Anda di halaman 1dari 71

KARYA TULIS ILMIAH

PEMERIKSAAN DAN PENEGAKKAN DIAGNOSIS TROMBOSIS


VENA DALAM DENGAN MENGGUNAKAN MODALITAS
PULSE WAVE (PW) DOPPLER DI RSUP
Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

Diajukan sebagai syarat dalam meraih Ahli Madiya Kesehatan (A.Md. Kes)
Pada program studi Diploma Tiga (DIII) Teknik Kardiovaskuler,
Fakultas Teknologi Kesehatan Universitas Megarezky
Makassar

ANDI FITRIA MAMALA


183145408036

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KARDIOVASKULER


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
KARYA TULIS ILMIAH

PEMERIKSAAN DAN PENEGAKKAN DIAGNOSIS TROMBOSIS


VENA DALAM DENGAN MENGGUNAKAN MODALITAS
PULSE WAVE (PW) DOPPLER DI RSUP
Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

EXAMINATION AND DIAGNOSIS OF DEEP VEIN THROMBOSIS


USING PULSED WAVE (PW) DOPPLER MODALITY DI
RSUPDr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

ANDI FITRIA MAMALA


283145408036

Dibimbing oleh:
Prof.Dr.dr.Ali Aspar Mappahya, Sp.PD.,Sp.JP(K)
Pembimbing I
Hasnawati.SKM.,M.Kes
Pembmbing II

Penguji:
Ns. Rochfika, S.Kep.,M.Kes.,M.Kep

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KARDIOVASKULER


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021

ii
iii
PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Penelitian ini berjudul “ Peneriksaan Dan Penegakkan Diagnosis Trombus Vena

Dalam Dengan Menggunakan Modalitas Pulse Wave Doppler Di Pusat Jatung

Terpadu RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar” yang disusun oleh Saudara/i

Andi Fitria Mamala dengan NIM 183145408036, telah diujikan dalam seminar

Proposal yang diselenggarakan pada hari , karenanya Pembimbing I,

Pembimbing II dan Penguji memandang bahwa Proposal tersebut telah memenuhi

syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk menempuh Seminar Hasil.

PENGUJI :

1. Ns. Rochfika,S.Kep.,M.Kes.,M.Kep (…………………)

PEMBIMBING :

1. Prof.Dr.dr.Ali Aspar Mappahya,Sp.PD.,SpJP(K) (…………………)

2. Hasnawati.,S.KM.,M.Kes (….……...………)

Makassar, 2021

Ketua Prodi

dr. Muhammad. Asrul Apris, Sp.JP (K).,M.Kes


NIDN. 0929048502

iii
PLAGIARISM SCAN REPORT

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat
dan kesehatan yang telah diberikan serta dapat terselesaikannya Karya Tulis
Ilmiah ini dengan baik dan lancar. Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan
kepada:

1. Kedua orang tua saya yang saya hormati untuk ayah saya Amirullah dg.
Mamala dan ibu saya Rista Aris yang telah memberikan dukungan dan
senantiasa memberikan semangat doa dan dukungan kepada peneliti.
2. Kakak, Ipar, dan Adik saya Fatnilla, Syarif Hidayatullah, dan Andi
widyaswara mamala yang telah memberi semangat dan doa semoga kita
menjadi anak yang dapat membahagiakan dan membanggakan kedua orang
tua.
3. Kepada yang saya hormati Prof.Dr.dr.Ali Aspar Mappahya,Sp.PD.,SpJP(K)
dan Hasnawati,SKM.,M.Kes terima kasih atas waktu, ilmu, dan
kesabarannya dalam membimbing hingga peneliti dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Dan kepada seluruh teman, sahabat serta beberapa pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Terima kasih untuk doa, waktu, tenaga dan fikiran yang diberikan untuk
kelancaran penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini semoga ALLAH SWT selalu
melindungi, memberikan kesehatan, dan mendengar doa-doa baik kita.
Aamiin yarabbal alamin...

v
MOTTO

HIDUP ITU SULIT, SEGALA SESUATUNYA TIDAK SELALU


BERJALAN DENGAN BAIK. TETAPI KITA HARUS BERANI
DAN MELANJUTKAN HIDUP!!!!

~SUGA

vi
vii
CURICULUM VITAE
Andi Fitria Mamala
183145408036

Program Study : DIII Teknik Kardiovaskuler

Alamat : jl. Moncongloe bulu, perumahan bumi salam sejahtra.

Orang tua

A. Bapak : Amirullah dg. Mamala

B. Ibu : Rista Aris

C. Alamat : Kota Kolonodale, Kab. Morowali Utara, Slawesi Tengah.

Riwayat pendidikan

A. SD : SD N 1 Petasia

B. SMP : SMP N 1 Petasia

C. SMA : SMA N 1 Petasia

Prinsip Hidup :- Bahagiakan mama, ayah, adek yang paling penting!

- Bahagiakan keluarga, Bahagiakan diri sendiri, dan

bahagiakan orang sekitar.

- Tidak mau hanya menjadi lulusan yang “Biasa Saja”

Kesan disaat kuliah : Banyak hal baru yang saya dapatkan. Terutama pada circle
pertemanan. Sangat beragam sifat dari teman-teman
sekelas yang beda suku, ras dan agama. Harus saling
memahami satu sama lain dan harus saling merangkul satu
sama lain.

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr. Wb

Segala puji bagi ALLAH SWT atas rahmat dan hidayahnya kepada
penulis beserta karuniah dan petunjuknya dalam penyusunan proposal
sebagai persyaratan pelaksanaan penelitian dengan judul
“PEMERIKSAAN DAN PENEGAKKAN DIAGNOSIS TROMBUS
VENA DALAM DENGAN MODALITAS PULSE WAVE
DOPPLER DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO”. Proposal
ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
program pendidikan DIII Teknik Kardiovaskuler Universitas Mega
Rezky Makassar 2021.

Proposal ini penulis dedikasikan untuk kedua orang tua tersayang,


Ayahanda Amirullah dg Mamala dan ibunda Rista Aris Topati yang
telah melahirkan dan membesarkan penulis dengan kasih sayang dan rasa
cinta yang tulus, membiayai, memotivasi, dan mendoakan penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga ke perguruan
tinggi. Ucapan terima kasih setulus-tulusnya dari hati atas semangat yang
tak ternilai serta ketulusan berkorban pada penulis yang tiada
bandingannya. Ucapan terima kasih yang terucap tidak akan pernah
cukup untuk membalas semua kebaikan yang sudah diberikan kepada
penulis. Semoga ALLAH SWT yang senantiasa membalas kebaikan
dengan segala kebaikan.

viii
Penulis sangatlah sadar bahwa apa yang sudah didapat bukanlah hal
yang mutlak berdiri sendiri melainkan beberapa pelajaran, bimbingan,
dorongan, serta bantuan dari beberapa pihak. Maka dari itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya
kepada Prof.Dr.dr.Ali Aspar Mappahya,Sp.PD.,Sp.JP(K) selaku
pembimbing 1 dan kepada ibu Hasnawati.SKM.,M.Kes selaku
pembimbing 2 atas kesabaran, dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran dalam memberikan bimbingan, perhatian, dan arahan kepada
penulis.

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr H. Alimuddin. SH. MH.M.Kn Selaku Badan Pembina Harian YPI


Mega Rezky Makassar
2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH. selaku Ketua YPI Mega Rezky Makassar.
3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD.,Sp.JP (K). selaku Rektor
Universitas Megarezky.
4. Prof. Dr. Asnah Marzuki, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Teknologi
Kesehatan Universitas Megarezky.
5. Bapak dr. Muhammad Asrul, Sp.JP(K).,M.Kes , selaku Ketua Program
Studi DIII Teknik Kardiovaskuler.
6. Ibu Ns. Rochfika,S.Kep.,M.Kes.,M.Kep, selaku penguji utama yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk menguji.
7. Bapak Marwono Amd. TKV, Ibu Fitri Amalia Amd. Bapak Sutrisno. S.
Hum, ibu Riskawati,Amd.Kes, ibu Nisa Ariyanti,Amd.Kes. Terimakasih
yang tidak terhingga atas bantuan dan doa-doa baiknya kepada penulis
selama masa perkuliahan hingga masa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Kepada saudara-saudara saya tercinta Fatnillah,S.Ars, Syarif
Hidayatullah,S.P, Andi Widyaswara Mamala.

ix
9. Sahabat-sahabat tercinta penulis Sri Islamiyah dan Ika Natasya, atas
kebersamaan, dukungan, dan bantuan selama masa perkuliahan hingga
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
10. Kepada teman seperjuangan saya di vaskuler Ika Natasya dan
Muthmainnah, terima kasih karena sudah mau berjuang bersama-sama
dalam menyelesaikan penelitian ini.
11. Teruntuk teman-teman Kia Kost, Jamila weul artafella yang selalu mau saya
repotkan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, Muthmainnah, Ika
Natasya, Sri Islamiyah, Nurul Fahra, Alfira Dwi Septiani, Intan Nurfadillah,
dan semua teman-teman kia kost yang tidak sempat saya sebutkan namanya
saya sangat-sangat berterima kasih karena kalian sudah mau meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Teruntuk BTS, Kim Namjoon, Kim Soekjin, Min Yoongi, Jung Hosoek,
Park Jimin, Kim Taehyung, dan Jeon Jung kook, terima kasih karena sudah
menghadirkan konten-konten yang bisa menghibur penulis disaat penulis
sedang kehilangan konsentrasi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Dan
Terima Kasih sudah menjadi motivasi bagi penulis agar penulis bisa
semangat berjuang untuk masa depan yang lebih baik.
13. Dan terakhir terima kasih banyak untuk d iriku yang sudah mampu bertahan
dibalik semua tekanan dan berjuang hingga sampai ke titik ini.

Makassar, September 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
PLAGIARISM SCAN REPORT ............................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................ vi
CURICULUM VITAE ............................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
ABSTRAK ................................................................................................. xiv
ABSTRACT ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xix
Bab I Pendahuluan ..................................................................................... 1

A. Latar belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan masalah ............................................................................ 3

C. Tujuan penelitian ............................................................................. 3

D. Manfaat penelitian .......................................................................... 4

Bab II Tinjauan pustaka ............................................................................. 6


A. Tinjauan umum Trombosis Vena Dalam......................................... 6

1. Definisi .................................................................................... 6

2. Patofisiologi .............................................................................. 7

3. Faktor risiko.............................................................................. 8

4. Etiologi ..................................................................................... 9

xi
5. Komplikasi ............................................................................... 10

6. Manifestasi klinis...................................................................... 11

7. Penatalaksanaan ........................................................................ 12

8. Pencegahan ............................................................................... 14

9. Pemeriksaan penunjang ............................................................ 15

B. Tinjauan umum ultrasonografi doppler ............................................. 19


a. Definisi ..................................................................................... 19

b. Modalitas pencitraan PW Doppler ........................................... 22

C. Kerangka teori .................................................................................... 24


D. Definisi Operasional .......................................................................... 25
E. Relevansi penelitian ........................................................................... 27

Bab III Metode penelitian .......................................................................... 29


A. Desain penelitian................................................................................ 29

B. Waktu dan Tempat ............................................................................. 29

C. Populasi dan Sample .......................................................................... 29

D. Cara pengumpulan data...................................................................... 30

E. Prosedur penelitian ............................................................................ 30

F. Etika penelitian .................................................................................. 32

Bab IV Hasil dan Pembahasan .................................................................. 33

A. Selayang pandang tempat penelitian .................................................. 33

B. Hasil penelitian .................................................................................. 34

C. Pembahasan........................................................................................ 41

Bab V Penutup .......................................................................................... 46

A. Kesimpulan ........................................................................................ 46

xii
B. Saran .................................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii
ABSTRAK

Andi Fitria Mamala. 183145408036. Pemeriksaan Dan Penegakkan Diagnosis


Trombus Vena Dalam Dengan Menggunakan Modalitas Pulse Wave (PW) doppler
di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Dimbimbing Oleh : Ali Aspar
Mappahya dan Hasnwati.

Trombosis Vena Dalam (TVD) merupakan formasi dari trombus atau bekuan darah
yang secara umum sering menyerang vena dalam terutama di ekstremitas bawah.
Ultrasound adalah istilah yang menggambarkan frekuensi pulsa gelombang sinyal
suara yang merupakan pemeriksaan penunjang dalam menegakan diagnosis TVD.
Dalam menegakan diagnosis TVD dengan Ultrasound menggunakan tiga modalitas
yaitu B-mode, Colour Doppler, dan Pulsed Wave Doppler. Pulsed wave (PW)
Doppler imaging memiliki kemampuan untuk mengukur kecepatan jaringan dan
darah dari volume sampel yang terbatas, rentang waktu harus diketahui dari
permukaan probe. Tujuan Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui teknik
pemeriksaan dan penegakkan diagnosa trombus vena dalam menggunakan
modalitas PW Doppler. Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis
penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Jumlah sampel penelitian ini
adalah satu sampel. Hasil Penelitian ini adalah didapatkan adanya Trombus pada
Common Femoral Vein dengan hasil pengukuran PW Doppler, terlihat adanya
gelombang monofasik yang jatuh dibawah garis baseline yang menandakan pada
fase inspirasi dan expirasi venanya tidak terkompresi karena adanya thrombus dan
penggunaan manuver valsava.

Kata Kunci : Trombus Vena Dalam, Duplex Sonografi , PW Doppler.


Daftar Pustaka : 24 ( 2012-2020)

xiv
ABSTRACT

Andi Fitria Mamala. 183145408036. Examination and Diagnosis of Deep Vein


Thrombus Using Pulse Wave (PW) Doppler Modality at RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Supervised by Ali Aspar Mappahya and Hasnawati.

Deep Vein Thrombosis (DVT) is the formation of a thrombus or blood clot that
generally attacks the deep veins, especially in the lower extremities. Ultrasound is
a term the discribes the frequency of pulses of sound signal waves, which is a
supporting examination in establishing the diagnosis of DVT. In selecting the
diagnosis of DVT with Ultrasound, three modalities are used, namely B-Mode,
Colour Doppler, and Pulsed Doppler. Pulsed Wave (PW) Doppler imaging cam
measure tissue and blood velocity from a limited sample volume, and the time range
must be known from the surface of the probe. The purpose of this study was to
determine the technique of examination and diagnosis of deep vein thrombosis
using the PW Doppler modality. This research method is to use a descriptive type
of research with a case study approach. The number of sample in this study one
sample. The result of this study is that there is a common femoral vein thrombus
with PW Doppler measurement result. It is seen that there is a monophasic wave
that falls below the baseline. The vein’s inspiratory and expiratory phase are not
compressed due to the presence of a thrombus and the use of the Valsava manuever.

Keywords: Deep Vein Thrombus, Duplex Sonography, PW Doppler.


Bibliography: 24 (2012-2020)

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur anatomi vena ................................................................... 6

Gambar 2. Gambaran aliran darah normal dan abnormal ................................ 7

Gambar 3. Gambaran pembuluh vena yang terkompresi ................................. 17

Gambar 4. Ilustrasi uji diagnostik Duplex Sonografi ...................................... 18

Gambar 5. Langkah-langkah USG Doppler ..................................................... 20

Gambar 6. Mesin ultrasonografi ...................................................................... 20

Gambar 7. Probe linear .................................................................................... 21

Gambar 8. PW Doppler pada pembuluh vena femoral di kaki kiri .................. 23

Gambar 9. PW Doppler dipembuluh vena poplitea kaki kiri ........................... 23

Gambar 10. Kerangka teori .............................................................................. 24

Gambar 11. Hasil Laboratorium ...................................................................... 35

Gambar 12. Modalitas B-Mode di Common Femoral Vein menggunakan


manuver CUS ............................................................................... 36

Gambar 13. Pemberian warna dengan penggunaan parameter PW pada


pembuluh femoral vein................................................................. 36
Gambar 14. Gambaran PW Doppler di Common Femoral Vein ........................ 37

Gambar 15. PW pada pembuluh darah poplitea arteri dengan potongan


Panjang atau potongan longitudinal .............................................. 37
Gambar 16. Pemeriksaan didaerah poplitea dengan potongan
transversal menggunakan grey scale/B-Mode .............................. 38

xvi
Gambar 17. Pengambilan gambar pada daerah poplitea dengan modalitas
B-Mode dengan colour. Dilakukan manuver CUS........................ 38

Gambar 18. Penggunaan manuver CUS didaerah Common Femoral Vein


dengan potongan longitudinal dan didapatkan hasil positif
adanya trombus ............................................................................. 39

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sistem penilaian Wells untuk mengevaluasi probabilitas


Trombus Vena Dalam (skor total mulai dari 2-9) .............................. 15
Tabel 2. Relevansi penelitian .......................................................................... 26

xviii
DAFTAR SINGKATAN

TVD : Trombus Vena Dalam

DVT : Deep Vein Thrombosis

PW : Pulse Wave

CUS : Compression Ultrasound

PE : Pulmonary Embolism

PJT : Pusat Jantung Terpadu

SFA : Superfisial Femoral Arteri

FV : Femoral Vein

DFV : Deep Femoral Vein

LMWH : Low Moleculer Weight Heparin

UFH : Unfrctionated Heparin

INR : International Normalized Ratio

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab 40-50%

kematian usia dini dan telah menduduki peringkat pertama penyebab

kematian pada manusia. Meskipun telah banyak penelitian dilakukan oleh

para ahli, namun pada kenyataannya, penyebab utama, mekanisme kejadian,

patogenesis dan indikator yang dipergunakan untuk mengetahui adanya

penyakit kardiovaskuler secara dini masih belum diketahui (Tyasasmaya &

Adji, 2012).

Menurut Nicholson dan Hajjar (1998), penyakit kardiovaskuler

merupakan penyakit multifaktorial yang melibatkan berbagai faktor antar

lain genetik, hiperkolesterolemia, diabetes melitus, kegemukan yang

didukung oleh faktor lingkungan dan stres. Faktor-faktor klasik seperti

hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia dan hipertensi biasa selalu

mengikuti pada kejadian penyakit kardiovaskuler.

Trombus vena dalam merupakan kelainan kardiovaskuler tersering

nomor tiga setelah penyakit koroner arteri dan stroke. Trombus Vena Dalam

terjadi kurang lebih 0,1% orang/tahun. Insiden tahun di Eropa dan Amerika

Serikat kurang lebih 50/100.000 populasi/tahun (Azzahro & Mahmuda,

2019).

1
2

Pada data rekam medis Rumah Sakit Pusat Jantung Terpadu RSUP

DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar Pada tahun 2019 sampai tahun 2021

kasus vaskuler dengan kelainan Trombus vena dalam sebanyak 113 kasus.

Pada tahun 2019 terdapat 55 kasus yang dimana kasus perempuan sebanyak

20 pasien dan laki-laki 35 pasien. Pada tahun 2020 terdapat 39 kasus,

perempuan 19 kasus, laki-laki 20 kasus, dan pada tahun 2021 terdapat 19

kasus, perempuan 11 pasien, dan laki-laki 8 pasien.

Trombosis Vena Dalam (TVD) adalah suatu kondisi yang bisa

berpotensi mengancam jiwa, diperlukan pendekatan yang akurat dalam

menegakkan diagnosa DVT (Endig, Michalski, & Westendorf, 2015).

Trombosis Vena Dalam merupakan salah satu masalah kesehatan

dengan insiden 84 kasus per 100.000 setiap tahun, 30-50% kasus DVT yang

tidak terobati berisiko terjadinya emboli paru, menyebabkan peningkatan

angka kematian 12%. Maka dari itu TVD sangat penting untuk diobati

(Triyadi, Muhiddin, & Abdullah, 2020).

Ultrasonografi Doppler didasarkan pada prinsip-prinsip yang

dikembangkan oleh Christian Doppler (1803-1853). Ketika gelombang

suara menghantam benda diam, gelombang suara yang diterima atau

dipantulkan memiliki frekuensi yang sama dengan yang ditransmisikan;

namun, mereka tertunda karena waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan

pulang pergi. Jika sebuah objek bergerak pada sudut 90 derajat ke sinar

ultrasound, tidak ada gerakan menjauh dari sinar yang terdeteksi; dengan
3

demikian, frekuensi suara yang ditransmisikan dan dipantulkan kembali

sama (Jacksonville, 1992).

Pencitraan PW Doppler memiliki kemampuan mengukur jaringan dan

kecepatan darah dari volume sampel yang terbatas, rentang waktu harus

diketahui dari permukaan probe. Karenanya, informasi tambahan mengenai

posisi hamburan darah yang merupakan fitur utama sistem gelombang

kontinu. Karena sistem pw doppler dapat melakukan pengukuran jaringan

dan kecepatan darah (Oglat, 2018).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bertujuan untuk

melakukan penelitian mengenai pemeriksaan dan penegakkan diagnosa

Trombus Vena Dalam dengan menggunakan modalitas PW Doppler di

Poliklinik Pusat Jantung Terpadu RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana pemeriksaan dan penegakkan diagnosa

pada Trombus Vena Dalam menggunakan modalitas PW Doppler di RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemeriksaan dan

penegakkan diagnosa trombus vena dalam menggunakan modalitas PW

Doppler di Poliklinik Pusat Jantung Terpadu RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.
4

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk membagikan informasi kepada pembaca terutama teman

Mahasiswa Teknik Kardiovaskuler mengenai pemeriksaan dan

penegakan diagnosa lower extremity deep venous thrombosist dengan

modalitas pw doppler.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan

tindakan keteknisian kardiovaskuler khususnya dalam

menggunakan ultrasonografi doppler pada pasien dengan kelainan

deep venous thrombosis.

b. Bagi Teknisi Kardiovaskuler

Teknisi kardiovaskuler dapat mengetahui bagaimana

penggunaan alat ultrasonografi menggunakan modalitas PW

Doppler dalam pemeriksaan dan penegakkan diagnosa pada deep

venous thrombosis.

c. Bagi Instansi

Bagi instansi akademik dapat digunakan sebagai referensi

pendidikan untuk mengembangkan ilmu mengenai ilmu teknisi

kardiovaskuler khususnya ultrasonografi doppler dengan modalitas

PW.
5

d. Bagi Pembaca

Manfaat penelitian ini bagi pembaca yaitu untuk menjadi

sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca penelitian

ini agar dapat mengetahui dan memahami penggunan alat

ultasonografi doppler dengan modalitas PW Doppler untuk

menegakkan diagnosa deep venous thrombosis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum Trombosis Vena Dalam

1. Definisi

Pembulu darah vena merupakan pembuluh darah yang membawa

darah yang kurang akan oksigen dari seluruh tubuh kembali ke jantung.

Vena memiliki susunan lapisan dinding pembuluh darah yang terdiri dari

tunika adventitia, tunika media, membran basal, endotel, dan katup.

Dinding vena cenderung lebih tipis dari dinding arteri karena vena tidak

memiliki otot polos sebanyak arteri. Vena memiliki katup bikuspid

disepanjang pembuluhnya yang berfungsi untuk memastikan aliran darah

yang searah yaitu menuju jantung (Buku ajar kardiologi, 2017).

Gambar 1. Struktur Anatomi vena (Sumber: Ilmu veteriner, 2016).

Trombosis Vena Dalam (TVD) merupakan formasi dari trombus atau

bekuan darah yang secara umum sering menyerang vena dalam terutama

di ekstremitas bawah seperti vena di betis, femoral dan poplitea atau vena

dalam daerah pelvis (Hudaya, 2019).

TVD merupakan kelainan kardiovaskuler ketiga tersering setelah

penyakit koroner arteri dan stroke. Angka kejadian TVD mendekati 1


6
7

per 1000 populasi setiap tahun. Faktor risiko DVT antara lain usia tua,

imobilitas lama, trauma, hiperkoagulabilitas, obesitas, kehamilan, dan

obat-obatan (kontrasepsi hormonal, kortikosteroid) (Jayanegara, 2016).

Sekitar 5% trombosis juga bisa terjadi didaerah lain seperti

lengan atau thrombosis yang superfisialis. Trombosis vena sering terjadi

spontan dan sering juga berhubungan dengan kondisi penyakit tertentu

(Adyana, Suega, & Bakta, 2013).

Gejala dari trombosis vena dalam biasanya tidak spesifik, maka

dari itu diperlukan test yang objektif untuk menegakkan diagnosanya.

Gambar 2. Gambaran aliran darah normal dan abnormal di vena.


Sumber: SlideShare from Scribd
2. Patofisiologi

Penyebab utama dari trombosis vena dalam belum diketahui

secara jelas, akan tetapi ada tiga hal faktor pendukung yang dianggap

berperan penting dalam pembentukannya yang dikenal sebagai Trias

Virchow yaitu kerusakan endotel, stasis vena, dan hiperkoagulasi

(Arum, 2017).
8

Ada tiga faktor predisposisi utama yang dapat menyebabkan

Trombus Vena Dalam (W. S. Maney, 2014)

a. Kerusakan endotel

Kerusakan pada lapisan vena – dengan trauma atau pemasangan

kateter intravena yang panjang. Kemoterapi dan vaskulitis

(peradangan pembuluh darah) juga dapat merusak pembuluh darah.

b. Stasis vena

Pergerakan darah yang lambat dalam sirkulasi – biasanya

disebabkan oleh imobilitas, terutama setelah operasi perut atau

ekstremitas bawah atau gips untuk cedera kaki. Kelebihan berat

badan dan mengambil penerbangan jarak jauh (lebih dari 4 jam

dengan kram kaki) juga dapat menyebabkan aliran darah lamban.

c. Hiperkoagulasi

Darah yang lebih kental – beberapa individu memiliki

kecenderungan bawaan untuk membentuk bekuan darah, yang

disebut trombofilia atau hiperkoagulasi. Trombofilia dapat

berkembang dalam kehidupan dewasa karena kondisi seperti

sindrom antifosfolipid, dan sindrom nefrotik atau dalam keadaan

dehidrasi parah. Kehamilan dan kontrasepsi oral/pengobatan

pengganti hormon juga dapat mengentalkan darah.

3. Faktor Risiko

Faktor risiko klinis dan lingkungan Hiperkoagulabilitas (Nisio, 2016).

1. Usia yang lebih tua


9

2. Kanker aktif

3. Sindrom antifosfolipid

4. Terapi estrogen

5. Kehamilan atau masa nifas

6. Riwayat pribadi atau keluarga dari tromboemboli vena

7. Obesitas

8. Penyakit inflamasi autoimun dan kronis (misalnya, penyakit

inflamasi usus)

9. Trombositopenia akibat heparin.

4. Etiologi

Ada dua yang menjadi penyebab trombosis yaitu terkait dengan

imobilisasi dan yang berhubungan dengan hiperkoagulasi baik yang

berhubungan dengan faktor genetik atau non genetik. Trombosis vena

merupakan penyakit dengan penyebab multiple dengan beberapa faktor

risiko yang sering terjadi bersama-sama pada suatu waktu. Seringkali

faktor risiko trombus bersifat herediter yang sudah berlangsung sama

kemudian diperberat oleh adanya faktor risiko yang didapat (Adyana,

Suega, & Bakta, 2013).

Beberapa faktor risiko yang didapat sangat tinggi, dan menyebabkan

risiko trombus vena lebih dari 50%. Kondisi dengan faktor risiko tinggi

yaitu operasi ortopedi, neurosurgical, intervensi didaerah abdomen,

trauma mayor dan faktor yang multiple, kateter vena sentral, kanker

metastase khususnya adenokarsinoma. Faktor risiko yang sedang yaitu


10

antiphospholipid antibody syndrome, puerperium, bedrest yang lama.

Kanker non metastase, kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral, dalam

terapi hormon tertentu, kegemukan, dan perjalanan yang jauh

merupakan faktor risiko yang ringan (Adyana, Suega, & Bakta, 2013).

5. Komplikasi

a. Pulmonary Embolism (PE)

Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis atau

percabangannya akibat bekuan darah yang berasal dari tempat lain.

Tanda dan gejalanya tidak khas, seringkali pasien mengeluh sesak

napas, nyeri dada saat menarik napas, batuk sampai hemoptoe,

palpitasi, penurunan saturasi oksigen. Kasus berat dapat mengalami

penurunan kesadaran , hipotensi bahkan kematian. Standar baku

penegakan diagnosis adalah dengan angiografi, namun invasif dan

membutuhkan tenaga ahli. Dengan demikian,dikembangkan metode

diagnosis klinis, pemeriksaan D-Dimer dan CT angiografi

(Jayanegara, 2016).

b. Post-thrombotic syndrome

Post-thrombotic syndrome terjadi akibat inkompetensi katup

vena yang terjadi pada saat rekanalisasi lumen vena yang mengalami

trombosis, atau karena sisa trombus dalam lumen vena. Sindrom ini

ditandai oleh bengkak dan nyeri berulang dan progresif, dapat terjadi

dalam 1 sampai 2 tahun setelah kejadian trombosis vena dalam, pada

50% pasien. Pada beberapa pasien dapat terjadi ulserasi (venous


11

ulcer), biasanya di daerah perimaleolar tungkai. Ulserasi dapat diberi

pelembap dan perawatan luka. Setelah ulkus sembuh pasien harus

menggunakan compressible stocking untuk mencegah berulangnya

postthrombotic syndrome. Penggunaan compressible stocking dapat

dilanjutkan selama pasien mendapatkan manfaat tetapi harus

diperiksa berkala (Jayanegara, 2016).

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis DVT tidak selalu jelas dan sama pada setiap

orang. Keluhan utama pasien DVT adalah tungkai bengkak dan nyeri.

Trombosis dapat menjadi berbahaya apabila meluas atau menyebar ke

proksimal. DVT umumnya timbul karena factor risiko tertentu, tetapi

dapat juga timbul tanpa etiologi yang jelas (idiopathic DVT)

(Jayanegara, 2016).

Keluhan dan gejala trombosis vena dalam dapat berupa:

a. Nyeri

Intensitas nyeri tidak tergantung besar dan luas trombosis.

Trombosis vena di daerah betis menimbulkan nyeri didaerah tersebut

dan bisa menjalar ke bagian medial dan anterior paha. Keluhan nyeri

sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa terasa nyeri atau kaku dan

intensitasnya mulai dari yang ringan sampai hebat. Nyeri akan

berkurang jika penderita berbaring, terutama jika posisi tungkai

ditinggikan.
12

b. Pembengkakan

Timbulnya edema dapat disebabkan oleh sumbatan vena

proksimal dan peradangan jaringan perivaskuler. Apabila ditimbulkan

oleh sumbatan, maka lokasi bengkak adalah di bawah sumbatan dan

tidak nyeri, sedangkan apabila disebabkan oleh peradangan

perivaskuler, bengkak timbul didaerah thrombosis dan biasanya

disertai nyeri. Pembengkakan bertambah jika berjalan dan akan

berkurang jika istirahat dengan posisi kaki agak ditinggikan.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan trombus vena dalam adalah untuk mencegah

bertambah besarnya bekuan, mencegah emboli paru, sindroma post

trombosis dan terjadinya trombus vena dalam berulang. Adapun terapi

farmakologi yang digunakan biasanya antikoagulan dan trombolotik

(Arum, 2017).

a. Antikoagulan

Antikoagulan digunakan untuk mencegah terjadinya bekuan

yang semakin besar, dan bukan mencegah pembentukan bekuan

darah. Jika terapi koagulan diberikan segera setelah terjadinya

trombus vena dalam, maka akan menurunkan risiko terjadinya

emboli paru. Antikoagulan yang biasa dipaki adalah heparin dan

warfarin.

Adapun jenis antikoagulan yang digunakan:


13

a) Antikoagulan awal, Jenis:

1. Low Molecular Weight Heparin

2. UFH

b) Waktu pemberian:

1. Low Moleculer Weight Heparin atau UFH harus diberikan

minimal selama 5 hari pada pasien trombosis tanpa

komplikasi dan selama 7 hari atau lebih pada pasien dengan

penyakit yang berat (misalnya DVT iliofemoral atau massiv

pulmonary embolism).

2. Terapi antikoagulan oral, dapat segera diberikan pada hari

pertama dimulainya terapi dan LMWH/UFH sebaiknya

tidak dihentikan sampai nilai internasional normalized ratio

(INR) 2,0 selama 2hari berturut-turut.

c) Antikoagulan jangka lama

Warfarin merupakan jenis yang sering digunakan di

Amerika Utara. Dosis pemeliharan warfarin yaitu 5mg pada

hari pertama dan kedua dengan nilai INR yang diharapkan

yaitu 2,0-3,0 selama 4 atau 5 hari. Dosis yang lebih kecil (2-

4mg) digunakan pada pasien yang usia tua, pasien dengan

berat rendah, atau pasien dengan masalah nutrisi.

b. Trombolitik

Berbeda dengan antikoagulan yang berfungsi mencegah

perluasan maupun kekambuhan trombosis, obat trombolitik seperti


14

steptokinase, urokinase dan tissue plasminogen activator bekerja

melarutkan trombin. Obat ini utama digunakan pada penderita

emboli paru yang luas disertai gangguan kardiorespirasi dan risiko

perdarahan yang kecil.

Selain terapi famakologi, ada juga terapi non farmakologi untuk

pencegahan mekanik yaitu:

1. Penggunaan kaos kaki yang dapat memberi penekanan

(Compression elastic stockings). Digunakan pada pagi hari dan

seharian saat aktivitas, dilepas pada saat akan tidur, dapat

digunakan pula saat istrahat dengan posisi menaikkan tungkai

pada saat tiduran.

2. Menaikkan tungkai, yaitu posisi kaki dan betis lebih tinggi dari

pinggul, posisi ini diharapkan dapat memperlancar aliran darah

vena.

3. Intermitten pneumatic compression, alat ini dapat memberikan

penekanan dari luar secara teratur pada tungkai bawah dan paha.

Besarnya tekanan 35-40 mmHg selama 10 detik/menit.

4. Mobilisasi awal untuk meningkatkan aliran darah vena pada

kondisi stasis.

8. Pencegahan

Pencegahan trombosis vena dalam dapat dilakukan dengan beberapa

cara yaitu: (Arum, 2017).

1. Pemberian injeksi heparin dosis rendah pada pasien dengan risiko


15

trombus vena dalam yang direncanakan operasi dan akan terjadi

imobilisasi setelah operasi. Pada pasien dengan risiko rendah

disaranakan untuk memakai compression stockings.

2. Kurangi aktivitas merokok dan berat badan yang dapat

meningkatkan terjadinya trombus vena dalam.

3. Selama perjalanan jauh lebih dari 6 jam dianjurkan banyak minum

air mineral, menghindari alkohol, melakukan olahraga sederhana

untuk tungkai, serta menggunakan kaos kaki compression stocking.

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan deep venous

thrombosis adalah: (Osman, 2018)

a. D-dimer: Disebut Sebagai produk degradasi fibrin, D-dimer

merupakan protein kecil yang ada dalam darah setelah bekuan darah

didegradasi oleh fibrinolisis. Disebut demikian karena terdiri dari

dua segmen D yang berikatan silang dari protein fibrin. Kehadiran

D-dimer mencerminkan aktivasi global koagulasi darah dan

fibrinolisis. Kadar D-dimer serum dapat meningkat pada kondisi

klinis di mana gumpalan terbentuk, misalnya pembedahan, trauma,

kanker, sepsis, dan perdarahan, terutama pada pasien rawat inap.

Menariknya, kondisi ini juga berkorelasi dengan risiko DVT yang

lebih besar.

b. Skor Wells: Sistem penilaian Wells ditunjukkan pada Tabel 1.

Pasien dengan skor Wells 2 memiliki kemungkinan 28% untuk


16

mengembangkan DVT, sedangkan pasien dengan skor Wells <2

memiliki kemungkinan 6%. Sebagai alternatif, pasien dapat

dikategorikan ke dalam tiga kelompok menurut skor Wells individu:

kelompok probabilitas tinggi jika skor Wells > 2, kelompok

probabilitas sedang jika skor Wells = 1-2, dan kelompok probabilitas

rendah jika skor Wells <1, dengan kemungkinan untuk

mengembangkan DVT masing-masing 53%, 17%, dan 5%.

Tabel 1. Sistem penilaian Wells untuk mengevaluasi probabilitas

DVT (skor total mulai dari 2-9)

Variabel Point
Kanker aktif dirawat dalam 6 bulan terakhir atau dalam +1
perawatan paliatif
Kelumpuhan, paresis, atau imobilisasi ekstremitas bawah +1
baru dengan plaster
Kelembutan lokar disepanjang sistem vena dalam +1
Pembengkakan seluruh kaki +1
Betis bengkak 3cm peningkatan lingkar diatas betis +1
asimtomatik (diukur 10cm dibawah tuberositas tibia)
Edema pitting Unilateral (pada kaki yang mengalami gejala) +1
Vena superfisial kolateral yang melebar (non-varises, pada +1
kaki yang mengalami gejala)
Riwayat terdiagnosis DVT +1
Setelah menjalani operasi besar atau yang membutuhkan +1
anastesi regional atau umum dalam waktu 12 minggu terakhir
Diagnosis alternatif setidaknya sama memungkinkannya -2
dengan DVT
Sumber: (Osman, 2018).

c. Ultrasonografi vena: metode CUS merupakan teknik pencitraan

pertama dan paling umum digunakan dalam diagnosis TVD. CUS


17

adalah pencitraan B-mode dan banyak digunakan pada vena dalam

proksimal, terutama vena femoralis komunis dan vena poplitea.

Sensitivitas CUS dalam mendiagnosis TVD proksimal adalah 94%

dan spesifisitasnya adalah 98%. Namun sensitivitas berkurang dalam

diagnosis TVD proksimal asimtomatik.

Gambar 3. Gambaran pembuluh vena yang dikompresi (sumber:


Okky, 2019).
18

Gambar 4. Ilustrasi uji diagnostik Duplex Sonografi


Sumber: (Chopard, Albertsen, & Plazza, 2020).

d. Venografi: Disebut juga sebagai plebografi, ascending contrast

phlebography atau contrast venography. Prinsip pemeriksaannya

adalah menyuntikkan zat kontras kedalam sistem vena, akan terlihat

gambaran system vena dibetis, paha, inguinal sampai ke proksimal

vena iliaca. Venografi dapat mengidentifikasi lokasi, penyebaran, dan

tingkat keparahan bekuan darah serta menilai kondisi vena dalam.

Venografi digunakan pada kecurigaan kasus DVT yang gagal

diidentifikasi menggunakan pemeriksaannon-invasif. Venografi

adalah pemeriksaan paling akurat untuk mendiagnosis DVT.

Sensitivitas dan spesifisitasnya mendekati 100%, sehingga menjadi

gold standard diagnosis DVT. Namun, jarang digunakan karena

invasif, menyakitkan, mahal, paparan radiasi, dan risiko berbagai

komplikasi (Jayanegara, 2016).


19

e. Magnetic Resnonance Imaging (MRI)

MRI merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat sensitif

dalam mendiagnosis TVD di daerah pelvis, TVD di betis dan di

daerah extremitas atas. Cara ini baik juga untuk menyingkirkan

kemungkinan penyakit lainnya pada pasien yang didiagnosa TVD.

MRI merupakan test pilihan untuk mendiagnosis TVD di daerah

iliaka atau vena cava inferior (Adyana, Suega, & Bakta, 2013).

B. Tinjauan umum Duplex ultrasonografi

a. Definisi

Duplex ultrasonografi didasarkan pada prinsip-prinsip yang

dikembangkan oleh Christian Doppler (1803-1853). Ketika gelombang

suara mengenai benda diam, gelombang suara yang diterima atau

dipantulkan memiliki frekuensi yang sama dengan yang ditransmisikan

(Jacksonville, 1992).

Ultrasound adalah istilah yang menggambarkan frekuensi pulsa

gelombang sinyal suara di atas domain pendengaran manusia nyata, dan

penerbitannya (propagasi) dalam media. Penggunaan ultrasound ke

dalam bidang pencitraan medis sudah ada lebih dari 55 tahun dan

diluncurkan pertama kali dengan bidang terapeutik daripada bidang

diagnostik (Oglat, 2018).


20

Gambar 5. Langkah-langkah USG Doppler berwarna (US) untuk


ekstremitas bawah. Sumber: (Hwang, 2017).

Gambar 6. Mesin Duplex Ultrasonografi. Sumber: (Poliklinik PJT


RSUP Dr. Wahidin sudirohusodo).
21

Adapun jenis probe yang digunakan dalam pemeriksaan vasculer adalah

probe linear.

Gambar 7. Probe Linear


(sumber: Mindray L7-3s Linear Ultrasound Transducer).
Ultrasonografi dupleks vena telah digunakan secara luas sebagai

investigasi lini pertama untuk dugaan TVD. Mampu mengidentifikasi

TVD tungkai dengan sensitivitas 96,5% untuk TVD proksimal (di atas

lutut) dan 71,2% untuk TVD betis, keduanya dengan spesifisitas 94%

(Hansrani, 2016).

Pemeriksaan dilakukan dengan pasien terlentang dengan kepala

tempat tidur dinaikkan sedikit untuk meningkatkan pengumpulan vena

di kaki. Transduser linier 5-10 MHz digunakan dalam mode B (skala

abu-abu) dan aliran warna atau mode Doppler. Pengaturan kecepatan

rendah digunakan pada aliran warna atau pencitraan Doppler untuk

mendeteksi aliran vena yang lebih lambat. Vena femoralis umum harus

diidentifikasi di selangkangan di bidang transversal. Kompresi lembut

diterapkan untuk menutup lumen vena. Dengan adanya trombus, lumen

tidak akan kolaps. Kompresi harus dilakukan secara melintang, karena


22

pemeriksaan longitudinal dapat memberikan hasil negatif palsu jika

pembuluh keluar dari bidang transduser. Pemeriksaan kemudian

dilanjutkan ke distal dengan interval 3-5 cm sejauh trifurkasi poplitea,

menerapkan kompresi secara berkala (Hart, lioyd, Niewiarowski, &

Harvey, 2007).

b. Modalitas pencitraan PW Doppler

Pulsed wave (PW) Doppler imaging memiliki kemampuan untuk

mengukur kecepatan jaringan dan darah dari volume sampel yang

terbatas, rentang waktu harus diketahui dari permukaan probe (Oglat,

2018).

Doppler gelombang berdenyut. Bentuk gelombang harus diperoleh

dalam arah yang sama dari garis dasar. Vena diperhatikan pada sumbu

longitudinal dengan sudut datang 60 derajat antara berkas Doppler dan

dinding vena. Bentuk gelombang Pulsed Doppler dinilai untuk fasitas

pernapasan, pola aliran asimetris, dan perubahan kecepatan vena

puncak. Bentuk gelombang diperoleh dengan kecepatan sapuan

minimum hingga lambat untuk mendeteksi perubahan yang jelas atau

tidak kentara dalam bentuknya dan dibandingkan segmen demi segmen

dan secara bilateral. Gain Doppler berdenyut harus ditetapkan di bawah

50% dan ditingkatkan sesuai dengan tingkat keparahan stenosis. Gain

yang berlebihan dapat mendistorsi integritas bentuk gelombang dan

meningkatkan kecepatan. Skala diatur pada 10 hingga 20 cm / s, dan

garis dasar diatur di tengah spektrum (RVT, Almeida, NY, & Fla, 2018).
23

Gambar 8. PW Doppler pada pembuluh vena femoral di kaki kiri,


didapatkan hasil aliran reguler. Sumber: (Poliklinik PJT
RSUP Dr. Wahidin sudirohusodo).

Gambar 9. PW Doppler dipembuluh vena poplitea kaki kiri.


Sumber: (Poliklinik PJT RSUP Dr. Wahidin sudirohusodo)
24

C. Kerangka teori

Penyebab trombosis
terkait imobilisasi Trombosis Vena
dan hiperkoagulasi
berhubungan Dalam
dengan faktor
genetik dan non-
genetik. Diagnostik Duplex
Ultrasonografi:

Ada 3 penyebab utama 1. Spektral doppler


Trombus Vena Dalam 2. Colour doppler
yang disebut dengan 3. Pw doppler
TRIAS VIRCHOW
yaitu:
1. Kerusakan endotel
2. Stasis vena
3. Hiperkoagulasi
Terfokus pada
modalitas PW
Doppler.
Adapun faktor risiko
Pulsed wave (PW)
DVT:
Doppler imaging
1. Usia lebih tua memiliki
2. Kanker aktif kemampuan untuk
3. Sindrom mengukur
antifosfolipid kecepatan jaringan
4. Terapi estrogen dan darah dari
5. Kehamilan atau volume sampel
masa nifas yang terbatas,
6. Obesitas rentang waktu harus
7. Penyakit inflamasi diketahui dari
autoimun dan permukaan probe.
kronis
8. Trombositopemia
akibat heparin.

Gambar 10. Kerangka teori


25

D. Definisi operasional

a. Trombus Vena Dalam

Trombus vena dalam merupakan suatu penyakit yang ditandai

dengan adanya pembentukan trombus dan disertai dengan adanya

respon inflamasi ada vena dalam/profunda. Lokasi tersering yaitu

ekstremitas inferior.

Pada pemeriksaan fisik pasien trombus vena dalam, inspeksi

didapatkan eritema, edema tungkai unilateral. Palpasi akan terasa

hangat, vena yang mengalami trombosis juga dapat diraba serta adanya

nyeri dan perubahan pada warna kulit (Azzahro & Mahmuda, 2019).

Trombosis vena dalam atau yang dikenal juga sebagai deep vein

thrombosis (DVT). Trombus pada sistem vena dalam sebenarnya tidak

berbahaya, dapat menjadi berbahaya bahkan dapat menimbulkan

kematian jika sebagian trombus terlepas, kemudian mengikuti aliran

darah dan menyumbat arteri di dalam paru disebut dengan emboli paru

(Jayanegara, 2016).

b. Duplex Ultrasonografi

Ultrasonografi Doppler didasarkan pada prinsip-prinsip yang

dikembangkan oleh Christian Doppler (1803-1853). Ketika gelombang

suara menghantam benda diam, gelombang suara yang diterima atau

dipantulkan memiliki frekuensi yang sama dengan yang

ditransmisikan; namun, mereka tertunda karena waktu yang dibutuhkan

untuk perjalanan pulang pergi. Jika sebuah objek bergerak pada sudut
26

90 derajat ke sinar ultrasound, tidak ada gerakan menjauh dari sinar

yang terdeteksi; dengan demikian, frekuensi suara yang ditransmisikan

dan dipantulkan kembali sama.' Objek yang bergerak menuju

transduser menambah pantulan (pantulan gelombang suara) dari

permukaannya; karenanya, frekuensi suara meningkat. Objek yang

bergerak menjauh dari transduser menghasilkan pantulan lembut, dan

suara frekuensi rendah dikembalikan. Perbedaan antara Ft (frekuensi

transmisi) dan Fr (frekuensi refleksi) diukur oleh perangkat dan

mewakili pergeseran Doppler (atau frekuensi) (Jacksonville, 1992).

c. Pulse Wave Doppler

Doppler gelombang berdenyut hanya memiliki satu kristal yang

secara bergantian mengirim dan menerima gelombang suara. Transmisi

pendek terjadi pada interval 0,5 hingga lD-ms, dan penerimaan berada

di antara transmisi ini. Penerimaan diatur ke penundaan tertentu setelah

transmisi. Penundaan dapat bervariasi untuk memfasilitasi

pengambilan sampel aliran darah pada berbagai jarak (range-gated)

atau kedalaman dari transduser. Teknik Doppler gelombang berdenyut

memungkinkan evaluasi aliran dalam pembuluh tertentu dan bahkan

pada titik-titik tertentu di dalam lumen pembuluh. Opsi ini menghindari

variasi kecepatan darah di berbagai titik di pembuluh karena aliran

laminar dan deteksi aliran darah yang tidak diinginkan di pembuluh

terdekat. Kekurangan USG Doppler gelombang berdenyut adalah

kebutuhan untuk menggabungkan penggunaannya dengan pencitraan


27

untuk menemukan kapal yang diinginkan. Selain itu, periode intermiten

penerimaan gelombang suara yang dipantulkan menghasilkan berbagai

artefak (Jacksonville, 1992).

E. Relevansi penelitian

Tabel 2. Relevansi penelitian

No. Nama Tahun Judul Metode Hasil


Penulis
1 (Needleman, 2018 Ultrasound Duplex Ultrasonografi
et al.) for Lower Sonografi vena adalah tes
Extremity pencitraan standar
Deep Venous untuk pasien yang
Thrombosis diduga menderita
trombosis vena
dalam akut (DVT).
Ada variabilitas
dan
ketidaksepakatan
di antara kelompok
otoritatif mengenai
komponen tes yang
diperlukan.
Beberapa protokol
termasuk
pemindaian
seluruh ekstremitas
bawah, sedangkan
yang lain
merekomendasikan
pemindaian
terbatas pada paha
dan lutut yang
dilengkapi dengan
pengujian serial.
Beberapa protokol
menggunakan
USG skala abu-abu
saja, sedangkan
yang lain termasuk
interogasi Doppler.
2 (Zhang, et 2020 Evaluation of USG terkait Ultrasonografi
al.) stability of dan hasil tes Doppler mungkin
28

deep venous darah dapat diandalkan


thrombosis of dianalisis dan untuk menganalisis
the lower dibandingkan. stabilitas DVT
extremities pada ekstremitas
using bawah. Strategi
Doppler terkait yang
ultrasound menargetkan faktor
risiko diperlukan
untuk mengurangi
DVT pada
ekstremitas bawah.
3. Miftahul 2019 Gambaran Doppler Deep vein
Husnul Hasil Sonography thrombosis atau
Fauziyah Doppler trombosis vena
Sonography dalam merupakan
Dalam terbentuknya
Menegakkan bekuan darah
Diagnosa didalam lumen
Deep Vein vena dalam.
Thrombosis Melakukan
Di RSUP pemeriksaan
DR. Wahidin doppler ultrasound
Sudirohusodo dengan modalitas
Makassar Kompresi
ultrasound, Colour
Doppler, dan
Spektral Doppler.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi

kasus. Penelitian deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah dengan

menggambarkan keadaan objek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

sebagaimana adanya (fauziyah, 2019)

B. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2021.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di poliklinik Pusat Jantung Terpadu RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah 19 pasien yang terdiagnosa trombus

vena dalam (TVD) di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah 1 pasien dengan kelainan trombosis vena

dalam yang melakukan pemeriksaan ultrasonografi doppler di RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo sesuai dengan kriteria inklusi.

29
30

3. Teknik pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive

sampling bedasarkan kriteria tertentu.

4. Kriteria penelitian

1. Kriteria inklusi

d. Pasien yang di diagnosa dengan Trombus Vena Dalam (TVD)


e. Pasien yang sudah melakukan pemeriksaan Duplex
ultrasonografi
f. Pasien dengan usia >30 tahun.
5. Kriteria Ekslusi

a. Pasien yang tidak bersedia untuk diambil datanya.

D. Cara pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer

yang diperoleh dari mengikuti prosedur peemeriksaan duplex sonografi

pada pasien trombus vena dalam. Juga tambahan data sekunder yang

diambil dari rekam medis pasien yang di diagnosa dengan kelainan trombus

vena dalam (TVD) yang telah melakukan pemeriksaan duplex

ultrasonografi sebagai tambahan informasi yang akan digunakan pada

penelitian ini.

E. Prosedur Penelitian

1. Persiapan pasien

a. Membawa surat rujukan dari dokter beserta informed consent atau

surat persetujuan untuk melakukan tindakan.


31

b. Pasien merokok biasanya disarankan untuk berhenti merokok

beberapa hari sebelum pemeriksaan, agar tidak mempengaruhi hasil

pemeriksan.

2. Alat dan Bahan penelitian

a. 1 set mesin ultrasonografi doppler

b. Jelly ultrasound

c. Handscoen

d. Tissue

e. Kertas printer

f. Handuk

g. Baju pasien

3. Prosedur tindakan

1. Pasien dianamnesa dan menjelaskan tentang tata cara, maksud, dan

tujuan pemeriksaan dari tindakan ultrasonografi doppler.

2. Operator mencuci tangan terlebih dahulu sebelum melakukan

tindakan.

3. Mengambil probe sesuai dengan tipe yang akan digunakan.

4. Berikan jelly ultrasound pada permukaan probe.

5. Tempatkan probe pada ekstremitas bawah yang akan dilakukan

pemeriksaan (sesuai dengan teknik pemeriksaan yang akan

dilakukan).

6. Mencatat atau mengetik hasil pemeriksaan yang ada di monitor.


32

7. Menyimpan semua gambar vena yang telah diambil pada proses

pemeriksaan.

8. Setelah melakukan pemeriksaan, bersihkan jelly bekas pemeriksaan

dengan tissue.

9. Pemeriksaan selesai.

F. Etika penelitian

Dalam penelitian in, peneliti mengajukan permohonan izin ke

bagian pendidikan dan penelitian RSUP Dr. Wahidin Sudirohusoho sebagai

tempat penelitian melalui rekomendasi yang diberikan oleh institusi

pendidikan. Kemudian, lembar persetujuan di sampaikan kepada responden

menekankan etika yang meliputi:

1. Informed consent

Subjek yang akan diteliti akan di beritahu tentang maksud, tujuan,

manfaat, dan komplikasi yang akan dirasakan dari pemeriksaan.

2. Anonymity

Peneliti tidak akan menuliskan nama responden pada lembar yang

akan dijadikan informasi penelitian.

3. Confidentiality

Informasi yang dikumpulkan dan subjek akan di jamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Seluruh informasi akan digunakan untuk

kepentingan penelitian dan hanya akan disajikan oleh kelompok tertentu

atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Selayang Pandang Tempat Penelitian

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan Rumah Sakit milik

Kementrian Kesehatan (Kemenkes) kota Makassar yang berbentuk RSU

dan diurus oleh Kemenkes sendiri serta tergolong kedalam Rumah Sakit

Kelas A. Setelah mengikuti proses akreditasi RS seluruh Indonesia dengan

proses Akreditasi Internasional akhirnya diberikan status Lulus Akreditasi

Rumah Sakit RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo beralamat di Jl. Perintis

Kemerdekaan Km.11 Makassar Kota Makassar Indonesia. Rumah Sakit dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar telah teregistrasi semenjak 08/01/2013

dengan nomor surat ijin 11/04/2013 dari Menteri Kesehatan RI dengan sifat

perpanjang dan berlaku hingga lima tahun.

Bertepatan pada Hari Kesehatan Nasional ke-52, RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar memperkenalkan pada masyarakat layanan jantung

terbesar di Indonesia Timur berupa Pusat Jantung Terpadu (PJT), yang

berbeda dengan fasilitas Rumah Sakit Jantung yang ada di Makassar.

Pelayanan PJT RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo menerapkan pemeriksaan

secara terpadu di PJT yang memiliki fasilitas gedung dengan 8 lantai

masing-masing poliklinik. Ruang rawat jalan, ruang gawat darurat. Dan

ruang perawatan rawat inap serta ruang operasi.

Pada lantai 1 Rumah Sakit Pusat Jantung Terpadu RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo terdapat Poliklinik Jantung yang didalamnya ada

33
34

poli 1 sampai dengan poli 5, ada ruangan Echo 1,2, dan 3, kemudian ada

poli Ekg, Poli Treadmill, dan ruangan Radiologi. Pada penelitian ini

dilakukan diruangan Echo 2 yang dimana diruangan tersebut d khususkan

untuk pemeriksaan Echo Pediatri atau Echo anak dan pemeriksaan Echo

Vasculer.

B. Hasil Penelitian

1. Identitas Pasien:

a) Nama Pasien : Ny. J

b) Tanggal Lahir : 02 Mei 1964

c) Jenis Kelamin : Perempuan

2. Riwayat Penyakit : Pasien dengan riwayat nyeri pada kaki kanan sejak

8 bulan yang lalu.

3. Pemeriksaan fisis:

a. Data Subjektif : Pasien keluhan nyeri pada kaki kanan.

b. Data Objektif :

(1) Tekanan Darah : 139/70 mmHg

(2) Nadi : 86x/menit

(3) Pernafasan : 17x/menit

(4) Suhu : 36,8̊C


35

4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium

Gambar 11. Hasil laboratorium (Data Primer, 2021)


36

b. Hasil Pemeriksaan Duplex Sonografi

Gambar 12. Modalitas B-Mode di Common Femoral Vein


menggunakan manuver CUS. (Data Primer, 2021).

Gambar 13. Pemberian warna dan penggunaan parameter PW pada


pembuluh Femoral Vein. (Data Primer, 2021).
37

Gambar 14. Gambaran PW Doppler di Common Femoral Vein (Data


Primer, 2021).

Gambar 15. Pulse Wave pada poplitea arteri dengan potongan panjang
atau longitudinal (Data Primer, 2021).
38

Gambar 16. Pemeriksaan didaerah poplitea dengan potongan


transversal menggunakan grey scale/B-Mode. Pemberian
modalitas warna pada pemeriksaan poplitea dengan
potongan transversal (Data Primer, 2021).

Gambar 17. Pengambilan gambar pada daerah poplitea dengan


modalitas B-Mode dan Colour. Dilakukan manuver CUS
(Data Primer, 2021).
39

Gambar 18. Penggunaan manuver CUS didaerah Common Femoral


Vein dengan potongan longitudinal dan didapatkan hasil
positif adanya trombus (Data Primer, 2021).

Keterangan gambar:

1. Pencitraan dengan menggunakan modalitas B-Mode atau grey scale

pada kaki kanan dengan potongan longitudinal dibagian femoral yang

memperlihatkan adanya trombus pada pembuluh darah Common

Femoral Vein.

2. Pencitraan dengan modalitas colour doppler pada pembuluh darah vena

untuk melihat aliran darah pada vena femoral kemudian dilakukan

pengukuran dengan menggunakan modalitas Pulse Wave doppler

sehingga terlihatlah gelombang dari pembuluh darah vena. Terlihat

adanya gelombang monofasik yang menandakan pada fase inspirasi dan

expirasi venanya tidak terkompresi sehingga tetap ada aliran. Normal

dari gelombang PW vena adalah fasik yang artinya ketika pasien


40

respirasi maka vena akan terbuka dan nampak ada aliran pada gambaran

PW nya. Apabila inspirasi vena terkompresi sehingga tidak ada aliran

yang nampak pada gelombang PW.

3. Penggunaan modalitas Pulse Wave doppler femoralis vena komunis

dan penggunaan manuver valsava yang digunakan untuk menguji

kompetensi katup pada vena. Manuver valsava dilakukan dengan

menahan napas. Normalnya pada saat melakukan manuver valsava

tidak ada reflux atau aliran balik, tetapi jika ada aliran balik berarti

diyakini adanya trombus diarea tersebut.

4. Pencitraan B-Mode didaerah poplitea. Pada gambar kedua

menampilkan hasil PW di daerah poplitea pre stenosis dengan nilai

velocity 129cm/s, gelombang yang muncul adalah gelombang bifasik.

Pada gambar ketiga masih menggunakan PW dopler didaerah poplitea

di intra stenosis dan didapatkan hasil vel 160cm/s dengan gelombang

PW yang muncul adalah bifasik. Pada gambar ke empat masih di daerah

poplitea dan masih menggunakan modalitas PW doppler didaera post

stenosis didapatkan hasil 67,8cm/s. Didapatkan juga kelainan pada

dinding pembuluh darah arteri. Dan juga positif adanya plak pada

pembuluh arteri.

5. Dilakukan pencitraan B-Mode dan pemberian warna pada daerah

poplitea dengan potongan transversal yang memperlihatkan pembuluh

darah poplitea arteri dan poplitea vena. Kemudian dilakukan manuver


41

CUS dan vena terkompresi dengan baik artinya tidak ada trombus atau

kelainan pada pembuluh darah vena poplitea.

6. Menggunakan pencitraan B-Mode dan colour doppler dan dilakukan

manuver CUS. Terlihat jelas bahwa pembuluh vena pada poplitea

terkompresi dengan baik.

7. Menggunakan pencitraan B-Mode dan Colour doppler pada kaki kanan

didaerah femoral dan dilakukan manuver CUS. Akan tetapi pembuluh

vena tidak terkompresi yang menandakan bahwa pada pembuluh

tersebut terdapat trombus.

C. Pembahasan

Trombus Vena Dalam atau biasa dikenal dengan sebutan DVT

merupakan formasi dari trombus atau bekuan darah yang sering menyerang

vena pada ekstremitas bawah (Hudaya, 2019).

Ada 3 faktor pendukung terjadinya trombosis yang dikenal dengan

sebutan Triad Virchow yaitu terjadinya kerusakan endotel akibat trauma

dari pemasangan kateter intravena yang panjang dan terjadinya peradangan

dinding pembuluh darah, kemudian ada stasis vena atau aliran darah yang

melambat atau bahkan terhenti pada daerah tersebut dan terakhir

hiperkoagulasi atau penggumpalan darah yang biasa disebut dengan

trombofilia. Trombofilia dapat berkembang dalam kehidupan dewasa

karena kondisi seperti sindrom fosfolipid, sindrom nefrotik, atau dalam

keadaan dehidrasi parah (W. S. Maney, 2014).


42

Pada pemeriksaan Trombus Vena Dalam dilakukan pemeriksaan

Duplex Ultrasonografi yang merupakan pemeriksaan non invasif yang

relatif lebih mudah didapatkan dan tidak memiliki komplikasi yang begitu

bermakna. Ada beberapa parameter yang digunakan dalam pemeriksaan dan

penegakkan diagnosis Trombus Vena Dalam yaitu B-Mode atau Grey scale,

Colour doppler, dan Pulse Wave doppler.

Pulse Wave doppler merupakan modalitas yang memiliki

kemampuan untuk mengukur kecepatan jaringan dan darah. PW doppler

adalah salah satu modalitas yang selalu digunakan dalam pemeriksaan

vaskuler. Adapun gelombang yang dihasilkan dari PW dipembuluh darah

vena yaitu gelombang monofasik yang berada dibawah garis baseline

(Oglat, 2018).

Sampel dari penelitian ini merupakan pasien rawat inap dari ruangan

Lontara Covid RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pasien memiliki

penyakit pernyerta diabetes militus type 2 dan juga memiliki tumor dibagian

femoral. Kemudian dilakukan pemeriksaan Duplex Ultrasonografi untuk

mencari tahu dan menegakkan diagnosis mengenai kelainan yang diderita

pasien.

Mulai dilakukan pemeriksaan dibagian femoral dengan potongan

transversal yang memperlihatkan potongan pembuluh darah Superfisial

Femoral Arteri (SFA), Femoral Vein (FV), dan Deep Femoral Vein (DFV)

yang menyerupai kepala Mickey Mouse. Apabila view kepala Mickey Mouse
43

sudah didapatkan kemudian dilakukan manuver CUS atau kompresi untuk

membedakan pembuluh darah vena dan arteri. Yang membedakan vena dan

arteri yaiu apabila di lakukan manuver CUS dan ada salah satu pembuluh

yang terkompresi maka itulah pembuluh darah vena. Pembuluh darah vena

dapat mudah terkompresi karena vena tidak memiliki otot polos sebanyak

yang dimiliki arteri. Apabila terkompresi berarti vena tersebut normal tetapi

apabila tidak terkompresi berarti di vena tersebut ada trombus. Kemudian

probe di rotasi mengarah ke jam 12 atau potongan longitudinal untuk

melihat anatomi dari dinding pembuluh darah, dan untuk melihat lebih jelas

terkait adanya trombus. Pada pemeriksaan Duplex Ultrasonografi dibagian

ekstremitas bawah dimulai dari femoral kemudian disusuri sampai ke

pembuluh darah dorsalis pedis.

Pencitraan dengan modalitas colour doppler pada pembuluh darah

vena untuk melihat aliran darah pada vena femoral kemudian dilakukan

pengukuran dengan menggunakan modalitas Pulse Wave doppler sehingga

terlihatlah gelombang dari pembuluh darah vena. Terlihat adanya

gelombang monofasik yang menandakan pada fase inspirasi dan expirasi

venanya tidak terkompresi sehingga tetap ada aliran. Normal dari

gelombang PW vena adalah fasik yang artinya ketika pasien respirasi maka

vena akan terbuka dan nampak ada aliran pada gambaran PW nya. Apabila

inspirasi vena terkompresi aehingga tidak ada aliran yang nampak pada

gelombang PW.
44

Penggunaan modalitas Pulse Wave doppler femoralis vena komunis dan

penggunaan manuver valsava yang digunakan untuk menguji kompetensi

katup pada vena. Manuver valsava dilakukan dengan menahan napas.

Normalnya pada saat melakukan manuver valsava tidak ada reflux atau

aliran balik, tetapi jika ada aliran balik berarti diyakini adanya trombus

diarea tersebut.

Setelah dilakukan pemeriksaan Duplex Ultrasonografi pada pasien

Trombus Vena Dalam, hasil penelitian yang didapatkan adanya Trombus

pada Common Femoral Vein dengan hasil pengukuran sebagai berikut:

Common Femoral, Antegrade flow, Respirophasic, Spontaneous Flow,

Normal Augmented, CUS (+), Trombus (+). Superficial Vein, Antegrade

flow, Respirophasic, Spontaneous flow, Normal Augmented, CUS (+),

Trombus (+). Poplite vein, Antegrade flow, respirophasic, spontaneous

flow, normal augmented, CUS(-),Trombus(-), Reflux (-). Poplitea arteri,

Antegrade Flow, Monophasic, PSV Pre Stenotik 129cm/s, Stenotic

160cm/s, Post Stenotic 67,8cm/s, Irreguler Wall, Plaque (+).

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data

mengenai hasil pemeriksaan duplex ultrasonografi pada pasien dengan

penyakit Trombus Vena Dalam menggunakan parameter Pulsed Wave

Doppler di Pusat Jantung Terpadu RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yang

diolah secara deskriptif dan dinarasikan.


45

Pada pemeriksaan dan penegakkan diagnosis Trombus Vena Dalam

digunakan parameter Pulse Wave Doppler yang dimana parameter ini cukup

mudah digunakan yaitu dengan menekan tombol PW pada knobologi alat

ultrasound kemudian mengarahkan sampel volume pada daerah yang akan

dilihat gelombangnya, lalu mengatur angle sesuai dengan arah yang tepat

kemudian tekan tombol update pada knobologi dan muncullah gelombang

yang dihasilkan dari Pulse Wave Doppler.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah,

2019 bahwa ada Trombus Vena Dalam di vena femoralis, di dapatkan aliran

yang tidak lancar, CUS (-), vena dilatasi, tampak trombus (+). Trombus

Vena Dalam adalah terbentuknya bekuan darah didalam lumen vena dalam,

terutama pada vena tungkai seperti vena femoralis dan vena poplitea.

Doppler sonografi merupakan pemeriksaan pilihan pada pasien dengan

Trombus Vena Dalam.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, ditariklah kesimpulan

bahwa Setelah dilakukan pemeriksaan Duplex Ultrasonografi pada pasien

Ny. J dengan diagnosis Trombus Vena Dalam, didapatkan adanya Trombus

pada Common Femoral Vein dengan hasil pengukuran PW Doppler di

Common Femoral Vein, Terlihat adanya gelombang monofasik yang jatuh

dibawah garis baseline yang menandakan pada fase inspirasi dan expirasi

venanya tidak terkompresi karena adanya thrombus dan penggunaan

manuver valsava yang digunakan untuk menguji kompetensi katup pada

vena dengan modalitas PW Doppler. Manuver valsava dilakukan dengan

menahan napas adanya reflux yang menandakan thrombus pada CFV.

B. Saran

a. Diharapkan ada peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dengan

kasus yang sama dan dengan pengukuran yang lengkap agar dapat

mendapatkan hasil yang sempurna dan tepat pada pemeriksaan Duplex

Ultrasonografi pasien Trombus Vena Dalam.

b. Diharapkan agar meningkatkan pengetahuan sehingga tercipta lulusan-

lulusan yang terbaik dan profesional dalam melakukan tindakan yang

sesuai dengan kompetensinya.

46
DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman Abas Osman, W. J. (2018). Deep Venous Thrombosis. Departements


Of Orthopedic Traumatology, Neurology.
Adyana, I. L., Suega, K., & Bakta, I. M. (2013). Trombosis Vena Dalam.
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan.
Ammar A. Oglat, M. Z. (2018). A Review Of Medical Doppler Ultrasound Of
Blood Flow Ini General And Especialli In Common Carotid Artery.
Departement Of Medical Physics And Radiation Science.
Anton Triyadi, R. A. (2020). Analysis Of D-Dimer Levels In Deep Vein
Thrombosis Patient. Clinical Pathology And Medical Laboratory.
Arum, I. A. (2017). Thrombosis Vena Dalam. Thrombosis Vena Dalam.

Azzahro, A. W., & Mahmuda, I. N. (2019). Tantangan Dalam Diagnostik Dan


Manajemen Kasus DVT Persisten. Papers Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Chopard, R., Albertsen, I. E., & Plazza, G. (2020). Diagnosis And Treatment Of
Lower Extremity Venous Thromboembolism . American Medical
Association.
Endig, H., Michalski, F., & Westendorf, J. B. (2015). Deep Vein Thrombosis.
Libertas Academia.
Fauziyah, M. H. (2019). Gambaran Hasil Doppler Sonoghraphy Dalam Penegakkan
Diagnosis Deep Vein Thrombosis. Prodi Teknik Kardiovaskuler.
Hart, J. L., Lioyd, C., Niewiarowski, S., & Harvey, C. J. (2007). Duplex Ultrasound
For Diagnosis Of Deep Vein Thrombosis. British Journal Of Hospital
Medicine.
Heike Endig, F. M.-W. (2015). Deep Vein Thrombosis-Current Management
Strategies. Center Of Vascular Medicine And Departement Of Medicine III.
Hudaya, D. O. (2019). Hubungan Kejadian Dvt Berdasarkan Usg Dengan Pasien
Rawatan Icu 72 Jam Yang Menggunakan Ventilasi Mekanik Di Icu Rsup.
Haji Adam Malik Medan. Departemen Anestesiologi Dan Terapi Intensif.
Hwang, J. Y. (2017). Doppler Ultrasonography Of The Lower Extremity Arteries:
Anatomy And Scanning Guidelines. Department Of Radiology, Ewha
Womans University School Of Medicine.
Jayanegara, A. P. (2016). Diagnosis Dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis.
Continuing Medical Education.
Line, B. R. (2001). Pathophysiology And Diagnosis Of Deep Venous Thrombosis.
Seminars In Nuclear Medicine.
Marcello Di Nisio, N. V. (2016). Deep Vein Thrombosis And Pulmonary
Embolism. Departement Of Medical, Oral, And Biotechnological Sciences.
Mayo Clinic Jacksonville, J. F. (1992). Prepared In Cooperation With The
Departement Doagnostic Radiology. Cardiovascular Disease.
Mazzolai, L., Aboyans, V., Ageno, W., Agnelli, G., Alatri, A., Bauersachs, R., . . .
Brodmann, M. (T.Thn.). Diagnosis And Management Of Acute Deep Vein
Thrombosis. European Society Of Cardiology.
RVT, J. S., Almeida, J. I., NY, N. Y., & Fla, M. (2018). Venous Duplex Ultrasound
Protocol For Iliocaval Disease. Vascular Surgery.
Tisna Tyasasmaya, D. A. (2012). Peranan Transforming Growth Factor Dalam
Perkembangan Penyakit Jantung Akibat Induksi Diet Lemak Tinggi. Sain
Veteriner.
Triyadi, A., Muhiddin, R. A., & Abdullah, A. A. (2020). Analysis Of D-Dimer
Level In Deep Vein Thrombosis Patient. Clinical Pathology And Medical
Laboratory.
Tyasasmaya, T., & Adji, D. (2012). Peranan Transforming Growth Factor Dalam
Perkembangan Penyakit Jantung Akibat Induksi Diet Lemak Tinggi. Sain
Veteriner.
Vivak Hansrani, M. K. (2016). The Diagnosis And Management Of Early Deep
Vein Thrombosis. Springer International Publishing Switzerland.
W. S. Maney, S. L. (2014). Deep Vein Thrombosis. Hematology Clinical.
LAMPIRAN

Mengikuti pemeriksaan pasien DVT.

Pengambilan data pada saat selesai pemeriksaan.


General consent atau Lembar persetujuan umum.

Anda mungkin juga menyukai