JFT | 1
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
1. PENDAHULUAN
Cahaya adalah energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang
tampak dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Dengan adanya cahaya
yang menjalar pada suatu tempat, secara otomatis energi juga akan berpindah ke
tempat tersebut. Sifat dualisme cahaya sebagai partikel dan gelombang membuat
cahaya memiliki sifat yang unik untuk diteliti. Secara fisika cahaya dapat diartikan
sebagai pancaran energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang berasal dari
sumber cahaya. Sumber cahaya adalah benda-benda yang dapat mengeluarkanenergy
elektromagnetik atau disebut dengan radiasi elektromagnetik. Salah satu sumber
cahaya adalah matahari, dimana matahari memancarkan radiasi elektromagnetik
sehingga sampai ke bumi (Kurniawan, 2019).
Cahaya merupakan sebuah gelombang. Hal tersebut diterangkan oleh
Charles Huygens. Menurut Prinsip Huygens, setiap titik pada suatu gelombang
adalah pusat gelombang sekunderyang memancarkan gelombang baru ke segala
arah dengan kecepatan yang sama. Jika terdapat medium yang berbedacahaya akan
dipantulkan dan jika melewati medium tersebut maka kecepatan akan berubah.
Cahaya akan bergerak mendekati garis normal dari sudut datang (θ), apabila
medium yang dilewati lebih rapat. Dengan kata lain, panjang gelombang (λ)
berbanding lurus dengankecepatan gerak cahaya. Hal tersebut diknal dengan refraksi
atau pembiasan. Contoh dari prinsip tersebut adalah pelangi. Pelangi adalah contoh
dari interferensi konstruktif. (Kiel, 2007).
Cahaya laser, sebagian dipantulkan kekanan dan sisanya ditransmisikan
keatas. Bagian yang dipantulkan kekanan oleh suatu cermin datar (cermin 1) akan
dipantulkan kembali ke beam spilitter (layar). Adapun bagian yang ditransmisikan
keatas oleh cermin datar (cermin 2) juga akan dipantulkan kembali ke beam splitter,
kemudian bersatu dengan cahaya dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua sinar
akan berinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap-terang
(frinji) (Tellinghuisen 2002).
JFT | 2
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
JFT | 3
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
merambat dapat kita dekati sebagai medium non dispresi. Dalam medium non
dispresi, gelombang dapat mempertahankan bentuknya.
b. Pemantulan gelombang lingkaran oleh bidang datar. Dengan menggunakan hukum
pemantulan, yaitu sudut datang = sudut pantul, kita peroleh bayangan 0 adalah I.
titik I merupakan sumber gelombang pantul sehingga muka gelombang pantul
adalah lingkaran – lingkarang yang berpusat di I.
c. Pembiasan gelombang adalah perubahan panjang gelombang ketika melalui
medium yang berbeda. Perubahan panjang gelombang dapat juga di amati di
dalam tangki riak dengan cara memasang keping gelas tebal pada dasar tangki
sehingga tangki riak memiliki dua kedalaman air yang berbeda, dalam dan
dangkal.
d. Difraksi gelombang, Lenturan gelombang yang disebabkan oleh adanya
penghalang berupa celah dinamakan difraksi gelombang. Jika penghalang celah
yang diberikan oleh lebar, maka difraksi tidak begitu jelas terlihat. Muka
gelombang yang melalui celah hanya melentur dibagian tepi celah. Jika
penghalang celah sempit, yaitu berukuran dekat dengan orde panjang gelombang,
maka difrkasi gelombang sangat jelas.
e. Interferensi gelombang, Pengaruh yang ditimbulkan oleh gelombang-gelombang
yang terpadu tersebut dinamakan interferensi gelombang. Perpaduan dua
gelombang saling memperkuat (interferensi konstruktif), dan dihasilkan amplitudo
paling besar yaitu dua kali amplitude semula. Sedangkan perpaduan dua
gelombang yang saling memperlemah atau meniadakan (interferensi desktruktif),
dan dihasilkan amplitude nol.
f. Polarisasi gelombang, Ada satu sifat yang hanya dapat terjadi pada gelombang
transversal, yaitu polarisasi. Jadi, polarisasi gelombang tidak dapat terjadi pada
gelombang longitudinal, misalnya pada gelombang bunyi.
Pengukuran panjang gelombang cahaya dapat dilakukan dengan berbagai
metode sederhana seperti interferensi celah ganda, difraksi Fraunhofer, dan
interferometer Michelson. Dari hasil-hasil tersebut, metode interferometer
JFT | 4
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
Michelson dirasa masih paling handal, karena tingkat ketilitian yang tinggi. Metode
lain yang juga cukup populer adalah interferometer Fabry-Perot, selain dapat
digunakan untuk mengukur panjang gelombang, biasanya digunakan untuk
mengukur indek bias zat transparan. Interferometer Fabry-Perot menggunakan dua
buah cermin yang sangat datar dari bahan setengah perak yang dipisah dengan jarak
tertentu, dan tersusun secara pararel. Salah satu cermin terhubung dengan plat
penggerak, yang bisa merubah jarak antara kedua cermin dengan pergeseran yang
sangat kecil. Pola interferensi yang terbentuk lebih jelas dan tajam dibanding
interferometer yang lain. Skema interferometer Fabry-Perot dapat dilihat pada
gambar 1 berikut.
JFT | 5
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
(1)
Dimana k yaitu konstanta kisi, P itu Jarak pola interferensi pada layar (n), L itu Jarak
layar ke kisi (m), m = orde interferensi dan λ yaitu Panjang gelombang (m).
Kecepatan rambat (v) gelombang elektromagnetik di ruang bebas sama dengan 3x108
meter per detik. Jika frekuensi (f) dan panjang gelombang l, maka berlaku:
Dimana ƛ yaitu panjang gelombang, dengan satuan meter (m), v itu kecepatan cahaya,
dengan satuan meter per detik (m/s) dan f adalah frekuensi, dengan satuan hertz (Hz)
(Fauzi, 2015).
Ketika sebuah gelombang dengan panjang sebesar λ melewati celah-celah
sempit yang memiliki jarak di antara keduanya sebesar d akan terjadi difraksi.
Difraksi adalah pembelokan cahaya yang melewati suatu penghalang atau celah.
Semakin lebar jarak d, maka difraksi tidak begitu jelas terlihat. Sebaliknya, semakin
sempit jarak d, maka difraksi akan jelas terlihat. Celah tersebut akan berperan
sebagai titik pusat gelombang yang memancarkan gelombang baru.
JFT | 6
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
Ketika suatu celah transmisi disinari, maka setiap celah akan menjadi sumber cahaya
baru atau pusat gelombang baru. Setiap celah akan menghasilkan difraksi, dan dari
setiapdifraksi tersebut akan menghasilkan suatu pola. Pola tersebut akan erlihat
seperti garis-garisgelap dan terang. Garis terang disebut dengan maxima, sedangkan
garis gelap disebut dengan minima. (Hugh D. Young, 2003).
Jika kita mengganti celah tersebut dengan jumlah yang lebih banyak, maka
disebut kisi difraksi. Kisi difraksi terdiri dari ribuan celah paralel yang sama pada
sebuah medium, seperti keeping kaca. Biasanya jumlah celah tersebut adalah 5.000
untuk setiap millimeter. Cahaya yang melewati kisi tersebut akan memiliki
interferensi yang jauh lebih sempit sehingga menghasilkan maxima yang sangat
sempit seperti garis. Maxima tersebut dipisahkan oleh minima yang lebar. Kisi
difraksi tersebut akan membentuk suatu pola dari maxima dan minima terbentuk. Dari
maxima yang ada dapat dihitung panjang gelombang cahaya tersebut dengan
menggunakan persamaan:
d sin θ = m λ (3)
d adalah jarak antar kisi, θ adalah sudut yang dibentuk antara titik pusat kisi dengan
suatu titikP, λ adalah panjang gelombang, dan m adalah orde dari maxima (m = 0, ±1,
±2, ±3,...). Nilai m = 0 adalah terang pusat (Hugh D. Young, 2003).
Interferensi adalah paduan dua gelombang atau lebih menjadi satu
gelombang baru. Jika kedua gelombang yang terpadu sefase, maka terjadi interferensi
konstruktif (saling menguatkan). Gelombang resultan memiliki amplitudo maksimum.
Jika kedua gelombang yang terpadu berlawanan fase, maka terjadi interferensi
destruktif (saling melemahkan). Gelombang resultan memiliki amplitudo nol. Setiap
orang dengan menggunakan sebuah baskom air dapat melihat bagaimana interferensi
antara dua gelombang permukaan air dapat menghasilkan pola-pola bervariasi yang
dapat dilihat dengan jelas (Nashir dkk, 2014)
JFT | 7
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
2.METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu sumber cahaya,
bangku optik, kisi difraksi, slide diafragma satu celah, filter warna, layar putih, lensa,
power supply dan kertas grafik.
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut menyalakan power
supply mengatur jarak antara sumber cahaya dengan lensa. mengatur letak lensa
sehingga terbentuk bayangan celah tunggal yang tajam pada layar. meletakkan kisi
difraksi 50 celah/mm di belakang lensa menggeser kisi mendekati atau menjauhi
layar mengukur besaran L = jarak kisi ke layar dan besaran y= jarak antara dua garis
yang berbeda di kiri dan kanan garis utama. kemudian mencatat hasilnya di tabel
berikut dan selanjutnya mengulangi langkah di atas menggunakan kisi difraksi 600
celah/mm.
warna cahaya l(mm) y(mm)
JFT | 8
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
b. Grafik
Grafik 1. Panjang gelombang cahaya pada kisi 10 celah/mm
5,0
L1=82cm
4,5 L2=90cm
Panjang gelombang (nm) x
L3=95cm L6
4,0 L4=102cm…
3,5 L4
L3
3,0 L2
10-10
2,5
2,0 L1
1,5
1,0
0,5
d: 10 lines/mm
0,0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55
Lebar pola spektrum warna (cm)
c. Gambar Spektrum
(1) (2)
(3) (4)
(5)
JFT | 9
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
b. Grafik
Grafik 2. Panjang gelombang cahaya pada kisi 50 celah/mm
0,45 L=65cm
L=76cm
0,40 L=81cm
Panjang gelombang (nm) x 10-7
L=91cm
0,35 L=99cm
0,30
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
d: 50 lines/mm
0,00
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Lebar pola spektrum warna (cm)
JFT | 10
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
c. Gambar Spektrum
(1) (2)
(3) (4)
(5)
JFT | 11
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
b. Grafik
Grafik 3. Panjang gelombang cahaya pada kisi 600 celah/mm
60
L=19cm
L=23cm
L=27cm
50
Panjang gelombang (nm) x 10-7
L=29cm
L=31cm
40
30
20
10
d: 600 lines/mm
0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Lebar pola spektrum warna (cm)
JFT | 12
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
c. Gambar Spektrum
(1) (2)
(3) (4)
(5)
d. Pembahasan
Gelombang adalah getaran yang menjalar melalui suatu medium dari satu titik
(lokasi) pusat getaran menyebar ke titik yang lain. Gelombang dapat di golongkan
berdasarkan medium perambatannya, antara lain gelombang yang merambat dengan
memerlukan medium perantara di sebut gelombang mekanik dan gelombang yang
merambat tanpa memelurkan medium perantara di sebut gelombang elektromagnetik.
Berdasarkan arah getarannya, gelombang di bedakan menjadi gelombang transversal
dan gelombang longitudinal. Gelombang transversal adalah gelombang yang arah
getarannya tegak lurus dengan arah rambatnya.
Pada eksperimen ini, di amati warna cahaya yang dihasilkan pada layar kertas
yang telah disediakan, Metode pengukuran panjang gelombang cahaya dengan celah
banyak selain dihasilkan pengukuran dengan ralat yang lebih kecil juga dapat
diperoleh analisa resolusi pola-pola interferensi cahaya tampak.
JFT | 13
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
4. PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:panjang gelombang
cahaya untuk kisi difraksi 50 celah/mm pada masing-masing warna yaitu biru: 0,23
cm, kuning: 0,33 cm, dan merah: 0,36 cm. Sedangkan untuk kisi difraksi 600
celah/mm masing masing warna yaitu ungu: 34,38 cm, hijau: 40,76 cm, kuning:
42,76 cm, orange: 45,54 cm dan merah: 53,37 cm.
Perubahan spektrum warna pada percobaan ini yaitu pada kisi difraksi 50
celah/mm spektrum warna terlihat lebih jelas ketika kisi digeser pada jarak yang
cukup jauh sebesar 45 mm. Sedangkan pada kisi difraksi 600 celah/mm spektrum
warna terlihat lebih jelas dengan ketetapan jarak tetap sebesar 45 mm, hanya saja
spektrum ini cukup jelas warnanya.
5. DAFTAR PUSTAKA
Dwi Satoto, dkk. 2007. Studi Interferometer Febry – Perot Untuk Pengukuran
Panjang Gelombang Cahaya. FMIPA. UNDIP. Berkala Fisika. Vol. 10. No.
4. ISSN : 1410 – 9662.
Fauzi Ahmad dan Mayang Dwinta Trisniarti.2016. Aplikasi Konsep Difraksi dalam
Bidang Kesehatan. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF). Vol 6
No.1 Hal 1-4.
Hadi Kurniawan. 2019. Potensi Laser (Light Amplification By Stimulated Emission
Of Radiation) Sebagai Pendeteksi Bakteri (Studi Awal Detector Makanan
Halal). Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Vol. 3, No. 1, ISSN: 2549-
3698.
JFT | 14
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman -
halaman
JFT | 15