ARITMIA
10 JUNI 2021
IDENTITAS PASIEN
● Umur : 68 tahun
● Jenis kelamin :Perempuan
DISKUSI IDENTITAS
● Nama pasien
● Tempat, tanggal lahir pasien
● Agama pasien
● Pekerjaan pasien
● Alamat pasien
● Suku pasien
● Status pernikahan
● Status sosial dan ekonomi
● Dukungan keuangan
● Pendidikan terakhir pasien
● Tanggal dan jam masuk RS pasien
● Tanggal pemeriksaan pasien
ANAMNESA
● Dilakukan secara
Autoanamnesis terhadap pasien di Rumah Sakit
● Keluhan Utama
Nyeri dada bagian substernal selama 4 hari SMRS
● Keluhan Tambahan
Sesak napas yang memberat dan palpitasi
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Seorang wanita 68 tahun dengan diabetes mellitus datang ke UGD dengan keluhan
nyeri dada substernal dan sesak napas yang memberat sejak 4 hari SMRS. Nyeri dada
⇐ maagalar
dirasakan konstan selama 2 jam terakhir dengan intensitas sedang, nonradiating,
nonpleuritic, dan nonpositional dan sesak napas tetap dirasakan saat sedang istirahat. → UAP / MCI
SO¥gpiÑ ptmaupiysan
-
-
10. Apakah ada batuk? kapan, malam hari atau dini hari?
nwgat tablet tggorohan
•
Kesadaran Composmentis
Nadi 95x/menit
Pernapasan 30x/menit
Leher
ventrihel da )
- JVP melebar 8-10 cm → petrol .
Canan
Paru-paru
- Tampak takipnea
- Ronki samar bilateral
Jantung
- BJ 1 dan 2 tidak teratur r
y
Ekstremitas
teratvr
- Teraba dingin #
↳ d-aural
DISKUSI PF
1. Apakah nadi pasien teratur atau tidak?
2. Apakah nafas pasien reguler atau tidak?
3. Berapa suhu pasien?
4. Berapa berat badan, tinggi badan dan IMT pasien ?
5. Bagaimana aspek kejiwaan pasien?
6. Bagaimana hasil pemeriksaan KGB pada pasien ?
7. Bagaimana hasil pemeriksaan mata pada pasien ?
8. Bagaimana hasil pemeriksaan telinga pada pasien ?
9. Bagaimana hasil pemeriksaan hidung pada pasien ?
10. Bagaimana hasil pemeriksaan abdomen pada pasien ? apakah ada pembesaran hati?
11. Bagaimana hasil pemeriksaan kulit pada pasien ?
12. Bagaimana hasil pemeriksaan neurologis pada pasien ?
13. Bagaimana hasil pemeriksaan dada pada pasien ?
14. Bagaimana hasil pemeriksaan pembuluh darah pada pasien ?
EKG
● Irama : Irregular
-100 ✗
50
● HR : 95 kali/menit
-
● Axis :axis
nomro
+ Lead
4
I dan AVF
ada denari §
(
● Gel. P : 0,08
● Gel QRS : 0,08
● PR interval : 0,16
● Kesan : AV blok II
RESUME
Seorang wanita 68 tahun dengan diabetes mellitus datang ke UGD dengan keluhan
nyeri dada substernal dan sesak napas yang memberat sejak 4 hari SMRS. Nyeri dada
dirasakan konstan selama 2 jam terakhir dengan intensitas sedang, nonradiating,
nonpleuritic, dan nonpositional dan sesak napas tetap dirasakan saat sedang istirahat.
Pasien mengaku mengalami palpitasi dengan gejala presinkop sehingga kesulitan
melakukan aktivitas dasar di sekitar rumah. Pasien mengonsumsi obat hipoglikemik oral
dan ACE inhibitor. Riwayat keluarga pasien didapatkan mengidap diabetes, namun tidak ada
riwayat penyakit arteri koroner.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertensi, takipnea, saturasi oksigen menurun,
peningkatan JVP, auskultasi jantung terdengar S1 dan S2 irregular dan ekstremitas teraba
dingin. Pada EKG didapatkan AV Blok II.
MASALAH
PEMERIKSAAN FISIK
● BJ 1 dan 2 tidak teratur
● Akral dingin
● takipnea (30x/menit)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● EKG abnormal -> irama irregular, terdapat
←- ST depresi pada lead II
↳ stelevasi * aoa
MASALAH 1: Unstable Angina Pectoris
DIAGNOSIS BANDING
● Angina pektoris stabil
● STEMI
● NSTEMI
RENCANA DIAGNOSIS
● EKG
● pemeriksaan biokimia marka jantung: Troponin I/T atau CK-MB
● foto polos dada
RENCANA TERAPI
● oksigen 2-4 L/menit dengan nasal kanul
● aspirin 16-320 mg
● nitroglisserin spray/tablet sublingua
RENCANA EDUKASI
● melakukan pola hidup sehat seperti olahraga, makan makanan sehat
● minum obat diabetes secara teratur
● hindari stress
● rutin kontrol ke dokter
MASALAH 1: Unstable Angina Pectoris
KOMPLIKASI
● infark miokard
● stroke
● kematian syokkardiogenih
no
PROGNOSIS
Secara keseluruhan, sekitar 30% pasien dengan angina tidak stabil mengalami infark miokard
dalam waktu 3 bulan setelah onset; kematian mendadak lebih jarang terjadi. Perubahan EKG yang
ditandai dengan nyeri dada menunjukkan risiko MI berikutnya atau kematian yang lebih tinggi.
rtoiko
MASALAH 2: Atrioventrikular blok
derajat II tipe 2
ANAMNESIS
- Gejala presinkop
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- PR interval tidak memanjang
- Gelombang P hilang setelah 5 gelombang
DIAGNOSIS BANDING
- Atrioventrikular blok derajat II tipe 1
- Atrioventrikular blok derajat I
- Atrioventrikular blok derajat III semuajelek
→
MASALAH 2: Atrioventrikular blok
derajat II tipe 2
RENCANA DIAGNOSIS
- Laboratorium darah ( hematologi rutin, fungsi ginjal, elektrolit lengkap)
- Foto rontgen toraks
- Ekokardiografi
RENCANA TERAPI
tawuaroi ←
- Atropin: 0,5-1 mg, diulangi sampai 2 mg. → IV bolus petah petah
-
tensei
a- - Isoprenalin: bolus 20-40 µg i.v. infus 0,5 µg/menit dari 2 mg/100 mL saline normal
- Alat pacu jantung
RENCANA EDUKASI
- Edukasi mengenali tanda dan gejala secara mandiri
- Edukasi tindakan yang harus dilakukan: evaluasi keadaan klinis, ada gangguan
hemodinamik atau tidak dan cara penanganannya
- Edukasi tindakan / terapi definitif
MASALAH 2: Atrioventrikular blok
derajat II tipe 2
KOMPLIKASI
Blok AV derajat II jarang menimbulkan gejala, namun Mobitz tipe II bisa berprogresi
menjadi blok AV derajat III.
PROGNOSIS
Prognosis untuk Mobitz tipe II bervariasi berdasarkan penyebab ritme. Pasien
memerlukan alat pacu jantung implan untuk menghindari komplikasi blok AV Mobitz
tipe II seperti penurunan curah jantung, bradikardia simtomatik, dan henti jantung
mendadak.
MASALAH 3: Gagal Jantung Akut
ANAMNESIS
● Sesak napas saat istirahat
● Toleransi aktivitas berkurang, cepat lelah
● Palpitasi
● Presinkop
PEMERIKSAAN FISIK lkñtera Framingham mayor minor )
a
● Edem paru
● gagal jantung hipertensif
● Sindrom Koroner Akut
MASALAH 3: Gagal Jantung Akut
RENCANA DIAGNOSIS
● EKG
● Foto thorax
● Ekokardiografi
● B-type Natriuretic Peptide (BNP) /NT-pro BNP
● Lab → darah perifer lengkap, elektrolit, kreatinin, GFR, glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis
RENCANA TERAPI
1) Farmakologis → sesuai dengan keadaan pasien (stabil/serangan akut)
● Terapi oksigen → O2 nasal 2-4 L/menit
● Diuretik → furosemide 20-40 mg
● Vasodilator → nitrogliserin IV 5 mg/menit bila tekanan darah sistolik >110 mmHg
● ACE-inhibitor → Captopril 3x6,25 mg (bila fase akut telah teratasi)
● B-blocker → Bisoprolol 1x1,25 mg
● Antagonis aldosteron → Spironolakton 1x25 mg
● ARB → Candesartan 1x4-8 mg; Valsartan 2x40 mg
1) Non-farmakologis
● Tirah baring
● Identifikasi etiologi → Coronary syndrome/Hipertensi emergensi/Aritmia/Mekanis/Emboli paru
● pemantauan BB tiap hari → bila obesitas harus diturunkan
● Pemantauan status nutris
● Latihan fisik
MASALAH 3: Gagal Jantung Akut
RENCANA EDUKASI
● melakukan pola hidup sehat seperti olahraga, makan makanan sehat. tidak merokok
● mengontrol berat badan
● rutin kontrol ke dokter
KOMPLIKASI
● edem paru akut dan gagal napas
● aritmia (fibrilasi atrium)
● stroke dan tromboemboli
● syok kardiogenik
PROGNOSIS
● angka mortalitas dalam 5 tahun setelah diagnosis → 45-60% (pada laki-laki lebih buruk
dibandingkan perempuan)
● jika gejala berat (NYHA kelas III atau IV) → survival rate 1 tahun = 40%
On the basis of the ECG findings,
What is the diagnosis?
aritmia adalah variasi irama jantung diluar irama jantung normal yang
kelainannya mengenai kecepatan, keteraturan, tempat asal impuls atau
urutan aktivasi impuls.
istilah ini mencakup irama regular atau irrregular yang abnormal serta
tidak adannya irama.
Irama jantung normal → irama yang berasal dari nodus SA, yang datang secara teratur dengan
frekuensi 60-100x/menit dan dengan hantaran tak mengalami hambatan pada tingkat manapun
EPIDEMIOLOGI ARITMIA
Di Indonesia epidemiologi aritmia tidak berbeda jauh dengan negara lain. Fibrilasi
atrium (FA) merupakan aritmia yang paling sering didapatkan di klinik. Prevalensi FA 1-2%
dan akan terus meningkat dalam 50 tahun mendatang. Framingham Heart Study yang
melibatkan 5209 subjek penelitian sehat mendapatkan bahwa dalam waktu 20 tahun,
angka kejadian FA adalah 2.1% pada laki-laki dan 1.7% pada perempuan.
Angka kejadian aritmia akan meningkat dengan bertambahnya usia. Diperkirakan
populasi geriatrik (lansia) akan mencapai 11.39% di Indonesia atau 28 juta orang di
Indonesia pada tahun 2020. Makin bertambah usia, presentase kejadian aritmia makin
meningkat, yaitu 70% pada usia 65-85 tahun dan 84% diatas 85 tahun.
Aritmia jantung menjadi salah satu penyebab kematian dalam penyakit kardiovaskular
dan saat ini banyak dilakukan penelitian baik dari segi penanganan maupun deteksi sedini
mungkin aritmia jantung.
KLASIFIKASI ARITMIA
Berdasarkan Mekanisme
● berdebar-debar (palpitasi)
● nyeri dada saat beraktivitas
● sesak nafas
● mudah lelah
● sinkop bahkan sampai dengan gejala tromboemboli
DIAGNOSIS ARITMIA
BRADIARITMIA
ANAMNESIS
● Gejala : pusing, lelah, exertional dyspnea, perburukan gagal jantung, lightheadedness (presinkop),
atau pingsan/sinkop
● Sindrom nervus vagus : episode vasovagal, muntah
● Penyakit komorbid : penyakit jantung koroner, iskemik atau infark miokard, tumor intrakranial,
tumor servikal dan mediastinum, peningkatan tekanan intrakranial, hipoksia berat, dll
● Riwayat penyakit infeksi
● Pasca bedah jantung dengan trauma pada sinus node
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● EKG 12 sadapan
● Ambulatory monitoring
● Tilt table testing : untuk menyingkirkan diagnosis sinkop neurokardiogenik
● Sulphate Atropine test
● Ekokardiografi
● Exercise testing
DIAGNOSIS ARITMIA
Interpretasi EKG pada bradiaritmia
SND
SND
Derajat II Mobitz tipe II Blok impuls sesekali atau berulang dengan interval
PR konsisten
ANAMNESIS
● Palpitasi, melambatnya nadi / pusing akibat denyut prematur, dengan takiaritmia cepat dapat
terjadi gangguan hemodinamik seperti pusing atau pingsan akibat penurunan curah jantung / sulit
bernafas
● Terkadang dapat terjadi rasa tidak nyaman pada dada yang menyerupai gejala iskemi miokard
● Perlu ditanyakan riwayat konsumsi obat-obatan stimulan (kafein, alkohol, nikotin) ; komponen
yang diresepkan (salbutamol, aminofilin, atropine, katekolamin) ; terapi antikanker (doxorubicin) ;
obat adiktif (amfetamin, kokain, kanabis, “ecstasy”)
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Laboratorium (sesuai indikasi) : tes fungsi tiroid, elektrolit, urinalisis untuk obat ilisit
● EKG 12 sadapan untuk mengonfirmasi aritmia
● Holter monitoring selama 24 jam sebaiknya dipertimbangkan pada pasien dengan gejala harian
● Rawat inap dan pemeriksaan elektrofisiologis pada pasien dengan penyakit jantung struktural dan
sinkop yang dicurigai takikardia ventrikel dengan pertimbangan kuat alat implantable
cardioverter/ defibrillator (ICD)
● Penilaian ukuran dan fungsi ventrikel kiri dan kanan dengan ekokardiografi pada pasien takikardia
ventrikel
DIAGNOSIS BANDING ARITMIA
BRADIARITMIA
TAKIARITMIA
● Hipertiroidisme
● Tirotoksikosis
● Sindrom Wolff-Parkinson-White
● Sindrome long QT
TATALAKSANA
BRADIARITMIA
● Apabila tanpa gejala (asimptomatik): terapi tidak diperlukan.
● Manajemen SND dan blok AV derajat II dan III: atropine 1 mg IV atau isoproterenol 1-2𝜇g/menit
infusan, pacu jantung sementara mungkin dibutuhkan.
● Sinus bradikardia: apabila curah jantung tidak cukup atau bila aritmia berkaitan dengan laju
denyut jantung pelan, berikan atropine 0,5 mg IV sebagai dosis inisial, dapat diulang bila perlu.
Pada episode sinus bradikardia simtomatik yang lebih dari sesaat atau rekuren (mis. saat
infark miokard), pacu jantung sementara melalui elektroda transvena dapat dilakukan. Pada
sinus bradikardia kronis, pacu jantung permanen mungkin dibutuhkan bila ada gejala.
● Sinus aritmia: terapi biasanya tidak diperlukan. Meningkatkan laju denyut jantung dengan
olahraga atau obat-obatan umumnya menghilangkan sinus aritmia.
● Blok AV: pacu jantung buatan sementara atau permanen. Eksklusi penyebab blok AV reversibel
berdasarkan kondisi hemodinamik pasien. Terapi farmakologis adjuvan seperti atropin atau
isoproterenol mungkin dibutuhkan bila blok berada di AV node.
(Alwi et al, 2017)
Algoritma
Tatalaksana
Bradiaritmia
Kalo
- pacemaker
D-
yaberhasil
(American Heart
Association , 2020)
TATALAKSANA
TAKIARITMIA
● Tatalaksana primer takikardia sinus yaitu identifikasi penyebab serta mengeliminasi atau
mengobatinya.
● Beta blocker dapat menjadi sangat berguna dan efektif pada takikardia sinus simptomatis
fisiologis yang dipicu oleh stres emosional, etiologi sinus takikardia ireversibel seperti
gagal jantung kongestif; dan tirotoksikosis
- simptomatis yang dikombinasikan dengan
carbimazole atau propylthiouracyl (PTU).
● Nondihydropyridine calcium-channel blockers, seperti dilitiazem atau verapamil, dapat
#
saran bermanfaat pada pasien tirotoksikosis simptomatis apabila beta biniu blocker
lambs dikontraindikasikan. ntfedip.in amlodipine
faWWÑ
→ take Kandi
bukan CLBDHP →
rrsbwnhospasme
,
to
Mia Chon DHP )
KI B blocker →
AVNRT atau Maneuver vagal, adenosine, AVNRT: RFA, CCB atau 𝛽-blocker dengan/tanpa
AVRT CCB atau 𝛽-blocker antiaritmia
von DHP
Fluter atrium 𝛽-blocker, CCB, digoxin, AAD RFA 𝛽-blocker atau CCB, dengan/tanpa antiaritmia
non DHP
von DHP
Takikardia atrium CCB atau 𝛽-blocker bila Terapi penyakit primer, ablasi AV node + pacu jantung
multifokal ditoleransi permanen
CCB bias a → binin taheharoi (Alwi et al, 2017)
TATALAKSANA
tops
6bar
bordioveni duh
of File
keventswbr
Tawharoi
1
adenosine
(American Heart
Association , 2020)
KOMPLIKASI
● Bradiaritmia: Pacemaker syndrome, takikardia terkait pacu jantung
● Takiaritmia: Tromboemboli, gagal jantung, kematian mendadak, atrial flutter
dengan laju irama ventrikel yang cepat bila tidak dapat terkontrol dapat
menyebabkan kardiomiopati akibat takikardia persisten. Fibrilasi atrial dikatakan
memiliki peran sedikitnya 15-20% dari seluruh angka kejadian stroke.