Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol.

X (Nomor): halaman - halaman


DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

ABSORPSI CAHAYA
Nurfadillah S Amirullah1, Edysul Isdar2, Ida Masiani3, Sabri Yunus4
1234
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi., UIN Alauddin Makassar

email: dillaji42@gmail.com

Keywords: Cahaya,
Gelombang, dan Spektrum
ABSTRACT
An experimental lab called Wavelength of
Light, which aims to measure the wavelength of light
and determine changes in the spectrum, was
conducted. A wave is a propagation of vibrational
energy that propagates through a medium or without
passing through a medium. In this experiment, tools
and materials such as light source (flashlight), optical
bench, diffraction grating, single-slit diaphragm
slider, color filter (green, red, blue), white screen,
lens and power supply are used. By measuring the
distance from the grating to the screen and the
distance between the two lines, the results are
obtained in terms of the wavelengths of light, which
are yellow, green and blue, by first adjusting the
grating. From the results obtained it can be
concluded that electromagnetic radiation in this
wavelength range is referred to as visible light or
simply as "light". The wavelength of the visible light
spectrum is approximately 380 to 700 nm. The
frequency of the visible light spectrum is
approximately 430 to 770 THz. The visible light
spectrum does not contain all the colors that the
human eye and the brain can differentiate

JFT | 1
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

PENDAHULUAN
Cahaya merupakan suatu bentuk energi yang sangat penting yang
dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Tanpa adanya cahaya
kehidupan di bumi pun dipastikan tidak dapat berjalan sempurna. Semua makhluk
hidup menggantungkan hidupnya baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap keberadaan cahaya.
Cahaya adalah energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang
tampak dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Dengan adanya cahaya
yang menjalar pada suatu tempat, secara otomatis energi juga akan berpindah ke
tempat tersebut. Sifat dualisme cahaya sebagai partikel dan gelombang membuat
cahaya memiliki sifat yang unik untuk diteliti. Secara fisika cahaya dapat
diartikan sebagai pancaran energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang
berasal dari sumber cahaya. Sumber cahaya adalah benda-benda yang dapat
mengeluarkan energy elektromagnetik atau disebut dengan radiasi
elektromagnetik. Salah satu sumber cahaya adalah matahari, dimana matahari
memancarkan radiasi elektromagnetik sehingga sampai ke bumi, radiasi tersebut
juga membawa partikel- partikel kecil yang memiliki energi dan disebut photon
(Kurniawan, 2019).
Cahaya merupakan sebuah gelombang. Hal tersebut diterangkan oleh
Charles Huygens. Menurut Prinsip Huygens, setiap titik pada suatu
gelombang adalah pusat gelombang sekunderyang memancarkan gelombang
baru ke segala arah dengan kecepatan yang sama. Hal tersebutakan terjadi jika
cahaya bergerak pada medium yang sama. Jika terdapat medium yang
berbedacahaya akan dipantulkan dan jika melewati medium tersebut maka
kecepatan akan berubah. Cahaya akan bergerak mendekati garis normal dari
sudut datang (θ), apabila medium yang dilewati lebih rapat. Dengan kata lain,
panjang gelombang (λ) berbanding lurus dengankecepatan gerak cahaya. Hal
tersebut diknal dengan refraksi atau pembiasan. Contoh dari prinsip tersebut
adalah pelangi. Pelangi adalah contoh dari interferensi konstruktif. (Kiel, 2007).

JFT|2
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Secara umum yang disebut efek fotolistrik adalah gejala yang


bersangkutan dengan pengaruh penyinaran cahaya pada permukaan logam
terhadap sifat-sifat kelistrikan logam. Pada efek fotolistrik, pengaruh cahaya
terhadap sifat kelistrikan bahan bukan hanya disebabkan oleh sifat cahaya sebagi
gelombang ekektromagnetik, tetapi jug sifat cahaya sebagai pembawa tenaga.
Meskipun gelombang elektromagnetik juga pembawa arus tenaga, namun hal ini
tidak dapat digunakan untuk menjelaskan gejala fotolistrik. Albert Einstein
mengemukakan hipotesa bahwa untuk menerangkan gejala efek fotolistrik cahaya
harus dipandang pula sebagai pancaran unit-unit tenaga atau kuantum-kuantum
tenaga yang disebut foton. Kemudian, muncullah istilah baru dalam ilmu fisika
mengenai dualisme partikel gelombang. (Baiquni,1985)
Berdasarkan data-data eksperimen yang dilakukan oleh Richardson dan
Compton pada tahun 1912, emisi (pemancaran) dari fotolistrik harus memenuhi
hukum-hukum dibawah ini :
a. Arus fotolistrik (yaitu jumlah elektron yang dipancarkan perdetik) berbanding
lurus dengan intensitas sinar datang.
b. Untuk setiap permukaan metal yang fotosensitif, maka akan terdapat suatu
harga frekuensi minimal (frekuensi ambang) diman elektron akan mulai
terpancar.
c. Energi kinetik maksimum dari fotoelektron yang dipancarkan berubah secara
linear dengan frekuensi cahaya yang datang, tetapi tidak bergantung pada
intesitas cahaya.
Jika digambarkan max E sebagai fungsi dari dengan intensitas yang konstan
maka akan diperoleh suatu garis lurus dengan tan h dan memotong sumbu
absis di [ Emax 0 0 h( ].

JFT|3
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Gambar 1 : Grafik Emax sebagai fungsi dari frekuensi 


Bertambahnya intensitas cahaya memberi arti bahwa semakin banyak foton
yang menumbuk permukaan metal, yang berarti bertambah banyak pula
fotoelektron yang dipancarkan dengan kecepatan yang sama (energi kinetic
tetap).
d. Untuk suatu permukaan metal, terdapat potensial penghenti V0 yang
berbanding lurus dengan frekuensi dari sinar datang tetapi tidak bergantung
pada intensitasnya.
Potensial penghenti V0 adalah beda harga dari potensial penghambatan antara
kedua elektroda yang akan menyetop atau menghentikan aliran fotoelektron
yang dipancarkan permukaan logam. (Muljono, 2003)

Compton mampu menerangkan hasil-hasil eksperimennya pada tahun


1923, Compton memberikan kesimpulannya mengenai hamburan sinar x oleh
materi. Dalam naskah ilmiahnya “A Quatum Theory of Scattering of X-Rays by
Light”, Compton menerangkan percobaannya tentang hamburan sinar x oleh
materi. Diamatinya bahwa panjang gelombang sinar x yang terhambur berbeda
dengan panjang gelombang sinar x sebelum terhambur. Perubahan panjang
gelombang tersebut ternyata juga bergantung dari sudut hamburan. Untuk dapat
memahami pernyataan tersebut berikut ini akan dibahas tentang percobaan
Compton.
a. Sinar X yang dipancarkan oleh sumbernya dijadikan sinar monokhromatis
lebih dahulu, kemudian dijatuhkan pada suatu zat penghamburan S.
b. Dari S berkas sinar X dihambur ke segala arah. Celah pengkolimator dan
sistem analisator di belakangnya memilih bekas yang terhambur dalam
suatu arah tertentu ().

JFT|4
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

c. Dengan menggerakkan pengkolimator dan sistem analisator secara


bersama dengan S sebagai sumbu gerak perputaran maka dapat dipelajari
baik intensitas maupun panjang gelombang  sinar x yang dihamburkan.
Kedudukan pengkolimator terhadap penghamburan S mendefinisikan
sudut hamburan .
d. Kristal C dan detektor D merupakan bagian penganalisa sinar x terhambur.
Pengukuran ini dilakukan dengan sangat teliti melalui metoda refleksi
Bragg, terutama mengenai nilai panjang gelombang terhambur . Hasil
percobaan Compton menunjukkan bahwa besar panjang gelombang
terhambur  tergantung pada sudut  (Yusuf dan Enos, 2015)

Interferensi adalah paduan dua gelombang atau lebih menjadi satu


gelombang baru. Jika kedua gelombang yang terpadu sefase, maka terjadi
interferensi konstruktif (saling menguatkan). Gelombang resultan memiliki
amplitudo maksimum. Jika kedua gelombang yang terpadu berlawanan fase, maka
terjadi interferensi destruktif (saling melemahkan). Gelombang resultan memiliki
amplitudo nol. Setiap orang dengan menggunakan sebuah baskom air dapat
melihat bagaimana interferensi antara dua gelombang permukaan air dapat
menghasilkan pola-pola bervariasi yang dapat dilihat dengan jelas (Nashir dkk,
2014)

METODE PEECOBAAN
Waktu dan Tempat
Eksperimen ini dilakukan pada hari Jum’at 24 Desember 2021, pukul
11.00 – 12.00 WITA, di Laboratorium Optik, lantai II Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Alauddin Makassar, Samata-Gowa.

JFT|5
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Alat dan Komponen


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah multimeter, Luxmeter,
Power Supply, lensa, Mikrometer sekrup, sumber cahaya halogen, serta celah
diafragma. Sedangkan komponen yang digunakan adalah kertas warna (merah,
hijau, kuning, biru, putih dan pink).

Prosedur Kerja
1. Menyusun rangkaian seperti gambar berikut :

Celah Lensa
Kertas
warna

lampu

P.Supply Volt
meter
Lux Meter

2. Mengukur tebal masing-masing plat dan catat tegangannya


3. Mengatur celah diafragma lalu menyalakan power supply
4. Mengukur Id (intensitas dating = di depan material), Ip (intensitas pantul =
dimiringkan di depan material)
5. Melakukan pengukuran berdasarkan :
a. Untuk hambatan yang berubah, celah diafragma tetap
b. Untuk hambatan yang tetap, celah diafragma berubah
6. Melakukan pengamatan untuk material lainnya.

JFT|6
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel Percobaan
Tabel 1: Koefisien absorpsi dengan hambatan bervariasi
Ketebalan kertas= 0,1 mm Tegangan sumber = 9 volt

No Hambatan (cm) Id (Lux) Ip (Lux)


1 20 0,02 0,01
2 22 0,04 0,01
3 24 0,01 0,01
4 26 0 0,01
5 28 0,02 0,01
6 30 0,01 0,01

Tabel 2: kefisien anbsorpsi cahaya dengan warna dan ukuran ketebalan material
yang bervariasi
Tegangan sumber = 11 volt jarak = 30 cm
No X (mm) warna Id (Lux) Ip (Lux)
1 0,1 Merah 0,01 0,01
2 0,2 Hijau 0,01 0,01
3 0,3 Kuning 0,01 0,01
4 0,4 Biru 0,01 0,01
5 0,5 Pink 0,01 0,01
6 0,6 putih 0,01 0,01

Tabel 3: Absorpsi cahaya dengan sumber cahaya yang bervariasi


X = 0,1 mm L= 27 cm
No Vs (V) Id (Lux) Ip (Lux)
1 3 0 0,01
2 6 0 0,01
3 7,5 0 0,01
4 9 0,02 0,01
5 10 0,03 0,01
6 11,5 0,06 0,01

JFT|7
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Analis Data
1. Menghitung Intensitas transmisi
Id = It – Ip
It = Id + Ip
a. Untuk Koefisien absorpsi dengan hambatan bervariasi
 Untuk r = 20 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0,02 + 0,01
= 0,03 lx

b. Untuk kefisien anbsorpsi cahaya dengan warna dan ukuran ketebalan


material yang bervariasi
 Untuk r = 30 ; x = 0,1 mm berwarna merah
It = Id + Ip
= 0,01 + 0,01
= 0,02 lx

c. Untuk Absorpsi cahaya dengan sumber cahaya yang bervariasi


 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0 + 0,1
= 0,1

2. Menghitung koefisien absorbsisetiap penyerapan (µ)


a. Untuk Koefisien absorpsi dengan hambatan bervariasi
 Untuk r = 20 ; x = 0,1 mm
1 Id
( )
µ = x ln Ip

1 0,02
= 0,1 ln ( 0,01 )

JFT|8
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

= 6,93
b. Untuk kefisien anbsorpsi cahaya dengan warna dan ukuran ketebalan
material yang bervariasi
 Untuk L = 30 ; x = 0,1 mm kertas berwarna merah
1 Id
µ=
x
ln ( )
Ip

1 0,01
ln (
0,01 )
=
0,01

=0

c. Untuk Absorpsi cahaya dengan sumber cahaya yang bervariasi


 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
1 Id
µ=
x
ln( )
Ip

1 0
0,1 ( 0,01 )
= ln

=0

Pembahasan
Absorbsi cahaya berkaitan dengan intensitas langsung, intensitas pantul,
intensitas yang diteruskan dan intensitas penyerapan. Untuk mengukur intensitas
diperlukan Luxmeter, jadi pancaran sinar cahaya atau inensitas dapat diukur
dengan alat ini. Intensitas suatu cahaya akan berkurang apabila cahaya tersebut
telah melewati suatu material. Serta struktur material yag ditembusi cahaya juga
mempengaruhi koefisien penyerapan dan panjang gelombang radiasi yang
dipancarkan. Dalam percobaan ini digunakan 3 material yang sama dengan warna
berbeda dan ketebalan yang berbeda.
Pertama digunakan kertas berwarna merah dengan ketebalan 0,1 mm.
Sumber cahaya halogen dipancarkan dengan daya 9 volt. Maka, intensitas datang
yang terukur langsung didepan cahaya adalah 0,02 Lux, intensitas pantulnya

JFT|9
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

menjadi 0,01 Lux. Kemudian hambatan dinaikkan menjadi 22 cm, dengan bahan
yang sama terukur intensitas datangnya adalah 0,04 Lux dan intensitas pantulnya
sebesar 0,01 Lux. Hasil yang didapatkan sesuai dengan teori yan menyatakan
bahwa nilai koefisien penyerapan suau bahan bergantung pada panjang
gelombang radiasi yang dipancarkan.
Untuk membuktikan teori kedua yang menyatakan bahwa stuktur material
juga mempengaruhi koefisien penyerapan suatu bahan, maka digunakan kertas
yang berbeda warna yaitu kertas berwarna hijau dengan ketebalan 0,2 mm.
Dengan memfariasikan ketebalan kertas, maka diperoleh untuk daya 11 volt
tercatat intensitas cahaya terusan kertas hijau adalah 0,01 Lux, sedangkan pada
kertas kuning sebesar 0,01 Lux, kertas biru adalah 0,01 Lux, sedangkan pada
kertas pink sebesar 0,01 Lux. Dari data sudah cukup membuktikan bahwa strktur
materi suatu bahan juga mempengaruhi intensitas cahaya tembusnya karena kertas
merah, hijau, kuning, biru, pink dan kertas putih memiliki strutur yang sama
karena sama-sama kertas karton, maka intensitas datangnya cahaya pada semua
kertas sama.

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan koefisien penyerapan (µ) suatu material yaitu dengan cara
membandingkan antara intensitas cahaya yang datang dan intensitas
cahaya yang dipantulkan. Rumusnya yaitu ;
1 It
µ=
x
ln( )
IO
2. Ketebalan absorber berpengaruh terhadap penyerapan suatu material.
Absorber yang memiliki ketebalan cukup kecil akan berbeda daya
serapnya dibandingkan dengan absorber yang memiliki ketebalan besar.
Semakin tebal sebuah absorber, maka semakin kecil daya serapnya.

JFT|10
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

3. Hambatan berpengaruh terhadap besar intensitas pantul (refleksi) suatu


material. Namun, pengaruh hambatan pada besar intensitas bergantung
juga terhadap jenis kertas tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Baiquni. 1985. Fisika Modern. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Hadi Kurniawan. 2019. Potensi Laser (Light Amplification By Stimulated
Emission Of Radiation) Sebagai Pendeteksi Bakteri (Studi Awal Detector
Makanan Halal). Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Vol. 3, No. 1,
ISSN: 2549-3698
Muljono. 2003. Fisika Modern. Penerbit : Andi, Yogyakarta
Moh. Nashir Tsalatsin, Masturi. 2014. Penentuan Panjang Gelombang Sinar
Menggunakan Interferensi Celah Ganda Sederhana. Jurnal Fisika. Vol.4
No.2 Hal 69-73
Kiel, J.K. 2007. Eksperimen With CDROMS. Https://astro.Ustrasbg. Fr/~ Koppen/
Spectrol/ ekpermtse.html. diakses tanggal 3/1/13.
Yusuf dan Enos Taruh. 2015. Fisika Modern. Universitas Negeri Gorontalo

JFT|11
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

LAMPIRAN DATA

1. Menghitung Intensitas transmisi


Id = It – Ip
It = Id + Ip
a. Untuk Koefisien absorpsi dengan hambatan bervariasi
 Untuk r = 20 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0,02 + 0,01
= 0,03 lx
 Untuk r = 22 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0,04 + 0,01
= 0,05 lx
 Untuk r = 24 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0,01 + 0,01
= 0,02 lx
 Untuk r = 26 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0 + 0,01
= 0,01 lx
 Untuk r = 28 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0,02 + 0,01
= 0,03 lx

JFT|12
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

 Untuk r = 30 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0,01 + 0,01
= 0,02 lx
b. Untuk kefisien anbsorpsi cahaya dengan warna dan ukuran ketebalan
material yang bervariasi
 Untuk r = 30 ; x = 0,1 mm berwarna merah
It = Id + Ip
= 0,01 + 0,01
= 0,02 lx
 Untuk r = 30 ; x = 0,2 mm berwarna hijau
It = Id + Ip
= 0,01 + 0,01
= 0,02 lx
 Untuk r = 30 ; x = 0,3 mm berwarna kuning
It = Id + Ip
= 0,01 + 0,01
= 0,02 lx
 Untuk r = 30 ; x = 0,4 mm berwarna biru
It = Id + Ip
= 0,01 + 0,01
= 0,02 lx
 Untuk r = 30 ; x = 0,5 mm berwarna pink
It = Id + Ip
= 0,01 + 0,01
= 0,02 lx
 Untuk r = 30 ; x = 0,6 mm berwarna putih
It = Id + Ip
= 0,01 + 0,01

JFT|13
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

= 0,02 lx

c. Untuk Absorpsi cahaya dengan sumber cahaya yang bervariasi


 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0 + 0,01
= 0,01
 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0 + 0,01
= 0,01
 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0 + 0,01
= 0,01
 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0,02 + 0,01
= 0,03
 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0,03 + 0,01
= 0,04
 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
It = Id + Ip
= 0,06 + 0,01
= 0,07

JFT|14
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

2. Menghitung koefisien absorbsisetiap penyerapan (µ)


a. Untuk Koefisien absorpsi dengan hambatan bervariasi
 Untuk r = 20 ; x = 0,1 mm
1 Id
( )
µ = x ln Ip

1 0,02
= 0,1 ln ( 0,01 )

= 6,9
 Untuk r = 22 ; x = 0,1 mm
1 Id
( )
µ = x ln Ip

1 0,04
= 0,1 ln ( 0,01 )

= 13,8
 Untuk r = 24 ; x = 0,1 mm
1 Id
( )
µ = x ln Ip

1 0,01
= 0,1 ln ( 0,01 )

=0
 Untuk r = 26 ; x = 0,1 mm
1 Id
( )
µ = x ln Ip

1 0
= 0,1 ln ( 0,01 )

JFT|15
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

=∞
 Untuk r = 28 ; x = 0,1 mm
1 Id
( )
µ = x ln Ip

1 0,02
= 0,1 ln ( 0,01 )

= 6,93
 Untuk r = 30 ; x = 0,1 mm
1 Id
( )
µ = x ln Ip

1 0,01
= 0,1 ln ( 0,01 )

=0
b. Untuk kefisien anbsorpsi cahaya dengan warna dan ukuran ketebalan
material yang bervariasi
 Untuk L = 30 ; x = 0,1 mm kertas berwarna merah
1 Id
µ=
x
ln ( )
Ip

1 0,01
ln (
0,01 )
=
0,01

=0
 Untuk L = 30 ; x = 0,1 mm kertas berwarna hijau
1 Id
µ=
x
ln ( )
Ip

1 0,01
ln (
0,01 )
=
0,01

=0
 Untuk L = 30 ; x = 0,1 mm kertas berwarna kuning
1 Id
µ=
x
ln
Ip( )
JFT|16
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

1 0,01
=
0,01
ln( )
0,01

=0
 Untuk L = 30 ; x = 0,1 mm kertas berwarna biru
1 Id
µ=
x ( )
ln
Ip

1 0,01
ln (
0,01 )
=
0,01

=0
 Untuk L = 30 ; x = 0,1 mm kertas berwarna pink
1 Id
µ=
x ( )
ln
Ip

1 0,01
ln (
0,01 )
=
0,01

=0
 Untuk L = 30 ; x = 0,1 mm kertas berwarna putih
1 Id
µ=
x ( )
ln
Ip

1 0,01
ln (
0,01 )
=
0,01

=0

c. Untuk Absorpsi cahaya dengan sumber cahaya yang bervariasi


 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
1 Id
µ=
x ( )
ln
Ip

1 0
0,1 ( 0,01 )
= ln

=∞
 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm

JFT|17
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

1 Id
µ=
x
ln( )
Ip

1 0
0,1 ( 0,01 )
= ln

=∞
 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
1 Id
µ=
x
ln ( )
Ip

1 0
ln (
0,01 )
=
0,1

=∞
 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
1 Id
µ=
x
ln ( )
Ip

1 0,02
ln (
0,01 )
=
0,1

= 6,93
 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
1 Id
µ=
x
ln ( )
Ip

1 0,03
ln (
0,01 )
=
0,1

= 10,9
 Untuk L = 27 ; x = 0,1 mm
1 Id
µ=
x
ln ( )
Ip

1 0,06
ln (
0,01 )
=
0,1

= 17,9

JFT|18
Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

JFT|19

Anda mungkin juga menyukai