Anda di halaman 1dari 21

LOMBA PIDATO

Syarat Ketentuan
 Peserta adalah siswa MAN 3 Sukabumi.
 Pemenang lomba teridri juara 1,2,3
 Peserta lomba adalah perorangan.
 Peserta Wajib mengikuti ketentuan yang telah ditentukan panitia selama mengikuti
kegiatan lomba.
 Peserta wajib saling menghormati dan mejaga ketertiban serta kebersihan selama lomba
berlangsung.
 Pada hari perlombaan peserta wajib melakukan registrasi paling lambat 30 menit sebelum
lomba dimulai.
 Peserta Memakai Pakaian Muslim.

Tempat: Kampus MAN 3 Sukabumi

Teknis dan Ketentuan Lomba


 Peserta boleh tampil dengan membawa catatan kecil berisi poin-poin yang ingin
disampaikan. Apabila peserta membawa Teks secara keseluruhan maka akan terjadi
pengurangan poin.
 Peserta Menyerahkan Naskah Pidato 3 rangkap sebelum tampil kepada Dewan Juri
 Durasi Pidato maksimal 7 menit
 Apabila waktu penampilan melebihi waktu yang ditentukan maka akan diberhentikan oleh
panitia.
 Panitia akan memberi aba-aba.
Bendera Kuning (Persiapan)
Bendera Hijau (Mulai)
Bendera Merah (Selesai)
Untuk pemberian aba-aba bersifat kondisional
 Untuk 3 Peserta dengan nilai tinggi berhak menjadi juara pidato
 Peserta membuat Teks Pidato dengan memilih salah satu dari 2 tema yang disediakan oleh
panitia.

Babak Penyisihan
1. Peran pemuda atau pelajar dalam mengisi kemerdekaan.
2. Pentingnya mencintai tanah air (NKRI)

Naskah Pidato
1. Peserta wajib membuat naskah pidato dengan memilih Tema yang telah ditentukan.
2. Naskah berupa karya asli dan belum pernah digunakan dalam Lomba Pidato dimanapun
sebelumnya dan belum pernah dimuat dimanapun dalam rangka perlombaan tertentu.
3. Naskah pidato diketik dalam huruf Times New Roman A4 dengan ukuran huruf 12 pt, alinea
1,5.
4. Peserta tidak diperkenankan membuat naskah yang mengandung unsur SARA didalamnya.

Kriteria Penilaian
 Lafal dan intonasi
 Teknik vokal
 Mimik/gerak/ekspresi
 Penguasaan materi
No Aspek yang dinilai Skor Keterangan skor

1 Lafal dan intonasi 25 5 : sangat kurang

10 : kurang

2 Teknik vokal 25 15 : Cukup

20 : Bagus

3 Mimik/gerak/ekspresi 25 25 : Sangat Bagus

4 Penguasaan materi 25
PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN LOMBA MUSIKALISASI PUISI

1. Satu tim terdiri atas 3-7 siswa (dalam satu kelas). Berasal dari kelas X, XI, atau XII
2. Peserta menampilkan satu puisi karya penyair terkenal yang sudah dipilihkan oleh panitia.
3. Puisi dinyanyikan secara utuh, boleh dideklamasikan. Jika terdapat pengulangan, puisi
dinyanyikan secara utuh, tidak hanya sebagian. Paling banyak pengulangan puisi secara
utuh adalah dua kali pengulangan.
4. Musikalisasi puisi disajikan dengan menggunakan instrumen tradisional dan/atau modern
(elektrik dan/atau akustik).
5. Hasil musikalisasi merupakan hasil cipta karya original tim/kelas tersebut, bukan
merupakan hasil tiruan cipta karya orang lain.
6. Penampilan musikalisasi puisi dilakukan di luar ruangan/di panggung teater.
7. Penampilan di panggung antara 4-6 menit.
8. Peserta berkostum bebas, sopan, dan rapi.

KRITERIA PENILAIAN
LOMBA MUSIKALISASI PUISI

Musikalisasi puisi adalah sebuah seni yang menggabungkan antara perpaduan baca puisi
dengan musik. Biasanya lomba ataupun pagelaran musikalisasi ini diadakan dalam sebuah
panggung atau pentas yang sesuai dengan pesertanya.
Adapun dalam lomba musikalisasi puisi, kriteria penilaian yang digunakan adalah:

1. Penafsiran Puisi
Yang akan dinilai adalah bagaimana cara pementas (tim) dalam memberikan pemahaman dan juga
penghayatan terhadap sebuah karya puisi yang sedang ditampilkan dengan iringan karya musik.

2. Komposisi
Komposisi sangatlah penting untuk diperhatikan. Hal ini menjadi kriteria penilaian bagimana
menjadikan susunan tema musik bisa menyatu dengan puisi yang dibawakan. Hal ini juga
berkaitan dengan bunyi dan melodi yang dipilih.

3. Harmoni (Keselarasan)
Keselarasan di sini adalah bagaimana cara peserta dalam menggabungkan bunyi alat musik dengan
suara agar selaras dan tidak boleh ada yang lebih dominan.

4. Vokal
Aspek vokal yang dinilai terkait bagaimana cara intonasi, artikulasi, dan kualitas suara yang
ditampikan

5. Penampilan
Karena musikalisasi merupakan seni yang ditampilkan, maka penampilan peserta tidak boleh luput
dari aspek penilaian. Hal ini termasuk pemilihan kostum, tata rias, unsur rupa lainnya yang
memengaruhi keartistikan dalam membawakan musikalisasi puisi.
Format Penilaian Lomba Musikalisasi Puisi
No Aspek yang Dinilai Nilai maksimal

1. Penghayatan/penafsiran puisi 20

2. Komposisi 20

3. Harmonisasi 20

4. Vokal 20

5. Penampilan 20

Jumlah Nilai 100


(1)
Pada Suatu Hari Nanti
Sapardi Djoko Damono

Pada suatu hari nanti


jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti


suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti


impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari

(2)
Jerit Sandal Jepit
Remy Sylado

Di celah-celah sudut sempit terhimpit


Manusia seperti sandal jepit menjerit-jerit
Pohon-pohon pun tertawa
Tertawa melihat manusia
ia kembali bersujud
Jiwa terasing dalam dunia bising
Diinjak, remak, permak
Lalu kiamat
Ia tamat
Lalu, ia kembali bersujud
Di celah-celah sudut sempit terhimpit
Manusia seperti sandal jepit menjerit-jerit
Pohon-pohon pun tertawa
Tertawa melihat manusia.
LOMBA MENULIS RESENSI CERPEN

Sebelum pembicaraan mengarah pada petunjuk teknik dan pelaksanaan lomba menulis resensi
cerpen, pahami dahulu pengetahuan mengenai resensi berikut agar kamu mendapatkan gambaran
yang jelas.

***************

Resensi adalah sebuah tulisan yang berisi tentang ulasan suatu buku/karya. Kata resensi sendiri
berasal dari bahasa Latin, yaitu recensere yang artinya “melihat kembali”, “menimbang”, atau
“menilai”.

Merdeka.com - Resensi adalah kegiatan mengulas sebuah karya dalam hal ini adalah menilai
baik tidaknya sebuah buku. Resensi kerap kali diistilahkan dengan timbangan buku/karya,
tinjauan buku/karya, bedah buku/karya, dan sebagainya.

Tujuan resensi:

1. untuk menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya sastra patut
mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
2. seorang peresensi buku akan memberi tahu pembaca tentang suatu buku/karya sastra, apa
kelebihan dan kelemahannya, apakah peresensi merekomendasikannya atau tidak, dan bagi
siapa buku itu berguna.
3. Pada intinya penulis resensi akan memberitahukan isi dari garis besar buku yang ia resensi.

Membantu pembaca untuk memahami gambaran serta penilaian umum sebuah hasil karya
dengan ringkas.
4. Memberi masukan pada pembuat karya berupa kritik dan saran.
5. Mengajak pembaca mendiskusikan karya yang diresensi.
6. Memberi pemahaman serta informasi dengan komprehensif (luas dan lengkap) pada pembaca,
mengenai karya yang diresensi.
7. Menguji kualitas karya dan membandingkan dengan karya lain.

Dengan demikian seorang penulis resensi harus paham betul mengenai seluruh isi karya
atau buku tersebut agar dapat menyampaikannya dengan baik pada masyarakat, layak
tidaknya karya atau buku tersebut dinikmati dan dibaca oleh masyarakat pada umumnya.

Membangun Konsep Resensi:

 Menilai kelebihan atau kekurangan buku/karya tersebut,


 Menarik-tidaknya tema dan isi buku/karya,
 Mengkritik, serta memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut
dibaca, dibeli, atau dimiliki.
 Isi resensi adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya,
bermanfaat-tidaknya, benar-salahnya, argumentatif-tidaknya buku/karya tersebut. Tulisan
tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku/karya atau foto kopi
sampul buku/karya.

Unsur-Unsur Resensi

Maksud dari unsur resensi adalah segala hal yang harus ada di dalam sebuah tulisan resensi suatu
karya. Ada beberapa unsur resensi yang perlu diperhatikan yaitu:
 Harus ada judul resensi. Judul yang menarik dan menjiwai seluruh isi tulisan. Judul tidak
perlu dibuat terlebih dahulu, dan masih dapat dibuat saat tulisan resensi sudah selesai.
 Mencantumkan data buku seperti judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit beserta
cetakannya, jumlah halaman, serta harga buku. Jika berupa cerpen yang diresensi cukup
menuliskan Judul dan pengarang.
 Menulis isi resensi buku/karya atau film yang berisi sinopsis, ulasan singkat, dan akan
lebih baik jika dilengkapi dengan bukti kutipan singkat dari karya yang diresensi,
keunggulan, kelemahan, rumusan kerangka, serta bahasa yang digunakan dalam karya
tersebut.
 Menulis penutup resensi. Umumnya pada bagian penutup terdapat alasan mengapa buku
tersebut ditulis dan kepada siapa karya tersebut ditujukan.

Langkah-Langkah Meresensi Buku

1. Mengenali semua aspek buku/karya yang diresensi mulai dari tema, deskripsi isi
buku/karya, hingga jenis buku/karya tersebut.
2. Membaca buku/karya yang akan diresensi secara komprehensif (luas dan lengkap), cermat,
dan teliti.
3. Menandai bagian-bagian buku/karya yang diperhatikan secara khusus dan menentukan
bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
5. Menilai kualitas buku yang diresensi.
Beberapa contoh kalimat pernyataan deskripsi dalam meresensi:

1. Buku ini mempunyai sistematika yang baik karena setiap bab disusun secara terstruktur
sehingga pembaca lebih mudah mengikuti alur pemikiran dari penulisnya.
2. Penulis buku ini mampu menampilkan ide-ide yang unik karena bukunya lebih banyak
menonjolkan aspek kearifan lokal.
3. Buku ini tidak cocok dibaca oleh kalangan remaja karena di dalamnya terdapat banyak istilah-
istilah akademik yang hanya bisa dipahami oleh kalangan mahasiswa atau dosen
4. Dari tata letaknya kita dapat mencermati bahwa buku ini disusun dengan cermat karena
dipenuhi oleh ilustrasi yang mendukung penjelasan penulisnya.

PETUNJUK TEKNIS LOMBA


MENULIS RESENSI

Peserta:
1. Peserta adalah siswa secara individu/perorangan baik siswa kelas X, XI, maupun XII MAN 3
Sukabumi.
2. Peserta berseragam rapi dan bersih.
3. Peserta sudah memahami konsep dan materi resensi yang disajikan panitia (pemahaman dan
pengetahuan resensi pada tulisan di atas).

Ketentuan Penulisan
1. Ditulis rapi dalam kertas bergaris (polio) dengan menggunakan balpen tinta hitam.
2. Gunakan garis pinggir/tepi kiri dan kanan agar tulisan rapi
3. Panjang tulisan resensi sekitar 1000-1500 kata
4. Resensi harus berjudul. Judul resensi bukan judul cerpen. Judul resensi boleh mengambilnya
dari tema cerpen tersebut.
5. Struktur teks resensi: identitas cerpen (judul dan nama pengarang), kepengarangan/biografi
singkat pengarang, sinopsis cerita, penilaian keunggulan dan kelemahan karya (dapat dinilai
dari: isi cerita, gaya bercerita pengarang, gaya bahasa pengarang, nilai-nilai kehidupan yang
ada), sasaran karya ( berdasarkan pertimbangan bagi siapa karya itu dikonsumsi/dinikmati)
6. Lomba berlangsung selama 120 menit

Karya yang diresensi:


Sebuah cerpen di masa covid-19 yang ditentukan pada saat lomba menulis resensi berlangsung.

Penilaian:
Putusan juri tidak dapat diganggu-gugat.
Format Penilaian
Aspek Kriteria Penilaian Skor
Lengkap: identitas karya, kepengarangan, sinopsis, penilaian 25-30
keunggulan/kelemahan, sasaran karya.
Isi Kurang lengkap: Ada beberapa bagaian yang tidak ditulis/tidak dideskripsikan 21-24
(15-30) secara kurang jelas.
Tidak lengkap: Banyak bagian yang tidak ditulis/tidak dideskripsikan secara 15-20
tidak jelas.
Struktur/sistematika urutan dan penempatan bagian-bagiannya benar, tidak ada 21-25
letak yang terbalik.
Struktur Struktur/sistematika urutan dan penempatan bagian-bagiannya ada yang tidak 16-20
(15-25) tepat, ada letaknya yang terbalik.
Struktur/sistematika urutan dan penempatan bagian-bagiannya salah total, 10-15
letaknya banyak yang terbalik.
Menggunakan bahasa baku, kalimat efektif dan komunikatif, diksi variatif, tepat 26-30
Bahasa dan menarik, tidak ada makna yang rancu/ambigu.
(15-30) Bahasa kurang baku, ada kalimat yang tidak efektif, kurang komunikatif, diksi 21-25
kurang bervariasi, da nada kalimat yang rancu.
Bahasa kacau, tidak komunikatif, tidak memiliki kepaduan, banyak ditemukan 15-20
kerancuan kalimat.
Kerapian Tulisan rapi terbaca, tanpa coretan/correction pen, kertas bersih terjaga 11-15
(10-15) Tulisan kurang rapi, ada coretan, ada correction pen, kertas agak kusut 8-10
Tulisan tidak rapi, banyak coretan, banyak correction pen, kertas agak kotor 5-7
dan kusut
Skor total 100
Juknis Spelling Bee

A. KETENTUAN PESERTA
1. Peserta adalah siswa MAN 3 Sukabumi yang telah mendaftarkan diri dan telah
melakukan registrasi ulang.
2. Peserta lomba adalah perseorangan.
3. Utusan tiap kelas maksimal 1 orang.
4. Peserta memakai seragam sekolah OSIS rapi saat pelaksanaan.
5. Peserta mengambil nomor undi saat melakukan registrasi ulang.

B. KETENTUAN LOMBA
1. Peserta wajib mengeja menggunakan bahasa Inggris.
2. Peserta harus mengeja kata bahasa Inggris dengan pronounciation British English.
3. Kamus yang dipakai adalah Oxford Advanced Learner’s Dictionary.
4. Peserta dilarang membawa kamus/perangkat apapun yang bertujuan untuk
persiapan pengejaan saat berada di ruang perlombaan.
5. Perlombaan terdiri dari 2 babak yaitu preliminary round yang terdiri dari 2 level
dan final round yang terdiri dari 2 level.
6. Peserta dapat mulai mengeja setelah kata yang harus di eja selesai diucapkan
sebanyak dua kali oleh pronouncer berdasarkan Oxford Advanced Learner’s
Dictionary Dictionary.
7. Peserta berhak menanyakan arti kata (definisi), antonim/sinonim, kelas kata dan
contoh penggunaan kata kepada juri (maksimal 4 petunjuk ).
8. Untuk meminta petunjuk, peserta cukup mengucapkan: Definition, please. /
Synonym, please. / etc., agar tidak memotong banyak waktu pengejaan.
9. Setiap petunjuk yang diberikan akan mengurangi poin peserta. Penjelasan
pengurangan poin ini ada di sistem penilaian masing-masing babak.
10. Durasi waktu mengeja adalah 1 (satu) menit untuk setiap kata.
11. Peserta wajib mengunci kata yang diejanya sebagai tanda pengejaan yang benar
dengan menyebutkan kata tersebut. Misal kata doctor :
D-O-C-T-O-R (kunci dengan mengucapkan: DOCTOR).
12. Peserta yang belum mengunci kata yang dieja, masih diperbolehkan mengubah
ejaan selama durasi pengejaan.
13. Kata yang sudah dikunci oleh peserta tidak bisa diubah.
14. Peserta yang mengeja melebihi durasi pengejaan tidak akan mendapatkan poin.
15. Peserta yang salah mengeja saat mengeja, akan mendapatkan pengurangan poin
sebanyak 2 poin.
16. Peserta yang mengeja menggunkan pronounciation bahasa Inggris lain (bukan
British English), akan mendapatkan pengurangan poin sebanyak 50% dari poin
yang didapatkan pada kata tersebut.
17. Kata yang tidak berhasil dijawab oleh peserta tidak akan ditanyakan kembali ke
peserta selanjutnya.
18. Penonton atau peserta lain dilarang memberikan clue kepada peserta. Peserta akan
di diskualifikasi jika mendapat clue dari penonton atau pihak lain.
19. Peserta yang mendapat giliran akan di panggil sebanyak 3 kali. Jika dalam
panggilan ketiga peserta tidak hadir, maka akan disimpan di nomor yang terakhir
dan akan dipanggil kembali sebanyak 3 kali. Jika peserta tidak hadir tanpa
pemberitahuan yang jelas, maka peserta akan didiskualifikasi dan uang
pendaftaran tidak dapat dikembalikan.

BABAK PERTAMA / PRELIMINARY ROUND


a. Ketentuan
 Tema kata (word list)untuk Spelling Bee pada babak preliminary round adalah
education dan social.
 Babak Penyisihan (Preliminary Round) terdiri dari Level 1 dan Level 2.
 Level 1 :
Di level ini peserta akan diberikan kata dalam bahasa Inggris yang mempunyai 2
syllable.
 Level 2 :
Di level ini peserta akan diberikan kata dalam bahasa Inggris yang mempunyai 3
syllable.
 Peserta mendapatkan masing-masing 2 kata pada setiap level, secara bergantian
dengan peserta lain.
 Kata ke dua pada Level 1 diberikan setelah semua peserta selesai mendapatkan kata
pertama pada Level 1, begitu pun dengan Level 2.
 Jeda waktu 10 menit untuk pergantian dari level 1 ke level 2.

b. Sistem Penilaian
 Apabila peserta langsung mengeja satu kata dengan benar tanpa bantuan petunjuk,
maka peserta akan mendapatkan poin 25 untuk setiap kata di setiap level.
 Poin akan berkurang sesuai dengan jumlah petunjuk yang diminta.
 Setiap bantuan petunjuk yang diminta, nilai akan berkurang 5 poin.
 Jika peserta gagal mengeja dengan benar sesuai ketentuan maka akan mendapatkan
nilai 0.
 Poin yang di dapat di level 1 dan 2 akan di akumulasikan. Peserta yang mendapatkan
5 poin tertinggi akan masuk ke babak final(Final Round).
 Apabila ada lebih dari 5 peserta yang mendapatkan skor tertinggi, maka akan di adakan
babak rebutan untuk memperebutkan posisi ke babak final. Babak kedua / Final round.
 Jeda waktu untuk pergantian dari preliminary round ke final round adalah 20 menit

BABAK FINAL (FINAL ROUND)


a. Ketentuan
Tema kata (word list) untuk Spelling Bee pada babak final round adalah economy.
Babak Final (Final Round) terdiri dari Level 3 dan Level 4.
Level 3 :
Di level ini siswa akan diberikan kata dalam bahasa Inggris yang mempunyai 4
syllable.
Level 4 :
Di level ini siswa akan diberikan kata dalam bahasa Inggris yang mempunyai 5
syllable.
Peserta mendapatkan masing-masing 3 kata pada setiap level, secara bergantian dengan
peserta lain.
Kata kedua pada Level 3 diberikan setelah semua peserta selesai mendapatkan kata
pertama pada Level 3, begitu pun dengan Level 4.
Kata ketiga pada Level 3 diberikan setelah semua peserta selesai mendapatkan kata
pertama pada Level 3, begitu pun dengan Level 4.
Jeda waktu 10 menit untuk pergantian dari Level 3 ke Level 4.

b. Sistem Penilaian
Poin yang di dapat di Preliminary Round tidak akan di akumulasikan dalam babak final
(Final Round).
Poin dalam babak ini dimulai dari 0.
Apabila peserta langsung mengeja satu kata dengan benar tanpa bantuan petunjuk,
maka peserta akan mendapatkan poin 100 untuk setiap kata di setiap level.
Poin akan berkurang sesuai dengan jumlah petunjuk yang diminta.
Setiap bantuan petunjuk yang diminta, poin akan berkurang 10 poin.
Jika peserta gagal mengeja dengan benar sesuai ketentuan maka akan mendapatkan
nilai 0.
Peserta yang mendapat 3 poin tertinggi akan mendapat juara I,II, dan III.
BABAK REBUTAN
a. Ketentuan
 Babak Rebutan diadakan apabila peserta dengan skor tertinggi yang lolos dari
Preliminary Round lebih dari 5 orang.
 Kata yang akan ditanyakan kepada peserta babak rebutan bersifat rahasia.
 Pronouncer akan membacakan kata sebanyak 2 kali.
 Peserta cukup berdiri dan mengangkat tangan sebagai tanda siap menjawab/mengeja
kata.
 Peserta boleh menjawab/mengeja setelah dipersilakan.

b. Sistem Penilaian
 Apabila peserta langsung mengeja kata yang diberikan dengan benar, tidak misspell,
dan tepat waktu, peserta tersebut dapat langsung masuk ke babak final (final round).
 Apabila semua peserta tidak bisa menjawab/mengeja kata seperti sistem penilaian
diatas, maka penilaian akan dikembalikan seperi babak preliminary round.
Rules and Regulation
Speech Competition

Purposes
 Providing an opportunity for students to improve their speaking ability
 Providing a change for students to develop ideas based on the theme which has been
decided

GENERAL RULE
 Each participant must have already been re registered before the competition begins
 Each participant should come before the competition begins ( at least 30 minutes before
the opening)
 Participants who do not come after his/ her name announced 3 times will be disqualified
 Each participant must wear school uniform and shoes

SCRIPT RULES
 Speech text is a script that has never been used in any speech contest before
 The speech text is the original script made by the participants and not the result of
plagiarism.
 The theme is “Being Healthy Through Indonesia’s Culture”
 The time for performing is 7 minutes with the 25 seconds additional

SCORING RULES
 Content :
Choice of the subject ( relevance to the topic )
 Composition
Organization, grammar and style
 Delivery
Voice
(enunciation, modulation)
personal appearance
( neatness, posture )
 Communication ability
sincerity, getting across thought & meaning
 Stage presence
gestures, visual contact
KETENTUAN NEWS CASTING
A. PREFACE

 News Casting
News Casting adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan teknik yang digunakan
untuk menyampaikan berita. Dalam membaca berita, penyiar akan membutuhkan keterampilan
komunikasi yang baik untuk menyampaikan berita tepat. Hal yang paling penting dalam siaran berita
adalah apakah berita yang disampaikan kepada penonton tersampaikan dengan baik atau
tidak. Kompetisi membaca berita akan menantang keterampilan komunikasi siswa/siswi MAN 3
Sukabumi

B. KETENTUAN LOMBA NEWS CASTING


1) Peserta lomba dilakukan oleh siswa dan siswi MAN 3 Sukabumi
2) Masing – masing kelas mengirimkan perwakilan minimal 2 orang
3) Dewan juri ditentukan oleh panitia.
4) Keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat .
5) Teks berita ditentukan oleh panitia dengan 2 pilihan script berita, peserta hanya membuat
pendahuluan atau mukodimah dan penutup berita
6) Pengundian nomor urut peserta pada saat pendaftaran
7) System penyampaian berita pada babak ini adalah live report, dimana peserta menyampaikan
berita didukung dengan gambar atau video yang akan dimunculkan melalui infocus sebagai media.
8) Kriteria penilaian :

* Accuracy
* Fluency
* Articulation
* Intonation
* Facial Expression
* Tone and Gesture.

Script atau naskah berita terlampir


Pilihan pertama

The COVID-19 pandemic has had devastating effects globally and millions of lives have been lost,
but even a horrifying pandemic can provide us with some positive learnings. It is impressive how
Indonesia has managed to put health on top of the agenda after COVID-19 and has realized that
investment and innovation is needed to ensure proper healthcare across the archipelago. It is time
to bring the same attention to mental health issues. With school closures, economic struggle, work
from home measures and isolation from friends, the COVID-19 pandemic has caused a significant
rise in mental health problems all over the world. Indonesia has been one of the countries that has
kept children and adolescence at home for the longest period of time despite warnings from experts
regarding learning difficulties and mental health. I have no doubt Indonesia will be able to cope
with this challenge, but also that we have not yet seen the full cost of the mental side effects of
COVID-19. In the World Happiness Report by the United Nations, Denmark has typically ranked
at the top. In the latest report, Denmark ranked second. However, in Denmark 8 percent of the
population has depression and it is estimated that 25 percent of all contact with a general
practitioner is related to mental health. When encountering the warm hospitality and positive drive
of Indonesia, Indonesians easily appear happier than Danes. Still, despite the abundance of smiles
and a lower official depression rate, mental health is a growing issue and the access to consultation
and treatment is limited especially outside urban areas. This means we need to work together to
support mental health well-being, care and treatment. In Denmark, we strive to improve mental
health for all citizens and to break down stigma and secure prevention and early treatment. We
have seen good results when taking a holistic approach, where we include not only the individual
but also the family, work life and surroundings. There are three ways in which Denmark supports
mental health. First, the fight against stigma. We need to continue to work together to eliminate
stigma against mental health disorders. The work of advocacy and patient organizations, such as
One of Us in Denmark, and celebrations like World Mental Health Day are very important ways
of eliminating stigma and educating on mental health. Second, the importance of early
interventions. Most mental health disorders appear in childhood and young adulthood. We also
know that the earlier a person with a disorder accesses appropriate mental health care and
treatment, the better their chances of recovery will be. In Denmark, the “Mind My Mind” program
offers psychological treatment to children aged 6 to 16. Third, suicide prevention. On average, one
person dies by suicide every 40 seconds in the world, but suicide is preventable. In Denmark, we
established several suicide prevention clinics around the country in 2007, significantly reducing
the rates of self-harm and suicide. While we face many challenges, we want to acknowledge that
mental health has risen to the top of the agenda during COVID-19, and we should continue to
prioritize prevention, early detection, as well as intervention and treatments of mental health
disorders. Even though mental health disorders are less visible, their impact on the daily lives and
the economy of any country is significant. But luckily, we are together developing means and
instruments to stand up to the challenge. On this World Mental Health Day let us celebrate mental
health – starting with recognizing the challenge and moving forward to address the important topic
with all relevant stakeholders. * The writer is Danish ambassador to Indonesia.

This article was published in thejakartapost.com with the title "Mental health is a challenge for the
world’s happiest nations, too – Opinio
Pilihan Kedua

Even as Indonesia confronts the significant near-term challenges of the COVID-19 pandemic,
Jakarta and other municipalities should also leverage the opportunity for reassessment and
reinvention as part of longer time moves toward greater resilience. Indonesia could well contribute
to the conversation, if not lead the way, in rethinking sprawling urban infrastructure development.
The ongoing health challenges faced by urban residents are not limited to insufficient healthcare
facilities and other medical infrastructure constraints. Across the region, relentless urbanization
has meant growing demands for water, power, and waste treatment. Yet, the Asia-Pacific region
has long suffered significant infrastructure financing deficits. In 2017, the Asian Development
Bank projected an annual gap of US$459 billion from 2016-2020 for 25 developing member
countries. Adding in funding of social infrastructure such as health and education nearly doubles
the gap to $907 billion.

Meaningful and measurable change is needed for Asia’s ongoing urbanization to prove
sustainable—especially in the face of disruptions brought and inequalities made clearer by
COVID-19. "Municipalities must foster more effective multi-sectoral conversations to generate
responsive and inclusive urban infrastructure investments," says Lauren N. Sorkin, executive
director of the Resilient Cities Network, pioneered by the Rockefeller Foundation. "This will help
create more resilient cities, bringing together intellectual and financial capital to revitalize local
economies ravaged by the pandemic." One unfortunate side effect of the pandemic has been a
severe strain placed on urban waste management systems. In one example, plastic waste, already
a challenge, has spiked. This has been driven in part by consumers returning to single-use cutlery
and plastic and other packaging due to health concerns and greater use of lockdown-induced food
delivery services. Even before the pandemic, Jakarta generated up to 2,400 tons of plastic waste
daily. That number has increased as Asia’s urban waste challenge has grown with increasing
urbanization and limited to non-existent focus on the “3 Rs” of waste management: reduce, reuse
and recycle. Indonesia has been one of world’s largest plastic waste producing countries over the
last several years.

The pandemic, however, has also drawn attention to welcomed new approaches to business. This
has included a greater embrace of telemedicine, e-commerce and working from home, all of which
can certainly bring long-term benefits as cities reinvent themselves and reallocate resources. The
continued exponential growth of urbanization across Asia also underscores that governments must
not now forget the long-term need to build smarter, more resilient, and more sustainable cities.
Already and fortunately, municipal authorities around the world are emerging as drivers of holistic
change. This has included via the C40, a network of megacities committed to addressing climate
change as part of an ambitious agenda launched in 2020. Under the C40 Mayors' Agenda for a
Green and Just Recovery, mayors of 96 global cities including Jakarta, Singapore, Tokyo, London,
and New York are spearheading measures to create green jobs, protect mass transit, support
essential workers, and give public spaces back to people and nature. Indonesia’s government and
business leaders should take to heart three lessons from the C40. First, a shift is needed away from
long-held norms. Asia’s city leaders can help accelerate the move from linear economies, in which
raw materials are turned into finished goods that are eventually dumped and replaced, to circular
economies, which aim to redefine and eliminate waste and encourage constant use of resources to
benefit businesses, society, and the environment. Prominent examples include waste-to-energy
plants, which both provide energy to and help cities address the growing waste that is generated
via increased consumerism. Innovations in the delivery of services and measuring environmental
impact should additionally be explored. This is critical to achieving the United Nations’
Sustainable Development Goal 11: Sustainable Cities and Communities. Specific areas of focus
include safe and affordable housing, environmental impact reduction, access to inclusive green
spaces, and sustainable transport systems. Second, Asia's government and business leaders must
commit to a "greening" of their cities. And here, Indonesia can again help show the way. Of
particular note, the number of green public open space in Jakarta is reportedly less than 20 percent.
That is likely a key factor in the Central Jakarta municipality administration’s earlier announced
plan to plant nearly 150,000 trees and plants along main roadsides to further aestheticize the city
amid shortage of land. Such green spaces for residents must be encouraged and maintained.
COVID-19 has also highlighted the necessity of green spaces that are accessible and equitable for
all residents. Amidst lockdowns and travel restrictions, urban residents will benefit from a
rethinking of urban spaces. Public green space – often in short supply in many of Asia’s crowded
cities – has been shown to improve mental health and well-being. While urban mass transit systems
also have been touted as ways to go green, reduced public transport ridership due to the pandemic
has created significant revenue shortfalls in many Asian cities. Reimagined, more resilient cities
must include smarter, safer, and healthier transport and workplaces that address new concerns
about social distancing and public spacing. Adapting existing road infrastructure to be more
bicycle-friendly and better integration of spaces for green transport into the urban landscape could
certainly be a welcome consequence of the pandemic. Singapore, as an example, is exploring the
possibility of converting underused road lanes to cycling and bus lanes, and pedestrianizing certain
roads. Likewise, Jakarta has sought to make itself more bicycle-friendly. Steps include the
construction of the city’s first protected bicycle lane, and plans to nearly double the length of
existing bike lanes. In addition, Jakarta was late last year named the winner of the 2021 Sustainable
Transport Award by the Institution for Transportation and Development Policy for making strides
in developing sustainable public transport facilities that connect the capital city and its satellite
cities such as Bogor, Depok, and Bekasi. Currently developing and testing electric vehicle fleets
for its bus rapid transit system Transjakarta – launched in 2004 – Jakarta’s government could
achieve its ambitious goal of electrifying 10,000 of its public buses by 2030. Third, Asia's urban
leaders must learn from the successes and failures of past and ongoing efforts to shift to more
sustainable economies. Intriguingly, several nations have already incorporated environmentally
conscious measures into stimulus-related infrastructure measures. This includes Malaysia setting
its hopes on large-scale solar energy as a major propeller of its post-pandemic recovery plans. The
country has reportedly allocated $2.9 billion for rooftop solar panels and LED street lighting. And
Indonesia unveiled a plan last year that includes a major project to install solar panels across
thousands of rooftops, a plan that is expected to cost over $1 billion annually but one that will
continue to help the country meet its climate reduction targets. Clear and measurable goals, as well
as independent evaluations of the results of these and other initiatives, remain important to both
accountability and to long-term learning. Ultimately, urban development must be redefined and
reimagined to encompass healthier approaches if Asia's cities are to build back better. Our belief
is that Indonesia can help show the way.
HIWAR

a. Peserta minimal 2 orang


b. Tema tentang lingkungan sekolah
c. Tidak boleh melihat catatan / teks
d. Waktu tampil maksimal 7 menit
e. Menggunakan lanjah / dialek arab
f. Penilaian meliputi : penampilan, kelancaran, da nisi hiwar

MENERJEMAHKAN TEKS

a. Peserta minimal 1 orang / kelas


b. Teks disiapkan oleh panitia
c. Waktu menerjemahkan maksimal 90 menit
d. Penilaian meliputi : kerapiahn tulisan, penggunaan diksi ( pilihan kata) dan koherensi anatar
kalimat
PIDATO BAHASA JERMAN
PADA BULAN BAHASA MAN 3 SUKABUMI TAHUN 2021

1. Syarat Ketentuan
 Peserta adalah siswa MAN 3 Sukabumi
 Peserta boleh lebih dari satu orang tiap kelasnya/tidak dibatasi.
 Peserta wajib mengikuti ketentuan yang telah ditentukan panitia selama mengikuti
kegiatan lomba.
 Peserta memakai seragam Sekolah

2. Teknis dan Ketentuan Lomba


 Peserta boleh tampil dengan membawa catatan kecil berisi poin-poin yang ingin
disampaikan. Apabila peserta membawa teks secara keseluruhan maka akan terjadi
pengurangan poin.
 Peserta Menyerahkan Naskah Pidato 1 rangkap sebelum tampil kepada Dewan Juri
 Durasi Pidato minimal 3,5 menit
 Tema/judul pidato bebas
 Teks pidato bisa dibuat sendiri atau mencari dari sumber internet dan sebagainya.
 Naskah tidak mengandung unsur SARA.

3. Kriteria Penilaian
1) Gaya penyampaian
Komponen ini menilai ekspresi peserta melalui gerak tubuh.
2) Intonasi
Komponen ini menilai kesesuaian antara penekanan kata/suku kata dengan ketentuan
intonasi dalam bahasa Jerman.
3) Artikulasi
Komponen ini menilai kefasihan pengucapan kata.
4) Pelafalan
Komponen ini menilai kefasihan bunyi vocal, konsonan, dan diftong sesuai dengan
ketentuan dalam bahasa Jerman.

No Aspek yang dinilai Skor Keterangan skor

1 Gaya penyampaian 25 5 : sangat kurang

2 Intonasi 25 10 : kurang

3 Artikulasi 25 15 : Cukup

20 : Bagus
4 Pelafalan 25
25 : Sangat Bagus
A. Kriteria Penilaian Pasanggiri Nulis Biantara Basa Sunda
1. Sistematika naskah biantara
2. Kasaluyuan eusi jeung tema
3. Diksi (pilihan kecap) & Ejaan
Nulis biantara kalayan tema bebas

B. Kriteria penilaian Pasanggiri maca sajak sunda


1. Ekspresi / pasemon
2. Lafal / vocal
3. Intonasi / Lentong
4. Aksentnasi / penekanan
Pilih salah sahiji sajak karya Godi Sumarna
DESAIN POSTER

 Peserta hanya untuk siswa MAN 3 Sukabumi


 Peserta merupakan perorangan, boleh laki-laki / perempuan
 Peserta bisa mengirimkan maksimal 5 orang per kelas
 Peserta wajib mengikuti prosedur dan peraturan yang telah di tentukan oleh panitia
 Jenis poster yang di lombakan adalah poster umum ( publik )
 Tema poster “BULAN BAHASA DENGAN PROKES COVID-19”
 Desain poster di buatkan judul sesuai dengan tema
 Peserta membawa alat dan bahan sendiri, panitia hanya menyediakan media kertas sketch
book ukuran A4
 Desain dibuat Mix media dan Full Color, jumlah warna bebas.
 Tidak diperkenankan terdapat tempelan-tempelan kertas/ sejenisnya pada karya poster
tersebut
 Menjauhkan tulisan / konten dari plagiatisme
 Karya tidak mengandung unsur SARA dan tidak bertentangan dengan norma yang berlaku
 Karya yang sudah dibuat menjadi hak milik panitia dan keputusan juri tidak dapat di
ganggu gugat
 Aspek yang dinilai :
 Estetika
 Komposisi
 Kesan komunikatif
 Kesesuaian karya dengan tema dan peraturan
 Peserta yang sudah mendaftar tapi tidak mengikuti pada waktu yang telah ditentukan
dianggap memundurkan diri
 Peserta atau yang mewakili diharapkan hadir pada saat Technical Meeting untuk
pengambilan nomor peserta
“Hal-hal yang belum tercantum akan diatur pada waktu Technical Meeting”

Anda mungkin juga menyukai