Anda di halaman 1dari 4

Faktor Yang Mempengaruhi Laktasi

Gangguan proses pemberian ASI pada prinsipnya berakar pada kurangnya pengetahuan, rasa
percaya diri, serta kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan ( lihat factor yang
menghambat dan mempelancar laktasi). Pemberian ASI itu sendiri, sesungguhnya, merupakan
proses alamiah, tetapi bukan berarti, “kun-faya-kun”, jadi seketika. Menyusul memerlukan
persiapan, dan persiapan itu harus sudah dimulai selagi hamil. Ketidaktahuan akan manfaat ASI,
kemudharatan yang mungkin timbul akibat “susu botol”, dan “isu negatif” yang ditiupkan oleh
teman sebaya dan produsen susu formula, terwujud sebagai keengganan menyusui anaknya.
Pengaruh ini akan semakin besar jika ibu masih remaja dan kelahiran anak tidak diinginkan.
Masa persiapan menyusui sudah harus dimulai ketika hamil.

Kepada calon ibu perlu diajarkan cara memberikan air susu pertama, upaya yang perlu dilakukan
untuk memperbanyak ASI', serta cara perawatan payudara selama menyusui. Puting susu harus
diperiksa terutama selama satu atau dua bulan sebelum melahirkan. Jika puting mengalami
inversi, kondisi yang dapat menyusahkan bayi untuk menyusui dan dapat memfrustasikan ibu,
diupayakan agar kembali menonjol. Di samping itu, kebersihan dan kelembapan payudara harus
dijaga agar tidak terjangkit infeksi. Air susu sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir. Air
susu pertama, yang bertahan sekitar 4—5 hari, masih berupa kolostrum. Banyaknya kolostrum
yang disekresikan setiap hari berkisar antara 10-100 cc, dengan rata-rata 30 cc. Air susu
sebenarnya baru keluar setelah hari kelima. Ibu harus menjulurkan payudaranya ke mulut bayi
hingga seluruh puting dan areola “tergenggam” oleh mulut bayi. Tugas mengalirkan susu jangan
dibebankan pada satu payudara saja.

Perlakuan berat sebelah ini jika memang terjadi, akan menurunkan fungsi payudara sebagai
produsen ASI. Oleh karena itu, kedua payudara sebaiknya digilir masing-masing sekitar 7-10
menit. Setelah selesai menyusui, payudara dibersihkan dengan air bersih dan dibiarkan kering
dalam udara selama 15 menit. Jumlah produksi ASI bergantung pada besarnya cadangan lemak
yang tertimbun selama hamil dan, dalam batas tertentu, diet selama menyusui. Rata-rata volume
ASI ibu berstatus gizi baik sekitar 700-800 cc, sementara mereka yang berstatus gizi kurang
hanya berkisar 500-600cc (Jeliffte & Jelliffe, 1966). Jumlah ASI yang disekresikan pada 6 bulan
pertama sebesar 750 cc sehari. Sekresi pada hari pertama hanya terkumpul sebanyak 50 cc yang
kemudian meningkat menjadi 500, 650 dan 750 cc masingmasing pada hari V, bulan I dan III.
Volume ASI pada 6 bulan berikutnya menyusut menjadi 600 cc.Namun demikian, status gizi
tidak berpengaruh besar terhadap mutu (kecuali volume) ASI, meskipun kadar vitamin dan
mineralnya sedikit lebih rendah (Hambraeus & Sjolin, 1970). Pendapat ini dapat digunakan
sebagai penjelasan kepada ibu yang enggan Menyusui bayi dengan alasan status gizi mereka
kurang baik.

ENERGI

Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pascapartum mencapal 800 kkal. Rekomendasi ini
didasarkan pada asumsi bahwa tiap 100 cc .ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal. Efisiensi
konversi energi yang terkandung dalam makanan menjadi energi susu sebesar rata-rata 80”,
dengan kisaran 76-94”,. Dari sini dapat diperkirakan besaran energi yang diperlukan untuk
menghasilkan 100 cc susu, yaitu sekitar 85 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 850 ce yang
berarti mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI
sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung lebih dari 3 bulan, dan selama itu berat
badan ideal ibu menurun, berarti jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan. Sesungguhnya
tambahan kalori tersebut hanya sebesar 100 kkal, sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil
dari cadangan indogen,

yaitu timbunan lemak selama hamil. mengingat efisiensi konversi energi hanya 80-90% energi
dari makanan yang dianjurkan 500 kkal hanya akan menjadi energi a sebesar 400 -450 kkal.

untuk menghasilkan 850 CC ASI dibutuhkan 680-870 kkal (rata-rata 750 kkal) energi. jika ke
dalam diet tetap ditambahkan 500 kkal, yang terkonversi hanya 400-450 kkal : berarti setiap hari
harus dimobilisasi cadangan energi endogen sebesar 300-350 kkal yang setara dengan 33-38gr
lemak. dengan demikian simpanan lemak selama hamil sebanyak 4 kg atau setara dengan 36.000
kkal akan habis setelah 105 sampai 121 hari atau sekitar 3,5-4 bulan. perhitungan ini sekaligus
menguatkan pendapat bahwa dengan memberikan ASI berat badan ibu akan kembali normal
dengan cepat dan menipis isu bahwa menyusui bayi akan membuat tubuh menjadi tambun.
mengacu pada "literatur barat", asupan energi kurang dari 2700 kkal sehari menyiratkan
kekurangan kalsium, magnesium, seng, vitamin B6 dan folat. sampai sejauh apa pengaruh
kekurangan ini (juga vitamin dan mineral lain) terhadap keberhasilan menyusui serta dampaknya
terhadap kesehatan ibu dan anak belum diketahui. namun wanita vegetarian dan mereka yang
tidak menyukai susu sebaiknya mengonsumsi pangan lain yang diperkaya dengan vitamin d yang
dilengkapi dengan suplemen ASI (vitamin d dan b 12 sebanyak 10 gram dan 2,6 gram per hari).

Protein

Selama menyusui Ibu membutuhkan tambahan protein di atas kebutuhan normal sebesar 20 gram
per hari. dasar ketentuan ini ialah bahwa tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 g protein. dengan
demikian 850 cc ASI mengandung 10 g protein. efisiensi konversi protein makanan menjadi
protein susu hanya 70% (dengan variasi perorangan tentu saja). peningkatan kebutuhan ini
ditunjukkan bahwa bukan hanya untuk transformasi menjadi protein susu, tetapi juga untuk
sintesis hormon yang memproduksi (prolaktin) peserta yang mengeluarkan ASI (oksitosin)

Anda mungkin juga menyukai