Anda di halaman 1dari 24

SEMINAR GEOLOGI

TIPE II

APLIKASI GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN POTENSI AKUIFER


AIR TANAH: STUDI KASUS DI KECAMATAN MASARAN,
KEDAWUNG DAN SIDOHARJO, KABUPATEN SRAGEN
Oleh :
Muhamad Defi Aryanto1
Feri Andianto 2
Ahmad Taufiq 3
Dipresentasikan Oleh :
DENI PRASETYO SUSENO
410015017
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2018
OUTLINE
01 PENDAHULUAN

02 TINJAUAN PUSTAKA

03 MAKSUD TUJUAN DAN MANFAAT

04 METODE PENELITIAN

05 HASIL DAN PEMBAHASAN

06 KESIMPULAN
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Air sangat penting dalam kehidupan karena mahluk hidup tidak dapat hidup tanpa adanya
air. Jumlah penduduk yang semakin meningkat, membutukan jumlah air yang cukup. Suatu
daerah yang memiliki air terbatas sulit untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang tinggi
apalagi diwaktu musim kemarau. Air tanah merupakan salah satu sumber akan kebutuhan air
bagi kehidupan makhluk di muka bumi (Halik dan Widodo, 2008).

• Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari nilai resistivitas, ketebalan, dan kedalaman setiap lapisan batuan.
2. Mengkorelasi nilai tahanan jenis batuan dengan peta geologi.
3. Pengolahan data menggunakan software IP2win dan Rockwork.
4. Menggunakan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger.
PENDAHULUAN
• Lokasi Daerah Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian di Kecamatan Masaran, Kedawung, dan Sidoharjo Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa
Tengah.
TINJAUAN PUSTAKA
• Geologi Regional
 Fisiografi
Secara fisiografi daerah penelitian termasuk ke Daerah Penelitian

dalam Zona Solo, Subzona Solo Bagian Tengah


yang dibentuk oleh deretan Gunung api Kuarter dan
dataran antar Gunung api seperti Gunung Lawu,
Gunung Wilis, Gunung Kelud, dan pegunungan
Tengger

Gambar 2. Peta Fisiografi Jawa Tengah - Jawa Timur


(Van Bemmelen, 1949).
TINJAUAN PUSTAKA
• Geologi Regional
 Stratigrafi
Formasi yang diendapkan pada daerah penelitian
Zona Solo, Subzona Solo Bagian Tengah menurut Van
Bemmelen (1949) urutan stratigrafi dari tua ke muda:
1. Formasi Kerek
2. Formasi Kalibeng
3. Formasi Pucangan
4. Formasi Kabuh
5. Formasi Notopuro
6. Formasi Lawu
7. Endapan Undak
8. Aluvium
Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penelitian (Sukardi
& Budhitrisna, 1992)
TINJAUAN PUSTAKA
• Geologi Regional
 Hidrogeologi
Kabupaten Sragen termasuk kedalam Cekungan Air Tanah (CAT) Karanganyar-Boyolali.
Djaeni, (1982) membagi hidrologi kabupaten sragen berdasarkan produktivitas dan
penyebarannya menjadi 4 kategori yaitu:
1. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir dengan produktivitas sedang sampai tinggi
menyebar dibagian tengah atau daerah sepanjang sungai bengawan Solo.
2. Akuifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir dengan produktivitas sedang
sampai tinggi menyebar di wilayah Sragen bagian Timur.
3. Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dengan produktivitas sedang dengan
penyebaran setempat ditemukan di Kabupaten Sragen bagian Utara.
4. Akuifer dengan aliran melalui celah atau sarang dengan produktivitas rendah sampai
langka menyebar di Kabupaten Sragen bagian Utara dan beberapa tempat ditemukan
Kabupaten Sragen bagian Barat.
MAKSUD TUJUAN DAN MANFAAT

MAKSUD
Mengetahui potensi air tanah sebagai lapisan pembawa air atau
akuifer di Kecamatan Kedawung, Kecamatan Masaran, dan
Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah

TUJUAN
Mengetahui litologi batuan penyusun akuifer dan potensi air tanah
serta mengetahui ketebalan dan kedalaman lapisan batuan didaerah
penelitian.

MANFAAT
Memberikan ilmu pengetahuan untuk memecahkan permasalahan
tentang airtanah dan memberikan sumbangsih potensi airtanah
didaerah penelitian
METODE PENELITIAN
Masalah

Studi Pustaka

Survei Lapangan

Pengukuran Geolistrik

Pengolahan Data

Korelasi Penampang 2D Peta Potensi Akuifer


Interpretasi Data

Peta Sebaran, Ketebalan, & Kedalaman Akuifer

Kesimpulan

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN
• Pengolahan Data
Interpretasi data geolistrik dilakukan menggunakan software IP2win, pengolahan data
tersebut menghasilkan nilai resistivitas, kedalaman dan ketebalan lapisan batuan seperti pada
Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengolahan data geolistrik.
titik GL Ro Kedalaman ketebalan Litologi
7.40 0.00 0.75 0.75 Topsoil
10.61 0.75 1.04 0.29 Lempung
gl-1 0.51 1.04 2.26 1.22 Lempung
1.74 2.26 2.67 0.41 Lempung
24.81 2.67 103.34 100.67 Pasir
45.40 0.00 0.75 0.75 Topsoil
52.40 0.75 2.12 1.37 Pasir
Lempung
20.90 2.12 17.02 14.90
gl-4 Pasiran
91.30 17.02 48.12 31.10 Pasir
20.40 48.12 136.02 87.90 Pasir
0.79 136.02 200.00 63.98 Lempung
16.60 0.00 0.75 0.75 Topsoil
10.20 0.75 3.85 3.10 Lempung
93.40 3.85 15.15 11.30 Pasir
gl-2
9.25 15.15 46.45 31.30 Lempung
126.00 46.45 141.75 95.30 Pasir
10.10 141.75 200.00 58.25 Lempung
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Korelasi Penampang Melintang 2D
Lintasan A-A' melintasi titik gl-4, gl-2, gl-6, gl-9, g-14, gl-17 dan gl-10 dengan arah Tenggara
– Barat Laut seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Profil lintasan A – A’ dengan arah Tenggara - Barat Laut.


HASIL DAN PEMBAHASAN
• Korelasi Penampang Melintang 2D
Dari penampang melintang tersebut menggambarkan lapisan paling atas merupakan batuan
dengan nilai resistivitas kurang dari 10 ohm.m, batuan ini diinterpretasikan sebagai Lempung
dengan ketebalan 5 – 15 m. Lapisan ini diperkirakan sebagai lapisan impermeable atau
akuiklud. Lapisan batuan Lempung menyebar dari titik gl-4 sampai titik gl-14. Pada titik gl-17
dan gl-10 ditemukan batuan dengan nilai resistivitas 10- 30 ohm.m diinterpretasikan sebagai
lapisan Lempung Pasiran, lapisan ini juga berfungsi sebagai akuiklud. Lapisan kedua
merupakan batuan dengan nilai resistivitas 30 - 200 ohm.m diinterpretasikan sebagai pasir,
lapisan ini diperkirakan sebagai lapisan akuifer. Lapisan ini menebal dari titik gl-4 sampai gl-10
dengan ketebalan 34 - 180 m.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Korelasi Penampang Melintang 2D
Lintasan B-B' melintasi titik gl-5, gl-12, gl-10, gl-17, gl-14, gl-9 dan gl-15 dengan arah Barat
Daya – Timur Laut seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Profil lintasan B – B’ dengan arah Barat Daya – Timur Laut.


HASIL DAN PEMBAHASAN
• Korelasi Penampang Melintang 2D
Lintasan B-B' memiliki kontur lebih datar dibandingkan dengan lintasan A-A'. Pada lintsan ini
lapisan pertama ditemukan batuan dengan nilai reistivitas kurang dari 10 ohm.m,
diinterpretasikan sebagai lapisan Lempung yang berfungsi sebagai akuiklud. Lapisan ini
menyebar dari titik gl-5 sampai gl-15 dengan ketebalan 12 – 80 m.. Dibawah lapisan Lempung
ditemukan batuan dengan nilai resistivitas 30 – 200 ohm.m, diinterpretasikan sebagai pasir
yang berfungsi sebagai akuifer. Lapisan ini menerus dari titik gl-4 sampai gl-10 dengan
ketebalan 34 – 140 m.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Analisis Potensi Akuifer
Isoresistivity
Dari peta tersebut diketahui
sebaran nilai resistivitas akuifer air
tanah 25 – 195 ohm.m. Kedawung
nilai resistivitas akuifer 75 – 155
ohm.m. Di Kecamatan Masaran nilai
resistivitas untuk lapisan akuifer 20
- 75 ohm.m. Dikecamatan Sidoharjo
nilai resistivitas akuifer 75 - 200
ohm.m.

Gambar 7. Sebaran Isoresistivity di daerah penelitian.


HASIL DAN PEMBAHASAN
• Analisis Potensi Akuifer
Ketebalan
Dari gambar tersebut diketahui
ketebalan akuifer di Kecamatan
Kedawung memiliki ketebalan
akuifer 30 - 106 m, di Kecamatan
Masaran memiliki ketebalan akuifer
67 – 160, dan di Kecamatan
Sidoharjo memiliki ketebalan akuifer
47 – 180 m. Dilihat dari kontur
ketebalan akuifer, akuifer air tanah
menebal dari Timur ke arah Barat.

Gambar 8. Peta ketebalan akuifer di daerah penelitian.


HASIL DAN PEMBAHASAN
• Analisis Potensi Akuifer
Kedalaman
Dari peta tersebut diketahui
kedalaman akuifer air tanah di
Kecamatan Kedawung berada pada
kedalaman 10 – 40 mdpt, Di
Kecamatan Masaran berada pada
kedalaman 14 – 86 mdpt, Di
Kecamatan Sidoharjo berada pada
kedalaman 11 – 64 mdpt.
Berdasarkan peta tersebut daerah
yang memiliki akuifer dengan
kedalaman lebih dari 70 mdpt
adalah kecamatan Masaran dan
Kecamatan Sidoharjo atau bagian Gambar 9. Peta ketebalan akuifer di daerah penelitian.
tengah daerah penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Analisis Potensi Akuifer
Pola Aliran Air Tanah
Distribusi sebaran potensi air tanah
digambarkan dengan peta kontur pola
aliran air tanah seperti pada Gambar 10.
Pembuatan peta kontur aliran air tanah
menggunakan peta topografi yang
diperoleh dari elevasi titik geolistrik dan
peta kedalaman akuifer. Dari peta kontur
air tanah kemudian dibuat pola aliran air
tanah dengan cara membuat garis arah
yang tegak lurus dengan garis kontur.
Dari peta tersebut diketahui arah aliran air
tanah berasal dari area kaki gunungapi
Lawu sebelah Tenggara daerah penelitian Gambar 10. Peta pola aliran airtanah di daerah penelitian.
menuju kearah Barat Laut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Titik Rekomendasi Bor
Apabila dikaji secara vertikal, kondisi
bawah permukaan titik rekomendasi bor
dapat ditentukan berdasarkan data
korelasi penampang serta analisis akuifer.
Sehingga disarankan titik rekomendasi
bor pada 2 titik gelistrik yaitu:
• Titik rekomendasi bor pertama berada
pada titik geolistrik gl-5 memiliki nilai
isoresistivity sekitar 20-40 ohm.m,
ketebalan sekitar 140-150 m, dengan
kedalaman akuifer 10-20 m.
• Titik rekomendasi bor kedua berada
pada titik geolistrik gl-12 memiliki nilai
isoresistivity sekitar 50-60 ohm.m, Gambar 10. Peta pola aliran airtanah di daerah penelitian.
ketebalan sekitar 140-150 m, dengan
kedalaman akuifer 10-20 m.
KESIMPULAN
PENUTUP • Jenis akuifer yang berkembang di daerah penelitian merupakan akuifer dangkal dan
akuifer dalam.
• Media penyusun akuifer tersebut merupakan endapan sedimen Gunungapi Lawu
dan endapan alluvial.
• Berdasarkan hasil analisis geolistrik akuifer air tanah memiliki nilai resistivitas 30 –
200 ohm.m yang diinterpretasikan sebagai pasir dan kerikil. Kedalaman akuifer di
Kecamatan Kedawung 15 – 46 mdpt, di kecamatan Masaran 14 – 86 mdpt dan di
Kecamatan Sidoharjo 11 – 64 mdpt.
• Distribusi aliran air berasal dari Tenggara daerah penelitian atau daerah kaki
Gunungapi Lawu menuju ke arah Barat Laut. Pengeboran sumur air tanah dapat
dilakukan sampai kedalaman 80 m untuk menembus lapisan akuifer tertekan atau
akuifer dalam.

SARAN
• Dapat dikembangkan pemodelan penampang bawah permukaan secara 3 Dimensi
• Diharapkan pengukuran data geolistrik selanjutnya dilakukan dengan luasan daerah
yang lebih rinci.
TERIMAKASIH
Deni Prasetyo Suseno Bin Joko Suseno
Tak plintirrrrrr…
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil pengolahan data geolistrik.
titik GL Ro Kedalaman ketebalan Litologi
7.40 0.00 0.75 0.75 Topsoil
10.61 0.75 1.04 0.29 Lempung
gl-1 0.51 1.04 2.26 1.22 Lempung
1.74 2.26 2.67 0.41 Lempung
24.81 2.67 103.34 100.67 Pasir
45.40 0.00 0.75 0.75 Topsoil
52.40 0.75 2.12 1.37 Pasir
Lempung
20.90 2.12 17.02 14.90
gl-4 Pasiran
91.30 17.02 48.12 31.10 Pasir
20.40 48.12 136.02 87.90 Pasir
0.79 136.02 200.00 63.98 Lempung
16.60 0.00 0.75 0.75 Topsoil
10.20 0.75 3.85 3.10 Lempung
93.40 3.85 15.15 11.30 Pasir
gl-2
9.25 15.15 46.45 31.30 Lempung
126.00 46.45 141.75 95.30 Pasir
10.10 141.75 200.00 58.25 Lempung
12.90 0.00 3.07 3.07 Topsoil
1.98 3.07 6.05 2.98 Lempung
gl-8 Lempung
15.20 6.05 150.05 144.00
Pasiran
195.00 150.05 200.00 49.95 Pasir
17.19 0.00 0.75 0.75 Topsoil
9.49 0.75 3.45 2.70 Lempung
gl-6 106.80 3.45 14.25 10.80 Pasir
11.19 14.25 34.66 20.41 Lempung
72.72 34.66 120.00 85.34 Pasir
HASIL DAN PEMBAHASAN
16.40 0.00 0.75 0.75 Topsoil
0.53 0.75 1.08 0.33 Lempung
34.50 1.08 1.78 0.70 Pasir
gl-12
1.67 1.78 3.07 1.29 Lempung
5.53 3.07 51.07 48.00 Lempung
27.50 51.07 319.07 268.00 Pasir
19.80 0.00 0.75 0.75 Topsoil
0.62 0.75 0.91 0.16 Lempung
4.49 0.91 5.37 4.46 Lempung
gl-11
80.60 5.37 9.08 3.71 Pasir
2.79 9.08 22.28 13.20 Lempung
54.30 22.28 356.28 334.00 Pasir
11.67 0.77 0.77 0.00 Topsoil
2.78 0.77 4.71 3.94 Lempung
gl-5 54.41 4.71 10.93 6.22 Pasir
1.47 10.93 14.27 3.34 Lempung
28.89 14.27 331.78 317.51 Pasir
26.14 0.00 0.96 0.96 Topsoil
8.16 0.96 2.00 1.04 Lempung
3.06 2.00 5.17 3.17 Lempung
gl-10
Lempung
16.34 5.17 86.38 81.21
Pasiran
107.74 86.38 120.00 33.62 Pasir
12.80 0.00 0.75 0.75 Topsoil
1.38 0.75 1.06 0.31 Lempung
Lempung
18.10 1.06 1.98 0.92
gl-15 Pasiran
1.08 1.98 5.45 3.47 Lempung
8.93 5.45 64.44 58.99 Lempung
67.93 64.44 200.00 135.56 Pasir
HASIL DAN PEMBAHASAN
11.88 0.00 0.75 0.75 Topsoil
1.91 0.75 1.19 0.44 Lempung
25.25 1.19 1.91 0.73 Pasir
gl-13 3.18 1.91 4.57 2.66 Lempung
50.59 4.57 7.94 3.37 Pasir
2.38 7.94 21.45 13.51 Lempung
174.24 21.45 200.00 178.55 Pasir
7.06 0.00 0.82 0.82 Topsoil
2.03 0.82 3.40 2.58 Lempung
gl-17 Lempung
14.11 3.40 86.28 82.88
Pasiran
69.15 86.28 200.00 113.72 Pasir
25.64 0.00 0.75 0.75 Topsoil
5.15 0.75 1.46 0.71 Lempung
48.71 1.46 2.52 1.05 Pasir
6.40 2.52 8.70 6.19 Lempung
gl-9
Lempung
11.37 8.70 69.52 60.82
Pasiran
98.91 69.52 156.11 86.59 Pasir
7.35 156.11 200.00 43.89 Lempung
13.90 0.00 0.75 0.75 Topsoil
1.00 0.75 1.26 0.51 Lempung
207.00 1.26 3.59 2.33 Pasir
gl-14 4.27 3.59 11.08 7.49 Lempung
45.80 11.08 35.68 24.60 Pasir
8.71 35.68 153.68 118.00 Lempung
55.40 153.68 200.00 46.32 Pasir

Anda mungkin juga menyukai