TIPE II
Oleh :
Diseminarkan Oleh :
410015017
ii
SEMINAR GEOLOGI
TIPE II
Oleh :
Diseminarkan Oleh :
410015017
i
2018
HALAMAN PENGESAHAN
SEMINAR GEOLOGI
Sidoharjo Kabupaten Sragen. Tata guna lahan di daerah ini adalah permukiman
penduduk, lahan pertanian, dan industri, sehingga kebutuhan air terus meningkat.
ii
Metode geolistrik salah satu metode yang sering digunakan untuk mengetahui
digambarkan dalam bentuk peta kedalaman, peta ketebalan dan peta pola aliran air
menunjukan arah aliran air tanah yaitu berasal dari kaki gunung lawu atau sebelah
Tenggara menuju kearah sungai Bengawan Solo atau sebelah Barat Laut. Potensi
air tanah dengan produktivitas tinggi menyebar di sebelah Tenggara atau di kaki
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
iii
Kecamatan Masaran, Kedawung, dan Sidoharjo, Kabupaten Sragen” ini
dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ignatius Adi Prabowo, S.T., M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknik
Geologi STTNAS Yogyakarta.
2. Ibu Fatimah, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Seminar.
3. Kedua orang tua yang telah membesarkan saya dan serta kakak saya yang
telah banyak memberikan pelajaran yang berharga dalam hidup ini.
4. Semua teman-teman Jabiger terutama angkatan 2015 yang telah banyak
memberikan masukan serta kritikan bagi penulis..
Besar harapan penulis semoga Seminar Geologi ini dapat diterima dan
disetujui agar segera bisa direalisasikan kedalam suatu penelitian. Akhir kata
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
RINGKASAN........................................................................................................iii
iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1.2 Geolistrik.................................................................................6
2.2.1 Fisiografi...............................................................................17
2.2.2 Stratigrafi...............................................................................17
2.2.4 Hidrogeologi..........................................................................21
3.1 Maksud.............................................................................................22
3.2 Tujuan...............................................................................................22
3.3 Manfaat.............................................................................................22
v
5.1 Pengolahan Data...............................................................................26
6.1 Kesimpulan.......................................................................................34
6.2 Saran.................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
DAFTAR GAMBAR
vi
YGambar 2.1 Hasil pengukuran sounding (log resistivity) menggunakan program
Progress....................................................................................................................8
Gambar 2.2 Hasil pengukuran mapping (penampang resistivity) menggunakan
program Res2dinv....................................................................................................9
Gambar 2.3 Rangkaian elektroda konfigurasi Wenner (Milsom, 1939)..................9
Gambar 2.4 Rangkaian elektroda konfigurasi Schlumberger (Milsom, 1939)......12
Gambar 2.5 Rangkaian elektroda konfigurasi Dipole-dipole (Milsom, 1939)......14
Gambar 2.6 Peta Fisiografi Jawa Tengah - Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949). 17
Gambar 2.7 Peta Geologi daerah penelitian (Sukardi & Budhitrisna, 1992).........19
Gambar 2.8 Pola struktur Pulau Jawa (Martodjojo dan Pulonggono, 1994).........20
YGambar 4.1 Sebaran titik geolistrik di daerah penelitian....................................23
Gambar 4.2 Susunan elektroda konfigurasi schlumberger (Telford & Sheriff,
1990)......................................................................................................................24
YGambar 5.1 Profil lintasan A – A’ dengan arah Tenggara - Barat Laut.............28
Gambar 5.2 Profil lintasan B – B’ dengan arah Barat Daya – Timur Laut............29
Gambar 5.3 Sebaran Isoresistivity di daerah penelitian.........................................30
Gambar 5.4 Peta ketebalan akuifer di daerah penelitian........................................31
Gambar 5.5 Peta Kedalaman Akuifer di daerah penelitian....................................32
Gambar 5.6 Peta pola aliran airtanah di daerah penelitian....................................32
DAFTAR TABEL
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Air sangat penting dalam kehidupan karena mahluk hidup tidak dapat
hidup tanpa adanya air. Jumlah penduduk yang semakin meningkat, membutukan
jumlah air yang cukup. Suatu daerah yang memiliki air terbatas sulit untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang tinggi apalagi diwaktu musim kemarau. Air
tanah merupakan salah satu sumber akan kebutuhan air bagi kehidupan makhluk
di muka bumi (Halik dan Widodo, 2008). Menurut Sadjab dkk. (2012) air tanah
tersimpan dalam suatu wadah (akuifer), yaitu formasi geologi yang jenuh air yang
cukup dan ekonomis. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan
permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan
yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung
atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer
permukaan dan kemungkinan terdapatnya air tanah dan mineral pada kedalaman
Berbagai definisi akuifer sebagai objek dari airtanah telah diberikan oleh
para ahli dan berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan. Beberapa ahlipun
Banyaknya air yang meresap ke tanah bergantung pada selain ruang dan
dan jenis serta banyaknya vegetasi dan curah hujan. Meskipun curah hujan tinggi
hujan sedang, pada lereng landai dan permukaannya permeable, persentase air
yang meresap lebih banyak. Air tanah dapat didefinisikan sebagai semua air yang
terdapat dalam ruang batuan dasar atau regolith. Dapat juga disebut aliran yang
secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Noer
Aziz, 2000:81).
Kebanyakan air tanah berasal dari hujan. Air hujan yang meresap ke dalam
tanah menjadi bagian dari air tanah, perlahan-lahan mengalir ke laut, atau
mengalir langsung dalam tanah atau di permukaan dan bergabung dengan aliran
sungai. Banyaknya air yang meresap ke tanah bergantung pada selain ruang dan
dan jenis serta banyaknya vegetasi dan curah hujan. Meskipun curah hujan besar
hujan sedang, pada lereng landai dan permukaannya permeable, persentase air
yang meresap lebih banyak. Sebagian air yang meresap tidak bergerak jauh karena
tertahan oleh daya tarik molekuler sebagai lapisan pada butiran-butiran tanah.
Air yang tidak tertahan dekat permukaan menerobos kebawah sampai zona
dimana seluruh ruang terbuka pada sedimen atau batuan terisi air (jenuh air). Air
dalam zona saturasi (zone of saturation) ini dinamakan air tanah (groundwater).
Batas atas zona ini disebut muka air tanah (water table). Lapisan tanah, sedimen
atau batuan diatasnya yang tidak jenuh air disebut zona aerasi (zone of aeration).
Muka air tanah umumnya tidak horisontal, tetapi lebih kurang mengikuti
permukaan topografi diatasnya. Apabila tidak ada hujan maka muka air di bawah
bukit akan menurun perlahan-lahan sampai sejajar dengan lembah. Namun hal ini
tidak terjadi, karena hujan akan mengisi (recharge) lagi. Daerah dimana air hujan
Air tanah berasal dari bermacam sumber. Air tanah yang berasal dari
peresapan air permukaan disebut air meteoric (meteoric water). Selain berasal dari
air permukaan, air tanah dapat juga berasal dari air yang terjebak pada waktu
pembentukan batuan sedimen. Air tanah jenis ini disebut air konat (connate
water). Aktivitas magma di dalam bumi dapat membentuk air tanah, karena
adanya unsur hydrogen dan oksigen yamg menyusun magma. Air tanah yang
berasal dari aktivitas magma ini disebut dengan air juvenil (juvenile water). Dari
ketiga sumber air tanah tersebut air meteoric merupakan sumber air tanah terbesar
(Wuryantoro 2007).
Air tanah di temukan pada formasi geologi permeable (tembus air) yang
dasar-dasar yang tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang
memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada
kondisi lapangan yang biasa. Air tanah juga di temukan pada akuiklud (atau dasar
semi permeable) yaitu suatu formasi yang berisi air tetapi tidak dapat
pada sumur atau mata air. Deposit glasial pasir dan kerikil, kipas aluvial dataran
banjir dan deposit delta pasir semuanya merupakan sumber-sumber air yang
sangat baik.
akuifer yang merupakan lapisan batuan yang sangat penting dalam usaha
2.1.2 Geolistrik
perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara
dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah elektroda arus A dan B
yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak
elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan
lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan
tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah
‘Elektroda Tegangan’ M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak
elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka
tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan
informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih
besar.
buatan kedalam tanah melalui batang elektroda arus, kemudian mengukur beda
potensial (beda V) pada elektroda lain. Hasil pencatatan akan dapat mengetahui
tahanan jenis bahan yang dilalui oleh arus listrik dapat diketahui dengan Hukum
V
R=
I
Keterangan :
1. Metode Sounding
Metode sounding adalah penyelidikan perubahan resistivitas bawah
sedimen, serta batuan dasar yang letaknya tidak terlalu dalam. Pengukuran
dilakukan pada satu titik dengan jarak elektroda bervariasi. Konfigurasi yang
umum digunakan :
A. Konfigurasi Wenner
kali jarak antar elektroda potensial. Perlu diingat bahwa keempat elektroda dengan
untuk setiap titik datum yang diamati (besarnya a tetap), sedang pada resistivitas
sounding. Batas pembesaran spasi elektroda ini tergantung pada kemampuan alat
yang dipakai. Makin sensisitif dan makin besar arus yang dihasilkan alat maka
makin leluasa dalam memperbesar jarak spasi elektroda tersebut, sehingga makin
pa=K . R
Keterangan :
atau susunan elektroda arus dan potensial yang digunakan. Perbedaan letak
besar medan listrik yang diukur. Besar faktor oleh perbedaan akibat letak titik
K=2 πa
Keterangan :
K = Faktor Geometri
tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar dekat
dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan
impedansi yang relatif lebih kecil. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa
terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner,
sangat sulit untuk menghilangkan faktor non homogenitas batuan, sehingga hasil
B. Konfigurasi Schlumberger
jarak antara elektroda potensial C1-P2 dengan spasi antara P1-P2. Sehingga jika
jarak antara elektroda potensial P1 dan P2 adalah a maka jarak antara elektroda
arus (C1 dan C2) adalah 2na+a. Proses penentuan resistivitas menggunakan 4 buah
tegangan pada elektroda MN lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relative
dibelakang koma, atau dengan cara peralatan arus yang mempunyai tegangan
mendeteksi adanya sifat tidak homogen lapisan batuan pada permukaan yaitu
MN/2. Parameter yang diukur yaitu : jarak antar stasiun dengan elektroda –
eletroda (AB/2 dan MN/2), arus (I), dan beda potensial (ΔV). Parameter yang
AB2−MN 2
K=π
4 MN
Keterangan :
K = Faktor Geometri
Keterangan :
C. Konfigurasi Dipole-dipole
elektroda antara arus dan potensial terpisah, jarak spasi antar elektroda C 1-C2 dan
P1-P2 adalah a, sedangkan untuk jarak C1 dan P1 adalah na, atau lebih singkat
dinyatakan jarak antar dipole harus lebih besar.Keunggulan dari konfigurasi ini
sangat baik untuk penetrasi kedalaman, dan CST. Untuk kesensitifan yang tinggi
untuk arah horizontal dan sedang untuk arah vertikal, untuk memperoleh adata
maksimal maka harus lebih banyak elektroda namun ini juga menyebabkan sinyal
yang ditangkap rendah, sehingga konfigurasi ini sangat baik untuk survey
mapping horizontal.
menggunakan hukum Ohm, maka nilai tahanan jenis dapat diidentifikasi batuan
penyusun lapisan bawah permukaan. Secara umum tahanan jenis bumi tidak
homogen, berarti bahwa yang terhitung dengan persamaan (1) dibawah adalah
pa=K . R
tahanan jenis semu (Bavitra, dkk., 2015). Tahanan jenis semu dilambangkan
Keterangan :
eksplorasi geolistrik dimana jarak antara elektroda arus dengan jarak antara
Sifat listrik batuan adalah kelistrikan batuan jika dialirkan arus listrik ke
dalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat adanya
merupakan karakteristik dari batuan yang dialiri arus listrik ke dalam batuan
tersebut. Arus listrik ini dapat berasal dari alam sendiri sebagai akibat dari
ketidakseimbangan konsentrasi atau dapat juga berasal dari arus listrik yang
batuan dengan tiga cara yaitu: konduksi elektrolitik, konduksi dielektrik dan
ion elektrolit yang relatif lambat. Konduksi ini bergantung pada jenis ion,
batuan. Konduksi dielektrik terjadi jika batuan bersifat dielektrik terhadap aliran
arus listrik yaitu, terjadi polarisasi muatan saat bahan dialiri arus listrik. Konduksi
elektronik terjadi ketika batuan mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus
1997).
yang sangat baik dan mempunyai nilai resistivitas listrik yang rendah. Resistivitas
Resistivitas juga merupakan perbandingan antara kuat medan listrik dengan rapat
arus, dengan teori arus dapat mengalir bila ada beda potensial atau diberikan
medan listrik (dalam suatu konduktor). Variasi nilai – nilai resistivitas batuan dan
Udara ( Air) ~
Pirit ( Pyrite) 0.01-100
Kwarsa ( Quartz) 500-800000
Kalsit ( Calcite) 1×1012-1×1013
Garam Batu ( Rock salt) 30-1×1013
Granit ( Granite) 200-10000
Andesit (Andesite) 1.7×102-45×104
Basal ( Basalt) 200-10.0000
Gamping ( Limestone) 500-10000
Batu pasir ( Sandstone) 200-8000
Batu tulis ( Shales) 20-2000
Pasir ( Sand) 1-1000
Lempung ( Clay) 1-100
Air tanah ( Ground water) 0.5-300
Air asin ( Sea water) 0.2
Magnetit ( Magnetite) 0.01-1000
Kerikil kering ( Dry gravel) 600-10000
Aluvium ( Alluvium) 10-800
Kerikil ( Gravel) 100-600
2.2.1 Fisiografi
Zona Solo dan Zona Kendeng. Daerah penelitian termasuk kedalam Zona Solo,
Zona Solo terbagi menjadi dua Subzona yaitu Solo bagian tengah yang dibentuk
oleh deretan Gunung api Kuarter dan dataran antar Gunung api seperti Gunung
Lawu, Gunung Wilis, Gunung Kelud, dan pegunungan Tengger. Kedua adalah
Subzona Ngawi bagian Utara. Subzona ini pada umumnya dibentuk oleh endapan