Anda di halaman 1dari 39

GASTROENTERITIS AKUT

Dehidrasi Ringan Sedang

LAPORAN KASUS ILMU KESEHATAN ANAK

Oleh :

Eka Putri Prahastuti

NPM: 20710090

Dokter Pembimbing:

dr. Tri Rachmadijanto, Sp.A (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Eka Putri Prahastuti


NPM : 20710090
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Wijaya Kusuma Surabaya
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Stase : Ilmu Kesehatan Anak
Judul Lapsus : Gastroenteritis Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Pembimbing : dr. Tri Rachamdijanto, Sp.A (K)

Kepaniterann Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Rumah Sakit Umum Daerah Ibnu Sina Gresik

Disetujui oleh :

dr. Tri Rachmadijanto, Sp.A (K)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
dengan judul “Gastroenteritis Akut Dehidrasi Ringan Sedang ” pada Stase Ilmu
Kesehatan Anak di RSUD Ibnu Sina Gresik.

Tugas laporan kasus ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
ujian di Stase Ilmu Kesehatan Anak dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Dokter Muda di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Selain itu, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.


2. Direktur RSUD Ibnu Sina Gresik, atas kesempatan yang diberikan
sehingga penulis dapat menimba ilmu di rumah sakit ini.
3. dr. Ferry Ardian Sumirat, M.Sc., Sp.A selaku Kepala Bagian Ilmu
Kesehatan Anak di RSUD Ibnu Sina Gresik.
4. dr. Tri Rachamdijanto, Sp.A (K) selaku dokter pembimbing yang dengan
penuh kesabaran memberikan bimbingan kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas laporan kasus ini dengan baik.

Penulis menyadari atas keterbatasan dalam menyusun tugas laporan kasus


ini, oleh karena itu penulis dengan senang hati akan menerima semua kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas laporan kasus ini.

Gresik, Desember 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I
1.1 Identitas Pasien..........................................................................................1
1.2 Anamnesis..................................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik (Obyektif)....................................................................3
1.4 Diagnosis Awal..........................................................................................5
1.5 Diagnosis Banding.....................................................................................5
1.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................5
1.7 Diagnosis Akhir.........................................................................................6
1.8 Resume.......................................................................................................6
1.9 Tatalaksana................................................................................................7
1.10 Prognosis....................................................................................................7
1.11 Follow Up..................................................................................................8
BAB II
2.1 Gastroenteritis..........................................................................................11
2.1.1 Definisi.....................................................................................................11
2.1.2 Epidemiologi............................................................................................11
2.1.3 Klasifikasi................................................................................................12
2.1.4 Cara Penularan.........................................................................................12
2.1.6 Etiologi.....................................................................................................13
2.1.7 Patogenesis dan Patofisiologi..................................................................14
2.1.8 Manifestasi Klinis....................................................................................16
2.1.9 Diagnosis.................................................................................................18
2.1.10 Tatalaksana..............................................................................................23
BAB III
3.1 Analisa Kasus..........................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35

iv
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : An. Adinda Fatimatuz Azahra

Umur : 4 tahun 9 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Pegaden Rt/Rw 15/04 Manyar, Gresik

Agama : Islam

Tanggal MRS : 28 November 2021

No. RM : 697717

DPJP : dr. Tri Rachamdijanto,Sp.A (K)

1.2 Anamnesis
Alloanamnesis dan autoanamnesis dilakukan pada tanggal 29 November 2021.
Keluhan Utama : Buang air besar (BAB) cair.

Keluhan Tambahan : Muntah, demam

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan buang air besar (BAB) cair sejak 3 hari
SMRS yaitu tepatnya pada kamis pagi. BAB cair timbul dengan tiba-tiba dan
sudah berlangsung ± 5x saat itu. Tinja berbentuk cair, jumlah tinja setiap kali
BAB tidak begitu banyak dengan ampas sedikit, berwarna kuning, tidak ada
lendir, tidak ada darah, berbau amis, tidak seperti minyak, dan tidak seperti air
cucian beras. Selain itu, juga disertai muntah sejak 1 hari SMRS yaitu pada sabtu
malam, sebanyak 4 kali sehari, muntah berisi makanan yang dimakan dan tidak
ada darah. Selama BAB cair dan muntah ayah pasien mengatakan anaknya terlihat
lemas dan lebih rewel dari biasanya, namun masih mau minum serta terlihat lebih
haus dari biasanya.

1
Selain buang air besar cair dan muntah, pasien juga mengalami demam
sejak 3 hari SMRS yaitu pada pagi hari timbul bersamaan dengan munculnya
buang air besar cair. Demam tidak begitu tinggi, timbul secara perlahan. Demam
tidak disertai dengan menggigil.

Pada kamis pagi, pasien sempat dibawa ke bidan dan diberikan obat untuk
buang air besar (BAB) cair, muntah dan demamnya namun keluhan tidak
membaik sehingga orang tua pasien membawa pasien pada Minggu pagi ke IGD
RSUD Ibnu Sina Gresik. Riwayat mencret apabila memakan makanan tertentu
atau minum susu disangkal oleh ayah pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit serupa ± 1 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat yang serupa dengan pasien disangkal

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu dengan P1A0

ANC : Ibu pasien rutin memeriksa kehamilan di bidan, kaki bengkak (-), muntah-
muntah berlebihan (-), trauma (-), anemia (-), perdarahan (-)

Riwayat kelahiran : Pasien anak pertama, lahir lebih bulan 40 minggu lebih 1
minggu, BBL 2600 gram, lahir langsung menangis dengan Ibu KPD.

Riwayat kuning dan sesak setelah lahir (-).

Riwayat Nutrisi

Pasien diberi ASI hanya sampai usia 1 minggu setelah itu dilanjutkan dengan susu
formula. Pada usia 6 bulan baru diberikan MPASI.

Riwayat Imunisasi

Usia Vaksin
0 Hb 1
1 BCG, Polio 1
2 DPT/Hb Kombo 1, Polio 2

2
3 DPT/Hb Kombo 2, Polio 3
4 DPT/Hb Kombo 3, Polio 4
9 Campak

Riwayat Tumbuh Kembang

5 bulan  pasien bisa tengkurap

6 bulan  duduk

12 bulan  mulai bisa berjalan sedikit

13 bulan  sudah bisa berjalan

Kesan  perkembangan (motorik kasar) pasien normal

Untuk perkembangan motorik halus pada usia 2 tahun 5 bulan , pasien


sudah menggambar garis di kertas, menggambar lingkaran, menunjuk mata dan
hidung, belajar makan sendiri.

Untuk perkembangan bahasa, di usia saat ini pasien sudah mampu


menyusun kalimat lengkap, menggunakan kata-kata bertanya, memahami kata-
kata yang ditujukan kepadanya

Untuk perkembangan sosial, pasien sudah mampu main bersama dengan


teman sebayanya.

1.3 Pemeriksaan Fisik (Obyektif)


Tanggal 29 November 2021

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, lemas, rewel

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign :

- Tekanan darah: 90/70 mmHg


- Nadi : 104 x/menit reguler, isi dan tegangan cukup
- RR : 24 x/menit, reguler

3
- Suhu : 36,7o C, axillar
Status Gizi :

- BB : 22 Kg
- TB : cm
- BB/U : 0 < SD < 2
- TB/U : -3 < SD
- BB/TB : 2 < SD ≤ 3
Status Generalis

- Kulit : Pucat (-), cyanosis (-)


- Kepala : Ubun-ubun cekung (-)
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
cekung (+/+)
- Hidung : Sekret (-), darah/epistaksis (-)
- Mulut : Cyanosis (-), lidah kotor (-), bibir dan lidah
terlihat agak kering
- Leher : Pembesaran KGB (-)
Cor

- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula
sinistra kuat angkat (-)
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, suara tambahan (-),
bising (-)
Pulmo

- Inspeksi : Gerak simetris (statis dan dinamis)


- Palpasi : Fokal fremitus dextra=sinistra
- Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen

- Inspeksi : Pembesaran (-)


- Auskultasi : Bising usus (+)

4
- Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba. nyeri tekan (-)
- Perkusi : Timpani (+)
- Turgor pada kulit di abdomen sedikit menurun
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), capillary refill time <2 detik

1.4 Diagnosis Awal


- GEAD ringan-sedang
1.5 Diagnosis Banding
- GEA e.c virus
- GEA e.c bakteri
- GEA e.c parasit
- GEA e.c jamur
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 28 November 2021
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 11.6 11.7 – 15,5 gr/dL
Leukosit 11.000 3,6 – 11 ribu
Eritrosit 4.74 4 – 5.4 juta
Hematokrit 35 35 – 45%
Trombosit 312.000 150 – 440 ribu/mm3
MCV 83 77 – 91 fl
MCH 27 24 – 30 pg
MCHC 33 32-36 g/dL
Hitung Jenis Leukosit
Limfosit 2.0 22 – 40%
Monosit 0.4 4 – 8%
Granulosit 5.2 2-4
Feses Rutin
Makroskopis
Warna Kuning
Konsistensi Lembek
Lendir (-) -
Darah (-) -
Mikroskopis

5
Leukosit (-)
Eritrosit (-) 0-1
Amoeba (-) -
Telur cacing (-)
Sisa makanan (+)
Lain-lain (-)

1.7 Diagnosis Akhir


- GEA dehidrasi ringan-sedang
1.8 Resume
Pasien datang dengan keluhan buang air besar (BAB) cair sejak 3 hari
SMRS yaitu tepatnya pada kamis pagi. BAB cair timbul dengan tiba-tiba dan
sudah berlangsung ± 5x saat itu. Tinja berbentuk cair, jumlah tinja setiap kali
BAB tidak begitu banyak dengan ampas sedikit, berwarna kuning, tidak ada
lendir, tidak ada darah, berbau amis, tidak seperti minyak, dan tidak seperti air
cucian beras. Selain itu, juga disertai muntah sejak 1 hari SMRS yaitu pada sabtu
malam, sebanyak 4 kali sehari, muntah berisi makanan yang dimakan dan tidak
ada darah. Selama BAB cair dan muntah ayah pasien mengatakan anaknya terlihat
lemas dan lebih rewel dari biasanya, namun masih mau minum serta terlihat lebih
haus dari biasanya.

Selain buang air besar cair dan muntah, pasien juga mengalami demam
sejak 3hari SMRS yaitu pada pagi hari timbul bersamaan dengan munculnya
buang air besar cair. Demam tidak begitu tinggi, timbul secara perlahan. Demam
tidak disertai dengan menggigil.

Pada kamis pagi, pasien sempat dibawa ke bidan dan diberikan obat untuk
buang air besar (BAB) cair, muntah dan demamnya namun keluhan tidak
membaik sehingga orang tua pasien langsung membawa pasien pada minggu pagi
ke IGD RSUD Ibnu Sina Gresik.

Pasien dilahirkan dari Ibu P1A0, lahir secara spontan, BBL 2600 gram,
hamil lebih bulan (postterm), dengan KPD (+). Pasien mendapatkan ASI hanya
sampai usia 1 minggu kemudian dilanjutkan dengan susu formula. Setelah usia 6

6
bulan baru diberikan MPASI. Imunisasi pada pasien sudah semua. Riwayat
tumbuh kembang normal sesuai usia dan tidak ada keterlambatan.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan pasien tampak sakit sedang,


lemas dan rewel. Pada pemeriksaan kepala ubun-ubun cekung (-), mata cekung
(-), bibir dan lidah terlihat sedikit kering, turgor sedikit menurun, namun pasien
merasa haus dan masih mau minum banyak.

Pada pemeriksaan laboratorium, dari hasil darah rutin tidak ada hasil yang
bermakna namun ditemukan peningkatan granulosit dan juga dari hasil
pemeriksaan faeces semua masih dalam batas normal.

1.9 Tatalaksana
Farmakologi

- Inf. KAEN 3B 12 tpm


- Inj. Ondansentron 3 x 2 mg k/p
- Inj. Ranitidin
- L-zinc 1 x cth I
- Lacto-B 2 x1 sachet
Non-farmakologi

- Makanan tetap terus diberikan


- Menjaga higienitas
- Bedrest
1.10 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Que ad santionam : Dubia ad bonam

7
1.11 Follow Up
Tanggal SOAP
29/11/2021 S: O: A: P:
BAB 7x cair ,Keadaan umum: GEA - Inf. KAEN 3B
kekuningan, Compos mentis, Dehidrasi
12 tpm
muntah 2x, aktif ringan - sedang
badan lemas, TD: mmHg - Inj.
nafsu makan N : 104x/menit
Ondansentron
turun, minum RR : 24x/menit
susu sedikit, Temp : 36,7o C 3 x 2 mg k/p
2
BAK normal, SpO2 : 98% O bebas
- Inj. Ranitidin
K/L : - L-zinc 1 x cth
A/I/C/D -/-/-/-
I
Mata : Cekung +/+
Mulut : Mukosa bibir - Lacto-B 2 x1
kering
sachet
Thoraks: simetris,
retraksi (-)
Cor : BJ I-II reguler,
murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : Suara napas
vesikuler
(+/+),Rhonki
(-/-), Whezzing
(-/-)

Abdomen:
I : Datar
A: BU (+) 6x/menit
P: Soefl, Nyeri tekan
(-) LP Turgor >
2dtk
P: Timpani, nyeri
ketok (-)

Ekstremitas: Akral
Hangat, CRT
2dtk, Edema (-)

8
Tanggal SOAP
30/11/2021 S: O: A: P:
BAB 4x cair ,Keadaan umum: GEA Dehidrasi - Inf. KAEN 3B
kekuningan, Compos mentis ringan - sedang
12 tpm
mual (+),
muntah 1x, TD: mmHg - Inj.
badan lemas, N : 110x/menit
Ondansentron
nafsu makan RR : 30 x/menit
turun, minum Temp : 38,7o C 3 x 2 mg k/p
susu (+), BAKSpO2 : 96% O2
- Inj. Ranitidin
normal, Batuk bebas
(+), pilek (+) - L-zinc 1 x cth
K/L :
I
A/I/C/D -/-/-/-
Mata : Cekung -/- - Lacto-B 2 x1
Mulut : Mukosa
sachet
bibir kering
Thoraks: simetris, - Syr
retraksi (-)
Paracetamol
Cor : BJ I-II reguler,
murmur (-), 125mg/5ml
gallop (-)
cth 1 p.r.n
Pulmo : Suara napas
vesikuler
(+/+),Rhonki
(-/-), Whezzing
(-/-)

Abdomen:
I : Datar
A: BU (+) 4x/menit
P: Soefl, Nyeri
tekan (-) LP
Turgor > 2dtk
P: Timpani, nyeri
ketok (-)

Ekstremitas: Akral
Hangat, CRT
2dtk, Edema (-)

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gastroenteritis
2.1.1 Definisi
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dari biasanya dengan atau tanpa
lendir dan darah. Diare akut adalaha diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(kurang dari 2 minggu), sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung
lebih dari 14 hari (lebih dari 2 minggu).1, 2, 3, 4

Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4
kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis
atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara
eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air
besar atau konsistesinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak
seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3
kali perhari, tetapi konsistesinya cair, keadaaan ini sudah dapat disebut diare. 1

2.1.2 Epidemiologi
Secara epidemiologi diare dapat ditemukan di seluruh dunia baik di negara
yang telah maju ataupun di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di
negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan sosial ekonomi yang
tinggi tetapi penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan selain karena
morbiditasnya juga karena biaya perawatan kesehatannya yang cukup besar.5
Berdasarkan data dari World Gastroenterology Organisation Practice Guideline
di seluruh dunia terdapat sekitar 1,5 miliar kasus diare pertahun dengan angka
kematian 1,5-2 juta terutama pada anak usia kurang dari 5 tahun atau mencapai
angka 18% dari seluruh dunia yang berarti lebih dari 5000 anak yang menderita
diare setiap harinya, dari semua kasus yang kematian akibat diare sekitar 78%
terjadi di kawasan Afrika dan Asia Tenggara dan pada negara berkembang anak-

10
anak usia dibawah 3 tahun mengalami diare kurang lebih 3 kali setiap tahunnya. 6,
7

Di Indonesia angka morbiditas dan mortalitas akibat diare masih tinggi.


Pada tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insidens yang meningkat
berdasarkan hasil survei dari Departemen Kesehatan. Pada tahun 2000 incidence
rate (IR) diare 310/1000 penduduk, tahun 2003 menjadi 374/1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk.8 Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi dengan
jumlah kematian yang masih tinggi.9 Diare merupakan penyebab kematian
peringkat ke-13 berdasarkan pola penyebab kematian pada semua umur,
sedangkan berdasarkan dari hasil Riskesdas tahun 2007 diare masih sebagai
penyebab kematian nomor satu pada Balita.9 Dengan keadaan tersebut masalah
diare menjadi perhatian yang cukup serius demi mancapai target millennium
development goals (MDGS) poin ke empat yaitu menurunkan angka kematian
balita.8

2.1.3 Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :10, 11
- Lama waktu diare : diare akut dan diare kronik
- Mekanisme patofisiologis : osmotik, sekretorik, malabsorbsi, inflamasi,
infeksi, dan gangguan peristaltik
- Berat ringannya diare : berat atau ringan
- Penyebabnya infeksi atau tidak : diare infektif atau diare non infektif
- Penyebabnya organik atau tidak : diare organik atau diare fungsional
2.1.4 Cara Penularan
Cara penularan diare pada umumnya secara fekal-oral yang berarti melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
antara tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja
penderita diare atau secara tidak langsung melalui lalat (melalui 4F = finger, flies,
fluid, field).1

2.1.5 Faktor Risiko


- Sindrom defisiensi kekebalan didapat

11
- Tidak memadainya air bersih
- Tidak memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif untuk 4-6 bulan
pertama kehidupan bayi
- Pencemaran air oleh tinja
- Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
- Kurangnya sarana kebersihan mandi, cuci, kakus (MCK)
- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higenis.1
2.1.6 Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh banyak penyebab, dimana dapat dikelompokkan
menjadi :10, 11

- Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak terutama trigliserida


rantai panjang, dan protein seperti beta-laktoglobulin.
- Keracunan makanan, makanan mengandung zat kimia beracun atau
makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin.
- Alergi : susu sapi Cow’s milk protein sensitive enteropathy (CMPSE), atau
makanan tertentu.
- Imonodefisiensi. Diare akibat imunodefisiensi ini sering terjadi pada
penderita AIDS.
- Atau infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus ataupun parasit
(Gambar 1).

12
Gambar 1. Agen Penyebab Diare
(Sumber : World Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2012)

Dari berbagai macam penyebab diare akut tersebut diatas,


maka yang paling sering menjadi penyebab diare akut apa anak-
anak adalah infeksi virus. Rotavirus dan adenovirus merupakan
penyebab tersering diare akut pada anak dibawah usia 2 tahun. 1

Tabel 1 Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada


anka usia <5 tahun

Tabel 2. Tabel Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering


berdasarkan umur

2.1.7 Patogenesis dan Patofisiologi


a. Diare osmotik :

Terjadi apabila ada bahan yang tidak dapat diserap yang


meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari

13
plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi
karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam
magnesium.

b. Diare sekretorik :

Terjadi bila ada gangguan transport elektrolit baik absorbsi


yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat
terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin
kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek,
atau laksatif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti
gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat
menyebabkan diare sekretorik. Misalnya pada V. cholerae eltor,
bekteri ini mengeluarkan enterotoksin yang terikat pada mukosa
usus halus, dalam 15-30 menit sesudah diproduksi, enterotoksin
ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenine
dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar
adenosin 3’5’- siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang
menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus
yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natriu dan kalium.10, 11

c. Diare eksudatif (inflamatorik) :

Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik


usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat
terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti
gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD)
atau akibat radiasi.10,11

d. Kelompok lain :

Akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu


tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan
tirotoksikosis, atau diabetes mellitus.10,11

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman


enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan

14
atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi
enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu
atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan
mukosa usus.7

Simadibrata & Daldiyono (2009) serta Setiawan (2009) patogenesis diare karena
infeksi bakteri terdiri atas :

1. Diare karena bakeri non-invasif (enterotoksigenik)

Diare yang disebabkan oleh bakteri-bakteri non invasif disebut juga diare
sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang
memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Misalnya S.
aureus, C. perfringens, V cholera eltor, Enterotoxigenic E. coli (ETEC). Misalnya
pada V. cholerae eltor, bekteri ini mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa
usus halus, dalam 15-30 menit sesudah diproduksi, enterotoksin ini menyebabkan
kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel usus,
sehingga meningkatkan kadar adenosin 3’5’- siklik monofosfat (siklik AMP)
dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus
yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natriu dan kalium.

2. Diare karena bakteri invasif (enteroinvasif)

Bakteri-bakteri yang bersifat merusak (invasif) diantaranya S. enteritidis,S.


typhimurium, S. paratyphi, S. choleraesuis, Shigella, Yersinia, C. perfringens tipe
C, Enteroinvasive E coli (EIEC). Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus
berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare
dapat tercampur lendir dan darah.

2.1.8 Manifestasi Klinis


Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainya dapat terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik.
Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, keram perut, dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1, 2

15
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini
bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada
panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipokalemia.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,
dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi
berat. 1, 2

Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen


antara lain : vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis,
meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala
neurologik dari infeksi usus bisa berupa parestesia ( akibat makan ikan, kerang,
monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan otot. 1, 2

Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat


dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.
Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta
rectum menunjukan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah symptom
yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena
mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti: virus enterik,
bakteri yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan cryptosporidium. 1, 2

Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya


penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat,
watery diare, menunjukan bahwa saluran makan bagian atas yang terkena. Oleh
karena pasien immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi
tentang adanya

imunodefisiensi atau penyakit. 1, 2

Tabel 3. Gejala linis diare akut oleh berbagai penyebab


Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

16
Gejala klinis :
Masa Tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual, muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus, Tenesmus, - Tenesmus, Kramp
kramp kolik kramp -
Nyeri kepala - + + - - 3 hari
lamanya sakit 5-7 hari >7hari 3-7 hari 2-3 hari variasi

Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek menerus
Cair
Darah - + Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis khas
Warna Kuning Merah- Kehijauan Tak Merah- Seperti air
hijau hijau berwarna hijau cucuian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anorexia Kejang+ Sepsis + Meteorismu Infeksi -
s sistemik+

2.1.9 Diagnosis
1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,


frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila
disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau
tidak kencing dalam 6-8jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan
selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk,
pilek, otitis media,. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare:
memberi oralit, membawa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-
obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.1,

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda tambahan lainya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong

17
atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering
atau basah. 1

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya


asiodosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak, ada bila
terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena
perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang
terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan
dengan cara: objektif yaitu dengan membandingkan berat badan
sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan menggunakan
criteria WHO atau maurice king. 1

Penilaian A B C
Lihat:

Keadaan umum Baik,sadar *Gelisah,rewel *lesu,lunglai/tidak


sadar
Mata Normal Cekung
Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada
Kering
Mulut dan lidah Basah Kering
Sangat kering
Rasa haus Minum biasa,tidak *haus ingin minum
haus banyak *malas minum atau
tidak bias minum
Periksa: turgor Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
kulit lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat


ringan/sedang
Bila ada 1 tanda*
Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau lebih
ditambah 1 atau tanda lain
lebih tanda lain

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

18
Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 19951

3. Pemeriksaan laboratrium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak


diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur
urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium
yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut 1

 Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa


darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
 Urin : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap
antibiotika
 Tinja :

a. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita


dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja yang
watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus,
protozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yang
mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan
mukosa atau parasit usus seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan
E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan
Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides. 1,

Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau


tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak terlalu banyak
berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan dengan adanya
warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada
keadaan bacterial overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau

19
obat yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin.
Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya
gas dalam tinja akibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan
berkilat menunjukan adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja
menggambarkan kelainan di kolon, khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang
sangat berbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon.
Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan untuk
menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah asam
lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang tidak diserap
di usus halus sehingga masuk ke usus besar yang banyak mengandung bakteri
komensial. Bila pH tinja<6 dapat dainggap sebagai malabsorbsi laktosa. 1, 3

Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder akibat
rusaknya mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim lactase.
Enzim laktsae merupakan enzim yang bekerja memecahkan laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa, yang selanjutnya diserap di mukosa usus halus, Salah satu
cara menentukan malabsorbsi laktosa adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi
dengan pemeriksaan pH tinja. Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip
melihat perubahan reaksi warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan
tablet clinitest. Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang
mengubah cupri sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mengambil bagian cair dari tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari 1 jam). Sepuluh
tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja diteteskan kedalam gelas tabung,
kemudian ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60 detik maka perubahan warna
yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru berarti negatif, kuning tua
berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning dan biru terdapat variasi warna
hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (+++=1%). Sedangkan terdapatnya
lemak dalam tinja lebih dari 5 gram sehari disebut sebagai steatore. 1, 3

b. Pemeriksaan mikroskopik :

Infeksi bakteri invasif ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar


leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan

20
leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang berlendir seujung lidi dan
diberi ½ tetes eosin atau Nacl lalu dilihat dengan mikroskop cahaya :1

 Bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut negatif

 Bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)

 Bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)

 Bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar disebut (+++)

 Bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut (++++)

Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan sudan
III yang mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat diwarnai
secara mikroskopis dengan pembesarn 40 kali dicari butiran lemak dengan warna
kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria :1

 (+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100 buah

per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai ½ lapang

pandang

 (++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per lapang

pandang atau sel memenuhi lebih dari ½ lapang pandang

 (+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang pandang.

Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar. Dengan


memakai batang lidi atau tusuk gigi, tinja diambil sedikit dan diemulsikan dalam
tetesan NaCl fisiologis, demikian juga dilakukan dengan larutan Yodium.
Pengambilan tinja cukup sedikit saja agar kaca penutup tidak mengapung tetapi
menutupi sediaan sehingga tidak terdapat gelembung udara. Sediaan tak berwarna
(NaCL fisiologis) diperiksa dahulu, karena telur cacing dan bentuk trofozoid dan
protozoa akan lebih mudah dilihat. Bentuk kista lebih mudah dilihat dengan
perwanaan yodium. Pemeriksaan dimulai dengan pembesaran objekstif 10x, lalu
40x untuk menentukan spesiesnya.1

21
2.1.10 Tatalaksana
Terdapat lima pilar penting dalam tatalaksana diare yang telah ditetapkan
Departemen Kesehatan baik untuk yang dirawat dirumah maupun yang dirawat di
rumah sakit : 1, 12

1. Rehidrasi
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua

Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi
yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini: 1, 12

 Rencana terapi A

Penanganan diare di rumah. Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di


rumah:

1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

Jelaskan pada ibu :

- Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan


tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada
setiap kali pemberian.

- Jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang
sebagai tambahan

- Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air
matang

2. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgbb dan katakan pada ibu

- Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/


cangkir/gelas

22
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi dengan
lebih lambat.

- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

3. Beri tablet Zinc


Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan
dosis : 1

- Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) perhari

- Umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari

4. Lanjutkan pemberian makanan

5. Kapan harus Kembali

 Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik


sesuai yang dianjurkan selama periode 4 jam. Jumlah oralit yang diperlukan 75
ml/kgBB. Kemudian setelah 4 jam ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali
derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan
pengobatan. Setelah rehidrasi kebutuhan cairan yang diperlukan untuk mencegah
dehidrasi 10-20 ml/kgBB. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
tunjukan cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit
yang harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 4 jam pertama. Beri bungkus
oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus lagi sesuai yang
dainjurkan. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas,
berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Untuk anak berumur
kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air matang selama
periode ini. Mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan. Lanjutkan
pemberian ASI. Tunjukan pada ibu cara memberikan larutan oralit. berikan tablet
zinc selama 10 hari. 1, 12

 Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)

23
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui
mulut, sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau
ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai
berikut. 1

Umur Pemberian pertama Pemberian berikutnya


30ml/kgBb selama 70ml/kgBb selama
Bayi (Dibawah umur 12 1 jam* 5 jam
bulan)
Anak (12 bulan sampai 5 30 menit* 2 ½ jam
tahun)
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba

Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status


hidrasi belum membaik, beri tetesan intravena lebih cepat. Juga
beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau
minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan
beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan.
Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam
(klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk
melanjutkan penggunaan. 1, 12

Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan
untuk memberikan pada penderita: 1, 12

1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit

2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi

3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.

Pada diare CRO merupakan terapi cairan utama. CRO telah 25 tahun
berperan dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun
karena diare. WHO dan UNICEF berusaha mengembangkan oralit yang sesuai
dan lebih bermanfaat. Telah dikembangkan oralt baru dengan osmolalitas lebih
rendah. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang lama, namun efektifitasnya
lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolalitas ini
juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi

24
pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan WHO dan UNICEF untuk
diare akut non kolera pada anak. 1, 12

 Diare akut dehidrasi ringan-sedang dengan penyulit


4 jam pertama : 50 cc/KgBb
20 jam kedua : 150 cc/KgBb
 Diare akut dehidrasi berat dengan penyulit
4 jam pertama : 60 cc/KgBb
20 jam kedua : 190 cc/KgBb

Beberapa penyulit diare diantaranya :

1. KKP
2. Bronkopneumonia
3. Ensefalitis
4. Meningitis
5. Meteorismus
6. AKI
7. Impending decom cordis
Sebagai pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetik diapakai
singkatan O-B-E-S-E, sebagai singkatan Oralit, Breast feeding, Early Feeding,
Simultaneously with Education. 1, 3

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan


setelah sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrient sebanyak
anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya
timbul kembali setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan
mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan
menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrient, sehingga memburuknya status gizi
dapat dicegah atau paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan
menyebabkan penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan
kembalinya fungsi usus akan lebih lama. Makanan yang diberikan pada anak diare
tergantung kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit

25
serta budaya setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama
dengan yang dibutuhkan dengan anak sehat.1 Bayi yang minum ASI harus
diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Peranan ASI selain
memberikan nutrisi yang terbaik, juga terdapat 0,05 IgA/hari yang berperan
memberikan perlindungan terhadap kuman patogen.12 Bayi yang tidak minum ASI
harus diberi susu yang bisa diminum paling tidak setiap 3 jam. Pengenceran susu
atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa mungkin diperlukan untuk
sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau bertambah
hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat
tinja yang asam (pH<6) dan terdapat bahan yang mereduksi dalam tinja>0,5%.
Setelah diare berhenti, pemberian tetap dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba
kembali dengan susu atau formula biasanya diminum secara bertahap selama 2-3
hari.1, 12

Gejala klinis
Susu rendah laktosa (ml) Susu normal (ml)
menghilang (hari)
Ke 1 150 50
Ke 2 100 100
Ke 3 50 150
Ke 4 0 200
Tabel panduan kembali ke susu normal ( untuk setiap 200 ml)

Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan
lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energi diet
harus berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6kali atau
lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan
tambahan seperti serealia pada umunya dapat ditoleransi dengan baik pada anak
yang telah disapih. Makanan padat memiliki keuntungan, yakni memperlambat
pengosongan lambung pada bayi yang minum ASI atau susu formula, jadi
memperkecil jumlah laktosa pada usus halus per satuan waktu. Pemberian
makanan lebih sering dalam jumlah kecil juga memberikan keuntungan yang
sama dalam mencernakan laktosa dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar,
dapat diberikan makanan yang terdiri dari:makanan pokok setempat misalnya

26
nasi, kentang, gandum, roti, atau bakmi. Untuk meningkatkan kandungan
energinya dapat ditambahkan 5-10 ml minyak nabati untuk setiap 100 ml
makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya akan karoten.
Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan sayur-sayuran,
serta ditambahkan tahu, tempe, daging atau ikan. Sari buah segar atau pisang baik
untui menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang
mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman
ringan, sebaiknya dihindari. 1, 12

Pemberian makanan setelah diare

Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama diare, beberapa
kegagalan pertumbuhan mungkin dapat terjadi teruatama bila terjadi anorexia
hebat. Oleh karena itu perlu pemberian ekstra makanan yang akan zat gizi
beberapa minggu setelah sembuh untuk memperbaiki kurang gizi dan untuk
mencapai serta mempertahankan pertumbuhan yang normal. Berikan ekstra
makanan pada saat anak merasa lapar, pada keadaan semacam ini biasanya anak
dapat menghabiskan tambahan 50% atau lebih kalori dari biasanya.1, 12

Zinc

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat


mengembalikan nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien
yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang
optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan
diare akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap
struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan
epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat
meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus halus
meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan
jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang
mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan
zinc cocok ditetapkan di negara-negara berkembang seprti
Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan
zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan

27
daya imunitasnya yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc
untuk anak-anak: 1

- Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari

- Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka telah sembuh dari
diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk
anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau
oralit.1, 12

Terapi medikamentosa

Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan


diare seperti antibiotika: antibiotika, antidiare, adsorben,
antiemetic, dan obat yang mempengaruhi mikroflora usus.
Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja,
banyak diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian
besar tidak direkomendasikan untuk anak umur kurang dari 2-3
tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut tidak
diperlukan untuk pengobatan diare akut. 1, 12

Antibiotik

Antibiotik pada umunya tidak diperlukan pada semua


daire akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah
rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh
dengan antibiotic. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang
disebabkan oleh bakteri pathogen seperti V,cholera, Shigella,
Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan
sebagainya,1, 12

Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif


Kolera Tetracycline 12,5 mg/kgBB Erythromycin 12,5

28
4x sehari selama 3 hari mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari


Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB Pivmecillinam 20 mg/kg
BB
2x sehari selama 3 hari
4x sehari selama 3 hari

Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB

1x sehari IM selama 2-5


hari
Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB

3xs ehari selama 5 hari (10


hari pada kasus berat)
Giadiasis Metronidazole 5mg/kgBB

3x sehari selama 5 hari

Obat Antidiare

Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis


dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari
obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:1, 12

 Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine).
Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar
kemampuanya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin abkteri atau
bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai
kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada
bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin
diare akut pada anak.

29
 Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture
opiii, paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare
pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak.
Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat
fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi
dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal.
Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak
dengan diare.
 Bismuth subsalicylate

Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada
anak dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.

obat-obat lain:

 Anti muntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat
menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi
rehidrasi oral. Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak
dengan diare, muntah biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi

Probiotik

Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup


dalam makanan yang difermentasi yang menunjang kesehatan
melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih
baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian
probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang
tidak minum ASI. Kemungkinan efek probiotik dalam
pencegahan diare melalui perubahan lingkungan mikrolumen
usus , kompetisi nutrient, mencegah adhesi kuman pathogen pada
enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik

30
terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan
imunomodulasi.

Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat


pertumbuhan bakteri patogen dalam mukosa usus belum
sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan mneunjukan adanya
kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel
epitel mukosa). Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri
probiotik tidak dapat lagi dilekati bakteri yang lain. Jadi dengan
adanya bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat mencegah
kolonisasi oleh bakteri patogen. Lactobacillus strain pada
manusia mempunyai kemampuan melekat pada Caco-2 cells dan
sel goblet HT 29-MTX pada sel epitel mukosa usus. Lactobacillus
acidophilus LA1 dan LA3 mempunyai kemampuan melekat yang
kuat, tidak tergantung pada calcium, sedangkan Lactobacillus
strain LA10 dan LA18 kemampuan melekatnya rendah.
Kemampuan perlekatan tersebut dapat dihilangkan dengan adanya
tripsin. Strain LA1 mempunyai kemampuan untuk mencegah
perlekatan entero patogenic Eschercia coli (EPEC) dan bakteri
enteroinvasif seperti Salmonella typhymurium, Yersinia
tuberculosis.

Kemampuan mencegah perlekatan strain LA1 lebih efektif


bila diberikan sebelum atau bersamaan dengan infeksi E coli
daripada setelah infeksi E coli. Disamping mekanisme perlekatan
dengna reseptor pada epitel usus untuk mencegah pertumbuhan
bakteri patogen melalui kompetisi, bakteri probiotik memberi
manfaat pada pejamu oleh karena produksi substansi antibakteri
misalnya, asam organik, bacteriocin, microcin, reuterin, volatile
fatty acid, hidrogen peroksida dan ion hidrogen. 1, 13

31
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisa Kasus


Pada kasus ini dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosis gastroenteritis akut dehidrasi ringan-sedang. Hal-hal
yang mendasari pengambilan diagnosis tersebut diantaranya :

Gastroenteritis akut dehidrasi ringan-sedang :

Seorang anak dikatakan diare akut jika didapatkan buang air besar pada
bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dari biasanya dengan atau tanpa lendir dan darah. Diare akut adalah
diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (kurang dari 2 minggu).

Pada pasien ini didapatkan dari anamnesis dengan keluhan yaitu buang air
besar (BAB) cair sejak 3 hari SMRS. BAB cait timbul dengan tiba-tiba dan
berlangsung sudah ± 5x pada pagi itu. Selain itu, BAB cair ini disertai dengan
muntah ± 4x hari, muntah berisi makanan bercampur dengan air dan tidak ada
darah. Pada anamnesis didapatkan penampilan klinis tinja yaitu berbentuk cair,
berwarna kekuningan, tidak ada lendir, tidak ada darah, tidak berbau busuk, tidak
seperti minyak dan tidak seperti air cucian beras. Selain BAB cair dan muntah,
pasien juga merasakan demam yang naik secara perlahan-lahan sejak 3 hari
SMRS. Demam tidak disertai dengan menggigil. Tidak ada riwayat mencret
apabila memakan makanan tertentu atau minum susu disangkal oleh ibu pasien
menunjukkan bahwa kemungkinan penyebab diare adalah infeksi atau dengan
kata lain ini merupakan diare infeksi yang cenderung disebabkan oleh virus.

Selama BAB cair dan muntah ayah pasien mengatakan anaknya terlihat
lemas dan lebih rewel dari biasanya, namun masih mau minum serta terlihat lebih
haus dari biasanya. Yang penting pada kasus ini adalah menilai apakah dengan
timbulnya diare dan muntah ini sudah sampai menyebabkan dehidrasi bahkan
sampai terjadi syok pada pasien ini karena kehilangan air dan elektrolit dari
diarenya dan diperburuk lagi dengan keluhan muntah pasien. Untuk menentukan
apakah terjadi dehidrasi pada pasien ini maka kita harus terlebih dahulu
melakukan penilaian untuk menentukan terjadinya dehidrasi dan dari penilaian itu

32
dikelompokkan apakah masuk ke dalam kelompok tanpa dehidrasi, dehidrasi
ringan-sedang dan dehidrasi berat. Beberapa keadaan pada pasien ini termasuk ke
dalam kelompok dehidrasi ringan-sedang karena berdarsarkan panduan untuk
dehidrasi ringan-sedang yaitu keadaan umum yang tampak lemah dari biasanya,
ubun-ubun cekung, mata cekung, air mata tidak ada (kering), bibir dan mulut
kering, anak merasa haus dan ingin banyak minum dan turgor kembali melambat.
Pada pemeriksaan fisik didapatka beberapa tanda yang menguatkan diare karena
infeksi dan menunjukkan adanya dehirasi ringan-sedang

Keadaan umum : tampak sakit sedang, lemas, rewel


Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital:
Nadi : 104 x/mnt, reguler, isi dan tegangan menurun,
equal
Suhu tubuh : 37,30C aksila
Ubun-ubun : tidak cekung
Mata : kelopak mata tidak cekung
Mulut : mukosa mulut sedikit kering
Abdomen
Palpasi : turgor kulit kembali agak lambat

Pada pemeriksaan penunjang secara keseluruhan tidak ada peningkatan


yang bermakna hanya ditemukan peningkatan granulosit. Namun dalam hal untuk
mengetahui pasti penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan feses yang meliputi
pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik feses serta kultur dan uji resistensi
bakteri agar dapat menegakkan penyabab dari diare dan tepat dalam pemberian
penatalaksanaan. Berdasarkan pemeriksaan feses tidak ditemukan adanya
penemuan yang bermakna. Serta membutuhkan pemeriksaan elektrolit untuk
mengetahui status dari elektrolit pasien agar tepat dalam memberikan
panatalaksanaan.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo, B. S. 2012. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jilid 1,


Edisi 1. Jakarta: IDAI.

2. Behrman Richard E, Kliegman Robert, Nelson Waldo E, Vaughan


Victor C. nelson textbook of pediatrics. 17th edition. EGC. Jakarta : 2000

3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Pedoman pelayanan medis. jilid 1.


Jakarta : pengurus pusat IDAI

4. Salwan, hasri. 2014. Diare Akut. Palembang. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSMH

5. Lindberg, G., Salam, M., Farthing, M., Khalif, I., Lind, E. S.,
Ramakrishna, B. S., et al. 2012. Acute diarrhea in adults and children : a
global perspective. World Gastroenterology Organisation Global
Guidelines.

6. Farthing, M., Lindberg, G., Dite, P., Khalif, I., Lindo, E. S., Ramakrishna,
B. S., et al. 2008. acute diarrhea. World Gastroenterology Organisation
practice guideline.

7. Zein, U., Sagala, K. H., & Ginting, J. (2004). Diare Akut Disebabkan
Bakteri. sumatera utara: Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara

8. Agtini, M. D., & Soenarto, S. S. 2011. Situasi Diare di Indonesia.


Kementrian kesehatan RI.

9. Kemenkes, R. 2011. panduan sosialisasi tatalaksana diare balita.


Indonesia : kementrian kesehatan republik indonesia.

10. Setiawan, B. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5 ed.). Jakarta:
Interna Publishing.

11. Simadibarata, M., & Daldiyono. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam
(5 ed.). jakarta: interna publishing.

34
12. Suratmaja Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:
Sagung Seto. Halaman :1-24

13. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus
dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
2007:100-111

14. Rahajoe. NN, dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1 cetakan
Pertama. Jakarta. IDAI. h.350-365

15. Latief, abdul, dkk. 2009. Pelayanan kesehetan anak di rumah sakit
standar WHO. Jakarta : Depkes

16. Yangtjik, kiagus. 2014. Bronkopneumonia. Palembang. Bagian Ilmu


Kesehatan Anak RSMH

35

Anda mungkin juga menyukai