Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN SKENARIO B BLOK XVI

“SISTEM SENSORIS DAN INTEGUMENTUM”

KELOMPOK 6
Dosen Tutor : dr. Yesi Astri, Sp.N.,M.Kes

Muhammad Fikri 702015035


Ahmad Muchlisin 702018003
Rahma Dhita Fitriani 702018026
Liani Khoirunissa 702018034
Hana Sulistia 702018049
Dhiya Luthfiyah Utami 702018052
Putri Nersi Rizki 702018064
Dennisa Luthfiyah Fadilah 702018074
Tarissa Rahma Dini 702018079
Della Marsellah 702018089
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario B Blok 16
Semester 5. Shalawat seiring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad SAW. Beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir
zaman. Kami menadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan
tugas-tugas selanjutnya.
Dalam penyelesaian tugas tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini kami sampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada:
1. dr. Yesi Astri, Sp.N.,M.Kes
2. Semua pihak yang membantu penulis
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu
dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.

Palembang, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
2.1 Data Tutorial ............................................................................................. 2
2.2 Skenario Kasus .......................................................................................... 2
2.3 Klarifikasi Istilah ....................................................................................... 3
2.4 Identifikasi Masalah .................................................................................. 4
2.5 Prioritas Masalah ....................................................................................... 5
2.6 Analisis Masalah ....................................................................................... 5
2.7 Kesimpulan .............................................................................................. 34
2.8 Kerangka Konsep ...................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Blok Sistem Sensoris Dan Integumentum adalah blok ke-16 pada
semester 5 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Dengan Skenario, Jono, 32 tahun datang ke Puskesmas mengeluh keluar
cairan berwarna putih kekuningan dari telinga kiri serta bengkak dan nyeri di
belakang telinga kirinya sejak 7 hari yang lalu. Jono juga menderita demam naik
turun, sakit kepala sebelah kiri dan penurunan pendengaran pada telinga kiri.
Jono pernah berobat ke Mantri dan diberikan obat tetes telinga.
Sejak 6 bulan yang lalu, Jono pernah mengalami keluhan yang sama,
namun keluhan hilang timbul. Jono juga memiliki riwayat sering batuk, pilek dan
hanya membeli obat warung untuk mengurangi keluhannya.

2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakults Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis pembelajran diskusi kelompok. Tercapainya tujuan dari metode
pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Yesi Astri, Sp.N.,M.Kes
Moderator : Muhammad Fikri
Sekertaris Meja : Dhiya Luthfiyyah Utami
Hari/Tanggal : Senin, 14 December 2020
Pukul, 08.00 – s.d selesai.
Rabu, 16 December 2020
Pukul, 08.00 – s.d selesai

Peraturan :
1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
2. Mengacungkan tangan jika ingin memberi pendapat
3. Berbicara dengan sopan dan penuh tata krama
4. Izin bila ingin keluar ruangan

2.2 Skenario B

”Cairan Kental dari Telinga”

Jono, 32 tahun datang ke Puskesmas mengeluh keluar cairan berwarna


putih kekuningan dari telinga kiri serta bengkak dan nyeri di belakang telinga
kirinya sejak 7 hari yang lalu. Jono juga menderita demam naik turun, sakit
kepala sebelah kiri dan penurunan pendengaran pada telinga kiri. Jono pernah
berobat ke Mantri dan diberikan obat tetes telinga.
Sejak 6 bulan yang lalu, Jono pernah mengalami keluhan yang sama,
namun keluhan hilang timbul. Jono juga memiliki riwayat sering batuk, pilek
dan hanya membeli obat warung untuk mengurangi keluhannya.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Tanda Vital: Nadi: 105 x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 38,5 oC, TD : 120/80
mmHg
Telinga:
- Sinistra: nyeri tekan tragus (-), dengan otoskopi tampak perforasi di
tengah membrana timpani dan sekret mukopurulen, belakang telinga
tampak bengkak dan nyeri tekan (+)
- Dextra: liang telinga lapang, membrana timpani utuh, reflek cahaya (+)
Hidung : Sekret (+/+) serous, mukosa hiperemis (+/+), konka normal
Tenggorokan: Hiperemis (-), Tonsil: T1/T1 tenang

2.3 Klarifikasi Istilah

Demam Peningkatan temperatur tubuh diatas normal


(37C) (Dorland, 2017)
Otoskopi Otoskopi merupakan pemeriksaan dengan
dilakukan inspeksi atau auskultasi pada telinga
(Dorland, 2017)
Tampak Robeknya struktur tipis antara meatus acuticus
perforasi externus dan telingah tengah (Dorland, 2017)
ditengah
membrana
timpani
Bengkak Menjadi besar karena pengaruh sesuatu (tentang
bagian tubuh) (KBBI, 2012)
Nyeri Nyeri: Perasaan tidak nyaman, menderita,
disebabkan oleh rangsanagan pada ujung-ujung
saraf tertentu (Dorland, 2017)
Mantri Nama atau jabatan tertentu untuk melaksanakan
tugas atau keahlian khusus atau juru rawat kepala
biasanya pembantu dokter (KBBI, 2012)
Tragus Tonjolan kartilago disebelah anterior lubang
telinga luar (Dorland, 2017)
Mukopurulen Emisi atau sekresi cairan yang mengandung lendir
dan nanah dari mata, hidung, ataupun telingan
yang disebabkan adanya infeksi atau peradangan
(Dorland, 2017)
Sekret Substansi kimiawi yang dilakukan oleh sel tubuh
dan kelenjar (Dorland, 2017)
Sakit kepala Nyeri pada kepala (Dorland, 2017)

2.4 Identifikasi Masalah


1. Jono, 32 tahun datang ke Puskesmas mengeluh keluar cairan berwarna putih
kekuningan dari telinga kiri serta bengkak dan nyeri di belakang telinga
kirinya sejak 7 hari yang lalu
2. Jono juga menderita demam naik turun, sakit kepala sebelah kiri dan
penurunan pendengaran pada telinga kiri. Jono pernah berobat ke Mantri dan
diberikan obat tetes telinga.
3. Sejak 6 bulan yang lalu, Jono pernah mengalami keluhan yang sama, namun
keluhan hilang timbul. Jono juga memiliki riwayat sering batuk, pilek dan
hanya membeli obat warung untuk mengurangi keluhannya.
4. Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umum: sadar dan kooperatif


Tanda Vital: Nadi: 105 x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 38,5 oC, TD :
120/80 mmHg
Telinga:
• Sinistra: nyeri tekan tragus (-), dengan otoskopi tampak perforasi di
tengah membrana timpani dan sekret mukopurulen, belakang telinga
tampak bengkak dan nyeri tekan (+)
• Dextra: liang telinga lapang, membrana timpani utuh, reflek cahaya
(+)

Hidung : Sekret (+/+) serous, mukosa hiperemis (+/+), konka normal


Tenggorokan: Hiperemis (-), Tonsil: T1/T1 tenang
2.5 Prioritas Masalah
Identifikasi masalah nomor 1, karena merupakan keluhan utama, sehingga
dibutuhkan tatalaksana yang tepat dan cepat, karena jika tidak dapat
menyebabkan komplikasi

2.6 Analisis Masalah


1. Jono, 32 tahun datang ke Puskesmas mengeluh keluar cairan berwarna putih
kekuningan dari telinga kiri serta bengkak dan nyeri di belakang telinga
kirinya sejak 7 hari yang lalu
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang terlibat pada kasus?

Telinga terdiri atas telinga luar, telingah tengah atau cavum tympani,
dan telinga dalam atau labyrin. Telinga dalam berisi organ
pendengaran dan keseimbangan.
1. Telinga luar terdiri dari :
− daun telinga (aurikula), Auricula mempunyai bentuk yang
khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara. Auricula
terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi
kulit. Auricula mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik,
keduanya dipersarafi oleh N. Facialis
− Meatus acusticus externus adalah tabung berkelok yang
menghubungkan auricula dengan membrana tympani. Tabung
ini berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricula
ke membrana tympani. Pada bagian luar mempunyai rambut
(silia), kelenjar sebacea, dan glandula cereminosa. Saraf
sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari N.
Auriculotemporalis dan ramus auricularis N. Vagus

(Snell, 2012)
2. Telinga tengah
- Batas luar : membrana timpani
- Batas depan : tuba eustachi
- Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars
vertikalis
- Batas atas : tegmen timpani (meninges/otak)
- Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis
semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong,
tingkap bundar dan promontorium
Terdapat Ossicula Auditus “tulang-tulang pendengaran”
Terdiri dari tiga tulang, yaitu malleus, incus dan stapes.
- Malleus melepat pada membrana timpani, yang
merupakan tulang pendengaran terbesar terdiri dari caput
yang bersendi di posterior dengan incus, collum,
proc.anterior dan proc.lateralis, manubrium yang
berjalan ke bawah dan belakang serta melekat erat pada
permukaan medial membrana timpani.
- Incus terdiri dari corpus yang berbentuk bulat dan
bersendi di anterior dengan caput mallei, serta terdapat
crus longum yang bersendi dengan caput stapedis dan
crus breve yang melekat pada dinding posterior cavum
timpani.
- Stapes melekat pada ovale window yang terdiri atas
caput yang bersendi dengan crus longum incudes,
collum, kedua lengan serta basis Indonesia dilekatkan
pada pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa
“ligamentum annulare”.
- Terdapat Tuba eustachius
Merupakan saluran yang menghubungkan rongga telinga
tengah dan nasofaring.Tuba eustachius terdiri dari 1/3 osseus
(tulang) di bagian posterior dan 2/3 kartilago di bagian
anterior. Pada anak, tuba eustachius lebih pendek, lebih lebar
dan lebih horizontal daripada tuba eustachius orang dewasa
sehingga lebih rentan terjadi penyebaran infeksi. Dengan
perkembangan anak, tuba eustachius bertambah panjang dan
sempit serta mengarah ke bawah di sebelah medial.
3.Telinga dalam (labirin) memiliki fungsi pendengaran dan vestibular.
Labirin tulang dan membran memiliki bagian vestibular dan koklear.
Labirin berisi cairan endolimfe sedangan ruang antar labirin tulang dan
labirin membran berisi cairan perilimfe.
Labyrinthus terletak di dalam pars petrosa osis temporalis, medial
terhadap telinga tengah dan terdiri atas labyrinthus osseus, tersusun dari
sejumlah rongga di dalam tulang dan labyrinthus membranaceus,
tersusun dari sejumlah saccus dan ductus membranosa di dalam
labyrinthus osseus (Snell, 2012)
Fisiologi pendengaran
- Getaran suara ditangkap oleh daun telinga
- Getaran dialirkan ke liang telinga dan mengenai membran
timpani, sehingga membran timpani bergetar
- Getaran diteruskan ke tulang pendengaran (maleus-inkus-
stapes)
- Stapes menggerakan foramen ovale yang juga menggerakan
perilimfe dalam skala vestibuli
Getaran diteruskan melalui membaran reissner yang
mendorong endolimfe, sehingga menimbulkan gerak relatif
antara membran basilaris dan membuka tektoria
Proses ini menyebabkan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi sterosilia sel-sel rambut
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan listrik dan badan sel.
Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
(Guyton, 2014)

b. Apa makna Jono, 32 tahun datang ke Puskesmas mengeluh keluar


cairan berwarna putih kekuningan dari telinga kiri serta bengkak dan
nyeri di belakang telinga kirinya sejak 7 hari yang lalu ?
Makna keluar cairan berarna putih kekuningan dari telinga yaitu
telah terjadi proses inflamasi akibat dari infeksi pada telinga
yang menghasilkan cairan putih kekuningan. Dan kemungkinan
cairan tersebut akibat dari perforasi membrane timpani
sehingga cairan dari proses inflamasi tersebut mengalir keluar
telinga (Djaafar dkk, 2017).
Makna bengkak dan nyeri di belakang telinga yaitu
kemungkinan terjadi mastoiditis karena progresivitas dari otitis
media yang tidak di tata laksana secara adekuat yang
menyebabkan infeksi menjalar ke mastoid dan terjadi inflamasi
pada organ tersebut yang menyebabkan bengkak dan terasa
nyeri di belakang telinganya (Djaafar dkk, 2017)..

c. Bagaimana hubungan jenis kelamin dan usia pada kasus?


Secara anatomi, terdapat perbedaan antara telinga anak dengan
telinga dewasa, tuba eustachius yang menghubungkan telinga
tengah dengan nasofaring memiliki panjang sekitar 38 mm pada
dewasa, pada anak-anak panjang tuba eustachius lebih pendek
yaitu 13-18 mm, lebih lebar dan horizontal, dan mendapatkan
drainase lebih minimal dibandingkan dengan usia dewasa
sehingga proteksi pada telinga anak-anak buruk yang
memungkinkan tingginya kejadian infeksi telinga tengah pada
anak-anak. (Novian dkk, 2018)
Kejadian OMSK di Indonesia rata-rata terjadi pada kelompok
usia 7-18 tahun. Penelitian yang dilakukan di Makasar,
Sulawesi Selatan, tahun 2017, dari 107 pasien kejadian
terbanyak pada kelompok usia 25-44 tahun yaitu sebanyak 40
orang (37,4%). Secara anatomi, terdapat perbedaan antara
telinga anak dengan telinga dewasa, tuba eustachius yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring memiliki
panjang sekitar 38 mm pada dewasa, pada anak-anak panjang
tuba eustachius lebih pendek yaitu 13-18 mm, lebih lebar dan
horizontal, dan mendapatkan drainase lebih minimal
dibandingkan dengan usia dewasa sehingga proteksi pada
telinga anak-anak buruk yang memungkinkan tingginya
kejadian infeksi telinga tengah pada anak-anak. (Novian dkk,
2018)
Otitis Media Supuratif Kronik lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan karena perbedaan respon imunologis
dan faktor hormonal sehingga laki-laki lebih rentan mengalami
Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA) yang dapat mengganggu
fungsi tuba eustachius sehingga menyebabkan OMSK (Novian
dkk, 2018)

d. Apa kemungkinan penyebab keluhan pada kasus?

Bakteri yang sering di jumpai pada OMSK adalah


Pseudomonasaeruginosa, Stafilokokusaureus dan Proteus. Bakteri
lainyang dijumpai pada OMSK adalah E. Coli, Difteroid, Klebsiella,
dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp, atau hal ini dapat
disebabkan oleh faktor higiene yang kurang, faktor sosioekonomi,
gizi yang rendah, kepadatan penduduk, serta masih adanya
kesalahpahaman masyarakat terhadap penyakit ini sehingga mereka
tidak berobat sampai tuntas (Nursiah, 2013).
Namun ada berbagai faktor predisposisi dapat menjadi pencetus
terjadinya OMSK yaitu faktor predisposisi dari penderita sendiri,
orang tua, lingkungan, sosial ekonomi serta ketersediaan fasilitas
kesehatan (Sesarini and Dwisaputra, 2019).
e. Bagaimana patofisiologi keluar cairan bewarna putih kekuningan dari
telinga kiri bengkak, dan nyeri di belakang telinga kirinya?

Hilangnya fungsi
Infeksi saluran napas
proteksi tuba
atas berulang
eustachius

Mikroba bermigrasi ke
telinga tengah melalui
tuba eustachius

Merangsang imunitas
seluler non spesifik
untuk memfagosit
bakteri

Diproduksi sitokin
proinflamasi (IL1)

IL 1 menstimulasi
terbentuknya
prostaglandin

Vasodilatasi arteriol &


peningkatan
permeabilitas vaskular

Leukosit (neutrophil)
Cairan kaya protein keluar dari aliran darah
keluar ke & terakumulasi di
ekstravaskular sepanjang endotel
pembuluh darah
Terbentuk secret
mukopurulen di telinga
tengah

Akumulasi secret
ditelinga tengah

Peningkatan tekanan
telinga tengah

Mendesak membrane
timpani

Rupture membrane
timpani / perforasi
membrane timpani

Secret mukopurulen
yang terakumulasi di
telinga tengah
mengalir keluar telinga

Bermanifestasi: keluar
cairan putih
kekuningan dari
telinga kiri

(Soepardi dkk, 2018).


f. Apa kemungkinan penyakit yang memiliki keluhan cairan bewarna
putih kekuningan dari telinga, bengkak, dan nyeri di belakang
telinga?
1. Otitis Externa
Merupakan Infeksi/radang pada saluran telinga luar. Adapun
dalam hal infeksi perlu dipertimbangkan agen bakteri,jamur dan
virus.Ciri gejala fisik dari Otitis Eksterna adalah nyeri pada
palpasi tragus (anterior ke saluran telinga) atau aplikasi dari daya
cengkeram ke pina (ciri khas Otitis Eksterna).
2. Otitis Media Supuratif Akut
Gejala khas pada Otitis Media Supuratif Akut yaitu adalah
berupa nyeri,demam,dan nyeri kepala di samping telinga,seluruh
atau sebagian besar membran timpani mnjadi merah dan
menonjol
3. Otitis Media Supuratif Kronis
Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronis di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang
keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
(Soepardi dkk, 2018)

2. Jono juga menderita demam naik turun, sakit kepala sebelah kiri dan
penurunan pendengaran pada telinga kiri. Jono pernah berobat ke Mantri dan
diberikan obat tetes telinga.
a. Apa makna dan hubungan Jono juga menderita demam naik turun, sakit
kepala sebelah kiri, dan penurunan pendengaran pada telinga kiri dengan
keluhan utama?

Makna demam menandakan terjadinya proses infeksi. Sakit kepala


kiri dikaitkan dengan adanya desakan pada struktur telinga bagian
tengah yang peka terhadap nyeri, sehingga impuls tersebut disampaikan
ke serabut saraf aferen menuju dorsal ganglia basalis sehingga timbul
persepsi sakit kepala bagian kiri. Gangguan pendengaran disebabkan
karena adanya hubungan ke auris media melalui tuba eustachii .
Sehingga infeksi tersebut dapat menyebar k eke auris media,yang
terletak dibelakang membrane timpani. Pada auris media ini berisi tiga
tulang pendengaran yang sangat vital, yang jika terjadi infeksi akan
menyebabkan penumpukan cairan pada cavum timpani. Sehingga, kerja
dari tulang pendengaran dalam menyalurkan getaran suara menjadi
terganggu dikarenakan media yang biasanya berisi udara menjadi berisi
cairan yang menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran (Djaafar
dkk, 2017).

b. Apa kemungkinan penyebab dari demam, sakit kepala, dan penurunan


pendengaran?
• Infekssi Bakteri : Streptococcus pneumonia
• Infeksi Virus : Haemophilus influenza, rhinovirus, adenovirus.
• Etiologi berkuranganya pendengaran :
1. Terpapar Suara Bising Secara Terus Menerus
2. Cedera atau Perubahan Tekanan
3. Obat – Obatan
4. Penyakit Kronis
5. Tumor
6. Mendengar Suara Yang Sangat Keras
7. Konser Musik
8. Headphones dan Earphones
9. Kotoran Telinga
10. Penyakit Pada Saat Anak-Anak
11. Gangguan Dengar Sejak Lahir
12. Usia (Soepardi dkk, 2018)
c. Apa klasifikasi dan jenis penurunan pendengaran?

- Tuli konduksi : kelainan yang terdapat di telinga luar atau telinga


tengah.
a) Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduksi ialah
atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna
sirkumskripta, osteoma liang telinga.
b) Kelainan di telinga tengah yang menyebabkan tuli konduksi
ialah sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis,
timpanosklerosis, hemotimpanum dan dislokasi tulang
pendengaran.
- Tuli sensorineural “saraf” dibagi dalam tuli sensorineural
cochlea dan retrocochlea.
a) Tuli sensorineural cochlea disebabkan oleh aplasia
(kongenital), labirintitis (oleh bakteri/virus), intoksikasi obat
streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal
atau 17lcohol. Selain itu juga dapat disebabkan oleh tuli
mendadak (sudden deafness) yaitu akibat trauma kapitis,
trauma akustik dan pajanan bising.
b) Tuli sensorineural retrocochlea disebabkan oleh neuroma
akustik, tumor sudut pons serebelum, myeloma multiple,
cedera otak, perdarahan otak dan kelainan otak lainnya.
(Istiqomah, 2019)
Tabel 1. Klasifikasi Gangguan Pendengaran menurut
WHO berdasarkan Nilai Ambang Batas (Zahnert,
2011)

Tingkat dari Rerata NAB di


Gangguan Audiogram Nada Gejala Klinis
Pendengaran Murni

0 – Tidak ada 0 - 25 dB Tidak ada atau sedikit


gangguan masalah pendengaran,
mendengar bisikan

1 – Gangguan 26 – 40 dB Dapat mendengar dan


ringan mengulang kata pada
suara normal dengan
jarak 1 m
2 – Gangguan 41 – 60 dB Dapat mendengar dan
sedang mengulang kata pada
suara yang tinggi
berjarak 1 m

3 – Gangguan Berat 61 – 80 dB Dapat mendengar


beberapa kata yang
diteriakkan pada
telinga yang lebih
sehat

4 – Gangguan Tidak dapat


sangat berat ≥ 81 dB mendengar dan
termasuk tuli total mengerti suara teriak

(Zahnert, 2011)

d. Bagaimana patofisiologi dari demam naik turun, sakit kepala sebelah


kiri, dan penurunan pendengaran pada telinga kiri?

Infeksi mikroorganisme

Pelepasan Pelepasan histamin


pirogen endogen Proses inflamasi , bradikinin

Sintesis asam Aktivasi IL-1.IL-6,TNF-a, PGE2 dan sel-sel leukosit Hipersekresi


arakidonat Mukus dn goblet
mikroorganisme masuk ke dalam nasofaring
PGE 2 Pilek
kerusakan mukosiliar
Peningkatan set
point di edema mukosa nasofaring dan tuba eustachii
hipotalamus

oklusi tuba eustachi


Demam

gangguan fungsi tuba eustachii ( fungsi drainase,fungsi


ventilasi dan fungsi proteksi)
fungsi Fungsi Fungsi
drainase ventilasi proteksi

Secret dan cairan telinga tidak Udara tidak dapat Menghasilkan


dapat dialirkan ke tuba eustachii masuk ke dalam mucus yang
telinga tengah dihasilkan oleh
epitel.

Tekanan negative pada telinga tengah

Desakan pada Cairan dak secret terakumulasi ditelinga tengah serta


struktur telinga vasodilates pembuluh darah karena adaya inflamasi
tengah yang peka
terhadap nyeri

Cairan dak secret menekan membrane timpani


Penyampaian impuls
melalui serabut saraf
aferen menuju dorsal Membrane timpani tidak bisa menahan cairan dan sekret
medula spinalis

bulging
Thalamus dan
korteks serebri
nekrosis
Sakit kepala
kiri
Perforasi membrane timpani

Mucus keluar dari telinga tengah melalui liang telinga

OMSK
Peningkatan tekanan pada telinga tengah

mengurangi vibrasi atau getaran membrane timpani dan


hantaran gelombang suara dari membrane timpani ke tulang
pendengaran menurun

Penurunan pendengaran

(Adams et al, 2012).


e. Apa makna jono pernah berobat ke mantri dan diberikan obat tetes telinga?
Maknanya adalah pengobatan tidak adekuat, kemungkinan pemilihan obat
tetes yg diberikan oleh mantri tidak tepat atau tidak sesuai dengan keluhan
yang di alami oleh Jono. Selain itu juga, diperlukan antibiotik pada OMSK,
obat yang diberikan kemungkian bukan antibiotik yang tepat bagi OMSK, dan
juga mungkin jono, tidak meneteskan obat tersebut secara teratur, sehingga
keluhan tidak membaik. (Gunawan, dkk, 2016).

f. Apa kemungkinan obat tetes telinga yang diberikan kepada jono?


Kemungkinan obat tetes telinga yang diberikan termasuk antibiotik, antifungal,
analgesik, steroid, dan anastesi lokal, salah satunya obat golongan quinolone:
Ofloxacin 3 mg 5 tetes, diteteskan ke saluran telinga yang bermasalah 2 kali
sehari, selama 10 hari (Gunawan, dkk, 2016).

3. Sejak 6 bulan yang lalu, Jono pernah mengalami keluhan yang sama, namun
keluhan hilang timbul. Jono juga memiliki riwayat sering batuk, pilek dan hanya
membeli obat warung untuk mengurangi keluhannya.
a. Apa makna sejak 6 bulan yang lalu, jono pernah mengalami keluhan yang
sama, namun keluhan hilang timbul?
Makna nya dia mengalami otitis media supuratif kronik , dimana
manifestasi klinisnya keluar cairan lebih dari 6 minggu. Dan juga
maknanya otitis media itu ada 5 stadium yang pertama stadium oklusi,
hiperemis , supurasi, perforase dan stadium resolusi. Dimana pada kasus
ini menetap di stadium perforase , dan stadium resolusinya gagal akibat
pengobatan yang inadekuat (Soepardi dkk, 2018)

b. Apa hubungan keluhan 6 bulan yang lalu dengan keluhan utama?


Keluhan yang sama sejak 6 bulan yang lalu mengindikasikan bahwa dulu
penderita telah mengalami otitis media akut seiring berjalannya waktu
seharusnya terjadi resolusi terhadap perforasi tersebut untuk menutup
lubang yang terbentuk pada membran timpani, namun akibat dari infeksi
yang berulang mengakibatkan berkembang menjadi otitis media kronis
seperti keluhan yang dirasakannya sekarang. Otitis media akut dengan
perforasi membrane timpani menjadi otitis media kronis apabila prosesnya
sudah lebih dari 2 bulan (Adams et al, 2012).

c. Apa makna jono juga memiliki riwayat sering batuk, pilek, dan hanya
membeli obat warung untuk mengurangi keluhannya?
Membeli obat diwarung hanya mengatasi keluhan simptomatik
sehingga dapat terjadi keluhan yang berulang-ulang (Gunawan, dkk, 2016).

d. Apa kemungkinan obat warung yang dikonsumsi jono untuk mengurangi


keluhan batuk dan pilek?
Obat-obat yang paling sering digunakan adalah obat bebas (OTC, over the
counter) analgesik-antipiretik, antihistamin, dekongestan, antitusif, dan
ekspektoran (Simasek, 2017).

4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Tanda Vital: Nadi: 105 x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 38,5 oC, TD : 120/80
mmHg
Telinga:
- Sinistra: nyeri tekan tragus (-), dengan otoskopi tampak perforasi di tengah
membrana timpani dan sekret mukopurulen, belakang telinga tampak
bengkak dan nyeri tekan (+)
- Dextra: liang telinga lapang, membrana timpani utuh, reflek cahaya (+)

Hidung : Sekret (+/+) serous, mukosa hiperemis (+/+), konka normal


Tenggorokan: Hiperemis (-), Tonsil: T1/T1 tenang
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?

Kasus Normal Interpretasi


Keadaan umum: sadar Normal
dan kooperatif
Nadi: 100x/menit 60-100x/menit Normal
RR: 24x/menit 24-60x/menit Normal
Suhu: 380C 36,50C – 37,20C Abnormal
(Febris)
TD: 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal

TELINGA SINISTRA
Nyeri tekan tragus (-) Tidak ada nyeri tekan Normal
Perforasi membrana Tidak ada Abnormal
timpani (Membrane
timpani robek)

Sekret mukopurulen Tidak ada sekret Abormal


(inflamasi (pus +
mukus))
Belakang telinga Belakang telinga tidak Abnormal
tampak bengkak dan tampak bengkak (Terjadi
nyeri tekan peradangan tulang
mastoid
(mastoiditis))
TELINGA DEXTRA
Liang telinga lapang Normal
Membrana timapani Normal
utuh
Reflek cahaya (+) Normal
HIDUNG
Sekret (+/+)serous Tidak ada sekret Abnormal
adanya virus

Mukosa hiperemis Tidak hiperemis Abnormal


(+/+)
Konka normal
TENGGOROKAN
Hiperemis (-) Tidak hiperemis Normal
Tonsil: T1/T1 Ukuran besarnya tonsil Normal
dinyatakan dengan :
1. T0 : bila sudah
dioperasi
2. T1 : ukuran yang
normal ada
3. T2 : pembesaran
tonsil ½ arcus anterior
dan uvula
4. T3 : pembesaran
mencapai ¾ arcus
anterior dan uvula
5. T4 : pembesaran
mencapai uvula
b. Bagaimana patofisiologi dari pemeriksaan fisik yang abnormal pada
kasus?

Hilangnya fungsi
Infeksi saluran napas
proteksi tuba
atas berulang
eustachius

Mikroba bermigrasi ke
Invasi bakteri melalui
telinga tengah melalui
inhalasi
tuba eustachius

Merangsang makrofag Merangsang imunitas


untuk memfagosit seluler non spesifik
bakteri tersebut untuk memfagosit
bakteri

Merangsang pelepasan
IL1, IL2, TNF Diproduksi sitokin
proinflamasi (IL1)

Melepaskan histamin
IL 1 menstimulasi
terbentuknya
prostaglandin

Vasodilatasi pembuluh
darah hidung & sekresi
mucus meningkat
Vasodilatasi arteriol &
peningkatan
permeabilitas vaskular

Mukosa hiperemis & secret (+/+)


serous

Leukosit (neutrophil)
Cairan kaya protein keluar dari aliran darah
keluar ke & terakumulasi di
ekstravaskular sepanjang endotel
pembuluh darah
Terbentuk secret
mukopurulen di telinga
tengah

Akumulasi secret
ditelinga tengah

Peningkatan tekanan
telinga tengah

Mendesak membrane
timpani

Rupture membrane
timpani / perforasi
membrane timpani

c. Bagaimana cara pemeriksaan otoskopi?


1. Persiapan Pasien:
a. Meminta pasien untuk duduk tegak lurus dengan kepala condong
ke depan.
b. Untuk melihat telinga kiri, kepala pasien diputar ke kanan dan
sebaliknya.
2. Teknik Pemeriksaan Telinga dengan menggunakan Otoskopi:
a. Jari I dan II tangan kiri memegang daun telinga yang akan
diperiksa.
b. Melakukan pemeriksaan telinga kanan dan kiri secara bergantian
dengan menggunakan Otoskopi menggunakan tangan kanan untuk
melihat membrana timpani.
c. Melakukan penilaian.

(Soepardi dkk, 2018)

d. Apa tujuan dari pemeriksaan otoskopi?


Pemeriksaan otoskopi dapat mempermudah untuk melihat bagian dalam
telinga dan mempermudah dokter dalam menganalisis kelainan pada
telinga pasien. Pengaplikasian otoskop pada pemeriksaan telinga dapat
memudahkan dokter untuk melihat kondisi gendang telinga, yaitu
gendang telinga yang menggembung, gendang telinga mengalami
perubahan warna, sampai memeriksa cairan yang ada di liang telinga
(Djaafar dkk, 2017).
5. Bagaimana cara mendiagnosis?

Diagnosis OMSK ditegakkan dengan cara:


1. Anamnesis
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan
penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah
lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair,
adanya sekret di liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya
lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan
intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit,
berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi
atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada
kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau
telinga keluar darah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukkan adanya cairan dan letak
perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

6. Apa diagnosis banding pada kasus?


Gejala OMSK + OMS OE
Mastoiditis
Penurunan Pendengaran Ada Ada Ada
ISPA Ada Ada/tidak Tidak ada
Secret Mukopurulen Ada Ada Ada
Perforasi membrane Ada Tidak ada Tidak ada
timpani
nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada Ada
Nyeri tekan Pinna Tidak ada Tidak ada Ada
Terdapat debris purulen Ada Ada Ada
Belakang telinga Ada Tidak ada Tidak ada
tampak bengkak (Mastoiditis)
(Djaafar dkk, 2017)
7. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus?

1. Tes penala
2. Pemeriksaan audiometri
3. Pemeriksaan BERA (brainstem evoked response audiometry)
4. Foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret
telinga.
5. Pemeriksaan laboratorium darah
6. Tomografi computer
7. Pungsi lumbal
Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis
dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan
audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan
pemeriksaan BERA (brainstem evoked response audiometry) bagi
pasien / anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri
nada murni. Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen
mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga.
Pemeriksaan laboratorium darah dan tomografi komputer.
Tomografi komputer dapat dilakukan dengan cepat dan sangat
terpercaya dalam menilai telinga tengah, pneumatisasi air sel mastoid
dan adanya komplikasi ke intrakranial. Pemeriksaan penunjang lain
yang biasa dilakukan adalah pungsi lumbal, untuk menilai adanya
meningitis. Pungsi lumbal biasanya dilakukan setelah pemeriksaan
laboratorium darah dan tomografi komputer yang menggambarkan
adanya komplikasi ke intrakranial. Pungsi lumbal ini menjadi
kontraindikasi pada pasien dengan abses otak dan empiema subdural
(Harker L, 2013).

8. Apa working diagnosis pada kasus?


Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) disertai Mastoiditis

9. Bagaimana tatalaksana pada kasus?


Non bedah/ farmakologi
1. Aural toilet/ cuci telinga (menjaga telinga dalam kondisi bersih dan
kering)
Cuci telinga dengan larutan irigasi atau menggunakan swab kapas
dapat dilakukan dirumah 4x/hari. Irigasi dapat menggunakan air
steril, asam asetat, normal salin, hidrogen peroksida maupun povidin
iodine. Obat cuci telinga H202 3% selama 3-5 hari
2. Antibiotik yang diharapkan akan hilang dan perforasi dapat menutup
kembali dalam waktu 7-10 hari. 1st line : amoxcicilin 250-
500mg/hari

3. Analgetik (NSAID) : As. Mefenamat , Dewasa : 500 mg/ 8 jam,


selama 7 hari
4. Paracetamol : 10 - 15 mg /kgBB (Dewasa : 500 - 650 mg) / 4 - 8 jam.
(Soepardi dkk, 2018)
Non farmakologi / Bedah
1. Dilakukan pada pasien dengan kolesteatoma, adanya komplikasi serta
pada pasien dengan infeksi yang tidak dapat tertangani hanya dengan
tatalaksana medikamentosa.
2. Mastoidektomi sederhana : OMSK tipe benigna dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh.
3. Dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, fungsi
pendengaran tidak terbaiki.
4. Mastoidektomi radikal : OMSK maligna dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas.
5. Rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah
dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi
tsb menjadi satu ruangan.
6. Miringotomi : tindakan insisi pada pars tensa membran timpani.
Lokasinya pada kuadran posterior-inferior. Tujuannya untuk ventilasi
telinga tengah, drainase cairan telinga tengah atau untuk mengambil
biakan.
7. Timpanosintesis : pengambilan cairan dari telinga tengah dengan
menggunakan jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi

(Soepardi dkk, 2018)


10. Apa komplikasi pada kasus?

Komplikasi OMSK dibedakan atas 2 macam, yaitu komplikasi


intratemporal dan intrakranial.
1. Komplikasi intratemporal
a. Mastoiditis
b. Abses subperiosteal, Abses Bezold, Laten mastoiditis
c. Petrositis
d. Labirintitis
e. Paresis fasial
f. Erosi dinding telinga tengah dan kavum mastoid
2. Komplikasi intrakranial
a. Granulasi atau abses ekstradural
b. Tromboflebitis sinus sigmoid
c. Abses otak
d. Otitis hidrosefalus
e. Meningitis
f. Abses subdural

(Yates, 2018)

11. Apa prognosis pada kasus?


Quo et vitam : Dubia ad bonam
Quo et Fungsionam : Dubia ad malam
Quo et Sanationam : Dubia ad malam

12. Apa SKDU pada kasus?

3A (Bukan gawat darurat)


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindak lanjuti sesudah
kembali dari rujukan (KKI, 2012)

13. Bagaimana nilai-nilai keislaman pada kasus?

Surat Al-Mu’minun Ayat 78


‫ار َو ْاْل َ ْفئِدَةَ ۚ قَل ا‬
َ‫ِيًل َما تَ ْشكُ ُرون‬ َ ‫ص‬َ ‫َوه َُو الَّذِي أَ ْن َشأ َ لَكُ ُم الس َّْم َع َو ْاْل َ ْب‬
Arti: Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian,
pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur (Al-
quran).
Pada ayat tersebut, disebutkan tentang pendengaran dan
sedikitlah kita harus bersyukur, seperti kita tahu pada kasus OMSK ada
beberapa faktor penyebab bisa terjadi salah satunya karena higienis yang
buruk, ISPA, dsn pengobatan inadekuat.

2.7 Kesimpulan
Jono, 32 tahun, mengeluh keluar cairan bewarna putih kekuningan dari
telinga kiri serta bengkak dan nyeri pada belakang telinga kiri karena
mengalami Otitis Media Supuratif Kronis dan mastoiditis e.c Infeksi saluran
pernapasan atas
2.8 Kerangka Konsep

Faktor penyebab (ISPA)

Inflamasi ascending

Akumulasi Secret

OMA

Perforasi membran timpani

OMSK Keluar cairan putih


kekuningan dari telinga
kiri

Mastoiditis

Nyeri pada telinga kiri Bengkak pada telinga kiri


bagian belakang
DAFTAR PUSTAKA

Adans GL et al. 2012. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Jakarta : EGC.
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2017. Kelainan Telinga Tengah. Dalam:
Soepardi, E.A., ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 6486
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dorland N. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 2017, Ed. ke 29. Mahode AA, editor.
Jakarta: EGC
Gunawan, SG., Setiabudy, R., Nafrialdi, Elysabeth. 2016. Farmakologi dan Terapi
Edisi 6. Jakarta: FKUI.
Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Singapura: Elsevier
Harker L. 2013. Cranial and Intracranial Complications of Acute and Chronic Otitis
Media. In: Snow JB, Ballenger JJ, editors. Ballenger’s Otorhinolaryngology
Head and Neck Surgery. sixteenth. Ontario: BC Decker Incp. 294–316.
Novian, dkk. 2018. Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Prevalensi Otitis
Media Supuratif Kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Tahun 2018.
Simasek M, Blandino DA. Treatment of the common cold. Am Fam Physician. 2017
Feb 15;75(4):515-20
Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh Sugarto
L. Jakarta:EGC
Soepardi, dkk. 2018. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Istiqomah dan Imanto. 2019. Hubungan Gangguan Pendengaran dengan Kualitas
Hidup Lansia. Majority, Volume 8, Nomor 2. FK Unila. Lampung.
Yates PD, Anari S. Otitis media. In Lalwani AK, ed., Current Diagnosis and
Treatment in Otolaryngology-Head and Neck Surgery. New York: McGraw
Hill. 2018. hlm. 655-665.
Zahnert T. 2011. The differential diagnosis of hearing loss. Dtsch Arztebl Int.
108(25): 433-44

Anda mungkin juga menyukai