Anda di halaman 1dari 21

JURNAL LENGKAP

PRAKTIKUM INSTRUMEN

JUDUL PERCOBAAN : KARAKTERISTIK FREKUENSI TAPIS LOLOS

RENDAH DAN TINGGI

HARI / TANGGAL PERC. : JUM’AT, 10 DESEMBER 2021

NAMA : ASNIATI

NIM : 60400119049

JURUSAN : FISIKA

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : MUHAMMAD IRHAS

LABORATORIUM INTRUMENTASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2021
PENGUKURAN INSTRUMENTASI DAYA LISTRIK

Asniati
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Email : asniati0951@gmail.com

Abstrak
Telah dilakukan percobaan karakteristik frekuensi tapis lolos rendah dan tinggi.
Percobaan ini bertujuan untuk memahami prinsip dasar tapis lolos rendah dan tinggi
dalam rangkaian RC, menghitung besar nilai fungsi alih tegangan pada tapis lolos rendah
dan tinggi, dan menggambar karakteristik bagan bode plot tanggapan amplitude tapis
lolos rendah dan tinggi. Sebuah tapis lolos / filter merupakan sebuah jaringan
yang didesain agar dapat melewati isyarat pada daerah frekuensi tertentu. Daerah
frekuensi dimana isyarat dapat diloloskan disebut pintu lolos, dan daerah
frekuensi dimana isyarat tolak disebut pintu henti. Dari percobaan yang dilakukan,
didapatkan hasil pada tapsi lolos rendah dengan hubungan antar frekuensi dan
tegangan keluaran, yaitu berbanding terbalik, semakin besar frekuensi yang
digunakan maka tegangan keluarannya akan semakin menurun. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan makategangan
keluaran pada tapis lolos rendah akan semakin besar. Pada grafik tapis lolos
rendah bagan bode tanggapan antara log frekuensi dan fungsi alih tegangan yaitu
berbanding terbalik, dimana semakin besar log frekuensi maka fungsi alih
tegangan akan semakin rendah.

Kata Kunci : Frekuensi,Tapis Lolos Rendah, Tapis Lolos Tinggi.

1. PENDAHULUAN
Sebuah tapis lolos / filter merupakan sebuah jaringan yang didesain agar

dapat melewati isyarat pada daerah frekuensi tertentu. Daerah frekuensi dimana

isyarat dapat diloloskan disebut pintu lolos, dan daerah frekuensi dimana isyarat

tolak disebut pintu henti. Filter dengan pita lolos pada frekuensi rendah disebut

filter lolos rendah. Fungsi rangkaian filter untuk menyaring, menahan atau

melewatkan frekuensi tertentu. Rangkaian filter dapat dibuat dari komponen pasif
maupun aktif. LPF (Low Pas Filter) atau filter lolos rendah akan melewatkan

frekuensi rendah.
Pada aplikasi penggunaan filter ini adalah aplikasi studio yaitu pada

peredam frekuensi tinggi (yang biasa digunakan pada twiter) sebelum masuk

speaker bias (frekuensi rendah). Contoh aplikasi law pass filter pada sinyal digital

adalah memperhalus gambar dengan quession blor-right-pass filter. Tapis tinggi

mempunyai banyak pengaplikasian, diantaranya digunakan sebagai bagian dari

crossover audio untuk mengarahkan frekuensi tinggi ke tweeter sementara

perlemahan sinyal bass yang dapat mengganggu pembicara. Sedangkan contoh

aplikasi pada tapis lolos rendah pada sinyal digital, yaitu memperhalus gambar

dengan gussian blos.

Berdasarkan uraian di atas, maka hal yang melatarbelakangi dilakukannya

praktikum ini adalah untuk memahami prinsip dasar tapis lolos rendah dan tinggi

dalam rangkaian RC, untuk menghitung besar nilai fungsi alih tegangan pada tapis

lolos rendah dan tinggi serta untuk menggambar karakteristik bagan bode plot

tanggapan amplitude tapis lolos rendah dan tinggi.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tapis Digital

Tapis merupakan sebuah alat atau rangakaian yang menghasilkan

karakteristik tanggapan frekuensi yang telah ditentukan dengan tujuan

melewatkan frekuensi tertentu dan menolak atau menahan frekuensi yang

diinginkan. Berdasarkan komponen yang membentuknya maka tapis

terdiri atas dua macam yaitu :

a. Tapis aktif

Yaitu tapis yang tersusun atas resistor, kapasitor, dan sebuah penguat atau

amplifier.
b. Tapis pasif

Yaitu tapis yang terdiri atas kombinasi resistor, kapasitor dan inductor

(Maria, 2007).

Tapis digital merupakan salah satu bagian dalam teknologi elektronika

digital yang perkembangannya terbilang cukup pesat. Teknologi ini banyak

dijumpai tertanam pada telepon selular, kamera digital, sampai pada alat pemutar

audio video digital. Tapis digital sebenarnya dikhususkan untuk terapan bidang

pengolahan sinyal suara dan telekomunikasi, tetapi juga tidak menutup

kemungkinan untuk dikembangkan di bidang lainnya. Tapis pemilih frekuensi

merupakan terapan paling dasar dari teknologi pengolahan sinyal, yang dalam

prosesnya hanya meloloskan sinyal dengan frekuensi atau bidang frekuensi

tertentu yang diinginkan. Tapis digital pemilih frekuensi adalah adaptasi dari tapis

pemilih frekuensi analog. Berdasarkan frekuensi sinyal yang diloloskannya, ada

empat jenis tapis pemilih frekuensi, yaitu LPF (Low Pass Filter), HPF (High Pass

Filter), BPF (Band Pass Filter), dan BSF (Band Stop Filter) (Gideon, 2015).

Pengolahan Sinyal Digital (PSD) adalah metode yang mengolah sinyal

analog menggunakan teknik matematis untuk melakukan alihragam atau

mengambil informasi yang dilakukan pada kawasan digital. Tapis digital adalah

algoritma matematika yang mengubah runtun masukan menjadi runtun keluaran

yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan Proses yang dikerjakan oleh tapis digital

adalah proses konvolusi. Dalam lingkup sistem linier takubah waktu (Linear Time

Invariant System). Tapis pemilih frekuensi merupakan terapan pengolahan sinyal

paling dasar, yang dalam prosesnya hanya meloloskan sinyal dengan frekuensi

atau pita frekuensi tertentu yang diinginkan. Berdasarkan frekuensi sinyal yang

diloloskannya, ada empat jenis tapis pemilih frekuensi, yaitu tapis lolos rendah
(LPF), tapis lolos tinggi (HPF), tapis lolos pita (BPF), dan tapis henti pita (BSF).
Pada awalnya tapis pemilih frekuensi diwujudkan sebagai tapis analog dengan

komponen-komponen menggumpal (lumped) seperti resistor, kapasitor, dan

penguat operasional. Akan tetapi, dengan perkembangan teknologi elektronika

digital, tapis pemilih frekuensi dapat diwujudkan sebagai tapis digital dengan

program ataupun dalam chip pengolah sinyal digital (Gideon, 2015).

2.2 Tapis Lolos Rendah (Low Pass Filter)

Tapis lolos rendah adalah sebuah rangkaian yang digunakan untuk

menenruskan sinyal frekuensi rendah dan meredam sinyal frekuensi tinggi. Sinyal

dapat berupa sinyal listrik seperti perubahan tegangan maupun data- data digital

seperti citra dan suara. Untuk sinyal listrik, Low pass filter direalisasikan dengan

meletakkan kumparan secara seri dengan sumber sinyal atau dengan meletakkan

kapasitor secara parallel dengan sumber sinyal. Contoh penggunaan filter ini

adalah pada aplikasi audio, yaitu pada peredaman frekuensi tinggi (yang biasa

digunakan pada tweeter) sebelu masuk speaker bass atau subwoofer (frekuensi

rendah). Kumparan yang diletakkan secara seri dengan sumber tegangan akan

meredam frekuensi tinggi dan meneruskan frekuensi rendah, sedangkan

sebaliknya kapasitor yang diletakkan secara seri akan meredam frekuensi rendah

dan meneruskan frekuensi tinggi (Ahmad,2007).

Komponen rangkaian tapis lolos rendah berupa komponen inductor dan

kapasitor. Rangkaian tersebut berfungsi sebagai filter harmonisa pada system

distribusi yang menjaga agar gelombang tegangan atau arus tetap sinusoidal.

Untuk sinyal berupa data-data digital dapat difeilter dengan lekukan operasi

matematika seperti konvolusi. Finite Infulse Response (FIR) adalah algoritma

untuk memfilter sinyal digital (Ahmad,2007).


2.3 Tapis Lolos Tinggi (High Pass Filter)

Filter High Pass atau filter lolos tinggi adalah suatu rangkaian yang akan

melewatkan suatu isyarat yang berada di atas frekuensi cut-off sampai frekuensi

cut – off rangkaian tersebut dan akan menahan isyarat yang berfrekuensi di bawah

frekuensi cut-off rangkaian tersebut.

Prinsip kerja dari filter High Pass atau filter lolos tinggi adalah

memanfaatkan karakteristik dasar C dan R, dimana C akan mudah melewatkan

sinyal AC sesuai dengan nilai reaktansi kapasitifnya dan komponen R yang lebih

mudah melewati sinyal dengan frekuensi yang rendah. Prinsip kerja rangkaian

High Pass atau filter lolos tinggi dengan RC dapat diuraikan apabila rangkaian

filter High Pass atau filter lolos tinggi diberikan sinyal input atau frekuensi di atas

frekuensu cut-off maka sinyal tersebut akan dilewatkan ke output karngakaian

melalui komponen C. kemudian sinyal input yang diberikan kerangkaian

High Pass atau filter lolos tinggi filter memiliki frekuensi di bawah frekuensi cut-

off. Maka sinyal input tersebut akan dilemahkan dengan cara dibuang ke ground

melalui komponen R (Setiawan, 2015).

2.4 Osiloskop

Osiloskop merupakan perangkat instrumentasi elektronika yang digunakan

untuk menampilkan grafik, yaitu menggambarkan grafik dari suatu sinyal listrik

Dalam kebanyakan aplikasi, grafik ini menunjukkan bagaimana sinyal berubah

terhadap waktu: sumbu vertika (Y) menyatakan tegangan, dan sumbu hrizontal

(X) menyatakan waktu. Intensitas atau kecerahan tampilan kadang-kadang disebut

sumbu Z, seperti dapat dilihat pada Gambar berikut.


(Gambar 1 : Komponen X, Y, dan Z dari bentuk gelombang yang ditampilkan)

Dari grafik yang ditampilkan, diperoleh beberapa informasi tentang sinyal, antara

lain :

a. Nilai-nilai waktu dan tegangan dari sinyal,

b. Frekuensi sinyal yang berosilasi,

c. “bagain-bagian yang bergerak/berpindah” dari rangkaian yang ditunjukkan

oleh sinyal,

d. Adanya komponen rangkaian yang bermasalah yang merusak sinyal,

e. Besarnya arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC),

f. Besarnya sinyal noise yang dapat berubah terhadap waktu.

Osiloskop tampak seperti pesawat televisi kecil, tetapi memiliki kisi-kisi (grid)

pada layarnya dan lebih banyak kontrol dibanding televisi. Panel depan biasanya

memiliki bagian-bagian kontrol Vertikal, Horizontal, dan Trigger. Ada juga

kontrol tampilan dan konektor masukan. Gambar 2 menunjukkan contoh salah

satu osiloskop.

(Gambar 2 : Osiloskop )
Osiloskop dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu osiloskop analog dan osiloskop

digital. Osiloskop analog bekerja dengan secara langsung memberikan tegangan

yang diukur ke sinar katoda yang bergerak pada layar osiloskop. Tegangan ini

membelokkan sinar ke atas dan ke bawah secara proporsional, sehingga

meninggalkan jejak berupa bentuk gelombang pada layar. Hasilnya merupakan

gambar langsung dari bentuk gelombang (Achmad, 2016).

3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan dengan judul “Sinyal Frekuensi Tapis Lolos Rendah dan

Tinggi” dilaksanakan pada hari Jum’at, 10 Desember 2021 pada pukul 14.30-

selesai, di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

3.2 Alat dan Komponen

Alat dan komponen yang digunakan pada percobaan ini adalah osiloskop

sinar katoda (CRO), Function Generator, multimeter, papan rangkaian, kabel

penghubung, komponen kapasitor dan resistor.

3.2 Prosedur Kerja

Dalam melukan kegiatan percobaan ini, ada dua jenis rangkaian yang anda

harus rangkai, tetapi kedua rangkaian tersebut pada dasarnya adalah sama. Hanya

yang membedakan adalah cara pengambilan outputnya saja.

a. Percobaan tapis RC lolos rendah (Integrator)

Buatlah rangkaian secara seri dimulai dari FG, resistor dan kapasitor.

Keluarannya adalah kapasitor yang dipasang parallel sebuah voltmeter.

1. Sebelum anda melakukan pengamatan terhadap outputnya maka terlebih

dahulu anda harus tatat dan ukur :

a) Nilai / harga komponen C dan R.


b) Perkirakanlah berapa besar frekuensi potong (Cut – Off) rangkaian
1
yang anda buat dengan mrnhitung ω 0= RC .

c) Ukur tegangan puncak V i (maksimum) audio generator.

2. Setelah itu lakukan pengamatan dan pengukuran untuk tegangan output


V 0 dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a) Kalibrasi alat ukur multimeter

b) Putar tombol / pemutar frekuensi pada angka penunjukan 30 H Z

kemudian ukur tegangan puncak.

c) Lakukan langkah (b) dan (c) untuk frekuensi 60 H Z , 90 H Z , 120 H Z ,

150 H Z ,………………dan seterunya.

d) Catat hasil pengamatan anda pada lembar pengamatan yang anda

telah siapkan dengan mengacu pada contoh format A pada lembar

pengamatan

b. Rangkailah Tapis RC lolos tinggi (Diferensiator)

Selanjutnya untuk percobaan ini bentuk rangkaiannya sama dengan bentuk

rangkaian pada gambar rangkaian integrator, hanya yang menjadi output

adalah R (Resistor). Dan proses pengamatan dan pengambilan data sama

prosesnya dengan rangkaian tapis RC lolos rendah.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Tabel Pengamatan

Spesifikasi komponen :
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V

4.1.1 Tapis Lolol Rendah

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Pada Tapis Lolos Rendah


No Frekuensi ¿) V out (Volt)
1 10 1,33
2 20 1,312
3 30 1,310
4 40 1,308
5 50 1,302
6 100 1,296
7 200 1,293
8 500 1,215
9 1000 1,173
10 3000 0,976

4.2 Analisi Data


4.2.1 Tapis Lolos Rendah
No Frekuensi ¿) V out (Volt) G (W) G (W)= V out / V ¿
1 10 1,33 -0,0004 10,88
2 20 1,312 -0,011 10,78
3 30 1,310 -0,025 10,75
4 40 1,308 -0,044 10,73
5 50 1,302 -0,069 10,71
6 100 1,296 -0,27 10,65
7 200 1,293 -1,00 10,62
8 500 1,215 -4,18 10,09
9 1000 1,173 -8,74 9,79
10 3000 0,976 -17,73 8,19
Analisis Data
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V
1
 Wp = RC
1
= 390× 1,04 ×10−6
= 2.465,4 H Z

 W = 2 πf
= 2 × 3,14 × 10
= 62,8 H Z
2
 G (W) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log ¿ ¿+ 2.465,4 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log(39,43 + 6.078.197, 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log 6.078.236,6
G (W) = -0,0004
V out
 G (W) = 20 log ( )
V¿
1,33
G (W) = 20 log ( )
0,38
G (W) = 20 log (3,5)
G (W) = 10,88

4.3 Grafik
Grafik 4.3.1 Tanggapan amlitudo tapis lolos rendah

Tanggapan Amplitudo Tapis Lolos Rendah


12

10

0
0 2 4 6 8 10 12

Frekuensi Linear (Frekuensi )


(Volt)

4.4 Pembahasan
Sebuah tapis lolos / filter merupakan sebuah jaringan yang didesain agar

dapat melewati isyarat pada daerah frekuensi tertentu. Daerah frekuensi dimana

isyarat dapat diloloskan disebut pintu lolos, dan daerah frekuensi dimana isyarat

tolak disebut pintu henti. Filter dengan pita lolos pada frekuensi rendah disebut

filter lolos rendah. Fungsi rangkaian filter untuk menyaring, menahan atau

melewatkan frekuensi tertentu. Rangkaian filter dapat dibuat dari komponen pasif
maupun aktif. LPF (Low Pas Filter) atau filter lolos rendah akan melewatkan

frekuensi rendah.

Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil pada tapsi lolos rendah

dengan hubungan antar frekuensi dan tegangan keluaran, yaitu berbanding

terbalik, semakin besar frekuensi yang digunakan maka tegangan keluarannya

akan semakin menurun. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin

besar frekuensi yang digunakan makategangan keluaran pada tapis lolos rendah

akan semakin besar.

Pada grafik tapis lolos rendah bagan bode tanggapan antara log frekuensi

dan fungsi alih tegangan yaitu berbanding terbalik, dimana semakin besar log

frekuensi maka fungsi alih tegangan akan semakin rendah

5. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah :

a. Prinsip dasar tapis lolos rendah adalah meloloskan sinyal frekuensi rendah

dan meredam sinyal frekuensi tinggi. Sedangkan prinsi dasar tapis lolos

tinggi yaitu meloloskan sinyal frekuensi lolos tinggi dan meredam sinyal

frekuensi rendah.

b. Besar nilai fungsi alih tegangan pada tapis lolos rendah sebesar 2.465,4 H Z
. rumus yang digunakan untuk menghitung nilai fungsi alih tegangan pada

tapis lolos rendah adalah :

2
G(w) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
DAFTAR PUSTAKA

Erwin Gideon. 2015. Perwujudan Tapis Digital FIR Pemilih Frekuensi


Menggunakan DSK TMS320C6713. Jurusan Teknik Elektro. Fakultas
Teknik. Universitas Diponegoro (UNDIP).
Jayadi Ahmad.2007. Elektonika Dasar. Bandung. Institut Teknologi Bandung.

Rosanti Maria. 2007. Tapis Pelewat Rendah Dengan Kapasitor Tersaklar


(Low Pass Switched Capasitor Filter). Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Setiawan, dkk. 2015. Elektronika Dasar. Bandung: ITB.
LAMPIRAN DATA

Data 1

Analisis Data
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V
1
 Wp = RC
1
= 390× 1,04 ×10−6
= 2.465,4 H Z

 W = 2 πf
= 2 × 3,14 × 10
= 62,8 H Z
2
 G (W) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log ¿ ¿+ 2.465,4 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log(39,43 + 6.078.197, 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log 6.078.236,6
G (W) = -0,0004
V out
 G (W) = 20 log ( )
V¿
1,33
G (W) = 20 log ( )
0,38
G (W) = 20 log (3,5)
G (W) = 10,88

Data 2

Analisis Data
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V
1
 Wp = RC
1
= 390× 1,04 ×10−6
= 2.465,4 H Z

 W = 2 πf
= 2 × 3,14 × 20
= 125,6 H Z
2
 G (W) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log ¿ ¿+ 2.465,4 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log(15.775,36 + 6.078.197, 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log 6.093.972,56
G (W) = -0,011
V out
 G (W) = 20 log ( )
V¿
1,312
G (W) = 20 log ( 0,38 )
G (W) = 20 log (3,45)
G (W) = 10,75
Data 3

Analisis Data
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V
1
 Wp = RC
1
= 390× 1,04 ×10−6
= 2.465,4 H Z

 W = 2 πf
= 2 × 3,14 × 30
= 188,4 H Z
2
 G (W) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log ¿ ¿+ 2.465,4 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log(35.494,56 + 6.078.197, 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log 6.113.691,76
G (W) = -0,025

 G (W) = 20 log ( VV )
out

G (W) = 20 log ( 1,310


0,38 )
G (W) = 20 log (3,44)
G (W) = 10,75
Data 4

Analisis Data
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V
1
 Wp = RC
1
= 390× 1,04 ×10−6
= 2.465,4 H Z

 W = 2 πf
= 2 × 3,14 × 40
= 251, 2 H Z
2
 G (W) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log ¿ ¿+ 2.465,4 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log(63.101,44 + 6.078.197, 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log 6.141.298,64
G (W) = -0,044
V out
 G (W) = 20 log ( )
V¿
1,308
G (W) = 20 log (
0,38 )
G (W) = 20 log (3,44)
G (W) = 10,73
Data 5

Analisis Data
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V
1
 Wp = RC
1
= 390× 1,04 ×10−6
= 2.465,4 H Z

 W = 2 πf
= 2 × 3,14 × 50
= 314 H Z
2
 G (W) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log ¿ ¿+ 2.465,4 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log(98.596 + 6.078.197, 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log 6.176.793,2
G (W) = -0,069
V out
 G (W) = 20 log ( )
V¿
1,302
G (W) = 20 log (0,38 )
G (W) = 20 log (3,43)
G (W) = 10,71
Data 6

Analisis Data
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V
1
 Wp = RC
1
= 390× 1,04 ×10−6
= 2.465,4 H Z

 W = 2 πf
= 2 × 3,14 × 100
= 628 H Z
2
 G (W) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log ¿ ¿+ 2.465,4 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log(394.384 + 6.078.197, 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log 6.472.581,2
G (W) = -0,27
V out
 G (W) = 20 log ( )
V¿
1,296
G (W) = 20 log ( 0,38 )
G (W) = 20 log (3,41)
G (W) = 10,65

Data 7

Analisis Data
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V
1
 Wp = RC
1
= 390× 1,04 ×10−6
= 2.465,4 H Z

 W = 2 πf
= 2 × 3,14 × 200
= 1.256 H Z
2
 G (W) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log ¿ ¿+ 2.465,4 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log(1.577.536 + 6.078.197, 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log 7.655.733,2
G (W) = -1,00
V out
 G (W) = 20 log ( )V¿
1,293
G (W) = 20 log ( 0,38)
G (W) = 20 log (3,40)
G (W) = 10,62
Data 8
Analisis Data
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V
1
 Wp = RC
1
= 390× 1,04 ×10−6
= 2.465,4 H Z

 W = 2 πf
= 2 × 3,14 × 500
= 3.140 H Z
2
 G (W) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log ¿ ¿+ 2.465,4 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log(9.859.600 + 6.078.197, 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log 15.937.797,2
G (W) = -4,18
V out
 G (W) = 20 log ( )
V¿
1,215
G (W) = 20 log ( 0,38 )
G (W) = 20 log (3,197)
G (W) = 10,09
Data 9

Analisis Data
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V
1
 Wp = RC
1
= 390× 1,04 ×10−6
= 2.465,4 H Z

 W = 2 πf
= 2 × 3,14 × 1000
= 6.280 H Z
2
 G (W) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log ¿ ¿+ 2.465,4 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log(39.438.400 + 6.078.197, 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log 45.516.597,2
G (W) = -8,74
V out
 G (W) = 20 log ( )V¿
1,173
G (W) = 20 log ( 0,38)
G (W) = 20 log (3,086)
G (W) = 9,79

Data 10

Analisis Data
−6
C = 1,04 ×10

Resistor = 390 Ω
V input = 0,38 V
1
 Wp = RC
1
= 390× 1,04 ×10−6
= 2.465,4 H Z

 W = 2 πf
= 2 × 3,14 × 3000
= 18.840 H Z
2
 G (W) = 20 log W p – 10 log ¿ ¿+ W p ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log ¿ ¿+ 2.465,4 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log(354.945.600 + 6.078.197, 2 ¿
G (W) = 20 log 2.465,4 – 10 log 361.023.797,2
G (W) = -17,73
V out
 G (W) = 20 log ( )
V¿
0,976
G (W) = 20 log ( 0,38 )
G (W) = 20 log (2,568)
G (W) = 8,19

Anda mungkin juga menyukai