Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

“Tes hasil belajar berbentuk objektive tes, ketepatan penggunaan serta


kelebihan dan kelemahan objektif tes”

KELOMPOK 5 :

1. ENDAH KARTIKA SARI (A1C414032)

2. GUSTIANA (A1C414041)

3. HUSMAYANI MUNY PUTRI (A1C414036)

4. ROSIMA NOVIANTI M.S (A1C414017)

5. TASYA AGUSTINA (A1C414020)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Dra. Hj. ASNI JOHARI, M.Si

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2016

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dari mata
kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Biologi dalam waktu yang telah ditentukan.

Dalam makalah ini penulis sampaikan informasi mengenai materi “Tes hasil
belajar berbentuk objektive tes, ketepatan penggunaan serta” dengan menggunakan
literatur dari buku dan internet.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Biologi
2. Teman-teman prodi pendidikan biologi

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam pemberian informasi


tentang petunjuk operasional penyusunan tes uraian dan contoh tes uraian. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk masa sekarang dan masa
yang akan datang.

Jambi, Maret 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Rumusan masalah..................................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.................................................................................................................................6
A.      Pengertian Tes Obyektif.................................................................................................6
B.      Penggolongan Tes Obyektif............................................................................................6
C. Ketepatan Penggunaan Tes Objektif................................................................................14
D. Keunggulan dan Kelemahan Tes Objektif.........................................................................15
BAB III............................................................................................................................................19
PENUTUP......................................................................................................................................19
A. Kesimpulan....................................................................................................................19
B.Saran ....................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran peran sekolah dan guru yang pokok adalah
menyediakan dan memberikan fasilitas untuk memudahkan dan melancarkan cara
belajar siswa. Guru harus dapat membangkit kegiatan-kegiatan yang membantu
siswa meningkatkan hasil belajarnya.
Namun, di samping itu kadang-kadang guru merasa bahwa evaluasi itu
merupakan sesuatu yang bertentangan dengan pengajaran. Hal ini timbul karena
sering kali terlihat bahwa adanya kegiatan evluasi justru merisaukan dan
menurunkan gairah belajar pada siswa. Ini karena anggapan evaluasi tersebut
memberatakan bagi siswa, misalnya tes, ujian dan lain sebagainya. Sebenarnya ini
adalah masalah bagi siswa untuk melawan rasa keberatan itu, karena ini menandakan
mereka malas untuk belajar dan berkompetisi dalam dunia pendidikan.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan
melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor
atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan aturan-aturan
tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran
(measurment) dan evaluasi (evaluation), kegiatan pengukuran merupakan dasar
dalam kegiatan evaluasi. Dalam kegiatan pengukuran ini diperlukan instrumen-
instrumen berupa tes, salah satu bentuk tes tersebut adalah Tes Bentuk objektif.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai salah satu jenis pengukuran tersebut,
yaitu tes bentuk objektif yang didalamnya terdapat berbagai jenis butir soal yang
masing-masing akan dibahas secara lebih mendalam.

4
B. Rumusan masalah
1. apakah pengertian tes objektif?
2. apakah penggolongan dari tes objektif?
3. apakah kelemahan dan kelebihan tes objektif?
4 . kapan tes objektif digunakan?

C. Tujuan
1. agar mahasiswa mengetahui pengertian dari tes objektif
2.agar mahasiswa mengetahui penggolongan tes objektif
3. agar mahasiswa mengetahui kelemahan dan kelebihan tes objektif
4. agar mahasiswa mengetahui penggunaan dari tes objektif

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Tes Obyektif


Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau
respons yang harus dipilih oleh peserta tes. Pemeriksaan atau penskoran
jawaban/respons peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara obyektif oleh pemeriksa
dan dapat menggunakan alat bantu.
Tes Obyektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir
soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara
beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada pasangan masing-masing
items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau
symbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-
masing butir item yang bersangkutan.
Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
obyektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes
bentuk esai.

B.      Penggolongan Tes Obyektif


1.      Tes obyektif bentuk benar-salah (true-false test)
Sering dikenal dengan istilah tes obyektif bentuk benar-salah atau tes obyektif
bentuk “ya-tidak” (yes-no test).
Tes obyektif bentuk True-false merupakan salah satu bentuk tes obyektif dimana
butir-butir soal yang diajukan dalam test hasil belajar berupa pernyataan (pernyataan
dimana ada yang benar dan ada yang salah). Tugas testee adalah membubuhkan tanda
tertentu atau mencoret huruf B apabila menurut mereka pernyataan itu benar, atau
mencoret huruf S apabila menurut mereka pernyataan itu salah.
Jadi, tes obyektif bentuknya adalah kalimat atau pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawab, benar atau salah, dan testee diminta menentukan pendapat mereka
mengenai penyataan tersebut dengan cara seperti yang telah ditentukan dalam petunjuk
cara mengerjakan soal.

6
Bentuk tes benar-salah ada 2 macam jika dilihat dari segi mengerjakan/menjawab
soal, yaitu:
a.   Dengan pembetulan, yaitu siswa diminta untuk membetulkan bila ia memilih jawaban
yang salah
b.   Tanpa pemmbetulan, yaitu siswa hanya diminta melingkari/mencoret huruf B atau S
tanpa memberikan jawaban yang betul

Petunjuk dalam menyusun true-false test:


a. Tuliskan huruf B-S didepan masing-masing pernyataan, agar mudah bagi testee dalam
memberikan jawaban, dan mudah juga bagi tester dalam mengoreksi
b. Jumlah butir soal hendaknya antara 10-20 soal
c.  Jumlah butir soal yang jawabannya benar sebaiknya seimbang dengan butir soal yang
jawabannya salah
d. Urutan soal yang jawabannya benar dan yang jawabannya salah sebaiknya jangan ajeg,
tetapi dibuat selang seling, agar adapt mencegah adanya spekulasi
e.  Butir-butir soal yang jawabannya benar sebaiknya tidak mempunya corak yang berbeda
dari soal yang jawabannya salah
f.   Hindari pernyataan yang susunan kalimatnya persis dalam bahan tes

Cara Mengolah Skor


a.  Dengan denda
S=R-W
S = Skor yang diperoleh
R = Right (jawaban yang benar)
W = Wrong (jawaban yang salah)
b.  Tanpa denda
S= R
Hanya dihitung yang betul, untuk soal yang tidak dikerjakan bernilai 0
2.      Tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test)
Sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes
menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan. Matching test terdiri atas
7
satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban.
Ciri-ciri:
a.       Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban
b.      Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia,
sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan jodoh dari
pertanyaannya.
Jadi, dalam bentuk tes ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari
pasangan-pasangannya yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan
yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut

3.      Tes obyektif bentuk Isian (Fill in test)


Tes obyektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata
penting dalam cerita beberapa diantaranya dikosongkan, dan tugas testee adalah mengisi
bagian-bagian yang telah dikosongkan tersebut
Petunjuk menyusun butir-butir item tes Fill in:
a.    Sebaiknya jawaban yang harus diisikan ditulis pada lembar jawaban tersendiri/tempat
yang terpisah
b.    Ungkapan cerita hendaknya disusun secara ringkas dan padat
c.    Usahakan butir-butir item yang disajikan tidak hanya mrngungkap pengetahuan atau
pengenalan, tetapi dapat mengungkap taraf kompetensi yang lebih mendalam lagi
Cara Mengolah Skor
S= R (sama dengan bentuk matching)
4.      Tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test)
Sering dikenal dengan istilah tes melengkapi atau menyempurnakan, Ciri-cirinya:
a.       Terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan
b.      Bagian-bagian yang dihilangkan itu diisi dengan titik-titik (…..)
c.       Titik-titik itu harus dilengkapi/diisi/disempurnakan oleh testee dengan jawaban
Jadi, tes obyektif bentuk completion ini mirip sekali dengan tes obyektif bentuk
fill in. Perbedaannya ialah, pada tes obyektif bentuk fill in, bahan yang diujikan itu
merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes obyektif bentuk completion tidak
8
harus seperti itu. Dengan kata lain, butir-butir soal tes dapat saja dibuat berlainan antara
yang satu dengan yang lain.
5.      Tes obyektif bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test)
Multiple choice test terdiri atas suatu pertanyaan atau keterangan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari
beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau dengan kata lain, multiple
choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau
alternative (option). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar
(sebagai kunci jawaban) dan beberapa pengecoh (distractor)
Sampai saat ini multiple Choice item dapat dibedakan menjadi delapan model,
yakni:

a.      Model melengkapi lima pilihan


Terdiri atas kalimat pokok yang berupa pernyataan yang belum lengkap, disertai
oleh 5 kemungkinan jawaban yang dapat melengkapi jawaban tersebut . Tugas testee
adalah memilih salah satu diantara lima kemungkinan jawaban yang menurut keyakinan
testee paling tepat (=merupakan jawaban yang benar)
Contoh:
1.      Apabila kita memasuki masjid, disunnahkan untuk melakukan solat sunnah…
a)      Tahiyatul masjid
b)      Istisqa’
c) Rawatib
d) Tarawih
e) Dhuha
Kunci jawaban dari pertanyaan tersebut adalah A. tahiyatul Masjid

b.      Model melengkapi berganda


Soal jenis ini pada dasarnya sama dengan multiple choice model melengkapi
lima pilihan, yaitu terdiri atas pernyataan yang belum lengkap, disertai beberapa
kemungkinan jawaban. Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal jenis ini,
kemungkinan jawaban betul bisa satu, dua, tiga, atau empat.
9
Contoh:
Tulislah: A. Bila (1), (2), dan (3) betul
B. Bila (1) dan (3) betul
C. Bila (2) dan (4) betul
D. Bila hanya (4) yang betul
E. Bila semuanya betul
Soal: 1. Haji wada’ adalah haji yang dikerjakan…
(1)      Sepuluh than sebelum nabi wafat
(2)      Khusus oleh Nabi Muhammad SAW
(3)      Oleh semua umat islam
(4)      Setahun sebelum bulan haji berikutnya
Kunci jawabannya adalah C, karena yang benar adalah point nomor (2) dan (4)
c.       Model asosiasi dengan empat atau lima pilihan
Terdiri dari empat atau lima istilah/pengertian, yang diberi tanda huruf abjad
didepannya, dan diikuti beberapa pernyataan yang diberi nomor urut didepannya. Dari
setiap pernyataan tersebut, testee diminta memilih salah satu istilah/pengertian yang
berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee paling tepat.
Contoh:
A.    Fasiq B. kafir C. Murtad D. Riya’
Soal:
1.      Orang yang tidak mengakui adanya Allah
2.      Orang yang keluar dari agama islam
3.      Orang yang tahu aturan dan kewajiban, tetapi tidak mau menjalankannya
4.      Gemar pamer dan ingin dipuji orang
Kunci: 1. B, 2. C , 3. A, 4. D
d.      Model analisis hubungan antar hal
Terdiri atas satu kalimat pernyataan yang diikuti oleh kalimat keterangan. Yang
ditanyakan kepada testee adalah, apakah pernyataan tersebut betul, dan apakah
keterangan tersebut juga betul, testee harus memikirkan, apakah pernyataan tersebut
disebabkan oleh keterangan yang diberikan, ataukah pernyataan tersebut tidak
disebabkan oleh keterangan tesebut?
10
Contoh:
Pilihlah:
A.  Jika pernyataan betul, alasan betul, dan keduanya menunjukkan hubungan sebab-akibat
B.  Jika pernyataan betul, alasan betul, tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab-
akibat
C.  Jika pernyataan betul dan alasan salah
D.  Jika pernyataan salah dan alasan betul
E.  Jika pernyataan salah dan alasan salah
Soal:
1.      Nabi Muhammad SAW bersifat ma’sum atau terhindar dari dosa
SEBAB
Dosa seseorang akan ditanggung oleh orang yang bersangkutan
Kunci jawaban dari pertanyaan tersebut adalah B, karena pernyataan betul, alasan
betul, tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat
e.       Model analisis kasus
Pada butir soal jenis ini, seolah-olah testee dihadapkan kepada suatu kasus. Dari
kasus tersebut, testee ditanya mengenai berbagai hal dan kunci-kunci jawaban itu
tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus tersebut.
f.       Model Hubungan Dinamik
Model tes jenis ini menuntut testee untuk memiliki bekal pengertian/pemahaman
tentang perbandingan kuantitatif dalam hubungn dinamik. Model tes ini lebih cocok
diterapkan pada kelompok mata pelajaran eksak, seperti: Biologi, kimia, Fisika, dsb.
Contoh:
Pilihlah:
A.      Jika (1) naik, maka (2) naik
Jika (1) turun, maka (2) turun
B.      Jika (1) naik, maka (2) turun
Jika (1) turun, maka (2) naik
C.       Jika perubahan pada (1) tidak mempengaruhi (2)
Soal: 1. (1) Volume Urine
(2) Berat Jenis Urine
11
Jawaban: C
g.      Model Hal Kecuali
Pada model tes jenis ini, kolom sebelah kiri dicantumkan 3 macam gejala/kategori
(A, B, atau C), sedangkan pada kolom sebelah kanan ada 5 hal/keadaan (1, 2, 3, 4, 5),
dimana empat diantaranya cocok dengan satu hal yang berada disebelah kiri. Jawaban
yang dikehendaki oleh tester adalah, agar testee menentukan hal berabjad mana yang
dipandang cocok dengan empat keadaan yang bernomor, dan keadaan yang tidak cocok
dengan hal/keadaan itu. Jadi, testee diminta untuk memberikan dua buah jawaban, yaitu
1 huruf abjad dan 1 nomor.
Contoh:
Pilihlah: Kategori manakah yang berhubungan erat dengan empat hal tersebut, dan
pilihlah hal yang tidak termasuk kelompok hal diatas!
Soal:
A.    Sifat-sifat orang sombong 1. Sidiq
B.     Kriteria untuk menjadi khalifah 2. Amanah
dalam pemerintahan islam 3. Khianat
C.     Sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasul 4. Fathonah
5. Tabligh
Kunci jawabannya adalah C.3, karena yang beruhungan erat denga 4 hal diatas selain
khianat adalah C, yaitu sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasul.

h. Model pemakaian diagram, grafik, peta, atau gambar


Pada tes obyektif model ini, terdapat gambar/diagram/peta/grafik yang diberi tanda
huruf abjad A, B, C, dan sebagainya. Kepada testee ditanyakan tentang hl-hal tertentu
yang berkaitan dengan tanda-tanda tersebut.

Petunjuk Penyusunan Tes Pilihan Ganda:


a.  Untuk dapat menyusun soal tes obyektif yang bermutu tinggi, pembuat soal tes harus
membiasakan diri sering berlatih
12
b.  Disamping mengungkap aspek ingatan, juga dapat mengungkap aspek yng lebih
mendalam, maka dalam merancang soal, hendaknya tester menggunakan Tabel
Spesifikasi Soal/kisi-kisi soal/blue print
c.  Dalam menyusun butir-butir soal soal tes obyektif diusahakan sungguh-sungguh agar
tidak ada butir soal yang menimbulkan penafsiran ganda/rancu dalam pemberian
jawabannya
d. Dalam menyusun kalimat soal-soal tes obyektif, bahasa atau istilah-istilah yang
dipergunakan hendaknya cukup sederhana, ringkas, jelas, dan mudah dipahami oleh
testee
e.  Hendaknya diberikan pedoman atau petunjuknya secara jelas dan tegas, sehingga testee
dapat bekerja sesuai dengan petunjuk atau perintah yang telah ditentukan
f.   Kunci jawaban harus tidak bisa diperdebatkan lagi.
g.  Tidak boleh diberikan “clues” secara tidak langsung seperti panjang pendeknya
alternative-alternatif, penggunaan kata-kata khusus.
h.   Soal-soal manapun alternative tidak boleh diambil secara kata demi kata dari buku
sehingga ada kemungkinan siswa menjawab benar bukan karena ia menguasai bahannya
akan tetapi karena bunyi kalimatnya yang sangat familier

C. Ketepatan Penggunaan Tes Objektif


Tes hasil belajar bentuk objektif sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tepat
dipergunakan apabila tester berhadapan dengan kenyataan-kenyataan seperti disebutkan
berikut ini:
1. Peserta tes jumlahnya cukup banyak. Dengan jumlah testee yang cukup banyak itu,
maka penggunaan tes uraian menjadi kurang efektif dan efisien, terutama ditinjau
dari segi waktu yang dibutuhkan untuk mengoreksi hasilnya.
2. Penyusun tes (tester) telah memiliki kemampuan dan bekal pengalaman yang luas
dalam menyusun butir-butir soal tes objektif. Perlu disadari, bahwa menyusun butir-
13
butir soal tes objektif itu tidaklah semudah seperti menyusun tes uraian. Kesulitan
pertama yang akan ditemui oleh pembuat soal tes objektif ialah dalam menentukan
model-model tes objektif mana yang paling tepat dipergunakan dalam tes, yang
kiranya sesuai dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh  bahan pelajaran yang akan
diteskan. Kesulitan lainnya yang tidak lebih ringan ialah, dalam hal menyusun
alternatif atau option (kemungkinan jawab) yang harus dipasangkan pada setiap butir
soal.
3. Penyusun tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan penyusunan
butir-butir tes objektif. Berbeda dengan tes uraian, maka butir-butir soal yang harus
dibut dalam tes objektif jumlahnya cukup banyak.Pada umumnya jumlah butir soal tes
objektif itu tidak kurang dari 40 butir dengan berbagai variasinya dan harus bersifat
komprehensif.Karena itu untuk dapat menyusun butr-butir soal tes objektif dengan
karakteristik seperti itu, diperlukan waktu yang cukup longgar.Adalah tidak mungkin
bagi tester untuk membuat butir-butir soal tes objektif dengan secara mendadak atau
terburu-buru.
4. Penyusun tes merencanakan, bahwa butir-butir soal tes objektif itu tidak hanya akan
dipergunakan dalam satu kali tes, melainkan akan dipergunakan lagi pada
kesempatan tes-tes hasil belajar yang akan datang. Mengeluarkan lagi butir-butir soal
tes objektif yang telah dikeluarkan sebelumnya adalah tidak terlalu sulit. Sekalipun
itemnya sama, tetapi dengan mengubah letak kunci jawabannya saja misalnya, atau
dengan merevisi susunan kalimat soalnya, butir-butir soal tes objektif itu masih
relevan dan cukup handal untuk dijadikan alat pengukur hasil belajar.
5. Penyusun tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan menggunakan butir-butir
soal tes objektif yang disusunnya itu, akan dapat dilakukan penganalisisan dalam
rangka mengetahui kualitas butir-butir itemnya, misalnya dari segi derajat
kesukarannya, daya pembedanya dan sebagainya.
6. Penyusun tes berkeyakinan bahwa dengan mengeluarkan butir-butir soal tes objektif,
maka prinsip objektivitas akan lebih mungkin untuk diwujudkan ketimbang
menggunakan butir-butir soal tes subjektif. Seperti diketahui, bagi tes objektif hanya
ada dua kemungkinan jawaban, yaitu Betul dan Salah; jadi tidak akan ada jawaban
“separoh betul”, “seperempat betul”, “betul sepertiga”, atau sebangsa itu. Hal ini
14
membuka kemungkinan bagi penyusun tes untuk dapat terhindar dari faktor-faktor
subjektif yang kemungkinan dapat menyelinap masuk ke dalam dirinya. Dengan
demikian pengukuran dan penilaian hasil belajar akan dapat berjalan dengan lebih
“sehat” dan “fair”.

D. Keunggulan dan Kelemahan Tes Objektif


1. Tes obyektif bentuk benar-salah (true-false test)
Keunggulan tes obyektif bentuk benar-salah (true-false test)
a.Mudah dalam menyusun/pembuatannya mudah
b.Dapat digunakan berulang kali
c. Tidak terlalu banyak memakan lembaran kertas/tempat karena biasanya pertanyaan-
pertanyaannya singkat saja
d.Mampu mencakup bahan pelajaran yang luas
e. Bagi testee, cara mengerjakannya mudah
f. Bagi tester, cara mengkoreksinya juga mudah
Kelemahan tes obyektif bentuk benar-salah (true-false test)
a. Mudah ditebak dan diduga
b. Membuka peluang bagi testee untuk berspekulasi dalam memberikan jawaban
c. Sifatnya terbatas, dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkap daya ingat dan
pengenalan kembali, jadi lebih bersifat hafalan
d.Umumnya tes obyektif jenis ini reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir-butir soalnya
dibuat dalam jumlah yang banyak sekali
e. Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes objektif ini tidak dapat dijawab dengan dua
kemungkinan saja, yaitu betul atau salah
Keunggulan tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test):
a.    Pembuatannya mudah
b.    Dapat dinilai dengan mudah, cepat, dan obyektif
c.    Apabila tes ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat dhilangkan
d.   Tes jenis ini berguna untuk menilai berbagai hal, seperti:
1)      Antara problem dan penyelesaiannya
2)      Antara teori dan penemunya
15
3)      Antara sebab dan akibatnya
4)      Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya
5)      Antara istilah dan definisinya
2. Tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test)
Kelemahan tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test):
a.  Cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya ingat saja
b.  Karena mudah disusun, maka tes ini kadang dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu
digunakan apabila pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain
c.   Tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat
tafsiran (interpretasi)
d.   Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap hal-hal yang sebenarnya kurang
perlu untuk diujikan
Petunjuk penyusunan Matching Test:
a.  Butir-butir soal yang dituangkan hendaknya tidak kurang dari 10 dan jangan lebih dari
15 (sekalipun tidak ada rumus/ketentuan yang pasti)
b.  Pada kelompok item sebaiknya ditambah sekitar 20% kemungkinan jawab. Hal ini
dimaksudkan agar testee tidak terlalu mudah mencari jawabannya jika pasangan yang
harus dipilih tinggal sedikit yang belum diisikan
c.  Sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok soal maupun jawabannya berada
pada satu halaman kertas (untuk memudahkan testee dalam mengerjakan)
d.  Petunjuk mengerjakan soal dibuat setegas dan seringkas mungkin
Cara mengolah Skor
S = R (hanya dihitung jawaban yang benar saja)
3. Tes obyektif bentuk Isian (Fill in test)
Keunggulan tes obyektif bentuk Isian (Fill in test):
a.    Cara penyusunannya mudah
b.    Masalah yang dujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya
c.    Berguna untuk mengungkap pengetahuan testee secara utuh mengenai suatu hal/bidang
Kelemahan tes obyektif bentuk Isian (Fill in test):
a.  Karena tertuang dalam bntuk rangkaian cerita, maka test jenis ini umumya banyak
memakan tempat
16
b.  Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja
c.  Terbuka peluang bagi testee untuk tebak terka
d.  Kurang komprehensif, sebab hanya dapat mngungkap sebagian saja dari bahan yang
semestinya diteskan
4. Tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test):
Keunggulan tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test):
a.   Tes model ini mudah dalam penyusunannya
b.   Jika dibandingkan dengan tes obyektif bentuk fill in, tes obyektif jenis ini lebih
menghemat tempat
c.   Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam, maka
persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh tes model ini
d.  Tes ini dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar
mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja
Kelemahan tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test):
a.   Pada umunya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini untuk mengungkap
daya ingat atau aspek hafalan saja
b.    Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk diujikan
c.    Karena pembuatannya mudah, maka tester sering menjadi kurang berhati-hati dalam
menyusun kalimat-kalimat soalnya
Petunjuk penyusunan tes jenis ini pada dasarnya sama dengan tes bentuk Fill in.
Cara Mengolah Skor
S= R (sama dengan bentuk matching)
6. Tes Pilihan Ganda:
Keunggulan tes Pilihan Ganda:
a.   Sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup atau mewakili materi yang telah
diajarkan kepada peserta didik
b.   Memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih obyektif
c.   Lebih mudah dan cepat dalam mengoreksi
d.  Memberi kemungkinan orang lain untuk ditugasi/dimintai bantuan mengoreksi hasil tes
tersebut
e.   Butir soal pada tes obyektif jauh lebih mudah dianalisis
17
f.   Sangat tepat untuk ujian yang peserta banyak sedangkan hasilnya harus segera seperti
ujian akhir nasional maupun ujian sekolah.

Kelemahan tes bentuk Pilihan Ganda:


a.    Menyusun butir tes obyektif tidak semudah menyusun tes uraian
b.    Umumnya kurang dapat mengukur proses berpikir yang lebih tinggi atau mendalam
c.    Terbuka bagi testee untuk bermain spekulasi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
secara obyektif, yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab
oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara
beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada
pasangan masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan
jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat
atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item
yang bersangkutan.
2. Adapun jenis-jenisnya meliputi bentuk tes benar-salah (true-false),
menjodohkan (matching test), bentuk isian (Fill in), bentuk
melengkapi (completion), dan bentuk pilihan ganda (Multiple Choice
Item Test). Dalam bentuk tes pilihan ganda sendiri terdapat beberapa
model, antara lain model melengkapi lima pilihan, melengkapi
berganda, model asosiasi empat atau lima pilihan, model analisis

18
hubungan antar hal, model analisis kasus, model hubungan dinamik,
model hal kecuali, dan model pemakaian diagram, grafik, peta, atau
gambar. Dari jenis-jenis soal diatas, masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahan yang saling melengkapi satu sama lain.
A. Saran
Sebagai seorang mahasiswa, sudah seharusnya kita mempelajari materi
ini, terutama bagi yang berada dalam program studi pendidikan tertentu. Hal
ini karena nantinya kita akan selalu berhubungan dengan materi-materi ini
saat kita mengajar disuatu sekolah. Sehingga karena sudah mempelajari
materi ini kita sudah tahu bagaimana caranya menghadapi suasana kelas
nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada


Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
Amin Tabin, Bentuk-Bentuk Tes. http://amintabin.blogspot.com/2010/11/bentuk-bentuk-
tes.html?m=1, akses tanggal 28 Maret 2016 pukul 19.20 WIB

Akhir Mali El Bustany. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam-Tes Objektif,


http://arminaven. blogspot.com/2011/06/tehnik-evaluasi-pendidikan-islam-tes.html,
diakses tanggal 28 Maret 2016 pukul 19.20 WIB

Wakhinuddin S. Tes Objektif, http://wakhinuddin.wordpress.com/2010/06/03/tes-


objektif/, diakses tanggal 28 Maret 2016, pukul 19.20 WIB

19

Anda mungkin juga menyukai