Anda di halaman 1dari 8

Notulensi Referat 3 April 2020

Rhinitis Alergi
Apriyani Supia Dewi, S.Ked 04084821921023
Audrey Gracilia Rachel, S.Ked 04054822022099
Salsya Medin Putri, S.Ked 04084821921068
Theodora Viani, S.Ked 04054822022123
Zabila Adwie Prilishia, S.Ked 04084821921098

Pembimbing : dr. Yoan Levia Magdi, Sp.THT-KL(K), FICS

Sesi Tanya Jawab


1. Apa gold standard pemeriksaan rinitis alergi? (Kak Fitra)
Jawab:
Gold standard pemeriksaan apabila kita curigai penyebab adalah allergen inhalan
atau biasanya lebih sering terjadi pada orang dewasa, yaitu menggunakan Skin End Point
Titration (SET)/ skin prick test. Jadi disuntikan alergen dalam berbagai konsentrasi yang
bertingkat kepekatannya positif apabila daerah suntikan timbul benjolan atau menjadi
kemerahan. Sehingga, kelebihan dari tes ini selain mengetahui alergen penyebab juga
dapat mengetahui dosis inisial untuk desensitisasi.
Apabila kita curiga penyebabnya alergen ingestan atau biasa lebih sering terjadi
pada anak-anak, maka gold standart kita lakukan Intracutaneus Provocative Dilutional
Food Test (IPDFT) atau secara sederhana bisa kita lakukan “challenge test” yaitu, diet
eliminasi dan provokasi. Provokasi kita amati dalam 5 hari setelah konsumsi dan
eliminasi dengan jenis makanan setiap kali ditiadakan dari menu makanan hingga ketika
gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis makanan.

2. Apa saja langkah pencegahan terhadap rinitis alergi? (Haiqal)


Jawab:
a. idealnya kita bisa menghindari dan mengeliminasi allergen penyebab yang dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
 bersihkan rumah secara teratur
 menggunakan penyedot debu pada karpet dan tirai
 bersihkan pekarangan rumah pada musim tertentu untuk mencegah terpapar
serbuk sari
 apabila terdapat hewan peliharaan juga harus diperhatikan kebersihannya
 memakai masker apabila keluar rumah
a. edukasi agar menjaga stamina tubuh agar tetap fit. Beberapa penelitian menunjukkan
badan yang sehat dapat mengurangi gejala alergi yang timbul karena berpengaruh
pada imunopsikoneurologis.
b. pemberian preparat sodium kromoglikat topikal sebagai profilaksis pada pasien
dengan RA.

3. Apakah perlu dilakukan pemeriksaan radiologi pada pasien rinitis alergi? (Tiara)
Jawab:
Pemeriksaan radiologi tidak dibutuhkan untuk mendiagnosis rinitis alergi. Namun
dapat bermanfaat untuk mengevaluasi komplikasi, anomali struktural, atau kondisi
komorbid. Contohnya pemeriksaan cervical soft tissue lateral untuk melihat nasofaring,
atau pada sinusitis bisa lebih spesifik dilihat dengan CT Scan.

4. Mengapa terapi dengan dekongestan topikal tidak boleh diberikan dalam jangka waktu
lama? (Kak Agani)
Jawab:
Dekongestan pada mukosa hidung bersifat vasokontriktor (alfa adrenergik), sehingga
obat ini melengkapi pengobatan gejala RA dengan antihistamin untuk mengurangi edema
mukosa hidung. Sehingga, lebih dianjurkan pemberian dekongestan oral dibanding
dekongestan topikal dikarenakan dapat menyebabkan efek “rebound fenomena” sehingga
akan menyebabkan rhinitis medikamentosa. Hal ini terjadi karena pemakaian
vaokontriktor dalam berlebihan dan waktu yang lama, pada fase awal memang akan
menyebakan vasokontriksi pembuluh darah, tetapi pada fase lanjut akan menyebabkan
vasodilatasi berulang yang malah memperberat edem mukosa hidung sehingga
menyebabkan obstruksi nasi. Anjuran pemberian selama 3-5 hari, maksimal 1 minggu.

5. Pada presentasi tadi disebutkan dapat terjadi komplikasi sinusitis dan overbite/maloklusi
pada gigi, bagaimana mekanismenya? Apakah perlu dilakukan tindakan operatif? (Kak
Diaz)
Jawab:
Sinus secara alami menghasilkan lendir, yang biasanya didrainase ke hidung
melalui saluran kecil (seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya di anatomi dan fisiologi
hidung). Tetapi jika saluran drainase tersebut meradang atau tersumbat (bisa disebabkan
oleh rhinitis), lendir tidak dapat mengalir keluar. Penyumbatan tersebut akan
menyebabkan penimbunan mukus sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan
udara rongga sinus dan menggaggu kelembapan dalam sinus. Hal tersebut akan
menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob. Selain dari itu, proses alergi
akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa
oleh mediator-mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat
sinusitis akan semakin parah.

Pada pasien yang lama menderita RA terutama pasien anak-anak yang masih
mengalami pertumbuhan gigi, akibat sumbatan parah dihidung maka pasien akan
berkompensasi dengan bernafas menggunakan mulut. Pernafasan yag berlebihan ini dapat
menyebabkan maloklusi (overbite)  yaitu gangguan susunan vertikal gigi. Sehingga,
pasien biasanya kita sarankan untuk menggunakan kawat gigi untuk mempertahankan
posisi gigi.

Tindakan operatif seperti konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka


inferior), konkoplasti atau multiple outfractured, inferior turbinoplasty perlu kita pikirkan
apabila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara
kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.

6. Pada tatalaksana dikatakan dapat digunakan kortikosteroid, bagaimana fungsi


kortikosteroid pada rinitis alergi? (Aulia)
Jawab:
Kortikosteroi dipilih bila gejala terutama sumbatan hidung akibat fase lambat tidak
berhasil diatasi dengna obat lain. Kortikosteroid topikal (beklometason, budesonid)
bekerja untuk mengurangi jumlah sel mastosit pada mukosa hidung, mencegah
pengeluaran protein sitotoksik dari eosinofil, mengurangi aktifitas limfosit, dan
mencegah peningkatan pemeabilitas kapiler yang dapat menyebabkan bocornya plasma.
Hal ini menyebabkan epitel hidung tdaik hiperresponsif terhadap rangsangan alergen
(dapat bekerja pada fase cepat maupun lambat).

7. Bagaimana cara kita memilih/menentukan alergen yang akan digunakan untuk skin prick
test? (Fadil Akbar)
Jawab:
Pemilihan alergen untuk skin prick test biasanya disesuaikan dengan alergen lokal
yang biasa menjadi penyebab tersering, sambil juga menanyakan riwayat pajanan pasien
terhadap zat/alergen yang dicurigai. Sehingga pemeriksaan yang berlebihan atau
menggunakan alergen terlalu banyak tidak dilakukan, karena hal tersebut tentu lebih tidak
efisien.

8. Bagaimana cara menyingkirkan diagnosis banding? (Kak Ine)


NARES (non-allergic rhinitis with eosinophilic syndrome) dapat disingkirkan bila tes
kulit menunjukkan positif terhadap allergen lingkungan. Penyebab keluhan pada NARES
adalah alergi pada makanan. Rhinitis vasomotor dapat dibedakan dengan rhinitis alergi
dengan keluhan bersin pada perubahan suhu ekstrim, rokok, tidak terdapat gatal pada
mata, udara lembab, hidung tersumbat pada posisi miring dan bergantian tersumbatnya.
Selain itu mukosa yang pucat atau merah gelap, licin, dan edema juga mendukung rhinitis
vasomotor. Pada tes kulit bernilai negative. Rhinitis alergi dan vasomotor dapat pula
terjadi bersamaan dengan memberi gambaran riniskopi anterior yang bercampur seperti
mukosa pucat tetapi positif pada tes kulit. Sekresi hidung yang kekuningan dan tampak
purulent tetapi eosinofilik sering terjadi pada rhinitis alergi,tetapi pada sekresi yang
berbau busuk dan purulent dan terjadi unilateral perlu dicurigai adanya benda asing.
9. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dilakukan selain skin prick test dan serum IgE?
(Kak Fadillah)
Jawab:
a. Pemeriksaan kadar eosinofil, apabila terjadi peningkatan dapat kita curigai ke
arah rinitis alergi. Namun tes ini dikatakan masih tidak terlalu sensitif maupun
spesifik, sehingga masih harus melihat klinis pasien.
b. Nasal smear dapat dilakukan dan dapat membantu diagnosis rinitis alergi. Tes
dilakukan dengan mengambil sampel dari mukosa hidung dengan swab.
Kemudian dilihat eosinofilnya. Namun tes ini dapat juga pada NARES (non
allergic rhinitis with eusinophilia).

10. Bagaimana tatalaksana imunoterapi pada rhinitis alergi? (Kak Danang)


Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah
berlangsung lama, serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Tujuan dari imunoterapi adalah pembentukan IgG blocking antibody dan
penurunan IgE. Ada 2 metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu intradermal dan
sub-lingual.

Sesi Penjelasan Ekspert


RA merupakan inflamasi pada hidung yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari – hari
dalam praktek. RA merupakan inflamasi kronis karena adanya allergen yang sebelumnya sudah
tersensitisasi oleh allergen yang sama. Penyakit ini tidak bisa sembuh, namun bisa dikontrol agar
tidak kumat.
Gold standard RA : SPT. Sebenarnya ada beberapa instrumen, seperti Skin Intradermal Testing,
dan pemeriksaan invitro seperti IgE, pemeriksaan serum antigen spesifik, basofil, namun
utamanya SPT.
Langkah pencegahan RA : tidak bisa sembuh namun bisa dicegah dengan APD, kebersihan diri,
anamnesis pekerjaan, bantal tidur (kapuk/busa), binatang peliharaan (kucing,anjing, binatang
berbulu), pekerjaan yang berhubungan dengan allergen.
Radiologi tidak begitu perlu. Cukup anamnesis dan pemfis serta mengisi kuesioner.
Pemberian dekongestan tidak boleh jangka panjang, diberikan saat keluhan obstruksi (hidung
buntu). Dekongestan pada RA bersifat sebagai vasokonstriktor, bekerja pada reseptor alfa
adrenergic. Disarankan oral dengan lama kerja 6 jam yang sustained release, biasanya yg dijual
sudah dikombinasikan dengan antihistamin. Efek samping dekongestan oral jika terlalu tinggi :
takikardi, insomnia, hipertensi. Ada juga yang topical (10 menit langsung lapang) dengan lama
kerja satu jam biasanya diberikan pada pasien akut yang sangat tersumbat. Ditakutkan ada
rebound phenomenon. Kontraindikasi nasal dekongestan : usia lanjut, hipertensi, hipertiroid,
glaucoma, hipertrofi prostat.
Operasi tergantung, jika keluhan menetap dan kronis dilakukan pemeriksaan jika ada hipertrofi
konka perlu operatif. Atau jika ada variasi anatomis lain yang membuat hidung buntu (deviasi
septum) bisa dilakukan tindakan operatif.
Menyingkirkan DD, secara besar dibagi menjadi 2 : RA dan non alergi.
Tatalaksana imunoterapi merupakan tatalaksana terbaru, banyak cara dan modifikasinya,
membutuhkan obat – obat yang cukup mahal. Ada subkutan, transkutan, kombinasi imunoterapi.
Di Indonesia agak sulit mencari reagen untuk imunoterapi. Di Bandung sudah dilakukan.
Steroid sebenarnya ada 2 macam, baik topical maupun sistemik. Topical (semprot hidung) :
mometason, budesonide. Steroid topical direkomendasikan utk RA intermiten sedang berat,
persisten ringan, persisten sedang berat. Steroid topical mulai kerjanya lambat < 12 jam, efeknya
beberapa hari sampai beberapa minggu.
Efek samping steroid topical : mukosa kering, mudah berdarah, epistaksis ringan, kelamaan bisa
perforasi septum (sangat sedikit), efek supresi (gangguan pertumbuhan).
Pada dewasa 1x sehari 2 semprot kanan kiri. Anak : 1x sehari, 1 semprot kanan dan kiri.
Steroid sistemik ditambahkan pada pasien yang hidungnya edema refrakter dan obstruksi, alergi
dengan gangguan penghidu, RA dengan polip. Kontraindikasi steroid sistemik : Hipertensi, DM,
glaukoma.

Anda mungkin juga menyukai