● Umur : 45 Tahun
● Jenis Kelamin : Laki-laki
DISKUSI IDENTITAS
● Nama
● Pekerjaan
● Agama
● Alamat
● Status pernikahan
● Status sosial ekonomi
● Pendidikan terakhir
● Dukungan keuangan
● Tanggal dan jam masuk RS
● Tanggal pemeriksaan
ANAMNESIS
● Dilakukan secara
Autoanamnesis terhadap pasien di rumah sakit
● Keluhan Utama
Sesak napas progresif dan sesak nafas saat beraktivitas selama sebulan
terakhir.
● Keluhan tambahan
Demam, batuk, dan sariawan
↳ Sudan
• berapa lama ?
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Seorang laki-laki berusia 45 tahun dengan riwayat infeksi HIV datang ke UGD dengan sesak
napas progresif dan dispnea saat beraktivitas sejak 1 bulan SMRS. Pasien baru-baru ini menderita
batuk berdahak berwarna putih. Hari ini, pasien terbangun dengan suhu 101.0 °F (38.3 °C). Pasien
melaporkan tidak ada nyeri dada, hemoptisis, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal, palpitasi,
atau pembengkakan ekstremitas bawah. Pasien mengeluhkan sariawan dalam 1-2 minggu
sebelumnya dan juga mengalami anoreksia, dengan penurunan berat badan 20 pon (9 kg), selama 3
bulan terakhir.
Pasien tidak melaporkan perjalanan atau kontak sakit baru-baru ini. Pasien tidak minum obat
baru-baru ini dan menghentikan rejiman terapi HIV-nya 10 tahun yang lalu karena diare yang parah.
Pasien tidak merokok, mengkonsumsi alkohol maupun narkoba. Pasien aktif secara seksual dengan 1
pasangan dan menggunakan kondom secara tidak konsisten. Pasien tidak memiliki alergi obat yang
diketahui.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
● Riwayat infeksi HIV → dijelasin
RIWAYAT PENYAKIT PRIBADI DAN SOSIAL
● Merokok (-)
● Mengkonsumsi alkohol (-)
● Pemakaian obat-obatan terlarang (-)
● Aktif secara seksual dengan 1 pasangan dan menggunakan kondom
secara tidak konsisten
RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT
● Konsumsi rejimen HIV 10 tahun yang lalu Saatchi Sudan detention
DISKUSI ANAMNESIS
Sesak nafas
1. Berapa lama sesak nafas berlangsung?
2. Apakah sesak dipengaruhi oleh posisi?
3. Apakah sesak terjadi terus menerus? Atau apakah timbul pada periode tertentu saja?
4. Apakah ada yang memperberat sesak nafas?
5. Apakah sesak nafas mengganggu aktivitas?
6. Apakah sesak nafas meningkat saat kegiatan tertentu?
7. Apakah sesak nafas berkurang saat beristirahat?
8. Apakah sesak nafas sudah pernah diobati?
9. Apakah pasien memiliki riwayat asma?
10. Apakah pasien memiliki riwayat trauma pada dada?
11. Apakah pasien memiliki penyakit lain yang berhubungan dengan sesak nafas?
DISKUSI ANAMNESIS
Batuk dengan dahak putih kental
1. Sejak kapan mengalami batuk dengan dahak putih?
2. Seberapa sering mengalami batuk?
3. Apakah batuk juga disertai darah?
4. Apakah batuk dialami berulang?
5. Apakah sebelumnya didahului infeksi saluran pernafasan atas?
6. Apakah batuk berdahak dirasakan setiap hari dan terus menerus?
7. Apakah batuk pernah di obati? Dan apakah membaik?
8. Apakah batuk memberat saat malam hari?
9. Apakah batuk mengganggu aktivitas?
10. Apakah batuk disertai nyeri tenggorokan/ nyeri saat menelan?
11. Apakah batuk disertai dengan meriang?
12. Apakah di keluarga atau lingkungan ada yang batuk?
13. Apakah batuk pernah diobati?
DISKUSI ANAMNESIS
Demam dan Sariawan
1. Apakah demam disertai dengan menggigil / kejang / keringat malam?
2. Bagaimana pola demam pasien? apakah ada waktu tertentu demam timbul?
3. Apakah sudah pernah diobati atau belum? jika sudah menggunakan obat apa? dan
apakah teratasi?
4. Dimanakah lokasi sariawan?
5. Apakah ada pencetus sariawan? makanan? trauma?
Pertanyaan Tambahan
1. Apakah ada riwayat transfusi darah?
2. Apakah ada riwayat operasi?
3. Apakah ada riwayat tato?
4. Apakah ada riwayat TB?
5. Apakah di keluarga ada riwayat TB?
6. Bagaimana nafsu makan pasien?
DISKUSI ANAMNESIS
Pertanyaan tambahan
7. Apakah pasien ada riwayat bepergian keluar kota?
8. Bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien?
9. Apakah pasien pernah mengalami hal yang sama ?
10. Apakah sebelumnya sudah pernah diobati? Jika sudah, apakah membaik?
11. Apakah di keluarga atau lingkungan pasien ada yang mengalami hal yang sama?
12. Apakah pasangan pasien mengalami yang dikeluhkan pasien?
13. Apakah pasien atau di keluarga ada riwayat penyakit jantung?
14. Apakah pasien ada riwayat penyakit ginjal dan saluran kemih?
15. Apakah pasien rajin berolahraga?
16. Apakah pasien ada alergi makanan atau obat?
17 .
alasanmenghentikanterapi HIV 1g . Jvp 21 .
needle track ?
18 ygnyebabin HIV ? zo ehytremifas 221Genitalia
-
29 ohulutisoriowzn
V3 KGB inguinal , 9ms
.
.
STATUS GENERALIS
Pernapasan 30 x/menit
- Hipoksia aSaturn Or It
Rontgen Thorax
- Tanda interstisial bilateral yang meningkat merata
CT Angiografi (CTA)
- difus ground-glass opacities → inf. virus lcovidjxgn)
,
banter
- Limfadenopati dan emboli paru (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
- Leukosit : 5,2 x 103 /μL
- CD4 Limfosit : 38 sel/μL
- Kuantitatif HIV-1 RNA polymerase chain reaction (PCR) : 1.710.000
eksemplar/mL
- Kultur darah dan urin (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
gmmmhnyawita-s.is
T p
t
in tltrat
ground glass oppi city
→ →
( Putih 2)
RESUME
Seorang laki-laki berusia 45 tahun dengan riwayat infeksi HIV datang ke unit gawat
darurat dengan sesak napas progresif dan sesak nafas saat beraktivitas selama sebulan
terakhir. Dia baru-baru ini menderita batuk berdahak warna putih. Hari ini, pasien terbangun
dengan suhu 101.0 °F (38.3 °C). Pasien mengalami sariawan dalam 1-2 minggu sebelumnya
dan juga mengalami anoreksia dan penurunan berat badan 20 pon(9 kg) selama 3 bulan
terakhir. Pasien menghentikan rejimen terapi HIV-nya 10 tahun yang lalu karena diare parah.
Pasien aktif secara seksual dengan 1 pasangan dan menggunakan kondom secara tidak
konsisten.
Pada pemeriksan fisik didapakan takikardia, takipnea, suhu 38,3°C, saturasi O2 76%.
Pada pemeriksaan fisik mulut didapatkan mukosa kering, plak putih yang dapat dilepas di
seluruh orofaring, auskultasi paru-paru didaptkan ronki basah kasar di kedua basal paru.
Pada pemeriksaan lab didapatkan penurunan CD4 limfosit dan Kuantitatif HIV-1 RNA (PCR)
1.710.000 eksemplar/mL. Analisa gas darah di dapatkan alkalosis respiratorik dan hipoksia,
foto thorax didapatkan difus dan peningkatan tanda intersisial bilateral, CTA thorax
didapatkan ground-glass opacities
ohsiolpoi.to/PC0T(bal0lI-D+asidosisrespirotoriu
① Ggl nap as type I → hip
PQt,P
MASALAH 1 : Hipoksia
MASALAH 2 : Alkalosis Respiratorik
-
a-
MASALAH 3 : Pneumocystis Jirovecii Pneumonia
MASALAH 4 : HIV/AIDS
-
MASALAH 1 : Hipoksia
ANAMNESIS
- Sesak nafas progresif
- Batuk
- Dispnea saat beraktivitas selama 1 bulan terakhir
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum: tampak sakit berat
- Nadi : 136x/menit → takikardia
- Laju pernapasan : 30x/menit → takipnea
- Saturasi oksigen: 76% pada suhu kamar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Analisa gas darah: hipoksia
- EKG: Sinus takikardia
MASALAH 1 : Hipoksia
DIAGNOSIS BANDING
- =ARDS gagaljantung
- Asma
- Pneumonia
-
- Edema paru
RENCANA DIAGNOSIS
0amoksimetri sense
- Tes AGD serin ,
CT thorax serin
,
breathing
non
mask
pooksigen
- Terapi oksigen → diberikan FiO2 60-100% dalam = waktu pendek sampai kondisi
membaik
↳ bila evaluasi I jam =/ membaih → pas ang ventilator
-
bit a perv inhalant → v1 rnengatasiretensi sputum
MASALAH 1 : Hipoksia
RENCANA EDUKASI
- Pola hidup sehat → rutin olahraga, berhenti merokok
- Konsumsi air putih yang cukup
- Istirahat yang cukup
KOMPLIKASI
- Kerusakan otak paralisis
- Kejang
PROGNOSIS
Tergantung kerusakan otak yang terjadi semakin lama otak kekurangan oksigen maka
semakin lama seseorang bisa sadarkan diri dan semakin tinggi risikonya terhadap
kematian
MASALAH 2: Alkalosis Respiratorik
ANAMNESIS
- Sesak nafas progresif
- Demam
PEMERIKSAAN FISIK
- Frekuensi pernapasan 30x/ menit (Takipneu)
- Saturasi oksigen 76%
- Suhu 38.3°C
- Denyut nadi 136x/ menit (Takikardia)
- Auskultasi Paru : Ronkhi basah kasar bibasilar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Analisa gas darah: alkalosis respiratorik dan hipoksia
- EKG : sinus takikardia
MASALAH 2 : Alkalosis Respiratorik
DIAGNOSIS BANDING
- Alkalosis metabolik
- Asma
- Pneumonia
RENCANA DIAGNOSIS
- Pemeriksaan elektrolit serum
- Urinalisis : untuk memeriksa kadar pH urin dan elektrolit urin
- Pemeriksaan fosfat serum : biasanya terjadi penurunan
RENCANA TERAPI
- Terapi terhadap kelainan primer → hipoksia : terapi oksigen
- Terapi sedatif dan tranquilizer jika disebabkan karena cemas
- Pada sindrom hiperventilasi biasanya diberikan terapi dengan inspirasi CO2 melalu
pernapasan rebreathing dengan kantong pernapasan
MASALAH 2 : Alkalosis Respiratorik
RENCANA EDUKASI
- Edukasi mengenai patofisiologi dari penyakitnya dan cara bernafas yang benar
(fisioterapi pernapasan)
- Menerapkan pola hidup sehat
- Menjaga asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi
- Menghindari merokok, alkohol, dan membatasi minuman yang mangandung kafein
(kopi)
KOMPLIKASI
- Aritmia jantung
- Koma napas
PROGNOSIS
- Tergantung penyakit yang mendasarinya. Angka kematian 27.9% sering dengan
meningkatnya pH, mencapai 48.5% jika pH >7.60. Pasien dengan alkalosis respiratori
dan alkalosis metabolik mempunyai prognosis lebih buruk (44.2%)
MASALAH 3 : Pneumocystis Jirovecii•
Pneumonia
ANAMNESIS ↳ Dpetio
- Sesak nafas progresif
- Batuk
- Demam
- Penurunan berat badan
- Riwayat HIV & putus obat 10 tahun yang lalu
PEMERIKSAAN FISIK
- Tanda Vital : Demam (38,3°C), takipnea (30x/menit), takikardia (136x/menit)
- Auskultasi Paru : Ronkhi basah kasar bibasilar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Analisa gas darah: hipoksia
- Rontgen thoraks : gambaran corakan difus bilateral dan peningkatan infiltrat interstitial
- CT Angiografi thoraks: difus ground-glass opacities
MASALAH 3 : Pneumocystis Jirovecii Pneumonia
lbakteri )
DIAGNOSIS BANDING
- COVID-19 pneuma krn virus , Covid , dll
preumon.FM
ex :
- Sarkoma
= kaposi
RENCANA DIAGNOSIS
- Pemeriksaan mikroskopis : sampel dari sputum yang di induksi dengan inhalasi
saline hipertonik
- Bronkoskopi dengan BAL (bronchoalveolar lavage)
- Pemeriksaan laboratorium : Laktat dehidrognase (LDH)
MASALAH 3 : Pneumocystis Jirovecii Pneumonia
KOMPLIKASI
- Limfadenopati
- ARDS
- Gagal nafas
PROGNOSIS
- Pada kasus Pneumocystis jirovecii Pneumonia (PjP) yang belum diobati, penurunan
progresif fungsi pernapasan dapat berujung pada kematian. Angka kematian akibat PjP
diantara pasien HIV berkisar 0-15%. Jika diagnosis lebih dini dan terapi adekuat,
persentase kematian dapat berkurang hingga 10%.
MASALAH 4 : HIV/AIDS
ANAMNESIS
- Sesak nafas progresif
- Batuk berdahak warna putih
- Demam
- Sariawan 1-2 minggu SMRS
- Penurunan berat badan
- Riwayat infeksi HIV & putus obat 10 tahun yang lalu
- Berhubungan seks tanpa kondom
PEMERIKSAAN FISIK
- Plak putih pada orofaring
- Demam (38,3 derajat celcius)
- Takikardi
- takipneu
MASALAH 4 : HIV/AIDS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Limfosit CD4: 38 μ/L
- HIV-1 RNA PCR: 1.710.000 kopi/mL
DIAGNOSIS BANDING
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
- Tb paru
RENCANA DIAGNOSIS
- Tes ELISA
- Tes Western Blot
PROGNOSIS
- Seseorang dengan AIDS yang tidak diobati memiliki harapan hidup sekitar 1
sampai 2 tahun setelah infeksi oportunistik pertama.
- Pengobatan antiretroviral dapat meningkatkan jumlah CD4 dan mengubah status
pasien dari AIDS menjadi seseorang dengan HIV.
Which of the following is the most
likely diagnosis?
a. Pulmonary tuberculosis
b. Kaposi sarcoma
c. Lymphoma
d. Pneumocystis jiroveci pneumonia
e. Cryptococcus neoformans pneumonia
Q.1 An HIV-positive patient who has a CD4 count of 70
cells/uL presents with progressive dyspnea, a low
grade-fever, and a nonproductive cough. Which of the
following is the most appropriate first diagnostic test in
the emergency department setting?
a. Chest X Ray
b. HRCT High Resolution CT
scan → 12ms
PATOFISIOLOGI
-
PATOFISIOLOGI
Masahikoban
Pemeriksaan antigen p24 yang ditemukan pada serum, plasma, dan cairan serebrospinal.
Pada penderita yang baru terinfeksi, antigen p24 dapat positif hingga 45 setelah infeksi,
sehingga pemeriksaan antigen p24 hanya dianjurkan sebagai pemeriksaan tambahan
pada penderita risiko tinggi tertular HIV dengan hasil pemeriksaan serologi negatif, dan
tidak dilanjutkan sebagai pemeriksaan awal yang berdiri sendiri.
HIV dapat dikultur dari cairan plasma, serum, peripheral blood mononuclear cells (PBMCs),
cairan serebrospinal, saliva, semen, lendir serviks, serta ASI. Kultur HIV biasanya tumbuh
dalam 21 hari. Pada saat ini, kultur hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, karena
nilai diagnostik telah digantikan oleh pemeriksaan HIV-RNA.
→ bird ④ , Enya
DIAGNOSIS
3. HIV-RNA ( viral load )
Pemeriksaan yang menggunakan teknologi PCR untuk mengetahui jumlah HIV dalam
darah. Pemeriksaan HIV-RNA sangat berguna untuk mendiagnosis HIV pada keadaan
pemeriksaan serologis belum memberikan hasil atau hasil serologi indeterminate. HIV-
RNA dapat positif pada 11 hari setelah terinfeksi HIV.
penanda
Indeterminate Dua hasil tes reaktif; hanya 1 tes - Tes diulang dengan spesimen baru
reaktif tapi mempunyai risiko atau minimal 2 minggu dari pemeriksaan
pasangan berisiko. pertama.
- Bila hasil tetap indeterminate, lakukan
pemeriksaan PCR.
- Bila sarana PCR tidak tersedia, uji
cepat diulang 3, 6, 12 bulan dari
pemeriksaan pertama.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding pada HIV/AIDS didasarkan pada keluhan pasien
● Kardiovaskular: perikarditis purulen, temponade jantung
● Paru-paru : ISPA, bronkitis akut, kanker paru, emfisema
● Gastrointestinal: hepatitis B, pankreatitis, esofagitis
● SSP: meningitis
● Onkologi dan hematologi: limfoma
● Dermatologi : sarkoma kaposi, molluscum contagiosum, neoplasma vaskular
yang ditandai dengan bercak, nodul, atau plak berwarna keunguan, Infeksi
jamur diseminata dapat muncul ketika pasien mengalami imunosupresi berat
dan menyerupai moluskum.
TATALAKSANA
Penatalakasanaan HIV tergantung pada stadium penyakit dan setiap infeksi oportunistik yang terjadi . secara umum,
tujuan pengobatan adalah untukk mencegah sistem imun tubuh memburuk ke titik dimana infeksi oportunistik akan
bermunculan.
Beberapa infeksi oportunistik (IO) pada ODHA dapat dicegah dengan pemberian pengobatan
profilaksis..Berbagai penelitian telah membuktikan efektifitas pengobatan pencegahan kotrimoksasol dalam
menurunkan angka kematian dan kesakitan pada orang yang terinfeksi HIV. Hal tersebut dikaitkan dengan
penurunan insidensi infeksi bakterial, parasit (Toxoplasma) dan Pneumocystis carinii pneumonia (sekarang
disebut P. jiroveci, disingkat sebagai PCP).
- ODHA yang bergejala (stadium klinis 2, 3, atau 4) termasuk perempuan hamil dan menyusui. Walaupun
secara teori kotrimoksasol dapat menimbulkan kelainan kongenital, tetapi karena risiko yang mengancam
jiwa pada ibu hamil dengan jumlah CD4 yang rendah (<200) atau gejala klinis supresi imun (stadium klinis
2, 3 atau 4), maka perempuan yang memerlukan kotrimoksasol dan kemudian hamil harus melanjutkan
profilaksis kotrimoksasol
- ODHA dengan jumlah CD4 di bawah 200 sel/mm3 (apabila tersedia pemeriksaan dan hasil CD4).
TATALAKSANA
csta.d.cl/-bODHAdgi6uhzmil- cyoo
Tatalaksana Terapi ARV
1) Indikasi memulai terapi ARV pada orang dewasa
● Tujuan utama pemberian ARV adalah untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang
berhubungan dengan HIV. Tujuan ini dapat dicapai melalui pemberian terapi ARV yang
efektif sehingga kadar viral load tidak terdeteksi.
● Tujuan kedua dari pemberian terapi ARV adalah untuk mengurangi risiko penularan HIV.
● Terapi ARV harus diberikan kepada semua ODHA tanpa melihat stadium klinis dan nilai
↳ stadium -324
CD4
● Terapi ARV harus dimulai pada semua ODHA yang hamil dan menyusui, tanpa
memandang stadium klinis WHO dan nilai CD4 dan dilanjutkan seumur hidup
1) Paduan terapi ARV lini pertama
● Paduan ARV lini pertama harus terdiri dari dua nucleoside reverse-transcriptase inhibitors
(NRTI) ditambah non-nucleoside reverse-trancriptase inhibitor (NNRTI) atau protease
inhibitor (PI).
● Pilihan paduan ARV lini pertama berlaku pada pasien yang belum pernah mendapatkan
ARV sebelumnya (naif ARV).
TATALAKSANA
● Paduan terapi ARV lini pertama pada orang dewasa, termasuk ibu hamil dan menyusui, terdiri atas 3
paduan ARV. Paduan tersebut harus terdiri dari 2 obat kelompok NRTI +1 obat kelompok NNRTI:
lamivudine
a) TDF+3TC(atau FTC)+EFV dalam bentuk kombinasi dosis tetap merupakan pilihan paduan terapi
-
ARV lini pertama. Kombinasi dosis tetap yang tersedia di Indonesia adalah TDF+3TC+EFV,
sehingga kombinasi ini yang menjadi pilihan utama paduan ARV lini pertama di Indonesia.
b) Jika TDF+3TC(atau FTC)+EFV dikontraindikasikan atau tidak tersedia, pilihannya adalah:
● AZT+3TC+EFV
● AZT+3TC+NVP
● TDF+3TC(atau FTC)+NVP
● TDF+3TC(atau FTC)+EFV
Selama menggunakan ● Jumlah sel CD4 (tiap 6 bulan) ● Serum kreatinin dan eLFG tiap 6
ARV ● Viral load bulan pada pengguna TDF
● Hb pada pengguna AZT
TDF Disfungsi tubulus renalis,Sindrom fanconi, Menurunnya densitas mineral tulang, Asidosis laktat ,Hepatomegali
dengan steatosis, Eksaserbasi Hepatitis B (hepatic flares)
AZT Anemia, Neuropati berat ,Intoleransi salran cerna berat ,Asidosis laktat, Hepatomegali dengan steatosis
miopati ,Lipoatrofi, Lipodistrofi
EFV Toksisitas SSP persisten (seperti mimpi buruk, depresi , kebingungan, halusinasi, psikosis) ,Kejang,
Hepatotoksisitas, Hipersensitivitas obat ,Ginekomastia pada pria
1 Reaksi ringan suatu perasaan tidak enak yang tidak menetap; tidak tidak perlu perubahan terapi
ada keterbatasan gerak
2 Reaksi sedang Sedikit ada keterbatasan bergerak kadang-kadang tidak perlu intervensi medis, kalau perlu sangat minimal
memerlukan sedikit bantuan dan perawatan
3 Reaksi berat Pasien tidak lagi bebas bergerak; biasanya perlu perlu intervensi medis atau perawatan di rumah sakit
bantuan dan perawatan Substitusi obat penyebabnya tanpa menghentikan terapi ARV
4 Reaksi berat Pasien terbaring tidak dapat bergerak; jelas Segera hentikan terapi ARV dan tatalaksana kelainan yang
yang memerlukan intervensi medis dan perawatan di rumah ada (dengan terapi simtomatik dan suportif) dan terapi ARV
mengancam jiwa sakit kembali diberikan dengan mengganti paduan pada salah satu
obat yang menjadi penyebabnya pada saat pasien sudah
mulai tenang kembali
TATALAKSANA
b) Pemantauan respons terapi dan penentuan kegagalan terapi ARV
1) Pemantauan viral load
● Pemeriksaan viral load dapat digunakan untuk mendeteksi lebih dini dan akurat kegagalan
pengobatan dibandingkan dengan pemantauan menggunakan kriteria imunologis dan klinis.
● Pemeriksaan viral load dilakukan dengan 2 strategi, yang pertama pemeriksaan rutin dan
pemeriksaan terbatas.
● Pada strategi pemeriksaan viral load rutin, pemeriksaan dilakukan pada 6 bulan setelah memulai
pengobatan, kemudian 12 bulan setelah pengobatan, dan selanjutnya setiap 12 bulan.
● Pada kondisi pemeriksaan viral load terbatas atau targeted viral load, maka strategi yang digunakan
adalah pemeriksaan viral load dilakukan ketika terdapat kecurigaan kegagalan pengobatan ARV
berdasarkan kriteria klinis dan imunologis.
1) Pemantauan CD4
● Pemeriksaan jumlah CD4 merupakan indikator fungsi imunitas karena menggambarkan progresivitas
penyakit dan harapan hidup pada ODHA.
● Pada kondisi pemeriksaan viral load dapat dilakukan rutin, pemeriksaan CD4 direkomendasikan
untuk dilakukan pada saat didiagnosis HIV, 6 bulan setelah pengobatan, sampai indikasi
menghentikan kotrimoksazol.
TATALAKSANA
3) Penentuan kegagalan terapi
● Kegagalan terapi dapat dilihat dari berbagai kriteria, yaitu kriteria virologis, imunologis, dan klinis.
● Pasien harus menggunakan ARV minimal 6 bulan sebelum dinyatakan gagal terapi dalam keadaan kepatuhan
yang baik. Jika kepatuhannya tidak baik atau berhenti minum obat, penilaian kegagalan dilakukan setelah
minum obat kembali secara teratur minimal 3-6 bulan.
Kegagalan Definisi
Gagal imunologis CD4 ≤ 250 sel/ul disertai dengan kegagalan klinis atau CD4
persisten di bawah 100 sel /ul
Gagal virologis Pada pasien dengan kepatuhan yang baik, viral load di atas
1000 kopi/mL berdasarkan 2x pemeriksaan viral load dengan
jarak 3-6 bulan
TATALAKSANA
- Dukungan psikososial, spiritual dan pendidikan dapat berupa konseling dan edukasi
secara perorangan, kelompok, pasangan atau komunitas.
- Dukungan akhir hayat
- Perhatian pada kesejahteraan sosial dan bantuan hukum bagi ODHA yang miskin
dan terkucilkan.
- Dukungan gizi
- Upaya menurunkan stigma dan diskriminasi bagi ODHA
KOMPLIKASI
● Sindrom pulih imun / Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome (IRIS)
- Respon inflamasi berlebih dari pemulihan respon imun setelah pemberian ARV
- Biasanya terjadi setelah pemberian ARV pada ODHA stadium klinis lanjut atau
jumlah CD4 <100 sel/mm3
B C
- Perburukan kondisi klinis: rhepatrti
,