OLEH :
KELOMPOK III
YULIANA LIGHA : 518 011 098 (A)
YUDITH RATU S. NANUT : 518 011 044 (A)
KRISTIN AGNES NABUN : 518 011 158 (B)
REINALDIS ARIFIN : 518 011 222 (B)
CAHYA OKTAVIANI : 518 011 306 (A)
OFAN MIH. RIZAL : 517 011 068 (A)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2021
KATA PENGATAR
A.Latar belakang.
Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkan oleh pola makan
yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan yang memberikan gejala
seperti gastroenteritis, konstipasi, obstipasi maupun ulkus. Gangguan pencernaan
ini banyak disebabkan oleh sebagian besar Enterobacteriaceae, namun tidak
semua Enterobacteriaceae dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti
Proteus mirabilis yang merupakan flora normal usus manusia dapat menjadi
patogen bila berada di luar usus manusia dan mengenai saluran kemih.Pada tahun
1995-2002, Enterobacteriaceae menginfeksi 24.179 saluran cerna pasien di
Amerika. Enterobacateriaceae adalah bakteri gram negatif kedua dalam
menginfeksi saluran cerna manusia di rumah sakit setelah
Pseudomonadaceaekhususnya spesies Pseudomonas aeruginosa yang paling
banyak ditemukan, kedua bakteri ini ditemukan dalam 4,7 % dalam darah pasien
yang berada di ICU, dan 3,1 % dalam darah pasien yang dirawat di luar ICU. Pada
tahun 1993-2004, dilakukan penelitian di Amerika pada kurang lebih 75.000
orang, ditemukan 13,5% Enterobacateriaceae dari seluruh subyek penelitian.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Untuk pertanda
Fase II yang khas,
Gejala RGE a. modifikasi pola pengobatan empiris
hidup dengan terapi fase
II.
RGE dapat diobati
PLUS secara efektif
b. dosis standar dari dengan antagonis
antagonis reseptor reseptor H2. Pasien
H2 untuk 6 – 12 dengan gejala yang
minggu sedang, seharusny
simetidin 400 menerima
mg penghambat pompa
famotidine proton sebagai
20 mg teapinya.
ranitidine
150 mg Jika gejalahnya
sering kambuh,
terapinya harus
OR mempertimbangkan
c. penghambat pompa biaya dengan dosis
proton untuk 4 – 8 efektif terkecil.
minggu. untuk gejala-
lansoprasol gejalah tidak
15 – 30 normal,
mg /hari. memperoleh
omeprazole endoskopi untuk
20 mg / hari evaluasi mukosa.
pantoprazole jika gejala
40 mg/ hari berkurang ,
tergantung MT.
d. perubahan gaya Penghambat pompa
hidup proton merupaan
e. penghamabat pompa terapi utama pada
proton untuk 8 – 16 pasien dengan
minggu. gejala-gejala tidk
esomeprazole normal gejala-
20-40 mg/hr gejala komplikasi
lansoprazole dan penyakit.
30 mg/hr
omeprazole
20 mg/hr
pantoprazole
40 mg/hr
rabeprazole Pasien yang tidak
mg ambulatory 24 jam
Manomentry harus
dilakukan kepada
siapa saja yang
akan melaksanakan
operasi
B. ULKUS PEPTIK
A. Definisi
Penyakit ulkus peptikus (tukak) merupakan pembentukan ulkus
pada salran pencernaan bagian atas yang diakibatkan oleh pembentukan asam
dan pepsin. Tukak berbeda dari erosi mukosa superfisial dalam yang membuat
luka lebih dalam pada mukosa muskularis. Tiga bentuk umum dari tukak
adalah ulcer yang disebabkan oleh Helicobacter pylori, obat anti inflamasi non
steroid (NSAID) dan kerusakan mukosa yang berhubungan dengan stress
(ulkcer stress).
B. Patofisiologi
a. patogenesis dari Tukak Duodenal (TD) dan tukak Lambung (TL) merupakan
faktor refleksi dari kombinasi ketidaknormalan patofisiologi dan lingkungan
serta faktor genetik.
b. kebanyakan tukak terjadi disebabkan oleh asam dan pepsin dari H. pylori,
NSAID atau kemungkinan factor lain yang mengganggu pertahanan mukosa
pormal dan mekanisme penyembuhan. Tingkat minimal dari sekresi asam
lambung adalah penting untuk pembentukan tukak. Basal dan sekresi asam
pada malam hari biasanya dapat memperparah pasien dengan penyakit TD.
C. Manifestasi Klinik
D. Diagnosis
Pemeriksaan fisik menunjukkan rasa sakit epigastrik meliputi daerah dari
bawah tulang dada hingga daerah sekitar pusar, jarang melebar ke bagian
belakang tubuh.
Diagnosis dari H.pylori dapat dengan digunakan tes invasif dan non
invasif. Tes invasif dengan melakukan endoskopi dan biopsi mukosa atas
lambung untuk histologi, kultur bakteri dan mendeteksi aktivitas urease.
Tes non invasif meliputi uji pernafasan urea dan test deteksi antibodi. Uji
pernafasan urea, berdasarkan produksi urease oleh H.pylori. Deteksi
antibodi berguna untuk mendeteksi IgG yang mengatasi H.pylori, tetapi
test tidak biasa dilakukan untuk mengetahui teratasinya H.pylori, karena
titer antibodi memerlukan waktu 0,5-1 tahun untuk kembali ke kisaran
tidak terinfeksi.
Tes deteksi antibodi adalah awal dari tes skrinning karena prosesnya cepat,
tidak mahal dan kurang invasif dibandingkan tes biopsi endoskopi.
Il. TERAPI
A. Tujuan Terapi
B. Pendekatan Umum
Terapi nonfarmakologi
Antasida dapat digunakan dengan obat anti tukak lainnya untuk mengatasi
gejala penyakit tukak.
Terapi farmakologi
Regimen 2 obat
1. Klaritromisin, 500 mg 3x1 hari selama 14 hari PPJ3 atau 2x1hari selama
14-28 hari
. Klaritromisin, 500 mg 3x1 hari selama 14 hari RBC, 400 mg 2x1 hari
selama 14-28 hari
Regimen 3 obat
Klaritromisin, 500 mg2x1 hari Tetrasiklin 500 mg2x1 hari selama 14 hari
d. Antasida
Interaksi :
1. ALUMINIUM HIDROKSIDA
Kontraindikasi : hipofosfatemia
Sediaan Beredar :
C. Konstipasi
A. Definisi
Periode buang air besar (BAB) kurang dari 3 kali seminggu untuk Wanita
dan 5 kali seminggu untuk laki laki, atau periode lebih dari 3 hari rgerakan
usus:
BAB yang dipaksakan lebih dari 2596 dari keseluruhan waktu dan atau 2
kali atau kurang BAB setiap minggu:
Ketegangan saat defekasi dan kurang dari 1 kali BAB per hari dengan
usah4 yang minimal.
B. Patofisiologi
C. Manifestasi Klinik
Pasien mengeluh tentang rasa tidak nyaman dan kembung pada perut,
pergerakan usus yang hilang timbul, feses dengan ukuran kecil, perasaan
penuh, atau kesulitan dan sakit pada saat mengeluarkan feses.
Implikasi dari konstipasi dapat bervariasi mulai dari rasa tidak nyaman
sampai gejala kanker usus besar atau penyakit serius lainnya.
II. TERAPI
A. Tujuan Terapi
1. Senyawa yang dapat melunakkan feses dalam 1-3 hari (metil selulosa,
emolien laktulosa, sorbitol, manitol)
2. Senyawa yang dapat menghasilkan feses lunak atau semifluid dalam 6-12
jam (Bisakodil, fenolftalin, kaskara sagrada, senna, magnesium sulfat
dosis rendah)
DOSIS
OBAT DOSIS
Senyawa yang dapat melunakan fases dalam 1 sampai 3 hari
Senyawa yang membentuk bluk
Metal selulosa 4-6 g/hari
Psyllium Bervariasi sesuai produk
Emolien
Docusate sodium 50-360 mg/hari
Laktulose 15-30 ml oral
Sorbitol 30-50 g/hari oral
Mineral oil 15-30 ml oral
Senyawa yang dapat menghasilkan feses lunak atau semifluid
dalam 6-12 jam
Bisakodil oral 5- 15 mg
Fenolftalein 30-270 mg oral
magnesium sulfat Diatas 10 Gg oral
Senyawa yang mempermudah pengosongan usus dalam 1- 6 jam
Magnesium sitrat 18-300 ml air
Magnesium sulfat 10 – 30 G oral
Bisakodil 10 mg rektal
Polietilenglikol – sediaan 41
elektrolit
Emohent kaxative
Lubrikan
Laktuilosa
Derivat antrakuinon
Saline Cathartics
Gliserin
Gliserin umumnya diberkan dalam bentuk supositoria 3 gram dan
efekaya dihasilkan melalui aksi osmotik pada rektum, onsetnya kurang
dari 39 menit, Gliserin dapat menimbulkan iritasi rektum.
ISPAGHULA SEKAM
Indikasi : konstipasi
Dosis :1 sachet dalam 1 gelas air 1-3 kali sehari sebelum atau sesudala
makan, Anak diatas 6 tahun, setengah dosis dewasa atau kurang
Saran : sediaan ini harus mengembang bila kena air, maka harus hati -hati
waktu menelan dengan air tidak boleh diberikan segera sebelum
tidur.
Sediaan Beredar :
BISAKODIL
Indikasi : konstipasi, tablet bekerja dalam 10-12 jam, supositoria bekerja
Beringa dalam 20-60 menit, sebelum prosedur rediologi dan bedah.
Sediaan Beredar :
DANTRON
Indikasi : konstipasi (sediaan oral bekerja dalam 1-2 hari): tambahan pada
prosedur radiologi abdomen.
GLISEROL
Indikasi : konstipasi
Sediaan beredar :
NATRIUM PIKOSULFAT
PARAFIN CAIR
Indikasi :Konstipasi
sediaan beredar :
LAKTULOSA
Nasehat : serbuk dapat ditaruh di atas lidah dan dibasuh dengan air atau
cairan lain, atau ditebarkan pada makanan, atau dicampur . dengan
air atau cairan lain sebelum ditelan
GARAM MAGNESIUM
Sediaan beredar :
magnesium Sulfat
garam inggris
garam inggris cap gajah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Refluks gastroesofagus merupakan gerakan membalik isi
lambung menuju esofagus. Penyakit refluks gastroesofagus ( RGE)
juga mengacu pada berbagai kondisi gejalah klinik atau perubahan
histologi yang terjai akibat Refluks gastroesofagus. Penyakit ulkus
peptikus (tukak) merupakan pembentukan ulkus pada salran
pencernaan bagian atas yang diakibatkan oleh pembentukan asam dan
pepsin. Tukak berbeda dari erosi mukosa superfisial dalam yang
membuat luka lebih dalam pada mukosa muskularis sedangkan
konstipasi merupakan sseorang yang sulit buang BAB
B. Saran
Yulinana elin, dkk. 2008. Iso Farmakologi. Jakarta; PT. ISFI Penerbit.