Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH COOKIES IKAN GABUS (Channa Striata) SEBAGAI


PENANGGULANGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

DOSEN PENGAMPU :

Dr.Betty Yosephin.S , M.KM,M.KM

DISUSUN OLEH :

ALIYAH ROSALINA
NIM : P05130219043

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Di usia kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas sumber


daya manusia (SDM) di masa depan karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh
kondisinya saat masa janin dalam kandungan. Oleh karena itu, masalah gizi yang terjadi
pada masa kehamilan akan berdampak besar bagi kesehatan ibu dan janin yang berada
dalam kandungan. Salah satu masalah gizi yang yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah
anemia (Irianto, 2014).

Anemia di Indonesia masih menjadi salah satu masalah gizi utama di bandingkan
gizi lainnya, Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, folat, dan atau vitamin B12.
Dari ketiga penyebab tersebut, defisiensi gizi besi merupakan salah satu penyebab anemia
yang paling sering terjadi selama kehamilan. (Arisman, 2010).

Anemia gizi besi merupakan masalah gizi yang timbul karena kekurangan zat besi
sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh bermasalah
(Adriani, 2012).

Dampak dari anemia tersebut bukan hanya terjadi pada ibu, melainkan juga pada
bayi. Bayi yang dilahirkan berkemungkinan mempunyai cadangan zat besi yang sedikit
atau bahkan sama sekali tidak mempunyai persediaan sama sekali sehingga akan
mengakibatkan anemia pada bayi yang dilahirkan. Bayi yang kekurangan zat besi
berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak yang kemudian hari dapat mengurangi
IQ anak (Irianto, 2014).
Selain IQ anak terganggu akibat anemia pada saat kehamilan, hal ini juga sangat
berdampak besar pada ibu hamil itu sendiri, dikarenakan besarnya angka kesakitan,
kematian ibu hamil, dan kematian pada janin, serta beresiko terjadinya berat badan lahir
rendah (BBLR). Hal ini dapat di cegah apabila mengkonsumsi makanan yang tinggi akan
zat besi(Arisman, 2010).

Makanan yang kaya akan zat besi biasanya banyak terdapat pada hewani, nabati
buah dan sayur. Tetapi, kurang nya kesadaran masyarakat sekarang untuk mengkonsumsi
makanan makanan yang bergizi. Di iringi berkembangnya zaman, banyak masyakarat yang
suka sekali mengkonsumsi cemilan/ snack seperti cookies .

Cookies merupakan kue kering yang memiliki citarasa manis dengan bahan berasal
dari tepung yang tidak mengandung protein tinggi yang diolah dan dipanggang hingga
keras disertai bahan pendukung menggunakan bahan bahan baku seperti gula, mentega,
tepung terigu, dan telur (Hayatinufus, 2005)

Karna rasa nya yang lezat, banyak masyarakat yang lebih gemar mengkonsumsi
cookies tersebut. Maka perlu ada inovasi dalam pembuatan cookies dengan penambahan
ikan gabus pada tepung cookies.

Untuk itu dengan penggunaan tepung Ikan Gabus, yang mempunyai kandungan
protein yang tinggi (17%), kandungan lemak yang rendah (1%) sehinga cocok untuk dibuat
cookies yang enak. Menurut (Suprayitno, 2006 ) Protein ikan gabus mencapai 25,1%
sedangkan 6,224% dari protein tersebut berupa albumin. Jumlah ini sangat tinggi dibanding
protein hewan lainnya. Selain itu kadar lemak ikan gabus lebih rendah dibandingkan
dengan jenis ikan lain seperti ikan tongkol memiliki 24,4% dan lele 11,2% lemak.

Kandungan protein cookies ikan gabus melebihi AKG ibu hamil (> 13,4 gram).
Protein cookies cukup tinggi sehingga cookies layak dikonsumsi ibu hamil. Protein cookies
berasal dari protein nabati dan protein hewani.
Hal ini diharapkan dapat menjadi alternatif cemilan untuk ibu hamil dan
meningkatkan asupan Fe sehingga dapat mencegah anemia. Penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh cookies ikan gabus sebagai penanggulangan anemia
pada ibu hamil.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan permasalahan dalam


penulisan ini adalah”pengaruh cookies ikan gabus terhadap penanggulangan anemia
pada ibu hamil”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh cookies ikan gabus terhadap penanggulangan

anemia pada ibu hamil

Tujuan Khusus

Mengetahui pengaruh penambahan ikan gabus pada cookies terhadap

penurunan kadar hb pada ibu hamil

A. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademik.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan untuk pengembangan pendidikan

serta informasi di masa mendatang salah satunya menghasilakan produk pangan

yang baru yaitu cookies ikan gabus untuk penanggulangan anemia pada ibu

hamil

2. Bagi Masyarakat.
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai

cookies ikan gabus untuk penanggulangan anemia pada ibu hamil

3. Bagi Peneliti Lain.

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian

serupa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia

Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel
darah merah dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah
kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke
jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan
stress pada organ tubuh. Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari proses penyakit
bukan penyakit itu sendiri (Proverawati, A, 2011).

Anemia merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin seseorang kurang dari


10gr/dL, sedangkan angka idealnya untuk ibu dewasa berdasarkan standar WHO adalah
12gr/dL. Artinya, seorang ibu dewasa yang sedang hamil maupun tidak akan didiagnosis
mengalami anemia jika kadar hemoglobinnya di bawah 12gr/dL. Akan tetapi, munculnya
gejala bersifat individual, bisa jadi orang yang memiliki hemoglobin 10gr/dL 11 masih
dapat beraktifitas secara normal dan energik, sedangkan yang lain tampak letih dan lesu
(Fatonah, S, 2016).

Tanda dan Gejala Anemia

1. Anemia Ringan

Anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, karena jumlah sel darah merah
yang rendah menyebabkan berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam
tubuh. Anemia ringan biasanya tidak menimbulkan gejala apapun, tetapi anemia secara
perlahan terus-menerus (kronis), tubuh dapat beradaptasi dan 12 mengimbangi perubahan,
dalam hal ini mungkin tidak ada gejala.apapun sampai anemia menjadi lebih berat. Menurut
Proverawati, A (2011) gejala anemia diantaranya :
1) Kelelahan

2) Penurunan energi

3) Kelemahan

4) Sesak nafas

5) Tampak pucat

2. Anemia Berat

Beberapa tanda yang menunjukan anemia berat pada seseorang (Proverawati, A, 2011)
diantaranya :

1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan lengket dan berbau busuk, berwarna
merah marun, atau tampak berdarah jika anemia karena kehilangan darah melalui saluran
pencernaan.

2) Denyut jantung cepat

3) Tekanan darah rendah

4) Frekuensi pernafasan cepat

5) Pucat atau kulit dingin

6) Kelelahan atau kekurangan energi

7) Kesemutan

8) Daya konsentrasi rendah


3. Penyebab Anemia

Menurut Proverawati, A (2011) banyak kondisi medis yang dapat menyebabkan anemia.
Penyebab umum dari anemia adalah :

a) Anemia dari pendarahan aktif

Kehilangan darah melalui perdarahan menstruasi berat atau luka dapat


menyebabkan anemia. Ulkus gastrointestinal atau kanker seperti kanker usus besar
mungkin secara perlahan dapat menyebabkan anemia. Kehilangan darah akut dari
perdarahan internal (dampak dari ulkus peptikum) atau perdarahan eksternal (seperti
trauma) dapat menyebabkan anemia dalam kurun waktu yang sangat singkat. Jenis anemia
ini bisa mengakibatkan gejala parah dan konsekuensi berat jika tidak segera ditangani.

b) Anemia defisiensi besi Kebutuhan besi

Pada sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah merah. Iron memainkan peranan
penting dalam struktur yang tepat dari molekul hemoglobin. Jika asupan besi terbatas atau
tidak memadai karena asupan diet yang buruk, anemia dapat terjadi sebagai hasilnya. Hal
ini disebut anemia kekurangan zat besi.

c) Anemia penyakit kronis

Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia. Mekanisme yang
tepat dari proses ini tidak diketahui, tetapi berlangsung lama dan kondisi medis yang
berkelanjutan seperti infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia. 14

d) Anemia yang berhubungan dengan penyakit ginjal

Ginjal mengeluarkan hormon yang disebut eritropoietin yang membantu tulang


untuk membuat sel darah merah. Pada orang dengan penyakit ginjal kronis (jangka
panjang), produksi hormon ini berkurang, hal ini dapat menyebabkan anemia.

e) Anemia yang berhubungan dengan kehamilan


Peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan mengencerkan darah
(hemodilusi), yang dapat tercermin sebagai anemia.

f) Anemia yang berkaitan dengan gizi buruk

Banyak vitamin dan mineral diperlukan untuk membuat sel-sel darah merah. Selain
zat besi, vitamin B12 dan folat diperlukan untuk produksi hemoglobin yang tepat.
Kekurangan dalam salah satu dapat menyebabkan anemia karena kurangnya produksi sel
darah merah.

g) Anemia pernisiosa

Masalah dalam perut atau usus dapat menyebabkan gangguan penyerapan vitamin
B12. Hal ini dapar menyebabkan anemia karena kekurangan vitamin B12.

h) Anemia sel sabit

Pada beberapa individu, masalahnya mungkin berhubungan dengan produksi


molekul hemoglobin abnormal. Dalam kondisi ini masalah hemoglobin kualitatif atau
fungsional. Molekul hemoglobin dapat menyebabkan masalah pada integritas struktur sel
darah merah dan mereka mungkin menjadi berbentuk bulan sabit. 15

i) Thalassemia

Ini adalah kelompok lain penyebab hemoglobin yang berhubungan dengan anemia.
Thalassemia merupakan penyakit yang diwariskan, tetapi mereka menyebabkan kelainan
hemoglobin kuantitatif, yang berarti jumlah cukup dari tipe molekul hemoglobin yang
benar dibuat.

j) Alkoholisme

Alkohol sendiri dapat menjadi racun bagi sumsum tulang dan dapat memperlambat
produksi sel darah merah.
k) Anemia terkait sumsum tulang

Anemia mungkin berhubungan dengan penyakit yang melibatkan sumsum tulang.


Beberapa kanker darah seperti leukimia dapat mengubah produksi sel darah merah dan
menyebabkan anemia.

l) Anemia aplastik

Kadang-kadang beberapa infeksi virus parah dapat mempengaruhi sumsum tulang


dan secara signifikan mengurangi produksi semua selsel darah.

m) Anemia hemolitik

Anemia hemolitik adalah jenis anemia dimana sel-sel darah merah pecah
(hemolisis). Beberapa bentuk anemia ini bisa turun temurun dengan kehancuran konstan
atau obat-obat tertentu yang mengganggu struktur sel darah merah

Dampak anemia pada ibu hamil

Dampak anemia pada ibu hamil Anemia berdampak buruk pada peningkatan angka
kematian ibu dan bayi serta penurunan produktivitas kerja dan kemampuan belajar. Selain
itu, menurut Depkes anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan pendarahan sebelum dan
pada saat melahirkan, keguguran, kelahiran bayi prematur dan Berat Bayi Lahir Rendah.

Anemia kekurangan besi selama hamil berhubungan dengan tingginya angka bayi
prematur dan berat badan lahir rendah. Anemia berat meningkatkan risiko kematian ibu
saat melahirkan. Kekurangan besi bagi bayi mempengaruhi perkembangan kognitif dan
akan mempunyai dampak yang lama. Anemia besi yang berat pada bayi berhubungan
perkembangan psikomotor yang terlambat lebih dari 10 tahun walaupun setelah pemulihan
anemia besi selama bayi.
B. Ikan Gabus (Channa striata)

Ikan gabus (Channa striata) sangat kaya kandungan albumin , salah satu jenis
protein penting adalah albumin. Ikan gabus (Channa striata) memiliki kandungan albumin
sebesar 6,22 % (Wahyu et al, 2013). Ikan gabus merupakan salah satu bahan pangan
potensial kaya antioksidan yang dapat di manfaatkan karena kandungan gizi yang tinggi
yaitu kadar protein dalam 100 gram daging ikan sebesar 25,2 gram, selain itu ikan gabus
kaya albumin, kalori, lemak, besi, kalsium, phosphor, vitamin A dan B (Santoso, 2009).

Ikan gabus merupakan jenis ikan buas yang tumbuh di air tawar maupun air payau.
Merupakan ikan pancingan yang banyak ditemui di sungai, rawa, danau dan saluran –
saluran air, hingga ke sawah – sawah. Selain itu ikan ini sering kali di asinkan dengan harga
jual yang lumayan mahal. I

kan gabus memiliki manfaat antara lain meningkatkan kadar albumin dan daya
tahan tubuh, mempercepat proses penyembuhan pasca – operasi dan juga mempercepat
penyembuhan luka dalam atau luka luar. Untuk mendapatkan albumin dari ikan gabus
dapat dilakukan dengan mengekstraknya menggunakan ekstraktor vakum untuk memeroleh
rendemen dan kualitas yang lebih baik. (Ulandari, et al, 2011).

Kandungan albumin dalam ikan gabus umumnya lebih tinggi dari ikan air tawar
lainnya bahkan tidak dimiliki pada ikan lainnya seperti ikan lele, ikan gurami, ikan nila,
ikan 5 mas, dan sebagainya. Menurut (Suprayitno et.,al, 2008) bahwa kandungan asam
amino essensial dan non essensial pada ikan gabus memiliki kualitas yang lebih baik
daripada albumin telur. Albumin merupakan protein yang mudah rusak oleh panas.
Albumim memiliki sifat dapat dikoagulasi dengan pemanasan. Rentan suhu pada saat
terjadi denaturasi dan koagulasi protein sekitar 55ºC - 75ºC. Penurunan kadar protein
diakibatkan adanya flokuasi yaitu penggumpalan dari partikel yang tidak stabil menjadi
partikel yang di endapkan. Flokuasi merupakan tahap awal dari denaturasi. Pemanasan
menyebabkan protein terdenaturasi. Pada saat pemanasan, panas akan menembus daging
dan akan menurunkan sifat fungsional protein.

Hasil penelitian Siti Tsaniatul, dkk (2013) dalam pengolahan ikan gabus menjadi
abon dengan perlakuan suhu memiliki kadar protein 8,51 %, lemak 1,97 %. Ikan gabus
kaya akan protein, bahkan kandungan protein ikan gabus lebih tinggi dibandingkan
beberapa jenis ikan lain. Protein ikan gabus 6 segar bisa mencapai 25,2%, albumin ikan
gabus bisa mencapai 6,224 mg/100g daging ikan gabus, selain itu di dalam daging ikan
gabus terkandung mineral yang erat kaitannya dengan proses penyembuhan luka, yaitu Zn
sebesar 1,7412 mg/100g daging ikan (Sediaoetama, 1998).

C. Cookies

Cookies merupakan salah satu jenis makanan ringan yang diminati masyarakat.
Cookies dikenal oleh banyak orang, baik anak-anak, usia remaja maupun dewasa, yang
tinggal di daerah pedesaan maupun perkotaan. Cookies adalah kue yang terbuat dari bahan
dasar tepung yang umumnya dibuat dari tepung terigu, gula halus, telur ayam, vanilli,
margarine, tepung maizena, baking powder, dan susu bubuk instant. Tekstur cookies
mempunyai tekstur yang renyah dan tidak mudah hancur seperti dengan kue-kue kering
pada umumnya. Warna cookies ini pun agak kuning kecokelatan karena pengaruh dari susu
bubuk instant dan penambahan margarine (Mutmainna, 2013).

Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar gandum yang
diperoleh dengan cara penggilingan gandum yang banyak digunakan dalam industri
pangan. Komponen yang terbanyak dari tepung terigu adalah pati, sekitar 70% yang terdiri
dari amilosa dan amilopektin. 6 Amilosa merupakan bagian polimer linier dengan ikatan α-
(1->4) unit glukosa, sedangkan amilopektin merupakan polimer α-(1->4) unit glukosa
dengan rantai samping α-(1->6) unit glukosa. Besarnya kandungan amilosa dalam pati ialah
sekitar 20% dengan suhu gelatinisasi 56 - 62˚C (Belitz dan Grosch, 1987). Tepung terigu
dengan bahan baku 100% gandum lunak (soft wheat) dan memiliki kandungan protein
kurang dari 11%. Tepung terigu jenis ini memiliki kandungan protein dan gluten yang
sangat rendah sehingga cocok digunakan untuk produk-produk yang tidak memerlukan
pengembangan seperti biskuit dan cookies (Fance,1964).

Menurut Handayani (2014), tepung terigu yang dijual di pasaran terdiri atas
beberapa jenis berdasarkan protein yang dimilikinya:

1. Tepung Terigu Protein Rendah

Mengandung protein gluten antara 8-9%. Tepung terigu rendah protein memiliki
kandungan rendah protein yang cocok digunakan untuk membuat adonan kue kering.

2. Tepung Terigu Protein Sedang

Kandungan protein tepung protein sedang sekitar 10-11%. Tepung ini masih bisa
digunakan untuk membuat kue kering, namun lebih cocok digunakan untuk membuat kue
yang memerlukan tingkat pengembangan sedang seperti donat, bakpau, cake atau muffin. 7
3. Tepung Terigu Protein Tinggi Tepung ini memiliki kandungan protein 11-13%. Tepung
ini cocok untuk membuat adonan yang memerlukan pengembangan tinggi, seperti adonan
roti, pasta atau mie. Gluten merupakan kompleks protein yang tidak larut dalam air,
berfungsi sebagai pembentuk struktur kerangka produk. Gluten terdiri atas komponen
gliadin dan glutenin yang menghasilkan sifat-sifat viskoelastis. Kandungan tersebut
membuat adonan mampu dibuat lembaran,digiling, ataupun dibuat mengembang (Pomeranz
dan Meloan,1971). Sunaryo (1985) dalam Ratnawati (2003) menambahkan bahwa gliadin
akan menyebabkan gluten bersifat elastis, sedangkan glutenin menyebabkan adonan
menjadi kuat menahan gas dan menentukan struktur pada produk yang dibakar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan rancangan penelitian

Design yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quasi Experimental Design. Pada
penelitian ini di lihat pengaruh pemberian cookies ikan gabus terhadap penanggulangan
anemia pada ibu hamil. Desain penelitian ini adalah pre-test and post-test with control
group design. Dilakukan pre-test kemudian intervensi pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol kemudian dilakukan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.

Pre- Test Perlakuan Post- Test

01 X1 02

Keterangan:
O1 : pre-test pada kelompok eksperimen ( kadar HB tidak di berikan intervesi )
X1 : perlakuan dengan Cookies ikan gabus pada kelompok eksperimen
O2 : post-test pada kelompok eksperimen (kadar HB setelah di berikan intervensi)
B. Kerangka konsep

Sugiono (2014) menyatakan bahwa kerangka konsep akan menghubungkan

secara teoritis antara variable independen dengan variable dependen.

Variabel dependent Variabel

independen

Cookies ikan Ibu hamil

gabus

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Skala


Operasional

1 Anemia Kondisi Hematology Pengukuran Baik: Ordinal


ketika darah analyzer kadar Hb 12 gr/dL
tidak Anemia:
memiliki sel <12 gr/dL
darah merah
sehat yang
cukup
2 Hemoglobin Metaloprote Hematology Pengukuran Baik: 12 Ordinal
in di dalam analyzer kadar Hb gr/dL
sel darah Anemia:
merah yang <12 gr/dL
berfungsi
sebagai
pengangkut
oksigen dari
paru-paru
ke seluruh
tubuh
3 Asupan zat Sejumlah fe Alat: food Wawancara Baik: 80- Ordinal
besi yang masuk recall 24 100%
kedalam jam AKG
tubuh anak Kurang :
diperoleh 70-79%
dengan AKG
menggunak Defisit :
an <70%
wawancara AKG
metode
food recall
24jam
selama 3
kali berturut
turut

D. Waktu dan Tempat penelitian

Waktu dan Tempat penelitian ini akan dilakukan pada bulan..../.../2022.

Penelitian dilakukan diwilayah Kota Bengkulu


E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah setiap subyek yang di teliti. Berdasarkan

tujuan yang ingin di capai, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah ibu hamil trimester I-III Di Kota Bengkulu

2. Sampel

Sampel adalah sebagian keseluruhan onjpenelitian ini ibu hamil trimester I-III

Di Kota Bengkulu.

F. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-

probability sampling. Secara lebih spesifik, penelitian menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu teknik penetapan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu.33 Kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi sebagai berikut:

1. Kadar hemoglobin <12 gr/dL

2. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria ekslusi sebagai berikut:


1. Menderita penyakit kronis dan akut

G. Instrumen dan bahan penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan form food recall 24 jam untuk

mengetahui asupan makan ibu hamil sebelum di berikan intervensi.

H. Jenis dan Teknik pengumpulan data

a. Jenis pengumpulan data

Observasi dan penilaian terhadap responden dilakukan pada saat sebelum

diberikan intervensi yaitu pengukuran HB ibu hamil sebelum dan sesudah intervensi.

b. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data mengunakan teknik wawancara terhadap responden

dengan menggunkan form recall yang telah tersedia untuk mengetahui asupan makan

responden sebelum di beriksn intervensi agar mengetahui apakah pemberian cookies

ikan gabus dapat mempengaruhi anemia pada ibu hamil.

Pengukuran kadar HB Kadar hemoglobin <12 gr/dL yang di ukur oleh petugas

kesehatan yang berada di puskesmas.

I. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan Data Langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing data

Merupakan tahap pemilihan dan pemeriksaan kembali kelengkapan data data yang di

ambil dari pengukuran HB, asupan makan sebelum intervensi


J. Hipotesis

1. Jika P value > 0,05 maka Ho Gagal Ditolak maka Ha ditolak

Ho : Tidak ada pengaruh cookies ikan gabus untuk menganggulangi anemia pada

ibu hamil

2. Jika P value < 0,05 sehingga Ho Ditolak maka Ha diterima

Ha : Tidak ada pengaruh cookies ikan gabus untuk menganggulangi anemia pada

ibu hamil

Anda mungkin juga menyukai