Anda di halaman 1dari 2

Menurut saya, sistem Jaminan Sosial di Indonesia sedang mengalami perubahan cukup besar

dengan tujuan agar sistem yang ada sekarang dapat lebih efektif dalam melayani para penerima
manfaat jaminan sosial, juga untuk memperluas cakupan manfaat jaminan sosial ke seluruh
pekerja di Indonesia, baik pekerja di sektor formal maupun informal. Program jaminan sosial
yang ada sekarang dianggap kurang berhasil dalam tujuannya untuk memberikan manfaat yang
cukup baik bagi para penerima manfaat, karena jumlah penerima manfaat, nilai manfaat, dan
hasil investasi dana jaminan sosial dianggap masih relatif kecil, dan tata kelola dana jaminan
sosial juga dianggap masih kurang baik. Pemerintah telah mengajukan sebuah Rancangan
Undang-Undang (RUU) yang akan mengubah sistem jaminan sosial yang ada sekarang, yaitu
dari sebuah sistem tabungan wajib (provident fund) menjadi sebuah asuransi sosial (social
insurance) yang bersifat wajib. RUU ini akan dibahas dalam makalah ini untuk melihat
kemungkinan dampak program jaminan sosial yang baru pada pasar tenaga kerja, jumlah
investasi di Indonesia, anggaran belanja pemerintah, dan ekonomi nasional pada umumnya.

Di Indonesia, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) telah menentukan 4 macam jaminan
sosial yang terdiri dari JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), TASPEN (Tabungan dan
Asuransi Pegawai Negeri), ASABRI (Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia),
dan ASKES (Asuransi Kesehatan Indonesia).

1) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)


JAMSOSTEK atau Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah salah satu badan penyelenggara jaminan
sosial yang mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security,
jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor
formal. Pekerja sektor formal disini maksudnya adalah para karyawan perusahaan-perusahaan
swasta dan tidak termasuk pekerja sektor informal seperti pekerja rumah tangga, buruh industri
kecil, dll. Dengan kata lain, Jamsostek merupakan asuransi sosial bagi pekerja (yang mempunyai
hubungan industrial) beserta keluarganya.
2) Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN)
TASPEN atau Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri merupakan badan penyelenggara
Program Hari Tua dan Pensiun. Sasaran program jaminan sosial hari tua/pensiun yang
dilaksanakan oleh PT (Persero) Taspen adalah semua Pegawai Negeri Sipil, kecuali PNS di
lingkungan Departemen Pertahanan – Keamanan. Yang berhak mendapat pensiun sesuai dengan
peraturan perundang yang berlaku adalah peserta; atau janda/duda dari peserta, dan janda/duda
dari penerima pensiun; atau yatim piatu dari peserta, dan yatim piatu dari penerima pensiun; atau
orang tua dari peserta yang tewas yang tidak meninggalkan janda/duda/anak yatim piatu yang
berhak menerima pensiun. Sedangkan yang berhak mendapat tabungan hari tua adalah peserta;
atau istri/suami, anak atau ahli waris peserta yang sah dalam hal peserta meninggal dunia.
3) Asuransi Kesehatan (ASKES)
ASKES adalah penyelenggara jaminan pemeliharaan atau asuransi kesehatan bagi Pegawai Negri
Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta
keluarganya dan Badan Usaha lainnya. Berbeda dengan pelayanan JAMSOSTEK yang
mencakup semua elemen, pelayanan yang disediakan oleh ASKES hanya mencakup mengenai
kesehatan seperti : konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan, pemeriksaan dan pengobatan
oleh dokter umum dan atau paramedis, pemeriksaan dan pengobatan gigi, dan lainnya.
4) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI)
ASABRI atau Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia merupakan badan yang
menyelenggarakan program asuransi dan pembayaran dana pensiun bagi anggota TNI dan Polri
yang dipisahkan penyelenggaraannya dari program yang dilakukan TASPEN. Sesuai dengan
hubungan anggota TNI dan Polri disini yang merupakan bagian dari Departemen Pertahanan dan
Keamanan.

Saran :
Saya memukan bahwa dalam RUU ini terdapat banyak permasalahan, contohnya: program
jaminan sosial dalam RUU ini kurang menguntungkan pasar tenaga kerja dan iklim usaha,
kemungkinan dapat memperburuk defisit anggaran belanja kita, dan kurang memperhitungkan
peranan sektor swasta dalam mengadakan program jaminan sosial kepada masyarakat.
Pengalaman internasional menunjukkan bahwa pengadaan program jaminan sosial oleh negara
sudah bukan merupakan model yang cocok untuk memberikan manfaat jaminan sosial kepada
pekerja dan keluarganya. Karena itu pemerintah Indonesia harus mempertimbangkan pengadaan
manfaat jaminan sosial bagi masyakat oleh sektor swasta yang akan menggantikan sistem yang
ada sekarang.

REFERENSI :
 Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi, Rajawali Pers, Jakarta.
2007.

Anda mungkin juga menyukai