SKENARIO A
BLOK 16
KELOMPOK 6
OG:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga kami
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini masih jauh dari sempurna dan oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk meningkatkan tugas-tugas di masa mendatang.
Dalam menyelesaikan tugas tutorial ini, kami mendapat banyak bantuan, panduan, dan saran. Pada kesempatan ini
Semoga Allah SWT memberikan pahala atas segala amalan yang diberikan kepada semua pihak yang telah
mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kami dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Palembang,
Desembe 2020
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR................................................. ................................................. 1
3
BAB I
PENGANTAR
Sistem kemih dan genetalia maskulin merupakan blok ke-16 semester 5 dari Kurikulum
Palembang. Pada kesempatan kali ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan
pembelajaran tutorial tutorial sebenarnya tentang peluang yang akan datang. Pada
kesempatan kali ini saya akan menjelaskan kasusnya Bapak B, 55 tahun, datang ke IGD RSMP
dengan keluhan mendadak mata kiri tidak bisa melihat yang disertai rasa nyeri di sekitar mata
sejak 2 hari yang lalu. Sejak 3 bulan lalu, pasien mengeluh sering sakit kepala, mual, muntah
dan sering melihat warna pelangi disekitar bola lampu yang dilihatnya. Pasien meminum obat
sakit kepala di warung tetapi keluhannya hilang sementara dan kambuh. Sejak 1 tahun yang
lalu, Pak B juga mengeluhkan penglihatan kabur di kedua mata seperti melihat asap, dan mata
kirinya semakin parah dari waktu ke waktu. Pak B tidak pernah dirawat karena keluhan
matanya. Pak B pernah dinyatakan dokter mengidap diabetes 10 tahun yang lalu dan menjalani
1. Sebagai tutorial kelompok tugas laporan yang merupakan bagian dari KBK
Muhammadiyah Palembang.
4
BAB II
DISKUSI
Aturan Tutorial :
"Mataku"
Bapak B, 55 tahun, datang ke IGD RSMP dengan keluhan mendadak mata kiri tidak bisa melihat yang
disertai rasa nyeri di sekitar mata sejak 2 hari yang lalu. Sejak 3 bulan lalu, pasien mengeluh sering sakit kepala,
mual, muntah dan sering melihat warna pelangi disekitar bola lampu yang dilihatnya. Pasien meminum obat sakit
kepala di warung tetapi keluhannya hilang sementara dan kambuh. Sejak 1 tahun yang lalu, Pak B juga
mengeluhkan penglihatan kabur di kedua mata seperti melihat asap, dan mata kirinya semakin parah dari waktu
ke waktu. Pak B tidak pernah dirawat karena keluhan matanya. Pak B pernah dinyatakan dokter mengidap
Pemeriksaan fisik:
Tanda vital: TD 130/80 mmHg, denyut nadi: 82 x / menit, RR: 14 x / menit, suhu: 36,8 Hai C
Mata:
Ophthalmological:
- OD: Tonometri 17,6 mmHg, lensa mata mendung tidak rata, Tes bayangan (+)
5
- OS: Tonometri 40 mmHg, edema palpebra, injeksi campuran (+), edema kornea, ruang mata depan
dangkal, pupil melebar, refleks pupil (-), Tes bayangan sulit untuk dinilai
Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin: Hb 14,2 g / dl; Ht 42%, trombosit 280.000 / mm 3, leukosit 8000 / mm 3; Kimia darah: BSS 210 mg /
dl.
2 Rasa sakit perasaan tidak nyaman, sakit, atau nyeri yang disebabkan
2015)
6 VOD kemampuan mata kanan untuk melihat suatu objek dalam jarak
7 Pupil membesar atau mydriasis terjadi ketika sel-sel polos otot radial
2015)
(Dorland, 2015)
6
2015)
12 VOS kemampuan mata kiri untuk melihat suatu objek dalam jarak
1. Bapak B umur 55 tahun datang ke IGD RSMP dengan keluhan mendadak mata kiri
tidak bisa melihat yang disertai rasa nyeri di sekitar mata sejak 2 hari yang lalu.
2. Sejak 3 bulan lalu, pasien mengeluh sering sakit kepala, mual, muntah dan sering
melihat warna pelangi disekitar bola lampu yang dilihatnya. Pasien meminum obat
3. Sejak 1 tahun yang lalu, Pak B juga mengeluhkan penglihatan kabur di kedua mata seperti melihat asap,
dan mata kirinya semakin parah dari waktu ke waktu. Pak B tidak pernah dirawat karena keluhan
matanya. Pak B pernah dinyatakan dokter mengidap diabetes 10 tahun yang lalu dan menjalani
4.
Tanda Vital: TD 130/80 mmHg, denyut nadi: 82 x / menit, RR: 14 x / menit, Suhu: 36,8 Hai
Mata:
Ophthalmological;
OD: Tonometri 17,6 mmHg, lensa mata mendung tidak rata, Tes bayangan (+)
OS: Tonometri 40 mmHg, edema palpebra, injeksi campuran (+), edema kornea, ruang mata
depan dangkal, pupil melebar, refleks pupil (-), Tes bayangan sulit untuk dinilai
5. Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin: Hb 14,2 g / dl; Ht 42%, trombosit 280.000 / mm 3, leukosit 8000 / mm 3; Kimia
Nomor identifikasi 1 • karena bila pengobatan tidak tepat, dapat mengganggu aktivitas dan mengancam
7
1. Bapak B umur 55 tahun datang ke IGD RSMP dengan keluhan mendadak mata
kiri tidak bisa melihat yang disertai rasa nyeri di sekitar mata sejak 2 hari yang
lalu.
ANATOMI MATA
1) Sklera
ikat kuat yang tidak bening dan tidak elastis dengan ketebalan ± 1
mm. Pada sklera terdapat penyisipan atau penempelan 6 otot yang menggerakkan bola
mata.
8
• Gerakan penculikan, menggunakan otot m.rectus bulbi lateralis,
3) Kornea
mata (Ilyas, et al., 2010). Kornea di bagian tengah memiliki ketebalan 0,5 mm.
Kornea tidak memiliki pembuluh darah, tetapi sangat kaya akan serat saraf. Saraf
sensorik ini berasal dari saraf siliaris yang merupakan cabang oftalmikus dari
lensa. Cairan ini dibentuk oleh prosesus siliaris dengan kecepatan rata-rata
2-3 μL / menit yang mengalir melalui pupil ke kamera okuler anterior. Dari
sini, cairan mengalir ke depan lensa dan masuk ke sudut antara kornea dan
iris, lalu melalui retikulum trabekuler, dan terakhir ke kanal Schlemm, yang
2008).
5) Tubuh Siliaris
Badan siliaris adalah jaringan berbentuk segitiga yang terletak menempel pada sklera.
Tubuh siliaris menopang lensa, mengandung otot yang memungkinkan lensa menampung
6)
Iris adalah bagian dari uvea anterior dan melekat pada bagian perifer dengan
badan siliaris. Bagian depan iris tidak memiliki epitel, sedangkan di bagian
belakang terdapat epitel berpigmen yang memberi warna pada iris. Ada celah di
9
Pupil berperan dalam mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil
akan membesar atau mydriasis jika cahaya kurang, dan menyusut atau miosis
7) Lensa
Lensanya berupa bikonvek bening bening. terletak di belakang iris dan di depan
2010). Lensa memiliki daya bias total hanya 20 dioptri atau sepertiga dari total
daya bias mata. Namun, lensa sangat penting karena dalam menanggapi sinyal
Badan kaca berwarna bening, konsistensi lembut, avaskuler atau tidak memiliki
pembuluh darah, dan terdiri dari 99% air dan sisanya merupakan campuran kolagen
dan asam hialuronat. Badan kaca berperan besar dalam menjaga bentuk bola
mata, hal ini dikarenakan badan kaca mengisi sebagian besar bola mata yang
terletak diantara lensa, retina dan saraf optik papilla (Ilyas, 2008).
9) Retina
Retina adalah selaput tipis yang terdiri dari saraf sensorik penglihatan dan
serabut saraf optik. Retina adalah jaringan saraf di mata yang bagian luarnya
kerucut dan sel induk. Retina bagian dalam dimetabolisme oleh arteri retina
sentral. Retina terdiri dari 3 lapisan utama yang menyusun sinapsis saraf
sensibel retina, yaitu sel kerucut dan sel induk, sel bipolar, dan sel ganglion.
Ini adalah saraf visual pusat di mana ketajaman penglihatan maksimum. Makula
Merupakan bagian retina yang mengandung sel kerucut yang sangat sensitif dan akan
menghasilkan ketajaman penglihatan maksimal atau 6/6. Jika terjadi kerusakan pada fovea pusat,
Merupakan area saraf optik yang meninggalkan bola mata bagian dalam.
10
Tulang yang membentuk rongga orbital:
1) Os. Frontalis
2) Os. Maxillaris
3) Os. zygomaticum
4) Os. Sphenoidalis
5) Os. Lakrimalis
6) Os. Ethmoidalis
7) Os. Selera
1) Tunika berserat:
2) vasculosa pigmentosa
choroidea. Iris berpigmen memberi warna pada mata. Murid untuk mengatur jumlah
cahaya yang masuk. Diatur oleh serabut otot involunter yaitu radial untuk
melebarkan pupil dan melingkar untuk mengecilkan pupil). Corpus ciliaris untuk
produksi aquos humor yang berfungsi sebagai food member pada kornea dan
3) Tunica nervosa
Retina (lembaran jaringan saraf). Ada fotoreseptor sel induk dan sel
FISIOLOGI VISI
m.sphincter pupillae (yang menyempitkan pupil dalam cahaya) dan m. → cahaya difokuskan
→ gambar benda jatuh tepat pada makula lutea (gambar terbalik) → impuls
ditangkap oleh sel fotoreseptor, sel batang (hitam dan putih) dan kerucut
11
korteks visual di kalkarina lobus oksipital → Lihat
(Guyton, 2014)
Humor berair dibentuk oleh proses siliaris → camera oculi posterior (COP) → murid
b. Apa artinya Pak B, 55 tahun, datang ke IGD RSMP dengan keluhan tiba-tiba
mata kiri tidak bisa melihat yang disertai rasa nyeri di sekitar mata sejak 2 hari
yang lalu?
Menjawab:
Yang dimaksud dengan keluhan tiba-tiba Tuan B yaitu mata kiri tidak bisa melihat yang
disertai rasa nyeri di sekitar mata sejak 2 hari yang lalu merupakan tanda klinis
glaukoma akut. Glaukoma adalah kerusakan saraf optik yang ditandai dengan
menyebabkan kerusakan saraf dan apoptosis sel ganglion retinal. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya akson pada saraf optik dan atrofi optik yang
secara tiba-tiba sejak 2 hari yang lalu. Kemudian terjadi peningkatan tekanan intraokular
c. Apa saja kemungkinan penyakit keluhan mendadak yang tidak bisa dilihat mata
1. Glaukoma akut
12
d. Apa korelasi jenis kelamin dan usia dalam kasus ini? Menjawab:
Kami memperkirakan prevalensi glaukoma global menjadi 3,54%, dengan prevalensi tertinggi
di Afrika. Jumlah penderita glaukoma di seluruh dunia (usia 40-80 tahun) akan meningkat dari
64,3 juta pada tahun 2013 menjadi 111,8 juta pada tahun 2040, secara tidak proporsional
mempengaruhi orang yang tinggal di Asia dan Afrika. laki-laki 36% lebih mungkin memiliki
POAG dibandingkan perempuan. Tingkat prevalensi katarak yang disesuaikan dengan usia
20.8–25.2). Jenis katarak yang paling umum untuk kedua jenis kelamin (disesuaikan dengan usia) adalah
campuran (13%) diikuti oleh nukleus saja (5,7%), dan hanya kortikal (4%). Tingkat prevalensi katarak
untuk orang dewasa berusia 21 hingga 29 tahun adalah 1,1%, meningkat menjadi 82,8% untuk mereka
yang berusia lebih dari 60 tahun. Tren serupa dengan usia dicatat untuk katarak nuklir, kortikal, dan PSC.
Wanita memiliki tingkat prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria untuk semua jenis katarak kecuali
kortikal (Giangiacomo & Coleman, 2009). Berdasarkan penelitian Yesi Nurmalasari dan Muhammad Rizki
Hermawan (2017) mengenai karakteristik penderita glaukoma berdasarkan faktor interinsik, glaukoma
sering terjadi pada usia lanjut dan dewasa (40-62 tahun). Hal ini dikarenakan pada usia tersebut terjadi
proses degenerasi jaringan mata dan terdapat pula penyakit penyerta yang menjadi faktor resiko terjadinya
glaukoma, seperti diabetes melitus. Korelasi jenis kelamin dalam hal ini tidak ada hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Namun dalam beberapa penelitian ada yang
mengatakan bahwa wanita lebih sering mengalami glaukoma karena dipengaruhi oleh faktor biologis,
dimana pada wanita terdapat hormon pelindung pada saraf optik yang ketika wanita memasuki usia
menopause maka hormon tersebut akan menurun, sehingga bahwa tingkat kejadian glaukoma meningkat
pada wanita saat menopause. Selain itu juga dilihat dari faktor risiko terjadinya glaukoma yaitu diabetes
melitus. Dimana diabetes melitus lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria (Shekhar J dkk.
Namun dalam beberapa penelitian ada yang mengatakan bahwa wanita lebih sering mengalami glaukoma
karena dipengaruhi oleh faktor biologis, dimana pada wanita terdapat hormon pelindung pada saraf optik
yang ketika wanita memasuki usia menopause maka hormon tersebut akan menurun, sehingga bahwa
tingkat kejadian glaukoma meningkat pada wanita saat menopause. Selain itu juga dilihat dari faktor risiko
terjadinya glaukoma yaitu diabetes melitus. Dimana diabetes melitus lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria (Shekhar J dkk. Namun dalam beberapa penelitian ada yang mengatakan bahwa wanita lebih sering mengalami gla
2010)
e. Bagaimana patofisiologi keluhan mendadak mata kiri yang tidak bisa melihat yang
13
Faktor Resiko Umur (proses degeneratif • serat baru muncul di lensa • penumpukan serabut
tua di lensa mata) + Faktor risiko DM (DM • Peningkatan glukosa dalam darah • glukosa
insulin • membangun glukosa dalam darah • metabolisme tubuh yang tidak seimbang •
insulin • pemecahan glukosa melalui 3 jalur yaitu jalur glikolisis anaerobik, jalur
• dalam jalur poliol glukosa diubah menjadi sorbitol oleh enzim aldosa
sorbitol di lensa • kekeruhan lensa • peningkatan tekanan osmotik pada lensa • menarik
humor encer ke dalam lensa • lensa cembung • mendorong iris ke depan • Sudut
COA menjadi dangkal • oklusi anyaman trabekuler oleh iris perifer • menghambat
intraokular • mendorong batas antara saraf optik dan retina di belakang mata •
insulin • pemecahan glukosa melalui 3 jalur yaitu jalur glikolisis anaerobik, jalur
• dalam jalur poliol glukosa diubah menjadi sorbitol oleh enzim aldosa
sorbitol di lensa • kekeruhan lensa • peningkatan tekanan osmotik pada lensa • menarik
humor encer ke dalam lensa • lensa cembung • mendorong iris ke depan • Sudut
14
iris tepi • menghambat aliran aqueous humor • akumulasi humor aqueous • peningkatan
2. Sejak 3 bulan lalu, pasien mengeluh sering sakit kepala, mual, muntah dan sering
melihat warna pelangi disekitar bola lampu yang dilihatnya. Pasien meminum obat
Apa
Sebuah. artinya sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh sering sakit kepala, mual,
muntah dan sering melihat warna pelangi disekitar bola lampu yang dilihatnya?
Menjawab:
Artinya sejak 3 bulan yang lalu pasien mengeluh sering sakit kepala, mual, muntah dan
sering melihat warna pelangi disekitar bola lampu yang dilihatnya adalah sejak 3 bulan
yang lalu Pak B sudah mengalami gejala awal glaukoma akut. Glaukoma akut memiliki
gejala yang jelas, yaitu sakit kepala, mual, muntah, penglihatan kabur dan melihat lingkaran
cahaya atau warna pelangi di sekitar lampu. Pada glaukoma terjadi peningkatan tekanan
hal ini menyebabkan Mr B terlihat pada warna pelangi disekitar lampu. Peningkatan
tekanan intraokular pada penderita glaukoma, menyebabkan stress pada sel ganglion
retinal dan sel glial pada retina, hal ini menyebabkan retinal iskemia yang merangsang
serabut saraf trigeminal dan menyebabkan sakit kepala serta mual dan muntah (Ilyas,
b. Apa artinya pasien meminum obat sakit kepala di warung tapi keluhannya hilang
Menjawab:
Artinya obat yang dikonsumsi hanya meredakan keluhan, bukan mengobati, sehingga keluhan
2017)
15
Analgesik adalah obat yang digunakan untuk meredakan nyeri. Obat analgesik
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu obat opioid dan NSAID. Opioid bekerja
pada sistem saraf pusat, sedangkan NSAID bekerja pada reseptor untuk sistem
saraf tepi dan sistem saraf otonom. Parasetamol, salisilat, (acetasol, salicilamide,
dan benorylate),
NSAID jenis parasetamol yang banyak ditemukan di warung-warung (Mita & Husni, 2017).
d. Apa korelasi antara keluhan tambahan sejak 3 bulan lalu dengan keluhan
utama?
Menjawab:
Korelasi antara keluhan tambahan sejak 3 bulan lalu dengan keluhan utama
adalah gejala glaukoma akut. Glaukoma akut memiliki gejala yang jelas, yaitu
sakit kepala, mual, muntah, penglihatan kabur dan melihat lingkaran cahaya atau
dialami oleh Pak B karena ketika gejala glaukoma muncul 3 bulan yang lalu tidak
segera diobati sehingga keluhan pada mata kiri semakin parah dan Pak B tidak
e. Apa penyebab sakit kepala, mual, muntah dan sering melihat warna pelangi disekitar
Menjawab:
hipoksia, hipoglikemia.
(saluran pencernaan).
- Melihat pelangi (halo): kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, goresan pada lensa
kacamata, pelebaran pupil yang berlebihan, media mata keruh, edema kornea
(Kowalak, 2017)
f. Bagaimana mekanisme sakit kepala, mual, muntah dan sering melihat warna pelangi disekitar
Menjawab:
16
Mual - Muntah - Sakit Kepala
Usia Tua, DM Tidak Terkendali → Stres oksidasi tinggi → Aldose Reductase menginduksi
proses degeneratif lensa mata → denaturasi protein lensa → lensa mata berawan →
katarak pikun → osmosis lensa meningkat → infiltrasi cairan ke dalam lensa → lensa
membengkak →
mendorong iris ke depan → sudut okuli kamera anterior menjadi dangkal → penutupan
sistem saraf otonom → mual dan muntah dan sakit kepala (Price & Wilson,
2014)
Usia Tua, DM Tidak Terkendali → Stres oksidatif tinggi → Aldose Reductase menginduksi
proses degeneratif lensa mata → denaturasi protein lensa → lensa mata keruh → katarak
tekanan intraokular ↑ → endotel yang rusak → cairan masuk ke stroma kornea → edema
kornea → struktur sel longgar dan warna keruh → kornea keruh → fungsi kornea yang
terganggu sebagai pembiasan cahaya → suka melihat warna pelangi (Price & Wilson,
2014)
3. Sejak 1 tahun yang lalu, Bapak B juga mengeluhkan penglihatan kabur di kedua mata seperti melihat
asap, dan mata kirinya semakin parah dari waktu ke waktu. Pak B tidak pernah dirawat karena keluhan
matanya. Pak B pernah dinyatakan dokter mengidap diabetes 10 tahun yang lalu dan menjalani
Sebuah. Apa Artinya Sejak 1 tahun yang lalu, Pak B juga mengeluhkan penglihatan kabur di kedua
matanya seperti melihat asap, dan mata kirinya semakin parah dari waktu ke waktu?
Menjawab:
Yang dimaksud Pak B mengeluh penglihatan kabur di kedua mata seperti melihat asap, dan mata
kirinya semakin parah dari waktu ke waktu adalah Pak B menderita katarak pikun sejak 1 tahun
17
terjadi pada usia di atas 50 tahun. Katarak ini adalah kekeruhan pada lensa mata akibat
transparansi lensa mata, hal ini menyebabkan penglihatan kabur seperti melihat asap. Katarak
pikun yang dialami oleh Pak B sejak 1 tahun lalu, menjadi penyebab glaukoma akut yang
dialami oleh Pak B saat ini. Dimana pada katarak pikun, sorbitol dan fruktosa menumpuk di
lensa mata. Hal ini akan menyebabkan keadaan hipertonik pada lensa mata sehingga cairan
akan masuk ke lensa mata, selanjutnya akan menutup trabekulum dan menghambat drainase
aquous humor. Hal tersebut akan menyebabkan peningkatan tekanan intraokular dan
menimbulkan gejala glaukoma akut yang dialami oleh Bapak B sejak 3 bulan yang lalu hingga
Ada beberapa alasan untuk penglihatan kabur. Penglihatan kabur bisa bersifat sementara atau
permanen, dengan kondisi yang semakin memburuk dari waktu ke waktu. Geometri yang tepat
untuk pembentukan gambar hilang karena penyesuaian kembali otot optik yang menahan bola
mata dan menyebabkan kesalahan refraksi. Karena kesalahan refraksi, seperti rabun jauh, rabun
berhubungan dengan penyakit mata seperti mata kering, kornea tergores, retinal detachment,
degenerasi makula, katarak, dan glaukoma adalah kelainan pada fungsional mata dan unit
pengolahannya. Penglihatan kabur mungkin juga ada karena kehamilan, hal ini disebabkan oleh
kejenuhan reseptor estrogen di lensa. Jika ini satu-satunya alasan, orang bisa menganggapnya
1) Katarak kongenital: adalah katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah bayi
lahir dan usia bayi kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital banyak dijumpai pada
bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella, galactosemia, homocysteine,
diabetes mellitus. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan
18
2) Katrak remaja, katarak yang terjadi setelah umur 1 tahun. Katarak remaja adalah
katarak lembek dan terjadi pada orang muda, yang mulai terbentuk pada usia
kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Merupakan kelanjutan dari katarak
kongenital
3) Katarak pikun adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada lansia, yaitu usia di
atas 50 tahun
4) Katarak komplikasi: adalah katarak yang disebabkan oleh penyakit mata lain seperti
akibat trauma dan pasca operasi mata. Katarak yang rumit memberikan tanda
diabetik: adalah katarak yang terjadi akibat diabetes mellitus Katarak sekunder:
5) terjadi karena terbentuknya jaringan fibrosis pada lensa yang tersisa, paling awal
6) kondisi ini terjadi setelah 2 hari ECCE (ekstraksi katarak ekstra kapsuler)
1. Iminens / insipiens
Pada tahap ini lensa mengalami bengkak karena termasuk air, opasitas lensa
mata normal, ruang depan normal, sudut ruang mata normal, dan tes bayangan
2.
Pada tahap berikutnya, opasitas lensa meningkat dan penglihatan mulai berkurang
menjadi 5/60 hingga 1/60. Cairan lensa meningkat akibat mendorong iris dan bilik
depan ke dalam sudut bilik yang sempit dan dangkal, dan glaukoma sering terjadi.
3. Matur
Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi sangat keruh dan penglihatan turun
drastis menjadi 1/300 atau hanya bisa melihat tangan melambai dalam jarak 1
4. Hypermatur
19
Pada tahap terakhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa jatuh
menurun drastis sehingga bisa mencapai 0, dan komplikasi bisa terjadi berupa
depan bagian dalam, sudut ruang mata terbuka, dan tes bayangan positif palsu.
(Astari, 2018)
Menjawab:
Katarak adalah keadaan lensa mata yang mengabur secara bertahap. Yang bila tidak segera
ditangani dapat berlanjut ke tahap selanjutnya dan berisiko terjadinya komplikasi dari glaukoma
(Kowalak, 2017)
f. Apa maksud Pak B pernah dinyatakan dokter mengidap diabetes 10 tahun yang lalu
Menjawab:
Artinya Pak B menderita diabetes melitus yang tidak terkontrol sejak 10 tahun yang lalu. Dimana penyakit
diabetes melitus yang tidak terkontrol merupakan faktor resiko terjadinya katarak dan glaukoma yang
g. Bagaimanakah patofisiologi penglihatan kabur pada kedua mata seperti melihat asap, dan mata kirinya
Menjawab:
Faktor risiko untuk usia 55 tahun • proses degenerasi • membentuk lapisan baru
serat korteks yang terbentuk secara konsentris • lensa mata menua, berat dan
tebal dan ada penurunan akomodasi • inti lensa dikompresi dan menjadi molekul
tinggi protein berat • agregasi protein terjadi • protein berfluktuasi • lensa keruh
tapi tidak rata (belum matang) • mengurangi transparansi lensa • media bias
terganggu • lampu yang masuk diblokir • penglihatan kabur dan berasap (Price &
Wilson, 2014)
h. Apa korelasi antara keluhan tambahan sejak 1 tahun lalu dengan keluhan utama?
Menjawab:
20
Hubungan tersebut merupakan gejala 1 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa Tuan
B mengidap katarak. dimana katarak dalam hal ini bisa disebabkan oleh usia dan
riwayat diabetes mellitus. Dengan bertambahnya usia, ukuran lensa bisa bertambah
dengan munculnya serat lensa baru. Dengan bertambahnya usia, kejernihan lensa di
mata berkurang. dalam hal ini penderita memiliki riwayat diabetes, dimana glukosa ini
akan masuk ke lensa mata melalui proses difusi tanpa bantuan insulin. Keduanya
dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata yang dapat menyebabkan katarak.
Katarak ini bisa menimbulkan keluhan lebih lanjut yaitu glaukoma. bila glaukoma terjadi
maka akan terjadi peningkatan osmosis dan penyerap cairan sehingga lensa mata
tampak cembung. Pada glaukoma, obstruksi terjadi karena iris perifer menutup sudut
mata di ruang depan. Akibatnya akan terjadi halangan aliran aqueous humor yang
menyebabkan gejala seperti nyeri di sekitar bola mata dan penurunan lapang pandang
4. Pemeriksaan fisik:
Tanda vital: TD 130/80 mmHg, denyut nadi: 82 x / menit, RR: 14 x / menit, suhu: 36,8 Hai C
Mata:
Ophthalmological:
OD: Tonometri 17,6 mmHg, lensa mata mendung tidak rata, Tes bayangan (+)
OS: Tonometri 40 mmHg, edema palpebra, injeksi campuran (+), edema kornea, ruang mata
depan dangkal, pupil melebar, refleks pupil (-), Tes bayangan sulit untuk dinilai
OD OS
VOD 6/30 • penurunan penglihatan VOS 1/300 • penglihatan menurun, hanya bisa
hipertensi
21
lensa mata mendung tidak rata • Edema palpebral • abnormal
abnormal, katarak
Tes bayangan (+) • katarak belum matang Injeksi campuran (+) • abnormal
abnormal
abnormal
Faktor risiko untuk usia 55 tahun • proses degenerasi • membentuk lapisan baru
serat korteks yang terbentuk secara konsentris • lensa mata menua, berat dan
tebal dan ada penurunan akomodasi • inti lensa dikompresi dan menjadi molekul
tinggi protein berat • agregasi protein terjadi • protein berfluktuasi • lensa keruh
tapi tidak rata (belum matang) • mengurangi transparansi lensa • media bias
Faktor risiko untuk usia 55 tahun • proses degenerasi • membentuk lapisan baru
serat korteks yang terbentuk secara konsentris • lensa mata menua, berat dan
tebal dan ada penurunan akomodasi • inti lensa dikompresi dan menjadi molekul
tinggi protein berat • agregasi protein terjadi • protein berfluktuasi • lensa keruh
Katarak pikun → osmosis lensa meningkat → infiltrasi cairan ke dalam lensa → lensa
aqueous →
22
akumulasi humor aqueous → tekanan intraokular ↑ →
kompresi arteri retina & papila saraf optik → berkurangnya suplai nutrisi ke retina
→ penipisan lapisan serabut saraf dan lapisan dalam retina dan berkurangnya
akson di saraf optik (papila saraf optik) → mengurangi transmisi impuls ke otak → penurunan
penglihatan (1/300).
Katarak pikun → osmosis lensa meningkat → infiltrasi cairan ke dalam lensa → pembengkakan
lensa → mendorong iris ke depan → sudut kamera okuli anterior menjadi dangkal → penutupan
tonometri 40 mmHg.
Edema palpebral:
Katarak pikun → osmosis lensa meningkat → infiltrasi cairan ke dalam lensa → lensa
bengkak → mendorong iris ke depan → sudut kamera okuli anterior menjadi dangkal
→ edema palpebral.
katarak pikun → osmosis lensa meningkat → infiltrasi cairan ke dalam lensa → pembengkakan
lensa → mendorong iris ke depan → sudut kamera okuli anterior menjadi dangkal → penutupan
arteri konjungtiva posterior dan arteri siliaris anterior → injeksi campuran (+)
23
Katarak pikun → peningkatan lensa osmotik → infiltrasi cairan ke dalam lensa → lensa
bengkak → mendorong iris ke depan → sudut oculi kamera anterior menjadi dangkal
Pupil-pupil terdilatasikan:
Katarak pikun → osmosis lensa meningkat → infiltrasi cairan ke dalam lensa → lensa
bengkak → mendorong iris ke depan → sudut kamera okuli anterior menjadi dangkal
melonggarnya struktur sel dan warnanya keruh → kornea keruh → cahaya kecil masuk → mekanisme
kompensasi → ↑ bekerja m. dilator pupillae → pelebaran pupil dalam upaya untuk membiarkan
Katarak pikun → osmosis lensa meningkat → infiltrasi cairan ke dalam lensa → lensa
bengkak → mendorong iris ke depan → sudut kamera okuli anterior menjadi dangkal
katarak pikun → osmosis lensa meningkat → infiltrasi cairan ke dalam lensa → lensa
bengkak → mendorong iris ke depan → sudut kamera okuli anterior menjadi dangkal
melonggarnya struktur sel dan warnanya keruh → kornea keruh → tes bayangan
24
Menjawab:
Fungsinya untuk menentukan nilai "normal" tekanan mata, yaitu naik turun 2
level dari rata-rata sekitar 10-21 mmHg (AAO). Jika tekanannya 21 mmHg,
buta lebar dan skotoma di sekitar titik fiksasi. Jika tekanannya 24-30 mmHg,
2017)
Menjawab:
- Bagaimana melakukan - Redupkan cahaya sekitar dan minta pasien untuk fokus
pada target yang jauh. Bersinar di mata kanan dari sisi kanan dan di mata kiri dari
sisi kiri
- Respons normal - Respons yang cepat, simultan, dan sama dari kedua pupil sebagai respons
terhadap cahaya yang bersinar di satu mata atau lainnya. Tes refleks dekat
2)
melihat ke sasaran yang jauh. Bawa sebuah benda ke titik dekat dan amati refleks
3) Senter Berayun
bergantian dialihkan dari satu mata ke mata lainnya dan kembali, sehingga
merangsang setiap mata secara berurutan Respon - Cacat relatif kanan ditandai
1. Teteskan obat bius lokal dan fluorescein. Hanya dibutuhkan sejumlah kecil
fluorescein
25
2. Untuk mengukur TIO pada mata kanan, pastikan sinar celah menyinari
kepala tonometer dari sisi kanan pasien; untuk mata kiri, sorotan harus
datang dari sisi kiri pasien. Pindahkan filter sehingga filter biru digunakan
5. Minta pasien untuk melihat lurus ke depan. Buka kedua mata lebar-lebar, perbaiki
6. Dengan ibu jari, pegang kelopak mata atas pasien dengan lembut, berhati-hatilah
7. Arahkan cahaya biru dari slit lamp atau tonometer Perkins ke kepala
prisma
8. Pastikan kepala tonometer tegak lurus dengan mata Gerakkan tonometer ke depan secara
9. perlahan hingga prisma bersandar dengan lembut di tengah kornea pasien, dengan tangan
yang lain, putar tombol yang dikalibrasi pada tonometer searah jarum jam sampai kedua
fluoresens setengah lingkaran masuk kepala prisma terlihat bertemu dan membentuk
bentuk 'S' horizontal. (Catatan: titik akhir yang benar adalah ketika tepi bagian dalam dari
10. Catat pembacaan pada pelat jam dan catat dalam catatan. Tarik prisma dari
11. permukaan kornea dan seka ujungnya Ulangi prosedur untuk mata lainnya
12.
13. Seka prisma dengan lap bersih dan kering dan ganti ke wadah yang berisi
Menjawab:
- Iris pipih akan menyala secara merata, artinya sudut bilik mata depan
terbuka.
bagian lain, kemungkinan sudut bilik mata sempit atau tertutup (Paul & John,
2009)
5. Pemeriksaan laboratorium:
26
Darah rutin: Hb 14,2 g / dl; Ht 42%, trombosit 280.000 / mm 3, leukosit 8000 / mm 3; Kimia
secara difusi tanpa bantuan insulin. di lensa ataks, glukosa ini akan berada pada
kecepatan poliol untuk diubah menjadi sorbtiol oleh enzim aldosa reduktase. Dalam
keadaan normal, sorbitol ini akan diubah menjadi fruktosa oleh enzim poliol
hiperglikemia, glukosa memiliki senyawa reaktif karbonil yang akan mengikat gugus
amino protein lensa kristal yang akan menurunkan tingkat kelarutan protein tersebut
(Turk, 2016).
6. Bagaimana cara
mendiagnosis? Menjawab:
1) Mata kiri tidak bisa melihat secara tiba-tiba dan disertai nyeri di sekitar mata sejak 2
2) Sejak 3 bulan lalu sakit kepala, mual, muntah, dan melihat warna pelangi di sekitar
lampu
27
3) Sejak 1 tahun yang lalu, kedua mata kabur seperti asap dan mata kiri semakin berat.
4) Memiliki riwayat penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol sejak 10 tahun.
1) di mata kanan:
2) di mata kiri:
- mmHg
- edema kornea
- pelebaran pupil
- campuran
depan
Penglihatan • • •
Mata kemerahan + - +
Penglihatan berasap - + -
Ketajaman • • •
penglihatan
28
depan
1) Gonioscopy: untuk membedakan glaukoma yang disebabkan oleh sudut tertutup atau tidak.
5) Uji lapangan
6) Pemeriksaan HbA1C: untuk memastikan diagnosis diabetes mellitus sebagai faktor risiko
Farmakologi
pendidikan
1) Jangan langsung minum terlalu banyak air, karena dapat meningkatkan tekanan
3) Jangan membaca dengan seksama mengakibatkan miosis atau pupil kecil akan menyerang glaukoma
Non farmakologis
Operasi katarak
29
1) ECCE (Ekstraksi Katarak Kapsul Ekstra).
Bedah Glaukoma
Jika pengobatan maksimal gagal menahan tekanan mata di bawah 21 mmHg dan bidang
penglihatan terus berbalik, pembedahan dilakukan. Jenis operasi yang digunakan adalah operasi
trepanasi Elliot atau operasi sklerotomi Scheie. Operasi yang sedang populer belakangan ini
adalah trabekulektomi. Operasi ini membutuhkan mikroskop (Ilyas S, Yulianti SR, 2015)
progresif.
2) Kerusakan saraf optik: Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena peningkatan
tekanan intraokular. Semakin tinggi tekanan intraokular maka kerusakan saraf yang terjadi
semakin parah. Kebutaan: Kontrol tekanan intraokular yang buruk akan menyebabkan
3) kerusakan lebih lanjut pada saraf optik dan menurunkan penglihatan yang menyebabkan
kebutaan
Katarak
Glaukoma
Prognosis penderita glaukoma menurut penyakit, derajat kerusakan saraf optik, TIO, kerapuhan
cakram papiler saraf optik, ada tidaknya penyakit sistemik lain, kecepatan dan ketepatan
pengobatan serta pengobatan pengobatan yang diberikan. Pasien yang sudah tua, TIO tinggi
yang tidak responsif terhadap pengobatan, penderita penyakit sistemik lain, penderita yang
terlambat menerima pengobatan, penderita yang tidak patuh dalam penggunaan obat memiliki
prognosis yang lebih buruk sehingga lebih cenderung mengalami kebutaan (Giangiacomo &
Coleman, 2009).
30
Katarak
Kapabilitas Level 2: Mendiagnosis dan Merujuk Lulusan Dokter mampu membuat diagnosis
klinis penyakit dan menentukan rujukan yang paling tepat untuk pengelolaan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga dapat menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan.
Glaukoma
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinis dan memberikan terapi pendahuluan dalam
keadaan darurat untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan / atau kecacatan
pada pasien. Lulusan dokter dapat menentukan rujukan yang paling tepat untuk pengelolaan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga dapat menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan.
“Jika saya menguji hamba saya dengan penyakit di kedua matanya, maka dia bisa bersabar, maka saya
akan menggantikannya dengan surga. niat (habibataihi) adalah kedua matanya ”[HR. Bukhari No.5221]
Jadi maknanya Pak B yang menderita penyakit pada matanya merupakan salah satu ujian dari Allah SWT,
maka Pak B diharapkan ikhlas dan sabar serta selalu berdoa dan berusaha diberikan kesembuhan.
2.7 Kesimpulan
Tn. B 55 tahun, mengeluhkan penglihatan kabur di kedua mata akibat katarak pikun belum matang
dan mengeluh mata kiri tidak bisa melihat, nyeri, sakit kepala, mual, muntah, dan sering melihat
warna pelangi disekitar bola lampu yang dilihatnya akibat akut. Glaukoma mata kiri dan menyebabkan
31
2.8 Kerangka konseptual
tahun
proses
penglihatan kabur dan berasap Katarak pikun yang belum matang di kedua mata
32
DAFTAR PUSTAKA
Basak SK. Essentials of Opthalmology, 6 th edisi. Dehli Baru: Jaypee Brothers Medical
Blanco AA. 2012. Bedah glaukoma sudut tertutup dalam mata kuliah ilmu dasar dan klinis.
Faradilla N. (2009). Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran Universitas
dari Riau
13–21. https://doi.org/10.1007/978-3-540-69475-5_2
Guyton, AC, Hall, JE 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta: EGC
Ilyas S, Yulianti SR. 2015. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit: FKUI
Kiziltoprak, H., Tekin, K., Inanc, M., & Goker, YS (2019). Katarak pada diabetes mellitus.
33
Lam D, Rao SK, Ratra V, Liu Y, Mitchell P, King J, Tassignon MJ, Jonas J, Pang CP,
Chang DF. Katarak. Ulasan Alam Primer Penyakit. 2015 Jun 11; 1: 15014
McMonnies CW. Riwayat glaukoma dan faktor risiko. J Optom. 2017; 10 (2): 71-8
Mita, RS, & Husni, P. (2017). Pemberian Pemahaman Mengenai Penggunaan Obat
Analgesik Secara Rasional Pada Masyarakat. Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 6 ( 3), 193–194
Pan Y, Varma R. Riwayat alami glaukoma. Indian J Ophthalmol. 2011; 59: 519-523
Richard S, dkk. 2018. Efek spesifik jaringan dari penghambatan aldosa reduktase pada fluoresensi
dan hubungan silang atrix ekstraseluler pada galaktosemia kronis. Hubungan dengan tautan silang
pentosidin. 1049-1056
Sari, E., & Aditya, M. (2016). Glaukoma akut dengan katarak okuli kanan dan kiri. J
Snell, Richard S., MD, PhD. Anatomi Klinis: Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC; 2012
Stevens, S., Gilbert, C., & Astbury, N. (2012). Bagaimana mengukur tekanan intraokular:
Turki. 2016. Asosiasi Temporal antara Glikasi Protein Lensa dan Katarak
Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum. Glaukoma. Optik dan Refraksi. Edisi ke- 17.
34
35