Anda di halaman 1dari 34

REFERAT

TUMOR PARU DAN TUMOR


MEDIASTINUM

Disusun Oleh :
EKA PUTRI PRAHASTUTI
20710090
Pembimbing :
dr. F H MANALU, Sp. Rad

KEPANITRAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SURABAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : EKA PUTRI PRAHASTUTI


NPM : 20710090
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Wijaya Kusuma Surabaya.
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Stase : Ilmu Kedokteran Radiologi
Judul Referat : Tumor Paru dan Tumor Mediastinum
Pembimbing : dr. F H MANALU, Sp.Rad

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Radiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya


Rumah Sakit Ibnu Sina Gresik

Disetujui oleh:

dr. F H MANALU, Sp. Ra

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan referat
Tumor Paru dan Tumor Mediastinum ini dengan baik sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Tulisan ini adalah hasil studi pustaka dari literature yang ada
seperti jurnal kedokteran, textbook kedokteran serta berbagai sumber lain.
Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua Bersama ini kami juga
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya referat ini, terutama kepada dr. F H MANALU, Sp. Rad sebagai
pembimbing.
Dalam penyusunan referat ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu
segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
referat ini dan untuk pelajaran bagi kita semua.

Gresik, 2 Agustus 2021


Penyusun

Eka Putri Prahastuti

iii
DAFTAR ISI

REFERAT...................................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumor Paru..................................................................................................................3
2.1.1 Definisi.........................................................................................................................3
2.1.2 Etiologi.........................................................................................................................4
2.1.3 Patofisiologi.................................................................................................................4
2.1.4 Gejala dan Tanda.........................................................................................................6
2.1.5 Diagnosis.....................................................................................................................7
2.1.6 Gambar Radiologi........................................................................................................8
2.1.7 Penatalaksanaan.........................................................................................................16
2.1.8 Prognosis....................................................................................................................16
2.2 Tumor Mediastinum..................................................................................................17
2.2.1 Definisi.......................................................................................................................17
2.2.2 Epidemiologi..............................................................................................................18
2.2.3 Klasifikasi..................................................................................................................18
2.2.4 Diagnosis...................................................................................................................18
2.2.5 Diagnosis Banding.....................................................................................................19
2.2.6 Gambaran Radiologi..................................................................................................19
2.2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................................24
2.2.8 Prognosis....................................................................................................................24
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................28

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan


baru yangabnormal. Tumor jinak atau Noduler Paru biasanya tidak menyebabkan
suatu gejala atautanda-tanda, biasanya ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan foto toraks atau CT,namun bisa menyebabkan bersin, batuk, batuk
darah, nafas pendek, dan panas apabila mengalami infeksi. Penentuan suatu
Tumor benign atau suatu kanker ganas stadium awaladalah penting sekali
karena mempengaruhi prognosis atau kesembuhan dari penderitanya.
Kanker paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker. Sekitar 32% dari
semua kematian akibat kanker pada pria dan 25% pada wanita disebabkan oleh
kanker paru. Sebagian besar kasus kanker paru terjadi pada individu berusia 35-75
tahun dengan insidensi puncak terjadi antara usia 55-65 tahun. Di Amerika Serikat
pada tahun 2010, 157.300 orang diproyeksikan meninggal akibat kanker paru-
paru. Angka tersebut melebihi total jumlah kematian akibat kanker kolon, rektum,
payudara, dan prostat. Hanya sekitar 2% pasien kanker paru yang didiagnosis
dengan metastasis dapat tetap hidup lima tahun setelah diagnosis. Tingkat
kelangsungan hidup untuk kanker paru yang didiagnosis pada stadium awal lebih
tinggi, yakni sekitar 49% dapat bertahan hidup selama lima tahun atau lebih. (Ina
J, 2016).
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, men-
cakup keganasan yang berasal dari paru itu sendiri (primer) maupun keganasan
dari luar paru (metastasis). Dalam pengertian klinis yang dimaksud dengan kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus). (Joseph J, 2020).
Penyebab pasti dari kanker paru belum diketahui secara jelas. Paparan atau
inhalasi berkepanjangan terhadap suatu zat yang ber-sifat karsinogenik merupakan
faktor penye-bab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik dan lain-lain. Dari beberapa kepustakaan telah dila-porkan bahwa etiologi
kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan

1
Doering telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok
dibandingkan yang tidak merokok. (Joseph J, 2020).
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu
struktur yang berada di antara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi jantung,
pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus, syaraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Secara garis besar
mediastinum dibagi atas 4 bagian penting yaitu mediastinum superior, anterior,
posterior, dan medial. (Risnawati, 2016).
Insiden tahunan di Amerika Serikat untuk tumor mediastinum sel germinal
non seminomatous diperkirakan sekitar 500 kasus. Tumor sel germinal antara 2-
5% pada laki-laki, dan terletak ekstragonad. Penelitian retrospektif dari tahun
1973 sampai dengan 1995 di New Mexico, USA mendapatkan 219 pasien tumor
mediastinum ganas yang diidentifikasi dari 110.284 pasien penyakit keganasan
primer, jenis terbanyak adalah limfoma 55%, sel germinal 16%, timoma 14%,
sarkoma 5%, neurogenik 3% dan jenis lainnya 7%. (Risnawati, 2016).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumor Paru

2.1.1 Definisi
Secara normal, tubuh memelihara suatu sistim dari pemeriksaan-
pemeriksaan (checks) dan keseimbangan-keseimbangan (balances) pada
pertumbuhan sel-sel sehingga sel-sel membelah untuk menghasilkan sel-sel baru
hanya jika diperlukan. Gangguan atau kekacauan dari sistim checks dan balances
ini pada pertumbuhan sel berakibat pada suatu pembelahan dan
perkembangbiakan sel-sel yang tidak terkontrol yang pada akhirnya membentuk
suatu massa yang dikenal sebagai suatu tumor.
Tumor-tumor bisa menjadi jinak atau ganas. Kanker adalah tumor yang
dipertimbangkan sebagai ganas. Tumor-tumor jinak biasanya dapat diangkat dan
tidak menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Tumor-tumor ganas, akan tumbuh
secara agresif dan menyerang jaringan-jaringan lain dari tubuh. Masuknya sel-sel
tumor kedalam aliran darah atau sistim limfatik menyebabkan menyebarnya tumor
ke tempat-tempat lain di tubuh. Proses penyebaran ini disebut metastasis, area-
area pertumbuhan tumor pada tempat-tempat yang berjarak jauh disebut
metastases. Karena kanker paru-paru cenderung untuk metastase, maka tidak aneh
bila kanker paru merupakan kanker yang sangat mengancam nyawa dan
merupakan satu dari kanker-kanker yang paling sulit dirawat. Kelenjar adrenal,
hati, otak, dan tulang adalah tempat-tempat yang paling sering menjadi tempat
metastase untuk kanker paru.
Kanker paru umumnya dibagi menjadi dua kategori besar, yakni kanker
paru sel kecil (small cell lung cancer-SCLC) dan kanker paru non-sel kecil (non-
small cell lung cancer-NSCLC). Kategori NSCLC terbagi lagi menjadi
adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel besar. Sekitar 80%
kasus kanker paru merupakan NSCLC.

3
2.1.2 Etiologi
Penyebab pasti kanker paru belum diketahui, namun paparan atau inhalasi
berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab
utama, disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik,dan lain-
lain. Dari beberapa kepustakaan, telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru
sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering (1928)
melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan dengan
yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang
dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa 1 dari 9
perokok berat akan menderita kanker paru. Laporan beberapa penelitian
mengatakan bahwa perokok pasif pun berisiko terkena kanker paru. Diperkirakan
25% kanker paru dari pasien bukan perokok berasal dari perokok pasif. Terdapat
perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker paru, yakni proto
oncogen, tumor supressor gene, dan gene encoding enzyme.
Etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah sebagai berikut:
a. Paparan zat karsinogen, seperti :
 Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma
 Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
 Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik
b. Hidrokarbon, vinil klorida
 Polusi udara
 Penyakit paru seperti pneumonitis intersisial kronik.
 Riwayat paparan radiasi daerah torak
 Genetik

2.1.3 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasanya akan

4
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengar
pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka. Berdasarkan level penyebarannya penyakit kanker paru-paru
terbagi dalam dua kriteria:
1. NSCLC (non-small cell lung cancer)
 Adenokarsinoma
Kanker khas dengan bentuk formasi glandular dan kecenderungan ke arah
pembentukan konfigurasi papilari. Biasanya membentuk musin dan sering tumbuh
dari jaringan fibrosis paru. Dengan penanda tumor carcinoma embrionic antigen
(CEA), karsinoma ini bisa dibedakan dari mesotelioma.
 Karcinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa memiliki ciri khas yaituadanya proses keratinisasi
dan pembentukan jembatan intraselular. Studi sitologi memperlihatkan perubahan
yang nyata dari displasia skuamosa ke karsinoma insitu.
 Karsinoma broncoalveolar
Kanker ini merupakan subtipe dari adenokarsinoma yang mengikuti
permukaan alveolar tanpa menginvasi atau merusak jaringan paru.
 Karsinoma Sel Besar
Jenis ini merupakan suatu subtype dengan gambaran histologis yang dibuat
secara ekslusi. Karsinoma sel besar tidak memberikan gambaran diferensiasi
skuamosa atau glandular dengan sel bersifat anaplastik, tidak berdiferensiasi, dan
biasanya disertai infiltrasi sel neutrofil.
2. SCLC (small cell lung cancer)

5
Gambaran histologi khas adalah dominasi sel kecil yang hampir semuanya
diisi oleh mucus dengan sebaran kromatin dan sedikit nukleoli. Jenis ini disebut
juga oat cell carcinoma karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum.
Karsinoma sel kecil cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh darah halus
menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak ditemukan disertai
gambaran nekrosis. Komponen DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap di
sekitar pembuluh darah.

2.1.4 Gejala dan Tanda


Pada stadium awal, sebagian besar kanker paru tidak menunjukkan gejala
klinis. Gejala dan tanda kanker paru umumnya terjadi pada kasus stadium lanjut,
antara lain:
 Lokal
- Batuk baru atau batuk yang lebih hebat pada batuk kronis
- Hemoptisis
- Mengi/ stridor karena obstruksi saluran napas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Atelektasis
 Invasi Lokal
- Nyeri dada
- Sesak napas karena efusi pleura
- Invasi ke perikardium yang menyebabkan tamponade atau aritmia
- Sindrom vena kava superior
- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
- Suara serak, karena penekanan berulang pada N. laryngeal
- Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brachialis dan saraf simpatis
servikalis
 Gejala Penyakit Metastasis
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
 Sindroma Paraneoplasti Terdapat pada 10% pada pasien kanker paru
- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

6
- Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
- Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid
- Dermatologik : eritema multiformis, hiperkeratosis, jari tabuh
- Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone
- Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Hipertrofi osteoartropati
 Asimtomatik dengan Kelainan Radiologi
- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK yang terdeteksi secara
radiologis
- Kelainan berupa nodul soliter

2.1.5 Diagnosis
Modalitas diagnosis yang dapat digunakan berupa:
o Sitologi sputum
o Foto toraks
o CT-scan paru
o Bronkoskopi
o PET/CT-scan
Penentuan stadium dilakukan dengan menilai kondisi tumor primer,
kelenjar getah bening, dan status metastasis.

7
2.1.6 Gambar Radiologi
a. Gambaran Radiologi

8
Gambaran radilolgi foto Thorax Normal

Gambaran Lesi Perifer Pada Paru-Paru Kanan


Nodul soliter paru biasanya akan memberikan gambaran lesi berbentuk
seperti koin yang dikenal sebagai “coin lesion”.

9
Gambaran Massa Pada Hilum Kiri Disertai Kavitasi
Pembesaran hilum merupakan gambaran radiografi umum adanya massa
hilum atau perihilum. Massa tumor dan pembesaran kelenjar limfe menyebabkan
gambaran hilum menjadi lebih opaque.

Gambaran Konsolidasi Heterogen Difuse Pada Kedua Paru


Gambaran radiografi lain yang biasanya menyertai adanya tumor paru
adalah kalsifikasi pada lesi, lesi berbentuk kavitasi, adanya lesi satelit, adanya
tanda metastasis ke tulang rusuk, serta pembesaran bayangan jantung akibat
adanya efusi pericardium.

10
Gambar Radiografi Dada Posteroanterior Menunjukkan Massa Kistik
Berisi Udara Di Lobus Kanan Atas (Panah) Dan Kista Kecil Yang Berdekatan
(Panah)

Gambar Radiografi dada posteroanterior menunjukkan massa lobus kiri


bawah ( * ) yang mengakibatkan efek massa dan perpindahan trakea (panah).
(Kasus anak perempuan 3 tahun dengan demam berulang)

11
Radiografi dada posteroanterior menunjukkan massa jaringan lunak yang
besar di lobus kanan atas ( * ). Juga ditunjukkan adalah kista berisi udara
berdinding tipis (panah), nodul (panah), dan nodul kavitas (panah berekor).

Gambaran Koin Lesion : Metastasis Karsinoma Kolorektal

12
Gambar Radiologi Thorax Setelah Biopsi Bedah Mengungkapkan
beberapa Nodul Bibasilar Terutama Di Sisi Kanan (Panah Hitam). Sebuah
Kondensasi Juga Diamati Di Lobus Tengah Kanan, Sugestif Dari Proses
Pneumonia.

Gambar Di Sebelah Kiri, Radiografi Dada Menunjukkan Massa Paru Yang


Homogen Dengan Tepi Yang Jelas Di Lobus Kanan Atas (Panah Putih),
Bersentuhan Dengan Pleura Dan Berhubungan Dengan Hilangnya Volume. Di
Sebelah Kanan, Dalam Rekonstruksi Koronal Computed Tomography (CT)
Dengan Jendela Jaringan Lunak, Massa Yang Terdefinisi Dengan Baik Dapat
Diamati Dengan Area Nekrosis Sentral Yang Kontak Dengan Pleura Dan
Menghasilkan Penebalan, Serta Hilangnya Volume Hemitoraks Kanan.

b. Gambaran Metastase

13
Metastasis kavitasi pada Pria usia 51 tahun yang telah menjalani
laringektomi total pada karsinoma laring sel skuamosa 2 tahun sebelumnya. (a)
Rontgen dada bagian depan yang diperoleh sebelum kemoterapi menunjukkan
beberapa massa (panah) di kedua paru-paru. Perhatikan kavitasi eksentrik kecil
(panah) dari massa di kiri atas melengkung. (b) Radiografi dada frontal yang
diperoleh setelah dua siklus kemoterapi menunjukkan kavitasi nodul yang luas
dengan air-fluid level (panah). Perhatikan penebalan dinding rongga yang tidak
teratur. Pemeriksaan sitologi sputum ditemukan karsinoma sel skuamosa.

Metastasis kalsifikasi pada wanita 44 tahun yang telah menjalani


eksisi luas massa paha kiri, yang terbukti menjadi osteosarcoma, 7 tahun
sebelumnya. (a) Radiografi dada frontal menunjukkan beberapa area nodular
atenuasi pada kedua paru. Sebuah kalsifikasi fokal (panah) dicurigai pada nodul di
lobus kiri atas. (b) CT scan transversal dengan kontras yang diperoleh pada tingkat
lengkung aorta dengan jelas menunjukkan kalsifikasi (panah) di dalam nodul.

14
Pemeriksaan histopatologi dari massa yang direseksi mengungkapkan
osteosarkoma metastatik dengan fokus dari osifikasi.

Metastasis hemoragik pada wanita 42 tahun dengan koriokarsinoma yang


datang dengan hemoptisis. Darahnya – kadar human chorionic gonadotropin lebih
dari 140.000 U/mL. (a) Radiografi dada bagian depan menunjukkan redaman
nodular dan tambal sulam yang tidak jelas di kedua paru-paru. (b) CT scan
transversal diperoleh dengan modifikasi paru-paru pengaturan jendela
menunjukkan beberapa area redaman nodular dengan area sekitar opasitas ground-
glass (panah). Area ground-glass opacity disebabkan oleh perdarahan di sekitar
nodul metastatik. Kavitasi kecil (panah) terlihat di dalam massa di paru kanan.

Pneumotoraks pada seorang pria 19 tahun dengan a osteosarcoma yang


diketahui dari ekstremitas bawah yang tiba-tiba mengalami dispnea. Radiografi
dada bagian depann menunjukkan pneumotoraks (panah). Perhatikan kelipatannya
nodul paru metastatik kecil (panah).

15
Pola metastasis ruang udara dari adenokarsinoma lambung pada pria
berusia 38 tahun yang memiliki menjalani gastrektomi radikal 4 tahun
sebelumnya. (a) Radiografi dada frontal menunjukkan konsolidasi ruang udara
dengan bronkogram udara di lobus kanan atas. Sebuah radiografi dada diperoleh 1
tahun sebelumnya (tidak ditampilkan) mengungkapkan kecil lesi berbatas tidak
merata di lobus kanan atas yang konsisten dengan tuberkulosis dan gagal
merespons terhadap terapi antituberkulosis. (b) CT scan transversal menunjukkan
konsolidasi di lobus kanan atas dengan sekitarnya opasitas ground-glass dan
bronkogram udara (panah). Biopsi baji dari lesi ini mengungkapkan
adenokarsinoma, yang juga merupakan temuan histopatologi pada lesi lambung.
2.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan tumor paru adalah kuratif, paliatif dan suportif.
Pengobatan kuratif kemoterapi dikombinasikan secara terintegrasi dengan
modalitas pengobatan kanker lainnya pada pasien dengan penyakit lokoregional
lanjut. Kemoterapi digunakan sebagai terapi baku untuk pasien mulai dari stadium
IIIa dan pengobatan paliatif. Kemoterapi adjuvan diberikan mulai dari stadium II
agar tumor lokoregional dapat direseksi lengkap. Kemoterapi diberikan setelah
terapi lokal definitif dengan pembedahan, radioterapi, atau keduanya. Regimen
yang dikembangkan adalah CAP (siklofosfamid, doksorubisin, dan cisplatin).
Untuk kasus tumor paru ganas, terdapat perbedaan mendasar dari Non
Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC) dengan Small Cell Lung Carcinoma
(SCLC), sehingga pengobatannya harus dibedakan. Pengobatan Non Small Cell
Lung Carcinoma (NSCLC) meliputi terapi bedah yang merupakan pilihan pertama
pada stadium I atau II pada pasien yang adekuat sisa cadangan parenkim parunya.

16
Pada stadium III A masih ada kontroversi mengenai keberhasilan operasi bila
kelenjar mediastinum ipsilateral atau dinding torak terdapat metastasis. Pada
stadium IIIb dan IV tidak dioperasi, tetapi dilakukan Combined Modality Therapy
yaitu gabungan radiasi, kemoterapi dengan operasi..
Untuk jenis Small Cell Lung Carcinoma (SCLC), dibagi dua, yaitu limited
stage disease yang diobati dengan tujuan kuratif (yaitu kombinasi kemoterapi dan
radiasi).

2.1.8 Prognosis
Pengobatan Non Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC) meliputi terapi
bedah yang merupakan pilihan pertama pada stadium I atau II pada pasien yang
adekuat sisa cadangan parenkim parunya. Survival pasien pada stadium I
mendekati 60%, pada stadium II 26-37%. Untuk jenis Small Cell Lung
Carcinoma (SCLC), dibagi dua, yaitu limitedstage disease yang diobati dengan
tujuan kuratif ( yaitu kombinasi kemoterapi dan radiasi ) dan angka keberhasilan
terapi sebesar 20% serta extensive-stage disease yang diobati dengan kemoterapi
dan angka respon terapi inisial sebesar 60-70% dan angka respon terapi komplit
sebesar 20- 30%. Angka median-survival time untuk limited-stage adalah 18 bulan
dan untuk extensive-stage disease adalah 9 bulan

2.2 Tumor Mediastinum

2.2.1 Definisi
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum
yaitu struktur yang berada di antara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi
jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus,
syaraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Secara garis besar
mediastinum dibagi atas 4 bagian penting yaitu mediastinum superior, anterior,
posterior, dan medial.
Rongga mediastinum ini sempit dan tidak dapat diperluas, maka
pembesaran tumor dapat menekan organ di dekatnya dan dapat menimbulkan
kegawatan yang mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh

17
lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan
dan tanda akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya.
Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting. Mediastinum
superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5 dan bagian
bawah sternum. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke
diafargma di depan jantung. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum
superior ke diafragma di belakang jantung. Mediastinum medial (tengah), dari
garis batas mediastinum superior ke diafragma di antara mediastinum anterior dan
posterior.

Gambar Mediastinum
2.2.2 Epidemiologi
Data frekuensi tumor mediasinum di Indonesia antara lain didapat dari
SMF Nedah Toraks RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo Surabaya.
Pada tahun1970 - 1990 di RS Persahabatan dilakukan operasi terhadap 137 kasus,
jenis tumor yang ditemukan adalah 32,2% teratoma, 24% timoma, 8% tumor
syaraf, 4,3% limfoma. Data RSUD Dr. Soetomo menjelaskan lokasi tumor pada
mediastinum anterior 67% kasus, mediastinum medial 29% dan mediastinum
posterior 25,5%. Dari kepustakaan luar negeri diketahui bahwa jenis yang banyak
ditemukan pada tumor mediastinum anterior adalah limfoma, timoma dan germ
cell tumor.

18
2.2.3 Klasifikasi

2.2.4 Diagnosis
Anamnesis Tumor mediastinum sering tidak memberi gejala dan terdeteksi
pada saat dilakukan foto toraks. Untuk tumor jinak, keluhan biasanya mulai timbul
bila terjadi peningkatan ukuran tumor yang menyebabkan terjadinya penekanan
struktur mediastinum, sedangkan tumor ganas dapat menimbulkan gejala akibat
penekatan atau invasi ke struktur mediastinum.
Gejala dan tanda yang timbul tergantung pada organ yang terlibat, -
batuk, sesak atau stridor muncul bila terjadi penekanan atau invasi pada trakea
dan/atau bronkus utama, - disfagia muncul bila terjadi penekanan atau invasi ke
esofagus - sindrom vena kava superior (SVKS) lebih sering terjadi pada tumor
mediastinum yang ganas dibandingkan dengan tumor jinak, - suara serak dan
batuk kering muncul bila nervus laringel terlibat, paralisis diafragma timbul
apabila penekanan nervus frenikus - nyeri dinding dada muncul pada tumor
neurogenik atau pada penekanan sistem syaraf.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik akan memberikan informasi
sesuai dengan lokasi, ukuran dan keterbatasan organ lain, misalnya telah terjadi
penekanan ke organ sekitarnya. Kemungkinan tumor mediastinum dapat
dipikirkan atau dikaitkan dengan beberapa keadaan klinis lain, misalnya:

19
- miastenia gravis mungkin menandakan timoma
- limfadenopati mungkin menandakan limfoma
Pemeriksaan penunjang dapat berupa biopsy PA, Radiologi, Tumor marker,FOB

2.2.5 Diagnosis Banding

2.2.6 Gambaran Radiologi


Pada radiografi thorax, kista mediastinum jinak muncul sebagai area yang
berbatas tegas, bulat atau oval dengan peningkatan opasitas. Penampilannya mirip
dengan lesi mirip kista lainnya, tetapi lokasinya di mediastinum dapat
menyarankan diagnosis dan memandu prosedur pencitraan selanjutnya. Gambaran
CT dari kista mediastinum jinak adalah (a)massa halus, oval atau tubular dengan
dinding tipis yang jelas yang biasanya meningkat setelah pemberian bahan kontras
intravaskular, (b) redaman homogen, biasanya dalam kisaran redaman air (0-20
HU), (c) tidak ada peningkatan isi kista, dan (d) tidak ada infiltrasi struktur
mediastinum yang berdekatan. 

Gambar Mediastinum

20
Gambar Tumor Mediastinum

Gambar Radiologi Tumor Mediastinum


Contoh kasus dari gambar diatas, Seorang pria 35 tahun dengan thymoma
(WHO B3) dan terjadi metastasis pleura. Pada gambaran Radiografi dada bagian
depan menunjukkan massa (panah putih) yang diproyeksikan di atas hilus
kiri. Tanda hilus overlay (panah putih putus-putus) dan tanda siluet dengan batas
jantung kiri (panah hitam putus-putus) ada. Ada juga pelestarian perbatasan aorta
toraks turun (panah hitam). Hal ini sesuai dengan massa mediastinum
anterior. Beberapa nodul berbasis pleura (tanda bintang hitam) terlihat di zona kiri
atas.

21
Radiografi konvensional dapat memberikan informasi yang berkaitan
dengan ukuran, lokasi anatomi dan kepadatan massa sentral. Kanan : Rontgen
dada bagian depan menunjukkan area yang jelas dengan peningkatan opasitas
dengan hilangnya siluet jantung di perbatasan sisi kanan jantung (*). CT scan
dengan kontras menunjukkan lesi water-atenuasi berdinding tipis (*) di sudut
cardiophrenic kanan (kista perikardial). Tengah : Radiografi dada lateral dan CT
scan dengan kontras menunjukkan massa hipodens unilokular, berbatas tegas dan
homogen di mediastinum anterior dengan kalsifikasi perifer ( panah terbuka )
(kista timus). Kiri : Rontgen dada menunjukkan jendela aortopulmonal dengan
batas cembung abnormal ( panah). CT scan dengan kontras menunjukkan massa
multilobulasi di mediastinum anterior ( panah ), yang menyebabkan distorsi
jendela AP (sklerosis nodular penyakit Hodgkin).

Gambar Radiologi Thorax. Pada Posteroanterior Sebagai Massa Yang


Mengganggu Garis Paraspinal Kiri Inferior ( Panah Hitam )

22
Gambar Radiologi Thorax frontal menunjukkan tanda hilus overlay


Gambar Radiologi Thorax frontal mengungkapkan massa mediastinum lobulated
( panah ) di sisi kanan

23
Gambar Radiologi Thorax frontal menunjukkan massa mediastinum yang besar
dan berbatas tegas dengan peningkatan densitas ( panah )

Anatomi normal dan tanda siluet. A , Radiologi Thorax posteroanterior


coned-down menunjukkan batas normal mediastinum anterior: batas jantung
kanan (panah putih), batas jantung kiri (panah hitam), dan aorta asendens
(panah). Struktur ini biasanya terlihat pada radiografi dada karena digambarkan
oleh paru-paru yang berisi udara. B, Radiologi thorax posteroanterior coned-down
dari pasien yang berbeda menunjukkan pengaburan batas jantung kanan dan aorta
asendens oleh massa mediastinum anterior kanan besar yang ditemukan mewakili
limfoma pada saat operasi. Hilangnya batas normal dan struktur, yang dikenal
sebagai tanda siluet, dapat digunakan untuk melokalisasi kelainan pada
kompartemen mediastinum tertentu seperti mediastinum anterior dalam kasus ini.

2.2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor mediastinum sangat bergantung pada sifat tumor,
jinak atau ganas. Tindakan untuk tumor mediastinum yang bersifat jinak adalah
bedah, sedangkan untuk tumor ganas berdasarkan jenisnya. Jenis tumor
mediastinum ganas yang paling sering ditemukan adalah timoma (bagian dari
tumor kelenjar timus), sel germinal dan tumor saraf. Secara umum terapi untuk
tumor mediastinum ganas adalah multimodaliti yaitu bedah, kemoterapi dan
radiasi. Beberapa jenis tumor resisten terhadap radiasi dan/atau kemoterapi
sehingga bedah menjadi pengobatan pilihan, tetapi banyak jenis lainnya harus
mendapatkan tindakan multimodaliti. Kemoradioterapi dapat diberikan sebelum
bedah (neoadjuvan) atau sesudah bedah (adjuvan). Pilihan terapi untuk timoma

24
ditentukan oleh staging penyakit saat diagnosis. Untuk tumor sel germinal sangat
bergantung pada subtipe tumor, tumor saraf dibedakan berdasarkan jaringan yang
dominan pada tumor.

2.2.8 Prognosis
Banyak faktor yang menentukan prognosis penderita timoma. Masaoka
menghitung umur tahan hidup 5 tahun berdasarkan staging penyakit, 92,6% untuk
stage I, 85,7% untuk stage II, 69,6% untuk stage III dan 50% untuk stage IV.
Bambang dkk mendapatkan faktor-faktor yang bermakna mempengaruhi
prognosis penderita timoma pascareseksi di RS. Persahabatan yaitu staging, jenis
tindakan, histopatologi dan reaksi miastenia. Dari 31 penderita timoma yang
dibedah di RS Persahabatan didapatkan umur tahan hidup untuk tahun I sebesar
58,44%, tahun kedua 43,29%, tahun ketiga sampai dengan tahun kelima 30,9%,
sedangkan median survival adalah 16,2 bulan. Penderita dengan reaksi miastenia
mempunyai angka tahan hidup 5 tahun (74%) sedangkan yang tidak hanya
mempunyai umur tahan hidup 2 tahun (11,8%).

25
BAB III
KESIMPULAN

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum


yaitu rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi
jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena trakea, kelenjar timus,
syaraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Rongga mediastinum
ini sempit dan tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan
organ di dekatnya dan dapat menimbulkan kegawatan yang mengancam jiwa.
Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga pasien sering datang
setelah tumor cukup besar, disertai keluhan dan tanda akibat penekanan tumor
terhadap organ sekitarnya.
Modalitas terapi untuk tumor mediastinum germinalnonseminoma ialah
kemoterapi. Cisplatin based kemoterapiadalah terapi untuk golongan ini dan
kadang dilakukanoperasi pascakemoterapi (postchemoterapy adjuctivesurgery).
Regimen yang digunakan Cisplatin, Bleomisindan Etoposid selama minimal 4
siklus. Kemoterapi BEPini secara signifikan dapat meningkatkan harapan
hiduppasien sekitar 50%.
Selain itu untuk tumor paru Tujuan pengobatannya adalah kuratif, paliatif
dan suportif. Pengobatan kuratif kemoterapi dikombinasikan secara terintegrasi
dengan modalitas pengobatan kanker lainnya pada pasien dengan penyakit
lokoregional lanjut. Kemoterapi digunakan sebagai terapi baku untuk pasien mulai
dari stadium IIIa dan pengobatan paliatif. Kemoterapi adjuvan diberikan mulai
dari stadium II agar tumor lokoregional dapat direseksi lengkap.
Berikut beberapa perbedaan antara tumor paru dan tumor mediastinum
agar pemahaman kita lebih luas terhadap penyakit ini.

26
Karakteristik berikut menunjukan bahwa bahwa lesi berasal dari mediastinum:

o Tidak seperti lesi paru, massa mediastinum tidak akan mengandung


airbronchograms. Air bronchogram sign merupakan gambaran udara yang ada
pada broncus, ini khas pada tumor paru (karena berasal dari paru). Sedangkan
tumor mediastinum bukan berasal dari paru.
o Margin pada tumor paru-paru akan tumpul
o Garis mediastinum (resesus azygoesophageal, garis persimpangan anterior dan
posterior) akan terganggu.
o Bisa ada kelainan tulang belakang, kosta atau sternum yang terkait.

27
Pada gambar kiri foto thorax PA terlihat lesi yang membentuk sudut yang
tajam dengan mediastinum, maka dari itu lesi terebut merupakan massa paru.
Massa merupakan pancoast tumor. Gambar sebelah kanan terdapat massa
membentuk sudut tumpul yang tidak tajam dengan mediastinum, maka dari itu,
massa tersebut merupakan massa mediastinum (timoma).

28
DAFTAR PUSTAKA

[1] PerhimpunanDokterParu Indonesia. 2003.


PedomanDiagnostik&Penatalaksanaan Di Indonesia Tumor Mediastinum
[2] Tim Editor. 2016. KankerParu :SebuahKajianSingkat. Ina J Chest Crit And
Emerg Med Vol. 3, No. 1
[3] ChingChingOng,Dkk. 2012. Imaging Of Anterior MediastinalTumours.
Department Of Diagnostic Imaging, National University Hospital, 1e Kent
Ridge Road, Singapore. Journal E-Med
[4] SergiJuanpere,Dkk. 2013. A Diagnostic Approach To The Mediastinal
Masses. Artike Review Springerlink
[5] Brett W. Carter,Dkk. 2014. Approaching The Patient With An Anterior
Mediastinalmass: A Guide For Radiologists.Journal Of Thoracic Oncology,
Volume 9, Number 9
[6] Mi-Young Jeung,Dkk. 2002. Imaging Of CysticMasses Of The
Mediastinum. From The Departments OfRadiology B (M.Y.J., A.G., D.C.,
C.R.), Pathology (B.G.), Radiology 2 (A.B., J.L.D.), And Thoracic Surgery
(J.M.W.), University Hospital Of Strasbourg. RadioGraphics 2002; 22:S79–
S93
[7] RisnawatidanLaksmiWulandari. 2016. Tumor Mediastinum Anterior (Yolk
Sac Tumor) padaSeorangLaki-LakiDewasaMuda: SebuahKasus yang
Jarang. DepartemenPulmonologidanIlmuKedokteranRespirasi,
FakultasKedokteranUniversitasAirlangga/RSUD Dr.
Soetomo.JurnalRespirasiVol 2 Nomor 2Mei 2016
[8] ElisnaSyahruddin,dkk. TanpaTahun.Penatalaksanaan Tumor Mediastinum
Ganas.
DepartemenPulmonologidanIlmuKedokteranRespirasi.FakultasKedokteran
Universitas Indonesia– RS Persahabatan, Jakarta
[9] Muhammad Ilyas. 2017. GambaranRadiologiToraksPasien Tumor Paru Di
Rsup Dr. WahidinSudirohusodo Makassar PeriodeJanuari 2016 SampaiJuni
2017. FakultasKedokteranUniversitasHasanuddinMakassar
[10] OctavianusGiovani,dkk. 2018. Characteristics of Mediastinal Tumors in Dr.
HasanSadikin General Hospital, Periods of 2011-2016.
FakultasKedokteranUniversitasPadjajaran : Bandung. Journal of Medicine
and Health Characteristics of Mediastinal Tumors, Vol.2 No.2 August 2018
[11] AyuPestari,dkk. 2015. Tumor Paru. FakultasKedokteranUniversitas Islam
Sumatera Utara
[12] John P. Lichtenberger,dkk. 2012. Primary Lung Tumors in
Children:Radiologic-Pathologic Correlation. Department of Radiology and
RadiologicalSciences (J.P.L., E.M.C.) and Departmentof Pathology (J.P.L.,
A.R.H., E.M.C.),Uniformed Services University of the HealthSciences.
RadioGraphics 2018; 38:2151–2172
[13] Roberto Fornell-Pérez,dkk. 2012. Two Types of Presentation of Pulmonary
Inflammatory Pseudotumors. Jurnal Elsevier - Arch Bronconeumol.
2012;48(8):296–299

29
[14] Joon Beom Seo.,dkk. 2001. Atypical Pulmonary Metastases: Spectrum of
Radiologic Findings. e Department of Radiology, Gachon Medical School,
Gil Medical Center, Inchon, South Korea. RadioGraphics 2001; 21:403–417
[15] https://radiologyassistant.nl/chest/mediastinum/masses-differential-
diagnosis

30

Anda mungkin juga menyukai