Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat,
sering kali mengalami permasalahan yang menyangkut tentang ketidakpuasan
masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurang
memadai atau memuaskan. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan, maka salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian adalah
kualitas pelayanan keperawatan.
Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan adalah memberikan rasa tanggung jawab perawat yang
lebih tinggi sehingga terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien.
Pelayanan keperawatan ini akan lebih memuaskan tentunya dengan penerapan
model asuhan keperawatan professional atau MAKP karena kepuasan pasien
ditentukan salah satunya dengan pelayanan keperawatan yang optimal
(Fisbach, 1991).
pasien merasa kurang puas terhadap pelayanan keperawatan karena
pelayanan tersebut tidak optimal. Dalam penerapan model asuhan
keperawatan profesional, apabila tanggung jawab atau peran perawat baik
dalam pelayanan kesehatan, memperhatikan pasien dan keluarganya, ada
perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik dan tanggap kepada
kebutuhan pasien (Anna, 2001).
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatankelompok klien melalui
upaya kooperatif dan kolaburatif ( Potter, Patricia 1993).
Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Metode ini
menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional,
tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu
(Nursalam, 2002)

1.2 Rumusam Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan bagaimana
implementasi MAKP dengan model tim?

1.3 Tujuan
1.3.1
1.4 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Metode Tim


Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan
asuhan keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab yang tinggi. Dengan demikian, diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat (Suyanto, 2009).
Menurut Marquis dan Huston (2016) Metode tim adalah suatu
keadaan dimana proses keperawatan dilakukan oleh sekelompok perawat
terhadap sekelompok pasien di ruang perawatan yang terdiri atas kepala
ruangan, ketua tim dan anggota tim.
Menurut Asmuji (2014) metode tim adalah metode pemberian asuhan
keperawatan yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang
memberikan asuhan keperawatan dipimpin oleh seorang perawat profesional
yang sering disebut dengan ketua tim.
Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) Metode tim merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif.
Metode tim menggunakan terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2 (dua) sampai 3 (tiga) tim/grup yang terdiri
atas tenaga profesional, tenaga teknis dan pembantu dalam satu grup kecil
yang saling membantu (Suarli dan Bachtiar, 2012).

2.2 Komponen/Elemen Metode Tim


Metode tim mempunyai beberapa elemen yang diperlukan agar
pelaksanaan keperawatan tim secara efektif dan efisien.
Menurut Marquis dan Huston (2016) qdapun elemen dalam metode
tim meliputi sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Kepemimpinan
Kepemimpinan kepemimpinan adalah penggunaan proses komunikasi
untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok ke arah
pencapaian satu atau beberapa tujuan dalam suatu situasi yang unik dan
tertentu (Monica, 2008).
Marquis dan Huston (2016) menjelaskan bahwa seorang pemimpin
mempunyai peran meliputi:
a. Pengambilan keputusan
b. Komunikator
c. Evaluator
d. Fasilitator
e. Pengambilan resiko, penasihat, penambah semangat, instruktur,
konselor
f. Pengajar.
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan penyampaian informasi dari seseorang kepada
orang lain. Komunikasi akan berhasil dengan baik apabila timbul saling
pengertian. Komunikasi yang baik dimaksudkan jalinan pengertian antara
pihak yang satu ke pihak yang lain, sehingga apa yang dikomunikasikan
dapat dimengerti, dipikirkan dan dilaksanakan tanpa adanya komunikasi
yang baik maka pekerjaan akan menjadi simpang siur dan kacaubalau,
sehingga tujuan organisasi kemungkinan besar tidak akan tercapai.
Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur
utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi; Timbang
terima, interview atau anamnesa, komunikasi melalui komputer,
komunikasi rahasia klien, komunikasi melalui sentuhan, komunikasi
dalam pendokumentasian, komunikasi antara perawat dan profesi
kesehatan lainnya dan komunikasi antara perawat dan pasien.
3. Koordinasi
Koordinasi merupakan hubungan kerjasama antara anggota tim dalam
memberikan asuhan kesehatan. Koordinasi dalam penerapan metode tim
sangat diperlukan agar pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
efektif dan efisien (Sitorus & Panjaitan, 2011).
4. Penugasan
Metode tim merupakan pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat dan sekelompok pasien. Kelompok ini dipimpin oleh
perawat berijasah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan
kelompok/ketua tim. Selain itu ketua tim bertanggung jawab dalam
mengatur anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan pasien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Pembagian tugas
dalam tim keperawatan dapat didasarkan pada tempat/kamar pasien,
tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien, dan jumlah pasien yang
dirawat (Kuntoro, 2010).

2.3 Konsep Penerapan Metode Tim


Menurut Suyanto (2009) pelaksanaan metode tim harus berdasarkan
konsep sebagai berikut:
1. Ketua Tim
Menurut Suarli dan Bachtiar (2012) sebagai perawat profesional ketua tim
harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim
harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi,
dan evaluasi asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat
tergantung pada filosofi ketua tim, yakni apakah berorientasi pada tugas
atau pada klien.
2. Komunikasi
Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama
melalui rencana asuhan keperawatan tertulis yang merupakan pedoman
pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi (Suyanto, 2009).
3. Anggota Tim Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
Ketua tim membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas
sesuai dengan kemampuan mereka (Sitorus dan Panjaitan, 2011).
4. Kepala Ruangan
Peran kepala ruangan penting dalam metode tim metode tim karena dapat
membuat berhasil dengan baik, apabila didukung oleh kepala ruangan.
Untuk itu, kepala ruangan diharapkan telah:
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
c. Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
d. Mengorentasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim
keperaawatan
e. Menjadi narasumber bagi ketua tim
f. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan
g. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
2.4 Prinsip-Prinsip Tim Keperawatan
Prinsip-prinsip dari tim keperawatan menurut Suyanto (2009) adalah
sebagai berikut:
1. Suatu model asuhan yang dilaksanakan oleh suatu tim terhadap satu
atau sekelompok klien/pasien.
2. Tim dipimpin oleh seorang perawat yang secara klinis kompeten,
mempunyai kemampuan yang baik dalam komunikasi, mengorganisasi,
dan memimpin.
3. Dalam model ini, tim dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan level
kemampuan yang berbeda tetapi semua aktifitas tim harus terkoordinasi
secara baik
4. Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien, intervensi
dan dampaknya karenanya dibutuhkan case conference secara periodik dan
berkesinambungan
5. Dalam proses asuhan, dibutuhkan kesinambungan antar tim untuk setiap
shift dinas. Dokumentasi akurat, timbang terima berbasis pasien.

2.5 Tanggung Jawab Perawat


Menurut Nursalam (2011) tanggung jawab perawat dalam metode tim
adalah sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab Anggota tupoksi atau tanggung jawab anggota tim yang
menjadi fokus penilaian adalah sebagai berikut:
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan.
2. Tanggung jawab ketua tim
Menurut Nursalam (2015) tanggung jawab ketua tim adalah sebagai
berikut:
a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi.
3. Jawab Kepala Ruang
Menurut Kuntoro (2010) tanggung jawab kepala ruangan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Tanggung jawab kepala ruangan sebagai perencana menurut Kuntoro
(2010) adalah sebagai:
1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim.
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/ penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien.
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
b) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan.
c) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
d) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk rumah sakit.
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.
b. Pengorganisasian
Tanggung jawab kepala ruangan sebagai pengorganisasi menurut
Kuntoro (2010) adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
3) Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
8) Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada
ketua tim.
9) Memberi wewenang kepada ketua tim untuk memimpin asuhan
keperawatan.
10) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan
Tanggung jawab kepala ruangan sebagai pengarah menurut Kuntoro
(2010) adalah sebagai berikut:
1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik.
3) Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
4) Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
Tanggung jawab kepala ruangan sebagai pengawas menurut Kuntoro
(2010) adalah sebagai berikut:
1) Melalui Komunikasi Mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
2) Melalui Supervisi:
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahannya yang ada saat itu.
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas
c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.

2.6 Kelebihan Metode Tim


Menurut Suyanto (2009) kelebihan dari penerapan metode tim adalah
sebagai berikut:
1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik.
2. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
3. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat
tim, cara ini efektif untuk belajar.
4. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
5. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
6. Peningkatan kerjasama dan komunikasi di antara anggota tim
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberika.
7. Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung
jawabkan
8. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama
bertugas
9. Memberikan kepuasan pada pasien & perawat
10. Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral

2.7 Kerugian Metode


Tim Menurut Suyanto (2009) kerugian dari penerapan metode tim
adalah sebagai berikut:
1. Pre-conference sulit dilakukan pada waktu-waktu sibuk
2. Perawat yang belum berpengalaman sehingga perlu dorongan berlatih.
3. Akuntabel dalam tim kurang jelas
Menurut Asmuji (2014) kelebihan dan kelemahan metode penugasan
tim adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
a. Pelayanan keperawatan yang komprehensif.
b. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
c. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
d. Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi
dan
e. memberikan kepuasan kepada anggota tim.
f. Proses keperawatan dapat diterapkan.
g. Metode tim memungkinkan untuk dapat bekerja lebih efektif dan
efisien.
h. Metode tim memungkinkan untuk dapat bekerjasama antara tim.
i. Metode tim memungkinkan tingginya kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan.
j. Metode tips meningkatkan motivasi dan kepuasan perawat sebagai
pemberi pelayanan keperawatan.
2. Kelemahan
a. Kegiatan-kegiatan konferensi memerlukan waktu yang cukup lama
sehingga kegiatan konferensi tidak akan dapat dilaksanakan jika dalam
kondisi sibuk.
b. Jika jumlah perawat sedikit menyebabkan pre conference dan post
conference mungkin tidak dapat dilaksanakan, untuk kegiatan free
conference dan post conference setiap tim minimal terdiri dari 2 orang.
c. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
d. Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung
untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
e. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim
kabur atau kacau.

Anda mungkin juga menyukai