PRESBIKUSIS
Oleh:
Dary Dzakwan Bara 04084882124010
Rizky Ishak Pridata 04084882124007
Jawhirul Agung Alfarid 04084882124005
Kiagus Abdul Rahman Shiddq 04084822221264
Silvia Catherine 04084822225187
Sri Mulia Sholiati Harseno 04011281823141
Pembimbing:
dr. Wifaqi Oktaria, Sp.T.H.T.K.L
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan referat dengan judul
“Presbikusis” untuk memenuhi tugas diskusi kasus yang merupakan bagian dari
proses pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik, khususnya Bagian/KSM
Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Abla Ghanie I., Sp. THT–KL (K), FICS, selaku pembimbing yang telah
membantu memberikan ajaran dan masukan sehingga laporan ini dapat selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pelajaran bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1. Anatomi Telinga........................................................................................3
2.3.1. Telinga Luar.......................................................................................3
2.1.2 Telinga Tengah..................................................................................4
2.2. Presbikusis.................................................................................................7
2.2.1 Definisi...............................................................................................7
2.2.2 Epidemiologi......................................................................................7
2.2.3 Etiologi...............................................................................................8
2.2.4 Patofisiologi.......................................................................................8
2.2.5 Manifestasi Klinis............................................................................12
2.2.6 Diagnosis..........................................................................................13
2.2.7 Diagnosis Banding...........................................................................14
2.2.8 Penatalaksanaan...............................................................................15
2.2.9 Edukasi dan Pencegahan..................................................................18
2.2.10 Prognosis..........................................................................................18
BAB III STATUS PASIEN.................................................................................19
3.1 Identitas...................................................................................................19
3.2 Anamnesis...............................................................................................19
3.3 Pemeriksaan Fisik...................................................................................20
3.4 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................29
3.5 Diagnosis Kerja.......................................................................................29
3.6 Diagnosis Banding..................................................................................29
3.7 Tatalaksana..............................................................................................30
3.8 Ringkasan................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Anatomi Telinga...............................................................................3
Gambar 2. 2. Anatomi Membran Timpani.............................................................5
Gambar 2. 3. Anatomi Telinga Dalam...................................................................5
Gambar 2. 4. Anatomi Koklea................................................................................6
Gambar 2. 5. Koklea...............................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 2. 5. Koklea
2.2. Presbikusis
2.2.1 Definisi
Presbikusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya
terjadi mulai usia 65 tahun, simetris pada telinga kanan maupun kiri.
Presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000 Hz atau lebih. Progresifitas
penurunan pendengaran diengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-
laki lebih cepat dibandingkan dengan perempuan.6
2.2.2 Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan insidensi presbikusis meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Sekitar 50% orang yang berusia 75 tahun
mengalami presbikusis dan hampir seluruh orang yang berusia 90 tahun
mengalami presbikusis. Gangguan pendengaran terkait usia adalah salah
satu kondisi kesehatan paling umum ditemukan yang mempengaruhi usia
lanjut dengan puluhan juta orang di seluruh dunia terpengaruh. Di Amerika
Serikat, diperkirakan sepertiga orang yang berusia di atas 65 tahun, dan
setengah dari mereka yang berusia di atas 85 tahun, mengalami gangguan
pendengaran.7,8
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar di tahun 2013, didapatkan
bahwa gangguan pendengaran tertinggi di Indonesia ada pada kelompok
usia 75 tahun ke atas (36,6%), disusul oleh kelompok umur 65-74 tahun
(17,1%). Berdasarkan hasil penelitian Yanti di RS Dustira Cimahi
didapatkan rerata usia pasien dengan presbikusis adalah 50,5 tahun pada
rentang usia 49-80 tahun, 59,9% laki-laki dan 40,4% perempuan dengan
hipertensi sebagai faktor risiko yang paling banyak (71,5%). World Health
Organization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2025 akan ada 1,2
miliar orang berusia di atas 60 tahun di seluruh dunia, dengan lebih dari 500
juta orang akan menderita gangguan yang signifikan dari presbikusis.8,9,10
2.2.3 Etiologi
Penyebab kurang pendengaran akibat degenerasi ini dimulai
terjadinya atrofi di bagian epitel dan saraf pada organ corti. Lambat laun
secara progresif terjadi degenerasi sel ganglion spiral pada daerah basal
hingga ke daerah apeks yang pada akhirnya terjadi degenerasi sel-sel pada
jaras saraf pusar dengan manifestasi gangguan pemahaman bicara. Kejadian
presbikusis diduga mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter,
metabolisme, aterosklerosis, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. 11
2.2.4 Patofisiologi
Perubahan struktur koklea dan N.VIII. Pada koklea perubahan yang
mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ
corti. Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskular juga terjadi pada stria
vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa berkurangnya jumlah
dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama juga pada myelin
akson saraf.11
1. Degenerasi koklea
Patofisiologi terjadinya presbikusis menunjukkan adanya
degenerasi pada stria vaskularis (tersering). Bagian basis dan apeks
koklea pada awalnya mengalami degenerasi, tetapi kemudian melas ke
regio koklea bagian tengah dengan bertambahnya usia. Degenerasi
hanya terjadi sebagian tidak seluruhnya. Degenerasi sel marginal dan
intermedia pada stria vaskularis terjadi secara sistemik, serta terjadi
kehilangan Na+ K+ ATPase. Kehilangan enzim penting ini dapat
terdeteksi dengan pemeriksaan imunohistokimia.12
Degenerasi stria vaskularis akibat penuaan berefek pada potensial
endolimfe yang berfungsi sebagai amplifikasi koklea. Potensial
endolimfatik yang berkurang secara signifikan akan berpengaruh pada
amplifikasi koklea. Nilai potensial endolimfatik yang menurun menjadi
20m V atau lebih, maka amplifikasi koklea dianggap kekurangan
voltage dengan penurunan maksimum. Penambahan 20 dB di apeks
koklea akan terjadi peningkatan potensial sekitar 60 dB didaerah basis.
Degenerasi stria yang melebihi 50%, maka nilai potensial endolimfe
akan menurun drastis.12
2. Degenerasi sentral
Degenerasi sekunder terjadi akibat degenerasi sel organ corti dan
saraf-saraf yang dimulai pada bagian basal koklea hingga apeks.
Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus auditorius akan
meningkatkan nilai ambang CAP dari nervus. Penurunan fungsi input-
output dari CAP pada hewan percobaan berkurang ketika terjadi
penurunan nilai ambang sekitar 5 - 10 dB. Intensitas sinyal akan
meningkatkan amplitudo akibat peningkatan CAP dari fraksi suara yang
terekam. Fungsi input-output dari CAP akan terefleksi juga pada fungsi
input-output dari potensial saraf pusat. Pengurangan amplitudo dari
potensial aksi yang terekam pada proses penuaan memungkinkan
terjadinya asinkronisasi aktifitas nervus auditorius. Keadaan in
mengakibatkan penderita mengalami kurang pendengaran dengan
pemahaman bicara yang buruk. Prevalensi jenis ketulian ini sangat
jarang, tetapi degenerasi sekunder ini penyebab terbanyak terjadinya
presbikusis sentral.12
3. Mekanisme Molekuler
a. Faktor Genetik
Strain yang berperan terhadap presbikusis, yaitu C57BL/6J
merupakan protein pembawa mutasi dalam gen cadherin 23 (Cdh23),
yang mengkode komponen ujung sel rambut koklea. Pada jalur
intrinsik sel mitokondria mengalami apoptosis pada strain C57BL/6J
yang dapat mengakibatkan penurunan pendengaran.12
Teori lainnya terjadi tuli adalah akibat ruptur membran intrakoklea.
Membran ini memisah telinga tengah dan telinga dalam. Di dalam
koklea juga terdapat membran-membran halus memisah ruang
perilimfe dan endolimfe. Secara teoritis, ruptur dari salah satu atau
kedua jenis membran ini dapat mengakibatkan tuli mendadak.
Kebocoran cairan perilimfe ke ruang telinga tengah lewat round
window dan oval window telah diyakini sebagai mekanisme
penyebab tuli. Ruptur membran intrakoklea menyebabkan
bercampurnya perilmfe dan endolimfe dan merubah potensi
endokoklea secara efektif.
b. Stres Oksidatif
Seiring dengan pertambahan usia kerusakan sel akibat stress
oksidatif bertambah dan menumpuk selama bertahun tahun yang
akhirnya menyebabkan proses penuaan. Reactive oxygen species
(ROS) menimbulkan kerusakan mitokondria mtDNA dan kompleks
protein jaringan koklea sehingga terjadi disfungsi pendengaran.12
c. Gangguan Transduksi Sinyal
Ujung sel rambut organ korti berperan terhadap transduksi
mekanik, merubah stimulus mekanik menjadi sinyal elektrokimia
Gen famili cadherin 23 (CDH23) dan protocadherin 15 (PCDH15)
diidentifikasi sebagai penyusun ujung sel rambut koklea yang
berinteraksi untuk transduksi mekanoelektrikal. Terjadinya mutasi
menimbulkan defek dalam interaksi molekul ini dan menyebabkan
gangguan pendengaran.12
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang audiologi dan laboratorium.
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan kepala, leher dan kelenjar getah bening regional
dianjurkan untuk dilakukan. Limfadenopati dapat mengindikasi adanya
keganasan atau infeksi telinga tengah yang berefek pada nervus fasialis.
Abnormalitas nervus kranialis dapat memberi kecurigaan adanya lesi
intrakranial (seperti neuroma akustik atau keganasan) atau sklerosis
multipel.
Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop, tidak ditemukan kelainan
pada telinga yang sakit. Sementara dengan pemeriksaan pendengaran
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tes penala: Rinne positif, Weber tidak ada lateralisasi, Schwabach
memendek.
Kesan: Tuli sensorineural
Audiometri nada murni:
Tuli sensorineural ringan sampai berat.
b. Pemeriksaan penunjang
Audiometri khusus
- Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) dengan skor: 100%
atau kurang dari 70%.
- Tes Tone decay atau reflek kelelahan negatif.
Kesan: Bukan tuli retrokoklea.
Audiometri tutur (speech audiometry)
- SDS (speech discrimination score): kurang dari 100%
Kesan: Tuli sensorineural.
BERA (Brainstem Evolved Responce Audiometry)
Menunjukkan tuli sensorineural ringan sampai berat.
ENG (Electronistagmografi), mungkin terdapat paresis kanal
Radiologi, pemeriksaan CT Scan dan MRI dengan kontras diperlukan
untuk menyingkirkan diagnosis seperti neuroma akustik dan
malformasi tulang temporal.
Arteriografi, dilakukan untuk kasus yang diduga akibat trombosis
Pemeriksaan Laboratorium
- Hitung sel darah lengkap
- LED
- Faal Hemotasis dan faktor koagulasi
- Kultur bakterik
- Eletrolit dan/atau kadar glukosa
- Kolesterol dan trigliserida
- Uji fungsi tiroid
- Tes autoimun seperti antibodi antinuklear dan reumatic
2.2.8 Penatalaksanaan
Presbikusis tidak dapat disembuhkan. Tujuan penatalaksanaannya
adalah untuk memperbaiki kemampuan pendengarannya dengan
menggunakan alat bantu dengar.18
Alat bantu dengar berguna dalam meningkatkan rasio signal-to-noise
dengan memperkuat suara yang dekat dengan pendengar. Meskipun alat
bantu dengar mampu memperkuat suara, alat tersebut tidak dapat
mengembalikan kejernihan pendengaran. Karenanya, amplifikasi dengan
alat bantu dengar mungkin hanya memberikan rehabilitasi terbatas. Implan
koklea adalah pengobatan pilihan jika alat bantu dengar terbukti tidak
memadai, bahkan jika gangguan pendengaran tidak lengkap.19
Hingga saat ini, lansia mengatasi gangguan pendengarannya dengan
alat bantu dengar. Alat bantu dengar dapat meningkatkan kemampuan
sebagian besar pasien usia lanjut untuk dapat berkomunikasi. Namun pada
pasien dengan kemampuan bicara yang kurang pada keadaan bising
mengalami kesulitan menggunakan alat bantu dengar karena gangguan yang
terjadi adalah gangguan pada tingkat persepsi bukan pada proses
penerimaan stimulus.20,21
Jika gangguan pendengaran terlalu parah, alat bantu dengar tidak
dapat memperkuat suara secara memadai, terutama pada frekuensi tinggi.
Hal ini dapat mempengarhui kejelasan pasien dalam berbicara. Peningkatan
diskriminasi wicara yang diamati pada pasien yang memiliki sisa
pendengaran frekuensi rendah telah menimbulkan gagasan untuk
memperluas kriteria pemilihan implantasi pada pasien.20
Selain ABD, implant koklea juga dapat dijadikan salah satu pilihan
tata laksana untuk presbikusis. Di seluruh dunia, hampir 200.000 anak dan
orang dewasa dengan gangguan pendengaran telah menerima implan
koklea. Kriteria implantasi termasuk gangguan pendengaran berat hingga
sangat berat dengan kognisi kalimat terbuka ≤40% dalam kondisi terbantu.
Implan koklea adalah prostesis saraf yang mengubah energi suara menjadi
energi listrik dan dapat digunakan untuk merangsang nervus koklearis
secara langsung. Bentuknya berupa perangkat elektronik kecil dan kompleks
yang menstimulasi langsung saraf koklea. Biasanya, dalam 3-6 bulan
pertama setelah implantasi, pasien dewasa dapat memahami ucapan tanpa
petunjuk visual.18,22
Manfaat implantasi telah didokumentasikan dengan baik, dengan
pengukuran audiologi yang lebih baik, pengenalan suara lingkungan, dan
bahkan manfaat psikososial. Berdasarkan patofisiologi presbycusis
(terutama presbycusis sentral), banyak penelitian telah dilakukan dan
didapatkan bahwa populasi lansia menunjukkan kinerja pendengaran yang
meningkat secara signifikan, persepsi bicara dan bahkan kualitas hidup yang
baik setelah implantasi koklea.22
Implan koklea diindikasikan untuk orang dengan gangguan
pendengaran berat bilateral yang tidak membaik secara signifikan dengan
alat bantu dengar. Implantasi koklea melibatkan penempatan array elektroda
di dalam telinga bagian dalam untuk memotong koklea yang rusak dan
menstimulasi neuron koklea yang tersisa secara langsung dengan stimulasi
listrik. Hasil implan koklea pada pasien presbikusis mungkin dibatasi oleh
penurunan kemampuan yang berkaitan dengan usia untuk memproses
informasi yang baik, serta defisit kognitif yang berkaitan dengan usia.
Terlepas dari pertimbangan ini, sebagian besar pasien yang menjalani
implantasi koklea untuk presbikusis dapat diharapkan untuk mencapai
peningkatan fungsional yang signifikan, mirip dengan yang terlihat pada
pasien yang lebih muda. Pemasangan alat ini kontraindikasi pada pasien
dengan tuli saraf pusat (tuli sentral), proses penulangan koklea, dan tidak
berkembangnya koklea.23
Asistive listening devices, alat ini merupakan amplifikasi sederhana
yang mengirimkan sinyal pada ruangan dengan menggunakan headset. Alat
ini bekerja dengan amplifikasi sinyal telepon, televisi dan mendnegar suara
bel. Perangkat elektronik ini berguna untuk meningkatkan kenyamanan
dalam mendengar pada kondisi lingkungan tertentu. Pasien dapat
memperkuat suara tanpa harus mengganggu orang lain di sekitarnya.24
2.2.10 Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan presbikusis adalah perkembangan
lebih lanjut dari gangguan pendengaran. Tingkat gangguan pendengaran
diperkirakan 0,7-1,2 dB per tahun dan bergantung pada usia dan frekuensi.
Penyakit ini tidak ada obatnya. Namun, perkembangan kehilangannya
lambat, dan pasien mungkin dapat mengharapkan bertahun-tahun dapat
bekerja, meskipun pendengarannya berkurang.26
Peringatkan pasien dengan presbikusis terhadap penyebab gangguan
pendengaran yang dapat dicegah, yang dapat memperburuk atau
mempercepat penyakit mereka (misalnya, paparan kebisingan, paparan obat
ototoksik, kegagalan untuk mengontrol diabetes dan penyakit metabolik
lainnya).26
BAB III
STATUS PASIEN
3.1 Identitas
Nama : Tn. ARN
Usia : 77 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Tanjung Serik, KM. 18, Sukomoro
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
No. RM : 00-04-06-95
MRS : 26 April 2022
3.2 Anamnesis
(Autoanamnesis pada tanggal 9 Mei 2022)
Keluhan Utama: Gangguan pendengaran pada telinga kanan sejak 1 tahun
yang lalu.
Keluhan Tambahan:
Telinga : pusing berputar (+), telinga berdenging (+), nyeri telinga
(-), cairan (-), telinga terasa penuh (-)
Hidung : hidung tersumbat (-), keluar cairan (-), bersin (-), nyeri (-),
gangguan penciuman (-)
Tenggorokan : nyeri tenggorokan (-), batuk (-), nyeri menelan (-), suara
serak (-)
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 1 tahun yang lalu, pasien mengeluh gangguan pendengaran.
Penurunan Pendengaran dirasakan pada telinga kanan yang terasa semakin
memberat sejak 6 bulan yang lalu. Kemudian, seiring waktu telinga kiri juga
dirasakan mengalami penurunan pendengaran semakin memberat sejak 6 bulan
yg lalu. Nyeri tidak ada, keluar cairan tidak ada, telinga berdengung ada,
20
telinga terasa penuh tidak ada. terdapat keluhan pusing berputar ketika berdiri
sejak 2 bulan yang lalu. Pasien berobat ke RSUD Siti Fatimah
Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan disangkal
Riwayat Kebiasaan
- Riwayat sering menggaruk dan mengorek telinga disangkal
- Riwayat merokok ada
- Riwayat meminum jamu-jamuan ada
- Riwayat konsumsi alkohol disangkal
Riwayat bekerja pada lingkungan bising disangkal
21
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 18 x/menit
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 89 x/menit
SpO2 : 98%
Status Lokalis
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Regio Retroaurikula
22
-Abses Tidak ada Tidak ada
-Sikatrik Tidak ada Tidak ada
-Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
-Fistula Tidak ada Tidak ada
-Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada
Regio Zigomatikus
-Kista Brankial Klep Tidak ada Tidak ada
-Fistula Tidak ada Tidak ada
-Lobulus Aksesorius Tidak ada Tidak ada
Aurikula
-Mikrotia Tidak ada Tidak ada
-Efusi perikondrium Tidak ada Tidak ada
-Keloid Tidak ada Tidak ada
-Nyeri tarik aurikula Tidak ada Tidak ada
-Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
-Fistula preaurikula Tidak ada Tidak ada
-Hiperemis Tidak ada Tidak ada
-Pus Tidak ada Tidak ada
-Darah Tidak ada Tidak ada
-CAE sempit Tidak ada Tidak ada
-Sekret Tidak ada Tidak ada
-Serumen Tidak ada Tidak ada
23
-Erosi Tidak ada Tidak ada
-Krusta Tidak ada Tidak ada
-Sekret Tidak ada Tidak ada
(serous/seromukus/mukopus/pus)
24
III. Tes Khusus Kanan Kiri
5.Tes Keseimbangan
25
Kanan Kiri
Hidung
I.Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
-Tes aliran udara Cukup Cukup
-Tes penciuman Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Teh Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tembakau Tidak dilakukan Tidak dilakukan
II.Hidung Luar Kanan Kiri
-Dorsum nasi Normal Normal
-Akar hidung Normal Normal
-Puncak Hidung Normal Normal
-Sisi hidung Normal Normal
-Ala nasi Normal Normal
-Deformitas Tidak ada Tidak ada
-Hematoma Tidak ada Tidak ada
-Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
-Krepitasi Tidak ada Tidak ada
-Hiperemis Tidak ada Tidak ada
-Erosi kulit Tidak ada Tidak ada
-Vulnus Tidak ada Tidak ada
-Ulkus Tidak ada Tidak ada
-Tumor Tidak ada Tidak ada
-Duktus nasolakrimalis Tidak tersumbat Tidak tersumbat
(tersumbat/tidak
tersumbat)
III.Hidung Dalam Kanan Kiri
1. Rinoskopi Anterior
a. Vestibulum nasi
-Sikatrik Tidak ada Tidak ada
-Stenosis Tidak ada Tidak ada
-Atresia Tidak ada Tidak ada
26
-Furunkel Tidak ada Tidak ada
-Krusta Tidak ada Tidak ada
-Sekret Tidak ada Tidak ada
(serous/
seromukus/
mukopus/pus)
b. Kolumela
-Utuh/tidak utuh Utuh Utuh
-Sikatrik Tidak ada Tidak ada
-Ulkus Tidak ada Tidak ada
c. Kavumnasi
-Luasnya Lapang Lapang
(lapang/cukup/sem
pit) Tidak ada Tidak ada
-Sekret
(serous/
seromukus/ Tidak ada Tidak ada
mukopus/pus) Tidak ada Tidak ada
-Krusta Tidak ada Tidak ada
-Bekuan darah Tidak ada Tidak ada
-Perdarahan Tidak ada Tidak ada
-Benda asing Tidak ada Tidak ada
-Rinolit Tidak ada Tidak ada
-Polip
-Tumor
d. Konka Inferior
-Mukosa (erutopi/ Eutrofi Eutrofi
hipertropi/atropi)
(basah/kering) Basah Basah
(licin/taklicin) Licin Licin
-Warna (merah Merah muda Merah muda
muda/hiperemis/
pucat/livide)
-Tumor Tidak ada Tidak ada
e. Konka media
-Mukosa (erutopi/ Sulit dinilai Sulit dinilai
hipertropi/atropi)
(basah/kering) Sulit dinilai Sulit dinilai
(licin/taklicin) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Warna (merah Sulit dinilai Sulit dinilai
muda/hiperemis/
pucat/livide)
-Tumor Sulit dinilai Sulit dinilai
f. Konka superior
-Mukosa (erutopi/ Sulit dinilai Sulit dinilai
27
hipertropi/atropi)
(basah/kering) Sulit dinilai Sulit dinilai
(licin/taklicin) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Warna (merah Sulit dinilai Sulit dinilai
muda/hiperemis/
pucat/livide)
-Tumor Sulit dinilai Sulit dinilai
g. Meatus Medius
-Lapang/ sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
-Sekret Sulit dinilai Sulit dinilai
(serous/
seromukus/
mukopus/pus) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Polip Sulit dinilai Sulit dinilai
-Tumor
h. Meatus inferior
-Lapang/ sempit Lapang Lapang
-Sekret Tidak ada Tidak ada
(serous/
seromukus/
mukopus/pus) Tidak ada Tidak ada
-Polip Tidak ada Tidak ada
-Tumor
i. Septum Nasi
-Mukosa Eutrofi Eutrofi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/taklicin) Licin Licin
-Warna Merah muda Merah muda
-Tumor Tidak ada Tidak ada
-Deviasi Tidak ada Tidak ada
-Krista Tidak ada Tidak ada
-Spina Tidak ada Tidak ada
-Abses Tidak ada Tidak ada
-Hematoma Tidak ada Tidak ada
-Perforasi Tidak ada Tidak ada
-Erosi septum Tidak ada Tidak ada
anterior
2. Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
-Postnasal drip Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Mukosa (licin/taklicin)
(merah
muda/hiperemis)
-Adenoid
28
-Tumor
-Koana (sempit/lapang)
-Torus tobarius
(licin/taklicin)
-Muara tuba
(tertutup/terbuka)
(sekret/tidak)
I. Pemeriksaan Sinus Kanan Kiri
Paranasal
-Nyeri tekan/ketok
-infraorbitalis
-frontalis
-kantus medialis
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Pembengkakan
-Transiluminasi
-regio infraorbitalis
-regio palatum durum
Tenggorokan
I.Rongga Mulut Kanan Kiri
-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) Tidak Tidak
(mikroglosia/makroglosia) dilakukan dilakukan
(leukoplakia/gumma)
(papilloma/kista/ulkus)
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus)
-Bukal (hiperemis/udem)
(vesikel/ulkus/mukokel)
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel)
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
-Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasis)
(striktur/ranula)
-Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia)
(anodontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)
II.Faring Kanan Kiri
-Palatum molle Tidak Tidak
(hiperemis/udem/asimetris/ulkus) dilakukan dilakukan
-Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating)
-Pilar anterior
(hiperemis/udem/perlengketan)
(pembengkakan/ulkus)
29
-Pilar posterior
(hiperemis/udem/perlengketan)
(pembengkakan/ulkus)
-Dinding belakang faring
(hiperemis/udem)
(granuler/ulkus)
(secret/membran)
-Tonsil Palatina (derajat pembesaran)
(permukaan rata/tidak)
(konsistensi kenyal/tidak)
(lekat/tidak)
(kripta lebar/tidak)
(dentritus/membran)
(hiperemis/udem)
(ulkus/tumor)
Laring
III.Laring Kanan Kiri
1. Laringoskopi tidak langsung
(indirect)
Tidak Tidak
-Dasar lidah (tumor/kista)
dilakukan dilakukan
-Tonsila lingualis
(eutropi/hipertropi)
-Valekula (benda asing/tumor)
-Fosa piriformis (benda asing/tumor)
-Epiglotis
(hiperemis/udem/ulkus/membran)
-Aritenoid
(hiperemis/udem/ulkus/membran)
-Pita suara
(hiperemis/udem/menebal)
(nodus/polip/tumor)
(gerak simetris/asimetris)
-Pita suara palsu (hiperemis/udem)
-Rima glottis (lapang/sempit)
-Trakea
2. Laringoskopi langsung (direct) Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
30
Lampiran
-Foto Pemeriksan Fungsi Motorik Wajah
31
- Audiometri (09/05/2022)
Kesan:
- AD: Gangguan pendengaran sensorineural derajat sedang-berat (65 dB)
- AS: Ganggaun pendengaran tipe sensorineural derajat sedang-berat (62,5
dB)
3.7 Tatalaksana
1. Rencana pemasangan alat bantu dengar
2. Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan telinga
3. Edukasi pasien untuk melakukan latihan mendengar (auditory training)
3.8 Ringkasan
Tn. ARN, 77 tahun, laki-laki, datang ke poliklinik THT RSUD Siti
Fatimah dengan keluhan gangguan pendengaran pada telinga kanan sejak 1 tahun
yang lalu. Keluhan disertai pusing berputar dan tinnitus. Sejak ± 1 tahun yang
lalu, pasien mengeluh gangguan pendengaran. Penurunan Pendengaran dirasakan
pada telinga kanan yang terasa semakin memberat sejak 6 bulan yang lalu.
Kemudian, seiring waktu telinga kiri juga dirasakan mengalami penurunan
pendengaran semakin memberat sejak 6 bulan yg lalu. Nyeri tidak ada, keluar
cairan tidak ada, telinga berdengung ada, telinga terasa penuh tidak ada. terdapat
keluhan pusing berputar ketika berdiri sejak 2 bulan yang lalu. Pasien berobat ke
RSUD Siti Fatimah. Riwayat hipertensi ada, riwayat trauma pada wajah ada sejak
usia 18 tahun, riwayat operasi katarak pada kedua mata ada, riwayat kelumpuhan
sisi wajah ada pada sisi kiri, riwayat diabetes melitus dan stroke tidak ada.
Riwayat merokok ada, riwayat meminum jamu ada, riwayat meminum alkohol
tidak ada. Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga pasien. Pasien mengalami
keluhan ini untuk pertama kalinya.
Pemeriksaan fisik ditemukan status generalikus hipertensi derajat I,
pemeriksaan fisik spesifik dalam batas normal. Status lokalis telinga pada telinga
luar dan membran timpani dalam batas normal, pada tes garpu tala ditemukan
Rinne positif, Weber tidak ada lateralisasi, dan Scwabach memendek,
pemeriksaan keseimbangan menunjukkan Romberg positif, Pointing test positif,
dan Stepping test positif. Status lokalis hidung, tenggorokan, dan laring dalam
batas normal.
33
Pemeriksaan penunjang audiometri ditemukan gangguan pendengaran tipe
sensorineural pada telinga kanan (65 dB) dan kiri (62,5 dB).
Pasien direncanakan untuk pemasangan alat bantu dengar dan melakukan
latihan mendengar. Pasien diedukasi untuk menjaga kebersihan telinga.
Kemungkinan, patofisiologi yang berhubungan dengan kondisi pasien saat
ini terjadi melalui mekanisme degenerasi koklea atau mekansime stres oksidatif
34
DAFTAR PUSTAKA
36
25. Cheslock M, Jesus O De. Presbycusis. In: Statpearls Treasure Island (FL)
[Internet]. StatPearls Publishing; 2021. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559220/
26. Lopez-Torres Hidalgo J, Boix Gras C, Tellez Lapeira J, Lopez Verdejo MA,
del Campo del Campo JM, Escobar Rabadan F. Status fungsional orang tua
dengan gangguan pendengaran. Arch Gerontol Geriatr . 2009 Juli-Agustus.
49 (1):88-92
37