Rhinitis Alergi
Apriyani Supia Dewi, S.Ked 04084821921023
Audrey Gracilia Rachel, S.Ked 04054822022099
Salsya Medin Putri, S.Ked 04084821921068
Theodora Viani, S.Ked 04054822022123
Zabila Adwie Prilishia, S.Ked 04084821921098
3. Apakah perlu dilakukan pemeriksaan radiologi pada pasien rinitis alergi? (Tiara)
Jawab:
Pemeriksaan radiologi tidak dibutuhkan untuk mendiagnosis rinitis alergi. Namun
dapat bermanfaat untuk mengevaluasi komplikasi, anomali struktural, atau kondisi
komorbid. Contohnya pemeriksaan cervical soft tissue lateral untuk melihat nasofaring,
atau pada sinusitis bisa lebih spesifik dilihat dengan CT Scan.
4. Mengapa terapi dengan dekongestan topikal tidak boleh diberikan dalam jangka waktu
lama? (Kak Agani)
Jawab:
Dekongestan pada mukosa hidung bersifat vasokontriktor (alfa adrenergik), sehingga
obat ini melengkapi pengobatan gejala RA dengan antihistamin untuk mengurangi edema
mukosa hidung. Sehingga, lebih dianjurkan pemberian dekongestan oral dibanding
dekongestan topikal dikarenakan dapat menyebabkan efek “rebound fenomena” sehingga
akan menyebabkan rhinitis medikamentosa. Hal ini terjadi karena pemakaian
vaokontriktor dalam berlebihan dan waktu yang lama, pada fase awal memang akan
menyebakan vasokontriksi pembuluh darah, tetapi pada fase lanjut akan menyebabkan
vasodilatasi berulang yang malah memperberat edem mukosa hidung sehingga
menyebabkan obstruksi nasi. Anjuran pemberian selama 3-5 hari, maksimal 1 minggu.
5. Pada presentasi tadi disebutkan dapat terjadi komplikasi sinusitis dan overbite/maloklusi
pada gigi, bagaimana mekanismenya? Apakah perlu dilakukan tindakan operatif? (Kak
Diaz)
Jawab:
Sinus secara alami menghasilkan lendir, yang biasanya didrainase ke hidung
melalui saluran kecil (seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya di anatomi dan fisiologi
hidung). Tetapi jika saluran drainase tersebut meradang atau tersumbat (bisa disebabkan
oleh rhinitis), lendir tidak dapat mengalir keluar. Penyumbatan tersebut akan
menyebabkan penimbunan mukus sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan
udara rongga sinus dan menggaggu kelembapan dalam sinus. Hal tersebut akan
menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob. Selain dari itu, proses alergi
akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa
oleh mediator-mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat
sinusitis akan semakin parah.
Pada pasien yang lama menderita RA terutama pasien anak-anak yang masih
mengalami pertumbuhan gigi, akibat sumbatan parah dihidung maka pasien akan
berkompensasi dengan bernafas menggunakan mulut. Pernafasan yag berlebihan ini dapat
menyebabkan maloklusi (overbite) yaitu gangguan susunan vertikal gigi. Sehingga,
pasien biasanya kita sarankan untuk menggunakan kawat gigi untuk mempertahankan
posisi gigi.
7. Bagaimana cara kita memilih/menentukan alergen yang akan digunakan untuk skin prick
test? (Fadil Akbar)
Jawab:
Pemilihan alergen untuk skin prick test biasanya disesuaikan dengan alergen lokal
yang biasa menjadi penyebab tersering, sambil juga menanyakan riwayat pajanan pasien
terhadap zat/alergen yang dicurigai. Sehingga pemeriksaan yang berlebihan atau
menggunakan alergen terlalu banyak tidak dilakukan, karena hal tersebut tentu lebih tidak
efisien.