Anda di halaman 1dari 42

Laporan Bed Side Teaching

PRESBIKUSIS

Oleh:
Dary Dzakwan Bara 04084882124010
Rizky Ishak Pridata 04084882124007
Jawhirul Agung Alfarid 04084882124005
Kiagus Abdul Rahman Shiddq 04084822221264
Silvia Catherine 04084822225187
Sri Mulia Sholiati Harseno 04011281823141

Pembimbing:
dr. Wifaqi Oktaria, Sp.T.H.T.K.L

KSM/BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Bed Side Teaching


Presbikusis

Dary Dzakwan Bara 04084882124010


Rizky Ishak Pridata 04084882124007
Jawhirul Agung Alfarid 04084882124005
Sri Mulia Sholiati Harseno 04011281823141
Kiagus Abdul Rahman Shiddq 04084822221264

Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik


Senior di Bagian/KSM Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Maret – April 2020.

Palembang, Mei 2022


Pembimbing,

dr. Wifaqi Oktaria, Sp.T.H.T.K.L

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan referat dengan judul
“Presbikusis” untuk memenuhi tugas diskusi kasus yang merupakan bagian dari
proses pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik, khususnya Bagian/KSM
Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Abla Ghanie I., Sp. THT–KL (K), FICS, selaku pembimbing yang telah
membantu memberikan ajaran dan masukan sehingga laporan ini dapat selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pelajaran bagi kita semua.

Palembang, Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1. Anatomi Telinga........................................................................................3
2.3.1. Telinga Luar.......................................................................................3
2.1.2 Telinga Tengah..................................................................................4
2.2. Presbikusis.................................................................................................7
2.2.1 Definisi...............................................................................................7
2.2.2 Epidemiologi......................................................................................7
2.2.3 Etiologi...............................................................................................8
2.2.4 Patofisiologi.......................................................................................8
2.2.5 Manifestasi Klinis............................................................................12
2.2.6 Diagnosis..........................................................................................13
2.2.7 Diagnosis Banding...........................................................................14
2.2.8 Penatalaksanaan...............................................................................15
2.2.9 Edukasi dan Pencegahan..................................................................18
2.2.10 Prognosis..........................................................................................18
BAB III STATUS PASIEN.................................................................................19
3.1 Identitas...................................................................................................19
3.2 Anamnesis...............................................................................................19
3.3 Pemeriksaan Fisik...................................................................................20
3.4 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................29
3.5 Diagnosis Kerja.......................................................................................29
3.6 Diagnosis Banding..................................................................................29
3.7 Tatalaksana..............................................................................................30
3.8 Ringkasan................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Anatomi Telinga...............................................................................3
Gambar 2. 2. Anatomi Membran Timpani.............................................................5
Gambar 2. 3. Anatomi Telinga Dalam...................................................................5
Gambar 2. 4. Anatomi Koklea................................................................................6
Gambar 2. 5. Koklea...............................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

Presbikusis mengacu pada gangguan pendengaran bilateral terkait usia.


Secara harfiah, presbikusis berarti "pendengaran lama" atau "pendengaran orang
tua". Ini menjadi terlihat sekitar usia 60-an dan berkembang perlahan; namun, ada
bukti bahwa stresor tertentu dapat mempercepat laju kerusakan. Diagnosis dapat
dipastikan dengan audiometri. Ciri khas presbikusis adalah gangguan kemampuan
untuk memahami komponen bicara frekuensi tinggi (konsonan tak bersuara,
seperti p, k, f, s, dan ch). Tidak ada obatnya; namun, alat bantu dengar yang
memperkuat suara dapat digunakan untuk mengurangi gejala. Secara anatomis,
presbikusis melibatkan banyak komponen sistem pendengaran. Hal ini terutama
disebabkan oleh perubahan terkait usia pada sel rambut, stria vaskularis, dan
neuron ganglion spiral aferen.1

Jika tidak ditangani sejak dini, presbikusis dapat menganggu aktivitas


sehari-hari penderitanya sehingga memengaruhi kualitas hidup selama masa tua.
Gangguan pendengaran menyebabkan penderita sulit melakukan percakapan.
Akibatnya, mereka cenderung menjadi penyendiri dan merasa depresi. Di samping
itu, hilangnya pendengaran juga menyebabkan penurunan kemampuan kognitif,
seperti kemampuan memahami dan mengingat sesuatu, serta memecahkan
masalah.1

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar di tahun 2013, didapatkan bahwa


gangguan pendengaran tertinggi di Indonesia ada pada kelompok usia 75 tahun ke
atas (36,6%), disusul oleh kelompok umur 65-74 tahun (17,1%).2

Anamnesis pada presbikusis meliputi awitan gejala, progresivitas,


keterlibatan satu atau kedua telinga, keluhan tambahan, riwayat pekerjaan, riwayat
paparan terhadap suara keras, riwayat penggunaan obat, serta riwayat penyakit
lain seperti hipertensi. Pada pemeriksaan fisik, lakukan inspeksi telinga luar
hingga tengah dengan bantuan otoskop, diikuti pemeriksaan menggunakan garpu
tala. Pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan untuk menegakkan
diagnosis presbikusis adalah audiometri.1

Hingga saat, ini belum ada terapi definitif untuk presbikusis.


Penatalaksanaan adalah menggunakan alat bantu dengar. Alat bantu dengar tidak
bisa mengembalikan fungsi pendengaran, namun bisa membantu meningkatkan
kualitas hidup dan komunikasi pasien.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga


Telinga manusia terdiri dari tiga bagian: telinga luar, tengah, dan
dalam (Gambar 1). Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang
suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan, mengamplifikasi energi
suara dalam proses ini. Telinga dalam berisi dua sistem sensorik: koklea,
yang mengandung reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi
impuls saraf sehingga kita dapat mendengar, dan aparatus vestibularis, yang
penting bagi sensasi keseimbangan.3

Gambar 2. 1. Anatomi Telinga

2.3.1. Telinga Luar


Telinga luar terdiri atas daun telinga, meatus auditorius
eksternus/external auditory canal (saluran telinga) dan membran timpani
(tympanic membrane). Daun telinga (pinna) adalah lipatan tulang rawan
elastis berbentuk seperti ujung terompet dan dilapisi oleh kulit. Bagian tepi
pinggiran daun telinga adalah heliks; bagian inferior adalah lobulus.
Ligamen dan otot menempelkan daun telinga ke kepala. Meatus auditorius
eksternus merupakan tabung melengkung dengan panjang sekitar 2,5cm
terletak di tulang temporal dan mengarah ke membran timpani.4
Membran timpani terletak di ujung medical meatus auditorius
eksternus dan membentuk sebagian besar dinding lateral rongga timpani.
Membran ini berbentuk oval dan membentuk sudut sekitar 55° dengan lantai
meatus auditorius eksternus. Meatus auditorius eksternus memanjang dari
aurikula ke membran timpani dan panjangnya sekitar 2,4cm. Tulang
penyusun dinding meatus auditorius eksternus merupakan tulang rawan di
1/3 bagian lateral dan tulang keras di 2/3 bagian medial.5

2.1.2 Telinga Tengah


Telinga tengah adalah rongga kecil berisi udara di bagian petrosa
dari tulang temporal yang dilapisi oleh epitel. Telinga tengah dipisahkan
dari telinga luar oleh membran timpani dan dari telinga dalam oleh partisi
bertulang tipis yang berisi dua lubang kecil yang ditutupi membran yaitu
jendela oval dan jendela. Struktur selanjutnya adalah tiga tulang pendegaran
yang terletak di dalam telinga tengah disebut osikulus, yang dihubungkan
oleh sendi sinovial. Tulang pendengaran tersebut dinamai sesuai bentuknya,
yaitu malleus, incus, dan stapes yang biasa disebut martil, landasan, dan
sanggurdi.4
Membran timpani akan bergetar sebagai respons terhadap
gelombang suara, rangkaian osikulus tersebut akan ikut bergerak dengan
frekuensi yang sama, memindahkan frekuensi getaran ini dari membran
timpani ke jendela oval. Tekanan yang terjadi di jendela oval yang
ditimbulkan oleh setiap getaran akan menimbulkan gerakan mirip-
gelombang di cairan telinga dalam dengan frekuensi yang sama seperti
gelombang suara asal.3

Gambar 2. 2. Anatomi Membran Timpani

2.1.3 Telinga Dalam


Telinga bagian dalam terdiri dari dua divisi utama: labirin bertulang
di bagian luar yang membungkus labirin membranosa di bagian dalam.
Labirin bertulang dilapisi dengan periosteum dan mengandung perilimfe.
Cairan perilimfe yang secara kimia mirip dengan cairan serebrospinal
mengelilingi labirin membranosa. Labirin membranosa mengandung cairan
endolimfe di dalamnya. Tingkat ion kalium dalam endolimfe sangat tinggi
untuk cairan ekstraseluler, dan ion kalium berperan dalam pembentukan
sinyal pendengaran. Neuron sensorik membawa informasi sensorik dari
reseptor, dan neuron motorik membawa sinyal umpan balik ke reseptor.
Badan sel neuron sensorik terletak di ganglia vestibular.4

Gambar 2. 3. Anatomi Telinga Dalam


Koklea merupakan sebuah kanal spiral bertulang yang
menyerupai cangkang siput. Koklea dibagi menjadi tiga saluran: ductus
cochlearis, scala vestibuli, dan scala tympani. Ductus cochlearis (scala
media) merupakan kelanjutan dari labirin membranosa ke koklea yang
berisi endolimfe. Saluran yang berada di atas ductus cochlearis adalah
scala vestibuli yang berakhir di jendela oval, sedangkan yang berada di
bawahnya adalah scala tympani, yang berakhir di jendela bundar. Scala
vestibuli dan scala tympani adalah bagian dari labirin bertulang koklea,
oleh karena itu kamar-kamar ini dipenuhi dengan cairan perilimfe.4

Gambar 2. 4. Anatomi Koklea

Organ Corti, yang terletak di atas membran basilaris di seluruh


panjangnya, mengandung sel rambut auditorik sebanyak 15.000 di dalam
koklea tersusun menjadi empat baris sejajar di seluruh panjang membran
basilaris, satu baris sel rambut dalam dan tiga baris sel rambut luar.
Setiap sel rambut memiliki 100 stereocillia di bagian ujung apikal. Sel
rambut bagian dalam bersinergi dengan 90-95% dari neuron sensorik di
saraf koklearis yang menyampaikan informasi pendengaran ke otak,
sedangkan sel rambut luar secara aktif dan cepat berubah panjang sebagai
respons terhadap perubahan potensial membran, suatu perilaku yang
dikenal sebagai elektromotilitas. Sel rambut luar memendek pada
depolarisasi dan memanjang pada hiperpolarisasi. Perubahan panjang ini
memperkuat atau menegaskan gerakan membran basilaris.3

Gambar 2. 5. Koklea

2.2. Presbikusis

2.2.1 Definisi
Presbikusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya
terjadi mulai usia 65 tahun, simetris pada telinga kanan maupun kiri.
Presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000 Hz atau lebih. Progresifitas
penurunan pendengaran diengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-
laki lebih cepat dibandingkan dengan perempuan.6

2.2.2 Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan insidensi presbikusis meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Sekitar 50% orang yang berusia 75 tahun
mengalami presbikusis dan hampir seluruh orang yang berusia 90 tahun
mengalami presbikusis. Gangguan pendengaran terkait usia adalah salah
satu kondisi kesehatan paling umum ditemukan yang mempengaruhi usia
lanjut dengan puluhan juta orang di seluruh dunia terpengaruh. Di Amerika
Serikat, diperkirakan sepertiga orang yang berusia di atas 65 tahun, dan
setengah dari mereka yang berusia di atas 85 tahun, mengalami gangguan
pendengaran.7,8
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar di tahun 2013, didapatkan
bahwa gangguan pendengaran tertinggi di Indonesia ada pada kelompok
usia 75 tahun ke atas (36,6%), disusul oleh kelompok umur 65-74 tahun
(17,1%). Berdasarkan hasil penelitian Yanti di RS Dustira Cimahi
didapatkan rerata usia pasien dengan presbikusis adalah 50,5 tahun pada
rentang usia 49-80 tahun, 59,9% laki-laki dan 40,4% perempuan dengan
hipertensi sebagai faktor risiko yang paling banyak (71,5%). World Health
Organization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2025 akan ada 1,2
miliar orang berusia di atas 60 tahun di seluruh dunia, dengan lebih dari 500
juta orang akan menderita gangguan yang signifikan dari presbikusis.8,9,10

2.2.3 Etiologi
Penyebab kurang pendengaran akibat degenerasi ini dimulai
terjadinya atrofi di bagian epitel dan saraf pada organ corti. Lambat laun
secara progresif terjadi degenerasi sel ganglion spiral pada daerah basal
hingga ke daerah apeks yang pada akhirnya terjadi degenerasi sel-sel pada
jaras saraf pusar dengan manifestasi gangguan pemahaman bicara. Kejadian
presbikusis diduga mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter,
metabolisme, aterosklerosis, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. 11

2.2.4 Patofisiologi
Perubahan struktur koklea dan N.VIII. Pada koklea perubahan yang
mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ
corti. Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskular juga terjadi pada stria
vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa berkurangnya jumlah
dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama juga pada myelin
akson saraf.11
1. Degenerasi koklea
Patofisiologi terjadinya presbikusis menunjukkan adanya
degenerasi pada stria vaskularis (tersering). Bagian basis dan apeks
koklea pada awalnya mengalami degenerasi, tetapi kemudian melas ke
regio koklea bagian tengah dengan bertambahnya usia. Degenerasi
hanya terjadi sebagian tidak seluruhnya. Degenerasi sel marginal dan
intermedia pada stria vaskularis terjadi secara sistemik, serta terjadi
kehilangan Na+ K+ ATPase. Kehilangan enzim penting ini dapat
terdeteksi dengan pemeriksaan imunohistokimia.12
Degenerasi stria vaskularis akibat penuaan berefek pada potensial
endolimfe yang berfungsi sebagai amplifikasi koklea. Potensial
endolimfatik yang berkurang secara signifikan akan berpengaruh pada
amplifikasi koklea. Nilai potensial endolimfatik yang menurun menjadi
20m V atau lebih, maka amplifikasi koklea dianggap kekurangan
voltage dengan penurunan maksimum. Penambahan 20 dB di apeks
koklea akan terjadi peningkatan potensial sekitar 60 dB didaerah basis.
Degenerasi stria yang melebihi 50%, maka nilai potensial endolimfe
akan menurun drastis.12
2. Degenerasi sentral
Degenerasi sekunder terjadi akibat degenerasi sel organ corti dan
saraf-saraf yang dimulai pada bagian basal koklea hingga apeks.
Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus auditorius akan
meningkatkan nilai ambang CAP dari nervus. Penurunan fungsi input-
output dari CAP pada hewan percobaan berkurang ketika terjadi
penurunan nilai ambang sekitar 5 - 10 dB. Intensitas sinyal akan
meningkatkan amplitudo akibat peningkatan CAP dari fraksi suara yang
terekam. Fungsi input-output dari CAP akan terefleksi juga pada fungsi
input-output dari potensial saraf pusat. Pengurangan amplitudo dari
potensial aksi yang terekam pada proses penuaan memungkinkan
terjadinya asinkronisasi aktifitas nervus auditorius. Keadaan in
mengakibatkan penderita mengalami kurang pendengaran dengan
pemahaman bicara yang buruk. Prevalensi jenis ketulian ini sangat
jarang, tetapi degenerasi sekunder ini penyebab terbanyak terjadinya
presbikusis sentral.12

3. Mekanisme Molekuler
a. Faktor Genetik
Strain yang berperan terhadap presbikusis, yaitu C57BL/6J
merupakan protein pembawa mutasi dalam gen cadherin 23 (Cdh23),
yang mengkode komponen ujung sel rambut koklea. Pada jalur
intrinsik sel mitokondria mengalami apoptosis pada strain C57BL/6J
yang dapat mengakibatkan penurunan pendengaran.12
Teori lainnya terjadi tuli adalah akibat ruptur membran intrakoklea.
Membran ini memisah telinga tengah dan telinga dalam. Di dalam
koklea juga terdapat membran-membran halus memisah ruang
perilimfe dan endolimfe. Secara teoritis, ruptur dari salah satu atau
kedua jenis membran ini dapat mengakibatkan tuli mendadak.
Kebocoran cairan perilimfe ke ruang telinga tengah lewat round
window dan oval window telah diyakini sebagai mekanisme
penyebab tuli. Ruptur membran intrakoklea menyebabkan
bercampurnya perilmfe dan endolimfe dan merubah potensi
endokoklea secara efektif.
b. Stres Oksidatif
Seiring dengan pertambahan usia kerusakan sel akibat stress
oksidatif bertambah dan menumpuk selama bertahun tahun yang
akhirnya menyebabkan proses penuaan. Reactive oxygen species
(ROS) menimbulkan kerusakan mitokondria mtDNA dan kompleks
protein jaringan koklea sehingga terjadi disfungsi pendengaran.12
c. Gangguan Transduksi Sinyal
Ujung sel rambut organ korti berperan terhadap transduksi
mekanik, merubah stimulus mekanik menjadi sinyal elektrokimia
Gen famili cadherin 23 (CDH23) dan protocadherin 15 (PCDH15)
diidentifikasi sebagai penyusun ujung sel rambut koklea yang
berinteraksi untuk transduksi mekanoelektrikal. Terjadinya mutasi
menimbulkan defek dalam interaksi molekul ini dan menyebabkan
gangguan pendengaran.12

Schucknecht dan Gacek tahun 1993 mengidentifikasi 4 lokasi


penuaan koklea dan membagi presbikusis menjadi 4 jenis berdasarkan
lokasi terjadinya perubahan histopatologi tersebut dan hasil audiometri yaitu
sebagai berikut.13
1. Presbikusis Sensorik
Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai hilangnya sel- sel
rambut dan sel penyokong organ corti. Proses berasal dari bagian basal
koklea dan perlahan- lahan menjalar ke daerah apeks. Perubahan ini
berhubungan dengan penurunan ambang frekuensi tinggi, yang dimulai
setelah usia pertengahan. Secara histologi, atrofi dapat terbatas hanya
beberapa milimeter awal dari basal koklea dan proses berjalan dengan
lambat. Ciri khas dari tipe presbikusis sensorik adalah terjadi penurunan
pendengaran secara tiba- tiba pada frekuensi tinggi (sloping).
2. Presbikusis Neural
Tipe presbikusis neural memperlihatkan atrofi sel- sel saraf di
koklea dan jalur saraf pusat. Tidak didapati adanya penurunan ambang
terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan
penurunan diskriminasi kata- kata yang secara klinik berhubungan
dengan presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya
gangguan pendengaran. Menurunnya jumlah neuron pada koklea lebih
parah terjadi pada basal koklea.
3. Presbikusis Metabolik (strial presbicusis)
Tipe presbikusis yang sering didapati dengan ciri khas kurang
pendengaran yang mulai timbul pada dekade ke – 6 dan berlangsung
perlahan- lahan. Kondisi ini diakibatkan atrofi stria vaskularis. Pada
histologi didapatkan atrofi pada stria vaskularis, lebih parah pada
separuh dari apeks koklea. Proses ini berlangsung pada seseorang yang
berusia 30-60 tahun. Berkembang dengan lambat dan mungkin bersifat
familial. Gambaran audiogramnya rata, dapat mulai frekuensi rendah,
speech discrimination bagus sampai batas minimum pendengarannya
melebihi 50 dB (flat). Penderita dengan kasus kardiovaskuler (heart
attacks, stroke, intermitten claudication) dapat mengalami presbikusis
tipe ini serta menyerang pada semua jenis kelamin namun lebih nyata
pada perempuan.
4. Tipe koklea konduktif
Tipe kekurangan pendengaran ini disebabkan gangguan gerakan
mekanis di membran basalis. Gambaran khas audiogram yang menurun
dan simetris (ski-sloop). Pada pemeriksaan histologi tidak ada
perubahan morfologi pada struktur koklea ini.

2.2.5 Manifestasi Klinis


Presentasi klinis presbikusis bervariasi dari pasien ke pasien dan
merupakan hasil dari berbagai kombinasi perubahan koklea dan saraf yang
telah terjadi. Pasien biasanya lebih sulit memahami bahasa yang diucapkan
dengan cepat, kosa kata yang kurang familiar atau lebih kompleks, dan
berbicara dalam lingkungan yang bising dan mengganggu. Pasien mungkin
sering mengeluh bahwa mereka lebih sulit memahami wanita daripada pria,
mengingat nada bicara wanita yang lebih tinggi. Selain itu, melokalisasi
suara semakin sulit seiring dengan perkembangan penyakit. Pasien dengan
presbikusis mungkin sangat bergantung pada pembacaan bibir untuk
meningkatkan kejelasan kata-kata yang diucapkan.14
Satu-satunya laporan pasien mungkin gangguan pendengaran
progresif bertahap dengan kesulitan tertentu memahami kata-kata dan
percakapan ketika tingkat kebisingan latar belakang yang tinggi hadir. Hal
ini dapat mengganggu keefektifan individu dalam rapat. Pasien mungkin
memiliki riwayat paparan kebisingan (misalnya, layanan bersenjata,
berburu, penggunaan alat-alat listrik, pekerjaan industri). Gangguan
pendengaran sensorineural miring frekuensi tinggi dapat ditemukan.
Namun, skor diskriminasi bicara pasien mungkin normal kecuali diuji
dengan adanya kebisingan latar belakang. Alat bantu Dengardengan
perolehan lebih pada frekuensi yang lebih tinggi untuk menyamai gangguan
pendengaran dapat memberikan manfaat yang substansial, tergantung pada
kebutuhan dan motivasi pasien. Pasien juga dapat dinasihati untuk
menghindari paparan kebisingan yang berlebihan. Presbikusis mungkin
memiliki dampak negatif yang signifikan pada kehidupan sehari-hari, yang
menyebabkan penarikan sosial dan depresi.15

2.2.6 Diagnosis
Diagnosis didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang audiologi dan laboratorium.
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan kepala, leher dan kelenjar getah bening regional
dianjurkan untuk dilakukan. Limfadenopati dapat mengindikasi adanya
keganasan atau infeksi telinga tengah yang berefek pada nervus fasialis.
Abnormalitas nervus kranialis dapat memberi kecurigaan adanya lesi
intrakranial (seperti neuroma akustik atau keganasan) atau sklerosis
multipel.
Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop, tidak ditemukan kelainan
pada telinga yang sakit. Sementara dengan pemeriksaan pendengaran
didapatkan hasil sebagai berikut:
 Tes penala: Rinne positif, Weber tidak ada lateralisasi, Schwabach
memendek.
Kesan: Tuli sensorineural
 Audiometri nada murni:
Tuli sensorineural ringan sampai berat.
b. Pemeriksaan penunjang
 Audiometri khusus
- Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) dengan skor: 100%
atau kurang dari 70%.
- Tes Tone decay atau reflek kelelahan negatif.
Kesan: Bukan tuli retrokoklea.
 Audiometri tutur (speech audiometry)
- SDS (speech discrimination score): kurang dari 100%
Kesan: Tuli sensorineural.
 BERA (Brainstem Evolved Responce Audiometry)
Menunjukkan tuli sensorineural ringan sampai berat.
 ENG (Electronistagmografi), mungkin terdapat paresis kanal
 Radiologi, pemeriksaan CT Scan dan MRI dengan kontras diperlukan
untuk menyingkirkan diagnosis seperti neuroma akustik dan
malformasi tulang temporal.
 Arteriografi, dilakukan untuk kasus yang diduga akibat trombosis
 Pemeriksaan Laboratorium
- Hitung sel darah lengkap
- LED
- Faal Hemotasis dan faktor koagulasi
- Kultur bakterik
- Eletrolit dan/atau kadar glukosa
- Kolesterol dan trigliserida
- Uji fungsi tiroid
- Tes autoimun seperti antibodi antinuklear dan reumatic

2.2.7 Diagnosis Banding


Sudden Sensory Hearing Loss atau kehilangan pendengaran secara
tiba– tiba menjadi diagnosis banding utama pada presbikusis. Hal ini adalah
hal yang umum terjadi pada orang tua. Kebanyakan kasus adalah
merupakan akibat dari obstruksi trombus atau emboli pada arteri auditorius
internus. Kebanyakan kasus membaik dengan sendirinya dalam kurun waktu
beberapa minggu hingga beberapa bulan. Terapi dengan prednison secara
oral dapat memberikan keuntungan bagi penyakit ini. Walaupun
kebanyakan penyebab penyakit ini idiopatik atau dicurigai gangguan
vaskular, tetap harus dipikirkan adanya kemungkinan akibat fistula
perilimfatik, sifilis tertier, infark batang otak, penyakit demyelisasi, dan
schwannoma vestibular.16
Kebanyakan penurunan pendengaran pada orang tua bersifat simetris
dan bilateral. Penurunan pendengaran unilateral (Penurunan Pendengaran
Asimetris) merupakan atipikal dan memerlukan investigasi lebih lanjut
seperti kelainan pada sistem auditorius sentral yaitu schwannoma vestibuler.
Gejala yang umumnya timbul adalah penurunan pendengaran sensorineural,
tinitus, dan disequilibrium. Sehingga diagnosis ini sering juga dijadikan
diagnosis banding untuk diagnosis presbikusis.16
Tidak semua penurunan pendengaran pada orang tua merupakan
presbikusis. Obat–obat yang menyebabkan ototoksik seperti antibiotik
golongan aminoglikosida, diuretik, dan obat–obat kemoterapi (khususnya
cisplastin) berkontribusi dalam penurunan pendengaran pada orang tua.
Pasien yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami gangguan pendengaran
akibat ototoksik biasanya mereka dengan obat ototoksik multipel atau
mereka dengan insufisiensi renal. Resiko terjadinya ototoksik dapat
diturunkan dengan pengamatan dengan menggunakan serial audiometri.
Pemberian obat– obat yang dapat menyebabkan ototoksik dapat dihentikan
apabila dalam pengamatan audiometri didapatkan penurunan pendengaran
yang semakin buruk. Pergantian obat – obatan ototoksik dengan non-toksik
juga dapat mencegah terjadinya penurunan pendengaran akibat
ototoksik.16,17
Penyebab penurunan pendengaran yang jarang ditemukan yang dapat
dijadikan diagnosis banding untuk diagnosis presbikusis adalah disebabkan
oleh penyakit metabolik (hipotiroid, diabetes, hiperlipidemia, dan gagal
ginjal), infeksi (sifilis, mumps), penyakit autoimun (lupus eritomatous,
poliarteritis), faktor psikologi (terapi radiasi) dan sindrom herediter
(sindrom usher). Idetifikasi penurunan pendengaran yang disebabkan oleh
penyakit metabolik sangat penting karena penurunan pendengaran dapat
diterapi dengan obat – obatan.16

2.2.8 Penatalaksanaan
Presbikusis tidak dapat disembuhkan. Tujuan penatalaksanaannya
adalah untuk memperbaiki kemampuan pendengarannya dengan
menggunakan alat bantu dengar.18
Alat bantu dengar berguna dalam meningkatkan rasio signal-to-noise
dengan memperkuat suara yang dekat dengan pendengar. Meskipun alat
bantu dengar mampu memperkuat suara, alat tersebut tidak dapat
mengembalikan kejernihan pendengaran. Karenanya, amplifikasi dengan
alat bantu dengar mungkin hanya memberikan rehabilitasi terbatas. Implan
koklea adalah pengobatan pilihan jika alat bantu dengar terbukti tidak
memadai, bahkan jika gangguan pendengaran tidak lengkap.19
Hingga saat ini, lansia mengatasi gangguan pendengarannya dengan
alat bantu dengar. Alat bantu dengar dapat meningkatkan kemampuan
sebagian besar pasien usia lanjut untuk dapat berkomunikasi. Namun pada
pasien dengan kemampuan bicara yang kurang pada keadaan bising
mengalami kesulitan menggunakan alat bantu dengar karena gangguan yang
terjadi adalah gangguan pada tingkat persepsi bukan pada proses
penerimaan stimulus.20,21
Jika gangguan pendengaran terlalu parah, alat bantu dengar tidak
dapat memperkuat suara secara memadai, terutama pada frekuensi tinggi.
Hal ini dapat mempengarhui kejelasan pasien dalam berbicara. Peningkatan
diskriminasi wicara yang diamati pada pasien yang memiliki sisa
pendengaran frekuensi rendah telah menimbulkan gagasan untuk
memperluas kriteria pemilihan implantasi pada pasien.20
Selain ABD, implant koklea juga dapat dijadikan salah satu pilihan
tata laksana untuk presbikusis. Di seluruh dunia, hampir 200.000 anak dan
orang dewasa dengan gangguan pendengaran telah menerima implan
koklea. Kriteria implantasi termasuk gangguan pendengaran berat hingga
sangat berat dengan kognisi kalimat terbuka ≤40% dalam kondisi terbantu.
Implan koklea adalah prostesis saraf yang mengubah energi suara menjadi
energi listrik dan dapat digunakan untuk merangsang nervus koklearis
secara langsung. Bentuknya berupa perangkat elektronik kecil dan kompleks
yang menstimulasi langsung saraf koklea. Biasanya, dalam 3-6 bulan
pertama setelah implantasi, pasien dewasa dapat memahami ucapan tanpa
petunjuk visual.18,22
Manfaat implantasi telah didokumentasikan dengan baik, dengan
pengukuran audiologi yang lebih baik, pengenalan suara lingkungan, dan
bahkan manfaat psikososial. Berdasarkan patofisiologi presbycusis
(terutama presbycusis sentral), banyak penelitian telah dilakukan dan
didapatkan bahwa populasi lansia menunjukkan kinerja pendengaran yang
meningkat secara signifikan, persepsi bicara dan bahkan kualitas hidup yang
baik setelah implantasi koklea.22
Implan koklea diindikasikan untuk orang dengan gangguan
pendengaran berat bilateral yang tidak membaik secara signifikan dengan
alat bantu dengar. Implantasi koklea melibatkan penempatan array elektroda
di dalam telinga bagian dalam untuk memotong koklea yang rusak dan
menstimulasi neuron koklea yang tersisa secara langsung dengan stimulasi
listrik. Hasil implan koklea pada pasien presbikusis mungkin dibatasi oleh
penurunan kemampuan yang berkaitan dengan usia untuk memproses
informasi yang baik, serta defisit kognitif yang berkaitan dengan usia.
Terlepas dari pertimbangan ini, sebagian besar pasien yang menjalani
implantasi koklea untuk presbikusis dapat diharapkan untuk mencapai
peningkatan fungsional yang signifikan, mirip dengan yang terlihat pada
pasien yang lebih muda. Pemasangan alat ini kontraindikasi pada pasien
dengan tuli saraf pusat (tuli sentral), proses penulangan koklea, dan tidak
berkembangnya koklea.23
Asistive listening devices, alat ini merupakan amplifikasi sederhana
yang mengirimkan sinyal pada ruangan dengan menggunakan headset. Alat
ini bekerja dengan amplifikasi sinyal telepon, televisi dan mendnegar suara
bel. Perangkat elektronik ini berguna untuk meningkatkan kenyamanan
dalam mendengar pada kondisi lingkungan tertentu. Pasien dapat
memperkuat suara tanpa harus mengganggu orang lain di sekitarnya.24

2.2.9 Edukasi dan Pencegahan


Pasien dengan presbikusis diberikan edukasi agar dapat menghindari
penyebab atau mencegah perburukan gangguan pendengaran. Misalnya
paparan bising, paparan obat ototoksik, diabetes yang tidak terkontrol dan
penyakit metabolik lainnya. Menjaga kebersihan telinga dengan membuang
cerumen dengan aman dan menghindari suara keras dapat membantu
mencegah penyebab lain dari gangguan pendengaran yang dapat
memperburuk gejala presbicusis. Penting untuk mengedukasi masyarakat
tentang tingginya prevalensi gangguan pendengaran terkait usia serta
konsekuensinya. Identifikasi dan pengobatan dini dapat membantu
memperlambat perkembangan dan dapat meningkatkan kualitas hidup.
Penting juga melakukan skrining gangguan pendengaran pada semua pasien
usia tua (≥60 tahun) secara teratur.22,25

2.2.10 Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan presbikusis adalah perkembangan
lebih lanjut dari gangguan pendengaran. Tingkat gangguan pendengaran
diperkirakan 0,7-1,2 dB per tahun dan bergantung pada usia dan frekuensi.
Penyakit ini tidak ada obatnya. Namun, perkembangan kehilangannya
lambat, dan pasien mungkin dapat mengharapkan bertahun-tahun dapat
bekerja, meskipun pendengarannya berkurang.26
Peringatkan pasien dengan presbikusis terhadap penyebab gangguan
pendengaran yang dapat dicegah, yang dapat memperburuk atau
mempercepat penyakit mereka (misalnya, paparan kebisingan, paparan obat
ototoksik, kegagalan untuk mengontrol diabetes dan penyakit metabolik
lainnya).26
BAB III
STATUS PASIEN
3.1 Identitas
Nama : Tn. ARN
Usia : 77 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Tanjung Serik, KM. 18, Sukomoro
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
No. RM : 00-04-06-95
MRS : 26 April 2022

3.2 Anamnesis
(Autoanamnesis pada tanggal 9 Mei 2022)
Keluhan Utama: Gangguan pendengaran pada telinga kanan sejak 1 tahun
yang lalu.
Keluhan Tambahan:
Telinga : pusing berputar (+), telinga berdenging (+), nyeri telinga
(-), cairan (-), telinga terasa penuh (-)
Hidung : hidung tersumbat (-), keluar cairan (-), bersin (-), nyeri (-),
gangguan penciuman (-)
Tenggorokan : nyeri tenggorokan (-), batuk (-), nyeri menelan (-), suara
serak (-)
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 1 tahun yang lalu, pasien mengeluh gangguan pendengaran.
Penurunan Pendengaran dirasakan pada telinga kanan yang terasa semakin
memberat sejak 6 bulan yang lalu. Kemudian, seiring waktu telinga kiri juga
dirasakan mengalami penurunan pendengaran semakin memberat sejak 6 bulan
yg lalu. Nyeri tidak ada, keluar cairan tidak ada, telinga berdengung ada,
20
telinga terasa penuh tidak ada. terdapat keluhan pusing berputar ketika berdiri
sejak 2 bulan yang lalu. Pasien berobat ke RSUD Siti Fatimah

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat hipertensi ada


- Riwayat trauma kepala sejak usia 18 tahun
- Riwayat kesulitan
- Riwayat operasi mata katarak ada
- Riwayat kelumpuhan otot wajah sisi kiri ada
- Riwayat diabetes melitus disangkal
- Riwayat stroke disangkal
- Riwayat alergi makanan dan obat disangkal
- Riwayat keganasan disangkal
- Riwayat infeksi telinga sebelumnya disangkal

Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan disangkal

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

Riwayat Kebiasaan
- Riwayat sering menggaruk dan mengorek telinga disangkal
- Riwayat merokok ada
- Riwayat meminum jamu-jamuan ada
- Riwayat konsumsi alkohol disangkal
Riwayat bekerja pada lingkungan bising disangkal

3.3 Pemeriksaan Fisik


Tanggal Pemeriksaan: 9 Mei 2022
Status Generalikus

21
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 18 x/menit
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 89 x/menit
SpO2 : 98%

Pemeriksaan fisik spesifik


Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : BJ I & II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : statis simetris kanan=kiri, dinamis tidak ada yang tertinggal
Palpasi : stem fremitus kanan=kiri, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, wheezing (-), rhonki (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, spider nevi (-), caput medusa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal 4x/menit
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Ekstremitas
Akral hangat, CRT <1 detik, edema pretibial (-)

Status Lokalis
I. Telinga Luar Kanan Kiri

Regio Retroaurikula

22
-Abses Tidak ada Tidak ada
-Sikatrik Tidak ada Tidak ada
-Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
-Fistula Tidak ada Tidak ada
-Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada

Regio Zigomatikus
-Kista Brankial Klep Tidak ada Tidak ada
-Fistula Tidak ada Tidak ada
-Lobulus Aksesorius Tidak ada Tidak ada

Aurikula
-Mikrotia Tidak ada Tidak ada
-Efusi perikondrium Tidak ada Tidak ada
-Keloid Tidak ada Tidak ada
-Nyeri tarik aurikula Tidak ada Tidak ada
-Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
-Fistula preaurikula Tidak ada Tidak ada
-Hiperemis Tidak ada Tidak ada
-Pus Tidak ada Tidak ada
-Darah Tidak ada Tidak ada
-CAE sempit Tidak ada Tidak ada
-Sekret Tidak ada Tidak ada
-Serumen Tidak ada Tidak ada

Meatus Akustikus Eksternus


-Lapang/sempit Lapang Lapang
-Oedema Tidak ada Tidak ada
-Hiperemis Tidak ada Tidak ada
-Pembengkakan Tidak ada Tidak ada

23
-Erosi Tidak ada Tidak ada
-Krusta Tidak ada Tidak ada
-Sekret Tidak ada Tidak ada
(serous/seromukus/mukopus/pus)

-Perdarahan Tidak ada Tidak ada


-Bekuan darah Tidak ada Tidak ada
-Cerumen plug Tidak ada Tidak ada
-Epithelial plug Tidak ada Tidak ada
-Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada
-Debris Ada Ada
-Banda asing Tidak ada Tidak ada
-Sagging Tidak ada Tidak ada
-Exostosis Tidak ada Tidak ada
-Hifa Tidak ada Tidak ada

II. Membran Timpani

- Warna (putih, suram, hiperemis, Putih seperti Putih seperti


hematoma) mutiara mutiara
- Bentuk (oval, bulat) Oval Oval
- Pembuluh darah Normal Normal
- Refleks cahaya Ada Ada
- Retraksi Tidak ada Tidak ada
- Bulging Tidak ada Tidak ada
- Bulla Tidak ada Tidak ada
- Ruptur Tidak ada Tidak ada
- Perforasi Tidak ada Tidak ada
(sentral/perifer/marginal/attic)
(kecil/besar/subtotal/total)
- Pulsasi Tidak ada Tidak ada
- Sekret Tidak ada Tidak ada
(serous/seromukus/mukus/pus)
- Tulang pendengaran Normal Normal
- Kolesteatoma Tidak ada Tidak ada
- Polip Tidak ada Tidak ada
- Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada

24
III. Tes Khusus Kanan Kiri

1.Tes Garpu Tala


Tes Rinne Positif Positif
Tes Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Tes Scwabach Memendek Memendek

2.Tes Audiometri Ganggaun pendengaran Ganggaun pendengaran


tipe sensorineural tipe sensorineural
derajat sedang-berat (65 derajat sedang-berat
dB) (62,5 dB)

3.Tes Fungsi Tuba Kanan Kiri

-Tes Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan


-Tes Toynbee Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4.Tes Kalori Kanan Kiri

-Tes Kobrak Tidak dilakukan Tidak dilakukan

5.Tes Keseimbangan

-Tes Romberg Positif

- Pointing test Positif

- Stepping test Positif

Gambaran Membran Timpani

25
Kanan Kiri

Hidung
I.Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
-Tes aliran udara Cukup Cukup
-Tes penciuman Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Teh Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tembakau Tidak dilakukan Tidak dilakukan
II.Hidung Luar Kanan Kiri
-Dorsum nasi Normal Normal
-Akar hidung Normal Normal
-Puncak Hidung Normal Normal
-Sisi hidung Normal Normal
-Ala nasi Normal Normal
-Deformitas Tidak ada Tidak ada
-Hematoma Tidak ada Tidak ada
-Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
-Krepitasi Tidak ada Tidak ada
-Hiperemis Tidak ada Tidak ada
-Erosi kulit Tidak ada Tidak ada
-Vulnus Tidak ada Tidak ada
-Ulkus Tidak ada Tidak ada
-Tumor Tidak ada Tidak ada
-Duktus nasolakrimalis Tidak tersumbat Tidak tersumbat
(tersumbat/tidak
tersumbat)
III.Hidung Dalam Kanan Kiri
1. Rinoskopi Anterior
a. Vestibulum nasi
-Sikatrik Tidak ada Tidak ada
-Stenosis Tidak ada Tidak ada
-Atresia Tidak ada Tidak ada

26
-Furunkel Tidak ada Tidak ada
-Krusta Tidak ada Tidak ada
-Sekret Tidak ada Tidak ada
(serous/
seromukus/
mukopus/pus)
b. Kolumela
-Utuh/tidak utuh Utuh Utuh
-Sikatrik Tidak ada Tidak ada
-Ulkus Tidak ada Tidak ada
c. Kavumnasi
-Luasnya Lapang Lapang
(lapang/cukup/sem
pit) Tidak ada Tidak ada
-Sekret
(serous/
seromukus/ Tidak ada Tidak ada
mukopus/pus) Tidak ada Tidak ada
-Krusta Tidak ada Tidak ada
-Bekuan darah Tidak ada Tidak ada
-Perdarahan Tidak ada Tidak ada
-Benda asing Tidak ada Tidak ada
-Rinolit Tidak ada Tidak ada
-Polip
-Tumor
d. Konka Inferior
-Mukosa (erutopi/ Eutrofi Eutrofi
hipertropi/atropi)
(basah/kering) Basah Basah
(licin/taklicin) Licin Licin
-Warna (merah Merah muda Merah muda
muda/hiperemis/
pucat/livide)
-Tumor Tidak ada Tidak ada
e. Konka media
-Mukosa (erutopi/ Sulit dinilai Sulit dinilai
hipertropi/atropi)
(basah/kering) Sulit dinilai Sulit dinilai
(licin/taklicin) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Warna (merah Sulit dinilai Sulit dinilai
muda/hiperemis/
pucat/livide)
-Tumor Sulit dinilai Sulit dinilai

f. Konka superior
-Mukosa (erutopi/ Sulit dinilai Sulit dinilai

27
hipertropi/atropi)
(basah/kering) Sulit dinilai Sulit dinilai
(licin/taklicin) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Warna (merah Sulit dinilai Sulit dinilai
muda/hiperemis/
pucat/livide)
-Tumor Sulit dinilai Sulit dinilai
g. Meatus Medius
-Lapang/ sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
-Sekret Sulit dinilai Sulit dinilai
(serous/
seromukus/
mukopus/pus) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Polip Sulit dinilai Sulit dinilai
-Tumor

h. Meatus inferior
-Lapang/ sempit Lapang Lapang
-Sekret Tidak ada Tidak ada
(serous/
seromukus/
mukopus/pus) Tidak ada Tidak ada
-Polip Tidak ada Tidak ada
-Tumor

i. Septum Nasi
-Mukosa Eutrofi Eutrofi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/taklicin) Licin Licin
-Warna Merah muda Merah muda
-Tumor Tidak ada Tidak ada
-Deviasi Tidak ada Tidak ada
-Krista Tidak ada Tidak ada
-Spina Tidak ada Tidak ada
-Abses Tidak ada Tidak ada
-Hematoma Tidak ada Tidak ada
-Perforasi Tidak ada Tidak ada
-Erosi septum Tidak ada Tidak ada
anterior
2. Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
-Postnasal drip Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Mukosa (licin/taklicin)
(merah
muda/hiperemis)
-Adenoid

28
-Tumor
-Koana (sempit/lapang)
-Torus tobarius
(licin/taklicin)
-Muara tuba
(tertutup/terbuka)
(sekret/tidak)
I. Pemeriksaan Sinus Kanan Kiri
Paranasal
-Nyeri tekan/ketok
-infraorbitalis
-frontalis
-kantus medialis
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Pembengkakan
-Transiluminasi
-regio infraorbitalis
-regio palatum durum

Tenggorokan
I.Rongga Mulut Kanan Kiri
-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) Tidak Tidak
(mikroglosia/makroglosia) dilakukan dilakukan
(leukoplakia/gumma)
(papilloma/kista/ulkus)
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus)
-Bukal (hiperemis/udem)
(vesikel/ulkus/mukokel)
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel)
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
-Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasis)
(striktur/ranula)
-Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia)
(anodontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)
II.Faring Kanan Kiri
-Palatum molle Tidak Tidak
(hiperemis/udem/asimetris/ulkus) dilakukan dilakukan
-Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating)

-Pilar anterior
(hiperemis/udem/perlengketan)
(pembengkakan/ulkus)

29
-Pilar posterior
(hiperemis/udem/perlengketan)
(pembengkakan/ulkus)
-Dinding belakang faring
(hiperemis/udem)
(granuler/ulkus)
(secret/membran)
-Tonsil Palatina (derajat pembesaran)
(permukaan rata/tidak)
(konsistensi kenyal/tidak)
(lekat/tidak)
(kripta lebar/tidak)
(dentritus/membran)
(hiperemis/udem)
(ulkus/tumor)

Laring
III.Laring Kanan Kiri
1. Laringoskopi tidak langsung
(indirect)
Tidak Tidak
-Dasar lidah (tumor/kista)
dilakukan dilakukan
-Tonsila lingualis
(eutropi/hipertropi)
-Valekula (benda asing/tumor)
-Fosa piriformis (benda asing/tumor)
-Epiglotis
(hiperemis/udem/ulkus/membran)
-Aritenoid
(hiperemis/udem/ulkus/membran)
-Pita suara
(hiperemis/udem/menebal)
(nodus/polip/tumor)
(gerak simetris/asimetris)
-Pita suara palsu (hiperemis/udem)
-Rima glottis (lapang/sempit)
-Trakea
2. Laringoskopi langsung (direct) Tidak Tidak
dilakukan dilakukan

30
Lampiran
-Foto Pemeriksan Fungsi Motorik Wajah

3.4 Pemeriksaan Penunjang

31
- Audiometri (09/05/2022)

Kesan:
- AD: Gangguan pendengaran sensorineural derajat sedang-berat (65 dB)
- AS: Ganggaun pendengaran tipe sensorineural derajat sedang-berat (62,5
dB)

3.5 Diagnosis Kerja


Presbikusis dengan parese N.VII tipe perifer

3.6 Diagnosis Banding


1. Presbikusis dengan parese N.VII tipe perifer
32
2. Noice Induced hearing loss
3. Meniere disease

3.7 Tatalaksana
1. Rencana pemasangan alat bantu dengar
2. Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan telinga
3. Edukasi pasien untuk melakukan latihan mendengar (auditory training)

3.8 Ringkasan
Tn. ARN, 77 tahun, laki-laki, datang ke poliklinik THT RSUD Siti
Fatimah dengan keluhan gangguan pendengaran pada telinga kanan sejak 1 tahun
yang lalu. Keluhan disertai pusing berputar dan tinnitus. Sejak ± 1 tahun yang
lalu, pasien mengeluh gangguan pendengaran. Penurunan Pendengaran dirasakan
pada telinga kanan yang terasa semakin memberat sejak 6 bulan yang lalu.
Kemudian, seiring waktu telinga kiri juga dirasakan mengalami penurunan
pendengaran semakin memberat sejak 6 bulan yg lalu. Nyeri tidak ada, keluar
cairan tidak ada, telinga berdengung ada, telinga terasa penuh tidak ada. terdapat
keluhan pusing berputar ketika berdiri sejak 2 bulan yang lalu. Pasien berobat ke
RSUD Siti Fatimah. Riwayat hipertensi ada, riwayat trauma pada wajah ada sejak
usia 18 tahun, riwayat operasi katarak pada kedua mata ada, riwayat kelumpuhan
sisi wajah ada pada sisi kiri, riwayat diabetes melitus dan stroke tidak ada.
Riwayat merokok ada, riwayat meminum jamu ada, riwayat meminum alkohol
tidak ada. Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga pasien. Pasien mengalami
keluhan ini untuk pertama kalinya.
Pemeriksaan fisik ditemukan status generalikus hipertensi derajat I,
pemeriksaan fisik spesifik dalam batas normal. Status lokalis telinga pada telinga
luar dan membran timpani dalam batas normal, pada tes garpu tala ditemukan
Rinne positif, Weber tidak ada lateralisasi, dan Scwabach memendek,
pemeriksaan keseimbangan menunjukkan Romberg positif, Pointing test positif,
dan Stepping test positif. Status lokalis hidung, tenggorokan, dan laring dalam
batas normal.

33
Pemeriksaan penunjang audiometri ditemukan gangguan pendengaran tipe
sensorineural pada telinga kanan (65 dB) dan kiri (62,5 dB).
Pasien direncanakan untuk pemasangan alat bantu dengar dan melakukan
latihan mendengar. Pasien diedukasi untuk menjaga kebersihan telinga.
Kemungkinan, patofisiologi yang berhubungan dengan kondisi pasien saat
ini terjadi melalui mekanisme degenerasi koklea atau mekansime stres oksidatif

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Cheslock M, De Jesus O. Presbycusis. [Updated 2020 Jun 9]. In: StatPearls.


Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559220/
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 2013.
Diunduh dari:
https://www.kemkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf
3. Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta:
EGC
4. Tortora J & Nielsen T, 2012, Principles of Human Anatomy, 12th edn, John
Wiley & Sons Inc, USA
5. Valentine P & Wright T, 2018, Anatomy and Embryology of The External
and Middle Ear, in: Watkinson C& Clarke W, Scott-Brown’s
Otorhinolaryngology Head & Neck Surgery Vol. 2 Pediatrics the Ear Skull
Base, 8th edn, CRC Press, USA
6. Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2012. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-7.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
7. Cheslock M, De Jesus O. Presbycusis. StatPearls. 2021 Jan.
8. Saadi RA. Presbycusis. Medscape, 2019.
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta; 2013. 243-45.
10. Nurrokhmawati, Y. Gambaran Kasus Presbikusis Pada Pensiunan TNI di RS
Dustira Cimahi. Medika Kartika:Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
(2021);4(5): 461-470.
11. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan THT-KL FK UI. Dalam: Gangguan Pendengaran dan Kelainan
Telinga. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012.
35
12. Gates GA and Mills JH. 2005. Presbycusis. Lancet. 366: 111120.
13. Schuknecht HF, Gacek MR. Cochlear pathology in presbycusis. Ann Otol
Rhinol Laryngol 1993; 102: 1-16.
14. Reis LR, Escada P. Effect of speechreading in presbycusis: Do we have a
third ear?. Otolaryngol Pol. 2017 Dec 30. 71 (6):38-44.
15. Arlinger S. Negative consequences of uncorrected hearing loss--a review.
Int J Audiol. 2003 Jul. 42 Suppl 2:2S17-20
16. R. A. Saadi, “Presbycusis by Medscape,” 29 Maret 2021. [Online].
Available: https://reference.medscape.com/article/855989-overview.
[Diakses 5 Mei 2022]
17. Lalwani A.K. 2020. Current Diagnosis & Treatment: Otolaryngology Head
and Neck Surgery 4nd Ed. New York: Mc Graw Hill
18. Saadi, R. A. & Meyers, A. D., 2019. Medscape emedicine: Presbycusis
Treatment & Management. [cited on March 27th, 2020] from:
https://reference.medscape.com/article/855989-treatment.
19. Muyassaroh. Faktor Resiko Presbikusis. J Indon Med Assoc, Volum: 62,
Nomor: 4, April 2012.
20. Kasper D, Fauci A, Hauser S, Longo D, Jameson J, Loscalzo J. Harrison's
principles of internal medicine, 19e. Mcgraw-hill; 2015.
21. Wang J, Puel J. Presbycusis: an update on cochlear mechanisms and
therapies. J Clin Med. 2020;9(1):218.
22. Roland PS, Kutz W.. Presbycusis Follow Up [Internet]. 2021 Mar 29 [cited
2021 May 6]. Available from:
https://reference.medscape.com/article/855989- followup
23. Huang Q, Tang J. Age-related hearing loss or presbycusis. European
Archives of Oto-rhino-laryngology. 2016 Aug;267(8):1179-91.
24. Blevins NH, Limb CJ, Sorkin DL. Introduction to the Special Issue: 15th
Symposium on Cochlear Implants in Children. Otology & Neurotology:
Official Publication of the American Otological Society, American
Neurotology Society [and] European Academy of Otology and Neurotology.
2019 Mar 1;40(3):e251-.

36
25. Cheslock M, Jesus O De. Presbycusis. In: Statpearls Treasure Island (FL)
[Internet]. StatPearls Publishing; 2021. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559220/
26. Lopez-Torres Hidalgo J, Boix Gras C, Tellez Lapeira J, Lopez Verdejo MA,
del Campo del Campo JM, Escobar Rabadan F. Status fungsional orang tua
dengan gangguan pendengaran. Arch Gerontol Geriatr . 2009 Juli-Agustus.
49 (1):88-92

37

Anda mungkin juga menyukai