berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricula
ke membrana tympani. Pada bagian luar mempunyai rambut
(silia), kelenjar sebacea, dan glandula cereminosa. Saraf
sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari N.
Auriculotemporalis dan ramus auricularis N. Vagus
(Snell, 2012)
2. Telinga tengah
- Batas luar : membrana timpani
- Batas depan : tuba eustachi
- Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars
vertikalis
- Batas atas : tegmen timpani (meninges/otak)
- Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis
semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong,
tingkap bundar dan promontorium
Terdapat Ossicula Auditus “tulang-tulang pendengaran”
Terdiri dari tiga tulang, yaitu malleus, incus dan stapes.
- Malleus melepat pada membrana timpani, yang
merupakan tulang pendengaran terbesar terdiri dari caput
yang bersendi di posterior dengan incus, collum,
proc.anterior dan proc.lateralis, manubrium yang
berjalan ke bawah dan belakang serta melekat erat pada
permukaan medial membrana timpani.
- Incus terdiri dari corpus yang berbentuk bulat dan
bersendi di anterior dengan caput mallei, serta terdapat
crus longum yang bersendi dengan caput stapedis dan
crus breve yang melekat pada dinding posterior cavum
timpani.
- Stapes melekat pada ovale window yang terdiri atas
caput yang bersendi dengan crus longum incudes,
collum, kedua lengan serta basis Indonesia dilekatkan
pada pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa
“ligamentum annulare”.
- Terdapat Tuba eustachius
Merupakan saluran yang menghubungkan rongga telinga
tengah dan nasofaring.Tuba eustachius terdiri dari 1/3 osseus
(tulang) di bagian posterior dan 2/3 kartilago di bagian
anterior. Pada anak, tuba eustachius lebih pendek, lebih lebar
dan lebih horizontal daripada tuba eustachius orang dewasa
sehingga lebih rentan terjadi penyebaran infeksi. Dengan
perkembangan anak, tuba eustachius bertambah panjang dan
sempit serta mengarah ke bawah di sebelah medial.
3.Telinga dalam (labirin) memiliki fungsi pendengaran dan vestibular.
Labirin tulang dan membran memiliki bagian vestibular dan koklear.
Labirin berisi cairan endolimfe sedangan ruang antar labirin tulang dan
labirin membran berisi cairan perilimfe.
Labyrinthus terletak di dalam pars petrosa osis temporalis, medial
terhadap telinga tengah dan terdiri atas labyrinthus osseus, tersusun dari
sejumlah rongga di dalam tulang dan labyrinthus membranaceus,
tersusun dari sejumlah saccus dan ductus membranosa di dalam
labyrinthus osseus (Snell, 2012)
Fisiologi pendengaran
- Getaran suara ditangkap oleh daun telinga
- Getaran dialirkan ke liang telinga dan mengenai membran
timpani, sehingga membran timpani bergetar
- Getaran diteruskan ke tulang pendengaran (maleus-inkus-
stapes)
- Stapes menggerakan foramen ovale yang juga menggerakan
perilimfe dalam skala vestibuli
Getaran diteruskan melalui membaran reissner yang
mendorong endolimfe, sehingga menimbulkan gerak relatif
antara membran basilaris dan membuka tektoria
Proses ini menyebabkan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi sterosilia sel-sel rambut
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan listrik dan badan sel.
Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
(Guyton, 2014)
Hilangnya fungsi
Infeksi saluran napas
proteksi tuba
atas berulang
eustachius
Mikroba bermigrasi ke
telinga tengah melalui
tuba eustachius
Merangsang imunitas
seluler non spesifik
untuk memfagosit
bakteri
Diproduksi sitokin
proinflamasi (IL1)
IL 1 menstimulasi
terbentuknya
prostaglandin
Leukosit (neutrophil)
Cairan kaya protein keluar dari aliran darah
keluar ke & terakumulasi di
ekstravaskular sepanjang endotel
pembuluh darah
Terbentuk secret
mukopurulen di telinga
tengah
Akumulasi secret
ditelinga tengah
Peningkatan tekanan
telinga tengah
Mendesak membrane
timpani
Rupture membrane
timpani / perforasi
membrane timpani
Secret mukopurulen
yang terakumulasi di
telinga tengah
mengalir keluar telinga
Bermanifestasi: keluar
cairan putih
kekuningan dari
telinga kiri
2. Jono juga menderita demam naik turun, sakit kepala sebelah kiri dan
penurunan pendengaran pada telinga kiri. Jono pernah berobat ke Mantri dan
diberikan obat tetes telinga.
a. Apa makna dan hubungan Jono juga menderita demam naik turun, sakit
kepala sebelah kiri, dan penurunan pendengaran pada telinga kiri dengan
keluhan utama?
(Zahnert, 2011)
Infeksi mikroorganisme
bulging
Thalamus dan
korteks serebri
nekrosis
Sakit kepala
kiri
Perforasi membrane timpani
OMSK
Peningkatan tekanan pada telinga tengah
Penurunan pendengaran
3. Sejak 6 bulan yang lalu, Jono pernah mengalami keluhan yang sama, namun
keluhan hilang timbul. Jono juga memiliki riwayat sering batuk, pilek dan hanya
membeli obat warung untuk mengurangi keluhannya.
a. Apa makna sejak 6 bulan yang lalu, jono pernah mengalami keluhan yang
sama, namun keluhan hilang timbul?
Makna nya dia mengalami otitis media supuratif kronik , dimana
manifestasi klinisnya keluar cairan lebih dari 6 minggu. Dan juga
maknanya otitis media itu ada 5 stadium yang pertama stadium oklusi,
hiperemis , supurasi, perforase dan stadium resolusi. Dimana pada kasus
ini menetap di stadium perforase , dan stadium resolusinya gagal akibat
pengobatan yang inadekuat (Soepardi dkk, 2018)
c. Apa makna jono juga memiliki riwayat sering batuk, pilek, dan hanya
membeli obat warung untuk mengurangi keluhannya?
Membeli obat diwarung hanya mengatasi keluhan simptomatik
sehingga dapat terjadi keluhan yang berulang-ulang (Gunawan, dkk, 2016).
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Tanda Vital: Nadi: 105 x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 38,5 oC, TD : 120/80
mmHg
Telinga:
- Sinistra: nyeri tekan tragus (-), dengan otoskopi tampak perforasi di tengah
membrana timpani dan sekret mukopurulen, belakang telinga tampak
bengkak dan nyeri tekan (+)
- Dextra: liang telinga lapang, membrana timpani utuh, reflek cahaya (+)
TELINGA SINISTRA
Nyeri tekan tragus (-) Tidak ada nyeri tekan Normal
Perforasi membrana Tidak ada Abnormal
timpani (Membrane
timpani robek)
Hilangnya fungsi
Infeksi saluran napas
proteksi tuba
atas berulang
eustachius
Mikroba bermigrasi ke
Invasi bakteri melalui
telinga tengah melalui
inhalasi
tuba eustachius
Merangsang pelepasan
IL1, IL2, TNF Diproduksi sitokin
proinflamasi (IL1)
Melepaskan histamin
IL 1 menstimulasi
terbentuknya
prostaglandin
Vasodilatasi pembuluh
darah hidung & sekresi
mucus meningkat
Vasodilatasi arteriol &
peningkatan
permeabilitas vaskular
Leukosit (neutrophil)
Cairan kaya protein keluar dari aliran darah
keluar ke & terakumulasi di
ekstravaskular sepanjang endotel
pembuluh darah
Terbentuk secret
mukopurulen di telinga
tengah
Akumulasi secret
ditelinga tengah
Peningkatan tekanan
telinga tengah
Mendesak membrane
timpani
Rupture membrane
timpani / perforasi
membrane timpani
1. Tes penala
2. Pemeriksaan audiometri
3. Pemeriksaan BERA (brainstem evoked response audiometry)
4. Foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret
telinga.
5. Pemeriksaan laboratorium darah
6. Tomografi computer
7. Pungsi lumbal
Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis
dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan
audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan
pemeriksaan BERA (brainstem evoked response audiometry) bagi
pasien / anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri
nada murni. Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen
mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga.
Pemeriksaan laboratorium darah dan tomografi komputer.
Tomografi komputer dapat dilakukan dengan cepat dan sangat
terpercaya dalam menilai telinga tengah, pneumatisasi air sel mastoid
dan adanya komplikasi ke intrakranial. Pemeriksaan penunjang lain
yang biasa dilakukan adalah pungsi lumbal, untuk menilai adanya
meningitis. Pungsi lumbal biasanya dilakukan setelah pemeriksaan
laboratorium darah dan tomografi komputer yang menggambarkan
adanya komplikasi ke intrakranial. Pungsi lumbal ini menjadi
kontraindikasi pada pasien dengan abses otak dan empiema subdural
(Harker L, 2013).
(Yates, 2018)
2.7 Kesimpulan
Jono, 32 tahun, mengeluh keluar cairan bewarna putih kekuningan dari
telinga kiri serta bengkak dan nyeri pada belakang telinga kiri karena
mengalami Otitis Media Supuratif Kronis dan mastoiditis e.c Infeksi saluran
pernapasan atas
2.8 Kerangka Konsep
Inflamasi ascending
Akumulasi Secret
OMA
Mastoiditis
Adans GL et al. 2012. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Jakarta : EGC.
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2017. Kelainan Telinga Tengah. Dalam:
Soepardi, E.A., ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 6486
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dorland N. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 2017, Ed. ke 29. Mahode AA, editor.
Jakarta: EGC
Gunawan, SG., Setiabudy, R., Nafrialdi, Elysabeth. 2016. Farmakologi dan Terapi
Edisi 6. Jakarta: FKUI.
Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Singapura: Elsevier
Harker L. 2013. Cranial and Intracranial Complications of Acute and Chronic Otitis
Media. In: Snow JB, Ballenger JJ, editors. Ballenger’s Otorhinolaryngology
Head and Neck Surgery. sixteenth. Ontario: BC Decker Incp. 294–316.
Novian, dkk. 2018. Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Prevalensi Otitis
Media Supuratif Kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Tahun 2018.
Simasek M, Blandino DA. Treatment of the common cold. Am Fam Physician. 2017
Feb 15;75(4):515-20
Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh Sugarto
L. Jakarta:EGC
Soepardi, dkk. 2018. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Istiqomah dan Imanto. 2019. Hubungan Gangguan Pendengaran dengan Kualitas
Hidup Lansia. Majority, Volume 8, Nomor 2. FK Unila. Lampung.
Yates PD, Anari S. Otitis media. In Lalwani AK, ed., Current Diagnosis and
Treatment in Otolaryngology-Head and Neck Surgery. New York: McGraw
Hill. 2018. hlm. 655-665.
Zahnert T. 2011. The differential diagnosis of hearing loss. Dtsch Arztebl Int.
108(25): 433-44