Oleh :
NPM: 20710090
Dokter Pembimbing:
Disetujui oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
dengan judul “Gastroenteritis Akut Dehidrasi Ringan Sedang ” pada Stase Ilmu
Kesehatan Anak di RSUD Ibnu Sina Gresik.
Tugas laporan kasus ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
ujian di Stase Ilmu Kesehatan Anak dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Dokter Muda di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Selain itu, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I
1.1 Identitas Pasien..........................................................................................1
1.2 Anamnesis..................................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik (Obyektif)....................................................................3
1.4 Diagnosis Awal..........................................................................................5
1.5 Diagnosis Banding.....................................................................................5
1.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................5
1.7 Diagnosis Akhir.........................................................................................6
1.8 Resume.......................................................................................................6
1.9 Tatalaksana................................................................................................7
1.10 Prognosis....................................................................................................7
1.11 Follow Up..................................................................................................8
BAB II
2.1 Gastroenteritis..........................................................................................11
2.1.1 Definisi.....................................................................................................11
2.1.2 Epidemiologi............................................................................................11
2.1.3 Klasifikasi................................................................................................12
2.1.4 Cara Penularan.........................................................................................12
2.1.6 Etiologi.....................................................................................................13
2.1.7 Patogenesis dan Patofisiologi..................................................................14
2.1.8 Manifestasi Klinis....................................................................................16
2.1.9 Diagnosis.................................................................................................18
2.1.10 Tatalaksana..............................................................................................23
BAB III
3.1 Analisa Kasus..........................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
iv
BAB I
LAPORAN KASUS
Agama : Islam
No. RM : 697717
1.2 Anamnesis
Alloanamnesis dan autoanamnesis dilakukan pada tanggal 29 November 2021.
Keluhan Utama : Buang air besar (BAB) cair.
Pasien datang dengan keluhan buang air besar (BAB) cair sejak 3 hari
SMRS yaitu tepatnya pada kamis pagi. BAB cair timbul dengan tiba-tiba dan
sudah berlangsung ± 5x saat itu. Tinja berbentuk cair, jumlah tinja setiap kali
BAB tidak begitu banyak dengan ampas sedikit, berwarna kuning, tidak ada
lendir, tidak ada darah, berbau amis, tidak seperti minyak, dan tidak seperti air
cucian beras. Selain itu, juga disertai muntah sejak 1 hari SMRS yaitu pada sabtu
malam, sebanyak 4 kali sehari, muntah berisi makanan yang dimakan dan tidak
ada darah. Selama BAB cair dan muntah ayah pasien mengatakan anaknya terlihat
lemas dan lebih rewel dari biasanya, namun masih mau minum serta terlihat lebih
haus dari biasanya.
1
Selain buang air besar cair dan muntah, pasien juga mengalami demam
sejak 3 hari SMRS yaitu pada pagi hari timbul bersamaan dengan munculnya
buang air besar cair. Demam tidak begitu tinggi, timbul secara perlahan. Demam
tidak disertai dengan menggigil.
Pada kamis pagi, pasien sempat dibawa ke bidan dan diberikan obat untuk
buang air besar (BAB) cair, muntah dan demamnya namun keluhan tidak
membaik sehingga orang tua pasien membawa pasien pada Minggu pagi ke IGD
RSUD Ibnu Sina Gresik. Riwayat mencret apabila memakan makanan tertentu
atau minum susu disangkal oleh ayah pasien.
ANC : Ibu pasien rutin memeriksa kehamilan di bidan, kaki bengkak (-), muntah-
muntah berlebihan (-), trauma (-), anemia (-), perdarahan (-)
Riwayat kelahiran : Pasien anak pertama, lahir lebih bulan 40 minggu lebih 1
minggu, BBL 2600 gram, lahir langsung menangis dengan Ibu KPD.
Riwayat Nutrisi
Pasien diberi ASI hanya sampai usia 1 minggu setelah itu dilanjutkan dengan susu
formula. Pada usia 6 bulan baru diberikan MPASI.
Riwayat Imunisasi
Usia Vaksin
0 Hb 1
1 BCG, Polio 1
2 DPT/Hb Kombo 1, Polio 2
2
3 DPT/Hb Kombo 2, Polio 3
4 DPT/Hb Kombo 3, Polio 4
9 Campak
6 bulan duduk
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign :
3
- Suhu : 36,7o C, axillar
Status Gizi :
- BB : 22 Kg
- TB : cm
- BB/U : 0 < SD < 2
- TB/U : -3 < SD
- BB/TB : 2 < SD ≤ 3
Status Generalis
4
- Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba. nyeri tekan (-)
- Perkusi : Timpani (+)
- Turgor pada kulit di abdomen sedikit menurun
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), capillary refill time <2 detik
5
Leukosit (-)
Eritrosit (-) 0-1
Amoeba (-) -
Telur cacing (-)
Sisa makanan (+)
Lain-lain (-)
Selain buang air besar cair dan muntah, pasien juga mengalami demam
sejak 3hari SMRS yaitu pada pagi hari timbul bersamaan dengan munculnya
buang air besar cair. Demam tidak begitu tinggi, timbul secara perlahan. Demam
tidak disertai dengan menggigil.
Pada kamis pagi, pasien sempat dibawa ke bidan dan diberikan obat untuk
buang air besar (BAB) cair, muntah dan demamnya namun keluhan tidak
membaik sehingga orang tua pasien langsung membawa pasien pada minggu pagi
ke IGD RSUD Ibnu Sina Gresik.
Pasien dilahirkan dari Ibu P1A0, lahir secara spontan, BBL 2600 gram,
hamil lebih bulan (postterm), dengan KPD (+). Pasien mendapatkan ASI hanya
sampai usia 1 minggu kemudian dilanjutkan dengan susu formula. Setelah usia 6
6
bulan baru diberikan MPASI. Imunisasi pada pasien sudah semua. Riwayat
tumbuh kembang normal sesuai usia dan tidak ada keterlambatan.
Pada pemeriksaan laboratorium, dari hasil darah rutin tidak ada hasil yang
bermakna namun ditemukan peningkatan granulosit dan juga dari hasil
pemeriksaan faeces semua masih dalam batas normal.
1.9 Tatalaksana
Farmakologi
7
1.11 Follow Up
Tanggal SOAP
29/11/2021 S: O: A: P:
BAB 7x cair ,Keadaan umum: GEA - Inf. KAEN 3B
kekuningan, Compos mentis, Dehidrasi
12 tpm
muntah 2x, aktif ringan - sedang
badan lemas, TD: mmHg - Inj.
nafsu makan N : 104x/menit
Ondansentron
turun, minum RR : 24x/menit
susu sedikit, Temp : 36,7o C 3 x 2 mg k/p
2
BAK normal, SpO2 : 98% O bebas
- Inj. Ranitidin
K/L : - L-zinc 1 x cth
A/I/C/D -/-/-/-
I
Mata : Cekung +/+
Mulut : Mukosa bibir - Lacto-B 2 x1
kering
sachet
Thoraks: simetris,
retraksi (-)
Cor : BJ I-II reguler,
murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : Suara napas
vesikuler
(+/+),Rhonki
(-/-), Whezzing
(-/-)
Abdomen:
I : Datar
A: BU (+) 6x/menit
P: Soefl, Nyeri tekan
(-) LP Turgor >
2dtk
P: Timpani, nyeri
ketok (-)
Ekstremitas: Akral
Hangat, CRT
2dtk, Edema (-)
8
Tanggal SOAP
30/11/2021 S: O: A: P:
BAB 4x cair ,Keadaan umum: GEA Dehidrasi - Inf. KAEN 3B
kekuningan, Compos mentis ringan - sedang
12 tpm
mual (+),
muntah 1x, TD: mmHg - Inj.
badan lemas, N : 110x/menit
Ondansentron
nafsu makan RR : 30 x/menit
turun, minum Temp : 38,7o C 3 x 2 mg k/p
susu (+), BAKSpO2 : 96% O2
- Inj. Ranitidin
normal, Batuk bebas
(+), pilek (+) - L-zinc 1 x cth
K/L :
I
A/I/C/D -/-/-/-
Mata : Cekung -/- - Lacto-B 2 x1
Mulut : Mukosa
sachet
bibir kering
Thoraks: simetris, - Syr
retraksi (-)
Paracetamol
Cor : BJ I-II reguler,
murmur (-), 125mg/5ml
gallop (-)
cth 1 p.r.n
Pulmo : Suara napas
vesikuler
(+/+),Rhonki
(-/-), Whezzing
(-/-)
Abdomen:
I : Datar
A: BU (+) 4x/menit
P: Soefl, Nyeri
tekan (-) LP
Turgor > 2dtk
P: Timpani, nyeri
ketok (-)
Ekstremitas: Akral
Hangat, CRT
2dtk, Edema (-)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gastroenteritis
2.1.1 Definisi
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dari biasanya dengan atau tanpa
lendir dan darah. Diare akut adalaha diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(kurang dari 2 minggu), sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung
lebih dari 14 hari (lebih dari 2 minggu).1, 2, 3, 4
Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4
kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis
atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara
eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air
besar atau konsistesinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak
seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3
kali perhari, tetapi konsistesinya cair, keadaaan ini sudah dapat disebut diare. 1
2.1.2 Epidemiologi
Secara epidemiologi diare dapat ditemukan di seluruh dunia baik di negara
yang telah maju ataupun di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di
negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan sosial ekonomi yang
tinggi tetapi penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan selain karena
morbiditasnya juga karena biaya perawatan kesehatannya yang cukup besar.5
Berdasarkan data dari World Gastroenterology Organisation Practice Guideline
di seluruh dunia terdapat sekitar 1,5 miliar kasus diare pertahun dengan angka
kematian 1,5-2 juta terutama pada anak usia kurang dari 5 tahun atau mencapai
angka 18% dari seluruh dunia yang berarti lebih dari 5000 anak yang menderita
diare setiap harinya, dari semua kasus yang kematian akibat diare sekitar 78%
terjadi di kawasan Afrika dan Asia Tenggara dan pada negara berkembang anak-
10
anak usia dibawah 3 tahun mengalami diare kurang lebih 3 kali setiap tahunnya. 6,
7
2.1.3 Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :10, 11
- Lama waktu diare : diare akut dan diare kronik
- Mekanisme patofisiologis : osmotik, sekretorik, malabsorbsi, inflamasi,
infeksi, dan gangguan peristaltik
- Berat ringannya diare : berat atau ringan
- Penyebabnya infeksi atau tidak : diare infektif atau diare non infektif
- Penyebabnya organik atau tidak : diare organik atau diare fungsional
2.1.4 Cara Penularan
Cara penularan diare pada umumnya secara fekal-oral yang berarti melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
antara tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja
penderita diare atau secara tidak langsung melalui lalat (melalui 4F = finger, flies,
fluid, field).1
11
- Tidak memadainya air bersih
- Tidak memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif untuk 4-6 bulan
pertama kehidupan bayi
- Pencemaran air oleh tinja
- Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
- Kurangnya sarana kebersihan mandi, cuci, kakus (MCK)
- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higenis.1
2.1.6 Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh banyak penyebab, dimana dapat dikelompokkan
menjadi :10, 11
12
Gambar 1. Agen Penyebab Diare
(Sumber : World Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2012)
13
plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi
karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam
magnesium.
b. Diare sekretorik :
d. Kelompok lain :
14
atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi
enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu
atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan
mukosa usus.7
Simadibrata & Daldiyono (2009) serta Setiawan (2009) patogenesis diare karena
infeksi bakteri terdiri atas :
Diare yang disebabkan oleh bakteri-bakteri non invasif disebut juga diare
sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang
memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Misalnya S.
aureus, C. perfringens, V cholera eltor, Enterotoxigenic E. coli (ETEC). Misalnya
pada V. cholerae eltor, bekteri ini mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa
usus halus, dalam 15-30 menit sesudah diproduksi, enterotoksin ini menyebabkan
kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel usus,
sehingga meningkatkan kadar adenosin 3’5’- siklik monofosfat (siklik AMP)
dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus
yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natriu dan kalium.
15
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini
bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada
panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipokalemia.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,
dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi
berat. 1, 2
16
Gejala klinis :
Masa Tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual, muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus, Tenesmus, - Tenesmus, Kramp
kramp kolik kramp -
Nyeri kepala - + + - - 3 hari
lamanya sakit 5-7 hari >7hari 3-7 hari 2-3 hari variasi
Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek menerus
Cair
Darah - + Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis khas
Warna Kuning Merah- Kehijauan Tak Merah- Seperti air
hijau hijau berwarna hijau cucuian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anorexia Kejang+ Sepsis + Meteorismu Infeksi -
s sistemik+
2.1.9 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda tambahan lainya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong
17
atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering
atau basah. 1
Penilaian A B C
Lihat:
18
Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 19951
3. Pemeriksaan laboratrium
a. Pemeriksaan makroskopik
19
obat yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin.
Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya
gas dalam tinja akibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan
berkilat menunjukan adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja
menggambarkan kelainan di kolon, khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang
sangat berbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon.
Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan untuk
menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah asam
lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang tidak diserap
di usus halus sehingga masuk ke usus besar yang banyak mengandung bakteri
komensial. Bila pH tinja<6 dapat dainggap sebagai malabsorbsi laktosa. 1, 3
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder akibat
rusaknya mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim lactase.
Enzim laktsae merupakan enzim yang bekerja memecahkan laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa, yang selanjutnya diserap di mukosa usus halus, Salah satu
cara menentukan malabsorbsi laktosa adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi
dengan pemeriksaan pH tinja. Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip
melihat perubahan reaksi warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan
tablet clinitest. Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang
mengubah cupri sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mengambil bagian cair dari tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari 1 jam). Sepuluh
tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja diteteskan kedalam gelas tabung,
kemudian ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60 detik maka perubahan warna
yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru berarti negatif, kuning tua
berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning dan biru terdapat variasi warna
hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (+++=1%). Sedangkan terdapatnya
lemak dalam tinja lebih dari 5 gram sehari disebut sebagai steatore. 1, 3
b. Pemeriksaan mikroskopik :
20
leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang berlendir seujung lidi dan
diberi ½ tetes eosin atau Nacl lalu dilihat dengan mikroskop cahaya :1
Bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)
Bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)
Bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar disebut (+++)
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan sudan
III yang mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat diwarnai
secara mikroskopis dengan pembesarn 40 kali dicari butiran lemak dengan warna
kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria :1
(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100 buah
per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai ½ lapang
pandang
(++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per lapang
21
2.1.10 Tatalaksana
Terdapat lima pilar penting dalam tatalaksana diare yang telah ditetapkan
Departemen Kesehatan baik untuk yang dirawat dirumah maupun yang dirawat di
rumah sakit : 1, 12
1. Rehidrasi
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi
yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini: 1, 12
Rencana terapi A
- Jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang
sebagai tambahan
- Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air
matang
2. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgbb dan katakan pada ibu
22
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi dengan
lebih lambat.
Rencana terapi B
23
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui
mulut, sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau
ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai
berikut. 1
Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan
untuk memberikan pada penderita: 1, 12
Pada diare CRO merupakan terapi cairan utama. CRO telah 25 tahun
berperan dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun
karena diare. WHO dan UNICEF berusaha mengembangkan oralit yang sesuai
dan lebih bermanfaat. Telah dikembangkan oralt baru dengan osmolalitas lebih
rendah. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang lama, namun efektifitasnya
lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolalitas ini
juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi
24
pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan WHO dan UNICEF untuk
diare akut non kolera pada anak. 1, 12
1. KKP
2. Bronkopneumonia
3. Ensefalitis
4. Meningitis
5. Meteorismus
6. AKI
7. Impending decom cordis
Sebagai pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetik diapakai
singkatan O-B-E-S-E, sebagai singkatan Oralit, Breast feeding, Early Feeding,
Simultaneously with Education. 1, 3
25
serta budaya setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama
dengan yang dibutuhkan dengan anak sehat.1 Bayi yang minum ASI harus
diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Peranan ASI selain
memberikan nutrisi yang terbaik, juga terdapat 0,05 IgA/hari yang berperan
memberikan perlindungan terhadap kuman patogen.12 Bayi yang tidak minum ASI
harus diberi susu yang bisa diminum paling tidak setiap 3 jam. Pengenceran susu
atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa mungkin diperlukan untuk
sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau bertambah
hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat
tinja yang asam (pH<6) dan terdapat bahan yang mereduksi dalam tinja>0,5%.
Setelah diare berhenti, pemberian tetap dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba
kembali dengan susu atau formula biasanya diminum secara bertahap selama 2-3
hari.1, 12
Gejala klinis
Susu rendah laktosa (ml) Susu normal (ml)
menghilang (hari)
Ke 1 150 50
Ke 2 100 100
Ke 3 50 150
Ke 4 0 200
Tabel panduan kembali ke susu normal ( untuk setiap 200 ml)
Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan
lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energi diet
harus berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6kali atau
lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan
tambahan seperti serealia pada umunya dapat ditoleransi dengan baik pada anak
yang telah disapih. Makanan padat memiliki keuntungan, yakni memperlambat
pengosongan lambung pada bayi yang minum ASI atau susu formula, jadi
memperkecil jumlah laktosa pada usus halus per satuan waktu. Pemberian
makanan lebih sering dalam jumlah kecil juga memberikan keuntungan yang
sama dalam mencernakan laktosa dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar,
dapat diberikan makanan yang terdiri dari:makanan pokok setempat misalnya
26
nasi, kentang, gandum, roti, atau bakmi. Untuk meningkatkan kandungan
energinya dapat ditambahkan 5-10 ml minyak nabati untuk setiap 100 ml
makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya akan karoten.
Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan sayur-sayuran,
serta ditambahkan tahu, tempe, daging atau ikan. Sari buah segar atau pisang baik
untui menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang
mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman
ringan, sebaiknya dihindari. 1, 12
Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama diare, beberapa
kegagalan pertumbuhan mungkin dapat terjadi teruatama bila terjadi anorexia
hebat. Oleh karena itu perlu pemberian ekstra makanan yang akan zat gizi
beberapa minggu setelah sembuh untuk memperbaiki kurang gizi dan untuk
mencapai serta mempertahankan pertumbuhan yang normal. Berikan ekstra
makanan pada saat anak merasa lapar, pada keadaan semacam ini biasanya anak
dapat menghabiskan tambahan 50% atau lebih kalori dari biasanya.1, 12
Zinc
27
daya imunitasnya yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc
untuk anak-anak: 1
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka telah sembuh dari
diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk
anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau
oralit.1, 12
Terapi medikamentosa
Antibiotik
28
4x sehari selama 3 hari mg/kgBB
Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB
Obat Antidiare
Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine).
Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar
kemampuanya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin abkteri atau
bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai
kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada
bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin
diare akut pada anak.
29
Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture
opiii, paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare
pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak.
Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat
fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi
dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal.
Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak
dengan diare.
Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada
anak dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.
obat-obat lain:
Anti muntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat
menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi
rehidrasi oral. Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak
dengan diare, muntah biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi
Probiotik
30
terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan
imunomodulasi.
31
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang anak dikatakan diare akut jika didapatkan buang air besar pada
bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dari biasanya dengan atau tanpa lendir dan darah. Diare akut adalah
diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (kurang dari 2 minggu).
Pada pasien ini didapatkan dari anamnesis dengan keluhan yaitu buang air
besar (BAB) cair sejak 3 hari SMRS. BAB cait timbul dengan tiba-tiba dan
berlangsung sudah ± 5x pada pagi itu. Selain itu, BAB cair ini disertai dengan
muntah ± 4x hari, muntah berisi makanan bercampur dengan air dan tidak ada
darah. Pada anamnesis didapatkan penampilan klinis tinja yaitu berbentuk cair,
berwarna kekuningan, tidak ada lendir, tidak ada darah, tidak berbau busuk, tidak
seperti minyak dan tidak seperti air cucian beras. Selain BAB cair dan muntah,
pasien juga merasakan demam yang naik secara perlahan-lahan sejak 3 hari
SMRS. Demam tidak disertai dengan menggigil. Tidak ada riwayat mencret
apabila memakan makanan tertentu atau minum susu disangkal oleh ibu pasien
menunjukkan bahwa kemungkinan penyebab diare adalah infeksi atau dengan
kata lain ini merupakan diare infeksi yang cenderung disebabkan oleh virus.
Selama BAB cair dan muntah ayah pasien mengatakan anaknya terlihat
lemas dan lebih rewel dari biasanya, namun masih mau minum serta terlihat lebih
haus dari biasanya. Yang penting pada kasus ini adalah menilai apakah dengan
timbulnya diare dan muntah ini sudah sampai menyebabkan dehidrasi bahkan
sampai terjadi syok pada pasien ini karena kehilangan air dan elektrolit dari
diarenya dan diperburuk lagi dengan keluhan muntah pasien. Untuk menentukan
apakah terjadi dehidrasi pada pasien ini maka kita harus terlebih dahulu
melakukan penilaian untuk menentukan terjadinya dehidrasi dan dari penilaian itu
32
dikelompokkan apakah masuk ke dalam kelompok tanpa dehidrasi, dehidrasi
ringan-sedang dan dehidrasi berat. Beberapa keadaan pada pasien ini termasuk ke
dalam kelompok dehidrasi ringan-sedang karena berdarsarkan panduan untuk
dehidrasi ringan-sedang yaitu keadaan umum yang tampak lemah dari biasanya,
ubun-ubun cekung, mata cekung, air mata tidak ada (kering), bibir dan mulut
kering, anak merasa haus dan ingin banyak minum dan turgor kembali melambat.
Pada pemeriksaan fisik didapatka beberapa tanda yang menguatkan diare karena
infeksi dan menunjukkan adanya dehirasi ringan-sedang
33
DAFTAR PUSTAKA
4. Salwan, hasri. 2014. Diare Akut. Palembang. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSMH
5. Lindberg, G., Salam, M., Farthing, M., Khalif, I., Lind, E. S.,
Ramakrishna, B. S., et al. 2012. Acute diarrhea in adults and children : a
global perspective. World Gastroenterology Organisation Global
Guidelines.
6. Farthing, M., Lindberg, G., Dite, P., Khalif, I., Lindo, E. S., Ramakrishna,
B. S., et al. 2008. acute diarrhea. World Gastroenterology Organisation
practice guideline.
7. Zein, U., Sagala, K. H., & Ginting, J. (2004). Diare Akut Disebabkan
Bakteri. sumatera utara: Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara
10. Setiawan, B. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5 ed.). Jakarta:
Interna Publishing.
11. Simadibarata, M., & Daldiyono. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam
(5 ed.). jakarta: interna publishing.
34
12. Suratmaja Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:
Sagung Seto. Halaman :1-24
13. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus
dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
2007:100-111
14. Rahajoe. NN, dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1 cetakan
Pertama. Jakarta. IDAI. h.350-365
15. Latief, abdul, dkk. 2009. Pelayanan kesehetan anak di rumah sakit
standar WHO. Jakarta : Depkes
35