Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat, sering kali mengalami permasalahan yang menyangkut tentang ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurang memadai atau memuaskan. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan, maka salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian adalah kualitas pelayanan keperawatan. Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan adalah memberikan rasa tanggung jawab perawat yang lebih tinggi sehingga terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien. Pelayanan keperawatan ini akan lebih memuaskan tentunya dengan penerapan model asuhan keperawatan professional atau MAKP karena kepuasan pasien ditentukan salah satunya dengan pelayanan keperawatan yang optimal (Fisbach, 1991). pasien merasa kurang puas terhadap pelayanan keperawatan karena pelayanan tersebut tidak optimal. Dalam penerapan model asuhan keperawatan profesional, apabila tanggung jawab atau peran perawat baik dalam pelayanan kesehatan, memperhatikan pasien dan keluarganya, ada perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik dan tanggap kepada kebutuhan pasien (Anna, 2001). Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatankelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaburatif ( Potter, Patricia 1993). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu (Nursalam, 2002)
1.2 Rumusam Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan bagaimana implementasi MAKP dengan model tim?
1.3 Tujuan 1.3.1 1.4 Manfaat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Metode Tim
Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Dengan demikian, diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat (Suyanto, 2009). Menurut Marquis dan Huston (2016) Metode tim adalah suatu keadaan dimana proses keperawatan dilakukan oleh sekelompok perawat terhadap sekelompok pasien di ruang perawatan yang terdiri atas kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim. Menurut Asmuji (2014) metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut dengan ketua tim. Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode tim menggunakan terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 (dua) sampai 3 (tiga) tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, tenaga teknis dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu (Suarli dan Bachtiar, 2012).
2.2 Komponen/Elemen Metode Tim
Metode tim mempunyai beberapa elemen yang diperlukan agar pelaksanaan keperawatan tim secara efektif dan efisien. Menurut Marquis dan Huston (2016) qdapun elemen dalam metode tim meliputi sebagai berikut: 1. Kepemimpinan Kepemimpinan Kepemimpinan kepemimpinan adalah penggunaan proses komunikasi untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan dalam suatu situasi yang unik dan tertentu (Monica, 2008). Marquis dan Huston (2016) menjelaskan bahwa seorang pemimpin mempunyai peran meliputi: a. Pengambilan keputusan b. Komunikator c. Evaluator d. Fasilitator e. Pengambilan resiko, penasihat, penambah semangat, instruktur, konselor f. Pengajar. 2. Komunikasi Komunikasi merupakan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan berhasil dengan baik apabila timbul saling pengertian. Komunikasi yang baik dimaksudkan jalinan pengertian antara pihak yang satu ke pihak yang lain, sehingga apa yang dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan dilaksanakan tanpa adanya komunikasi yang baik maka pekerjaan akan menjadi simpang siur dan kacaubalau, sehingga tujuan organisasi kemungkinan besar tidak akan tercapai. Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi; Timbang terima, interview atau anamnesa, komunikasi melalui komputer, komunikasi rahasia klien, komunikasi melalui sentuhan, komunikasi dalam pendokumentasian, komunikasi antara perawat dan profesi kesehatan lainnya dan komunikasi antara perawat dan pasien. 3. Koordinasi Koordinasi merupakan hubungan kerjasama antara anggota tim dalam memberikan asuhan kesehatan. Koordinasi dalam penerapan metode tim sangat diperlukan agar pemberian asuhan keperawatan kepada pasien efektif dan efisien (Sitorus & Panjaitan, 2011). 4. Penugasan Metode tim merupakan pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat dan sekelompok pasien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat berijasah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua tim. Selain itu ketua tim bertanggung jawab dalam mengatur anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan pasien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat didasarkan pada tempat/kamar pasien, tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien, dan jumlah pasien yang dirawat (Kuntoro, 2010).
2.3 Konsep Penerapan Metode Tim
Menurut Suyanto (2009) pelaksanaan metode tim harus berdasarkan konsep sebagai berikut: 1. Ketua Tim Menurut Suarli dan Bachtiar (2012) sebagai perawat profesional ketua tim harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim, yakni apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. 2. Komunikasi Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama melalui rencana asuhan keperawatan tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi (Suyanto, 2009). 3. Anggota Tim Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai dengan kemampuan mereka (Sitorus dan Panjaitan, 2011). 4. Kepala Ruangan Peran kepala ruangan penting dalam metode tim metode tim karena dapat membuat berhasil dengan baik, apabila didukung oleh kepala ruangan. Untuk itu, kepala ruangan diharapkan telah: a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf b. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan c. Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan d. Mengorentasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperaawatan e. Menjadi narasumber bagi ketua tim f. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan g. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka. 2.4 Prinsip-Prinsip Tim Keperawatan Prinsip-prinsip dari tim keperawatan menurut Suyanto (2009) adalah sebagai berikut: 1. Suatu model asuhan yang dilaksanakan oleh suatu tim terhadap satu atau sekelompok klien/pasien. 2. Tim dipimpin oleh seorang perawat yang secara klinis kompeten, mempunyai kemampuan yang baik dalam komunikasi, mengorganisasi, dan memimpin. 3. Dalam model ini, tim dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan level kemampuan yang berbeda tetapi semua aktifitas tim harus terkoordinasi secara baik 4. Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien, intervensi dan dampaknya karenanya dibutuhkan case conference secara periodik dan berkesinambungan 5. Dalam proses asuhan, dibutuhkan kesinambungan antar tim untuk setiap shift dinas. Dokumentasi akurat, timbang terima berbasis pasien.
2.5 Tanggung Jawab Perawat
Menurut Nursalam (2011) tanggung jawab perawat dalam metode tim adalah sebagai berikut: 1. Tanggung Jawab Anggota tupoksi atau tanggung jawab anggota tim yang menjadi fokus penilaian adalah sebagai berikut: a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya. b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim. c. Memberikan laporan. 2. Tanggung jawab ketua tim Menurut Nursalam (2015) tanggung jawab ketua tim adalah sebagai berikut: a. Membuat perencanaan. b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi. c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien. d. Mengembangkan kemampuan anggota. e. Menyelenggarakan konferensi. 3. Jawab Kepala Ruang Menurut Kuntoro (2010) tanggung jawab kepala ruangan sebagai berikut: a. Perencanaan Tanggung jawab kepala ruangan sebagai perencana menurut Kuntoro (2010) adalah sebagai: 1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing. 2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya. 3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim. 4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan. 5) Merencanakan strategi pelaksanaan 6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. 7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan: a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan. b) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan. c) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah. d) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk rumah sakit. 8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri. 9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan. 10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit. b. Pengorganisasian Tanggung jawab kepala ruangan sebagai pengorganisasi menurut Kuntoro (2010) adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan. 2) Merumuskan tujuan metode penugasan. 3) Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas. 4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat. 5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain. 6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan. 7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik. 8) Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim. 9) Memberi wewenang kepada ketua tim untuk memimpin asuhan keperawatan. 10) Identifikasi masalah dan cara penanganannya. c. Pengarahan Tanggung jawab kepala ruangan sebagai pengarah menurut Kuntoro (2010) adalah sebagai berikut: 1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim. 2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik. 3) Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. 4) Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien. 5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan. 6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. 7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain. d. Pengawasan Tanggung jawab kepala ruangan sebagai pengawas menurut Kuntoro (2010) adalah sebagai berikut: 1) Melalui Komunikasi Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. 2) Melalui Supervisi: a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi kelemahannya yang ada saat itu. b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
2.6 Kelebihan Metode Tim
Menurut Suyanto (2009) kelebihan dari penerapan metode tim adalah sebagai berikut: 1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik. 2. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan. 3. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim, cara ini efektif untuk belajar. 4. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal 5. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif. 6. Peningkatan kerjasama dan komunikasi di antara anggota tim menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberika. 7. Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan 8. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas 9. Memberikan kepuasan pada pasien & perawat 10. Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral
2.7 Kerugian Metode
Tim Menurut Suyanto (2009) kerugian dari penerapan metode tim adalah sebagai berikut: 1. Pre-conference sulit dilakukan pada waktu-waktu sibuk 2. Perawat yang belum berpengalaman sehingga perlu dorongan berlatih. 3. Akuntabel dalam tim kurang jelas Menurut Asmuji (2014) kelebihan dan kelemahan metode penugasan tim adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan a. Pelayanan keperawatan yang komprehensif. b. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. c. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. d. Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan e. memberikan kepuasan kepada anggota tim. f. Proses keperawatan dapat diterapkan. g. Metode tim memungkinkan untuk dapat bekerja lebih efektif dan efisien. h. Metode tim memungkinkan untuk dapat bekerjasama antara tim. i. Metode tim memungkinkan tingginya kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. j. Metode tips meningkatkan motivasi dan kepuasan perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan. 2. Kelemahan a. Kegiatan-kegiatan konferensi memerlukan waktu yang cukup lama sehingga kegiatan konferensi tidak akan dapat dilaksanakan jika dalam kondisi sibuk. b. Jika jumlah perawat sedikit menyebabkan pre conference dan post conference mungkin tidak dapat dilaksanakan, untuk kegiatan free conference dan post conference setiap tim minimal terdiri dari 2 orang. c. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu ) d. Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu e. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur atau kacau.