Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik Indonesia.
Penggunaan Bahasa Indonesia diresmikan setelah proklamasi kemerdekaan bersamaan
dengan mulai berlakunya konstitusi.
Dari segi linguistik, bahasa Indonesia adalah varian dari bahasa Melayu. Bahasa
Melayu merupakan sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sunda-Sulawesi yang
digunakan sebagai lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara sejak abad
awal penanggalan modern.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya
agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh
keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan
antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh
karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa indonesia.
Dalam perkembangannya Bahasa Indonesia mengalami perubahan akibat
penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai
proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak
dicanangkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang bertujuan untuk
menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama "bahasa Melayu" tetap
digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian
bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya atau bagian
Sumatera. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa
daerah, bahasa asing maupun kata-kata yang tercipta dari lingkungan sekitar.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan warga Indonesia. Sebagian besar
menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.

1
Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau
mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun
demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, media
massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik
lainnya.

Sejarah Awal Perkembangan Bahasa Indonesia


Awalnya, pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu
dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena
penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan
diri pada bahasa Melayu Tinggi, sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam
standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan
didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini
terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk
semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia, yaitu:
1. Bahasa melayu merupakan Lingua Franca di Indonesia, yaitu bahasa
perhubungan dan bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu
tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku-suku lainnya dengan sukarela menerima
bahasa melayu menjadi awal bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai
terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia yang saat itu disebut Hindia-Belanda, mengadopsi
ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu-yang saat ini
menjadi wilayah Malaysia-di bawah pimpian Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
Ejaan Van Ophuijsen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu Van Ophuijsen pada
tahun 1896 yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim.

2
Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de
Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908 yang saat ini bernama
Balai Pustaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A Rinkes,
melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil di
berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan
program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa
nasional merupakan usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli
sejarah.
Dalam pidatonya di Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan,
"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan
yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat
laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan." 
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh
sastrawan Indonesia yang banyak mengisi dan menambah perbendaharaan
kata,sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia. 
Bahasa Indonesia dituturkan di seluruh Indonesia, walaupun lebih banyak
digunakan di area perkotaan dengan dialek dan logat daerahnya masing-masing. Untuk
berkomunikasi dengan sesama orang sedaerah kadang bahasa ibulah yang digunakan
sebagai pengganti bahasa Indonesia.

Dialek dan ragam bahasa


Pada keadaannya bahasa Indonesia menumbuhkan banyak varian yaitu varian
menurut pemakai yang disebut sebagai dialek dan varian menurut pemakaian yang
disebut sebagai ragam bahasa.
Dialek dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Dialek regional, yaitu macam-macam bahasa yang digunakan di daerah tertentu
sehingga membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa
yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari satu bahasa yang

3
sama. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Betawi,
dialek Medan, dan lain-lain.
2. Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu
atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan
dialek remaja.
3. Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu.
Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.
4. Idiolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua
berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam
pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.
Ragam bahasa dalam bahasa Indonesia berjumlah sangat banyak dan tidak
terhitung. Maka itu, ia dibagi atas dasar pokok pembicaraan, perantara pembicaraan,
dan hubungan antarpembicara.
Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan meliputi:
1. ragam undang-undang
2. ragam jurnalitik
3. ragam ilmiah
4. ragam sastra

Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibagi atas:


1. ragam lisan, terdiri dari:
1. ragam percakapan
2. ragam pidato
3. ragam kuliah
4. ragam panggung
2. ragam tulis, terdiri dari:
1. ragam teknis
2. ragam undang-undang
3. ragam catatan
4. ragam surat-menyurat

4
5
Dalam kenyataannya, bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan, tetapi
hanya untuk:
1. komunikasi resmi
2. wacana teknis
3. pembicaraan di depan khalayak ramai
4. pembicaraan dengan orang yang dihormati
Selain keempat penggunaan tersebut, dipakailah ragam bukan baku.
 
Perkembangan Bahasa Indonesia di Era Global
Indonesia adalah negara kepulauan dengan ratusan suku yang memiliki ribuan
bahasa ibu dan budayanya. Bahasa Indonesia  adalah bahasa persatuan yang digunakan
untuk menyatukan dan mempermudah komunikasi antarsuku yang ada di Indonesia.
Saat ini banyak terjadi pergeseran makna yang membombardir kekukuhan
bahasa Indonesia. Keberadaan Bahasa Indonesia mengalami banyak perkembangan dari
sejak awal terbentuknya hingga saat ini karena keterbukaannya. 
Ada dua fenomena yang terjadi dewasa ini yang berkaitan dengan Bahasa
Indonesia, yaitu :
A. Fenomena Positif
Bahasa Indonesia telah berkembang dengan baik di kalangan masyarakat.
Terbukti dengan digunakannya bahasa Indonesia oleh para ibu (khususnya ibu-ibu
muda) dalam mendidik anak-anaknya. Dengan demikian, anak-anak menjadi terlatih
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan di masa depan mereka memiliki
keterampilan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
Kita juga perlu berbangga hati dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam
produk-produk perusahaan luar negeri, baik dalam kemasannya, prosedur
penggunaannya, maupun keterangan produk yang dihasilkan. Mereka melakukan hal ini
untuk mempermudah promosi, sehingga produk mereka laku dipasarkan di Indonesia.
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan bahasa Indonesia diakui oleh
masyarakat Internasional khususnya para pengusaha asing.

6
B. Fenomena Negatif
Seiring dengan berkembangnya zaman, banyak ditemukan perkembangan
bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia, seperti munculnya bahasa gaul,
bahasa komunikasi kelompok bermain atau bahasa prokem, bahasa SMS dan bahasa
yang sedang banyak dibicarakan belakangan ini yaitu Bahasa Alay.
Dewasa ini, kesadaran untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar di
kalangan remaja mulai menurun, mereka lebih senang menggunakan bahasa gaul
daripada bahasa Indonesia. Fenomena seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi, karena
hal ini dapat merusak kebakuan dan merancukan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
harus tetap berkembang, walaupun diterpa oleh kemunculan bahasa-bahasa asing dan
bahasa pergaulan.
Kita seharusnya malu jika tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik, karena kita pemiliknya. Sekarang ini, kita cenderung menyepelekan dan
mencampuradukkannya dengan bahasa daerah, seperti mencampurnya dengan bahasa
Jawa. Fenomena ini sering kali kita jumpai dalam pergaulan sehari-hari, contohnya di
sekolah, saat jam pelajaran kita menggunakan bahasa Indonesia, tetapi saat kembali
bercengkerama dengan teman-teman, kita lupa akan bahasa Indonesia. Apalagi dengan
kemunculan bahasa gaul dan bahasa prokem yang ternyata sudah dibukukan oleh salah
seorang artis ternama kita, Debbie Sahertian. 
Jadi, sebaiknya antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia harus berkembang seimbang,
agar peran bahasa Indonesia di era global ini diakui dan tetap berdiri tegak di bumi
Indonesia. Bahasa gaul, bahasa prokem, bahasa Indonesia yang mengalami
penginggrisan harus dapat ditekan dan hanya sebatas untuk komunikasi pergaulan.
Bahasa pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan.
Oleh karena itu, bahasa Indonesia dalam konteks kebudayaan nasional merupakan
komponen yang paling representatif dan dominan, termasuk upaya melanggengkan
kesatuan bangsa (Hasan Alwi, 1998). Orang Indonesia sebaiknya belajar mencintai
bahasa nasionalnya dan belajar memakainya dengan kebanggaan dan kesetiaan,
sehingga membuat orang Indonesia berdiri tegak di dunia ini walaupun dilanda arus
globalisasi dan tetap dapat mengatakan dengan bangga bahwa orang Indonesia menjadi
bangsa yang berdulat yang mampu menggunakan bahasa nasionalnya untuk semua
keperluan modern.

7
Kita tidak boleh kalah dengan bangsa lain, seperti Arab, Italia, Jerman, Prancis,
Jepang, Korea dan Cina yang bahasanya bukan Inggris, tetapi tidak mengalami proses
penginggrisan yang memprihatinkan. Masyarakat Indonesia harus dapat menunjukkan
ketahanan budayanya, warganya hanya perlu diberi semangat dan didorong agar jangan
cepat menyerah. Untuk meningkatkan peran bahasa Indonesia di era global dan tetap
mempertahankan budaya daerah seharusnya pemerintah memberlakukan peraturan atau
Undang-undang tentang tata susunan, isi, dan penggunaan bahasa Indonesia yang benar
dalam surat kabar, tabloid, maupun majalah-majalah remaja. Sebaiknya dalam majalah
remaja perlu diisikan kolom khusus bacaan berbahasa Indonesia yang benar, untuk
media elektronik, seperti TV khususnya televisi swasta dan radio diadakan acara debat,
cerdas tangkas, diskusi, dan acara yang menggunakan bahasa Indonesia yang benar.
Tetap diadakan ujian nasional bahasa Indonesia dan pemberian penghargaan kepada
orang yang mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
Dari uraian di atas, setidaknya hal yang perlu diingat adalah hanya bahasa
Indonesialah yang mampu mendekatkan sekaligus menyatukan berbagai etnis di
Indonesia, sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan lancar dalam kehidupan
sehari-hari. Bahasa Indonesia bukanlah satu-satunya lambang identitas kebangsaan di
NKRI. Hal-hal lain, seperti komitmen pada bendera Merah Putih juga merupakan
lambang identitas bangsa. Tetapi, satu hal yang patut direnungkan dalam konteks ini
keduanya dapat melahirkan sikap mental yang menumbuhkan rasa kebersamaan.

8
FUNGSI BAHASA

Kita ketahui bahwa berbicara tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor yang
mengharuskan kita memilih kata-kata, frasa-frasa, dan kalimat-kalimat yang digunakan
dalam berkomunikasi tentu didasarkan pada fungsi bahasa tersebut. Akan berbedalah
kata-kata, frasa-frasa ataupun kalimat-kalimat yang kita pakai bila fungsi bahasa
tersebut berbeda.
Fungsi-fungsi bahasa yang digunakan tentunya didasarkan atas tujuan kite
berkomunikasi. Berbeda tujuan akan berbeda pula alat komunikasi itu. baik dari segi
bentuk maupun isinya (sifatnya). Hal ini menyebabkan banyak perbedaan pendapat
dari para ahli mengenai fungsi bahasa.
Selanjutnya Husen Lubis dalam bukunya yang berjudul Analisis Wacana
Pragmatik mengutip pendapat Finocehinario mengatakan bahwa fungsi bahasa terdiri
atas lima, antara lain : fungsi interpersonal, fungsi direktif, fungsi referensial. Fungsi-
fungsi tersebut akan diuraikan seperti di bawah ini.
1. Fungsi Interpersonal
Adalah kemampuan untuk membina dan menjalin hubungan kerja dan
hubungan sosial denqan orang lain. Hubunqan ini membuat hidup kita denqan
orang lain menjadi baik dan menyenangkan.
2. Fungsi Direktif
Fungsi ini memungkinkan kita untuk mengajukan permintaan, memberi sara,
membujuhk, menyakinkan dan sebagainya. Hal ini menjadikan semua
keinginan kita bisa dikomunikasikan dengan baik.
3. Fungsi Referensial
Fungsi ini berhubungan dengan kemampuan untuk penulis atau berbicara
tentang lingkungan kita yang terdekat dan juga mengenai fungsi metalinguistik.
4. Fungsi Imajinatif
Fungsi ini berhubungan denqan kemampuan untuk menyusun ritme baik
bahasa lisan maupun tulis. Tidak semua manusia bisa menerapkan fungsi ini,
kecuali bagi mereka yang memiliki talenta terhadap fungsi ini .

9
5. Fungsi Personal
Fungsi ini berhubungan dengan kemampuan pribadi seseorang untuk
mengekspresikan emosinya.
Kelima fungsi tersebut dapat terwujud secara optimal apabila berada dalam
situasi tempat fungsi tersebut dijalankan atau dapat dikatakan bahwa situasi
dan kondisi sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan berbahasa.
Berikutnya menurut Propper. bahasa memiIiki fungsi sebagai berikut :
a. Stimulus; artinya bahasa berfungsi sebaaai rangsangan yang dapat
mendatangkan suatu respon:
b. Ekspresif; artinya bahasa dapat dipergunakan untuk menyatakan
perasaan, ide kepada orang lain;
c. Deskriptif: artinya bahasa berfungsi untuk menguraikan, menjelaskan,
dan menggambarkan sesuatu kepada orang lain;
d. Argumentatif; artinya melalui bahasa manusia dapat berargumentasi pada
orang lain.

10
IMBUHAN

Pengertian Imbuhan
Imbuhan merupakan berbagai bunyi-bunyi yang ditambahkan kepada kata dasar untuk
mengubah atau menambahkan makna pada kata dasarnya.
Dalam bahasa Indonesia, biasanya imbuhan diletakkan di awalan, sisispan, akhiran dan
imbuhan gabungan.
Berdasarkan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), terdapat empat macam kata imbuhan
yaitu awalan (prefiks), akhiran (Sufiks ), imbuhan gabungan (konfiks), dan sisipan
(infiks).

Fungsi Imbuhan
 Membentuk sebuah kata benda, yaitu peN-, pe-, per-, ke-, -isme, -wan, -sasi,
-tas, peN-an, pe-an, per-an, dan ke-an. Contohnya pelaut, wartawan dan lain
sebagainya.
 Membentuk suatu kata kerja, yaitu me-, ber-, per-, ter-, di, -kan, ter-kan dan di-i.
Contohnya melaut, berlayar, diminum, menaiki dan lain sebagainya.
 Membentuk salah satu kata sifat, yaitu –I, -wi, -iah dan –is. Contohnya ilmiah,
agamis, manusiawi dan lain sebagainya.
 Membentuk berbagai kata bilangan yaitu se- dan ke-. Contohnya sepuluh dan
kedua.
 Membentuk semua kata keterangan, yaitu se-nya, -nya, -an, Contohnya:
sepertinya, habis-habisan, seindah-indahnya dan lain sebagainya.

Jenis – Jenis Imbuhan


1. Jenis Imbuhan Berdasarkan Tempat atau Posisinya
 Prefiks atau Awalan yaitu suatu afiks atau imbuhan yang terletak di awal kata
dasar, misalnya meng, ter, ber, ke, per, peng, se me, meng, memper- dan
lainnya.
 Sufiks atau Akhiran merupakan sebuah afiks atau imbuhan yang terletak di akhir
kata dasar, misalnya -an, -kan, -nya, -i

11
 Infiks atau Sisipan yakni salah satu afiks atau imbuhan yang disisipkan di tengah
kata dasar, misalnya : em, el, in, er, ah.
 Konfiks atau Simulfiks ialah berbagai afiks atau imbuhan yang terletak di awal
dan akhir kata dasar sekaligus, misalnya : ke-an, per-an, ber-an, di-i di-kan,
peng-an, ke-an, memper-i, memper-kan, me-kan.
2. Jenis Imbuhan Berdasarkan Frekuensi Penggunaannya
 Afiks Produktif yaitu suatu afiks atau imbuhan yang mempunyai frekuensi
penggunaan yang tinggi. Contoh: se-, ber-, meng-, peng-, per-, dan seterusnya.
 Afiks Tak Produktif yakni sebuah imbuhan atau afiks yang mempunyai
frekuensi penggunaan rendah. Contoh: -em, -el, -wati, -is, -er, dan seterusnya.
3. Jenis Imbuhan Berdasarkan Imbuhan Asing atau Afiks Serapan
 Akhiran atau Sufiks dari bahasa Sansekerta : -wan, -man, -wati.
 Akhiran atau Sufiks dari bahasa Arab : -i, -wi, -at, -ah, -in.
 Akhiran atau Sufiks dari bahasa Barat :-isme, -tas, -logi, -is, -ika, (asi), dsb (kata
benda), -al, -or, -if, -is, dsb.
Contoh Imbuhan
 
1. Awalan (Prefiks)
 Memasak, Memanah, Melihat, Membaca, Menari
 Bersabar, Bercermin, Berlima, Bersama, Bersatu
 Terasing, Tersayang, Tercinta, Terpintar, Tercantik
 Kekasih, Kemana, Kehendak, Kelima
 Sekamar, Serumah, Sepulang, Sebanding, Segunung
 Dikejar, Dibuly , Dimakan, Dibaca
 Perkelas, Perbudak, Pertebal, Permudah, Persulit
 
2. Imbuhan Gabungan (Konfiks)
 Berlarian, Bersamaan, Bersalaman
 Pemukiman, Perasaan
 Perjuangan, Persatuan, Perdebatan
 Perbaiki
 Persamakan, Persatukan, Perluaskan

12
 Melewatkan, Menuliskan
 Merindui, Meridhoi
 Mempertahankan, Mempersatukan
 Melewati, Menodai
 Memperbarui, Memperbaiki
 Didamaikan, Disamakan, Disatukan
 Dilewati, Dinodai, Disakiti
 Dipermalukan, Dipersatukan
 Diperbaiki
 Terselamatkan
 Terlewati
 Keajaiban
 Seenaknya, Semaunya
 
3. Sisipan (Infiks)
 Bulatkan, Belikan
 Hargai, Maknai
 Ukuran, Makanan
 Harganya, Maknanya
 
4. Akhiran (Sufiks)
 Siramkan, Tunjukkan, Belikan, Selesaikan, Bereskan
 Maknai, Marahi, Pukuli, Beresi, Hargai, Cederai
 Rumahan, Ukuran, Makanan, Rendahan, Lamaran
 Rumahnya, Bajunya, Obatnya, Miliknya, Harganya

13
KATA PERANGKAI

Kata perangkai adalah sekelompok kata yang berfungsi untuk merangkai kata yang
berfungksi untuk merangkaikan atau menghubungkan kata atau bagian-bagian kalimat
ataupun kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dan sekaligus menentukan jenis
hubungannya. Yang termasuk kata perangkai adalah kata depan dan kata penghubung.
Berikut akan diuraikan beberapa kata perangkai.

A.      PEMAKAIAN KATA (dari )


Ada tujuh fungsi yang dimiliki kata perangkai (dari),yaitu:
1)      Untuk menyatakan tempat asal sesuatu
2)      Untuk menyatakan asal sesuatu dibuat.
3)      Untuk menyatakab keterangan sebab
4)      Untuk menyatakan sesuatu merupakan anggota dari suatu kelompok.
5)      Dipakai bersama-sama kata tergantung membentuk ungkapan tetap.
6)      Untuk menyatakan kekhususan atau pembatasan suatu masalah atau suatu hal.
7)      Untuk menyatakan alasan dalam fungsinya yang demikian, kata dari dapat
bervariasi dengan kata berdasarkan.
Ketujuh pemakaian kata dari di atas merupakan keseluruhan fungsi kata perangkai
dari. Akan tetapi dalam kehidupan berbahasa sering kita jumpai pemakaian kata
dari untuk menyatakan milik.

B.      PEMAKAIAN KATA (pada)


Ada empat fungsi kata pada dalam Bahasa Indonesia,yaitu :
1)      Sebagai pengantar keterangan tempat (pengganti di ) untuk orang atau
binatang,.
2)      Sebagai pengantar keterangan waktu.
3)      Bersama-sama dengan kata tertentu membentuk suatu ungkapan, dengan arti
menurut.
4)      Dipakai bersama-sama dengan kata bergantung, yang artinya sama dengan
tergantung dari.

14
C.      PEMAKAIAN KATA (daripada)
Kata daripada merupakan kata depan majemuk yang berasal dari bentukan kata dari
dan pada , menurut EYD harus ditulis serangkai. Sebagai kata depan, kata daripada
hanya mempunyai satu fungsi yaitu untuk menyatakan suatu perbandingan.

D.     PEMAKAIAN KATA (kepada)


Pertama-tama kata depan kepada dipakai untuk mengantar objek tak langsung dalam
suatu kalimat. Alasannya,di dalam kalimat bahasa Indonesia, hanya objek penderita
dan objek pelaku yang dapat berhubungan langsung dengan prediketnya, sedang
objek yang lainnya,objek penyerta dan objek berkata depan, tidak dapat
berhubungan langsung dengan prediketnya.

15

Anda mungkin juga menyukai