Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II

Kasus Trauma (ABDOMEN)

Disusun Oleh :
Lela Istiqomah
1018031066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
TRAUMA ABDOMEN

A. Definisi
Trauma abdomen adalah Trauma yang terjadi pada struktur abdomen yang
dapat menyebabkan kematian. Mekanisme kejadian sangat berpengaruh
terhadap risiko terjadi trauma abdomen atau kerusakan organ yang ada
didalam rongga abdomen.
B. Klasifikasi
Trauma abdomen berdasarkan trauma dibagi menjadi 2 yaitu trauma tumpul
dan trauma penetrasi. :
1. Trauma tumpul
Trauma tumpul abdomen terjadi karena adanya kekuatan yang membentur
dinding abdomen dan tidak menyebabkan luka pada dinding abdomen.
Namun, organ didalam rongga abdomen mengalami kerusakan akibat
hantaman, tekanan, atau benturan. Trauma tumpul abdomen dapat dikarenakan
kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, olahraga, dan penganiayaan
fisik.Organ dalam rongga abdomen yang berisiko mengalami rupture yaitu
limpa, hepar, dan ginjal.

2. Trauma Penetrasi
Trauma Penetrasi terjadi ketika ada benda atau objek yang menembus ke
rongga abdomen. Benda tersebut dapat berupa pisau, peluru, atau benda lain
yang dapat menembus dinding abdomen. Benda yang menembus abdomen
sampai kerongga peritoneum dapat menyebabkan kerusakan intestinal.

C. Etiologi
Faktor penyebab trauma abdomen
1. Penyebab trauma penetrasi
- Luka akibat terkena tembakan
- Luka akibat tikaman benda tajam
- Luka akibat tusukan
2. penyebab trauma non-penetrasi
- Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
- Hancur (tertabrak mobil)
-cidera akselerasi/ deserasi karena kecelakaan olahraga

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis trauma abdomen dapat meliputi : nyeri (khususnya
karena
gerakan),nyeri tekan dan lepas(mungkin menandakan iritasi peritonium karena
cairan gastrointestinal atau darah)distensi abdomen ,demam, anoreksia, mual
dan
muntah ,tatikardi ,peningkatan suhu tubuh ( Smeltzer,2001)
a) Pemeriksaan fisik abdomen merupakan bagian dari pemeriksaan fisik
umum yang harus dilakukan pada pasien dengan atau tanpa keluhan pada
bagian abdomen
b) Pemeriksaan fisik abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi pada seluruh regio abdomen dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran klinis pasien berdasarkan organ intraabdomen yang diperiksa
c) Pemeriksaan fisik abdomen dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang lainnya, seperti pemeriksaan darah lengkap, USG, CT scan, dan
MRI

E. Patofisiologi
Trauma abdomen terjadi karena trauma ,infeksi ,iritasi dan obstruksi.
Kemungkinan bila terjadi perdarahan intra abdomen yang serius pasien akan
memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah
merah
dan akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral
mengalami
perforasi, maka tanda –tanda perforasi ,tanda-tanda iritasi peritonium cepat
tampak.
Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan , nyeri
spontan
,nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi
peritonitis
umum.
Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami tatikardi dan peningkatan
suhu tubuh , juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda –tanda peritonitis
belum
tampak .Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang
muncul .
Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk kerongga abdomen , maka operasi
harus
dilakukan (Sjamsuhidajat ,1997)

F. Pathway

Trauma penetrasi Trauma non penetrasi Trauma perforasi

Gaya predisposisi trauma melebihi


elastisitas dan viskositas jaringan

Jaringan tidak dapat


mengkompensasi

Terjadi perforasi jaringan


abdomen

Trauma abdomen

Kerusakan jaringan dan


Pecah/ robek pembuluh system syaraf
darah
Luka terbuka

Pelepasan mediator nyeri


Terjadi perdarahan pasif
↑ invasi patogen

Kehilangan volume Di tangkap persepsi nyeri


cairan berlebih Resiko infeksi

Impuls di kirim ke otak


Resiko syok

Nyeri akut Nyeri di persepsikan


Penatalaksanaan
1. Primery Survey
a. Nilai tingkat kesadaran
b. Lakukan penilaian ABCD
a. Airway : pastikan bahwa pasien memiliki jalan nafas yang lancar,
bersihkan jalan nafas dengan metode manual atau alat yang dianjurkan
b. Breathing : menjaga pernafasan dengan control ventilasi
Evaluasi rate, kedalaman nafas, kefektifan dalam bernafas,
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya cedera torak secara
bersamaan.
c. Circulation + control pendarahan : hentikan pendarahan dengan balud
tekan, kaji status pendarahan dan kaji tanda-tanda syok.
d. Disability : status neurologis (tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil,
tanda-tanda ratelisasi)
e. Eksplosure : buka semua pasien tindakannya log roll
f. Folley catether : pasang kateter untuk melihat output cairan dan adanya
pendarahan pada urin
g. Gastric Tube : kontra indikasi, fraktur basis cranii ( rinorea, otorea, battle
sign, racoon eyes). Indikasi ( mengurangi distensi, mencegah aspirasi,
nutrisi&obat dll).

2. Secondary survey
1) TTV
2) Head to toe
3) Anamnesa KOMPAK

G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Risiko infeksi
3. Risiko syok
H. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : (Trauma penetrasi,trauma Nyeri Akut
 Mengeluh nyeri non penetrasi,trauma
perforasi)
DO:
 Tampak Gaya predisposisi trauma
meringis melebihi elastisitas dan
 Bersikap visikositas jaringan
protektif
 Gelisah Jaringan tidak dapat

 Frekuensi nadi mengkompensasi


meningkat
Terjadi perforasi jaringan
 TD meningkat
abdomen
 Pola nafas
berubah
Trauma abdomen
 Nafsu makan
berubah
Kerusakan jaringan dan
 Proses berfikir
sistem saraf

Pelepasan mediator nyeri

Ditangkap persepsi nyeri

infus dikirim ke otak

nyeri dipersepikan

Nyeri akut

DS : (Trauma penetrasi,trauma RESIKO INFEKSI


DO : non penetrasi,trauma
- perforasi)
Gaya predisposisi trauma
melebihi elastisitas dan
visikositas jaringan

Jaringan tidak dapat


mengkompensasi

Terjadi perforasi jaringan


abdomen

Trauma abdomen

Kerusakan jaringan kulit

Luka terbuka

Peningkatan infansi
pathogen

RESIKO INFEKSI

(Trauma penetrasi,trauma Resiko syok


non penetrasi,trauma
perforasi)

Gaya predisposisi trauma


melebihi elastisitas dan
visikositas jaringan

Jaringan tidak dapat


mengkompensasi

Terjadi perforasi jaringan


abdomen

Trauma abdomen

Pecah atau robek pembulu


darah

terjadi pendarahan masif

Kehilangan volume cairan


berlebihan

RESIKO SYOK

I. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
b.d agen pencedera Nyeri akut Manajemen nyeri
fisik d.d Setelah dilakukan
Observasi
DS : intervensi
 Mengeluh keperawatan maka
 Identifikasi lokasi,
nyeri diharapkan tingkat
karakteristik,frekuensi,inten
nyeri menurun dengan
sitas nyeri
DO: kriteria hasil :
 Identifikasi skala nyeri
 Tampak  Keluhan nyeri
meringis menurun Terapeutik
 Bersikap  Meringis
protektif menurun  kontrol lingkungan yg

 memperberat rasa nyeri


 Gelisah Sikap protektif
 Frekuensi menurun
Edukasi
nadi  Gelisah
meningkat menurun  informasikan penggunaan
 TD  Kesulitan tidur
analgetik
meningkat menurun
 Pola nafas  Frekuensi nadi Kolaborasi
berubah membaik
 Nafsu makan  TD membaik  kolaborasi pemberian
berubah  Nafsu makan analgetik, jika perlu.
 Proses membaik
berfikir  Pola tidur
membaik
DS : Resiko syok Manajemen Hipovolemia
- Setelah dilakukan Observasi
intervensi  Periksa tanda dan gejala
DO : keperawatan selama hipovolemia
- 1x60menit diharapkan  Monitor intake dan output
tingkat syok menurun cairan
dengan kriteria hasil:
 Kekuatan nadi Terapeutik

meningkat
 Hitung kebutuhan cairan
 Tingkat
 Berikan posisi modified
kesadaran
trendelenburg
meningkat
 Berikan asupan cairan oral
 Saturasi
 Anjurkan menghindari
oksigen
perbahan posisi mendadak
meningkat
 Berikan cairan IV isotonis
 Pucat menurun
 Berikan produk darah untuk
 Haus menurun
meningkatkan tekanan
 TD membaik
onkotik plasma
 Tekanan nadi
membaik
 Frekuensi nadi
membaik
 Frekuensi
napas membaik
Risiko Infeksi b.d Risiko infeksi Pencegahan Infeksi
efek prosedur Observasi
invasif Setelah dilakukan  Monitor
intervensi tanda gejala infeksi lokal
keperawatan selama dan sistemik
2x60menit diharapkan
tingkat infeksi Terapeutik
menurun dengan  Batasi jumlah pengunjung
kriteria hasil :  Pertahankan teknik aseptik
 Kebersihan pada pasien berisiko tinggi
badan  Ajarkan meningkatkan
meningkat asupan cairan
 Nafsu makan Edukasi
meningkat  Ajarkan tanda dan gejala
 Nyeri menurun infeksi
 Bengkak  Ajarkan cara mencuci
menurun tangan dengan benar
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
 Anjurkan meningktakan
nutrisi
 Anjurkan meningkatan
asupan cairan
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, T., Putri, B. T., & Putri, K. D. (2016). Teori Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Oman, K. S., McLain, J. K., & Scheetz, L. J. (2008). Panduan Belajar Keperawatan
Emergensi. Jakata: Buku Kedokteran EGC.
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Rab, T. (2008). Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: P.T. Alumni.

Anda mungkin juga menyukai